BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
2.1.1 Komunikasi Massa Menurut
Rakhmat
(2003).
Komunikasi
massa
adalah
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi massa dapat berfungsi sebagai perwakilan dari pendengaran serta penglihatan masyarakat. Dilengkapi oleh sarana yang dimana masyarakat dapat mngambil sebuah keputusan, serta suara kolektif dimana masyarakat dapat mengetahui dari dalam diri sendiri. Komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga karakterisitik: 1. Komunikasi massa diarahkan kepada sebuah kelompok anonim yang berskala besar, serta bersifat heterogen. 2. Sebuah pesan dapat ditransmisikan secara publik, dan seringkali mencapai para penonton dalam waktu bersamaan, serta bersifat sementara dalam karakter. 3. Sebuah komunikator cenderung beroperasi didalam sebuah organisasi yang memiliki modal, maupun sumber daya yang besar (Wright, 1959). Sedangkan menurut Elvinaro Aldianto, dan kawan-kawan (2012: 7-11), karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut. 1. Komunikator memiliki lembaga Sama seperti apa yang dikatakan oleh Wright, sistem komunikasi yang berskala besar pada umumnya dikendalikan oleh sebuah lembaga, dimana komunikatornya dikendalikan berada dalam sebuah organsisasi dan
7
8 proses pengiriman pesan yang bersifat kompleks sebelum pesan tersebut dapat disampaikan kepada audiens. 2. Pesan-pesan bersifat umum Sebuah pesan yang berasal dari media massa pada dasarnya bersifat umum. Hal ini dikarenakan pesan-pesan tersebut ditujukan untuk semua orang, sehingga konten yang dibuat harus dapat dimengerti oleh mayoritas audiens. 3. Audiens bersifat anonim dan heterogen Karena ditujukan oleh khayalak luas, pada umumnya komunikator tidak mengenal audiens mereka. Hal tersebut diakrenakan komunikator menggunakan media massa sebagai medium dalam menyampaikan pesannya, serta setiap audiens berasal dari lap;isan masyarakat yang berbeda, serta memiliki perbedaan-perbedaan lainya seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan. 4. Penyebaran pesan media bersifat serentak Walaupun memiliki jenis audiens yang sangat luas, pesan dari komunikasi massa dapat tersampaikan kepada audiens secara serentak pada waktu yang bersamaan (dalam hal ini, khususnya media elektronik seperti televisi, radio, dan internet). 5. Pesan lebih mengutamakan isi dibandingkan hubungan Pesan yang berasal dari komunikasi massa cenderung mengarah pada isi atau konten, karena isi merupakan muatan atau isi dari pesan yang akan disampaikan, sedangkan hubungan merupakan cara menyampaikan pesan tersebut.
9 6. Komunikasi massa bersifat satu arah Pada umumnya, jenis penyampaian pesan komunikasi massa adalah satu arah karena komunikan menggunakan media massa sebagai medium penyampaian pesan kepada audiens. Dalam beberapa kesempatan, komunikan masih dapat menerima feedback dari audiens, namun tidak semua saran audiens dapat disampaikan karena saran tersebut sebelumnya sudah disaring dan dibatasi oleh pihak gatekeeper. 7. Stimulasi alat indra terbatas Stimulasi alat indra audiens dalam komukasi massa dibatasi oleh medium itu sendiri. Misalnya radio yang hanya mengandalkan indra pendengar, dan koran yang hanya mengandalakan indra penglihatan. 8. Umpan balik yang tertunda dan bersifat tidak langsung Kendala dari media massa itu sendiri adalah sifat umpan balik yang bersifat tidak langsung (harus melalui sebuah medium seperti telepon, dan jejaring sosial), serta audiens membutuhkan waktu untuk dapat mengutarakan opini mereka kepada komunikator. Sedangkan tujuan dari mempelajari komunikasi massa itu sendiri adalah: 1. Untuk menjelaskan efek dari komunikasi massa itu sendiri kepada masyarakat. Efek komunikasi massa terbagi menjadi yang diharapkan (memberi informasi kepada masyarakat mengenai kenaikan BBM), maupun yang tidak diharapkan (pemberitahuan mengenai kenaikan BBM mengurangi rasa simpati masyarakat terhadap pemerintahan). 2. Untuk menjelaskan fungsi komunikasi massa di mata masyarakat, yaitu (Dominick, 2001: 15-17)
10 a.
