BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
Tabel 2.1 2.1 Penelitian Sebelumnya Penulis
Judul
Teori
Metodologi
Rahmat Sawempi
Pengaruh
Media massa
Kuantitatif-
1201003932
Tayangan
Kognitif sosial
Metodologi Tipe Riset
Binus University
Jejak Petualang di Trans7
Televisi Komunikasi Massa
Terhadap Perilaku
Komunikasi
Menjaga
Perilaku
Kelestarian
Media massa
Alam
11
Populasi dan sampel Keabsahan Penelitian Teknik Analisis
Hasil
Dari hasil penelitian, berdasarkan penghitungan koefisien korelasi Pearson Product Moment, didapat hasil sebesar 0,680. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dari tayangan Jejak Petualangterhadap perilaku menjaga kelestarian alam anggota UKM KLIFONARA Angkatan 2012. 3. Tayangan Jejak Petualang memiliki peranan sebesar 46,3% terhadap perilaku menjaga kelestarian alam anggota UKM KLIFONARA angkatan 2012 di Universitas Bina Nusantara. Sedangkan sisanya sebesar 53,7%
12 Penulis Ria Rezki 1301036502 Binus University
Judul Pengaruh Tayangan Program Paranoia di Ochanel TV Terhadap perilaku gaya hidupStudi remaja SMA karya Bhakti 400 Jakarta
Teori - Kognitif Sosial
Metode Kuantitatif Kuisioner
- Komunikasi Survey - Komunikasi massa - Televisi - Media massa - Perilaku
Teknik purposive sampling
Hasil
Besarnya pengaruh tayangan program acara televisi Paranoia di O ChannelTVmampu menjelaskan tentang perilaku gaya hidup remaja SMA Bakti Mulya 400 Jakarta adalah sebesar 21%, sedangkan 79% dipengaruhi oleh fakor lain. Dimana jika skor dalam menikmati tayangan paranoia naik sebesar 1, maka skor gaya hidup Siswa/Siswi akan naik sebesar 0,469 (mempunyai pengaruh kecil)
13 Penulis Trima
Judul
Pengaruh
- Komunikasi
Program
- Komunikasi Massa
Selviani 1301016601 Binus University
Teori
Religi Kata Uztadz Solmed di SCTV Terhadap Perilaku Beribadah
- Media massa - Televisi - Perilaku - Kognitif Sosial
Metode
Hasil
Terdapat hubungan yang cukup berarti (sedang) Operasional yaitu sebesar 0,517, dan terdapat pengaruh sebesar Konsep 26,7% antara variabel Pendekatan Program Religi “Kata Ustadz Solmed” di SCTV Populasi (X) dan variabel Perilaku Beribadah Penonton (Y) Perumusan Konsep program ini kurang begitu berpengaruh terhadap Interpretasi perilaku beribadah Data penonton. Meskipun audiens rela datang menonton program “Kata Ustadz Solmed”, tetapi ada kemungkinan bahwa isi program “Kata Ustadz Solmed” hanya sampai pada tahap kognitif saja, dan tidak semua audiens yang menonton program tersebut sampai pada tahap behavioral. Kuantitatif
Jurnal Kalyoncu Nesrin,(2011), Adolescents View On The Impact of Televsion Music Program In Their Consumption Behavior. Jurnal Internasional of Business Social Science, Vol.2 No.24 Theory : Cognitive, Affetive, Conative,cognitif, Mass Media, Television Utilatarian Consumption Behavior (Erikmen and Yuke) , 2008. Outcome of Orther Research That women at hedonic Consumption Behavior (Arnold and Reynolds 2003;kuker ,zor)
14 Methodology : Research Hypotheses, Population, Survey, Kuantitatif, Data Analysis, Data Collection, Population, sample, Survey
Kumar Sunita, (2013), The Impact of Television Advertisements on Children in the Process of family purchase decision. International Journal of Marketing and Technology (http://www.ijmra.us) Vol.3 Issue.7 Methodology : Research Hypotheses, Population, Survey, Kuantitatif, Data Analysis, Data Collection Theory
: Television, Mass Media, Affective, Coqnitfe
2.2
Teori Umum
2.2.1
Komunikasi Massa
2.2.1.1 Definisi Komunikasi Massa Pemaparan tentang definisi komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh para ahli. Secara garis besar memiliki kesamaan mengenai maksud dari pengertian komunikasi massa itu sendiri. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni : Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people) (Rakhmat, 2003: 188). Menurut Nurudin (2011:4-5), pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Media massa menunjuk pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran komunikasi massa. Nurudin juga menambahkan bahwa
15 Dalam hal ini kita perlu membedakan massa dalam arti “umum” dengan massa dalam arti komunikasi massa. Misalnya, kita pernah mendengar seorang penyiar televisi mengatakan, “Pemirsa, massa yang jumlahnya ratusan itu bergerak menuju gedung DPR-RI untuk memprotes kebijakan pemerintah.” Kata massa dalam hal ini lebih mendekati arti secara sosiologis. Dengan kata lain, massa yang dimaksud dalam hal itu adalah kumpulan individu yang berada di suatu lokasi tertentu. Komunikasi massa yang lebih terperinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain yaitu: Gerbner (1967) “Mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societies”. (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandasan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimilik orang dalam masyarakat industri) (Rakhmat, 2003: 188). Dari definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Gebner, dapat dilihat bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarluaskan dan disalurkan kepada masyarakat luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dan bulanan. Proses memproduksi pesan ini dilakukan oleh sebuah lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri. Menurut Jay Back dan Federick C. Whitney dalam bukunya Introduction to Mass Communication (1988) dikatakan bahwa komunikasi massa lebih menunjuk kepada media mekanis yang digunakan dalam komunikasi massa yakni media massa (Nurudin, 2011: 5).
16 Sedangkan menurut pendapat Tan Wright, dalam Liliweri (1991), menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Elvinaro & Komala, 2007:3). Komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teori Kwal Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa. Menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai Komunikasi Massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan di antara media tersebut. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audiens dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. 3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikator tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba.
