BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontribusi Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama. Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap pihak lain.. (Wikipedia, 2014). Dengan kontribusi berarti individu tersebut juga berusaha meningkatkan efisisensidan efektivitas hidupnya. Hal ini dilakukan dengan cara menajamkan posisi perannya, sesuatu yang kemudian menjadi bidang spesialis, agar lebih tepat sesuai dengan kompetensi.Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya. Pengertian kontribusi yang telah di rumuskan maka dapat diartikan bahwa kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Petani Perempuan 2.2.1. Petani Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah jagung, coklat dan lain-lain ), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol, buah untuk jus, dan wol atau flax untuk penenunan dan pembuatan pakaian. (Wikipedia. 2010. Petani. Diakses dari http://id.wikipedia.org). Defenisi menegenai petani
ada mencakupdua hal pokok yaitu pertama
petani adalah seorang pencocok tanam di pedesaan yang produksinya terutama di tujukan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan konsumsi keluarga ini mendefenisikan tujuan ekonomisnya yang sentral. Kedua, petani merupakan bagian dari suatu masyarakat yang luas. (Scott, 1994:238). Sektor pertanian merupakan sektor utama jika dilihat dari sumbangannya dalam pendapatan nasional dan jumlah penduduk dan hidupnya yang tergantung kepadanya. Dan seperti yang terjadi di banyak
negara berkembang lain,
pemberian prioritas pada sektor pertanian dalam kebijaksanaan ekonomi tidak selalu menghasilkan pertumbuhan produksi yang tinggi belum lagi dalam hal peningkatan pendapatan petani.Sektor pertaniaan selalu di tandai dengan kemiskinan yang struktural yang berat, sehingga dorongan pertumbuhan dari luar
Universitas Sumatera Utara
tidak selalu menapatkan tanapan positif dari penduduk petani berupa kegiatan investasi ( Subri, 2007:197). Kemiskinan struktural seringkali dikaitkan dengan kebijakan yang di gariskan oleh pemerintah, pada umumnya kebijakan di bidang pembangunan. sebagai contoh, kebijakan industrilisasi di pulau Jawa secara signifikan mempersempit lahan pertanian. Akibatnya, terjadi penurunan yang tajam dalam rasio
penduduk
dan
lahan
pertanian,
dimana
secara
signifikan
akan
mengakibatkan tingkat kesejahteraan sebagai konsekwensi logis dari penurunan pendapatan masyarakat.bentuk lainya adalah kelembagaan, seperti kelembagaan sewa menyewa lahan yang senantiasa lebih menguntungkan pemilik lahan. Kelembagaan sistem upah di sektor pertaniaan yang tidak menguntungkan buruh tani, karena proses penyempitan lahan pertaniaan mengakibatkan posisi buruh tani semakin power less (Siagian, 2012:62-63). Pertanian yang ada sekarang di dominasi oleh pertanian rakyat yang bercorak subsistem yang memiliki kelemahan sebagai berikut: a) Skala usaha yang kecil b) Lokasi usaha tani yang terpencar-pencar c) Tingkat teknologi dan kemampuan menejemen yang rendah d) Permodalan lemah e) Kurang akses terhadap pasar dan struktur pasar (Subri 2002:197) Ciri-ciri pertanian yang di harapkan di tinjau dari profil sumberdaya manusia (SDM), sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara
1) Petani yang benar-benar memahami potensi, persoalan-persoalan yang di hadapi, serta perannya dalam kegiatan pembangunan (dalam arti luas). 2) Memiliki kedewasaan dalam berprilaku dalam pola pikir, sehingga memahami hak-hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dan pelaku pembangunan 3) Memiliki keterampilan teknis dan manajerial yang sesuai dengan kondisi yang selalu berkembang, dan memiliki kesiapan menerima imperatif perubahan yang terjadi. 4) Sosok manusia pertaniaan yang dikemukakan tersebut berdimensi sangat holistik, sehingga masukan sistem, dan strategi yang di perlukan untuk penyiapan memerlukan kemajemukan yang integratif (Subri, 2007:198). 2.2.2Perempuan Penggunaan kata “perempuan” karena akan dibahas adalah jenis kelamin yang tergolong perempuan sebagai lawan jenis kelamin laki-laki. Serta lebih memantapkan informasi yang menjelaskan arti kata perempuan adalah yang diempukan (empu artinya induk atau ahli) sehinggaa tersirat arti penghormatan (Sadli, 2010:3). Perilaku perempuan sering dikaitkan dengan aspek jasmaniah. budaya indonesia aspek jasmaniah secara langsung maupun tidak langsung sering di interpreasikan secara populer sebagai perempuan dan kodratnya. Kedudukan perempuan dalam aspek sosiologi menunjukkan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Kedudukan Perempuan dalam pengertian ini memposisikan perempuan sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari laki-laki di lingkungan Universitas Sumatera Utara
