BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum Berikut ini merupakan teori-teori umum yang digunakan sebagai landasan teori dalam penulisan laporan ini.
2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p. 7), sistem informasi adalah suatu kumpulan komponen yang saling terkait untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas bisnis. Menurut Whitten, Bentley, & Dittman (2007, p. 6), sistem informasi adalah suatu pengaturan antara orang, data, proses, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang diperlukan untuk mendukung sebuah organisasi. Menurut Rainer & Cegielski (2011, p.38), sistem informasi adalah proses
mengumpulkan,
memproses,
menyimpan,
menyebarluaskan informasi untuk tujuan yang spesifik.
9
menganalisis,
dan
10
Gambar 2.1 Information Systems and Component Parts Sumber : (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 8)
Dari gambar dan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling terkait, yang mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan informasi dalam sebuah organisasi untuk membantu dalam penyelesaian tugas bisnis dan pengambilan keputusan.
2.1.2 Pengertian Database Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p. 398), database adalah koleksi terpadu dari data yang tersimpan yang terpusat dan dikendalikan. Database biasanya menyimpan informasi tentang puluhan atau ratusan kelas. Sebuah database juga menyimpan informasi deskriptif tentang data seperti nama atribut, pembatasan pada nilai-nilai diperbolehkan, dan kontrol akses ke item data sensitif. Menurut Connoly & Begg (2005, p. 15), database merupakan sekumpulan data logikal yang berelasi, dan didesain untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan sebuah organisasi. Hal ini berarti bahwa
11 database merupakan tempat penyimpanan data yang besar dan dapat digunakan secara bersamaan oleh banyak pengguna. Menurut Whitten, Bentley, & Dittman (2007, p. 518), database merupakan kumpulan file yang saling terkait. Di dalam sebuah database terdapat beberapa tabel yang berisi fields dan records. Fields adalah implementasi fisik dari sebuah atribut data. Fields adalah unit terkecil dari data yang disimpan dalam database. Sedangkan records adalah sebuah koleksi (kumpulan) fields yang diatur dalam format yang telah ditentukan sebelumnya. Terdapat empat macam field yang dapat disimpan dalam database : a.
Primary Key Primary key adalah field yang memberikan tanda unik dalam setiap record.
b.
Secondary Key Secondary key adalah sebuah field yang mengidentifikasikan sebuah record tunggal atau bagian dari beberapa record.
c.
Foreign Key Foreign key adalah field yang menunjuk ke sekumpulan record yang terdapat dalam tabel yang lain di database.
d.
Descriptive Field Descriptive Field adalah field selain key field yang menyimpan data bisnis.
Relational database adalah database yang mengimplementasikan data sebagai sederetan tabel dua dimensi yang dihubungkan satu sama lain dengan foreign key (Whitten, Bentley, & Dittman, 2007, p. 526).
2.1.3 Pengertian Proses Bisnis Menurut Whitten, Bentley, & Dittman (2007, p. 21), proses bisnis adalah kerja, prosedur, dan aturan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
12 tugas bisnis, independen terhadap berbagai teknologi informasi yang digunakan untuk mengotomatisasi atau mendukung mereka. Menurut Monk & Wagner (2013, p. 1), proses bisnis adalah sekumpulan kegiatan yang membutuhkan satu atau lebih jenis input dan akan menghasilkan suatu output tertentu seperti seperti laporan atau forecast yang memiliki nilai bagi pelanggan.
2.1.4 ERP (Enterprise Resource Planning) Menurut Whitten, Bentley, & Dittman (2007, p. 26), ERP adalah sebuah aplikasi software yang mengintegrasikan keseluruhan suatu sistem informasi yang mencakup sebagian besar atau semua dasar, fungsi bisnis inti (termasuk transaction processing dan management information untuk semua fungsi bisnis). Menurut Monk & Wagner (2013, p. xv), Enterprise Resource Planning (ERP) adalah mengenai bagaimana bisnis bekerja dan bagaimana sistem informasi masuk ke dalam operasi bisnis. Lebih rincinya adalah tentang bagaimana melihat proses yang membentuk sebuah perusahaan bisnis dan melihat bagaimana software ERP dapat meningkatkan kinerja dari proses bisnis. Software ERP cukup rumit dan mahal, kecuali perusahaan menggunakannya agar menjadi lebih efisien dan efektif dalam menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan, sistem ERP dapat menguras sumber daya perusahaan. Sistem ERP adalah sebuah program perangkat lunak inti yang digunakan oleh perusahaan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan informasi dalam setiap area bisnis dalam perusahaan tersebut. Sistem ERP membantu organisasi mengelola seluruh proses bisnis perusahaan, menggunakan database umum dan shared management reporting tools. (Monk & Wagner, 2013, p. 1) Sistem ERP menurut Monk & Wagner (2013, p. 19), dapat membantu perusahaan mengintegrasikan layanan dengan melayani sebagai
13 lingkungan komputasi seluruh perusahaan yang mencakup shared database, memberikan data yang konsisten di semua fungsi bisnis secara real-time (istilah real-time mengacu pada data dan proses saat ini).