17 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penepis informasi). Artinya, pesan-pesan yang sampaikan, dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa.Ini berbeda dengan komunikasi antarpribadi, kelompok atau publik di mana yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam komunikasi massa ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, editor film, penjaga rubrik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya, dalam komunikasi antar personal. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda. Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan atau informasi secara serentak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan dari media massa sebanding dengan jenis komunikasi lain adalah bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2011 : 9). Josep A. Devito dalam Nurudin (2011:11) menyebutkan bahwa “First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not mean that the audience includes all people or everyone who who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is
18 perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazine, films, books, and tapes.”Jika di terjemahkan secara dapat diartikan bahwa “Pertama, komunikasi massa adalah komunkasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya.Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang berupa audio atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih luas bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita). Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membacaatau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya (televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita). Dari berbagai definisi yang telah disebutkan diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sebuah proses komunikasi massa bersumber dari komunikator yang terorganisir, serta ditujukan untuk sekelompok individu dalam skala yang besar, heterogen, dan tidak memiliki spesifikasi tertentu. Proses ini mensyaratkan penggunaan media massa, entah itu media cetak maupun elektronik, dimana
19 penggunaan media elektronik seperti televisi dan radio menggunakan sebuah pemancar audio dan/atau visual. Selain itu, Kurt Lang & Gladys Engel Lang melalui jurnal dengan judul “Mass Society, Mass Culture, and Mass Communication: The Meaning of Mass” mengatakan bahwa We begin with a quick look back at how “mass communication” came to denote characteristics that today most everyone takes for granted. When people speak of the media, they usually have in mind corporate bodies or government agencies whose access to modern technology enables them to disseminate the same uniform content to a geographically dispersed multitude. At first, this capability was confined to cheap print, and then later expanded to motion-pictures, both of which were still dependent on physical transport. This limitation did not extend to either radio or television, which, given their wide reach, were destined to become the media of mass communication par excellence. But to develop into mass communication, the new technology had to be employed to reach a large audience. As late as the end of the 1920s, Ernest W. Burgess (1886-1966), a University of Chicago sociologist whose interest was mostly in human ecology, could still write about the conquest of space by new forms of transportation and communication, such as the automobile, the motion picture, the airplane, and the radio, without even a single reference to the expansion in the size of audiences and its consequences (1929, p. 1072). Two years later, David O. Woodbury devoted a book (1931) to “communication at a distance,” grouping mass media with personal communication forms, such as letters that rely on carriers, or with those which do not.
20 Dari jurnal diatas dapat disimpulkan setelah diartikan secara bebas bahwa, komunikasi massa telah mempermudahkan
pekerjaan setiap orang. Melalui
komunikasi massa, kita dipermudah dengan tidak hanya mendapatkan referensi berdasarkan satu sumber saja. Perkembangan teknologi juga telah menjadikan komunikasi massa dapat menjangkau khalayak secara lebih luas.
2.2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi massa yang merupakan suatun prososes berkomunikasi melalui media masssa mempunyai beberapa funsi. Para pakar mengemukakan tentanf sejumlah fungsi komunikasi, pembahasan komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui meida massa. Fungsi komunikasi massa menurut Dominivk ( dalam Elvinaro Ardiato, 2007:14) terdiri surveilance (pengawasan), interpretation (penafsiran), Lingkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertaiment (hiburan). 1.
Pengawasan (Surveillance) Fungsi
pengawasan
ini
dibagi
menjadi
dua,
yaitu
pengawasan
peringatan(warning and beware surveillance) yang terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman yang penting untuk diketahui oleh khalayak, dan pengawasan instrumental (instrumental surveillance), yaitu penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari Fungsi pengawsan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang
ancaman
dari
angin
topan,
meletusnya
gunung,
kondisi
yang
memperhatinkan, tayangan inflaso atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat mejadi ancaman. Sebuah statiun televisi mengelola
21 program untuk menayangkan sebuah peringatan atay menayangkan dalam jangka panjang. ( Ardiantodan rekan, 2007 : 15) Fungsi pengawasan Instrumental adalah penyampaian informasi yang memiliki kegunaan atau dapat memabantu kahalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang ditayangkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham dalam bursa efek, produk-produk baru,ide-ide tentang metode, resep masakan dan sebagainya, adalah contoh-contoh pengawasan instrumental. (Ardianto dan rekan, 2007:15) 2.
Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa
tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberika penafisran terhadap kejadian- kejadian penting. Organisasi atau nedua memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang ditayangkan. 3.
Lingkage (Pertalian) Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga
membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. 4.
Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai) Fungsi ini disebut juga sebagai sosialisasi. Media mewakili sebagai model
dan peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya 5.
Entertaiment ( Hiburan ) Sulit di bantah lagi bahwapada kenyataannya hampir semua media
menjalankan fungsi hiburan. Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hmapir tiga perempat ebtuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Begitu pun radio, siarannya banyak memuat acara hiburan.
22 Melalui berbagai macam program acara yang ditayangkan televisi, khalayak dapat memperoleh hinuran yang di kehendakinya. Melalui berbagai macam acara di radio pun masyarakat dapat menikmati hiburan. Sementara itu, Effendy mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum adalah: (Ardianto dan rekan, 2007:18)si informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai mahkluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi. Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah, atau tempat bekerja, melainkan dari media. Kita belajar music, politik, ekonomi, hukum, seni, sosiologi, psikologi, komunikasi, dan hal lain dari media. Kita belajar keterampilan menggunakan computer, memasak, menjahit dan lain sebgainya dari media. Kita mengenal tempattempat bersejarah yang ada di dunia juga dari media elektronik (terutama film) dan mediacetak yaitu buku-buku sejarah. Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, mendengarkan radio siaran atau menonton televisi karena merekea ingin mendapatkan informasi tentang peristiwa yang terjadi dimuka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain. 2. Fungsi pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak meyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi, dan artikel.
23 3. Fungsi mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implicit terdapat pada tajuk/editorial,features,iklan,artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh iklan-iklan yang ditayangkan televise maupun surat kabar, seperti contoh berikut: keluarga petani yang hidup didesa mempunyai kebiasaan mencuci rambut dengan menggunakan air sapu merang rendamanyang telah dibakar lebih dahulu. Apa yang terjadi setelah keluarga petani tersebut memiliki pesawat televisi dan menonton tayangan iklan shampoo yang dibintangi artis favoritnya? Kebiasaan yang sudah berlangsung sejak lama, sekarang mengalami perubahan. Dari mencuci rambut dengan memakai rendaman air sapu merang dibakar diganti dengan shampoo yang ada didalam iklan ditelevisi. Selanjutnya Devito (dalam Ardianto dan rekan rekan, 2007:19) menyebutkan fungsikomunikasi massa secara khusus, adalah : (to persuade), menganugrahkan status, membius (narcotization), menciptakan rasa kebersatuan, dan privatisasi. 1. Fungsi Meyakinkan ( to Persuade) Fungsi untuk meyakinkan melalio pengukuhan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang, mengubah sikap, menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu, memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu. 2. Fungsi Menganugrahkan Status Penganugrahkan status menjadi terjadi apabila yang disebarluaskan melaporjan kegiatan individu-idnvidu tertentu sehingga prestise (gengsi) mreka meingkat. Misalnya harian Ekonomi Bisnis Indonesia menyajikan rubik profil dan views pengusaha di halaman depan, sehingga menaikan prestise mereka sebagia pengusaha. Dengan memfokuskan kekuatan media massa pada orang-orang tertentu, masyarakat menganugrahkan kepada orang-orang tersebut suatu publik yang tinggi.