tempat berinteraksi. Status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan menerjemahkan dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensiesensi kemampuan komunikasi sosial yang berada dalam skala rendah. Laki- laki dan perempuan mempunyai status atau kedudukan dan peranan (hak dan kewajiban) yang sama, akan tetapi menurut kondisi objektif, perempuan mengalami ketertinggalan yang lebih besar dari pada laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Kondisi objektif ini tidak lain disebabkan oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang masih berlaku di masyarakat. Norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut, di antaranya disatu pihak, menciptakan status dan peranan perempuan di sektor domestik yakni berstatus sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga, sedangkan dilain pihak, menciptakan status dan peranan laki-laki di sektor publik yakni sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah. Dikemukakan oleh White dan Hastuti (1980), dalam sistem kekerabatan patrilineal, ada adat dalam perkawinan (pernikahan) yang biasanya wanita (istri) mengikuti laki-laki (suami) atau tinggal di pihak kerabat suami, merupakan salah satu faktor yang secara relatif cendrung mempengaruhi status dan peranan perempuan, yakni status dan peranan Perempuan menjadi lebih rendah dari pada laki-laki. Selain itu, perempuan tidak bisa menjadi pemilik tanah dan kekayaan yang lain melalui hak waris, sehingga status dan peranan perempuan menjadi lebih lemah dari pada laki-laki. Hal itu juga menyebabkan sumber daya pribadi (khususnya yang menyangkut tanah, uang atau material) yang dapat disumbangkan oleh perempuan ke dalam
Universitas Sumatera Utara
perkawinan atau rumah tangga mereka menjadi sangat terbatas. Akibatnya, status dan peranan perempuan menjadi lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Menurut Blood dan Walfe (1960) sumber daya pribadi bisa berupa: pendidikan, keterampilan, uang atau material, tanah dan lain-lain. Akibat masih berlakunya berbagai norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut di masyarakat, maka akses perempuan terhadap sumber daya di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan menjadi terbatas. Untuk memperkecil keadaan yang merugikan perempuan itu, perlu pemahaman dan penghayatan yang baik tentang peranan perempuan dalam pembangunan yang berwawasan gender, tidak hanya oleh perempuan sendiri tetapi juga oleh laki-laki atau seluruh lapisan masyarakat. Pada umumnya terdapat pembagian kedudukan dan peranan perempuan yaitu: 1. Perempuan sebagai istri dan ibu rumah tangga dan anggota keluarga , yang disebut fungsi intern. 2. Perempuan sebagai warga negara dan anggota masyarakat yang bergerak dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik, dapat disebut fungsi ekstern ( Shanty Dellyana, 1998 dalam Soeroso, 2010:53) Proses-proses dalam pembangunan terdapat hubungan timbal balik antara perempuan dan laki-laki. Jika perbedaan-perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak bisa diganggu gugat dimana bahwa secara biologis perempuan memiliki kemampuan mengandung dan melahirkan sementara laki-laki tidak, dan
Universitas Sumatera Utara
sejenisnya. Perbedaan- perbedaan gender juga harus bisa dirubah karena yang menjadi akarnya adalah faktorfaktor sosial dan sejarah (Macdonal, dkk 1999: 13) Menurut Basow (1980) prilaku perempuan banyak dipengaruhi pandangan masyarakat yang berkembang di sekitarnya yaitu: 1. Self Fulfiling Prophecy yang di kemukakan oleh Snyder dkk. Menyatakan bila stereoptip yang berkembang dalam masyarakat itu memandang perempuan memiliki sesuatu ciri yang negatif bila di bandingkan terhadap laki-laki, maka perempuan itu juga akan memandang dirinya seperti steroptip yang berkembang dalam masyarakat
sedemikian
mengembangkan
ciri
rupa, itu.
dan
Misalnya
dalam
perilakunya
masyarakat
yang
memandang
perempuan kurang rasional dibandingkan laki-laki, maka perempuan itu sendiri juga akan memandang dirinya serupa, kemudian dalam perilakunya mereka akan kurang ambil bagian dalam pemecahan masalah yang banyak menurut rasio, kurang menyukai matematika atau hal-hal yang berhubungan dengan mesin. 2. Pandangan kedua berasal dari Zenna dan Pack (1975) yaitu impression management. Pandangan kedua ini menyatakan bahwa agar orang diterima oleh masyarakat maka orang itu harus harus mengabil strategi berdaarkan kesan masyarakat.bila kesan yang timbul dalam masyakat itu menerima perempuan bekerja diluar rumah, maka perempuan itu juga akan melakukan pekerjaan diluar rumah atau sebaliknya (Sudirman, 2001: 45-46).
