BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian
a. Psikologi Sastra Psikologi secara sempit dapat diartikan sebagai ilmu tentang jiwa. Selanjutnya kalaulah kita perhatikan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi, ternyata psikologi mendasarkan suatu pendapat tentang adanya hubungan perbuatan dengan jiwa manusia. Jadi, psikologi itu merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan seseorang. Untuk memahami kehidupan manusia itu diperlukan suatu pemahaman khusus tentang eksistensi manusia tersebut, berarti mengetahui pula aspirasi, perasaan, cita-cita dan gejolak-gejolak jiwa manusia. Psikologi
berdasarkan
objeknya
masih
terbagi
lagi
menjadi
psikologi
perkembangan, psikologi kepribadian, dan psikologi umum, atau psikologi sosial.
Universitas Sumatera Utara
Namun karena pembahasan ini bukan maksudnya mengetengahkan psikologi secara mendalam, maka segenap aspek yang menyangkut psikologi tersebut tidak disinggung lebih jauh. Yang perlu dibahas adalah kaitan psikologi dengan sastra. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa psikologi akan memperhatikan dan mempelajari pengaruh lingkungan dan proses waktu terhadap pembentukan watak dan tingkah laku manusia. Psikologi dan sastra keduanya berfungsi untuk memperkaya pengalaman manusia dan keduanya juga berusaha menyadarkan manusia untuk dapat mengenal dirinya sendiri.
Fenomena Sastra sebagai Cermin Kepribadian Sastra
merupakan
karya
kreatif
dari
sebuah
proses
pemikiran
untuk
menyampaikan ide, pengalaman dan sistem berpikir atau teori. Hal ini sejalan dengan Hardjana (1981:10) bahwa sastra sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan, dialami, dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan. Pada hakikatnya, sastra itu menggambarkan keadaan manusia dalam lingkungan masyarakatnya. Sebuah karya sastra dengan kedalaman pemikiran sang penulis akan mampu menggambarkan tentang karekteristik suatu bangsa di samping cerita yang ditampilkannya. Namun tidak selamanya suatu peristiwa yang terjadi selalu diikuti dengan lahirnya sebuah karya sastra. Ada kalanya suatu karya sastra tidak dapat menggambarkan kehidupan ataupun keadaan psikis masyarakat yang sesuai lagi dengan keadaan masyarakatnya pada saat itu. Kita harusnya ingat bahwa karya sastra adalah dunia di dalam karya sastra yang berarti imajinasi sastrawan sangat berperan dalam menghasilkan karya sastra tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian jelaslah bahwa sastra merupakan penggabungan antara kenyataan dengan imajinasi.
Pengertian Strukturalisme Dalam sebuah novel terdapat pengelompokan-pengelompokan yang didasarkan atas
keterkaitan
atau
hubungan
keteraturan
urutan-urutan
hubungan
tersebut
menunjukkan bahwa karya sastra itu mempunyai stuktur. Hubungan yang saling terkait itu bersifat tetap, artinya tidak bergantung atas sebuah novel tertentu saja. Menurut Luxemburg (1992), struktur atau strukturalisme adalah sesuatu yang saling terkait dan teratur, kaitan-kaitan itu dilakukan oleh seorang peneliti berdasarkan observasinya. Di dalam keterkaitan dan keterpaduan struktur akan terkandung keseluruhan makna yang ada. Maren-grisebach (dalam Junus, 1981:17) menyatakan bahwa strukturalisme memiliki tiga pengertian. Pertama, saling berhubungan dengan unsur-unsur dalam sebuah karya sastra atau adanya suatu sistem interaksi antara unsur-unsur pembentukannya. Pengertian kedua, strukturalisme yang abstrak menyatukan hal-hal yang berbeda. Biasanya bertujuan untuk mendapatkan suatu hukum universal. Yang ketiga, strukturalisme adalah sesuatu yang tidak mengenal sejarah karena perkara tersebut akan berlaku selama-lamanya.
