BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1.
Komunikasi Massa
2.1.1.
Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa atau
komunikasi dengan menggunakan media massa. Massa di sini adalah kumpulan orangorang yang hubungan antar sosialnya tidak jelas dan tidak mempunyai struktur tertentu. Menurut Gerbner (1967), seorang ahli komunkasi, “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies” (Jalaluddin 2003: 188). Jadi, Gerbner berpendapat bahwa komunikasi massa adalah suatu produksi dan distribusi pesan yang terus menerus dalam masyarakat industri yang berlandaskan teknologi dan lembaga. Joseph Devito seperti dikutip oleh Nurudin, memberikan definisi yang lebih detail tentang komunikasi massa. ”First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large society. This does not mean that the audience include all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and or visual transmitter. Mass communivation is perhaps most easily and most logically defined by its; television, radio, newspaper, magazines, films, books, tapes” (Nurudin, 2007: 11-12).
14
15 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang sangat banyak, atau biasa disebut massa. Tapi ini tidak berarti bahwa massa yang dimaksud adalah orang-orang yang menonton televisi atau membaca koran, melainkan berarti masyarakat yang besar dan umumnya agak kurang jelas. Lalu disebutkan juga bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi mungkin akan lebih mudah dimengerti apabila didefinisikan dengan media penunjangnya, seperti televise, radio, koran, majalah, buku, dan film. Dari kedua pendapat ahli komunikasi tentang komunikasi massa tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah bentuk komunikasi yang disampaikan melalui media massa sebagai media penunjang, dan disampaikan secara terbuka kepada masyarakat luas di berbagai wilayah.
2.1.2. Unsur Komunikasi Massa Komunikasi Massa terdiri dari unsur : sumber (source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver), serta efek (effect). Menurut Lasswell unsur-unsur dalam komunikasi massa adalah sebagai berikut (Wiryanto, 2003: 70-80). a) Who (Sumber atau Komunikator) Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Pengertian institutionalized dalam hal ini ialah stasiun televisi, sedangkan yang dimaksud dengan person adalah redaktur atau kerabat kerja. b) Says What (Pesan)
16 Wright (1977) memberikan karakteristik pesan dalam komunikasi massa sebagai berikut : 1. Publicity Pesan-pesan bersifat terbuka untuk umum atau publik. 2. Rapid Pesan dalam komunikasi massa dapat mencapai pemirsa yang luas dalam waktu yang singkat serta terus-menerus. 3. Transient Pesan dalam komunikasi massa bersifat sementara dan bukan permanent. c) In Which Channel (Saluran atau Media) Unsur ini menyangkut semua peralatan mekanik yang digunakan
untuk
menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa, bisa juga disebut sebagai media penunjang untuk menyampaikan pesan. d) To Whom (Penerima) Unsur ini berkaitan dengan sasaran dalam komunikasi massa. Menurut Wright, penerima pesan dalam komunikasi massa memiliki karakteristik seperti : 1. Large (besar) Besarnya mass audience bersifat relatif, menyebar di berbagai lokasi, dan tidak saling berinteraksi satu sama lain secara langsung. 2. Heterogen (beraneka ragam) Sasaran komunikasi massa bersifat heterogen, yaitu sangat beragam dari berbagai lapisan masyarakat. 3. Anonim (tidak saling mengenal)
17 Baik komunikator maupun komunikan dalam komunikasi massa tidak saling mengenal satu sama lain.
e) With What Effect (Unsur Efek atau Akibat) Efek merupakan perubahan-perubahan yang terjadi didalam diri pemirsa sebagai akibat dari pesan-pesan media. Ada tiga jenis efek yang dapat timbul dalam diri pemirsa : 1) Efek Kognitif Efek yang dapat mengubah nilai yang saat ini ada dan telah terpelihara di dalam masyarakat. 2) Efek Afektif Efek ini merupakan proses yang berhubungan dengan emosi dan perasaan seseorang, seperti ketakutan, kegelisahan, serta moral. 3) Efek Konatif Efek konatif merupakan hasil perluasan efek kognitif dan afektif.
2.1.3. Karakteristik Komunikasi Massa Pada prinsipnya definisi komunikasi massa yang diungkapkan oleh ahli-ahli komunikasi mengandung makna yang saling melengkapi antara satu dan lainnya. Melalui definisi-definisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa karakteristik komunikasi massa sebagai berikut (Ardianto, et al. 2007: 7-12) :
18 a. Komunikator Terlembagakan Komunikasi massa melibatkan suatu lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks, sehingga komunikasi massa merupakan komunikator terlembagakan. b. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang bukan hanya pada satu pihak. Oleh karena itu, pesan dalam komunikasi massa bersifat umum. c. Komunikannya Anonim dan Heterogen Bersifat anonim karena komunikator dan komunikan tidak saling mengenal dan heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya. d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Maksudnya adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk satu sama lain berada dalam keadaan terpisah. e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan harus disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat berhubungan secara langsung. Dengan kata lain, komunikasi massa itu bersifat satu arah.
19 g. Stimulasi Alat Indra Terbatas Pada surat kabar dan majalah kita hanya bisa melihat dan pada radio siaran kita hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect) Umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed). Artinya komunikator tidak dapat segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
2.1.4. Fungsi Komunikasi Massa Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah sebagai berikut (Ardianto, et al, 2007: 7-12) : 1. Informasi Dengan komunikasi massa kita dapat mengetahui berbagai informasi yang terjadi baik di dalam maupun luar negeri. 2. Sosialisasi (pemasyarakatan) Komunikasi massa membuat kita aktif bersosialisasi di dalam masyarakat. 3. Motivasi Memotivasi masyarakat melakukan kegiatan individu maupun kelompok. 4. Perdebatan dan Diskusi. Memungkinkan terjadinya diskusi atau perdebatan mengenai suatu hal. 5. Pendidikan
20 Komunikasi massa dapat membentuk watak, pendidikan keterampilan, serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6. Memajukan kebudayaan Dengan komunikasi massa maka kita dapat memajukan suatu kebudayaan. 7. Hiburan Pesan yang disampaikan dapat menjadi hiburan individu atau kelompok. 8. Integrasi Memberi kesempatan kepada masyarakat agar saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.
Lasswell menyebutkan fungsi komunikasi massa sebagai berikut : a. Komunikasi massa dapat digunakan untuk mengamati lingkungan serta hal-hal yang terjadi dalam lingkungan tersebut. b. Komunikasi massa juga dapat menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh lingkungan. Maksudnya bahwa komunikasi massa mampu menjembatani komunikasi antara semua lapisan masyarakat. c. Komunikasi massa dapat meneruskan atau mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Atau komunikasi massa terus berlangsung antar generasi.
Fungsi hiburan (entertainment) diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Dalam hal ini komunikasi massa bertujuan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu. Wright juga membedakan antara
21 fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi). (referensi Wiryanto. Teori Komunikasi Massa, Jakarta : PT. Gramedia Widya Sarana Indonesia, 2000), hlm 1112)
2.2.
Media Massa
2.2.1. Pengertian Media Massa
Media massa adalah alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa mengacu kepada kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet, dan lain-lain.