2.1.5 Microsoft Dynamics Navision Microsoft Dynamics Navision adalah solusi bisnis dari Microsoft yang dapat diimplementasi dengan cepat dan mudah digunakan untuk mendukung kegiatan bisnis. Microsoft Dynamics Navision memberi kesempatan kepada bisnis kecil dan menengah agar dapat dengan mudah mengontrol proses bisnis utama. (Microsoft Corporation, 2014) Microsoft Dynamics Navision adalah sebuah software ERP untuk organisasi
menengah
yang
ingin
meningkatkan
produktivitas
dan
menyederhanakan bisnis dengan menghubungkan fungsi utama dalam organisasi tersebut. Microsoft Dynamics Navision memiliki lebih dari 300.000 pelanggan di 42 negara. Dengan menggunakan Microsoft Dynamics Navision organisasi dapat menerapkan fungsionalitas industri yang spesifik dengan kebutuhan organisasi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan unik dari bisnis tertentu. Sehingga organisasi akan lebih baik dalam mengelola arus kas dan meningkatkan efisiensi.
2.2
Teori-teori Khusus Berikut ini merupakan teori-teori khusus yang digunakan sebagai landasan teori dalam penulisan laporan ini.
2.2.1 Microsoft Dynamics Navision 2013 R2 Microsoft Dynamics Navision 2013 R2 merupakan suatu solusi untuk manejemen
bisnis
bagi
organisasi
kecil
atau
menengah
yang
mengotomatisasikan dan merampingkan proses bisnis. Dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi dan kaya akan fitur, Microsoft Dynamics Navision
14 2013 R2 memberikan kemampuan bagi perusahaan untuk mengatur bisnisnya, termasuk juga finance, manufacturing, sales, shipping, dan lainlain. (Microsoft, 2014).
Gambar 2.2 Microsoft Dynamics Navision 2013 R2 Sumber: Penulis
Berikut adalah beberapa keunggulan yang dimiliki Microsoft Dynamics Navision (PT. Ibiz Consulting Indonesia, 2013) : 1.
Lebih dari sekedar ERP software Microsoft Dynamics Navision adalah sebuah aplikasi ERP yang dikombinasikan
dengan
business
intelligence,
collaboration,dan
communication tools. 2.
Roletailored user experience facilities (RTC) RoleTailored user experience (RTC) adalah fasilitas dari Microsoft Dynamics Navision, yang memungkinkan pengguna hanya dapat melihat informasi sesuai dengan tugas dan aktivitas sehari-harinya. Dengan fasilitas ini para pengguna lebih baik, cepat, dan cerdas dalam bekerja.
3.
Business intellegent tools
15 Business intellegent tools yang ada di Microsoft Dynamics Navision, memungkinkan para pengambil keputusan untuk memprediksi langkahlangkah yang harus diambil sehingga dapat menyelesaikan problematika sejak awal. 4.
Fleksibel dalam penggunaan dan berkomunikasi Microsoft Dynamics Navision dapat digunakan melalui web browser ataupun desktop suatu komputer.
5.
Dapat mengikuti perubahan bisnis di masa depan Microsoft Dynamics Navision dapat dengan mudah disesuaikan dengan perubahan proses bisnis tanpa mengorbankan performa ataupun investasi yang telah dikeluarkan.
6.
Mudah dikustomisasi Untuk memenuhi kebutuhan proses bisnis atau industri secara spesifik, Microsoft Dynamics Navision dapat dikustomisasi dengan mudah.
7.
Rapid Implementation Microsoft Dynamics Navision memiliki kecepatan dan mudah untuk diimplementasi, dipelajari,
dan digunakan sehingga tidak terlalu
menganggu proses bisnis yang sedang berlangsung. 8.