Pengawas,
untuk
memperingati
serta mengawasi masyarakat
mengenai apa yang terjadi di sekitar mereka b. Penafsiran, untuk menjelaskan secara mendalam mengenai informasi tersebut agar memperluas wawasan masyarakat. c. Keterkaitan,
untuk
menyatukan
berbagai anggota
masyarakat
berdasarkan kepentingan dan minat yang sama d. Penyebaran nilai, untuk memberikan persepsi kepada masyarakat mengenai suatu hal. Baik itu bersifat positif, maupun negati e. Hiburan, untuk menghibur dan melepas beban aktivitas sehari-hari (Dominick, 2001; ) 3. Untuk menjelaskan proses pembelajaran dari media massa 4. Untuk menjelaskan peran dari media massa dalam membentuk opini pandangan masyarakat. 2.1.3 Media Massa Jika komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan kepada masyarakat, maka media massa merupakan medium yang berperan agar pesan yang disampaikan dapat disalurkan kepada masyarakat. Media massa dibagi menjadi dua, yaitu medium dan mass. Medium merupakan perantara antara pembuat pesan dan penerima, mass dapat diartikan sebagai “banyak”. Oleh karena itu, media massa dapat diartikan sebagai sebuah komunikasi yang berfungsi untuk menyalurkan informasi dalam bentuk tertentu (cetak, audio, maupun audio visual) kepada orang banyak. Media massa termasuk dalam jenis komunikasi satu arah dimana masyarakat sulit untuk memberikan feedback kepada sumber. Karakteristik Media Massa Media massa memiliki karakteristik sebagai berikut
11 1. Komunikasi umumnya bersifat satu arah 2. Memiliki jumlah penonton yang banyak 3. Penonton memiliki banyak pilihan 4. Pesan yang disampaikan ditujukan untuk banyak orang 5. Memberikan pengaruh terhadap masyarakat, serta dipengaruhi oleh masyarakat dalam penyampaiannya Fungsi Media Massa Sebagai medium untuk menyebarkan informasi, Media massa memiliki peran didalam kehidupan sehari-hari masyarakat, yaitu: 1. Sebagai pengajar Menyebarkan media merupakan fungsi dari media massa. Berbagai macam informasi yang tersedia membuat masyarakat mengetahui apa yang terjadi di sekitar mereka. 2. Sebagai penghibur Media massa bisa dikatakan sebagai sarana penghibur yang luar biasa. Semua media massa memiliki cara untuk menghibur audiensnya. Media cetak memiliki kolom untuk komik, teka teki silang, maupun berita yang bersifat menghibur, sedangkan media elektronik memiliki acara-acara berkategori humor, maupun sport, serta acara berjenis entertainment lainnya. 3. Persuasi Media massa memiliki banyak cara untuk membujuk atau meyakinkan penontonnya. Kemampuan persuasi media dibagi menjadi dua jenis, yaitu secara langsung atau tidak langsung. Tayangan-tayangan informasi seperti berita, maupun iklan merupakan bentuk dari persuasi secara
12 langsung, sedangkan jenis-jenis acara yang memperbolehkan opini merupakan wujud dari persuasi secara tidak langsung. 4. Pengawas lingkungan Media massa bertugas untuk mengawasi masyarakat dan segala aktifitasnya, serta memiliki hak untuk melaporkan mereka apabila menyimpang dari aturan yang telah dibuat. 5. Sebagai pewaris budaya Media massa merupakan jembatan antara masa depan dan masa lalu. Segala hal yang ada didalam media massa merupakan apa yang sudah terjadi, maupun apa saja yang kita perbuat. Oleh karena itu media massa dapat berfungsi sebagai refrensi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. 6. Menginterprentasikan informasi Media massa tidak hanya memberikan fakta mengenai peristiwa apa yang sedang terjadi, namun juga menjelaskan peristiwa tersebut untuk meningkatkan kewaspadaan para penonton mengenai apa yang terjadi, dimana, kenapa, dan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. 7. Panduan untuk mengambil keputusan Selain edukasi, media massa juga mengajarkan para penonton mengenai kebudayaan dan kehidupan sosial di sekitar mereka. Selain itu, media massa juga berfungsi untuk memberikan kita pilihan dalam mengambil keputusan
seperti
bagaimana
iklan-iklan
yang
ada
mempengaruhi seseorang dalam membeli sebuah produk.
