BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Media Baru (New Media) Media baru berasal dari bahasa Inggris yaitu New Media. News me.di.a
(noun) “means of mass communication using digital technologies such as the internet” (adalah bagian dari komunikasi massa yang menggunakan teknologi digital seperti internet). Media baru adalah istilah untuk mencangkup kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Secara sederhana media baru adalah media yang terbentuk dari interaksi antara manusia dengan komputer dan internet secara khususnya. Termasuk di dalamnya web, blog, online social network, online forum dan lain-lain yang menggunakan komputer sebagai medianya. Menurut Everett M. Rogers (dalam Abrar, 2003:17-18) merangkumkan perkembangan media komunikasi ke dalam empat era. Pertama, era komunikasi tulisan; kedua, era komunikasi cetak; ketiga era telekomunikasi; dan ke-empat era komunikasi interaktif. Media baru adalah media yang berkembang di era komunikasi interaktif. Ron Rice mendefinisikan media baru adalah media teknologi komunikasi melibatkan komputer di dalamnya (baik mainframe, PC maupun notebook) yang memfasilitasi penggunanya untuk berinteraksi antara sesama pengguna ataupun dengan informasi yang diinginkan. Sementara menurut McQuail, media baru adalah tempat dimana seluruh pesan komunikasi
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
terdesentralisasi; distribusi pesan lewat satelit meningkatkan penggunaan jaringan kabel dan komputer, keterlibatan audience dalam proses komunikasi yang semakin meningkat. Menurut pandangan Winstonakselerator yang mendorong perkembangan berbagai teknologi media baru adalah kebutuhan sosial yang muncul akibat perubahan (supervening social necessities). Kebutuhan ini berasal dari kebutuhan perusahaan, tuntutan akan teknologi lain, penetapan regulasi/hukum, dan kekuatan-kekuatan sosial. 5 Perkembangan teknologi mendorong proses yang disebut oleh Roger Fidler sebagai mediamorfosis. Mediamorfosis diartikan sebagai media komunikasi, yang biasanya ditimbulkan akibat hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai inovasi sosial dan teknologi (Fidler, 2003: 35)6
2.1.1 Kategori Utama Media Baru Rice (1999) berpendapat bahwa tidak terlalu menguntungkan untuk mencoba mencirikan tiap media menurut sifat-sifat khususnya. Alih-alih, kita harus mempelajari sifat-sifat media pada umumnya dan melihat bagaimana media baru „bekerja‟ dalam hal ini. Perbandingan media cenderung „mengidealisasikan‟ sifat-sifat tertentu media (misalnya komunikasi tatap muka atau keunggulan buku tradisional) yang mengabaikan paradoks dari dampak positif dan negatif. Keragaman kategori „media baru‟ dan sifat mereka yang terus berubah 5
Rahmadya Putra Nugraha & Mochamad Heriyanto Permana, S.Sn,. New Media & Society – Perkembangan Media. Modul Perkuliahan. Univeristas Mercu Buana. Hal 4 6 Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
memberikan batasan yang jelas bagi pembentukkan teori mengenai „dampak‟ mereka. Bentuk-bentuk teknologi berlibat ganda , tetapi sering kali sifatnya sementara. Walaupun demikian, kita dapat mengidentifikasikan lima kategori untama „media baru‟ yang sama-sama memiliki kesamaan saluran tertentu dan kurang lebih dibedakan berdasarkan jenis penggunaan, konten, dan konteks, seperti berikut ini: 1.
Media komunikasi antarpribadi (interpersonal communication media). Meliputi telepon (yang semakin mobil) dengan surat elektronik (terutama untuk pekerjaan tetapi menjadi semakin personal). Secara umum, konten bersifat pribadi dan mudah dihapus dan hubungan yang tercipta dan dikuatkan lebih penting dari informasi yang disampaikan.
2.
Media permainan interaktif (interactive play media). Media ini terutama berbasis komputer dan video game, ditambah peralatan realitas virtual. Inovasi utamanya terletak pada interaktivitas dan mungkin dominasi dari kepuasaan „proses‟ atas „penggunaan‟.
3.
Media pencarian informasi (information search media). Ini adalah kategori yang luas, tetapi internet / WWW merupakan contoh yang paling penting, dianggap sebagai perpustakaan dan sumber data yang ukuran,
aktualitas,
dan
aksesitabilitasnya
belum
pernah
ada
sebelumnya. Posisi mesin pencari telah menjadi sangat penting sebagai alat bagi para pengguna sekaligus sebagai sumber pendapatan untuk internet. Di samping internet, telepon (mobile) juga semakin
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
menjadi saluran penerimaan informasi, sebagaimana juga teleteks yang disiarkan dan layanan data radio. 4.
Media
pertisipasi
kolektif
(collective
participatory
media).
Kategorinya khususnya meliputi penggunaan internet untuk berbagi dan bertukar informasi, gagasan dan pengalaman, serta untuk mengembangkan hubungan pribadi aktif (yang diperantarai komputer). Situs jejaring sosial termasuk di dalam kelompok ini. Penggunanya berkisar dari yang murni peralatan hingga afektif dan emosional (Baym, 2002). 5.
Substitusi media penyiaran (substitution of broadcasting media). Acuan utamanya adalah penggunaan media untuk menerima atau mengunduh konten yang di masa lalu biasanya disiarkan atau disebarkan dengan metode lain yang serupa. Menonton film dan acara televisi atau mendengarkan radio dan musik adalah kegiatan utama.
Keragaman yang ditunjukkan oleh pengelompokkan ini menyulitkan untuk memperoleh ringkasan yang berguna tentang ciri-ciri media yang unik dari media baru atau yang dapat berlaku untuk semua kategori. Fortunati (2005) menekankan kecenderungan
pararel
dari
„mediatisasi‟ (mediatization),
internet
dan
„internetisasi‟ media massa sebagau cara untuk memahami proses konvergensi mutual.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2.1.2 Karakteristik Media Baru Media bari memiliki berbagai karakteristik. Sarah Kember mengungkapkan lima karakteristik media baru, yaitu7 : 1.
Digital dimaksudkan bagaimana bentuk data digital ini dapat menjadi lebih baik penggunaannya dari data analog dalam segi kecepatan dan ke-realannya. Dan sudah jelas bahwa new media yang berbasis digital hanya dapat dilakukan dengan media komputer. Meski saat ini new media juga sudah dapat diakses dengan teknologi mobile seperti smartphone.
2.
Interaktifitas, kemudian menjadi karakterisik favorit. Interaktif dapat memotong waktu, secara langsung dapat kita kendalikan dan komunikasi dua arah dapat terjadi hanya dengan media komputer saja. Pengaturan informasi yang kreatif dari karakter inilah yang juga menjadi pilihan pengguna dalam teknologi media ini. Meski sebenarnya interaksi tersebut terjadi antara manusia dan komputer.