Pengertian media massa mulai menunjukkan batasan yang tidak jelas atau dianggap tidak jelas oleh sebagian orang, dengan munculnya sejumlah media baru yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa yang sudah ada sebelumnya. Media massa baru atau lebih sering disebut dengan ‘media baru’ (new media) ini bersifat lebih individual, lebih beragam (diversified) dan lebih interaktif. Salah satu contoh penting media massa baru saat ini adalah internet. Walaupun media baru menunjukkan pertumbuhan yang cepat, namun belu terlihat tada-tanda bahwa media massa lama aka berkurang peranannya disbanding sebelumnya. Peranannya tetap bertahan dengan cara terus menerus menambah kemampuannya dalam upaya menghadapi tantangan yang dimunculkan media baru( Morissan, 2010: 1).
22 Menurut Denis McQuail (2000), media massa adalah media yang mampu menjangkau massa dalam julah besar dan luas (university of reach), bersifat public dan mampu memberikan popularitas kepada siapa saja yang muncul di media massa. Karakteristik media tersebut memberikan konsekuensi bagi kehidupan politik dan budaya masyarakat kontemporer dewasa ini.( McQuail, 2000: 4)
Dari perspektif budaya, media massa telah menjadi acuan utama untuk menentukan definisi-definisi terhadap suatu perkara dan media massa memberikan gambaran atas realitas social. Media massa juga menjadi perhatian utama masyarakat untuk mendapatkan hiburan dan menyediakan lingkungan budaya bersama bagi semua orang. Peran media massa dalam ekonoi juga terus meningkat bersamaan dengan meningkatnya pertumbuhan industry media, diversifikasi media massa, dan konsolidasi kekuatan media massa di Indonesia.( Morissan, 2010: 1).
2.2.2.
Dampak Media Massa
Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari.( Gamble, Teri and Michael. Communication works. Seventh edition).
1. Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
23 2. Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mempengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan perilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut. 3. Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. 4. Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.
Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya.
24 Steven M. Chafree (Wilhoit & Harold, 1980: 78) berpendapat seperti yang dikutip oleh Jalaludin Rahmat, bahwa ada empat efek dari Komunikasi Massa, yaitu efek kehadiran media massa, efek kognitif komunikasi massa, efek afektif komunikasi massa, dan efek behavioral komunikasi massa (Jalaluddin, 2007: 219-239).
a.
Efek Kehadiran Media Massa
“The medium is the message”, pendapat McLuhan tersebut menjelaskan bahwa bentuk media saja sudah mempengaruhi kita. Dia berpendapat bahwa media adalah perluasan dari alat indra manusia; telepon adalah perpanjangan telinga dan televisi adalah perpanjangan mata. Ada beberapa efek dari kehadiran media massa di masyarakat, seperti efek sosial berupa kehadiran televisi meningkatkan status sosial pemiliknya. Lalu kehadiran media massa juga menimbulkan penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari,, Scramm, Lyle, dan Parker (1961) menunjukkan dengan cermat bagaimana kehadiran televise telah mengurangi waktu bermain, tidur, membaca, dan menonton film pada sebuah kota di Amerika. Efek lainnya adalah hilangnya perasaan tidak enak dan tumbuhnya perasaan tertentu pada media massa. Orang seringkali menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan psikologis. Sering terjadi juga orang menggunakan media massa untuk mengatasi perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa, dan sebagainya. Tidak
25 hanya menghilangkan perasaan, ia pun menumbuhkan perasaan tertentu. Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu.
b.
Efek Kognitif Komunikasi Massa
Efek kognitif media massa berkaitan erat dengan pembentukan dan perubahan citra. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi. Untuk Khalayak, informasi
tersebut
dapat
membentuk,
mempertahankan,
atau
meredefinisikan citra. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi. Gerbner (1978) melaporkan penelitian berkenaan dengan persepsi penonton televisi tentang realitas sosial. Ia menemukan bahwa penonton televise kelas berat (heavy viewers) cenderung memandang lebih banyak orang yang berbuat jahat, lebih merasa bahwa berjalan sendiri berbahaya, dan lebih berpikir bahwa orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Lazarfeld dan Merton (1948) juga membicarakan fungsi media dalam memberikan status (status conferral). Karena namanya, gambarnya, atau kegiatannya dimuat oleh media, maka orang, organisasi, atau lembaga mendadak mendapat reputasi yang tinggi.
c.
Efek Afektif Komunikasi Massa
26 Yang dimaksud dengan efek ini adalah media massa mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap. Apabila dilihat dari segi afektif, pengaruh media massa dapat disimpulkan pada lima prinsip umum :
1. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh faktor-faktor seperti predisposisi personal, poses selektif, keanggotaan kelompok.
2. Komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah (agent of change).
3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripadaperubahan seluruh sikap dari satu sisi masalah ke sisi yang lain.
4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidangbidang di mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.
d.
Efek Behavioral Komunikasi Massa
Bandura menjelaskan melalui teori belajar sosial, bahwa kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modelling). Jadi menurut teori tersebut orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya. Efek perilaku yang paling sering ditimbulkan adalah efek komunikasi massa pada perilaku sosial yang diterima (efek proporsional behavioral) dan pada perilaku agresif.
27 Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek proporsional. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benaknya dan memanggilnya kembali tatkala mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Peneladanan tertangguh (delayed modeling) hanya terjadi bila mereka sanggup mengingat peristiwa yang diamatinya.
Sedangkan menurut David Giles dalam bukunya yang berjudul “Media Psychology” ada tiga dampak dari komunikasi massa melalui media, yaitu (David, 2003: 52-58):
e.
Imitation
Apa yang dimaksud dengan Imitation adalah penonton suka meniru apa yang mereka lihat di TV atau media-media lainnya. Hal ini biasa terjadi terutama pada anak-anak dan remaja.
f.
Excitation
Dampak Excitation adalah tayangan-tayangan di televise menimbulkan rangsangan terhadap pemirsanya. Contohnya seperti program yang menayangkan hal-hal yang mengandung unsure pornografi.
g.
Desensitisation
28 Tayangan dengan isi yang sama dan ditonton secara terus-menerus akan mempengaruhi persepsi dan pola piker penontonnya terhadap hal yang terdapat atau isi dalam tayangan tersebut.
2.2.3. Jenis-Jenis Media Massa
Media massa, sebagai media yang menunjang komunikasi massa terbagi atas 2 jenis, yaitu media cetak dan media elektronik.
a. Media Cetak
Media cetak adalah suatu media statis yang mengutamakan fungsinya sebagai media penyapaian informasi. Maka media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau oto dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi utama untuk memberikan informasi atau menghibur. Media cetak juga adalah suatu dokumen atas segala hal yang dikatakan orang lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto, dan sebagainya (Ardianto & Lukiati , 2004: 99).
b. Media Elektronik
Media elektronik merupakan media komunikasi atau media massa yang menggunakan alat-alat elektronik (mekanis), media elektronik kini terdiri dari (Muda, 2005: 4):
1. Radio
29 Radio adalah media massa elektronik tertua dan paling fleksibel. Keunggulan radio siaran ini adalah berada dimana saja, apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi control sosial seperti surat kabar, di sampng empat fungsi lainnya, yaitu memberi informasi, menghibur, mendidik, dan melakukan persuasi.