di
televisi
13 8. Sebagai Katalisator dalam pembangunan Media massa juga memiliki peran dalam perkembangan suatu negara. Media massa memiliki fungsi untuk mencari masalah yang dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari mereka dan menyampaikannya kepada pemerintah. Media massa juga juga berfungsi untuk melaporkan bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat (seperti demonstrasi) dan menyampaikan keluhan mereka agar masalah tersebut diatasi. Selain itu, media massa juga membuat masyarakat sadar akan hak-hak mereka, subsidi yang dilakukan oleh pemerintah, serta hal-hal yang pantas maupun tidak pantas yang dapat diaplikasikan kedalam dunia nyata. Televisi Televisi merupakan media massa yang menggunakan fitur audio serta visual. Dalam tahap awal, pembuat televisi pertama mencoba untuk memisahkan gelombang televisi dari spektrum elektromagnetik, dimana pertanyaan “Jika seseorang dapat mengirim sinyal audio dari suatu tempat ke tempat yang lain, mengapa tidak sekaligus mengirimkan gambar?”. Sebuah fakta mengejutkan dari Amerika adalah hanya 1 persen dari populasi yang memiliki televisi di rumah mereka pada tahun 1948, dan lebih dari 90 persen pada tahun 1950an. Data ini menunjukkan bahwa masyarakat menyukai televisi karena jenis media massa ini menggabungkan fitur audio dan visual, sehingga memberikan gambarang yang jelas mengenai suatu peristiwa. 2.1.3 Komunikasi Organisasi Manusia adalah mahluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan
14 tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Menurut Morgan (1997), kita dapat belajar mengenai apa itu organisasi dari membedakan objek yang merupakan bagian dari organisasi itu sendiri. Contohnya adalah mengibaratkan organasisasi sebagai sebuah bangunan, dimana organisasi tersebut harus memiliki material (sumber daya manusia) , semen (sistem komunikasi), dan desain cetak biru bangunan itu sendiri (tujuan). John C. Maxwell, dalam bukunya yang berjudul “The 17 undisputable Laws of Teamwork” (2010) menjelaskan bahwa ada banyak cara agar sebuah organisasi dapat berfungsi secara optimal, dimana salah satu dari hukum yang ditulisnya adalah “Hukum tempat yang tepat”. Maxwell menjelaskan bahwa setiap orang memiliki peranannya masing-masing dalam sebuah kelompok dan menempatkan orang yang tepat di tempat yang tepat sangatlah penting dalam membangun sebuah tim. Maxwell juga membuat dinamika sebuah tim yang dapat berubah menurut penempatan orangorangnya. •
Orang yang salah di tempat yang salah = kemunduran
•
Orang yang salah di tempat yang tepat = frustrasi
•
Orang yang tepat di tempat yang salah = kebingungan
•
Orang yang tepat di tempat yang tepat = kemanjuan
•
Orang-orang yang tepat di tempat-tempat yang tepat = Pelipatgandaan
Dinamika ini menunjukkan bahwa penempatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam pembentukan sebuah organisasi, dimana penempatan yang salah dapat menghambat laju organisasi tersebut, serta menjadikan orang tersebut sebagai kelemahan dari sebuah tim. Sebuah organisasi selain harus memiliki unsur-unsur diatas, juga harus diimbangi dengan unsur komunikasi didalam organisasi, seperti cara mengorganisir, mengatur,
15 mengkoordinasi. Fayol (1949) mendeskripsikan empat prinsip. Prinsip pertama merupakan prinsip yang berhubungan dengan struktur organisasi, yaitu: 1. Schalar chain: Sebuah organisasi harus memiliki struktur vertikal yang bersifat ketat, dimana komunikasi dibatasi oleh strukur tersebut (hanya begerak keatas atau kebawah). 2. Unity of command: Seorang karyawan harus mendapatkan perintah hanya dari salah satu atasan. 3. Unity of direction: Pekerjaan atau aktivitas yang memiliki tujuan yang sama bisa ditangani oleh satu atasan saja. 4. Division of labor: Sebuah pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan apa yang diharapkan apabila karyawan yang mengerjakan memiliki job description yang sesuai dengan spesialisasi masing-masing. 5. Order: Dalam sebuah organisasi, baik tugas dan setiap karyawan harus memiliki tempat mereka masing-masing 6. Span of controls: Atasan yang efektif adalah atasan yang mengontrol karyawan dalam jumlah yang terbatas. Prinsip Fayol berikutnya berhubungan dengan dengan kewenangan didalam organisasi, yaitu: 1. Centralization: Sebuah organisasi menjadi semakin efektif ketika pengelola organisasi dapat mengendalikan pengambilan keputusan. Namun, besarnya perusahaan dan karakteristik personal dari pengelola dan karyawan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut 2. Authority and Responsibility: Pengelola harus memiliki otoritas yang berasal dari posisi mereka didalam organisasi dan karakteristik masing-
16 masing. Namun, prinsip ini memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dengan otoritas mereka. 3. Discipline: Semua anggota organisasi harus menaati peraturan organisasi tersebut. Prinsip ketiga merupakan prinsip yang berhubungan dengan penghargaan yang berasal dari organisasi itu sendiri, yaitu: 1. Remuneration of personel: Semua karyawan harus diberikan imbalan yang sesuai dengan performa mereka masing-masing. Tujuan dari imbalan tersebut adalah untuk meningkatkan motivasi masing-masing karyawan. 2. Equity: Dalam memberikan imbalan, setiap karyawan harus diperlakukan secara adil 3. Tenure stability: Sebuah organisasi harus dapat menjamin batas waktu pekerjaan yang masuk akal untuk mendapatkan hasil yang maksimal Prinsip terakhir Fayol merupakan prinsip yang berhubungan dengan perasaan dan sikap karyawan sebuah organisasi, yaitu: 1. Subordination of individual interest to general interest: Sebuah organisasi dapat dikatakan efektif apabila kepentingan kelompok menjadi sebuah prioritas dibandingkan kepentingan individual. 2. Initiative: Atasan pada umumnya harus menghargai dan mengarahkan kemampuan karyawan untuk kepentingan organisasi. 3. Espirit de corps: Prinsip ini memiliki moto, “Satu untuk semua, semua untuk satu.” Dimana tidak boleh ada perselisihan dalam struktur organisasi.
