BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 2.1.1 Sastra Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, kreasi bukan sebuah imitasi. (Luxemburg, 1989:5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Lotman (1979) sastra sebagai sistem pemodelan tingkat kedua. Maksudnya, sastra merupakan sistem pemodelan yang ditumpangkan pada sistem pemodelan tingkat pertama, yaitu bahasa. Bahwa sastra adalah suatu wacana yang memodelkan semesta yang tidak terbatas dalam satu sistem imajiner yang terbatas.
2.1.2 Karya Sastra Mahayana (2007:225) mengatakan karya sastra adalah produk pengarang yang hidup di lingkungan sosial. Karya sastra merupakan dunia imajinatif pengarang yang selalu terkait dengan kehidupan sosial. Pengarang sebagai anggota masyarakat dilahirkan, dibesarkan, dan memeroleh pendidikan di tengah-tengah kehidupan sosial. Di dalam esainya yang berjudul “The Epistemology of Sociology” (1981:5574), Goldmann mengatakan pendapatnya tentang karya sastra yaitu karya sastra 9
merupakan ekspresi pandangan dunia imajiner dan juga bahwa karya sastra berarti mengekpresikan pandangan dunia, pengarang menciptakan semesta tokoh, objek, dan juga relasinya secara imajiner. Goldmann juga memandang karya sastra sebagai produk pandangan dunia sehinggga pandangan dunia cenderung memunyai struktur yang koheren, sehingga Goldmann (1979:99) mengatakan bahwa karya sastra yang valid adalah karya sastra yang didasarkan atas keseluruhan kehidupan manusia, yaitu pengalaman subjek sebagai warisan tradisi. Dalam penulisan karya sastra tidak akan terlepas dari bahasa. Roger Fowler (1977:80), mengatakan bahwa hubungan penulis dengan karyanya berupa pikiran yang imajinatif suatu karya sehingga bahasa dapat memperluas penafsiran teks bagi pembacanya. Menurut Usman Efendi (1992:99), karya sastra merupakan ciptaan manusia yang dilukiskan dalam bentuk lisan ataupun tulisan yang dapat menghasilkan sesuatu yang bagus. Banyaknya pengertian tentang karya sastra berbeda menurut masingmasing orang, namun itu semua memiliki pemahaman dengan maksud yang sama, yaitu bahwa karya sastra merupakan imajinasi yang ditulis pengarang dalam menyampaikan suatu pesan yang tersirat.
2.1.3 Novel Culler (1979) mangatakan bahwa novel merupakan suatu wacana yang di dalamnya berupa kata-kata yang disusun sedemikian rupa dan berisi tentang segala aspek
masyarakat
yang
mengartikulasikan 10
dunia.
Goldmann
(1997a:3)
mendefinisikan novel sebagai cerita tentang pencarian yang terdegradasi akan nilainilai yang otentik. Artinya, nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara implisit. Goldmann (1977a:7) menjelaskan novel yaitu transposisi ke dataran sastra kehidupan sehari-hari dalam masyarakat individualistik yang diciptakan oleh produk pasar yang dibukukan.
2.1.4 Sosiologi Sastra Sosiologi sastra menurut Wellek dan Warren (dalam Faruk, 1994:4) yaitu karya yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra dan sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra. ”Sosiologi sastra yaitu suatu disiplin tanpa bentuk, tidak terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dengan berbagai percobaan pada teori yang lebih general, yang masing-masing hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan antara seni atau kesusastraan dengan masyarakat.” (Wolff:1975).
2.1.5 Kekuatan Kekuatan yaitu adanya tenaga yang dimiliki seseorang dalam mengerjakan sesuatu yang berat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, kekuatan adalah perihal kuat tentang tenaga dan keteguhan. (Alwi, 2007:605).
11
2.1.6 Cinta Cinta adalah sesuatu yang putih, suci, dan murni yang dimiliki oleh setiap orang yang merupakan anugerah dari Tuhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, cinta adalah suka sekali dan sayang benar. (Alwi, 2007:214).