Flexible database infrastructure Microsoft Dynamics Navision fleksibel dalam infrastruktur database. Baik menggunakan Microsoft SQL Server atau Database Server untuk Microsoft Dynamics Navision 4.0, semuanya dapat diandalkan untuk penyimpanan data. Sistem keamanan yang ada tidak hanya mengendalikan siapa yang mengakses apa, tetapi juga memastikan tidak terjadinya inkonsistensi. Bahkan jika mesinnya kehilangan tenaga di tengah proses posting, transaksi tetap dicatat tanpa masalah.
9.
Support dari Microsoft Local Partner Dengan menggunakan Microsoft Dynamics Navision, maka client akan didukung oleh partner lokal dari Microsoft hingga 10 tahun ke depan.
10. Business tools yang inovatif dan fleksibel Dengan solusi bisnis dari Microsoft , pengguna akan mempunyai business tools yang inovatif dan fleksibel, sehingga dapat berperan lebih proaktif dan produktif.
16 Detail mengenai ringkasan data yang dapat dilakukan di Microsoft Dynamics Navision (Microsoft, 2013) mencakup:
Tabel 2.1 Fungsionalitas Microsoft Dynamics Navision 2013 R2 Sumber: (Microsoft, 2013) No. 1.
Modul Financial Management
2.
Project Management
3.
Customer Relationship Management
Fitur Basic General Ledger Allocations Budgets Accounts Schedules Consolidation Basic XBRL Change Log Cash Flow Forecast Basic Fixed Assets Insurance Maintenance Fixed Assets – Allocations Reclassification Bank Management Check Writing Bank Reconciliation Payment Handling Responsibility Centers Inter-company Postings Cost Accounting Basic Resources Capacity Management Multiple Costs Budgets/Estimates Phases/Tasks/Steps Jobs Suite Contact Management Task Management Outlook Client Integration Contact Classification Campaign Management Opportunity Management Interaction/Document Management Mail Logging for MS Exchange
17 No.
4.
Modul
Supply Chain Management
Fitur Service Order Management Service Price Management Service Item Management Service Contract Management Planning and Dispatching Basic Receivables Sales Invoicing Sales Order Management Sales Invoice Discounts Alternative Ship-To Addresses Shipping Agents Sales Return Order Management Sales Line Discounting Sales Line Pricing Sales Tax Basic Payables Purchase Invoicing Purchase Order Management Purchase Invoice Discounts Requisition Management Alternative Order Addresses Purchase Return Order Management Purchase Line Discounting Purchase Line Pricing Drop Shipments Salespeople/Purchasers Basic Inventory Multiple Locations Stock keeping Units Alternative Vendors Assembly Management Location Transfers Item Substitutions Item Cross References Nonstock Items Item Tracking Item Charges Bin Pick Analysis Reports Item Budgets Order Promising
18 No.
5. 6.
Modul
Human Resource Management Manufacturing
Fitur Calendars Campaign Pricing Cycle Counting Put Away Warehouse Receipt Warehouse Shipment Standard Cost Worksheet Warehouse Management Systems Internal Picks and Put Aways Automated Data Capture System Bin Set-Up Basic Human Resources Production Orders Production Bill of Materials Version Management Agile Manufacturing Basic Supply Planning Demand Forecasting Basic Capacity Planning Machine Centers Finite Loading
2.2.2 Point of Sales (POS) Secara umum, Point-of-Sales (Fatta, 2007), adalah sebuah sistem yang memungkinkan diadakannya proses transaksi dan untuk memonitor stock barang penjualan/pembelian. Definisi dari Point of Sales merupakan lokasi fisik dari suatu transaksi, tapi biasanya merupakan alat atau sistem yang digunakan untuk mengelola transaksi (Bars & Stripes, 2005, p. 4). Berikut adalah perbedaan POS Systems dengan Cash Registers (Bars & Stripes, 2005, p. 5):
19
Gambar 2.3 Perbandingan POS Systems dengan Cash Registers Sumber: (Bars & Stripes, 2005, p. 5)
Point of Sales (Bars & Stripes, 2005), dibagi mejadi 2 bagian yang masing-masing bagian terdapat beberapa komponen penting yaitu: •
Software o Operating System Merupakan sistem operasi yang dibutuhkan software POS agar dapat berjalan normal. Sistem operasi yang umum kompatibel dengan sistem POS ini adalah Windows NT/2000/XP, bahkan dapat juga menggunakan DOS. o POS application system Adalah aplikasi yang melengkapi kebutuhan fungsionalitas dari kegiatan retail
20
Gambar 2.4 Contoh aplikasi POS Sumber: (Bars & Stripes, 2005, p. 7)
o Credit Card Processing Kebanyakan bisnis retail menerima credit card sebagai alat pembayaran yang sah untuk pembelian barang. Mengintegrasikan fungsi credit card dengan sistem POS akan menghemat langkah dan waktu dalam proses transaksi. Ada 3 opsi untuk membuat credit card authorization: Software POS dengan integrasi credit card authorization Tambahan credit card authorization software application Tetap menggunakan terminal pembayaran credit card o Accounting Fungsinya adalah dengan mengetahui jumlah sisa daripada cash drawer, maka akan diperoleh ledger, sehingga dapat secara langsung mengetahui profit dari perusahaan.