3.
Hypertextual, mungkin karakter ini agak sulit dijelaskan. Namun sebenarnya hypertextual adalah teks yang dapat mengijinkan kita mengakses teks-teks lain. Dengan hanya meng-klik satu teks saja yang sudah terdapat link didalamnya maka kita dapat terhubung dengan halaman lain dengan isi teks yang berbeda.
4.
Dispersal, Maksudnya adalah menyebar, dimana produksi, distribusi dan konsumsi tidak terpusat. Karena setiap pengguna internet dapat
7 Rahmadya Putra Nugraha & Mochamad Heriyanto Permana, S.Sn,. New Media & Society –Karakteristik dan Pengaruh New Media. Modul Perkuliahan. Univeristas Mercu Buana. Hal 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
sesuka hati menajdi produsen, distributor atau hanya sekedar konsumen (personal freedom). Inilah yang dinilai new media merupakan media yang lebih bersifat pribadi (individualy). Hingga dapat menjadi hal biasa dalam kehidupan sehari-hari penggunanya. 5.
Virtuality, karakter unik yang dimiliki new media. Ini adalah persepsi kita terhadap objek-objek immaterial. Karena new media juga memiliki unsur presence atau kehadiran meski tidak secara fisik, seing kita menyebutnya dunia maya. Karakter ini juga yang mendorong terbentuknya salah satu budaya baru yakni budaya virtual.
Sedangkan Des Freedman dalam buku yang sama, menambahkan karakteristik diatas dengan non-linearity, percepatan waktu dan pemampatan jarak, modularity, re-mediasi, demasiffikasi, asynchronicity, dan konvergensi. Nonlinearity terjadi karena memang terdapat komunikasi dua arah atau lebih dalam new media. Kecepatan waktu dan jarak sudah sering menjadi buah bibir dari pengguna new media sejak awal kemunculannya. 8 Modularity adalah kemampuan new media mengumpulkan berbagai ciri khas dari objek media yang menjadikannya sebuah wilayah permanen yang terus berubah. Re-mediasi merupakan peninjauan ulang dan pembentukan kembali bentuk-bentuk media terdahulu. Demassifikasi ini dimaksudkan karena adanya trend new media kearah individualisasi, penyesuaian, personalisasi dan desentralisasi dari model old media. Bentuk ini kemudian dikenal dengan adanya bentuk-bentuk one-to-many atau many-to-many juga one-to-one communication
8
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
yang dapat dipilih pengguna new media. Berbeda dengan bentuk media lama yakni few-to-many. Karakteristik kunci untuk membedakan media lama dengan media baru dari perspektif pengguna9 : 1. Interaktivitas (interactivity) : sebagaimana ditunjukkan oleh rasio respon atau inisiatif dari sudut pandang pengguna terhadap „penawaran‟ sumber atau pengirim. 2. Kehadiran sosial (atau sosiabilitas) (social precence or sociability) : dialami oleh pengguna, berarti kontak personal dengan orang lain dapat dimunculkan oleh penggunaan media (Short dan kawan-kawan, 1976; Rice, 1993). 3. Kekayaan media (media richness) : jangkauan di mana media dapat menjebatani kerangka referensi yang berbeda, mengurangi ambiguitas, memberikan lebih banyak petunjuk, melibatkan lebih banyak indra, dan lebih personal. 4. Otonomi (autonomy) : derajat dimana seseorang pengguna merasakan kendali atas konten dan penggunaan, mandiri dari sumber. 5. Unsur-unsur bermain (playfullness) : kegunaan untuk hiburan dan kesenangan, sebagai lawan dari sifat fungsi dan alat. 6. Privasi (privacy) : berhubungan dengan kegunaan media dan/atau konten tertentu.
9
Denis McQuail,.Teori Komunikasi Massa McQuail. Edisi 6. 2011 hal. 157.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
7. Personalisasi (personalization) : derajat dimana konten dan penggunaan menjadi personal dan unik. Persepsi subjektif dari karakteristik media baru menunjukkan variasi yang luas di antara orang-orang. Dalam satu penelitian tentang perbedaan yang teramati dari komunikasi tatap muka, misalnya Petter dan Valkenburg (2006), melihat perbedaan-perbedaan dalam faktor dapat dikontrol atau tidak, ketimbalbalikan (reciparocity), atau keluasan dan kedalaman, tetapi tidak menemukan konsesus yang jelas mengenai citra internet.
2.1.3 Manfaat Media Baru Manfaat
media baru
adalah untuk
memudahkan seseorang
memperoleh suatu hal yang diinginkannya, beberapa manfaatnya adalah sebagai berikut : a. Arus informasi yang dapat dengan mudah dan cepat diakses dimana saja dan kapan saja. b. Sebagai media transaksi jual beli. c. Sebagai media hiburan, contohnya game online, jejaring sosial, streaming video, dll. d. Sebagai media komunikasi yang efisien. Kita dapat berkomunkikasi dengan orang yang berada jauh sekalipun, bahkan bertatap muka dengan video conference. e. Sarana pendidikan dengan adanya buku digital yang mudah dan praktis. Adapun manfaat media baru dalam berbagai bidang, diantaranya adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
1.
Bidang Sosial Dalam bidang ini, banyak menyita banyak perhatian. Kemunculan
media baru juga menjadikan sosial media juga merupakan bagian dari media baru. Kehadiran media sosial seperti
facebook, twitter, skype,
yahoo messenger, my space dll amat di minati masyarakat karena dengan sosial media ini dapat dengan mudah menjalin komunikasi dengan semua user di belahan dunia manapun. 2.
Bidang Industri/ Dagang Dalam
bidang
ini,
akan
memudahkan
siapaun
yang
ingin
menawarkan/mempromosikan produk tertentu sehingga tidak susah-susah untuk membuka toko dan promosi langsung didepan konsumen, melalui new media pedagang dapat mempromosikan produknya melalui membuka online shop, bisa melalui facebook, twitter, instagram, dan lain lain. 3.
Bidang Pendidikan Dalam bidang ini sangat memudahkan bagi pelajar maupun pengajar
dalam mendapatkan materi yang di inginkan. Bisa melalui search engine kita bisa mendapatkan segala informasi, atau dengan fasilitas email juga bisa membatu dalam proses mengerjakan tugas atau saling tukar informasi. 4.