17 Dapat disimpulkan bahwa empat prinsip Fayol tersebut merupakan gambaran bagaimana sebuah sistem komunikasi didalam organisasi pada umumnya, dimana sistem tersebut memiliki struktur yang pasti, dimana setiap individu mengerti dimana tempat mereka masing-masing. Tidak hanya itu, sebuah organisasi juga harus memiliki rantai komando yang terstruktur, serta memprioritaskan tujuan kelompok ketika berada didalam organisasi tersebut, dimana penghargaan yang diberikan setimpal dengan hasil yang didapat.
2.2
Teori Khusus
2.2.1 Groupthink Partisipasi dalam kelompok yang bersakala kecil merupakan sifat dasar menusia sebagai makhluk sosial. Dimanapun, kapanpun, mereka akan menghabiskan waktu mereka untuk beraktifitas dalam kelompok. Irving Janis, dalam bukunya yang berjudul “Victims of Groupthink” (1991), menjelaskan apa yang terjadi dalam kelompok dimana seorang anggota kelompok menyetujui satu sama lain. Setelah mempelajari keputusan kebijakan luar negri, Janis berpendapat bahwa ketika anggota kelompok berbagi nasib yang sama, akan terjadi tekanan yang besar terhadap kesesuaian. Ia melabelkan hal ini sebagai groupthink. Groupthink atau pemikiran kelompok dapat dideskripsikan sebagai sebuah cara beruding yang digunakan oleh para anggota suatu kelompok ketuka keinginan mereka untuk mencapai kebulatan mengalahkan motivasi mereka dalam menilai dan mencari semua pilihan yang ada. Janis berpendapat bahwa anggota kelompok seringkali terlibat dalam sebuah perundingan, dimana sebuah konsensus (sebagian anggota menyetujui usulan, pendapat) mengalahkan akal sehat.
18 Janis percaya ketika kelompok yang memiliki kemiripan gagal untuk mempertimbangkan secara sepenuhnya setiap perbedaan pendapat ketika mereka meredam konflik hanya untuk mengakurkan diri, atau ketika anggota kelompok tidak mempertimbangkan semua solusi, mereka semua rentan terhadap pemikiran kelompok. Ia berpendapat bahwa ketika sebuah kelompok sedang dalam proses pemikiran kelompok, mereka akan langsung terlibat dalam mentalitas “Menjaga keharmonian kelompok”. Pada akhirnya, harmoni lebih penting daripada membuat keputusan yang jelas dan sesuai untuk sebuah permasalahan. Gejala Groupthink Janis Menginterprentasikan gejala-gejala yang menyatakan bahwa suatu kelompok termasuk dalam kategori pemikiran kelompok atau groupthink. 1. Penilaian terlalu tinggi pada suatu kelompok Penilaian terlalu tinggi pada suatu kelompok termasuk sebuah perliaku yang menunjukkan bahwa suatu kelompok percaya bahwa mereka lebih bernilai dari apa yang mereka lakukan. Dua gejala yang serupa ada dalam kategori ini,yaitu: a. Illusion of invulnerability Ilusi kekebalan dapat didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang percaya bahwa mereka sangat istimewa untuk menyelesaikan semua hambatan, maupun mengatasi kemunduran b. Belief in inherent morality of the group Ketika anggota kelompok percaya pada moralitas yang melekat dalam kelompok, mereka mengadopsi posisi yang dimana kelompok mereka termasuk kelompok yang baik dan bijaksana. Karena kelompok tersebut percaya bahwa mereka baik dan bijaksana, mereka percaya
19 keputusan yang mereka buat merupakan keputusan yang baik.Dalam meyakini kepercayaan ini, anggota kelompok membersihkan dirinya dari rasa malu dan bersalah, meskipun mereka mengabaikan keputusan etis maupun implikasi moral dari keputusan yang mereka buat. 2. Pemikiran yang bersifat tertutup Ketika suatu kelompok memiliki pemikiran yang bersifat tertutup, mereka mengabaikan pendapat dari luar kelompok mengenai buruknya keputusan yang mereka buat. Dua gejala yang didiskusikan oleh Janis, yaitu: a. Out-Group stereotypes Kelompok yang terjebak dalam sebuah krisis memiliki persepsi stereotip diluar kelompok, dimana semua pihak luar dianggap sebagai sebuah
rival,
maupun
pihak
lawan.