21 •
Hardware Sistem POS berbasis komputer merupakan gabungan perangkat komputer dekstop dan sistem operasi, akan tetapi ada beberapa perangkat yang secara spesifik dibutuhkan untuk POS, yaitu: o Komputer o Display o Cash Drawer o Receipt Printer o Barcode Scanner o Label/Report Printer o Pole Display o Mag Stripe Reader o POS Keyboard o Touch Screens o Personal Data Assistant o Scales o Check Readers/Printer o Signature Pads o Slip Printers o Wireless Payment System
2.2.3 SQL Server 2012 SQL Server 2012 (Ross & Stacia, 2012, p. 3), adalah produk Microsoft yang menyediakan platform untuk informasi cloud terkini. Organisasi dapat menggunakan SQL Server 2012 untuk mengefisiensikan proteksi, membuka, dan mengukur skala kekuatan data mereka melalui dekstop, perangkat mobile, data center, dan bahkan suatu private atau public cloud. SQL Server 2012 menawarkan berbagai macam solusi hybrid. Solusi tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
22
Gambar 2.5 SQL Server 2012, cloud-ready information platform Sumber: (Ross & Stacia, 2012, p. 3)
SQL Server 2012 menawarkan fitur-fitur baru yang dibagi menjadi 5 bagian, yaitu: •
Availability Enhancement Fitur-fitur untuk meningkatkan ketersediaan dari SQL Server 2012 meningkatkan kepercayaan diri dari organisasi terhadap database mereka. o AlwaysOn Availability Groups Fitur baru ini meningkatkan ketersediaan proteksi database dan mengizinkan beberapa database untuk mati o AlwaysOn Failover Cluster Instances (FCI) FCI menyediakan dukungan bagi multi-subnet yang mati dalam satu cluster o Support for Windows Server Core Mendukung instalasi dari Windows Server Core o Recovery Advisor Proses penyembuhan database yang lebih sederhana dengan menggunakan timeline
•
Scalability and Performance Enhancements Peningkatan skabilitas dan performa pada SQL Server Database Engine o Columnstore Indexes
23 Membangun secara langsung ke dalam relational engine, bersamaan dengan
query-processing
yang
ditingkatkan,
teknologi
ini
memberikan performa yang sangat cepat dan meningkatkan asosiasi query terhadap data warehouse dari 10 menjadi 100 kali. o Partition Support Increased Mendukung lebih dari 15000 partisi per tabel, sangat jauh dibandingkan versi sebelumnya yang hanya 1000 partisi. o Online Index Create, Rebuild, and Drop Dengan SQL Server 2012, index yang mengandung kolom varchar, nvarchar, dan varbinary sekarang dapat dibuat dan dihapus pada saat operasi online o Achieve Maximum Scalability with Windows Server 2008 R2 SQL Server 2012 dapat mencapai skabilitas maksimal ketika berjalan pada Windows Server 2008 R2. •
Manageability Enhancement o SQL Server Management Studio o IntelliSense Enhancements o A new Insert Snippet menu o Transact-SQL Debugger o Resource Governor Enhancements o Contained Databases o Tight Integration with SQL Azure o Startup Options Relocated o Data-Tier Application (DAC) Enhancements
•
Security Enhancements SQL Server 2012 secara terus menerus mengekspansi fondasi yang solid untuk memberikan sekuritas pada database
•
Programmability Enhancements o FileTable o Statistical Semantic Search o Full-Text Search Enhancements o Extended Events Enhancements
24 2.2.4 Supply Chain Management 2.2.4.1 Pengertian Supply Chain Menurut Pujawan (2005), Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Menurut Chase & Jacob (2011), Supply Chain mengacu pada proses yang menggerakan informasi dan material ke dan dari proses manufaktur dan jasa di perusahaan. Ini termasuk proses logistik yang secara fisik dalam memindahkan dan pergudangan dan proses penyimpanan
produk sehingga dapat dengan cepat dikirimkan ke
pelanggan. Menurut Rainer & Cegielski (2011), komponen supply chain adalah sebagai berikut : 1.