24 3. Fungsi membius (Narcotization) Ini berarti bahwa apabila media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil. Sebgai akibatnya, permirsa atau penerima terbius ke dalam keaddan pasif, seakan-akan berada dalam narkotik. 4. Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan Fungsi komunikasi massa yang tidak hanya disadari oleh kita semua adalah kemampuanya untuk membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok. Program televisi, berita-berita di surat kabar telah mebuat seseorang yang kesespiab merasa menjadi anggota sebuah kelompok yang lebih besar. 5. Fungsi Provatisai Privatisai adalah kecendrungan bagi seseorang untuk menarik diri dari kelompok sosial mengucilkan diri kedalam dunianya sendiri. Beberapa ahli berpendapatbahwa berlimpahnya informasi yang di jejalkanle apda kita telah membuat kita merasa kekurangan. Laporan yang gencar tentang perang, inflasi, kejahatan, dan Pengangguran membuat sebgaian orang merasa begitu putus asa sehingga mereka menarik diri ke dalam dunia mereka sendiri. Dapat disimpulkan Program Indonesia Bagus di NET TV memiliki semua fungsi yang terdapat di dalam pengertian fungsi Komunikasi massa
2.2.1.3 Ciri-ciri Komunikasi Massa Dalam buku Pengantar Komunikasi massa (Vera, 2008:12), Definisi Komunikasi massa dikemukakan oleh beberpa ahli ilmu komunikasi secara prinsip mengandung suatu makna yang sama, bahkab anatra suatu definisi dengan definis
25 lainnya dapat dianggap saling melengkapi. Adapun ciri-ciri komunikasi massa tersebut adalah sebagai berikut: 1. Komunikatornya Terlembaga Menurut Wright, komunikator dalam komunikasi massa bergerak dalam organisasi yang kompleks, yang terdiri dari banyak orang yang terlibat di dalamnya dari mulai wartawan, editor, pemimpin redaksi, pemilik media, dan lainnya. Karena dalam organisasi yang kompleks maka memerlukan modal yang besar dalam menunjang kariernya, memerlukan pula peralatan yang lengkap. 2. Komunikasinya bersifat anonim dan heterogen Khalayak sasarannya luas, heterogen (beragam), anonim (tidak dikenal). Disebut luas karena jumlahnya banyak dan tersebar, tidak di batasi oleh jarak dan geografis. Disebut heterogen karena khalayak komunikasi massa sangat beragam, terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, baik dari segi pendidikan, jenis kelamin, agama, status sosial, dan sebagainya. Sedangkan anonim artinya masing – masing khalayak tidak mengenal satu dengan yang lainnya walaupun pada saat bersamaan mereka menerima pesan – pesan yang sama.Pada komunikasi interpersonal.
Komunikator
akan
mengenai
komunikannya.
Mengetahui
identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Selain itu khalayak dalam komunikasi massa sifatnya berubah – ubah. Apa yang menarik perhatian pada suatu saat mungkin tidak akan menarik lagi di saat yang lain. Perhatian khalayak juga berbeda – beda tingkat intensitasnya. 3. Isi pesan bersifat umum
26 Bersifat umum, buka perorangan atau pribadi untuk kepentingan prang banyak. Komunikasi massa itu ditujukan kepada semua orang, bukan untuk sekelompok orang tertentu.
4. Waktu Penyampaian Dalam komunikasi massa waktu penyampaiannya cepat dan mampu menjangkau khalayak luas tidak terbatas secara geografis dan cultural. Karena karakteristik ini media massa disebut sebagai Messages Multiplier; penyampaian pesan secara cepat dan menjangkau khalayak luas. Ciri ini bisa juga disebut komunikasi massa menimbulkan keserempakkan, contohnya acara final piala dunia yang disiarkan secara langsung di televisi dapat ditonton oleh penonton dari seluruh penjuru dunia pada waktu yang bersamaan atau hamper bersamaan. 5. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Dalam beberapa definisi dan pengertian tentang komunikasi massa disebutkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan atau melalui media massa. Karena ciri tersebut maka komunikator dan komunikannya tidak bertemu secara langsung seperti yang terjadi pada komunikasi interpersonal (tatap muka), akibatnya respon tidak diberikan secara langsung maka sifat komunikasi massa adalah satu arah (one way traffic communication). Apabila kita sedang menonton berita di televisi kemudia ada beberapa bagian yang tidak dapat kita pahami, kita tidak dapat meminta penyiar untuk mengulang membacakan bagian yang tidak kita pahami itu, pesan harus diterima dengan apa adanya, akan tetapi pada konteks – konteks tertentu dapat bersifat dua arah.
6. Mengutamakan Unsur Isi Dari pada Hubungan
27 Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan. Pada komunikasi massa lebih mementingkan unsur isi, sedangkan dalam komunikasi antar pribadi lebih mengutamakan unsur hubungan. Pada komunikasi antar pribadi isi pesan tidak begitu diperhatikan dalam arti tidak harus sistematis, dan tidak harus relevan antara satu dengan yang lain. perpindahan topik pembicaraan berjalan sangat fleksibel. Misalnya komunikasi dimulai dengan topik tentang olah raga, pindah pada topik tentang film, lalu topik tentang pacar, dan sebagainya. Dengan kata lain yang menentukan efektifitas komunikasi bukanlah struktur, tetapi aspek hubungan manusia. Bukan pada “apanya” tapi pada “bagaimana”. Sedangkan pada komunikasi massa menekankan pada “apanya” (Elvinaro & Lukiati Komala, 2004). Dalam komunikasi massa isi pesan harus dibuat terstruktur sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.