Universitas Sumatera Utara
b. Kesepian Kesepian adalah salah satu perbuatan atau keadaan tertutup yang dapat dilihat dari tingkah laku secara tidak langsung seperti cara berpikir, berkhayal, bermimpi, takut, sedih, dan sebagainya. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kesepian itu adalah 1. kesunyian; kelengangan. 2. merasa sunyi (lengang); tidak berteman, tidak beruang dan sebagainya. Dari kutipan di atas dapat kita lihat bahwa kesepian itu adalah kesunyian atau seseorang yang merasa kesunyian akibat tidak mempunyai teman, ditinggal oleh orang tua dan keluarga atau ditinggal kekasih yang dicintainya, dan sebagainya.
c. Frustasi Setiap orang, dalam mengarungi hidup ini, acap kali menemui berbagai aral, masalah atau rintangan, dan tak selamanya bisa berjalan mulus. Terutama dalam segi finansial, sering dihadapkan pada adanya kompetisi, persaingan yang tak jarang berlari ke arah yang kurang sehat, sampai akhirnya akan muncul sebuah konflik. Pada kenyataan ini, manusia dihadapkan kepada beragam masalah, dan masalah itu sendiri merupakan pertanda adanya suatu kehidupan. Adanya masalah itu merupakan tantangan bagi manusia untuk mempergunakan pikiran, dan hanya orang-orang bodohlah yang tidak mau mempergunakan pikiran, orang-0rang seperti itu lebih ekstrim bisa dikatakan orang gila.
Universitas Sumatera Utara
d. Kepribadian Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain sandiwara, yang maksudnya untuk menggambarkan pelaku, watak dan pribadi seseorang. Hal ini dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas yang dimiliki oleh seseorang baik dalam arti kepribadian yang baik atau pun yang kurang baik. Jadi kepribadian adalah merupakan gambaran total dari diri individu. Kepribadian seseorang tumbuh dan berkembang disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor tertentu antara lain : kemampuan, kebudayaan, keluarga, sikap orang tua, dan sebagainya.
2.2 Landasan Teori Dalam sebuah penelitian dibutuhkan landasan teori yang mendasarinya karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Landasan teori yang digunakan diharapkan mampu menjadi tumpuan seluruh pembahasan. Hubungan yang terjadi antara pengarang, karya sastra, dan masyarakatnya memungkinkan analisis ini bertolak dari dua sisi pendekatan yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik karya sastra tersebut. Dalam membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak dari karya itu sendiri. Pendekatan seperti ini disebut pendekatan struktural. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekstrinsik yaitu pendekatan yang membahas tentang hubungan karya sastra dengan psikologi, sosiologi, antropologi, dan lain-lain. Penelitian ini akan
Universitas Sumatera Utara
menerapkan pendekatan intrinsik dengan menggunakan teori struktural dan teori psikologi sastra. Landasan teori yang dipergunakan dalam pembahasan ini adalah pendekatan struktural, yaitu meneliti karya sastra berdasarkan unsur-unsur yang terdapat pada karya itu, misalnya: tema, alur,plot, perwatakan, latar, dan sudut pandang. Pendekatan struktural dapat dijadikan titik tumpu proses penelitian. Selanjutnya pendekatan struktural merupakan penelitian yang menganalisis suatu karya sastra secara keseluruhan, baik unsur-unsur di dalam karya sastra maupun unsur-unsur di luar karya sastra tersebut. A. Teew (1988:154) berpendapat bahwa analisis struktural merupakan langkah awal dalam proses pemberian makna, tetapi tidak boleh dimutlakkan dan juga tidak boleh ditiadakan. Teori dan dan metode dalam penelitian sastra disesuaikan dengan bahan yang ada. Pendekatan struktural itu terdiri atas beberapa macam teori, tetapi dalam hal ini dipergunakan teori menurut A.Teeuw dalam bukunya Sastra dan Ilmu Sastra. Menurut A.Teeuw ( 1984: 135 ), pendekatan struktural mempunyai tujuan yaitu“Analisis Struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin, keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.”