Upstream Dimana sumber atau pengadaan dari pemasok eksternal terjadi. Di segmen ini, manajer Supply Chain (SC) memilih pemasok untuk mengantarkan barang dan jasa perusahaan butuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa mereka. Selanjutnya manajer SC mengembangkan harga, pengiriman, dan proses untuk mengelola persediaan, menerima dan memverifikasi pengiriman, mentransfer barang ke fasilitas manufaktur dan otorisasi pembayaran kepada pemasok.
2.
Internal Dimana pengemasan, perakitan, atau produski terjadi. Manajer SC menjadwalkan
kegiatan
yang
diperlukan
untuk
produksi,
pengujian, pengemasan, dan mempersiapkan produk untuk pengiriman. Manajer SC juga memantau tingkat kualitas, hasil produksi dan produktivitas pekerja.
25 3.
Downstream Dimana distribusi berlangsung, sering kali oleh distributor eksternal. Di segmen ini, manajer SC mengkoordinasikan penerimaan pesanan dari pelanggan, mengembangkan jaringan pergudangan, memilih pembawa untuk mengantarkan produk mereka ke konsumen dan mengembangkan sistem penagihan untuk menerima pembayaran dari konsumen.
Menurut Pujawan (2005), Decoupling Point adalah suatu titik temu dimana suatu kegiatan suplai bisa dilakukan atas dasar ramalan / forecast tanpa harus menunggu permintaan dari pelanggan dan dari mana kegiatan harus ditunggu sampai ada permintaan yang pasti. Istilah lain dari decoupling point adalah order penetration point (OPP). Secara umum, terdapat empat macam posisi decoupling point pada supply chain dalam merespon permintaan pelanggan: 1.
Make-to-Stock (MTS) MTS adalah sistem dimana decoupling berada pada proses terakhir, yaitu pada pengiriman ke pelanggan. Produk akhir dibuat berdasarkan ramalan. Hanya kegiatan pengiriman yang dilakukan setelah ada pesanan dari pelanggan. Efisiensi fisik menjadi fokus dalam pengelolaanya. MTS cocok untuk produk yang variasinya sedikit dan ketidakpastian permintaannya relatif rendah. Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang beroperasi pada lingkungan MTS adalah penentuan berapa persediaan produk akhir yang harus disimpan dan bagaimana mekanisme pengiriman produk jadi ke suatu lokasi pemasaran. Keseimbangan antara tingkat layanan pelanggan dan banyaknya persediaan produk juga menjadi hal penting yang harus ditentukan pada supply chain yang beroperasi dengan sistem MTS.
2.
Assemble-to-Order (ATO) ATO adalah sistem dimana hanya kegiatan perakitan yang menungu pesanan dari pelanggan, sedangkan kegiatan fabrikasi
26 komponen atas dasar peramalan. ATO cocok diterapkan pada sistem yang memproduksi banyak variasi produk dengan kesamaan antara komponen dari tiap produk yang cukup tinggi. Jadi, decouple point ditempatkan setelah proses fabrikasi atau diawal proses perakitan yang berarti bahwa persediaan akan disimpan dalam bentuk komponen siap rakit. Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang beroperasi pada lingkungan ATO adalah lamanya proses perakitan setelah ada pesanan dari pelanggan dan jumlah variasi produk yang dapat ditawarkan ke pelanggan Kecepatan perusahaan dalam memenuhi pesanan pelanggan sangat ditentukan oleh lead time perakitan. 3.