Bidang Lowongan Pekerjaan Dalam bidang ini bagi yang ingin mencari pekerjaan cukup searching
di internet lalu mendaftar secara online juga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2.2
Media Sosial Media sosial (social media) adalah sebuah media online dimana para
penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, sosial network atau jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.10 Media sosial adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet). Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing) dan membangun jaringan (networking). Jika kita mencari definisi media sosial di mesin pencari Google, dengan mengetik kata kunci “social media meaning”, maka Google menampilkan pengertian social media sebagai “websites and applications used for social networking” – website dan aplikasi yang digunakan untuk jejaring sosial. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content”11
10
Rafi Saumi Rustian,.Apa itu Sosial Media ?. www.unpas.ac.id/apa-itu-sosial-media/. 2012. Diakses pada tanggal 7 April 2015. 11 Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein . Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media. Business Horizons.2010 hal 53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2.2.1 Karakteristik Media Sosial Gamble,
Teri
dan
Michael
dalam
Communication
Works
menyebutkan media sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a.
Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa ke berbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.
b.
Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melaui suatu Gatekeeper.
c.
Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya.
d.
Penerimaan pesan yang menentukan waktu interaksi.
2.2.2 Jenis-Jenis Media Sosial Selain digunakan sebagai sarana komunikasi, media sosial juga dapat berupa sarana untuk bermain game virtual, menonton video dan sebagainya. Media sosial dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar yaitu : 1.
Social Networks, (jejaring sosial) media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi (Facebook, Twitter, Myspace, hi5, dll).
2.
Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan obrolan dan diskusi (google talk, yahoo!M, skype, dll).
3.
Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file, video, musik, dll (youtube, slideshare, feedback, flickr, dll).
4.
Publish, (wordpress, wikipedia, blog, dll).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
5.
Social game, media sosial berupa game yang dapat dilakukan atau dimainkan bersama-sama (koongregate, doof, pogo, cafe.com, dll).
2.3
6.
MMO (kartrider, warcraft, neopets, conan, dll).
7.
Virtual worlds, (habbo, imvu, starday, dll).
8.
Livecast, (y! Live, blog tv, justin tv, listream tv, dll).
9.
Livestream, (socializr, froendsfreed, socialthings!, dll).
10.
Micro blog, ( plurk, pownce, twirxr, plazes, tweetpeek, dll).
Jejaring sosial : Twitter sebagai Media Baru Twitter adalah layanan jejaring sosial dan mikroblog daring yang
memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan berbasis teks hingga 140 karakter, yang dikenal dengan kicauan (tweet). Twitter didirikan pada bulan Maret 2006 oleh Jack Dorsey, dan situs jejaring sosialnya diluncurkan pada bulan Juli. Sejak diluncurkan, twitter telah menjadi salah satu dari sepuluh situs yang paling sering dikunjungi di internet, dan dijuluki dengan “pesan singkat dari internet”. Twitter mengalami pertumbuhan yang pesat dan dengan cepat meraih popularitas di seluruh dunia. Hingga bulan Januari 2013, terdapat lebih dari 500 juta pengguna terdaftar di twitter, 200 juta diantaranya adalah pengguna aktif.12 Twitter sebagai media baru dapat dilihat melalui pendapat media baru yang dikemukakan oleh Martin Lister, yaitu :
12
Eby Fakhlina,. Twitter sebagai New Media. 2012. http://ebyfakhlina.blogspot.com/2012/03/newmedia.html?m=1 . Diakses pada tanggal 2 April 2015.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
1.
Digitality New media memiliki ciri-ciri berbentuk digital, twitter adalah media sosial yang dapat diakses melalui jaringan internet yang berbentuk digital, tampilan yang menarik dan simple sangat mengesankan penggunanya.
2.
Interaktivity Interaktivity adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif ataupun disebut dua arah dan langsung. Dengan menggunakan twitter kita dapat melakukan chat dengan teman kita dan orang lain tanpa memandang jarak.
3.
Dipersality Twitter memiliki ciri dipersality. Dipersality adalah proses penggunaan media yang bebas pengunaannya tidak terpusat pada media tertentu. Twitter memiliki layanan yang sangat bermanfaat bagi penggunanya.
4.
Virtuality Virtuality merupakan ciri-ciri new media yang bersifat memberikan dan memunculkan komunitas-komunitas. Layanan twitter juga dapat menghasilkan komunitas online seperti, testimonial, wall to wall, foto, forum, atau diskusi lainnya.
5.
Asynchrounous Twitter merupakan media sosial yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun, dengan menggunakan handphone, smartphone, dan lainlain. Dan juga bisa diakses selama 24 jam.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2.4
Konsep Diri Konsep diri (self-concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa
dirinya. Menurut Deaux, Dane & Wrightsman (1993), konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya. Orang pun kemudian memiliki perasaan terhadap keyakinan mengenai dirinya tersebut, apakah ia merasa positif atau negatif, bangga atau tidak bangga, dan senang atau tidak senang dengan dirinya. 13 Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Definisi yang lebih perinci lagi adalah sebagai berikut : Konsep diri adalah keyakinan yang dimiliki individu tentang atribut (ciri-ciri, sifat) yang dimiliki (Brehm & Kassin, 1993). Atau juga diartikan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki individu tentang karakteristik dan ciri-ciri pribadinya (Worchel, 2000). Definisi lain menyebutkan bahwa konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan penampilan diri. “Those pshycal, social and pshycological perceptions ourselves that we have derived from experiences and our interactions with others” (Brook, 1974: 61).14
13
Sarlito W. Sarwono & Eko A. Meinarno,Psikologi Sosial . Jakarta : Salemba Humanika. 2009 hal 53 Nina W. Syam,M.S,. Psikologi Sosial sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. 2012 hal 55 14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Ada dua komponen dalam konsep diri yaitu komponen kognitif
dan
komponen afektif. Komponen kognitif disebut sebagai citra diri (self image) sedangkan komponen afektif adalah harga diri (self esteem).15 Konsep diri kita tidak hanya skema-diri kita tentang siapa diri kita saat ini, namun juga tentang akan menjadi apa diri kita nantinya yaitu kemungkinan diri (possible selves) kita. Hazel Markus dan koleganya (Ingelhart & dkk, 1989; Markus & Nurius, 1986) menyatakan bahwa kemungkinan diri kita meliputi visivisi kita mengenai yang kita impikan – diri yang kaya, kurus, dicintai dan mencintai. Juga meliputi diri yang kita takutkan – diri yang pengangguran, tidak dicintai, gagal secara akademis. Kemungkinan diri yang seperti itu memotivasi kita dengan sebuah visi tentang kehidupan yang diinginkan.16
2.4.1 Pengetahuan Tentang Diri Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk menginterpretasikan pengalaman. Dengan demikian, konsep diri adalah skema (self-schema), yaitu pengetahuan tentang diri, yang memengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan (Vaughan & Hogg,2002).17 Menurut Higgins (1987), ada tiga jenis skema diri, yang disebutkan berikut ini : 1.