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat menciptakan perilaku pembagian gender untuk menentukan apa yang mereka anggap sebagi suatu keharusan, untuk membedakan laki-laki dan perempuan. misalnya mendidik anak mengelola dan merawat kebersiahan dan keindahan rumah tangga, atau urusan domestik seperti memasak, mencuci dan merawat anak dan ini sering dianggap kodrat perempuan. padahal peran gender semacam
ini
adalah
hasil
dari
kontruksi
sosial
dan
kultural
dalam
masyarakat.sehingga terkadang muncul ketidak adilan gender yan melahirkan berbagai ketidakadilan baik bagi laki-laki, terutama terhadap perempuan (Narwoko dan Suryanto, 2004:340). Bentuk ketidakadilan gender dapat berupa proses marginalisasi perempuan yang merupakan suatu proses pemikinan atas suatu jeni kelamin tertentu, yang dalam hal ini adalah perempuan.marginalisasi atau pemiskinan perempuan dapat bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan, bahkan asumsi ilmu pengetahuan. Revolusi hijau misalnya, secara ekonomi telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga terjadilah proses pemiskinan terhadap perempuan. banyak perempuan yang tidak dapat lagi bekerja disawah karena adanya penyempitan lahan, hal ini berarti bahwa program revolusi hijau di rencanakan tanpa mempertimbankan apek gender (Narwoko dan Suyanto, 2004:341). Beban ganda merupakan salah satu contoh ketidakadilan gender, dimana perempuan mendapatkan beban kerja
ganda. Selain mengurus semua urusan
rumah tangga, perempuan juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Alam kaitannya dengan beban ganda tersebut, ada pendapat yang menyebutkan bahwa perempuan tidak hanya berperan ganda, akan tetapi Universitas Sumatera Utara
perempuan memiliki tripple role: peran reproduksi, yaitu peran yang berhubungan dengan peren tradisional di sektor domestik
peran produktif, yaitu peran
ekonomis di sektor publik dan peren sosial, yaitu peran ekonomis di sektor publik dan peran sosial, yaitu peran di komunitas (Narwoko dan Suryanto, 2004:341). Perempuan memiliki kesempatan yang terbuka untuk pendukung antara lain: 1. Berkembangnya kesadaran laki-laki tentang paham femininsme, yang berarti mereka mau menghargai dan memberi kesempatan kepada perempuan untuk berkembang sebagai pribadi. 2. Makin banyak perempuan yang sadar akan potensi, sehingga minculpemimpin perempuan di berbagai bidang 3. Terbukanya kesepakatan bagi perempuan untuk meningkatkan pengetahuannya melalui berbagai pendidikan. 4. Ada jalinan kerjasama yang semakin luas bagi perkembangan perempauan, sehingga perempuan semakin percaya diri dan menyadari bahwa mereka tidak sendiri (Murniati, 2004:116-117). 2.3 Sosial Ekonomi 2.3.1 Pengertian Sosial dan Ekonomi Pengertian sosial ekonomi jarang dibahas secara bersamaan. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi sering dibahas secara terpisah. Istilah sosial (social dalam bahasa inggris) dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan istilah departemen sosial, jelas kedua duanya memiliki menunjukan makna yang sangat jauh berbeda. Menurut Universitas Sumatera Utara
Soekanto, apabila istilah sosial pada ilmu sosial menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sosialisme suatu ideology yang berpokok pada prinsip pemikiran umum atas alat-alat produksi dan jasa-jasa dalam bidang ekonomi (Soekanto, 1993 :450). Istilah sosial pada departemen sosial, menunjukan pada kegiatan-kegiatan dilapangan sosial. Artinya kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan yang di hadapi masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna susila, tuna wisma, orang jompo, anak yatim piatu, dan lain-lain. Selain itu (Soekanto 1993:464) mengemukakan bahwa istilah sosialpun berkenaan dengan pelaku interpersonal, atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial.Defenisi sosial pada dasarnya bisa diartikan sebagai kemasyarakatan serta dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan yang menghadirkan orang lain dalam kehidupan manusia. Kehadiran orang lain itu bisa bersifat nyata maupun tidak nyata. Kehadiran manusia secara nyata bisa dirasakan baik audio maupun visual. Sedangkan untuk kehadiran manusia tidak nyata bisa berupa imajenasi, kenangan, khayalan, dan lain sebagainya. Defenisi sosial ini terkait pada hubunganhubungan manusia dengan lingkungan masyarakat, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan kelompoknya, dan manusia dengan organisasi yang diikutinya. Hal ini juga berkaitan langsung dengan istilah bahwa manusia merupakan makhluk sosial di muka bumi, karena manusia tidak bisa hidup sendirian dan pasti akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari. (http://www.anneahira.com/defenisi-sosial.htm. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014 pukul 20.00).