Make-to-Order (MTO) MTO adalah
sistem dimana kegiatan fabrikasi tidak bisa
dikerjakan tanpa menunggu pesanan dari pelanggan karena setiap pesanan memiliki variabilitas yang tinggi dan berbeda-beda. Untuk mengatasi masalah variabilitas ini perusahaan harus memproduksi pesanan pelanggan setelah pelanggan melakukan pesanan. Usaha perusahaan untuk menyiapkan produk sebelum adanya pesanan dari pelanggan dianggap memiliki biaya yang mahal dan resiko yang tinggi. Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang beroperasi pada lingkungan MTO adalah kecepatan perusahaan dalam menerima, menterjemahkan, dan memproses pesanan dari pelanggan sehingga produksi dapat berjalan secepat mungkin. 4.
Engineer-to-Order (ETO) ETO adalah sistem dimana perancangan produk baru diakukan setelah ada pesanan dari pelanggan. Model ini cocok digunakan bila setiap pelanggan memerlukan produk dengan rancangan yang spesifik. Rancangan spesifik ini nantinya akan berimplikasi pada kebutuhan material dan urutan proses yang berbeda untuik tiap produk. Aspek kunci dalam mengelola supply chain yang beroperasi pada lingkungan ETO adalah kesepakatan waktu dan rancangan produksi antara perusahaan dan pelanggan serta fleksibilitas dari bagian produksi dan perancangan untuk dapat menyerap permintaan dari pelanggan yang berbeda-beda.
27
2.2.4.2 Pengertian Supply Chain Management Menurut Pujawan (2005), Supply Chain Management adalah manajemen terhadap aliran antar dan diantara tahapan supply chain untuk memaksimalkan profitabilitas keseluruhan supply chain. Menurut F. Robert Jacob (2011), Supply Chain Management adalah ide central dari manajemen rantai pasokan untuk mengelola arus informasi, bahan, dan jasa dari pemasok bahan baku melalui pabrik dan gudang ke konsumen akhir. Menurut Turban E. K. (2008), Supply Chain Managament (SCM) adalah suatu proses yang kompleks yang memerlukan koordinasi banyak kegiatan sehingga pengiriman barang dan jasa dari pemasok sampai ke pelanggan dilakukan secara efisien dan efektif bagi semua pihak yang terkait. Menurut S Chopra (2007), ada empat faktor utama yang menjadi penggerak utama yang menjadi penggerak utama SCM dan penentu performa dari SCM, yaitu: 1.
Fasilitas Fasilitas adalah lokasi fisik dalam jaringan supply chain yang menjadi tempat untuk perakitan, penyimpanan, ataupun produksi. Fasilitas yang dikelompokkan menjadi fasilitas produksi dan fasilitas penyimpanan. Beberapa komponen fasilitas yang harus dipertimbangkan antara lain peranan, lokasi dan kapasitas.
2.
Persediaan Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, bahan setengah jadi, dan bahan jadi. Persediaan timbul karena adanya perbedaan antara penawaran dan pemintaan. Beberapa komponen persediaan yang harus dipertimbangkan antara lain: -
Cycle Inventory Jumlah rata-rata persediaan yang diperlukan untuk memenuhi permintaan selama menunggu pengiriman dari pemasok.
28 -
Safety Inventory Persediaan untuk mengantisipasi permintaan yang berlebih.
-
Seasonal Inventory Persediaan untuk mengantisipasi variasi permintaan musiman.
3.
Sourcing Proses bisnis yang diperlukan untuk mendapatkan barang ataupun jasa yang diperlukan perusahaan. Perusahaan dalam supply chain dapat memperoleh keuntungan kompetitif dengan memilih dan menjalin hubungan erat dengan pemasok terpilih melalui kontrak jangka panjang.
4.
Transportasi Transportasi berfingsi untuk memindahkan produk antara tahap satu ke tahap lain di sepanjang supply chain. Beberapa komponen transportasi yang harus dipertimbangkan antara lain pemilian rute dan jenis transportasi yang tepat.
5.
Informasi Informasi adalah penghubung antara berbagai tahapan-tahapan yang ada dalam supply chain. Beberapa komponen informasi yang harus dipertimbangkan antara lain: -
Push versus Pull, informasi untuk proses push umumnya berupa perencanaan kebutuhan bahan baku dari rencana produksi, sementara untuk proses pull umumnya berupa permintaan aktual yang diinformasikan dengan cepat.
-
Koordinasi dan pembagian informasi, bagaimana cara informasi dapat dikelola agar koordinasi di sepanjang supply chain menjadi baik.