Actual self, yaitu bagaimana diri kita saat ini;
2.
Idel self, yaitu bagaimana diri yang kita inginkan;
3.
Ought self, yaitu bagaimana diri kita seharusnya.
15
Ibid,hlm. 56 David G. Myers.Psikologi Sosial.Jakarta : Salemba Humanika.2014 hal 48 17 Sarlito W. Sarwono & Eko A. Meinarno,Opcit.,54 16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Pada diri seseorang, mungkin terjadi kesenjangan atau diskrepansi antara actual self dan ideal self atau ought self. Higgins dalam teori diskrepansi diri (self discrepancy theory), mengatakan bahwa diskrepansi yang terjadi dapat memotivasi seseorang untuk berubah agar mengurangi diskrepansi yang dirasakannya. Namun, apabila seseorang gagal dalam mengatasi diskrepansi, maka dapat menyebabkan munculnya emosi-emosi negatif. Kegagalan dalam mengatasi diskrepansi antara actual self dan ideal self dapat memicu munculnya dejection-related emotions seperti kecewa, tidak puas, dan sedih. Sedangkan diskrepansi antara actual self dan ought self dapat memicu munculnya agitationrelated emotions seperti cemas, takut dan terancam. Diskrepansi yang dirasakan seseorang dapat mendorong terjadinya perubahan karena kita mengembangkan
possible
self
(Baron,Byrne
&
Branscombe,2006), yaitu gambaran diri pada masa yang akan datang, baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Gambaran mengenai diri yang diinginkan dapat mempengaruhi motivasi seseorang, misalnya untuk berhenti merokok, belajar rajin agar lulus kuliah tepat waktu, rajin pergi ke pusat kebugaran, dan lain-lain.
2.4.2 Perkembangan Diri Sosial Konsep diri telah menjadi fokus utama psikologi sosial karena konsep diri membantu mengorganisasi pemikiran kita dan memandu perilaku sosial kita. Namun apa yang menentukan konsep diri kita ? Penelitian pada orang kembar menunjukkan adanya pengaruh genetik pada kepribadian dan konsep diri,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
namun pengalaman sosial juga memainkan peranan penting. Pengaruh-pengaruh tersebut adalah sebagai berikut: a.
Peran Yang Kita Mainkan Ketika kita memainkan peranan baru – sebagai mahasiswa, orang tua,
kita awalnya merasakan kesadaran diri. Akan tetapi, lama kelamaan yang mulanya sebagai akting di teater kehidupan, kemudian menjadi terserap ke dalam kesadaran diri kita. Misalnya, saat memerankan peran kita, kita mungkin mendukung sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu kita pedulikan. Karena kita bagian dari suatu organisasi, kita kemudian membenarkan katakata dengan lebih meyakininya. Memainkan peranan berubah menjadi realitas.18
Konsep diri (Siapa saya?)
Pengetahuandiri (Bagaimana saya menjelaskan dan memprediksi diri saya sendiri?
Diri
Diri sosial Peran saya sebagai mahasiswa, anggota keluarga, dan teman; identitas kelompok
Bagan 2.4.2.1 Konsep Diri
18
David G. Myers,loc.cit.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Harga diri (Rasa keberharga an diri)
24
b.
Perbandingan Sosial Bagaimana kita memutuskan apakah kita kaya, cerdas, atau pendek ?.
Salah
satu
caranya
adalah
melalui
perbandingan
sosial
(social
comparisons) 19 .Orang lain disekitar kita membantu kita mendefinisikan standar dalam mendefinisikan diri kita sebagai orang kaya atau orang miskin, pintar atau bodoh, tinggi atau pendek. Kita membandingkan diri kita dengan mereka dan memikirkan bagaimana kita bisa berbeda dengan mereka. Perbandingan sosial menjelaskan mengapa para siswa cenderung memiliki konsep diri akademis yang lebih tinggi jika mereka bersekolah di sekolah yang siswanya sebagian besar siswa yang sedang-sedang saja20, dan bagaimana konsep diri mereka dapat terancam setelah kelulusan ketika siswa yang unggul di sekolah yang biasa mendaftar ke universitas yang selektif secara akademis. “Ikan besar” itu tidak lagi berada dalam kolam kecil. Sebagian besar kehidupan berkutat seputar perbandingan sosial. Kita merasa rupawan ketika orang lain nampak bersahaja, merasa pintar saat yang lain merasa bodoh, merasa peduli ketikan orang lain nampak tidak berperasaan. Perbandingan sosial juga dapat mengurangi kepuasan kita. Ketika kita mengalami
peningkatan
pengaruh,
status,
atau
prestasi,
kita
“membandingkan ke atas” kita menaikan standar evaluasi terhadap 19
Festinger,1954. Dalam buku David G. Myers.Psikologi Sosial.Jakarta : Salemba Humanika.2014 hal 49
20
Marsh & dkk, 2000. Dalam buku David G. Myers.Psikologi Sosial.Ibid.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
pencapaian kita. Kita menaiki tangga kesuksesan, kita cenderung melihat ke atas, bukan ke bawah; kita membandingkan diri kita dengan orang lain yang pencapaiannya lebih baik dari kita 21 . Ketika menghadapi kompetisi, kita sering kali melindungi konsep diri kita yang goyah dengan memersepsi kompetitor sebagai pihak yang diuntungkan. c.
Kesuksesan dan Kegagalan Konsep diri disokong tidak hanya oleh peran kita, identitas sosial kita,
dan perbandingan kita, namun juga oleh pengalaman kita sehari-hari. Dapat mengatasi tugas-tugas yang menantang dan berhasil melakukannya akan membuat diri kita merasa lebih kompeten. Setelah menguasai keterampilan fisik yang dibutuhkan untuk menangkal pelecehan seksual, wanita merasa lebih tidak rawan, tidak cemas, dan merasa lebih memiliki kendali22. Setelah mengalami kesuksesan akademis, seorang siswa yakin bahwa mereka lebih baik di sekolah yang sering kali hal ini menyemangati mereka untuk berusaha lebih keras dan mencapai lebih dari yang telah diraihnya 23. Dapat melakukan yang terbaik dan berprestasi dapat membuat seseorang merasa lebih percaya diri dan lebih kuat. Harga diri tidak hanya berasal dari memberitahu anak betapa mengagumkannya mereka, namun juga berasal dari prestasi yang diraih dengan kerja keras. Perasaan mengikuti kenyataan.