2.1.7 Kekuatan Cinta Kekuatan cinta adalah kekuatan yang mampu mengalahkan segalanya yang dapat membuat kita bertahan. Kekuatan yang mampu mengalahkan apapun yang terjadi karena ada dasarnya cinta. ”Kekuatan cinta adalah kekuatan yang mematri hubungan Ainun dengan Habibie. Kekuatan yang dapat menghanyutkan hati manusia dalam kesedihan yang paling dalam, namun juga kekuatan yang dapat mendorong semangat perjuangan hidup dan keberhasilan yang cemerlang. (BJH 2010:xiii).”
2.1.8 Penyebab Kekuatan Cinta Mencintai seseorang berarti menerima segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh pasangan kita. Penyebab kekuatan cinta yaitu adanya rasa kasih dan sayang yang membuat cinta akan bertahan dalam menghadapi masalah apapun. Membuat menjadi kuat dan mengerti akan segala yang terjadi karena adanya penyebab kekuatan cinta yang mendasari suat hubungan.
12
2.2 Landasan Teori Penelitian ini menganalisis penyebab kekuatan cinta Habibie kepada Ainun tetap abadi dan bagaimana kekuatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie dengan menggunakan teori sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan struktur sosial yang terjadi di sekitarnya. (Ratna, 2003:25). Sosiologi sastra dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan masyarakat yang justru merupakan asal-usulnya karena kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka satu-satunya cara adalah mengembalikan karya sastra ke tengah masyarakat dan memahaminya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan. (Ratna, 2004:332). Ilmu-ilmu yang terlibat dalam sosiologi sastra adalah sastra dan sosiologi. Karya sastra memasukkan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka ilmu-ilmu yang terlibat adalah sejarah, filsafat, agama, ekonomi, dan politik. Hal yang diperhatikan dalam penelitian sosiologi sastra adalah dominasi karya sastra, sedangkan ilmu-ilmu yang lain sebagai imu pembantu. Di dalam analisis sosiologi sastra oleh Wellek dan Warren (dalam Faruk, 1994:4) menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yaitu sosiologi pengarang yang memasalahkan status sosial, ideologi sosial, dan lain-lain 13
yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra, sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya itu sendiri, sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca, dan sosiologi sastra karena pengaruh sosial karya sastra. Sapardi (dalam Faruk, 1994:4) menemukan tiga pendekatan yang berbeda. Pertama, konteks sosial pengarang. Hal yang berhubungan dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Hal yang perlu diteliti dalam pendekatan ini adalah: (a) bagaimana pengarang mendapatkan mata pencahariaanya, (b) sejauh mana pengarang menganggap pekerjaannya sebagai suatu profesi, dan (c) masyarakat apa yang setuju oleh pengarang. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat. Hal yang mendapat perhatian adalah: (a) sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya sastra itu ditulis, (b) sejauh mana sifat
pribadi
pengarang
memengaruhi
gambaran
masyarakat
yang
ingin
disampaikannya, (c) sejauh mana genre sastra yang digunakan pengarang dapat dianggap mewakili seluruh masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra. Dalam hubungan ini ada tiga hal yang menjadi perhatian: (a) sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai perombak masyarakat, (b) sejauh mana sastra hanya berfungsi sebagai penghibur, dan (c) sejauh mana terjadi sintesis antara kemungkinan (a) dan (b) di atas. Pada kesempatan ini, penulis akan meneliti sesuai dengan pendapat Sapardi (dalam Faruk) pada bagian kedua poin (a) yaitu sejauh mana sastra mencerminkan masyarakat pada waktu karya itu ditulis.
14
Ada beberapa jenis relasi laki-laki dengan perempuan menurut Brahmanto (2015:15), yaitu: 1. Relasi antara Laki-Laki dan Perempuan sebagai Suami Istri Relasi antara laki-laki dan perempuan akan didapatkan dalam sebuah ikatan rumah tangga. Kedudukan dari seorang laki-laki yaitu sebagai pemimpin dan seorang istri sebagai pendamping dari pemimpinnya. Membina relasi yang baik antara suami dengan istri yang tidak dengan jalan yang mudah, yaitu menjadikan keluarga sebagai keluarga yang benar menurut pandangan agama yang dianutnya. 2. Relasi antara Laki-Laki dan Perempuan dalam Keluarga Relasi antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga akan tercermin dari perilaku kesehariaannya. Menjalin relasi atau hubungan yang baik harus memiliki etika atau norma yang harus dipatuhi di dalam lingkungan masyarakat. Belajar di dalam menjaga perasaan orang lain dan menghormati keberadaan anggota keluarga sehingga tercipta hubungan yang baik. Kita harus tetap menjaga relasi tersebut agar tetap tercipta suatu hubungan yang dipenuhi dengan kejujuran tanpa ada noda, tipu daya, dan kecurangan. Pergaulan yang baik akan melahirkan keamanan dan ketenangan hati, sementara penyalahgunaan kepercayaan akan memicu kemerosotan akhlak dan akan menimbulkan kehancuran.