7. Feedback Dalam Komunikasi Massa Karena komunikasi massa bersifat satu arah maka feedback (umpan balik)nya bersifat tertunda (delayed feedback). Maksudnya adalah komunikan dalam komunikasi massa tidak bisa memberikan respon langsung pada komunikator tidak seperti dalam komunikasi antar pribadi, karena dalam komunikasi massa pesan disampaikan lewat media massa tidak secara langsung (tatap muka). Umpan balik biasanya berupa surat pembaca, melalui fax, telepon, email, media sosial, dan sebagainya. Tetapi dengan adanya kemajuan yang pesat dibidang teknologi komunikasi apakah memungkinkan komunikasi yang dua arah dapat berlangsung (dalam komunikasi massa)? Jika dilihat sepintas memang hal itu memungkinkan, seperti acara dialog interaktif di televisi atau radio, di mana khalayak (penonton atau pendengar) di rumah dapat berpartispasi secara langsung melalui telepon pada saat
28 siaran langsung. Karena komunikai melalui telepon secara langsung merupakan komunikasi dua arah. Tetapi perlu dilihat bahwa komunikasi dua arah tersebut terjadi pada khalayak yang sangat terbatas, yaitu yang menelpon saja, padahal khalayak komunikasi massa demikian luas dan tak terbatas. Maka dalam hal ini umpan balik dalam komunikasi massa tetap merupakan umpan balik yang tertunda. 8. Stimulasi Alat Indera Yang Terbatas Dalam komunikasi massa, stimulusi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. Karakteristik ini juga merupakan kelemahan dari komunikasi massa, contohnya; orang tidak bisa melihat (tunanetra) hanya bisa mendengar radio, tidak bisa membaca surat kabar dan menonton televisi. (Wijayanto,2000:11-12) 2.2.2
Media Massa
2.2.2.1 Definisi Media Massa Media massa (mass media) merupakan berbagai macam media atau wahana komunikasi massa seperti pers (secara sempit diartikan sebagai surat kabar, sedangkan secara luas sebagai media pemberitahuan), media-media cetak pada umumnya (majalah dan jurnal), dan berbagai media elektronik seperti radio, bioskop dan televise yang mampu menjangkau masyarakat luas (Jeffkins, 2004 :420). Pengertian lain, media massa itu adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen (Nurudin, 2007 : 9). Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh kepada banyak orang (khalayak)
29 dalam jarak waktu yang ringkas. Media massa bukan sekedar alat semata-mata, melainkan juga institusionalisasi dalam masyarakat sehingga terjadi proses pengaturan terhadap alat itu oleh warga masyarakat melalui kekuasaan yang ada maupun melalui kesepakatan-kesepakatan lain (Soyomukti, 2010 :198)..
2.2.2.2 Fungsi Media Massa Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluaskan dan mengiklankan produk. Ciri khas dari media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapat, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. Peran utama yang diharapkan dihubungkan dengan perubahan adalah sebagai sebagai pengetahuan pertama. Mediamassa merupajan jenis informasi yang disenangi oleh petani pada tahap kesadaran dan minat dalm proses adopsi inovasi.
2.2.2.3 Peran Media Massa Denis McQuail (1987) mengemukakan sejumlah peran yang dimainkan media massa selama ini, yakni : 1. Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain utamanya dalam periklanan/ promosi. 2. Sumber kekuatan alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarkat. 3. Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarkat. 4.Wahana pengemabangan kebudyaan,mode, gaya hidup, dan norma. 5.Sumber dominanpencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat. (Romli, 2002:4) 2.2.2.4 Karakteristik Media Massa
30 Beberapa karakteristik dari media massa yaitu: 1. Publisitas, yakni di sebarluaskan kepada publik, khalayak atau orang banyak. 2. Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak. 3. Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran mengudara sekian jam per hari. 4. Kontinuitas, berkesinambungan atau terus menerus sesuai periode mengudara atau jadwal terbit. 5.Aktulitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualis juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
2.2.2.5 Jenis Media Massa Menurut buku (Nurani, 2010: 200) terdapat beberapa jenis media massa, yaitu : 1. Media Cetak, yang contohnya adalah surat kabar. Yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : - pesan yang disampaikan memuat unsur reproduksi utama : simbol verbal gambar dan warna - relatif nyaman, mudah dibawa kemana-mana, - unsur umpan balik yang ada juga bersifat verbal, - sumber kehidupan industri media cetak adalah iklan dan penjualan, 2. Media audio, misalnya adalah radio. Yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : - unsur reproduksinya adalah suara
31 - secara relatif bisa dibawa kemana-mana - tidak bisa dinikmati berulang-ulang alias tidak dapat didengar kembali - pesan bersifat serempak - proses komunikasinya menggunakan unsur umpan balik, baik verbal dan nonverbal 3. Media audio-visual, misalnya televisi, memiliki ciri-ciri sebagai berikut : - unsur reproduksinya bersifat verbal, gambar, warna, suara dan gerakan. - tidak portable karena tidak bisa dibawa kemana-mana - pesan tidak bisa diulang karena tampilan pesan sekilas sehingga cepat berlalu. - bersifat serempak - umpan balik : verbal dan nonverba
2.2.3 Televisi Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre berasal dari kamus latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi yang dalam bahasa inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah penerima. Televisi adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronis dengan memadukan radio (broadcast) dan film (moving picture). Para penonton di rumahrumah tak mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tak mungkin dapat melihat-lihat gambar yang bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada unsur-unsur film (Effendy, 2003 : 124). Sementara itu dalam buku Komunikasi Massa karangan Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah, (2007 : 134) dari semua media komunikasi yang
32 ada, televisilah yang paling
berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi
mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dengan bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi dirumah dengan menggunakan wireless cable yang membuka tambahan saluran televisi bagi pemirsa. Dari pernyataan diatas, peneliti memahami bahwa televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar, yang
tampak atau dapat melihat dari jarak jauh.
Televisi adalah bagian dari kebudayaan audio visual yang berperan sebagai alat yang dapat mempengaruhi dan membentuk sikap dan kepribadian masyarakat dalam cakupan yang luas. Jaringan televisi dapat menjangkau masyarakat hingga daerah terpencil. 2.2.3.1 Karakteristik Televisi Peran media massa penyiaran amat menonjol, hal ini karena media massa penyiaran, khususnya media massa televisi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Darwanto, 2007 : 42-44 ) : 1. Keserempakan Maksud dari keserempakan (simultaneusness) ialah dalam waktu yang relatif sama, khalayak dimana pun berada dapat menerima informasi dari media yang bersangkutan. Untuk ini hanya berlaku bagi media massa elektronik, sedangkan media cetak, masalah teknis, keserempakan tidak dapat terjadi. Salah satu ciri media massa adalah kemampuannya menyampaikan informasi sedini mungkin kepada khalayak. Itulah salah satu penyebab mengapa radio dan televisi sejak ditemukan pertama kali, dapat dengan cepat siarannya berkembang. Mampu meliput daerah yang tidak terbatas Media massa elektronik dapat meliput dan mampu menembus belahan bumi manapun tanpa gangguan yang berarti.