21
Gruder, 1997; Suls & Tesch, 1978; Wheeler & dkk, 1982. Dalam buku David G. Myers.Psikologi Sosial.Ibid., 22 Ozer & Badura,1990. Dalam buku David G. Myers.Psikologi Sosial.Ibid.,50 23 Felson, 1984; Marsh & Young, 1997. Dalam buku David G. Myers.Psikologi Sosial.Ibid.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Harga diri yang rendah kadang menimbulkan masalah. Dibandingkan dengan mereka yang memiliki harga diri rendah, orang yang harga dirinya tinggi merasa lebih bahagia, lebih tidak neurotik, tidak terganggu dengan insomnnia, lebih tercegah dari kecanduan obat-obat terlarang dan alkohol, dan lebih tahan banting setelah mengalami kegagalan
24
. Namun,
sebagaimana yang akan kita ketahui, terdapat kritik bahwa setidaknya berlaku juga, masalah dan kegagalan dapat menyebabkan rendahnya harga diri. d.
Penilaian Orang Lain Ketika orang berpikir baik mengenai diri kita, ini akan membantu kita
berpikir baik juga tentang diri kita sendiri. Anak-anak yang dilabeli sebagai anak berbakat, pekerja keras, atau gemar menolong cenderung menyerap ide tersebut dan memasukannya ke konsep dirinya dan perilakunya. Jika mahasiswa minoritas merasa terancam oleh stereotip negatif tentang kemampuan akademisnya, atau jika wanita merasa terancam karena dipandang rendah dalam matematika dan ilmu alam mereka, maka mereka kemungkinan akan “tidak teridentifikasi” bidang tersebut. Bukannya berjuang melawan prasangka tersebut, mereka malah mengidentifikasikan minat mereka ke bidang lain25. Diri yang terlihat di kaca seperti yang digambarkan oleh sosiolog Charles H. Cooley (1902) menggambarkan bagaimana kita menggunakan persepsi orang lain sebagai cermin dalam memersepsi diri kita sendiri. 24
Brockner & Hulton, 1978: Brown, 1991; Tafarodi & Vu, 1997. Dalam buku David G. Myers.Psikologi Sosial.Ibid., 25 Steele, 1997. Dalam buku David G. Myers.Psikologi Sosial.Ibid.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Sosiolog George Harbert Mead (1934) mempertajam konsep ini dengan menyatakan bahwa konsep diri kita bukanlah dari bagimana orang lain melihat diri kita, namun cara kita membayangkan apa yang orang lain lihat pada diri kita. Orang umumnya merasa lebih nyaman memuji daripada mengkritik; mereka menyarakan pujian mereka dan menyembunyikan cemoohan mereka. Karenanya, bisa jadi kita terlalu berlebihan dalam memandang pujian orang lain yang membusungkan citra diri kita26. e.
Diri dan Budaya Bagi sebagian orang, khususnya mereka yang berada di kebudayan
Barat yang terindustrialisasi, individualisme (individualism) yang menang. Identitas terdiri atas diri. Remaja adalah masa memisahkan diri dari orangtua, menjadi percaya diri, dan mendefinisikan personal, diri yang independen. Identitas seseorang sebagai seseorang individu yang unik dengan kemampuan yang khususnya, dengan sifat-sifat nilai-nilai dan mimpi-mimpi tetap masih konstan. Psikologi kebudayaan Barat berasumsi bahawa kehidupan Anda akan diperkaya oleh kepercayaan pada kekuatan kontrol pribadi Anda. Literaturliteratur barat, dari The Iliad hingga The Adventures of Huckleberry Finn, merayakan kepercayaan diri individual. Plot film menampilkan pahlawanpahlawan yang kuat yang berusaha mencapai sesuatu. Lagu-lagu memproklamirkan „Saya Harus Menjadi Diri Saya,” mendeklarasikan bahawa „Cinta Paling Besar di Antara Semua” adalah mencintai diri
26
Shrauger & Schoeneman, 1979. Dalam buku David G. Myers.Psikologi Sosial.Ibid.,51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
sendiri
27
dan menyatakan tanpa ironi bahwa “Saya Percaya Dunia
Seharusnya Berputar di Sekeliling Saya.” Individualisme berkembang subur ketika seseorang mengalami kemakmuran, mobilitas, urbanisme, dan media massa. Menyebut suatu budaya sebagai murni individualis atau kolektivis itu terlalu menyederhanakan karena didalam setiap kebudayaan, individualisme bervariasi pada setiap orang. Ada orang Cina individualis, ada orang Amerika kolektivis, dan sebagian besar kita kadang berperilaku komunal, dan kadang individualis. Individualisme – kolektivisme juga bervariasi di setiap wilayah negara dan pandangan politis. Di Amerika Serikat, orang Hawaii dan mereka yang hidup di pedalaman Selatan menunjukkan kolektivisme yang lebih besar dibandingkan mereka yang tinggal di negara bagian Pegunungan Barat, seperti Oregon dan Montana. Orang penganut konservatif cenderung individualis dalam ekonomi (“jangan kenai pajak pada saya dan jangan mengatur saya”) dan kolektiv dalam moral (“perangi ketidak bermoralan”). Orang-orang Liberal, disisi lain cenderung kolektivis dalam ekonomi (mendukung perlindungan kesehatan nasional) dan individualis dalam moral (“jauhkan hukum Anda dari saya”). Disamping variasi individu dan sub-budaya, para peneliti terus menganggap individualisme dan kolektivisme sebagai variabel budaya yang asli.
27
Schoeneman, 1994. Dalam buku David G. Myers.Psikologi Sosial.Ibid.,52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
2.4.3 Proses Pembentukan Konsep Diri Perkembangan konsep diri merupakan suatu proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Symonds (dalam Agustiani, 2006) menyatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat individu dilahirkan, melainkan berkembang secara bertahap seiring dengan munculnya kemampuan perseptif. Selama periode awal kehidupan, perkembangan konsep diri individu sepenuhnya didasari oleh persepsi mengenai diri sendiri. Lalu seiring dengan bertambahnya usia, pandangan mengenai diri sendiri ini mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain (Taylor dalam Agustiani, 2006). Konsep diri bukanlah sesuatu yang tiba-tiba ada atau muncul. Pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi sosial. Menurut Cooley (1964), lewat analogi cermin sebagai sarana bagi seseorang melihat dirinya, konsep diri seseorang diperoleh dari hasil penilaian atau evalusai orang lain terhadap dirinya. Apa yang dipikirkan orang lain tentang kita menjadi sumber informasi tentang siapa diri kita
28
dan menyatakan tanpa ironi bahwa “Saya
Percaya Dunia Seharusnya Berputar di Sekeliling Saya.” Individualisme berkembang subur ketika seseorang mengalami kemakmuran, mobilitas, urbanisme, dan media massa Vaughan & Hogg (2002) menyatakan bahwa hasil dari tindakan kita mendorong kita untuk melakukan introspeksi diri dan persepsi diri. Introspeksi dilakukan seseorang ketika ia berusaha memahami dan menilai mengapa ia
28
Sarlito W. Sarwono & Eko A. Meinarno, Op.Cit., hlm 53-54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
melakukan tindakan tertentu. Persepsi diri dilakukan seseorang ketika ia mengatribusikan secara internal hasil yang diterimanya.29 Konsep diri terbentuk akibat melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hinga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkuan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. 30 Dalam konsep diri ini ada beberapa unsur antara lain : 1.