Jenis
stereotip
ini
menggarisbawahi sebuah fakta bahwa setiap lawan, maupun rival yang dihadapi terlalu lemah atau bodoh untuk melawan sebuah taktik yang dibuat oleh kelompok tersebut. b. Collective rationalization Rasionalisasi kolektif mengacu pada sebuah situasi dimana anggota kelompok mengabaikan peringatan yang bisa membuat mereka mempertimbangkan kembali pikiran dan tindakan mereka sebelum mencapai keputusan akhir. 3. Tekanan terhadap Keseragaman Tekanan terhadap keseragaman memiliki dampak besar bagi beberapa kelompok. Janis percaya bahwa beberapa kelompok yang mengikuti
20 dengan tujuan berbaur, atau diterima dapat menetapkan diri mereka dalam kategori groupthink. 4 gejala dalam kategori ini, yaitu: a. Self-cencorship Penyensoran diri mengacu pada kecendrungan anggota kelompok untuk menimialisasikan keraguan dan umpan balik.Mereka mulai bimbang ide yang mereka buat sendiri. Janis berpendapat bahwa membungkam pendapat diri sendiri yang melawan ide tersebut dan menyetujui pendapat dalam kelompok yang bersifat retoris akan lebih meningkatkan keputusan kelompok tersebut. b. Illusion of unanimity Ilusi kebulatan, sebuah kepercayaan bahwa diam diartikan sebagai sebuah persetujuan. c. Self-Appointed mindguards Mindguards merupakan anggota kelompok yang membentengi kelompoknya dari informasi yang bersifat merugikan. Mindguards percaya bahwa perbuatan mereka ditujukan demi kepentingan kelompok. d. Direct pressure on dissenters Gejala terahir yang melibatkan tekanan yang dialami anggota kelompok yang mengekspresikan opini, persepsi dan komitmen yang berlawanan pada apa yang diutarakan oleh mayoritas. Hal ini bisa bersifat fatal pada anggota kelompok tersebut karena dalam hal ini, hal-hal yang bersifat berlawanan memiliki peluang untuk dikucilkan, maupun dikeluarkan dari kelompok tersebut.
21 Bertindak Sebelum Berpikir: Cara mecegah terjadinya Groupthink Jika diambil kesimpulan dari apa yang sudah dibahas, grup yang mencapai tahap kohesif terkesan sebagai suatu grup yang cenderung terperangkap dalam pola groupthink. Hal tersebut tidaklah benar, Janis menjelaskan bahwa kohesif merupakan sesuatu yang perlu dalam suatu kelompok akan tetapi, kohesif tidak selalu menuju kepada pola groupthink. Groupthink termaterialisasi apabila suatu kelompok mencapai tingkat kohesifitas yang tinggi (selalu searah dan jarang, bahkan tidak ada pihak oposisi untuk membentuk sebuah konflik), atau ketika pengambil keputusan berada di bawah tekanan besar. Janis menyarankan bahwa sebuah kelompok harus memiliki kewaspadaan ketika mengambil keputusan untuk menghindari terjadinya groupthink, maupun bekerja didalam interaksi yang bersifat sehat, saran tersebut berupa. a. Mempertimbangkan antara tingkat kesulitan tugas dan kemampuan anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas tersebut. b. Mengembangkan dan meninjau ulang rencana dan alternatif c. Menjelajahi konsekuensi dari alternatif yang tersedia d. Menganalisa rencana yang sebelumnya ditolak, ketika ada informasi baru yang muncul. a. Membuat rencana cadangan untuk usulan yang ditolak, maupun rencana yang gagal. Dari saran diatas, ‘t Hart (1991) mengkritik saran tersebut karena dinilai secara
sengaja
mengikis
hubungan
antar
kolega.