2. Film
Motion pictures atau film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi, dan film video laser setiap minggunya (Warren, et al, 2001: 364).
3. Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang memiliki arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Pada dasarnya media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia kemudian menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau televisi elektris.
30
2.3.
Televisi
2.3.1. Karakteristik Televisi
Karakteristik televisi antara menurut (Ardianto, et al , 2004: 127) :
1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan dibandingkan media penyiaran lainnya yaitu dapat didengar sekaligus dilihat, disebut juga audiovisual. 2. Berpikir dalam gambar Kita dapat menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. dan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga mengandung makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.
2.3.2.
Keunggulan dan Kelemahan Televisi
Tidak hanya keunggulan saja yang dimiliki oleh media televisi, tetapi juga memiliki kelemahan. Di bawah ini adalah keunggulan dan kelemahan dari media televisi diantaranya (Jahya & Irvan, 2006:24) :
31 Keunggulan televisi menurut A. Alatas Fahmi, yaitu : 1.
Menyangkut isi dan bentuk, media televise walaupun direkayasa mampu membedakan fakta dan fiksi, realistis dan tidak terbatas.
2.
Menyangkut hubungan dengan khalayaknya, media televise mempunyai khalayak yang tetap, memerlukan keterlibatan tanpa perhatian sepenuhnya da intim.
3.
Media televisi memiliki tokoh berwatak (baik, riil maupun yang direkayasa), sementara media lain khususnya film hanya memiliki tokoh yang direkayasa.
Sementara Kelemahannya : 1.
Kecendrungan televisi untuk menempatkan khalayaknya sebagai obyek yang pasif, sebagai penerima pesan.
2.
Media televisi yang mendorong proses alih nilai dan pengetahuan yang cepat, tanpa mempertimbangkan perbedaan tingkat perkembangan budaya dan peradaban yang ada di berbagai wilayah jangkauannya.
3.
Media televisi bersifat sangat terbuka dan sulit dikontrol dampak negatifnya, karena kekuatan media itu mampu menyita waktu dan perhatian khalayaknya. Untuk meninggalkan aktivitasnya yang lain pada waktu bersamaan.
2.4. Program Acara Televisi
32 Jenis program acara yang disiarkan oleh stasiun-stasiun televisi setiap harinya ada berbagai macam, tetapi program-program tersebut bias digolong kan menjadi dua jenis, yaitu (Morissan, 2005: 100-108) :
2.4.1. Jurnalistik
Program jurnalistik adalah program yang bertujuan untuk memberikan informasi, dan biasanya berbentuk news atau berita, tujuannya untuk memberi tambahan pengetahuan (informasi) kepada audience. Ciri program jurnalistik adalah bersumber dari permasalahan yang sedang hangat, aktual, disusun menurut kaidah jurnalistik, dan disiarkan dalam kesempatan pertama. Diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Kejadian yang menyangkut sosial, politik, ekonomi, maupun budaya. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu. Pada prinsipnya program jurnalistik mengandung unsur 5W+1H (what, when, who, why, where, dan how). Program Jurnalistik juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Hard news Yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak. Peran televisi sebagai sumber utama hard news bagi masyarakat cenderung untuk terus meningkat. Media televisi biasanya menyajikan hard news secara reguler yang ditayangkan dalam suatu program berita.
33 b. Soft news
Yaitu segala informasi penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak harus segera ditayangkan. Misalnya news magazine, current affair, dan lain-lain. Berita lunak atau soft news bisa berupa perbincangan (talkshow) penyampaian berbagai pendapat, adu argumentasi antar pengisi acara pada topic tertentu. Kadang penonton di studio atau di luar studio dilibatkan dalam siaran live. Tidak kurang juga siaran talkshow diselingi hiburan. Ataupun laporan-laporan khusus seperti perkembangan tren atau gaya hidup.
2.4.2. Artistik
Program Artistik biasanya disajikan dalam bentuk program hiburan. Musik, komedi, acara panggung, dan sejenisnya merupakan acara hiburan yang banyak di produksi dengan lokasi studio TV ataupun dipanggung. Ciri dari program artistik adalah bersumber dari idea atau gagasan, mengutamakan keindahan, isi pesan bisa fiksi maupun nonfiksi, penyajiannya tidak terikat waktu, yang menjadi sasaran adalah kepuasan pemirsa, improvisasi tidak terbatas, mengutamakan bahasa bebas (dramatis), refleksi daya khayal kuat.
Pada prinsipnya program hiburan tidak membebani penonton untuk berpikir. Produksi dibuat dengan dekorasi, tata artistik, tata lampu maupun properti meriah. Demikian pula dengan acara komedi, pengisi acara haruslah mampu berkomunikasi
34 dengan kata-kata humor yang menghibur. Beberapa jenis program hiburan antara lain drama, yang merupakan pertunjukan yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang yang diperankan oleh pemain yang melibatkan konflik dan emosi. Misalnya sinetron dan film. Permainan atau game show, yaitu suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing memenangkan suatu bentuk permainan. Program permainan dibagi menjadi tiga jenis yaitu quiz show, ketangkasan, dan reality show. Musik, yang dapat ditampilkan dalam dua format yaitu video klip atau konser. Dan Pertunjukan, berupa lawak, sulap, dan juga pertunjukan lain seperti srimulat, ketoprak, wayang golek, wayang orang, dan sebagainya.
Program Sport atau olahraga juga termasuk dalam program hiburan, program ini terdiri dari beberapa format, yaitu laporan olahraga, pertandingan olahraga, maupun instruksional salah satu cabang olahraga. Selain mengetengahkan berlangsungnya pertandingan, juga ditambah dengan keberadaan presenter dan komentator olah raga yang menglas dan membahas suatu pertandingan dari berbagai sisi. Terkadang juga ditambahkan kuis untuk pemirsanya yang diselipkan ditengah-tengah acara.
Baksin juga menambahkan acara keagamaan, variety show, ilmu pengetahuan dan teknologi, penerangan umum, serta iklan (komersial dan layanan masyarakat) sebagai program hiburan (Askurifai, 2006: 79-80) .
Sesuai dengan apa yang dikatakan Baksin diatas, maka program pendidikan yang termasuk dalam ilmu pengetahuan bisa dikategorikan sebagai program artistik, walaupun didalamnya juga terdapat beberapa unsur jurnalistik.
35 Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendapat berbagai pengalaman, hal ini disebabkan terintegrasinya kelima indra yang dimiliki, tetapi dengan menonton media audio visual kita akan mendapatkan informasi sebesar 10% dari informasi yang pernah diperoleh sebelumnya, ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Simulated Experience) dari media audio visual tadi. Simulated Experience yang didapat akan memberikan kesan mendalam bagi penonton, dan inilah salah satu karakteristik media televisi yang sangat baik dimanfaatkan untuk merencanakan program siaran, sebab akan membuat khalayak penonton tertarik pada hal-hal yang baru serta mempunyai keinginan untuk mengetahui hal-hal yang lebih banyak (Darwanto. Televisi Sebagai Media Pendidikan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2007. hlm 118-120) .
