BAB II DASAR PEMIKIRAN
2.1.
Komunikasi Massa Komunikasi massa di adopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication,
sebagai kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication ( Susanto, 1974 ) 1 Proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas merupakan sebuah saluran / alat komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat di akses oleh masyarakat secara massal. Informasi inilah yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal, bukan hanya informasi yang dikonsumsi secara pribadi. Dengan demikian informasi massa adalah milik publik bukan individu. Misalnya berita, iklan, sinetron, dan film. a.
Pengertian Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bitner
(Rakhmat, 2003:188), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)2
1
Susanto dalam Wiryanto, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta ; Grasindo. Hlm. 69. Rakhmat dalam Drs. Elvinaro Ardianto,M.Si dkk, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung ; Simbiosa Rekatama Media. Hlm. 3.
2
9
10
Definisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarkat. (Rakhmat, 2003 : 188)3 Definisi komunikasi massa yang lebih terinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gebner. Menurut Gebner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of message in industrial societies.” (Komunikasi Massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industry. (Rakhmat, 2003 : 188)4
Dari beberapa pengertian komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan yang satu arah dan tidak langgsung melalui media massa sebagai komunikatornya dan massa atau audience sebagai penerima pesan melalui media elektronik atau konvensional dan proses memproduksi pesannya tidak dapat dilakukan perorangan, melainkan harus oleh lembaga. b.
Karakteristik Komunikasi Massa Karakteristik komunikasi massa terdiri dari :5
3
Ibid, hal 4 Ibid, hal 3 5 Ibid, hal 6-12 4
11
1.
Komunikator Terlembagakan Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya, pada dasarnya komunikasi massa itu menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik. Dengan mengingat kembali pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.
2.
Pesan bersifat umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum dan pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini.
3.
Komunikannya anomin dan heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Dalam komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan (anomin) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka.
4.
Media massa menimbulkan keserempakan Effendy (1981) mengartikan keserempakan media massa itu sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.6 Dengan demikian untuk mencapai jumlah komunikan yang banyak akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan di terimanya pun tidak bersamaan.
6
Ibid, hal. 9.
12
5.
Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000:99). Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan
dimensi
hubungan
menunjukkan
bagaimana
cara
mengatakannya, yang juga mengisyratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu.7 Sementara Rakhmat (2003) menyebutnya sebagai proporsi unsur isi dan unsur hubungan8. Dengan demikian dalam komunikasi massa, komunikator tidak harus selalu kenal dengan komunikannya dan sebaliknya. 6.
Komunikasi massa bersifat satu arah Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan di terima (Rakhmat, 2003:190). Misalnya, ketika seseorang mendengarkan berita radio siaran atau menonton siaran berita di televisi, kemudian ada bagian yang tidak dapat dipahami, pasti seseorang itu tidak dapat meminta penyiar untuk mengulang membacakan bagian yang tidak di pahami tersebut, dengan kata lain pesan itu harus diterima apa adanya9. Dengan demikian hal ini menjadikan sebuah kelemahan dalam komunikasi massa, karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langgsung.
7
Ibid, hal. 9. Ibid, hal. 10. 9 Ibid, hal 10 8
13
7.
Stimulasi alat indera terbatas Dalam komunikasi massa, stimulasi alat idera sangat bergantung pada jenis media massa, oleh karenanya ciri komunikasi massa ini dianggap salah satu kelemahannya.
8.
Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect) Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feedback merupakan factor penting dalam proses komunikasi antar personal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Efektivitas komunikasi sering dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Sebagai contoh penulis memberikan kuliah secara tatap muka maka penulis akan memperhatikan bukan saja ucapan akan tetapi juga kedipan mata, gerak bibir, posisi tubuh dan gerak lainnya yang dapat penulis artikan. Semua symbol tersebut merupakan umpan balik yang penulis terima lewat seluruh alat indera penulis. Umpan balik ini bersifat langsung (direct) atau segera (immediate) sedangkan dalam proses komunikasi massa umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan tertunda (delayed) artinya, komunikator komuniksi massa tidak dapat dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya.