Penilaian diri merupakan pandangan diri terhadap : a.
Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. Bagaimana kita mengatahui dan mengendalikan dorongan, kebutuhan dan perasaan-perasaan dalam diri kita.
b.
Suasana hati yang sedang kita hayati seperti bahagia, sedih atau cemas. Keadaan ini akan mempengaruhi konsep diri kita positif atau negatif.
c.
Bayangan subyektif terhadap kondisi tubuh kita. Konsep diri yang positif akan dimiliki kalau merasa puas (menerima) keadaan fisik diri sendiri. Sebaliknya, kalau merasa tidak puas dan menilai buruk keadaan fisik sendiri maka konsep diri juga akan jadi memiliki perasaan rendah diri.
2.
Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana individu menerima penilaian lingkungan sosial pada dirinya.
29 30
Ibid.hlm 54
Nina W. Syam,M.S,. Psikologi Sosial sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. 2012 hal 56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
3.
Konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri adalah self image atau citra diri, yaitu merupakan gambaran : a.
Siapa saya, yaitu bagaimana kita menilai keadaan pribadi seperti tingkat kecerdasatan, status sosial, ekonomi keluarga atau peran lingkungan sosial kita.
b.
Saya ingin jadi apa, yaitu harapan-harapan dan cita-cita ideal yang ingin dicapai yang cenderung tidak realistis.
c.
Bagaimana orang lain memandang saya, pertanyaan ini menunjukkan
pada
perasaan
keberartian
diri
kita
bagi
lingkungan sosial maupun bagi diri kita sendiri. Konsep diri yang terbentuk pada diri juga akan menentukan penghargaan yang di berikan pada diri. Penghargaan terhadap diri atau yang lebih dikenal sebagai self esteem ini meliputi penghargaan terhadap diri sebagai manusia yang memiliki tempat di lingkungan sosial. Penghargaan ini akan mempengaruhi dalam berinteraksi dengan orang lain.
2.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang. Secara umum konsep diri dipengaruhi oleh orang lain dan kelompok rujukan. Yang paling berpengaruh adalah orang yang paling dekat dengan diri kita yang terbagi kedalam 3 golongan. Golongan pertama disebut sebagai significant others yaitu (orang tua dan saudara). Golongan kedua disebut sebagai affective others yaitu orang lain yang memiliki ikatan emosional seperti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
sahabat karib. Golongan ketiga disebut sebagai generalized others yaitu keseluruhan dari orang-orang yang dianggap memberikan penilaian terhadap diri sendiri. Sementara kelompok rujukan mempengaruhi konsep diri karena ikatanikatan norma-norma yang dilekatkan pada diri manusia. Namun secara detail konsep diri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti di bawah ini : 1.
Pola asuh orang tua Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap mengharagi diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan diharagai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.
2.
Kegagalan Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelamahan diri.
3.
Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
4.
Kritik internal Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
2.5
Media Sosial Membentuk Konsep Diri Di dalam realita yang terlihat, individu pengguna situs jejaring sosial
seolah-olah memiliki dua konsep diri yang berbeda di mana individu lebih memilih untuk menjadi pribadi yang lebih terbuka dan berbagi informasi melalui situs jejaring sosial dibandingkan untuk membaginya di dunia nyata, bahkan untuk informasi yang sifatnya sangat pribadi. Dimana seharusnya media teknologi hanya merupakan sebuah alat untuk memudahkan cara manusia berkomunikasi dan tidak membuat konsep diri pengguna situs jejaring sosial berubah. Di dalam konsep diri terdapat dua komponen yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif didalam psikologi sosial disebut citra diri (self image) sedangkan komponen afektif merupakan harga diri (self esteem). Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert komponen kognitif dan afektif berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal (Rakhmat, 199, 1 hal. 99-100). Citra diri yang dibentuk oleh para pengguna jejaring sosial ini berupa kegemaran mereka untuk mempost-ing kegiatan sehari-hari mereka melalui akun media sosial seperti twitter, facebook, juga mengabadikan momen-momen berharga mereka dengan mem-post-ing foto di instagram, atau bahkan lokasi dimana dia berada melalui akun path-nya, dan lain-lain. Hal ini menunjukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
bahwa eksistensi diri sangatlah penting di jaman serba canggih ini. Komponen kognitif citra diri ini berpengaruh kepada konsep diri di pengguna jejaring sosial dimana anggapan orang lain tentang diri mereka menentukan bagaimana mereka harus bersikap dan merespon setiap proses komunikasi yang dilakukan. Karena salah satu faktor pembentukan konsep diri adalah adanya dorongan dari orang lain.
2.6
Roleplay Game (Permainan Peran) Permainan peran online, atau bisa juga disebut MMORPG (Massively
Multiplayer Online Role-Playing Game) adalah sebuah permainan dunia virtual yang begitu populer dan memiliki jutaan pemain diseluruh dunia. Perbedaan Roleplay (permainan peran) dengan permainan online yang lain adalah, roleplay dapat membuat para pemainnya menjadi lebih kreatif baik didalam bermain maupun diluar permainan tersebut. 31 Roleplay atau yang biasa disingkat dengan RP adalah sebuah proses pembelajaran pada siswa yang memainkannya karena terdapat aturan, tujuan, dan unsur kesenangan dalam melakukan proses belajar-mengajar. Game ini terhitung memiliki kapasitas frame yang tinggi. Role-playing atau bisa disebut memainkan peran, bisa juga disebut sosiodrama adalah metode untuk melukiskan dampak atau pengaruh dari tekanan kita atas orang lain. Biasanya seperti ini menampilkan situasi hidup nyata, tetapi memotong adegan atau lakonnya pada saat yang tepat
31
Edwige Lelièvre., Roleplaying As A Creation Form And A Source Of Inspiration In Rpg Virtual Worlds., Image Numérique et Réalité Virtuelle, Université Paris 8, 2 rue de la Liberté, Saint-Denis, France.( http://www.armaghia.fr/recherche/roleplaying.pdf)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
untuk mencari tahu dan merefleksikan perasaan-perasaan yang digugah oleh lakon-lakon tersebut.32 Menurut Roleplayer.me : Roleplayer is a social network where you can create characters and develop story lines through collaborative creative expression – Permainan peran adalah sebuah permainan jejaring sosial dimana kita dapat membuat karakter dan mengembangkan alur cerita melalui bermacammacam ekspresi yang kreatif. Permainan peran secara online (online roleplay-ing game) berawal dari adanya permainan peran seperti sosiodrama. Dungeons & Dragons (Gygax, 1974), hingga saat ini masih memilki.