Dokumenter juga termasuk dalam jenis program pendidikan, pengembangan sudut pandang dari fakta aktual. Dapat juga didefinisikan sebagai suatu kreatifitas dalam menginterpretasikan suatu fakta atau peristiwa. Produksi dokumenter selalu di luar studio. Jenis program yang serupa dengan documenter adalah feature, yang merupakan gambaran suatu sudut pandang secara subjektif.
Program “Opera Van Java” digolongkan kedalam program artistik. Hal ini bisa dlihat dari jenis program tersebut yang merupakan komedi, tujuan program tersebut yang murni untuk menghibur, dan acara tersebut di produksi dengan dekorasi, tata artistik, tata lampu maupun properti meriah, yang merupakan ciri-ciri dari program artistik.
36 2.5.
Komedi Pengertian Komedi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sandiwara
ringan yang penuh dengan kelucuan meskipun kadang-kadang kelucuan itu bersifat menyindir dan berakhir dengan bahagia (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 583) . Komedi adalah bentuk hiburan ringan yang dibuat untuk memberikan kepuasan bagi pemirsa melalui gelak tawa. Komedi bisa dibuat mulai dari yang melibatkan kontak fisik dan aksi yang dibesar-besarkan hingga ke bentuk satire yaitu komedi yang bertujuan menyindir kalangan tertentu. Orang suka tertawa, maka komedi menjadi program yang memiliki daya tarik utama yang sangat efektif untuk memikat pemirsa. Bentuk dari komedi antara lain (http://www.filmsite.org/comedyfilms.html) 1. Slapstick Comedy Slapstick Comedy pada dasarnya cenderung hiper dan sangat lucu. Pemunculan karakter pemain sering berlebihan dan terlihat sedikit bodoh sehingga memancing tawa. Dialog yang diucapkan sering menghina orang yang menjadi korban lelucon tersebut. Dalam komedi ini juga dimunculkan aksi dan gerakan lucu
yang
berlebihan
termasuk
bentuk
kekerasan
fisik
yang
tidak
membahayakan. Contoh Slapstick Comedy yang paling terkenal adalah Charlie Chaplin. Slapstick juga terdapat di film kartun seperti Tom And Jerry. 2. Situation Comedy Situation Comedy salah satu bentuk program tv yang paling bertahan lama dapat digolongkan menjadi dua jenis utama: (1) pertunjukan lelucon (2) pertunjukan nyata atau realistis. Dalam kedua jenis komedi ini, sang pencipta drama berusaha mencapai keunikan dalam hal karakter, alur cerita dan setting.
37 Dalam komedi lelucon, karakter dan situasi cenderung dibesar-besarkan dan menunjukkan sesuatu yang tidak masuk akal serta sangat menggelitik melalui alur cerita, aksi dan dialog. Sebaliknya, komedi situasi realistis menyajikan atau menghadirkan karakter yang dapat dipercaya dalam suatu situasi/keadaan. 3. Sophisticated Comedy Sophisticated Comedy adalah sebuah variasi dari komedi yang menggunakan tatakrama dan tujuannya adalah untuk menyindir kelemahan golongan masyarakat yang lebih tinggi. Sindiran dalam Sophisticated Comedy sangat memerlukan partisipasi mental dari pemirsa secara hati-hati karena makna yang sesungguhnya mungkin tersembunyi dalam kerangka lelucon itu sendiri. Sedikit sekali program seperti Sophisticated Comedy yang sukses menghibur banyak pemirsa. Dengan kata lain pemirsa dengan tingkat pendidikan tinggi yang dapat memahami maksud dari pesan yang disampaikan dan menikmati tayangan tersebut karena dalam Sophisticated Comedy dibutuhkan perhatian khusus dari pemirsa dalam menyikapi maksud tersembunyi dari pesan yang disampaikan melalui satire atau sindiran dan Sophisticated Comedy identik dengan sindiran. 4. Gag Comedy Gag Comedy didasarkan pada alur cerita yang cerdas dan bersifat anekdot dibandingkan dengan aksi fisik dan dialog dramatis. Bentuk komedi ini umumnya terkait dengan materi yang dikenal oleh pemirsa. Mengacu pada penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa parodi merupakan suatu bentuk dari sophisticated comedy. Ditandai dengan adanya sindiran terhadap kalangan atas dan lelucon dalam penyajiannnya, sehingga
38 parodi dikategorikan sebagai sophisticated comedy. Berbagai jenis permasalahan bisa dijadikan objek untuk diparodikan. 5. Dark Comedy Komedi yang berkaitan dengan hal-hal yang mengganggu, seperti kematian, narkoba, terorisme, pemerkosaan, dan perang. Beberapa dark comedy mirip dengan genre film horor. 6. Blue Comedy Komedi berdasarkan seksisme, rasisme dan pandangan homophobic, sering menggunakan kata-kata lelucon seksual dan bahasa profan. 7. Prop Comedy Prop Comedy adalah genre komedi yang menggunakan benda-benda lucu, atau objek konvensional digunakan dengan cara yang lucu. Istilah panggung dan film "prop", yang merupakan singkatan dari "properti". Properti dalam prop comedy adalah setiap benda yang pelawak gunakan dengan cara yang tidak masuk akal. Contohnya, alat peraga kecil yang dapat dipegang seperti buku atau tongkat, alat peraga kostum atau alat peraga yang dipakai seperti celana baju, maupun aksesoris lainnya yang dapat dipakai seperti topi, dan alat peraga set atau alat peraga yang dibangun ke dalam set seperti kursi, rumah, dan pagar. 8. Surreal Comedy Surreal Comedy adalah bentuk humor berdasarkan persepsi-persepsi aneh, situasi absurd, dan logika omong kosong. 9. Deadpan Comedy Tidak sepenuhnya bergaya komedi. Menceritakan lelucon tanpa perubahan ekspresi wajah atau perubahan emosi. Biasa diselipkan dalam film-film.
39 10. Sketch Sebuah episode kecil komedi dipraktekkan dan direkam. Biasanya satu Sketch berdurasi antara lima sampai sepuluh menit. 11. Musical Comedy Suatu bentuk humor komedi alternatif dimana sebagian besar berasal dari musik dan / atau lirik. 12. Other Humor Salah satunya adalah program yang mengikutsertakan pemirsa untuk bergembira ria dan membuat kalimat-kalimat lucu dan para master kuis yang menggunakan jabatan mereka untuk menghibur dengan meteri komedi dalam progam mereka.
Sony Set menambahkan beberapa jenis komedi dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Perancang Program Televisi Profesional”, yaitu (Set, 2008: 11-12) : 1. Komedi Yang Mengandalkan Pelecehan Fisik Merupakan jenis humor yang banyak dibawakan pelawak Indonesia, caranya dengan melecehkan melalui dialog atau fisik lawan main yang menurut kacamata keindahan tidak proporsional. 2. Komedi Pekerjaan Humor ini berasal dari cerita kelas pekerja yang mempunyai masalah dalam hubungan atasan-bawahan, sebagai kontemplasi dan wacana terhadap suasana kerja yang sering menekan seseorang yang langsung atau tidak langsung, merasa tertindas akibat perilaku atasan atau teman sekerjanya.