Untuk
menghindari
menyederhanakan groupthink, T. Hart telah mengusulkan empat rekomendasi umum untuk kelompok yang rentan terhadap groupthink, yaitu:
22 a. Memerlukan pengawasan dan kontrol b. Memberanikan anggota kelompok untuk melakukan whistle-blowing (proses dimana indivu melaporkan kegiatan, maupun perilaku yang dianggap tidak etis, atau bersifat ilegal) c. Memberikan ruang bagi anggota kelompok untuk tidak menyetujui pendapat yang diberikan. d. Menyeimbangkan konsensus dan kekuasaan mayoritas
2.2.2 Konsep Produksi Televisi Menurut Herbert Zettl (2009), produksi merupakan sebuah proses menilai ide-ide yang dianggap layak untuk dikembangkan dan diaplikasikan sebagai bagian dari sebuah acara televisi. Walaupun pada dasarnya setiap proses produksi memiliki kebutuhan yang berbeda, tidak ada tehnik, atau ilmu pendekatan secara pasti mengenai proses produksi itu sendiri. Proses produksi televisi dibagi dalam tiga tahap yaitu pra produksi, produksi, dan pasca produksi Pra produksi Tahap pra produksi merupakan tahap awal dari dari proses pembuatan sebuah acara televisi. Pra produksi merupakan tahap produksi, dimana sebuah acara masih dalam bentuk konsep yang berasal ide-ide yang masih terus dikembangkan. Dalam tahap
ini,
Tim
kreatif
memiliki
peranan
penting
dalam
membuat
dan
mengembangkan dan merealisasikan konsep tersebut. Berikut adalah langkahlangkah yang dilakukan tim kreatif ketika menjalani tahap pra produksi.
23 1. Perencanaan a. Membuat dan mengembangkan ide program Semua yang disiarkan di televisi dan ditonton oleh masyarakat berasal dari sebuah konsep. Konsep tersebut dibuat dari kombinasi ide-ide setiap orang (brainstorming) yang tidak memiliki batasan yang pasti. Ide-ide tersebut dapat dibuat berdasarkan dari refrensi (acara-acara yang ada, maupun berupa sebuah gambar) atau pengalaman seseorang. Kunci utama dari kesuksesan sebuah brainstorming adalah untuk tidak langsung menilai dan membuat kesimpulan mengenai ide seseorang. Selain brainstorming, clustering juga merupakan metode untuk mengumpulkan ide-ide yang ada dengan cara menuliskan ide tersebut, dan menghubungkannya dengan ide-ide lain hingga menjadi suatu konsep. b. Mengevaluasi ide tersebut Setelah membentuk sebuah konsep, tahap selanjutnya adalah untuk mengevaluasi konsep tersebut dengan dua kata kunci, yaitu apakah konsep ini dapat dibuat, serta apakah konsep ini layak untuk dibuat. Sebuah konsep pada dasarnya harus dibuat sehebat mungkin agar dapat disukai penonton, namun sebuah konsep yang hebat pada dasarnya belum tentu dapat diwujudkan. Ada saatnya dimana sebuah konsep yang brilian harus dibaikan karena keterbatasan sarana, keuangan, maupun keadaan yang tidak memungkinkan, namun sebuah konsep
yang
diabaikan
masih
memiliki
kesempatan
untuk
direalisasikan dengan cara dimodifikasi sedemikian rupa melalui
24 berbagai macam faktor seperti optimisisasi (mengurangi efek atau treatment yang memakan biaya), maupun mengubah desain konsep tersebut sesuai dengan situasi yang ada. Walau dapat direalisasikan, sebuah konsep belum tentu layak untuk ditayangkan karena dapat menyinggung seseorang, atau memberikan dampak negatif di mata masyarakat. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah untuk membuat konsep yang sama dari sudut pandang (angle) yang berbeda. c. Membuat proposal Setelah memiliki konsep yang jelas untuk suatu acara, tim kreatif harus dapat mengkomunikasikan konsep tersebut kepada tim produksi, dan klien yang bersangkutan. Proposal program merupakan sebuah dokumen tertulis mengenai konsep acara yang akan dibuat. Sebuah proposal program memiliki informasi-informasi sebagia berikut: •
Nama program
•
Tujuan dari program ini
•
Target audiens
•
Format program
•
Treatment program
•
Metode produksi
•
Anggaran tentatif
d. Menyiapkan anggaran Membuat anggaran untuk produksi tidak hanya sebatas hal-hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan tahap