2.6.1 Mewujudkan Karakter dalam Bermain Peran Pengaruh besar didalam perkembangan dunia virtual. Didalam permainan peran (online roleplay-ing) para pemain menciptakan sendiri tokoh yang akan dimainkan kemudian berinteraksi dengan tokoh roleplayer lain menggunakan Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, tergantung dari mana pemain tersebut berasal. Roleplay mengandung konsep bermain peran atau Make-Believe (Backe, 2013). Konsep Make Believe berarti para pemain memerankan orang lain atau menjadi orang yang berbeda dari dirinya sendiri. Adanya konsep bermain peran dalam roleplay membuat permainan ini terasa lebih menyenangkan, sehingga akan semakin memotivasi (Ludewig and Swan, 2007) dan menunjang 32
Afriyuli Safitri,.Roleplayer Di Twitter Mempengaruhi Kepribadian dan Interaksi Sosial. 2014. http://www.academia.edu/ Diakses pada tanggal 13 Maret, 2015.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
perkembangan kognitif para pemain (Singer, 2006). Make Believe juga mengandung banyak proses yang berperan penting dalam proses kreatif. Karena itu make believe dapat lebih mendukung perkembangan kreativitas (Kaufman & Kaufman, 2009). Pemain atau pengguna roleplay disebut dengan roleplayer.33 “Roleplaying” adalah cara kita untuk membentuk sebuah karakter dengan cara yang sama seperti seorang “aktor” lakukan. Karakter yang dibentuk pun dibuat seakan hidup. Intensitas dan gaya berperan dibuat bervariasi yang disesuaikan dengan permainannya. Seorang penulis konteporer George R. R. Martin menjelaskan dalam bukunya “Second Person” mengatakan permainan peran memungkinkan kita untuk memahami baik intensitas dari kreativitas yang melekat pada peran yang dimainkan. Didalam media sosial para pemain roleplay adalah fans (penggemar) yang ingin menciptakan kedekatan dengan idolanya atau menciptakan sebuah romantisme terhadap idolanya dengan cara melakukan hubungan dengan roleplayer lain yang memerankan sosok idola lainnya. Dan karakter yang dibuat adalah karakter-karakter yang sudah ada, seperti tokoh-tokoh idola yang banyak digemari oleh masyarakat. . 2.7
Fans (Penggemar) Menurut kamus besar bahasa Indonesia, arti penggemar (peng-ge-mar) (n)
orang yang menggemari (kesenian, permainan, dsb.). Menurut thesaurus, arti kata penggemar adalah fans, peminat, pemuja, pengaggum. 33
Trifosa Satya Wonopuspito,. Perkembangan Kreativitas dalam Menulis Berbahasa Inggris Pada Roleplayer (Development of English Writing Creativity of Roleplayer).Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Vol. 3 No. 02, Agustus 2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Pada umumnya literatur mengenai fans selalu beranggapan negatif karena mereka dianggap berperilaku menyimpang dari batas normal kewajaran dan menderita
ketidaknormalan
psikologis
hal
ini
disebabkan
karena
para
fans/penggemar seringkali bertindak di luat batas kewajaran. Menurut Millgram (dalam Lewis 1992) kehidupan yang semakin modern membuat para fans terasing karena mereka dianggap berbeda oleh orang lain yang bukan merupakan fans. Meskipun disisi lain mereka hanyalah pihak yang ingin menunjukkan kesetiaan dan memberi dukungan kepada idola yang membutuhkan dukungan tersebut untuk penampilan mereka sendiri. Menurut Echols dan Shadily (1996) kata fans berarti penggemar. Kata “fans” ini dihubungkan dengan kata fanatic yang diambil dari bahasa latin “fanaticus” yang berarti “belonging to temple”. Menurutnya, definisi dari fans adalah : 1.
An enthusiastic follower of a sport or entertaiment or
2.
An enthusiastic admirer (as of celebrity)
Menurut Millgram (dalam Lewis 1992) mendefinisikan sebagai : “someone who goes to ectreme in beliefs, feeling and actions”. Fans dapat dikatakan sebagai pengikut yang antusias dari bidang olahraga atau seni atau pengaggum selebirits, yang berfikiran, berperasaan, dan bertingkah laku ekstrim. Bila kata fans dikaitkan dengan fandom, yaitu suatu keadaan dimana seseorang menggemari sesuatu atau segala sesuatu yang meliputi budaya dan perilaku penggemar secara umum (Lewis 1992). Obyek dari fandom itu sendiri seperti tokoh selebritis, tim olahraga, kelompok musik, dan lain-lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Fandom diekspresikan dengan dua cara yaitu secara individual dan kolektif. Hal seperti ini yang dikemukakan Jeli Jenson (dalam Lewis 1992) dalam “Adoring
Audience”
dilihat
dari
pengekspresian
fandom,
penggemar
dikelompokkan dalam 2 tipe, yaitu : 1. Tipe “the obsessed loner” (fandom diekspresikan secara individu) yaitu mereka (yang di pengaruhi oleh media) berfantasi. Mereka berusaha memasuki kehidupan selebriti dan berusaha untuk mendapatkan jalinan berupa hubungan sosial dengan figur selebriti. Tipe penggemar seperti ini memiliki resiko membahayakan figur selebriti yang disukainya. 2.
Tipe “the historical crowd member” (fandom diekspresikan secara kolektif). Penggemar tipe ini digambarkan sebagai kelompok yang berperilaku histeris terhadap figur idolanya, contoh : mereka yang dapat berteriak-teriak histeris bahkan sampai pingsan saat menonton pertunjukkan musik bintang-bintang idolanya.
Penggemar terbentuk dari adanya sebuah sistem yang disebut star system. Star system adalah suatu sistem yang menggambarkan pola interaksi dan ketertarikan antara idola, penggemar dan media massa. Star system ini dapat berupa cara membuat daya tarik sehingga terbentuk suatu komunitas seperti fans atau fans club. Sistem ini juga meliputi langkah-langkah untuk menjaga kepopuleran tokoh idola, menjalin komunikasi atau interaksi antara idola dengan penggemarnya. Fiske (dalam Jenson, 1992) mengemukakakn tiga reaksi dari “fans”, yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
a.
Semiotik Productivity, yaitu ketika fans menggunakan obyek fandom untuk memberikan makna sosial dalam kehidupan mereka sendiri.
b.