40 3. Komedi Ideologis Atau Politis Humor ini terbentuk dalam sebuah tatanan mesyarakat yang telah mampu melakukan otokritik terhadap kinerja pemerintahannya. Humor ini biasanya menggunakan simbol-simbol sindiran terhadap hubungan rakyat dan pemimpinnya.
4. Komedi Anak Apabila kita membuat sebuah scene humor untuk anak-anak dibawah usia 10 tahun, kita dapat menampilkan adegan lucu berkali-kali dengan format dan cerita yang sama tanpa menimbulkan kebosanan terhadap mereka. Berdasarkan dari jenis-jenis komedi di atas, maka “Opera Van Java” masuk ke dalam slapstick comedy dengan sebagian besar bentuk komedinya mengandalkan pelecehan fisik, tetapi di dalamnya terdapat juga unsur-unsur prop comedy karena dalam setiap lawakannya mereka selalu menggunakan properti-properti dalam jumlah yang banyak dan intensitas yang sering.
2.6.
Unsur-Unsur Program Kemasan dalam suatu program sangat penting untuk diperhatikan agar dapat
menjadi daya tarik bagi pemirsa. Unsur-unsur dalam suatu program antara lain : 1. Talent 2. Naskah / Script 3. Pendukung Visual 4. Artistik
41 5. Penyutradaraan / Directing 6. Camera Work 7. Musik
2.6.1. Talent
Pada televisi kita mengenal istilah “Talent” yang digunakan untuk menunjukkan seseorang yang muncul di depan kamera. Talent dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : a. Performer Performer adalah orang yang mucul di depan kamera atas nama dia sendiri. Seperti misalnya pembaca berita, penyaji berita, penyiar, pewawancara, dan pakar (Darwanto, 2007: 183). 1. Pembawa Acara (Penyiar) Penyiar merupakan seorang atau lebih yang membawakan atau menyajikan suatu acara non berita. Menurut arti katanya, penyiar adalah seorang yang mengantar suatu sajian (Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi, (Yogyakarta : Pinus, 2007), hlm 122). Menurut Hartoko (dalam Baksin), untuk menjadi penyiar televisi yang baik, diperlukan beberapa persyaratan yakni (Baksin, Askurifai. Jurnalistik
42 Televisi Teori Dan Praktek, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2006), hlm 157) : a. Penampilan fisik yang menarik b. Memiliki pengalaman yang cukup c. Memiliki kecerdasan pikiran, penguasaan bahasa, daya penyesuaian, daya ingat yang kuat,sehingga mampu menyajikan informasi di depan kamera dengan enak dan jelas. d. Tingkat keramahan yang tidak berlebihan dan disertai sopan santun. e. Jenis suara yang tepat dengan warna suara yang enak untuk didengar, menyenangkan dan memiliki wibawa yang cukup. 2. Narasumber Narasumber dari suatu wawancara biasanya memiliki latar belakang yang tidak sama. Narasumber yang akan diwawancarai secara garis besar dapat digolongkan kedalam empat kelompok jika dilihat dari kepentingan yang mereka wakili, yaitu (Morissan, 2005: 45) : a. pemerintah atau penguasa b. kelompok ahli atau pakar dan pengamat c. orang terkenal (celebrity) d. masyarakat biasa (man in the street) b. Aktor/Aktris Di lain pihak, aktor/aktris menggambarkan peran khayalan di dalam pemunculannya di depan kamera dan di samping itu juga mencoba untuk mengkreasikan di dalam tokoh peran yang dibebankan kepadanya. Tentu saja hal ini hanya akan terjadi dalam acara-acara drama, tetapi meskipun demikian mereka dapat
43 pula muncul di dalam acara variety musik, acara-acara panggung gembira anak-anak dan juga pada acara komersil. (Darwanto, 2007: 183) .
2.6.2. Script / Naskah Naskah merupakan ide atau gagasan yang mengandung data dan fakta yang ditujukan kepada komunikan dengan maksud tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam naskah antara lain : 1. Akurat (Accuracy) Informasi yang disampaikan harus berdasarkan data dan fakta. 2. Singkat (Brievity) Kalimat yang terdapat dalam naskah harus singkat dan jelas. Jika terlalu panjang, akan sulit untuk mengartikannya dam membuat pemirsa menjadi bingung. 3. Jelas (Clearity) Kejelasan dalam naskah berarti pemirsa mengerti apa yang diinformasikan dan tidak ada keraguan terhadap arti yang dimilik setiap kalimat dalam naskah. 4. Langsung (Direct) Naskah jangan terlalu banyak hiasan seperti sastra, tapi kata-kata tersebuttetap harus disusun sedemikian rupa agar menarik. 5. Mudah (Easy) Penjelasan isi naskah harus mudah ditangkap dan dimengerti oleh pemirsa. 6. Wajar (Fair) Isi naskah bersifat tidak memihak siapapun.
7. Segera (Immediate)
44 Berkaitan dengan jadwal siarannya, naskah harus ditulis dengan segera dan tepat waktu.
2.6.3. Artistik Artistik dalam media televisi adalah suatu perekayasaan seni yang bersifat mendukung keberhasilan suatu produksi acara televisi, antara lain terdiri dari dekorasi, kostum, properti, lighting, dan tata suara. Properti merupakan elemen tambahan yang berupa hiasan, alat bantu, dan bendabenda lain yang bertujuan membantu menghiasi panggung sekaligus alat bantu untuk mempermudah produksi. Jadi dalam sebuah produksi acara televisi, jangan takut untuk memasukkan berbagai macam elemen alat bantu untuk menguatkan suatu cerita (Darwanto, 2007: 270-271) . Dalam program “Opera Van Java”, properti yang digunakan biasanya terbuat dari bahan yang tidak berbahaya seperti gabus. Properti-properti ini digunakan sebagai bagian dari lawakan yang ada di dalam program “Opera Van Java”. Biasanya para pengisi acara menggunakan properti-properti tersebut untuk memukul, atau juga mendorong lawan mainnya ke arah properti yang terbuat dari gabus tersebut, dan karena properti-properti tersebut terbuat dari bahan yang tidak berbahaya, maka tidak akan melukai para pengisi acara.
2.7.
Konsep Pengaruh
45 Definisi pengaruh menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda, yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 747) .
Banyak teori dalam ilmu komunikasi yang dilatarbelakangi konsepsi-konsepsi psikologi tentang manusia. Salah satunya teori jarum hipodermik (yang menyatakan media massa sangat berpengaruh) dilandasi konsepsi behaviorisme yang memandang manusia sebagai makhluk yang digerakkan semaunya oleh lingkungan (Homo Mechanicus) (Nurudin, 2007: 228) .
2.7.1. Jenis-Jenis Pengaruh
Pengaruh komunikasi bias dibagi menjadi beberapa bagian. Secara sederhana Keith R. Stamm dan John E. Bowes (1990) membagi menjadi dua bagian dasar. Yaitu efek primer yang meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua, efek sekunder yang meliputi perubahan perilaku (menerima dan memilih) (Nurudin, 2007: 206-208) .
a.