14
c.
Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasi massa menurut beberapa pakar dalam setiap item
fungsi terdapat banyak persamaan dan perbedaan, akan tetapi menurut Dominick (2001) fungsi komunikasi massa terdiri dari 10: 1.
Surveillance (Pengawasan) Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) dan instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi memperihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer, peringatan ini menjadi serta merta dapat
menjadi
sebuah
ancaman.
Sedangkan
fungsi
pengawasan
instrumental merupakan penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. 2.
Interpretation (Penafsiran) Fungsi penafsiran hampir sama dengan fungsi pengawasan, media massa tidak hanya memasok fakta dan data tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Dengan kata lain tujuan penafsiran media ialah ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpersonal atau komunikasi kelompok.
10
Dominick dalam Drs. Elvinaro Ardianto,M.Si dkk, 2007, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung ; Simbiosa Rekatama Media. Hlm. 14-17.
15
Linkage (Pertalian)
3.
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)
4.
Fungsi penyebaran nilai tidak ketara, fungsi ini juga disebut socialization (sosialisasi).
Sosialisasi
mengacu
kepada
cara,
dimana
individu
mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. Entertainment (Hiburan)
5.
Televisi merupakan media massa yang mengutamakan sajian hiburan, hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan.
2.2.
Film Dokumenter Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter
berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film Dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki stuktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya.11 Karya documenter sendiri merupakan film yang menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik menjadi
11
Himawan Pratista, 2008, Memahami Film. Jogjakarta ; Homerian Pustaka. Hlm. 4.
16
istimewa secara keseluruhan. Istilah documenter pertama kali digunakan oleh John Grierson yang pertama kali mengkritik film-film karya Robert Flaherty di New York Sun pada 8 Februari 1926. Salah satunya adalah yang berjudul Nanook of The North, film tersebut tidak lagi sekedar “mendongeng” ala Hollywood. Grierson kemudian menyampaikan pandangannya bahwa apa yang dilakukan oleh Flaherty tersebut merupakan sebual perlakuan kreatif terhadap kejadian-kejadian actual yang ada. A Creative treatment of actuality (John Grierson)12. Dokumenter juga merupakan sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere Bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1980-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata dokumeneter kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film asal Inggris John Gierson berpendapat bahwa dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas. Film Dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai tujuan.13
2.3.
Genre Film Dokumenter
Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa Perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni-budaya seperti musik, film serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam kenyataannya bahwa setiap genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada faktor-faktor budaya. Dalam film ini penulis memilih genre Potret atau Biografi yang jenis ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya seseorang yang dikenal luas – di dunia atau masyarakat tertentu – 12
Fajar Nogroho, 2007, Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta ; Penerbit Indonesia Cerdas. Hlm 34. 13 Panca Javandalasta, 2011, Hari Mahir Bikin Film, Surabaya ; Mumtaz Media. Hlm 2
17
atau seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan ataupun aspek lain yang menarik.
2.4.
Sinematografi Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah tersedia
dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya, pada tahap inilah unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi mencakup perlakuan sineas terhadap kamera serta stock filmnya. Unsur sinematografi secara umum dibagi menjadi tiga aspek yakni : 1.
Kamera dan film
2.
Framing
3.
Durasi gambar
Kamera dan film mencakup teknik – teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stock filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera, dan seterusnya. Durasi mencakup lamanya sebuah objek diambil gambarnya oleh kamera. 14
2.5.
Unsur Sinemantik Unsur sinemantik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni :
1.
Mise-en-scene
2.
Sinematografi
3.
Editing
4.
Suara
14
Opcit, hal 89
18
Unsur sinemantik merupakan aspek-sapek teknis dalam produksi sebuah film. Mise-enscene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok yakni : 1.