Enunciative Productivity,
yaitu ketika fans mengekspresikan
keantusiasannya kepada dunia luar melalui ucapan-ucapan pujian atau penampilan yang menyerupai idolanya. c.
Textual Productivity, yaitu ketika fans menciptakan komoditas komersial berdasarkan obyek fandom mereka (misalnya fans menjual atau memproduksi koleksi-koleksi idolanya untuk mendapatkan keuntungan.
Dari ketiga reaksi penggemar ini, maka fans atau penggemar dapat diklasifikasikan menjadi : a.
Mania, kriterianya hampir sama dengan fanatic, Jenson (dalam Lewis 1992), dimana mereka di definisikan sebagai orang yang memiliki kepercayaan, pikiran dan perilaku ekstrim.
b.
Obsesion, adalah perilaku dimana seseorang dengan karakteristik umur, gender, atau orientasi seksual apapun menampilkan perilaku yang berlebihan dalam menunjukkan keantusiansannya dengan menghabiskan banyak waktu untuk terlibat dalam aktifitas yang berhubungan dengan selebriti idolanya.
2.8
Teori Dramatugi Dramaturgi sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia. Teori
dramaturgi adalah teori yang menjelaskan bahwa interaksi sosial dimaknai sama
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
dengan pertunjukan teater atau drama di atas panggung. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain, melalui pertunjukan dramanya sendiri (Widodo, 2010:167). Untuk mencapai tujuan manusia akan mengembangkan perilaku-perilaku yang mendukung perannya. Identitas manusia tidak stabil dan identitas merupakan bagian kejiawaan psikologi mandiri. Identitas dapat berubah tergantung interaksi dengan orang lain. Menurut Ritzer pertunjukan drama seorang aktor drama kehidupannya juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukkan, antara lain setting, kostum, penggunaan kata (dialog) dan tindakan non-verbal lain.34 Salah satu pencetus teori dramaturgi paling terkenal ialah Erving Goffman. Dramaturgi yang dicetuskan Goffman merupakan pendalaman konsep interaksi sosial, yang lahir sebagai aplikasi atas ide-ide individual yang baru dari peristiwa evaluasi sosial ke dalam masyarakat kontreporer. Pernyataan paling terkenal Goffman tentang dramaturgis berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Istilah dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan. Dalam dramaturgi terdiri dari front stage (panggung depan) dan back stage (panggung belakang). Front stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi 34 Sri Suneki & Haryono. Paradigma Teori Dramaturgi Terhadap Kehidupan Sosial. Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No.2. 2012.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi dua bagian, yaitu : (1) setting, yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang aktor memainkan perannya, dan (2) front personal, yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasan perasaan dari sang aktor. Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu penampilan yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status sosial aktor, dan gaya yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan aktor dalam situasi tertentu. Back stage (belakang panggung) yaitu ruang dimana disitulah berjalan skenario pertunjukan. Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Ia menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi. Karena komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Dalam teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiawaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgis masuk, bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgis, interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. George Hebert Mead dengan Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (mind), mengenai diri (self), dan masyarakat (society) dimana individu tersebut menetap. Menurut pandangan Mead, dalam upaya menerangkan pengalaman sosial, psikologi sosial tradisional memulainya dengan psikologi individual maupun sebaliknya. Mead juga selalu memberikan prioritas pada kehidupan sosial dalam memahami pengalaman sosial.35 Karya-karya Erving Goffman sangat dipengaruhi oleh George Herbert Mead yang memfokuskan pandangannya pada The Self. Dengan mengambil konsep mengenai kesadaran diri dan The Self Mead, Goffman kembali memunculkan sebuah teori peran sebagai dasar untuk memperjelas teori interaksi simbolik yang mendasari aspek dramaturgi.
35
Muhammad Rizky Wijaya. Dramaturgi Pra Perceraian Remaja (Studi Kabupaten Paser Kecamatan Tanah Grogot).Ejournal Sosiatri-Sosiologi, Volume . 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
2.9
Fenomenologi Fenomenologi adalah ilmu tentang esensi-esensi kesadaran dan esensi ideal
dari obyek-obyek sebagai korelasi dengan kesadaran. Fenomenologi juga merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia. Fenomenologi bermakna metode pemikiran untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang ada dengan langkah-langkah logis, sistematis kritis, tidak berdasarkan apriori/prasangka, dan tidak dogmatis. Fenomenologi sebagai metode tidak hanya digunakan dalam filsafat tetapi juga dalam ilmu-ilmu sosial dan pendidikan. Dalam penelitian pandangan fenomenologis, berusaha untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu. Dalam penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama
pada
kesadaran
pengalaman
manusia.
Konsep
utama
dalam
fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Untuk mengidentifikasi kualitas yang essensial dari pengalaman kesadaran dilakukan dengan mendalam dan teliti (Smith, etc., 2009:
11).
Prinsip-prinsip
penelitian
fenomenologis
ini
pertama
kali
diperkenalkan oleh Husserl. Husserl mengenalkan cara mengekspos makna dengan mengeksplisitkan struktur pengalaman yang masih implisit. Konsep lain fenomenologis yaitu intensionalitas dan intersubyektifitas, dan juga mengenal istilah phenomenologik Herme-neutik yang diperkenalkan oleh Heidegger. Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund Husserl dan Alferd Schutz. Pengaruh lainnya berasal dari Webber yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
memberikan tekanan verstehen, yaitu pengertian interpretif terhadap pemahaman manusia.36 Alfred Schutz mengaplikasikan fenomenologi dalam kehidupan sosial (social life), menginvestigasi peristiwa sosial (social event) dan perspektif atau sudut pandang secara nyata mengalaminya sendiri. Menurut Schutz, ketika orangorang menapaki kehidupannya sehari-hari, mereka membangun tiga asumsi dasar (three fundamental assumptions), yaitu bahwa : a)
Realitas dan struktur dunia adalah konstan, dunia akan tetap seperti bagaimana adanya.
b)
Pengalaman yang dialaminya di dunia adalah absah (valid) pada akhrinya, orang-orang itu berkeyakinan berkeakuratan persepsi mereka atas peristiwa-peristiwa yang terjadi.
c)
Orang-orang melihat diri mereka sendiri bahwa memiliki kekuatan untuk bertindak dan menyelesaikan sesuatu untuk mempengaruhi dunia.
Fenomenologi juga digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga pendekatan dalam metode kualitatif. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia. Dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain. Mereka berusaha untuk masuk kedunia konseptal para subyek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu
36
Moleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Hal 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
pengertian yang mereka kembangkan disekitar peristiwa dalam kehidupan seharihari. Pada intinya penelitian fenomenologis memandang bahwa makna dan realitas saling menyatu dan terikat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/