33 2. Bisa dimengerti yang buta huruf Kelebihan lain dari media massa elektronik, bisa dimengerti oleh mereka yang buta huruf, mereka hanya dapat menggunakan daya fantasinya saja, karena itu mereka tidak mengalami kesulitan saat menonton program siarannya, sebab televisi di dalam susunan gambarnya telah mengubah bahasa verbal menjadi bahasa gambar. 3. Bisa diterima mereka yang cacat tubuh Media massa radio dan televisi saling mengisi kekurangan dan kelebihannya, sehingga kekurangan masing – masing dapat diatasi, sehingga dapat dimanfaatkan mereka yang cacat tubuh pendengaran maupun penglihatan. Selain itu, berikut pendapat Tunjung Riyadi dalam artikelnya pada jurnal Humaniora mengenai televisi dalam media massa. “Mengupas televisi dari sisi media massa berarti berfokus pada aspek audiens yang menjadi kajiannya. Membandingkan media televisi dengan media lain merupakan salah satu jalan termudah untuk memahami karakteristiknya. Penonton televisi mempunyai karakteristik yang unik. Mereka tersebar dimana-mana dan mempunyai selera yang beragam. Mereka punya pilihan menonton saluran yang disukai. Hal ini beda dengan penonton film di bioskop. Sekali datang ke biokop mereka harus berkonsentrasi penuh dalam ruang yang benar-benar disiapkan untuk menonton dalam kondisi senyaman mungkin. Dengan menyadari berbagai macam sifat para
penonton ini, perancang
program dituntut mampu memenuhi kebutuhan semua khalayak. Strategi yang dilakukan biasanya adalah menentukan satu sasaran pemirsa yang memiliki banyak kesamaan keinginan. Ini tercermin dari kesamaan usia penonton, gender, tingkat ekonomi dan insight psikografinya. Lebih mudahnya mengetahui target audien dari sisi geografi, demografi dan psikografi.”
34
2.2.3.2 Program Televisi Kata “program” berasal dari bahasa inggris programme yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Menurut kamus WJS Purwodarminto, pengertian program adalah acara, sementara kamus Webster International volume 2 lebih merinci lagi, yaitu program adalah suatu jadwal (schedule) atau perencanaan untuk ditindaklanjuti dengan penyusunan “butir” siaran yang berlangsung sepanjang siaran itu berada di udara (Soenarto, 2007 : 1). Dari definisi mengenai program diatas, peneliti menyimpulkan bahwa program adalah sesuatu susunan acara yang ditampilkan oleh stasiun penyiaran/ untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. Program dirancang sebaik mungkin oleh stasiun televisi untuk dapat menarik perhatian audiens.
2.2.3.2.1 Jenis Program Televisi Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Menurut Morissan (2005:105), berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar berdasarkan jenisnya, yaitu : 1.
Program Informasi (berita)
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada audience.Dengan demikian, program informasi tidak hanya program berita dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termaksud talkshow (perbincangan)
35 misalnya, wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).
a. Berita Keras (hard news) Merupakan informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak.Sebagian orang menyebut berita keras dengan istilah straight news. Media penyiaran adalah media yang paling cepat dalam menyiarkan berita kepada masyarakat. Dalam berita-berita mengenai konflik, televisi menjadi medium informasi yang paling dipercaya. Hal ini disebabkan televisi menyajikan gambar yang menjadi bukti yang cukup besar untuk kegiatan pemberitaan dalam porsi waktu siaran yang cukup besar. b. Berita Lunak (soft news) Berita lunak (soft news) lebih mengedepankan berita yang lebih menitikberatkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau mengherankan pemirsa. soft news pun terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu current affair, magazine, talkshow, feature, documentary. Dapat simpulkan bahwa Program Indonesia Bagus di NET TV tergolong kepada jenis Program Feature, karena program Indonesia Bagus mengedepankan tema yang unik dalam penayangan. Perbedaan hardnews dan softnews Hard news
Soft news
Harus ada peristiwaa terlebih dahulu
Tidak harus ada peristiwa terlebih dahulu
Peristiwa harus actual (baru terjadi)
Tidak harus actual
Harus segera disiarkan
Tidak bersifat segera
36 Mengutamakan informasi terpenting
Menekankan pada detail
Tidak menekankan sisi human interest
Sangat menekankan segi human interest
Laporan tidak mendalam (singkat)
Laporan bersifat mendalam
Teknik penulisan piramida tegak
Teknik penulisan piramida terbalik
Ditayangkan dalam program berita
Ditayangkan dalam program lainnya
Sumber : (Morissan, 2005 : 102)
2.
Program Hiburan (entertainment)
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan.Program yang termaksuk dalam kategori hiburan adalah drama, musik, dan permainan. a. Program Drama Pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Dengan demikian program drama biasanya menampilakn sejumblah pemain yang memerankan tokoh tertentu. b. Program Musik Dapat ditampilkan dalam dua format yaitu video clip atau konser.Program musik berupa konser dapat dilakukan dilapangan (outdoor) ataupun didalam studio (indoor). Program musik ditelevisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis menarik audience. Tidak saja dari kualitas suara namun juga berdasarkan bagaimanna mengemas penampilannya agar menjadi lebih menarik. Menurut Soenarto format program hiburan terdiri dari drama dan non drama dibedakan menjadi : 1.
Program Drama
37 Program siaran drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita. Untuk membedakannya dengan sinetron non-cerita adalah format sinetron yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu : sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama saduran dan sinetron yang dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah. (Soenarto, 2007 : 62-63) 2. Program Non Drama Program non drama merupakan bentuk acara yang tidak disertai bumbu cerita. Acara non drama diolah seperti apa adanya. Program jenis dokumenter termasuk program nondramatik, ini bisa didapatkan dari keadaan nyata, bisa mengenai alam, budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian (Soenarto, 2007 : 62-63). Jika dilihat dari pemaparan di atas Program Indonesia Bagus tergolong kepada format Program Non Drama, karena dalam penayangan Program Indonesia Bagus sumber tayangan didapat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa direkayasa. 2.2.3.3 Desain Produksi Acara Televisi Pada prinsipnya penyelenggaraan siaran stasiun televisi umum terbagi menjadi dua, yakni siaran karya artistik dan karya jurnalistik. Siaran karya jurnalistik merupakan
produksi
acara
televisi
dengan
pendekatan
jurnalistik
yang
mengutamakan kecepatan penyampaian informasi dari sumber pendapat, realitas atau peristiwa yang terjadi (Muda, 2005 : 59).