-
Peramalan dan perencanaan agregat, melakukan peramalan akan keadaan di masa depan, dan melakukan perencanaan dari peramalan yang dibuat.
-
Manajemen harga dan pendapatan, menentukan tingkat harga yang sesuai dengan keadaan yang ada.
-
Teknologi pendukung menentukan penerapan teknologi yang mendukung aliran dan pengelolaan informasi di sepanjang supply chain.
29
2.2.5 Testing Menurut Myers, Badgett, & Sandler (2012, p. 2), Software Testing merupakan proses atau sekumpulan proses yang didesain untuk memastikan bahwa kode komputer bekerja sesuai dengan apa yang didesain dan tidak melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Testing merupakan proses menjalankan program dengan tujuan untuk menemukan kesalahan atau error (Myers, Badgett, & Sandler, 2012, p. 6). Menurut Limaye (2009, p. 65), Testing didefinisikan sebagai eksekusi dari produk pekerjaan dengan tujuan untuk menemukan kerusakan. Peran utama dari software testing adalah bukan untuk mendemonstrasikan kebenaran dari produk software, melainkan untuk membuka kerusakan yang tersembunyi sehingga dapat diperbaiki. Testing bertujuan untuk melindungi pengguna dari adanya kegagalan sistem dalam pemakaian. Berdasarkan beberapa definisi mengenai testing di atas, maka dapat disimpulkan bahwa testing merupakan proses yang bertujuan untuk memastikan bahwa sistem sudah berjalan sesuai dengan yang diinginkan, serta untuk menemukan kesalahan pada sistem sehingga dapat diperbaiki.
2.2.5.1 Test Scenario Menurut Limaye (2009, p. 75), Test Scenario ditulis oleh penguji untuk menunjukkan kebutuhan testing suatu aplikasi software. Test Scenario dapat difungsikan sebagai struktural, bergantung pada tipe kebutuhan dan desain dimana ia ditujukan. -
Test Scenario harus jelas dan lengkap, merepresentasikan hubungan end-to-end dari apa yang akan terjadi, serta kemungkinan hasil dari proses tersebut.
-
Test Scenario harus mencakup semua kebutuhan. Test Scenario dapat diprioritaskan per kebutuhan.
30 -
Scenario harus mungkin dapat dilakukan, sehingga dapat dilakukan pada saat testing.
2.2.5.2 Integration Testing Menurut Black (2009, p. 605), Integration Testing adalah suatu fase pengujian pengembangan software yang menemukan bugs pada hubungan dan tampilan antara sepasang dan sekelompok komponen pada sistem dalam pengujian, seringkali dalam bertahap. Fase pengujian ini idealnya terjadi karena seluruh komponen dari sistem yang diuji saling terintegrasi dan terkoordinasi dengan dan juga membantu koordinasi rencana integrasi.
2.3
Kerangka Pikir Berikut ini adalah gambar kerangka pikir penyusunan laporan ini:
31 Studi Literatur • •
Studi Lapangan • • • • • •
Jurnal Text Book
Produk / Jasa Proses Bisnis Perusahaan Sumber Daya Hardware, Software, Data, Procedure Observasi & Wawancara
Sistem Informasi yang Berjalan • •
Analisis sistem yang berjalan Identifikasi permasalahan dalam perusahaan
Implementasi Sistem
Kick-Off Meeting
Installation & Setup
Analysis
Design & Mapping
Conference Room Pilot
End-User Training
Data Conversion
Key-User Training
Development
Final System Set-Up
Final Data Conversion
Go-Live
Simpulan & Saran • •
Kesimpulan dari hasil implementasi sistem Saran untuk sistem yang lebih baik ke depannya
Gambar 2.6 Kerangka Pikir
32 Penjelasan Kerangka Pikir Studi Lapangan Tahap awal pengumpulan data adalah dengan melakukan studi lapangan yaitu dengan internship dari bulan Juli 2014 hingga bulan November 2014 untuk mengetahui jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, proses bisnis yang berjalan, sumber daya perusahaan dari segi hardware, software, data maupun prosedur yang ada pada PT. Megatama Inti Solusi. Selain itu, melakukan observasi pada calon pengguna sistem baik pre implementasi dan setelah implementasi untuk mengetahui kemampuan pengguna sistem. Melakukan proses wawancara dilakukan kepada pihak klien dan pihak pengembang yang terlibat langsung dalam kegiatan implementasi. Pada pihak klien ditanyakan mengenai apa saja kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh perusahaan. Pada pihak pengembang ditanyakan mengenai bagaimana proses dan perkembangan yang terjadi dalam kegiatan implementasi tersebut. Studi Literatur Setelah mengetahui sistem yang sedang berjalan pada PT. Megatama Inti Solusi, maka dilakukan analisis sistem yang digunakan dengan merujuk pada teori yang didapatkan melalui studi literatur, baik dari buku teks maupun jurnal. Hal ini dilakukan untuk menentukan teori dasar yang akan digunakan selama melakukan analisis sistem yang berjalan. Sistem Informasi yang Berjalan Setelah melakukan analisis pada sistem yang berjalan, langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan klien PT. Megatama Inti Solusi yaitu PT. Abdi Karya Totabuan. Dengan cara melakukan wawancara dengan manajer operasional pada PT. Abdi Karya Totabuan yang ada di Manado untuk mengetahui proses bisnis yang berjalan, seumber daya yang dimiliki perusahaan klien, kebutuhankebutuhan sistem yang diperlukan oleh klien dan melakukan analisa modul yang akan diimplementasikan.