Pengaruh Primer
Ketika kita mengatakan di sekitar kita ada banyak proses komunikasi, secara tidak langsung pula kita telah terkena efek. Jadi, betapa kita tidak akan bias lepas begitu saja ari efek yang terjadi di sekitar kita, itulah yang dimaksud dengan pengaruh primer. Ketika sebuah pesan diterima oleh audience dan menyita perhatiannya, kadang masih
sulit
untuk
dimengerti.
Sebagaimana
komunikator
dalam
komunikasi
antarpersona, biasanya ia langsung mengetahui bahwa pesannya tidak bias dimengerti.
46 Akan tetapi, didalam komunikasi massa seringkali komunikator tidak mengetahui apakah pesannya bias dimengerti atau tidak. Hal ini disebabkan umpan balik dalam komunikasi massa itu sangat terbatas dan tidak ada cara praktis untuk mengecek apakah pesan yang disiarkan bias dipahami, apalagi audience-nya menyebar atau heterogen. Bentuk penelitian yang dilakukan agar pesan-pesan yang disampaikan saluran komunikasi massa bisa dipahami adalah dengan memakai “formula menarik” (readability formula) yang bias digunakan untuk meramalkan seberapa jauh pemahaan audience terhadap suatu pesan.
b.
Pengaruh Sekunder
Mengikuti pendapat Swanson (1979) ide dasar yang melatarbelakangi pengaruh ini adalah bahwa audience aktif di dalam memanfaatkan media massa. Individu tidak secara spontan dan otomatis merespons pesan-pesan media massa. Dengan kata lain, individu menggunakan isi media tersebut untuk memenuhi tujuan mereka di dalam usaha menikmati media massa. Tujuan tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing individu. Jika kebutuhan sudah terpenuhi melalui saluran komunikasi massa, berarti individu mencapai tingkat “kepuasan” (keith R. Stamm dan John E. Bowes 1990). Menurut John R. Bittner (1996), fokus utama pengaruh ini adalah tidak hanya bagaimana media mempengaruhi audience, tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada dirinya (Nurudin, 2007:211) .
47
2.7.2.
Pengaruh Televisi
Kehadiran televisi dapat meningkatkan status sosial pemiliknya. Di pedesaan, televisi telah membentuk jaringan-jaringan interaksi sosial yang baru. Pemilik televisi sekarang menjadi pusat jaringan sosial, yang menghimpun di sekitarnya tetangga dan penduduk desa seideologi. Televisi telah menjadi sarana untuk menciptaka hubungan “patron-client” yang baru (Suparlan, 1979).
Televisi juga menyebabkan penjadwalan kembali jadwal sehari-hari. Dalam penelitian tentang efek televisi pada masyarakat, Rusdi Muchtar (1979) melaporkan bahwa sebelum televisi ada, orang biasanya pergi tidur malam sekitar pukul delapan dan bangun pagi sekali karena harus berangkat kerja ke tempat yang jauh. Setelah televisi ada, banyak di antara mereka yang sering menonton televisi sampai malam. Hal ini menunjukkan bahwa televisi telah mengubah kegiatan penduduk desa.
Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Schramm, Lyle, dan Parker (1961) menunjukkan dengan cermat bagaimana kehadiran televisi telah mengurangi waktu bermain, tidur, membaca, dan menonton film pada sebuah kota di Amerika (mereka menyebutnya “Teletown”). Penelitian yang sama telah dilakukan di Inggris (Himmelweit et al., 1958), Norwegia (Werner, 1971), dan Jepang (Furu, 1971). Semuanya menunjukkan gejala yang disebut Joyce Cramond (1976) sebagai “displacement effects” (efek alihan) yang ia definisikan sebagai “the reorganization of activities which takes place with the introduction of television; some activities may be cut down and others abandoned entirely to make time for viewing”, atau yang berarti reorganisasi kegiatan
48 yang terjadi karena masuknya televisi; beberapa kegiatan dikurangi dan beberapa kegiatan lainnya dihentikan sama sekali karena waktunya dipakai untuk menonton televisi (Jalaluddin, 2003: 220-221) .
Tidak hanya berpengaruh kepada pola hidup, televisi juga berpengaruh terhadap perilaku pemirsanya. Menurut teori belajar sosial Bandura, orang cenderung meniru perilaku yang diamatinya; stimuli menjadi teladan untuk perilakunya.
Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang diamati secara langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini bisa berupa tindakan tertentu atau gambaran pola pemikiran. Kita mengamati peristiwa tersebut dari mana saja, dan dalam hal ini televisi. Bila peristiwa itu sudah diamati, terjadilah tahap pertama belajar social, yaitu perhatian.
Stimuli yang dapat dijadikan teladan (modeling stimuli) diperhatikan karena sifat-sifat stimuli itu dan karakteristik orang yang mengangkap stimuli. Menurut Bandura, peristiwa yang menarik perhatian ialah yang tampak menonjol dan sederhana, terjadi berulang-ulang, atau menimbulkan perasaan positif pada pengamatnya (memenuhi kebutuhan psikologisnya) (Jalaluddin, 2003: 240-241) .
Perilaku agresif dengan menggunakan propert yang disiarkan berkali-kali dalam tayangan “Opera Van Java” dapat mempengaruhi perilaku pemirsanya, ditambah dengan lawakan dengan menggunakan properti dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan hiburan, membuat lawakan tersebut mendapat perhatian besar dari pemirsanya.
49 2.8.
Konsep Perilaku
Definisi perilaku menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hlm 755) .
Perilaku tidak terbentuk dengan sendirinya saat manusia lahir, ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi perilaku manusia. Jadi, suatu pesan tidak langsung mengenai individu, tetapi “disaring”, dipikirkan, dan dipertimbangkan apakah seseorang mau menerima pesan-pesan tersebut atau tidak.
2.8.1. Faktor Personal Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Faktor personal seringkali dipengaruhi oleh motif sosiogenis, atau sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan dari motif primer (motif biologis). Secara singkat motif-motif sosiogenis di atas dapat dijelaskan sebagai berikut (Jalaluddin, 2007: 3839) :
1 Motif ingin tahu
Yaitu kecendrungan setiap orang untuk berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya. Manusia membutuhkan kerangka rujukan (frame of reference) untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang sesuai.
2. Motif kompetisi
50 Setiap orang ingn membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan kehidupan apa pun. Perasaan mampu amat begantung pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional.
3. Motif cinta
Berbagai penelitian membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan peilaku manusia yang kurang baik.
4. Motif harga diri dan kebutuhan mencari identitas
Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia.
5. Kebutuhan akan nilai, kedambaan, dan makna kehidupan
Dalam menghadapi kehidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberkan makna pada kehidupannya. Termasuk ke dalam ini adalah motif-motif keagamaan.
6. Kebutuhan akan pemenuhan diri
Kebutuhan akan pemenuhan diri dilakukan melalui melalui berbagai bentuk :
51 1. Mengembangkan dan menggunakan potensi-potensi kita dengan cara yang kreatif konstruktif, misalnya dengan seni musik, musik, sains, atau hal-hal yang mendorong ungkapan diri yang kreatif. 2. Memperkaya kualitas kehidupan dengan memperluas rentangan dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan darmawisata. 3. Membentuk hubungan yang hangan dan berarti dengan orang-orang sekitar. 4. Berusaha “memanusia”, menjadi persona yang kita dambakan.