Setting atau latar
2.
Tata cahaya
3.
Kostum dan make up
4.
Akting dan pergerakan pemain
Seluruh unsur sinemantik tersebut saling terkait, mengisi serta berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk unsur sinemantik secara keseluruhan. 15
2.6.
Penata Gambar
Juru kamera (penata gambar) adalah orang bertanggung jawab untuk semua aspek teknis peerekaman gambar. Seorang juru kamera harus memastikan bahwa tidak ada kesalahan lakukan saat ia mengambil gambar. Dia harus memastikan bahwa ia mengambil gambar tajam (fokus), komposisi gambar (framing) yang tepat, pengaturan level atau tingkat suara yang sesuai, gambar warna yang sesuai dengan warna aslinya (alam) dan ia harus mendapatkan gambar yang terbaik. Seorang juru kamera tidak hanya dituntut untuk dapat mengambil gambar dengan baik, tetapi ia juga harus memahami gambaran apa saja yang diperlukan untuk sebuah produksi16.
15
Opcit, hal 2 http://khanzaenterprise.wordpress.com/2011/04/25/tugas-dan-tanggung-jawab-kameramen/ di akses Senin, 21 Juli 2014 pukul 15.10 16
19
Dalam hal lain istilah kameraman / penata gambar disebut juga sebagai D.O.P atau Director Of Photograpy adalah seorang seniman yang melukis dengan cahaya. Setiap kameraman harus bisa dan familiar dengan komposisi serta semua aspek teknik berikut dari segi sudut pengambilan gambar, ukuran gambar hingga pergerakan
gambar.
Begitu
juga
dengan
pengendalian
kamera
untuk
menyelesaikan permasalahan teknis dan berkoordinasi dengan sutradara yang muncul selama perekaman gambar. Seorang kameramen juga mempunyai tugas 3 proses dalam pembuatan film, di antaranya Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi. Dari ketiga tugas tersebut harus dilakukan sesuai dengan description yang dia pegang17. Kameraman / piñata gambar juga adalah merupakan operator professional dari sebuah kamera film atau video. Dalam pembuatan film, juru kamera terkemuka biasanya disebut sineas, sementara seorang juru kamera dalam produksi video dikenal sebagai operator kamera televisi, operator kamera video, atau videographer, tergantung pada konteks dan teknologi yang terlibat. Kameramen bertanggung jawab untuk mengoperasikan kamera secara fisik dan memelihara komposisi dan sudut kamera seluruh adegan yang diberikan atau ditembak. Dalam pembuatan film naratif, operator kamera akan berkolaborasi dengan direktur, direktur fotografi, aktor dan kru untuk membuat keputusan teknis dan kreatif. Dalam pengaturan ini, operator kamera adalah bagian dari kru film yang terdiri dari direktur
17
http://yahadramaut.wordpress.com/2013/02/25/lembar-kerja-kameramen/ di akses Senin, 21 Juli 2014 pukul 15.00
20
fotografi dan satu atau lebih asisten kamera. Dalam pembuatan film dokumenter dan berita, kamera sering dipanggil untuk film berlangsung. 18
2.7.
Teknik Pengambilan Gambar Ada lima hal yang sangat perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar dalam
proses pembuatan film, yaitu19 : 1. Camera Angle (sudut pengambilan) Posisi kamera pada saat pengambilan gambar, masing-masing angle punya makna tertentu. 2. Frame Size (ukuran gambar) Ukuran shot untuk memperlihatkan situasi objek bersangkutan. 3. Camera Movement (gerakan kamera) Posisi kamera bergerak, sementara objek bidikan diam 4. Object Movement (gerakan objek) Posisi kamera diem, sementara objek bidikan bergerak 5. Composition (komposisi) Seni Menempatkan gambar pada posisi yang baik dan enak untuk dilihat.
2.8.