15
3. Relasi dalam Bidang Sosial Relasi dalam bidang sosial berarti adanya hubungan jalinan relasi atau hubungan dengan masyarakat di sekitar kita. Membina relasi yang baik dengan masyarakat sehingga terwujud sesuatu yang baik. Pada kesempatan ini penulis hanya meneliti relasi laki-laki dan perempuan sebagai suami istri dengan menitikberatkan kepada kekuatan cinta yang tergambar dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie.
2.3 Tinjauan Pustaka Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, novel ini akan menjelaskan tentang kekuatan cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Penelitian terhadap novel Habibie dan Ainun pernah dilakukan oleh beberapa peneliti namun belum ada yang mengkaji sama dengan penelitian ini, yaitu: Pertama, Pramesti dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010 yang membahas tentang ”Nilai-Nilai Kejujuran dan Optimisme dalam Buku Habibie dan Ainun serta Relevansinya terhadap Kompetensi Kepribadian Guru PAI”. Pramesti membahas tentang nilai kejujuran dalam buku Habibie dan Ainun yang mencerminkan perilaku B.J. Habibie dan Ainun Hasri. Perilaku mereka yang memiliki perilaku jujur dalam berkata, yakni dengan menyampaikan suatu keadaan, kenyataan apa adanya tanpa menambah, dan juga menguranginya. Jujur dalam banyak hal ketika seseorang memilliki tekad, maka tekad tersebut haruslah dilaksanakan tanpa adanya keraguan. Nilai optimisme dalam buku B.J. Habibie di 16
antaranya memiliki pengharapan tinggi, salah satu bentuknya yakni adanya berbagai cita-cita yang mereka miliki. Adanya sikap yang tidak mudah putus asa antara keduanya dalam kehidupan susah, adanya usaha dalam mewujudkan harapan dan impian. Mampu memotivasi diri sendiri dengan selalu berpikir positif, tidak hanya dari dalam diri sendiri tetapi juga dari lingkungannya. Beliau mampu memotivasi dengan melihat lingkungan sekitarnya. Penelitian yang menggunakan penelitian pustaka dengan objek penelitian yaitu novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie. Kedua, Istiningdias dan Yani dari Universitas Padjajaran membahas ”Implikatur dalam Percakapan Habibie dan Ainun”. Istiningdias dan Yani mendeskripsikan jenis-jenis implikatur percakapan dalam film Habibie dan Ainun dengan menggunakan metode deskriptif. Data penelitan dengan menggunakan 102 tuturan pemeran utama dalam film Habibie dan Ainun. Teori cara pengungkapan menggunakan teori F, X, dan Nadar dengan menggunakan teori implikatur George Yule. Untuk menganalisis data tersebut digunakan teknik dokumentasi dengan menggunakan CD original film Habibie dan Ainun serta dengan menggunakan teori catat. Dari penelitian data tersebut disimpulkan hasil: (1) Jenis implikatur tuturan yang paling banyak adalah implikatur skala 62 tuturan (60,78%), (2) Jenis implikatur umum sebanyak 20 tuturan (19,60%), dan (3) Jenis implikatur sedikit sebanyak 20 tuturan (19,60%). Dari penelitian ini, tidak ditemukan implikatur percakapan konvensional. Kesimpulannya, dalam penelitian Istiningdias dan Yani lebih banyak menggunakan implikatur skala. 17
Saya akan meneliti kekuatan dan penyebab cinta dalam novel Habibie dan Ainun karya Bacharuddin Jusuf Habibie dalam analisis sosiologi sastra.
18