Motivasi seseorang juga akan ikut menentukan sebuah pesan diterima atau tidak. Hal ini juga berarti, motivasi untuk mencari hiburan contohnya akan menjadi dalih untuk menikmati media massa (Nurudin, 2007: 232) .
2.8.2. Faktor Situasional Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Sedangkan faktor situasional yang mempengaruhi manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Jalaluddin, 2007: 39-40) :
a. Faktor Ekologis
Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku.
b. Faktor Temporal
52 Satu pesan komunikasi yang disampaikan di pagi hari, akan berbeda maknanya
bila
disampaikan
pada
tengah
malam.
Jadi,
yang
mempengaruhi manusia bukan saja di ana mereka berada tetapi juga bilamana mereka berada.
c. Suasana Perilaku (Behaviour Settings)
Pada setiap suasana terdapat pola-pola hubungan yang mengatur perilaku orang-orang di dalamnya.
d. Teknologi
Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam perilaku sosial. Dalam ilmu komunikasi, Mrshall McLuhan (1964) menunjukkan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi media komunikasi.
e. Faktor-faktor Sosial
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah factor-faktor sosial yang menata perilaku manusia.
f. Lingkungan psikososial
Persepsi
tentang
sejauh
mana
lingkungan
memuaskan
atau
mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilak kita dalam lingkungan itu.
53 g. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku
Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa harus merasa malu. Sebaliknya, situasi restriktif enghabat orang untuk berperilaku sekehendak hatinya.
2.9.
Konsep Remaja
2.9.1. Pengertian Remaja
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi remaja adalah individu yang sudah memasuki usia dewasa, atau sebagai patokannya adalah usia yang sudah diperbolehkan untuk menikah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 830) .
Piaget (Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usai dimana anak tidak merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Hurlock menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saaat anak matang secara seksual hingga saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Sedangkan menurut Monks, remaja adalah individu yang berusia antara 12 - 21 tahun yang sudah mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dengan
54 pembagian 12 - 15 tahun adalah masa remaja awal, 15 - 18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18 - 21 adalah masa remaja akhir (Monks & 1999: 2) .
Sarwono (2000), menyatakan definisi remaja untuk masyarakat Indonesia adalah menggunakan batasan usia 11 - 24 tahun dan belum menikah, dengan pertimbangan sebagai berikut (Sarwono, 2001: 4) :
1. Usia 11 tahun adalah usia dimana para remaja umumnya tanda-tanda seksual skunder mulai tampak (kriteria fisik). 2. Di banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak – anak (kriteria seksual). 3. Pada usai tersebut mulai ada tanda-tanda pemyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity, menurut Erick Erikson), tercapainy fase genetial dari perkembangan kognitif (menurut Piaget), maupun moral (menurut Kohlberg). 4. Batasan usai 24 tahun merupakan batasan maksimal, yaitu untuk member peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebuat masih mengantungkan diri pada orang tua. 5. Dalam definisi di atas, status perkawinan sangat menentukan, karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun kehidupan masyarakat
55 dan keluarga. Karena itu definisi remaja disini dibatasi khusus untuk orang orang yang belum menikah.
2.9.2. Ciri-ciri Remaja Menurut Havighurst (Hurlock,1999) ciri-ciri remaja antara lain (Sarwono. 2007) : 1. Masa remaja sebagai periode penting Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaina mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat yang baru. 2. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya sksn meningalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi polaperilaku dan sikap baru pada tahap berikutnya. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun. 4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
56 Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri - sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu : a. Sepanjang masa kanak - kanak, masalah anak –anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru., sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. b. Remaja merasa diri mereka mandiri, sehingga mereka ingin menguasai masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru - guru. 5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak- kanak, penyusaian diri dengan
standar
kelompok
lebih
penting
daripada
bersikap
individualistis.penyusaian diri dengan kelompok pada remaja awal masih tetap penting bagitu anak laki-laki dan perempuan. Namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dengan orang lain. 6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusa, menyebabkan orang dewasa yagn harus membimbing dan mengawasi. Kehidupan remaja muda takut bertangung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap remaja yang normal. 7. Masa remaja sebagai masa tidak realistik
57 Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita - cita. Semakin tidak relistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apa bila orang lain mrngeceqakannya kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ia tetapkan. 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah dan meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk member kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum munuman keras, mengunakan obatobat, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka mengangap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan.
2.9.3. Jenis-jenis Perilaku Remaja
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Remaja”, jenis-jenis perilaku remaja antara lain (Sarwono, 2007: 210-214) : a. Hipoaktivisme Hipoaktivisme berarti perilaku yang menunjukkan kurangnya aktivitas. Mereka yang tergolong hipoaktif ini biasanya lambat dianggap sebagai gangguan karena mereka umumnya tidak mengganggu orang lain. Keadaan
58 hipoaktif
bisa
oleh
gangguan
jiwa.
Menurut
PPDGJ
(Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa, Edisi II 1983) ada beberapa gangguan keinginan yang kriteria diagnostiknya adalah hopiaktivisme. b. Kultisme Salah satu bentuk reaksi ketidakpuasaan remaja terhadap kondisi lingkungan sosialnya adalah menarik diri ke dalam dirinya sendiri sehingga ia tampil sebagai orang yang pendiam, pemalu, atau pemurung. Akan tetapi, penarikan diri itu bisa juga berupa pemilihan lingkungan tertentu atau norma tertentu dan cenderung mengikatkan diri pada lingkuangan atau norma tertentu tersebut. c. Perilaku Agresif Perilaku Agresif secara psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat. Pembagian lebih rinci tentang jenis – jenis perilaku agresif dikemukakan oleh , Sears Freadman dan Peplau (1991) sebagai berikut (Sarwono, 2007: 300) : a. Perilaku Melukai Dan Maksud Melukai Perilaku agresif adalah yang paling sedikit mempunyai unsur maksud melukai dan lebih pasti terdapat pada perbuatan yang bermaksud melukai dan berdampak sungguh – sungguh melukai. Sementara itu, perilaku melukai yang tidak disertai degan maksud melukai tidak dapat digolongkan sebagai agresif.
59 b. Perilaku Agresif Yang Anti Sosial Dan Yang Prososial Perilaku agresif yang pro sosial (polisi membunuh tetoris) biasanya tidak dianggap sebagai agresi. Sementara perilaku agresif yang anti social (teroris membunuh Sandra ) dapat di katakan perilaku agresif. Akan tetapi untuk membedakan keduanya tidak mudah karena ukurannya relative, tergantung norma social yang digunakan. c. Perilaku Dan Perasaan Agresif Ini pun harus dibedakan melalui kenyataan sulit dibedakan karena sumbernya adalah pada pemberitahuan atribusi oleh korban terhadap pelaku.
2.10.
Media Exposure Media exposure menurut Jalaludin Rakhmat (1989) diartikan sebagai terpaan
media, sedangkan Masri Singrimbun (1982) mengartikannya sebagai sentuhan media. Menurut Rakhmat, media exposure dapat diopeasionalisasikan sebagai frekuensi individu dalam menonton tv, film, membaca majalah atau surat kabar maupun mendengarkan radio. Selain itu media exposure berusaha mencari data audience tentang pengunaan media, bak jenis media, frekuensi penggunaan,maupun durasi pengunaan atau longevity. Sedangakan menurut Rosengren (1974) , penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis media, media yang dikonsumsi atau dengn media secara keseluruhan (Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2003), hlm 66) .