Camera Angle Dalam urusan sudut pengambilan gambar penulis membagi menjadi lima sudut
pengambilan. Masing – masing mempunyai fungsi yang berbeda sehingga karakter dan pesan yang dikandung dalam setiap shot akan berbeda pula, diantaranya adalah20 :
18
http://muhjiadi.blogspot.com/2011/11/pengertian-broadcasting.html di akses Senin, 21 Juli 2014 pukul 15.05 19 Askurifai Baksin, 2009, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Bandung ; Simbiosa Rekatama Media. Hlm 120. 20 Ibid, Hal 120-124
21
1. Bird Eye View Suatu teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan posisi kamera di atas ketinggian objek yang direkam. Hasil rekaman teknik ini memperlihatkan lingkungan yang demikian luas dengan benda-benda lain yang tampak di bawah begitu kecil dan berserakan tanpa makna. Sudut pengambilan gambar ini misalnya dilakukan dari helicopter atau dari gedung bertingkat tinggi. Tujuan sudut pengambilan gambar ini untuk memperlihatkan objek-objek yang lemah dan tak berdaya. 2.
High Angle High angle merupakan pengambilan gambar dari atas objek. Selama kamera di atas objek maka sudah dianggap high angle. Dengan high angle maka objek tampak lebih kecil. Kesan yang ditimbulkan dari pengambilan gambar ini adalah kesan lemah, tak berdaya, kesendirian dan kesan lain yang mengandung konotasi dilemahkan atau dikerdilkan. High angle cocok digunakan dalam pengambilan gambar para buruh yang sedang berdemo dan berkerumun di depan gedung DPR.
3. Low Angle Menggambarkan seseorang yang berwibawa atau berpengaruh tidak bisa menggunakan high angle karena kesan yang ditimbulkan akan melenceng. Sudut pengambilan gambar yang tepat adalah low angle. Sudut ini membangun kesan berkuasa, baik dalam soal ekonomi, politik, social, dan lainnya. Seseorang yang ditampilkan dengan sudut pengambilan ini akan mempunyai kesan dominan. 4. Eye Level Eye level merupakan teknik pengambilan gambar yang sejajar dengan objek. Posisi kamera dan objek lurus sejajar sehingga gambar yang diperoleh tidak ke atas atau ke bawah. Sudut pengambilan gambar semacam ini standart dilakukan juru kamera.
22
Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri sejajar atau yang mempunyai ketinggian tubuh yang sama dengan objek. Boleh dibilang sudut seperti ini tidak mengandung kesan terrtentu. Meskipun demikian, dalam sudut ini tetap harus diperhatiakan aspek komposisi. 5. Frog Eye Frog eye merupakan teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar (alas) kedudukan objek. Dengan teknik ini dihasilkan satu pemandangan objek yang besar, terkadang mengerikan dan bisa juga penuh misteri. Yang jelas sudut pengambilan ini mempunyai kesan dramatis untuk memeperlihatkan suatu pemandangan yang aneh, ganjil, kebesaran, atau sesuatu yang menarik tapi diambil dengan variasi tidak biasanya
2.9.
Frame Size Setelah menguasai camera angle, berikutnya frame size yang menjadi kekuatan
gambar anda, diantaranya21 : 1.
ECU (extreme close up) Mempunyai ukuran sangat dekat sekali, misalnya hidungnya, matanya, atau telinga saja. Fungsi dan makna frame size ini adalah menunjukkan detail suatu objek.
2.
BCU (big close up) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga dagu objek. Fungsi dan makna frame size ini adalah menonjolkan objek untuk menimbulkan ekspresi tertentu.
21
Ibid, Hal 124-128
23
3.
CU (close up) Mempunyai ukuran dari batas kepala sampai leher bagian bawah. Fungsi dan makna frame size ini adalah memberi gambaran objek secara jelas.
4.
MCU (medium close up) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga dada atas. Fungsi dari makna frame size ini adalah menegaskan profil seseorang.
5.
MS (mid shot) Mempunyai ukuran dari batsa kepala sampai pinggang (perut bagian bawah). Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan seseorang dengan sosoknya.