25 produksi seperti peralatan, talent, kru, setting. Sebuah anggaran produksi juga harus mencakup diluar proses produksi seperti makanan, tempat tinggal sementara, transportasi, serta asuransi. Sebuah anggaran layaknya harus dibuat serealistis mungkin. Jangan pernah meremehkan faktor pengeluaran hanya untuk memenangkan penawaran, karena lebih mudah untuk memotongkan anggaran daripada meminta tambahan dana. Jangan lupa siapkan sekitar 15 atau 20 persen dana untuk faktor kemungkinan adanya pengeluaran dana tambahan. e. Membuat script Sebuah skrip merepresentasikan elemen penting dalam sebuah produksi sebuah acara. Sebuah skrip selain berisikan mengenai apa yang harus dilakukan oleh talent (gimmik), juga menjelaskan mengenai treatment (setting tempat). Sebuah skrip juga menjelaskan informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh tim produksi dalam masa pra produksi, produksi, dan pasca produksi. 2. Koordinasi a. People and communication Dalam melakukan koordinasi, alur komunikasi harus dibangun seefektif mungkin agar tidak terputus dan meminimalisasi perubahan pesan. Media komunikasi seperti email memiliki peran penting dalam proses ini agar setiap anggota tim produksi yang bersangkutan secara berkala mendapatkan update mengenai situasi yang terjadi.
26 b.
Facility request Permintaan
penyewaan
fasilitas
dapat
berupa
perlengkapan-
perlengkapan yang berhubungan dengan produksi seperti kamera, peralatan pendukung kamera, kostum, dan properti yang akan digunakan untuk sebuah treatment. Permintaan penyewaan fasilitas biasanya memiliki informasi mengenai jadwal hari dan waktu untuk gladi resik, sesi rekaman (live maupun tapping), jadwal on-air, judul acara, nama produser dan sutradara, elemen teknis (kamera, mikrofon, lighting, grafis, audio), serta lokasi studio dan control room yang akan digunakan. c.
Mengatur jadwal produksi Jadwal produksi merupakan informasi tertulisa yang menjelaskan mengenai siapa yang terlibat dalam produksi, dimana lokasi produksi, dan tanggal berapa tim tersebut harus ada di lokasi produksi. Sebuah acara memiliki beberapa tahap pembuatan sebelum mencapai masa gladi resik, oleh karena itu diperlukan untuk mengatur siapa saja yang berangkat ke lokasi produksi pada tanggal-tanggal tersebut untuk mencegah membuang-buang sumber daya karena lokasi tersebut belum siap untuk digunakan.
d.
Mendapatkan ijin dari pihak yang berwajib Kebanyakan proses produksi cenderung melibatkan orang-orang maupun fasilitas yang dimana tidak memiliksi hubungan dengan tempat dimana tim anda bekerja. Meminta ijin kepada pihak yang berwajib, serta perwakilan dari masyarakat sekitar merupakan hal
27 yang harus dilakukan sebelum memulai proses produksi di tempat tersebut. e.
Promosi Sebuah acara yang bagus tanpa ada yang menonton sama saja dengan acara yang tidak memiliki nilai. Sebelum menayangkan sebuah acara, harus dilakukan upaya untuk mempromosikan acara tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan bagian marketing untuk membuat sebuah iklan yang berhubungan dengan acara tersebut. Anggota tim produksi juga dapat mempromosikan acara ini melewati berbagai macam cara, mulai dari mulut ke mulut, sampai dengan menggunakan situs jejaring sosial seperti twitter maupun facebook. Hal ini sangat dianjurkan karena bagian produksi memiliki informasi lebih karena terlibat langsung dalam proses produksi, sehingga memiliki pengetahuan mengenai point of interest yang membuat audiens tertarik, maupun penasaran.
f.
Gladi resik (reharseal) Gladi resik merupakan tahap uji coba treatment serta gimmick yang akan dibawakan pada sesi rekaman. Fungsi dari gladi resik adalah untuk penempatan posisi atau blocking kamera agar angle yang didapat sesuai dengan apa yang diinginkan. Selain blocking, gladi resik juga berfungsi untuk menyesuaikan diri baik bagi talent, maupun kru produksi, khusunya kameramen untuk bisa beradaptasi, serta meminimalisir kesalahan ketika memasuki sesi rekaman.