1. Program jurnalistik, yaitu program yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi kecepatan, termasuk ke dalam proses penyajian kepada khalayak. Menurut Roland E. Wolesly dan Lawrence R. Campbell di dalam exploring journalism, yang dikutip oleh
38 Askurifai Baksin dalam bukunya, “jurnalistik ialah tindakan diseminasi informasi, opini dan hiburan untuk orang ramai yang sistematik dan dapat dipercaya kebenarannya melalui media komunikasi massa modern” . Program jurnalistik antara lain :
1. Berita Aktual (news bulletin) yang bersifat timeconcern 2. Berita Non-aktual (news magazine) yang bersifat timeless 3. Penjelasan masalah hangat (current affairs), seperti : (a). Dialog (wawancara, talkshow, diskusi panel) (b). Monolog (pidato, pengumuman, khutbah dan lain-lain) (c). Laporan
2. Program Artistik, yaitu program yang diproduksi melalui pendekatan artistik atau rasa keartistikan, yaitu proses produksi yang mengutamakan segi keindahan. Siaran (rangkaian mata acara) program artistik antara lain : 1. Pendidikan atau agama 2. Features 3. Dokumenter 4. Seni dan budaya 5. Hiburan (musik, lawak, akrobat, sinetron dan lain-lain) 6. Iklan / Public service 7. Penerangan umum 8. Ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain sebagainya
39 2.2.3.4 Program Dokumenter Menurut
FredWibowo,
program
dokumenter
adalah
program
yang
menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai esensial dan eksistensial, artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hidup dan situasi nyata. Program dokumenter berusaha menyajikan sesuatu sebagaimana adanya, meskipun tentu saja menyajikan sesuatu secara objektif itu hampir tidak mungkin. Fred Wibowo juga menambahkan bahwa bagaimana mungkin sesuatu dapat objektif seratus persen, sementara dari angle mana gambar diambil, sepenuhnya ditentukan menurut selera kamerawan. Gambar mana yang dipakai dan mana yang dibuang ditentukan oleh editor dan produser atau sutradara. Oleh karena itu, objektivitas dalam hal iniberarti kejujuran atau ketulusan dari sutrada, produser, kamerawan dan editor.objektivitas berarti juga serangkaian gambar tentang kebenaran hasil pilihan dengan nilai atau makna yang paling tinggi dari apa yang dishooting dan bagaimana itu di-shooting. (Fred Wibowo 2009:146)
Dokumenter Televisi secara umum cerita non fiksi dalam format siaran televisi, merupakan gaya bertutur jurnalistik yang dibagi dalam 5 kategori : 1. Berita Aktual (Reportase) 2. Feature 3. Magazine 4. Dokumenter Televisi 5. Dokumenter Seri Berita Aktual (Reportase) Bentuk ini dipakai dalam laporan berita report/news. Sebagai contoh pada acara siaran televisi swasta, Liputan 6, Cakrawala, Seputar Indonesia . Dimana
40 ditayangkan sejumlah reportase dokumenter berdurasi pendek dari beberapa peristiwa. Feature Suatu bentuk dokumenter berita yang menyuguhkan suatu tema/topik tertentu, dengan mengadakan wawancara, dilengkapi dengan komentar atau narasi. Contoh : Liputas Khusus MAGAZINE Ini merupakan suatu paket berita pada acara televisi, yang menyuguhkan minimal 3 tema/topik. Magazine atau biasanya disebut majalah udara pada radio,adalah gabungan uraian fakta dan opini, yang dirangkai dalam satu mata acara. Contoh : Spektrum di TVRI, Horrison di Indosiar DOKUMENTER TV Suatu tema / topik tertentu, disuguhkan dengan gaya bercerita sesuai dengan keinginan pembuatnnya. Memakai narasi dan ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual picture story. Perbedaan dokumenter dan reportase ialah dokumenter menampilkan suatu peristiwa tidak secara garis besarnya saja, seperti gaya reportase. Dokumenter Televisi memiliki nuansa serta orientasi luas, dari mulai sebab sampai akibat, serta proses kejadian atau peristiwa dari tema tersebut sampai hal ini sama dengan dokumenter film
DOKUMENTER SERI Suatu penyuntingan dokumenter berdurasi panjang, dibagi dalam beberapa sub tema atau episode. Didalam dokumenter seri sebuah tema disuguhkan dengan memakai gaya bertutur suatu perbandingan atau konradiksi. Contoh : tema
41 ‘kriminalitas’, dalam setiap seri diambil kasus-kasus kriminalitas dari beberapa daerah atau negara. Laurensius Triandy dalam artikelnya yang berjudul “Perbedaan Dokumenter dan Penjabarannya” menjabarkan beberapa perbedaan karya dokumenter dengan fiksi, yaitu sebagai berikut : 1. Dokumenter - Berdasarkan kejadian yang sebenarnya, nyata, realitas - Tidak imajinatif, latar belakang otentik - Melakukan observasi berdasarkan fakta - Melakukan perekaman apa adanya - Konsentrasi pada isi dan pemaparan
2. Fiksi - Berdasarkan karangan. Imajinatif; direkayasa, dengan latar belakang dirancang - Interpretasi imajinatif - Melakukan observasi untuk menyesuaikan karangan imajinatif - Mengacu pada alur cerita
Jika melihat dari pemaparan tentang Program Dokumenter, Program Indonesia Bagus di NET TV termasuk kepada jenis Program Dokumenter Feature disamping menyajikan tayangan Program sesuai dengan kenyataan berdasarkan kepada fakta objekfitas yang memiliki nilai esensial, yang artinya menyangkut dengan lingkungan hidup dan situasi nyata. Disamping itu dalam tayangan Program Indonesia Bagus adanya aktifitas wawancara dengan Narasumber setempat dalam suatu tema khusus.
42 Isi Materi (Naskah) Isi materi adalah isi dari naskah pesan yang disampaikan dalam suatu program televisi. Naskah merupakan ide atau gagasan dalam bentuk sususan kalimat dan dari susunan kalimat tadi bisa diketahui maksud dan tujuannya, karena di dalamnya terdapat informasi atau pesan yang akan disampaikan (Darwanto, 2007:202).