33 Implementasi Sistem Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam implementasi sistem yang telah disesuaikan dengan metodologi implementasi Microsoft Dynamics Navision dibagi menjadi dua tahapan. Berikut ini merupakan kegiatan dari tahapan implementasi yang dilakukan, antara lain: •
Kick-Off Meeting Pada tahapan ini, dilakukan rapat awal untuk membahas beberapa hal, antara lain: o Menentukan tim proyek dan sumber daya yang dibutuhkan o Menentukan rencana kerja proyek dan ruang lingkup o Menentukan tugas masing-masing anggota tim proyek o Menentukan pengaturan software dan hardware
•
Analysis Melakukan analisa terhadap semua kebutuhan sistem secara keseluruhan dan mendokumentasikan proses bisnis yang diinginkan secara detail.
•
Design & Mapping Melakukan analisa untuk mengembangkan spesifikasi desain yang dibutuhkan, dan melakukan pemetaan sesuai dengan standar Microsoft Dynamics Navision untuk identifikasi area yang perlu dilakukan modifikasi, serta dilakukan pengujian aplikasi.
•
Key-User Training Melakukan persiapan untuk materi pelatihan dan melakukan pelatihan terhadap key-user (pengguna utama aplikasi) seperti manajer, staff IT, dan pemilik untuk menjelaskan penggunaan setiap area aplikasi.
•
Development Melakukan
pengembangan
yang
termasuk
semua
konfigurasi,
modifikasi,
dan laporan pengembangan yang diajukan, dimana
berdasarkan pada analisa kebutuhan, serta dilakukan pengujian aplikasi yang telah dikembangkan. •
Conference Room Pilot
34 Melakukan pertemuan untuk mendemonstrasikan sistem kepada klien. •
End-User Training Melakukan pelatihan terhadap end-user aplikasi dimana pengguna akhir pada sistem ini adalah bagian kasir.
•
Final System Set-Up Melakukan tahap uji coba pada sistem yang terakhir sebelum sistem siap untuk Go-Live.
•
Go-Live Sistem beserta dengan aplikasi siap untuk diluncurkan dan mulai dioperasikan pada klien. Selain kegiatan diatas, terdapat beberapa kegiatan teknis yang
diperlukan dalam proyek ini. Berikut ini merupakan kegiatan teknis dari tahapan metodologi implementasi yang dilakukan, antara lain: •
Installation and Setup Melakukan instalasi aplikasi Microsoft Dynamics Navision dan POS (Point of Sales) di server dan di semua PC / Laptop klien.
•
Data Conversion Klien melakukan konversi data yang ada ke file excel atau file teks. Seluruh data dikelola agar dapat dipindahkan ke Microsoft Dynamics Navision. Klien akan menyiapkan data dan PT. Megatama Inti Solusi akan mengunggah data ke sistem. PT. Megatama Inti Solusi akan membuat parameter dan data dasar yang dibutuhkan pada sistem.
•
Final Data Conversion Melakukan konversi data tahap akhir dan beginning balance yang dibutuhkan. Simpulan & Saran Membuat kesimpulan dari hasil implementasi sistem yang telah
dilakukan dan memberikan saran yang mungkin dapat menjadi masukan bagi perusahaan.