6.
KS (knee shot) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga lutut. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperilihatkan sosok objek (sama dengan MS)
7.
FS (full shot) Mempunyai ukuran dari batas kepala hingga kaki. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar.
8.
LS (long shot) Mempunyai ukuran dari objek penuh dengan latar belakangnya. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan objek dengan latar belakangnya.
9.
1 S (one shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya satu objek. Fungsi dari makna frame size ini adalah memperlihatkan sesorang dalam frame.
10. 2 S (two shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya dua objek. Fungsi dari makna frame size ini adalah untuk memberikan gambaran adegan dua objek yang sedang berinteraksi.
24
11. 3 S (three shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya tiga objek. Fungsi dari makna frame size ini adalah untuk memberikan gambaran adegan tiga objek yang sedang berinteraksi. 12. GS (group shot) Mempunyai ukuran gambar yang pengambilan gambarnya dengan memperlihatkan objek lebih dari tiga orang.
2.10.
Camera Movement Setelah menguasai frame size, berikutnya adalah camera movement yang menjadi
sebuah kekuatan gambar anda, diantaranya 22 : 1.
Zoom in / zoom out Disini kamera secara fisik memang tidak bergerak, yang ditekan adalah tombol zooming yang ada pada kamera. Disetiap kamera ada fasilitas tombol zooming. Jika ditekan kebelakang akan menimbulkan efek tampilan objek menjauh (mengecil), dan bila ditekan kedepan sebaliknya, tampilan objek akan mendekat (membesar).
2.
Tilting Dalam beberapa adegan dalam film maupun berita yang memperlihatkan seseorang diambil dari bawah kemudian sedikit demi sedikit bergerak ke atas. Dengan cara ini penonton disuguhi suatu gambaran sosok seseorang secara pelan-pelan sampai muncul secara utuh, ada dua cara tilting yakni : dari bawah ke atas yang disebut juga tilt-up, dan dari atas ke bawah yang disebut juga tilt-down.
3.
Panning Jika ingin menunjukkan deretan pasukan yang sedang berbaris atau objek lain yang
22
Ibid, Hal 129-132
25
berderet, seorang juru kamera akan menggunakan teknik panning, yakni menggerakkan kamera mengikuti urutan objek, baik dari kiri ke kanan, maupun dari kanan ke kiri. Jika digeser dari kanan ke kiri disebut pan left, sebaliknya jika digerakkan dari kiri ke kanan disebut pan right. Dalam melakukan panning juru kamera tidak boleh terlalu cepat atau lambat. Sebagai patokan dasar setiap objek diberi kesempatan selama 3-5 detik.
2.11.
Object Movement Kebalikan dari gerakan kamera, gerakan objek artinya kamera tetap diam dan
yang bergerak objek bidikannya23. 1.
Objek sejajar dengan kamera Objek sejajar dengan kamera, baik ke depan atau ke belakang, ki kiri atau ke kanan. Dalam posisi seperti ini maka kamera tetap harus mengikuti gerakan objek. Untuk bisa mengikuti gerakan objek bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik menggunakan kendaraan, rel maupun alat bantu lain seperti crane.
2.
Walk in / walk out Objek menjauh atau mendekat ke kamera. Jika objeknya menjauhi kamera akan disebut walk-out atau walk-away. Jika object mendekati kamera aka disebut walk-in
3.
Framing Yang dimaksud framing adalah masuknya objek dalam sebuah frame film yang awalnya kosong. Dalam sebuah film sering tampak scene yang framenya kosong. Kemudian muncul aba-aba : in frame, disusul seorang actor masuk ke frame (bingkai tampilan). Atau sebaliknya, terkadang si actor harus keluar dari frame dengan abaaba : out frame.
23
Ibid, Hal 132-134
26
2.12.
Composition Komposisi dalam sebuah frame ditentukan oleh tiga faktor, yakni24 :
1.