Narasumber Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ,bahwa Narasumber memiliki definisi Orang yang memberi (mengetahui secara jelas atau menjadi sumber) informasi; informan: penduduk asli pulau itu dapat menjadi -- dl penelitian bahasa daerah setempat. Melihat dari apa yang dijabarkan diatas bisa kita ambil kesimpulan yaitu Narasumber merupakan orang penduduk asli yang mendiami suatu tempat,yang mengetahui segala seluk beluk informasi tentang daerah yang di diam
Setting/Lokasi Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006). Teori lokasi adalah suatu penjelasan teoretis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak
43 terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi maupun sosial (Sirojuzilam, 2006: 22). Aksesibilitas adalah salah satu yang dapat mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut
2.3
Teori Khusus
2.3.1 Teori Kognitif Sosial Pada dasarnya, teori kognitif sosial merupakan penamaan baru dari teori belajar sosial (social learning theory) yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Penamaan baru dengan nama teori kognitif sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ide dari pemikiran Bandura juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru (imitative learning). Bandura telah mengelaborasi proses belajar sosial dengan factor-faktor kognitif dan behavioralyang mempengaruhi seseorang dalam proses belajar sosial.Teori ini memiliki peran dalam mempelajari pengaruh dari isi media massa terhadap khalayak. Baranowski, Perry, dan Parcel (1997 : 161) menyatakan bahwa “reinforcement is the primary construct in the operant form of learning”. Proses penguatan merupakan bentuk utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga merupakan konsep sentral dari proses belajar sosial.
44 Di dalam teori kognitif sosial ini , penguatan bekerja melalui proses efek menghalangi (inhibitory effects) dan efek membiarkan (disinhibitory effects). Inhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi hukuman karena perilaku tertentu. Sebagai contoh pada tayangan Program Indonesia Bagus dimana presenter, narasumber, dan juga materi memaparkan akibat yang akan terjadi jika seseorang tidak menjaga Kebudayan. Sebaliknya, Disinhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat model yang diberi penghargaan atau imbalan untuk suatu perilaku tertentu, misalnya narator memberikan reaksi yang positif terhadap kegiatan yang tidak merusak keaslian Budaya setempat, materi pada tayangan berisikan informasi yang bermanfaat mengenai penatingnya menjaga kelestarian Budya, narasumber memberikan apresiasi terhadap pihak – pihak yang turut menjaga kelestarian budaya, serta lokasi pada tayangan yang senantiasa memperlihatkan kekayaan budaya Indonesia. Efek-efek yang dikemukakan di atas tidak tergantung pada imbalan dan hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement). Menurut Bandura, vicarious reinforcement pengaharapan
hasil
(outcome
expectations)
terjadi karena adanya dan
harapan
hasil
konsep (outcome
expectancies). Outcome expectancies menunjukkan bahwa ketika kita melihat seseorang model diberi penghargaan dan dihukum, kita akan berharap mendapatkan hasil yang sama jika kita melakukan perilaku yang sama dengan model. Dalam hal ini, dapat dilihat pada tayangan Indonesia Bagus bagaimana presenter, materi, narasumber dan lokasi yang memaparkan sesuatu sehingga bisa dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri, dan mendapatkan pengalaman tertentu dari apa yang telah mereka dilakukan.
45 Seperti dikatakan oleh Baronowski dkk (1997 : 162), “People develop expectations about a situation and expectations for outcomes of their behavior before they actually encounter the situations”, (orang akan mengembangkan pengharapan tentang suatu situasi dan pengharapan suatu hasil dari perilakunya sebelum benarbenar mengalami situasi tersebut0. Selanjutnya, seseorang mengikat nilai dari pengharapan tersebut dalam bentuk outcome expectancies (harapan akan hasil). Harapan-harapan ini mempertimbangkan sejauh mana penguatan tertentu yang diamati itu dipandang sebagai sebuah imbalan atau pengharapan atau hukuman. Konsep-konsep yang telah dikemukakan merupakan proses dasar dan pembelajaran dalam teori kognitif sosial. Meskipun demikian, terdapat beberapa konsep lain yang dikemukakan teori ini yang akan mempengaruhi sejauh mana belajar sosial berperan. Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah konsep identifikasi (indentification) dengan model di dalam media. Secara khusus teori kognitif sosial menyatakan bahwa jika seseorang merasakan hubungan psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi. Menurut White (1972 : 252) identifikasi muncul mulai dari ingin menjadi hingga berusaha menjadi seperti model dengan beberapa kualitas yang lebih besar. Teori Kognitif Sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang “pengamat” untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut. Menurut Bandura (1977:191) self-efficacy atau efikasi diri dan hal ini dipandang sebagai sebuah prasyarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus tayangan tentang cara membuat batik. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua orang akan bisa membuat batik. Dalam hal ini orang tersebut dianggap tidak mempunyai tingkat efikasi diri yang cukup untuk belajar membuat batik dari televisi.
46 Teori Kognitif Sosial memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana perilaku bisa dibentuk melalui pengamatan pada model-model yang ditampilkan oleh media massa. Efek dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang imbalan dan hukuman yang dijatuhkan pada model, melalui identifikasi dari khalayak pada model tersebut, dan melalui sejauh mana khalayak memiliki efikasi diri tentang perilaku yang dicontohkan di media. Konsep Kognitif Sosial adalah penonton belajar dari apa yang mereka lihat (observational learning). Di dalam hal ini setiap dimensi tayangan Indonesia Bagus yang terdiri dari narasumber, materi, lokasi adalah sebuah model. Penonton “Indonesia Bagus” yang sebagian besar adalah anak muda sudah dapat di prediksi melakukan proses identification, yaitu penonton merasa ada kedekatan psikologis dan berusaha meniru yang dipaparkan oleh model tersebut. (Winarto, Joko. Teori http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajarsosial-albert-bandura/) di akses 18 Mei 2014
2.3.2 Definisi Pengaruh Pengertian pengaruh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:849) yaitu “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang/benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang”. Pengaruh dapat terjadi bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku. tingkat pengetahuan, pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Pengertian diatas dapat disimpulkan pengaruh adalah suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Dalam hal ini, suatu daya yang dapat mengubah sesuatu adalah tayangan Indonesia Bagus, terutama bagaimana komponen
47 dari tiap dimensi yang akan digunakan pada penelitian ini seperti presenter, materi, narasaumber, dan lokasi memberikan pengaruh terhadap pemirsa. Menurut Travers (1977),Gagne (1977) dan Cronbach (1977) Sikap melibatkan 3 (tiga) komponen yang saling berhubungan dan rupanya pendapat ini diterima sampai saat ini yaitu:
a. Komponen Cognitive Berupa pengetahuan, kepercayaan arau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan obyek. b. Komponen Affective Menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan obyek. Obyek di sini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan c. Komponen Behavior atau Conative Melibatkan salah satu preposisi untuk bertindak terhadap obyek. Pada penelitian ini, penelitian lebih fokus kepada efek yang diambil yaitu tingkat perhatian, afektif, konatif yang berkaitan dengan perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan perilaku itu disebabkan oleh tayangan Indonesia Bagus yang menjadi target tentang program perilaku terhadap pengetahuan menjaga kebudayaan bagi audiensnya (Ahmadi, 2007:151)
2.3.3 Perilaku Perilaku adalah aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003: 2014). Perilaku juga berarti apa yang orang lakukan dan katakan (Miltenberger, 2004:2). Perilaku menunjang apa yang akan manusia lakukan. Jika anda mengatakan bahwa
48 seseorang marah, anda tidak dapat mengidentifikasi perilaku orang tersebut. Tetapi jika anda mengidentifikasi apa yang orang lakukan dan katakan saat sedang marah, maka anda telah mengidentifikasi perilakunya sebagai orang yang marah. Perilaku seseorang yang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektif yang berpusat pada personal dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor mengenai perilaku manusia (Rakhmat, 2008: 32), diantaranya yaitu : 1.