28 Produksi Produksi merupakan tahap perealisasian sebuah konsep yang sebelumnya telah disetujui oleh pimpinan tim produksi dan dikomunikasikan kepada seluruh tim produksi yang bersangkutan. Produksi memiliki dua tahapan, yaitu gladi resik dan sesi rekaman (tapping maupun live). a. Sesi Rekaman Sesi rekaman atau recording merupakan tahap dimana acara siap untuk diproduksi. Recording dibagi menjadi dua jenis, yaitu tapping dan live. Tapping merupakan jenis sesi rekaman dimana setiap adegan dapat diulang karena sifat penyiarannya tidak langsung, sedangkan apa yang terjadi dalam sesi live tidak dapat diulang. Pasca Produksi Pasca produksi merupakan proses akhir dalam pembuatan sebuah acara. Metode pengambilan data rekaman terbagi menjadi dua, yaitu linear dan non linear. a. Editing linear Editing linear merupakan jenis editing yang yang mengambil semua data hasil rekaman secara bertahap. Jenis editing ini memakan waktu yang cukup lama dalam proses pemasukan data karena kita harus memasukkan semua data yang ada dari awal sampai akhir. Semua jenis editing yang menggunakan media tape termasuk dalam kategori editing linear. b. Editing non-linear Editing non-linear adalah cara pengambilan data yang menggunakan media digital. Editing non-linear lebih praktis dari editing linear karena selain tidak melewati tahap pemasukkan data, jenis editing ini dapat langsung menandai clip dan dapat langsung diakses.
29 2.2.3 S.W.O.T (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) Menurut Kurtz, analisis SWOT adalah suatu alat perencanaan dan strategi yang penting untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi dengan kesempatan dan ancaman dari external. Proses analisis ini melibatkan cara mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan suatu organisasi atau produk (internal), dan kesempatan serta ancaman dari dari sisi marketing (external). Hasil akhir dari analisis SWOT adalah untuk
membantu menentukan dimanakah segmentasi
masyakarat atau marketing yang dapat memberikan kesempatan serta kesukesan ketika ketika produk tersebut dikeluarkan. 1. Strength: Faktor internal yang merupakan kekuatan dari sebuah produk, maupun kelompok tertentu dalam mencapai tujuannya. Faktor ini dapat berupa ciri khas, keahlian, sumber daya, atau kelebihan lain. Pertanyaan yang cocok untuk mendiskusikan kekuatan dari suatu organsiasi atau produk adalah: a. Apakah kita melakukannya dengan benar b. Kualitas atau aspek apakah yang dapat meyakinkan konsumen untuk memilih produk atau servis yang dimiliki perusahaan. c. Sumber daya apakah yang kita miliki saat ini? d. Bagaimana pandangan orang lain terhadap kekuatan yang kita miliki. e. Area manakah yang merupakan spesialisasi perusahaan atau produk. f. Kelebihan apakah yang kita miliki dibanding kompetitor kita? 2. Weakness: Faktor internal yang dapat menghambat suatu produk, atau kelompok tertentu dalam mencapai tujuannya. Faktor yang dapat diindentifikasikan sebagai kelemahan dapat ditutupi oleh restrukturiasai, maupun faktor lainnya yang dianggap pantas (contoh: kelebihan suatu
30 produk dapat menutupi kekurangan yang dimiliki produk tersebut). Pertanyaan yang cocok untuk mendiskusikan kelemahan dari suatu organsiasi atau produk adalah a. Apa yang dapat diubah atau diperbaiki? b. Apakah kita melakukan kesalahan dalam tahap pengeksekusiannya? c. Bagaimana cara kita membandingan dengan produk atau organsasi lainnya d. Saran apakah yang didapat dari konsumen kita e. Bagaimana cara kita menjawab saran tersebut f. Apakah yang harus kita hindari? g. Bagaimana pihak ketika menilai performa produk atau organisasi kita? h. Apakah kita membebani diri kita sendiri dengan kendala yang kita buat? 3. Opportunity: Faktor external yang dapat membantu suatu produk, atau kelompok tertentu mencapai tujuannya. Opportunity, bisa juga merupakan salah satu faktor yang dapat mengeksploitasi kelebihan dari produk, maupun kelompok tersebut seperti trend masyarakat, banyaknya permintaan. 4. Threat: Faktor external yang dapat menghambat suatu produk atau kelompok tertentu. Threat bisa datang dari produk, atau jenis kelompok yang sama. Threat pada dasarnya dibuat dari faktor external yang pada dasarnya tidak bisa dikontrol.
31 2.3 KERANGKA BERPIKIR
TIM KREATIF
PERAN TIM KREATIF
PRA PRODUKSI
PRODUKSI
ACARA MASTERPIECE
PENONTON
PASCA PRODUKSI
32