Headroom (H)
2.
Noseroom (N)
3.
Looking space (L)
a.
Headroom Jika juru kamera membidik sebuah objek dengan ukuran medium shot maka objek harus proporsional, yakni kepala bagian atas dengan batas frame harus diatur tidak terlalu tinggi dan rendah. Jika headroom terlalu tinggi maka objek akan terkesan “menggantung”. Bila headroom-nya terlalu rendah objek seolah terpotong. Tapi untuk objek dengan ukuran big close up aturan headroom ini tidak terpakai.
b.
Noseroom Noseroom diartikan sebagai jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya, baik ke kiri maupun ke kanan. Komposisi ini tentunya dikemas untuk mendapatkan gambar yang menarik, karena dengan noseroom berarti seseorang sedang melakukan interaksi dengan orang atau benda lainnya. Aturlah gambar sedemikian rupa sehingga noseroom tidak terlalu banyak atau sedikit. Harus betul-betul proporsional sesuai dengan kaidah interaksi.
c.
Looking Space Orang yang sedang berlari atau berjalan selalu menyisakan ruangan di depan atau arah seseorang yang sedang bergerak ke depan tersebut. Ruangan di depan orang yang sedang berlari atau berjalan itulah yang disebut lokking space, sementara bagian belakangnya di sebut back space. Untuk menentukan looking space yang
24
Ibid, Hal 134-137
27
proporsional prinsipnya tidak terlalu lebar dan tidak terlalu sempit. Karena umumnya objek bergerak maka juru kamera harus mengikuti gerakan objek sampai betul-betul mendapatkan komposisi yang sempurna. Pada kondisi tertentu komposisi harus juga memperhatikan background dari objek, jangan sampai hanya karena ingin mengejar komposisi maka background dibiarkan merusak keindahan gambar.
2.13.
Naskah Ada dua tingkat dalam penulisn naskah dokumenter, yakni pre-shot atau
shooting script dan pro-shot script. Shooting scrip merupakan naskah panduan untuk dokumentator ketika akan melakukan pengambilan gambar. Sedangkan proshot script, naskah sebagai panduan editor ketika akan melakukan penyuntingan gambar, isitlah lain untuk pro-shot script adalah paper edit. Dalam naskah dokumenter ada tiga elemen penting yakni : elemen visual, elemen audio, serta elemen story/cerita. Naskah dokumenter tidak hanya merupakan kumpulan kata atau kalimat saja, akan tetapi merupakan kompilasi konsep elemen-elemen telling story. Perpaduan elemen penting inilah yang akan menjadikan sebuah film dokuemnter yang baik. Jadi, ini mirip dengan film fiksi, yakni bagaimana film tersebut harus bisa mengemukakan gagasan, selain menceritakan fakta sebagai ciri khas dari dokumenter. Artinya dokumenter juga harus memiliki struktur. Struktur bisa dibuat secara kronologis, tematis, maupun dialektikal. Ending atau akhir film dokumenter bisa dibuat open end, yakni menggambarkan persoalan yang masih bisa dibuka, mempersilahkan penonton untuk “melanjutkan” realita yang ada di dokumenter tersebut. Dan bisa juga dibuat closed end, dokumentator memberikan penyelesaian pada filmnya.
28
Selain struktur yang jelas, penulis naskah dokumenter sudah harus memikirkan ploting. Plot yang terdiri atas archplot, miniplot, dan antiplot. Archplot ini biasanya penulis naskah menyebut dengan desain plot klasik. Cerita dengan desain archplot dibuat secara linear, secara urut dan biasanya dibuat closed end. Sedangkan miniplot merupakan bentuk minimalis dari arcplot. Yang paling ekstrim membuat ploting dengan antiplot, tidak linear seperti halnya archplot.25
25
https://dikiumbara.wordpress.com/category/dokumenter/page/2/ di akses Selasa, 19 Agustus 2014 pukul 19.00