Selanjutnya A.Teeuw ( 1984: 137) mengatakan bahwa: “ Analisis struktur tidak dapat tidak diarahkan oleh ciri khas karya sastra yang hendak dianalisis.”
Universitas Sumatera Utara
Batasan ini menunjukkan bahwa pendekatan struktural akan tergantung kepada karya sastra yang hendak dianalisis. Lebih lanjut A.Teeuw (1984: 139) mengatakan bahwa pendekatan struktural ini mempunyai kelebihan-kelebihan di samping juga kelemahan-kelemahannya sebagai berikut: “ Keuntungan pendekatan ini bukan main besarnya: lain dari pada masa sebelumnya, ketika seorang peneliti atau pengkritik sastra dianggap atau diwajibkan mempunyai pengetahuan yang seluas mungkin mengenai latar belakang sejarah, kebudayaan, psikologi, sosiologi dan lain-lain, yang sukar diperoleh oleh pembaca awam, murid sekolah atau mahasiswa, sebaliknya bagi metode close reading hanya satu saja yang perlu : kemampuan bahasa, kepekaan sastra dan minat yang intensif, yang pada prinsipnya dapat dimiliki oleh siapa saja yang perlu; setiap pembaca sanggup dan dapat bersedia mencoba menggali struktur karya sedalamdalamnya, dan sampai pada keterjalinannya yang terhalus dan terumit.” Kelebihan pendekatan struktural ini akan menyangkut pada si peneliti. Para peneliti hanya membicarakan karya yang hendak dibahasnya sebagai karya sastra. Peneliti tidak perlu membicarakan riwayat hidup si pengarang, latar belakang sosialnya, atau proses kejiwaannya dalam mencipta karya-karya yang dihasilkannya, dan lain-lain. Selanjutnya A.Teeuw (1984: 61), menyatakan kelemahan pendekatan struktural ini terlihat dalam dua hal, seperti “ Strukturalisme yang hanya menekankan otonomi karya sastra mempunyai dua pokok: a. melepaskan karya sastra dari rangka sejarah sastra; b. mengasingkan karya sastra dari rangka sosial budayanya.”
Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut bukan berarti pendekatan struktural ini tidak perlu. Pendekatan struktural ini sangat perlu untuk menganalisis suatu karya
Universitas Sumatera Utara
sastra, sehingga tetap akan terlihat bahwa yang dianalisis adalah karya sastra, bukan sejarah atau sosial atau juga bukan psikologi si pengarang. Selanjutnya penelitian ini diteruskan dengan analisis psikologi sastra. Penulis memilih analisis psikologi sastra karena karya sastra dilihat dari hubungannya dengan kenyataan yang sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan dalam hal ini mempunyai arti yang sangat luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Pendekatan psikologi identik dengan pendekatan ekspresif, yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra. Objek penelitian pendekatan melalui jiwa pengarangnya dan melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Kejiwaan para tokoh dalam karya itu sekaligus merupakan implementasi jiwa pengarangnya dan sekaligus merupakan gejala psikologis sosial dari masyarakatnya. Kejiwaan para tokoh dalam karya sastra itu sekaligus merupakan cerminan jiwa pengarangnya. Melalui pendekatan ekspresif akan tergambar atau tercermin kejiwaan pengarang. Hal ini dapat dilihat melalui seorang tokoh atau lebih ataupun melalui bahasa pengarang.
2.3 Tinjauan Pustaka Novel Rojak karya Fira Basuki ini sebenarnya adalah novel yang sangat menarik untuk diresensi, diteliti,dan untuk di ulas di dalam beberapa forum diskusi. Sepanjang pengetahuan dan pengamatan penulis, novel Rojak ini belum pernah diteliti oleh mahasiswa di Departemen Sastra Indonesia. Sedangkan di lain tempat, novel ini sudah pernah diteliti oleh Dedy dengan judul Penelitian tentang sosiologis Novel Rojak
Universitas Sumatera Utara
(www.ilmuonline.com), serta Dewi Sulastri dengan judul Unsur Intrinsik Novel Rojak (www. Dalammihrabcintaabadi.com).
Universitas Sumatera Utara