60 2.11.
Teori Kultivasi
Teori
kultivasi
berasal
dari
kata
“cultivation”,
yang
berarti
penguatan,pengembangan, perkembangan, penamaan, atau pereratan. Maksudnya bahwa terpaan media (khususnya TV) mampu memperkuat persepsi khalayak terhadap realitas social, atau dengan kata lain, TV dengan segala pesan dan gambar yang disajikannya merupakan proses atau upaya untuk ‘menanamkan’ cara pandang yang sama terhadap realitas dunia kepada khalayak. TV dipercaya sebagai instrumen atau agen yang mampu menjadikan masyarakat dan budaya bersifat homogen (homogenizing agent), dengan kata lain media mempengaruhi penonton dan masing- masing peonton itu meyakininya. Jadi, para pecandu TV akan memiliki kecendrungan sikap yang sama satu sama lain.(Morissan, 2005: 106) Hal ini tampak pada hipotesis dasar analisis kultivasi, yaitu “semakin banyak waktu seseorang dihabiskan untuk menonton TV, maka semakin seseorang menganggap bahwa realitas sosial sama dengan yang digambarkan di TV”. Teori ini berasal dari program riset jangka panjang dan ekstensif yang dilakukan George Gerbner beserta para koleganya di Annenberg School of Communication di Universitas of Pennsylvania. Penelitian kultivasi yang dilakukannya itu lebih menekankan pada “dampak”. (Nuruddin, 2007)
Teori Kultivasi memandang TV sebagai kekuatan dominan dalam membentuk masyarakat modern. Gerbner yakin TV memiliki kekuatan yang berasal dari pesan simbolik drama kehidupan nyata (symbolic content of the real-life drama) yang dipertontonkan kepada khalayak jam demi jam dan minggu demi minggu.(Griffin, 2003: 380)
61 Menurut Gerbner, rata-rata pemirsa menonton televisi empat jam sehari, pemirsa berat bahkan lebih lama lagi. Gerbner menyatakan bahwa bagi pemirsa “berat”, televisi pada akikatnya memonopoli dan memasukkan sumber-sumber informasi, gagasan, dan kesadaran lain. Dampak dari semua keterbukaan ke pesan-pesan yang sama menghasilkan apa yang oleh para peneliti ini disebut kultivasi, atau pengajaran pandangan bersama tentang dunia sekitar, peran-peran bersama, dan nilai-nilai bersama. Bagi para pemirsa berat televisi, apa yang terjadi pada televisi itulah yang terjadi di dunia sungguhan. (Nurudin, 2007: 166)
Gerbner mengemukakan alasan yang menjelaskan bagaimana kultivasi dapat terjadi yang menurutnya disebebkan oleh dua hal. Dengan kata lain, proses kultiasi terjadi dalam dua cara yang terdiri atas mainstreaming dan resonansi. (Morissan, 2005: 106)
Dengan menggunakan kalimat lain oleh West dan Turner (2007), mainstreaming dapat didefinisikan sebagai; “the tendency for heavy viewers to perceive a similar culturally dominant reality to that pictured on the media for heavy viewers to perceive a similar culuturally dominant reality to that pictured on the media although this differs from actual reality” (West & Turner, 2007: 281-282), yang berarti kecendrungan bagi pemirsa berat untuk menerima suatu realitas budaya dominan yang sama dengan realitas yang digambarkan media, walaupun realitas yang digambarkan media tidak sama dengan yang sebenarnya. Jadi, proses mainstreaming bias diartikan sebagai proses mengikuti arus utama yang terjadi ketika berbagai simbol, informasi, dan ide yang ditayangkan TV mendominasi atau mengalahkan simbol, informasi, dan ide yang berasal dari sumber lain.
62 Proses ikut arus menjelaskan bahwa TV ampu membuat pemirsanya menjadi homogeny sedemikian rupa sehingga mereka yang menjadi anggota penonton kelompok berat akan memiliki orientasi, perspektif, dan makna yang sama satu sama lain. (Morissan, 2005: 112)
Cara kedua bagaimana kultivasi bekerja adalah melalui resonansi yang terjadi ketika apa yang disajikan oleh TV sama dengan realitas aktual sehari-hari yang dihadapi penonton. Dengan kata lain, realitas eksternal objektif masyarakat bergema atau bergaung di TV. Jadi, apa yang terjadi di masyarakat terdengar gema atau gaungnya di TV
dan
diteria
oleh
penonton,
namun
keadaan
ini
tetap
menimbulkan
kultivasi.(Morissan, 2005: 113)
Menurut Gerbner (1982), kondisi ini memberikan dosis ganda (double dose) terhadap pesan yang akan memperkuat proses terjadinya kultivasi, sebagaimana dikemukakan Gerbner, “the congruence of the television world and real life circumstances may ‘resonate’ and lead to markedly amplified cultivation paterns.” (kesamaan yang ditayangkan dunia TV dan situasi dunia nyata dapat menghasilkan gaung dan mengarah pada pola-pola kultivasi yang semakin diperkuat). Realitas sosial yang ditanamkan ke dalam pikiran penonton boleh jadi sama atau sesuai dengan realitas objektif mereka, namun efek yang ditimbulkan adalah terjadinya penghalangan atau hambatan untuk terbentuknya realitas yang lebih optimis dan positif. Realitas yang ditayangkan TV menghilangkan harapan bahwa mereka dapat mewujudka situasi yang lebih baik.(Morissan, 2005: 113-114)
63 Secara ringkas Gerbner memberikan proposisi-proposisi tentang teori kultivasi sebagai berikut: (Kriyantono, 2007: 281-282)
1. Televisi merupakan suatu media yang unik, yang memerlukan pendekatan khusus untuk diteliti. 2. Pesan-pesan
televisi
membentuk
sebuah
system
yang
koheren,
mainstream dari budaya kita. 3. Sistem-sistem isi pesan tersebut memberikan tanda-tanda untuk kultivasi. 4. Analisis kultivasi memfokuskan pada sumbangan televisi terhadap waktu untuk berfikir dan bertindak dari golongan-golongan sosial yang besar dan heterogen. 5. Teknologi baru (seperti video cassette recorder) memperluas daripada mengelakan jangkauan pesan TV. 6. Analisis kultivasi memfokuskan pada penstabilan yang meluas dan penyamaan aikbat-akibat.
64
2.12.
Model Analisis
Gambar 2.1. Model Analisis
Variabel X Variabel Y Perilaku agresif menggunakan property dalam program OVJ di TRANS7
Perilaku Remaja
Dari model analisis tersebut, bias dilihat bahwa perilaku agresif dengan menggunakan property
dalam Program “Opera Van Java” di TRANS7 terhadap
perilaku remaja dipengaruhi oleh terpaan media (media exposure). Contohnya seperti, intensitas remaja dalam menonton program “Opera Van Java” dan frekuensi perilaku agresif dalam program “Opera Van Java”.