Faktor Biologis
Biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktorfaktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia. 2.
Faktor Sosiopsikologis
-
Komponen Kognitif
Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. -
Komponen Afektif
49 Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya. -
Komponen konatif
Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang menyebabkan perilaku tersebut. Dari penjelasan diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku merupakan perbuatan dan perkataan seseorang yang dapat diamati, dan digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya. Perilaku itu sendiri bisa dikaitkan dengan efek dari isi pesen media massa. Dimana dapat menimbulkan suatu sikap yang terdiri dari Komponen Kognitif, Afektif, dan Konatif (behavioral). 2.3.4 Pengetahuan Pengetahuan menurut ahli Menurut Notoatmodjo (2003); Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. b. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003:3), ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang
50 spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4 . Analisis (Analysys) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya. 5. Sintesa (Syntesis) Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
51 suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lithat sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas. Dari penjelaasan diatas, dapat saya simpulkan bahwa pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang 2.4Kerangka Pemikiran Penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen ( X ) dan variable dependen (Y). Di dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa variable independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hubungan antara variabel independen dengan dependen berupa hubungan korelasional dan hubungan sebab akibat dan bentuk hubungan anatara variabel independen dengan variabel dependen yang nantinya akan diketahui hasil positif ataupun negatif Penelitian ini digambarkan melalui sebuah model analisis, seperti pada gambar berikut : Cognitive
Program Indonesia Bagus di NET TV (X)
Pengaruh
Affective
Behavioral Analisa Pengetahuan Keterangan : 1. Variabel Independen (X)
Pengetahuan Budaya Anggota Komunitas Backpacker Indonesia (Y)
52 Dalam penelitian ini variabel independen adalah (variabel X) Program Indonesia Bagus di NET TV 2. Variabel dependen (Y) Dalam penelitian ini variabel dependen adalah (variabel Y) Pengetahuan Budaya anggota komunitas Backpacker Indonesia 2.5 Operasional Konsep Tabel 2.1 Variabel
Dimensi
Indikator
Variabel X
a.Materi
1. Materi Program menambah pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia (Obsevasional Learning)
Program Indonesia Bagus di Net TV
2. Materi Program memiliki informasi yang unik dan bermanfaat(Disinhibitoy)
3. Materi acara tidak menampilkan kontenyang dapat menghilangkan kebudayaanIndonesia (Inhibitory effect) 4. Materi program berisikan pengalaman yang menyenangkan (Vicarious Reinforcement)
Skala Skala Likert Interval : Sangat Setuju : 5 Setuju 4
:
Ragu-ragu 3
:
Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju : 1
5. Materi program membuat penonton ingin memeilhara kebudayaan Indonesia (Self Efficacy)
b. Narasumber
1. Narasumber memberikan pembelajaran tentang kegiatan memelihara budaya (Observational Learning
Skala Likert Interval : Sangat Setuju : 5
2. Narasumber memberikan
Setuju :
53 contoh dampak baik jika turut menjaga kebudayaan Indonesia (Disinhibitory Effects)
4
3. Narasumber menjelaskan bahwa apabila tidak menjaga kebudayaan dapat merusak Indonesia (Inhibitory Effects)
Tidak Setuju : 2
Ragu-ragu : 3
Sangat Tidak Setuju : 1
4. Pemaparan narasumber dapat menjadi inspirasi untuk menjaga kebudayaan bangsa (Vicarious Reinforcement) 5. Pemaparan narasumber merupakan hal penting yang harus diperhatikan (Self Efficacy)
Skala Likert Interval :
c. Lokasi
1. Lokasi dalam program Indonesia Bagus mengandung unsur budaya (Disinhibitory Effects) 2. Pemirsa merasa senang bisa mengunjungi serta turut menjaga kebudayaan sesuai dengan lokasi yang ditampilan (Vicarious Reinforcement)
3. Kebudayaan yang ditayangkan membuat penonton ingin berkunjung ke lokasi (Self Efficacy)
Sangat Setuju : 5 Setuju 4
:
Ragu-ragu 3
:
Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju : 1
54
Variabel Y Pengetahuan Budaya Anggota Komunitas Backacpacke r Indonesia
a.Efek Kognitif (Pengetahuan)
1. Memiliki pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia
(Efek Pengaruh)
2. Memiliki pengetahuan mengenai tata cara menjaga kebudayaan
3.
Memiliki pengetahuan mengenai dampak jika tidak menjaga kebudayaan Indonesia
Skala Likert Interval : Sangat Setuju : 5 Setuju 4
:
Ragu-ragu 3
:
Tidak Setuju : 2 Sangat Setuju 1
b.Efek Afektif (Perasaan)
Tidak :
1. Memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kebudayaan Indonesia
Skala Likert Interval :
2. Merasa cemas jika kebudayaan tidak dilestarikan
Sangat Setuju: 5
3. Merasa senang setelah menonton program Indonesia Bagus
Setuju 4
4. Merasa peduli dengan kelestarian budaya setelah menonton program Indonesia bagus
:
Ragu-ragu 3
:
Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju :
55
c.Behavioral/ konatif (Perilaku)
1. Ikut menjaga kebudayaan Indonesia setalah menonton program Indonesia Bagus 2. Mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan memelihara kebudayaan Indonesia 3.Berpartisipasi dalam acara kebudayaan
Skala Likert Interval : Sangat Setuju: 5 Setuju 4
:
Ragu-ragu 3
:
Tidak Setuju : 2 Sangat Tidak Setuju : 1