Universitas Sumatera Utara
Manusia sebagai mahluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat dalam kehidupan sehari-sehari manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri meskipun dia punya kedudukan dan kekayaan, dia selalu
membutuhkan
bantuan
manusia
lain.setiap
manusia
cendrung
berkomunikasi, beriorentasi, bersosialisasi dengan manusia lainya. Manusia memiliki keharusan biologis, terdiri: 1. Dorongan makanan 2. Dorongan mempertahankan diri 3. Dorongan melangsungkan hubungan beda jenis. Dengan keharusan biologis tersebut menggambarkan betapa individu dalam berkembangnya sebagai mahkluk sosial menischayakan adanya dorongan untuk saling ketergantungan dan membutuhkan antara satu dengan yang lain. Karena itu komunikasi antara masyarakat menetukan peran manusia sebagai mahluk sosial (Tumanggor, 2010:41). Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya di tandai dengan: 1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua atau lebih. 2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dala waktu yang cukup lama. Oleh karena itu berhubungan dan bergaul cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan
Universitas Sumatera Utara
pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai suatu kesatuan (kelompok). 3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan. 4. Suatu kehidupan sistem bersama (Soleman, 2006:6) Ekonomi atau economic dalam banyak literature ekonomi disebutkan barasal dari bahasa yunani yaitu “Oikos atau Oiku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perkehidupan dalam rumah tangga, tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara, dan dunia (Putong, 2005:9). Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari (http://id.wikipedia.org/wiki/ekonomi. Diakses pada tanggal 20 Juni 2014 pukul 20.00). Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan yang dinaksud berkaitan dengan penghasilan. Hal ini disesuikan dengan penelitian yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu yang terpenting dalam kehidupan sosial individu adalah interaksi sosial. Pengalaman-pengalaman interaksi sosial dalam keluarga menentukan pula cara-cara tingkah laku individu terhadap orang lain yang berada di lingkungan pergaulan sosial diluar keluarganya, didalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya didalam kelompok-kelompok karena beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar bahwa interaksi sosial dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar. Peran umum kelompok keluarga sebagai kelompok pertama, dimana tempat manusia berkembang sebagai makhluk sosial. Terdapat pula peran-peran tertentu dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial. Keluarga menjadi kelompok sosial utama tempat anak belajar manjadi manusia sosial. Rumah tangga menjadi tempat pertama dalam perkembangan segi-segi sosial anak. Dalam interaksi sosial dengan orangtuanya yang wajar, anak dapat memperoleh hasil yang memungkinkan menjadi anggota masyarakat berguna kelak. Sedangkan apabila hubungan dengan orangtuanya kurang baik, kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umunya berlangsung kurang baik pula (Gerungan, 2004:216) Kedudukan sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan. 1. Pendapatan Pendapatan dapat didefenisikan sebagai gaji, upah, keuntungan, sewa, dan setiap aliran pendapatan yang diterima. Namun, cara lain untuk melihat generasi
sumber
penghasilan
(pendapatan)
adalah
dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
kompensasi pekerja, jaminan sosial, uang pensiun, kepentingan atau deviden, royalti, piutang, tunjangan atau tunjangan lain dari pemerintah, masyarakat, atau bantuan keuangan keluarga. Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah, relatif dan mutlak. Pendapatan mutlak, sebagaimana diteorikan oleh ekonomi John Maynard Keynes, adalah hubungan yang seiring dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan konsumsi, tetapi tidak pada tingkat yang sama. Pendapatan relatif menentukan seorang atau tabungan keluarga dan konsumsi berdasarkan pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain. Pendapatan adalah sebuah ukuran yang umumnya digunakan sebagai status sosial ekonomi masyarakat karena relatif mudah untuk mengetahui seorang individu. Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (primer) tetapi pemenuhan kebutuhan sekunderdan tersier sambil dapat mengkonsumsi dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan pendapatan yang rendah hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (primer), bahkan mereka terkadang meminjam uang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. 2. Pendidikan Tingkat Pendidikan sesuai dengan status sosial ekonomi karena merupakan fenomena cross cutting untuk semua individu. Pencapaian pendidikan individu dianggap sebagai cadangan untuk Nya atas semua
Universitas Sumatera Utara
prestasi dalam hidup, yang tercermin melalui nilai-nilai atau derajatnya. Akibatnya pendidikan memainkan sebua peran dalam pendapatan. Pendidikan memberikan dorongan dan dengan demikian meningkatkan penghasilan. Sebagaimana disampaikan pada grafik, derajat tertinggi, gelar professional dan doktor, membuat pendapatan mingguan tertinggi sementara mereka tanpa ijasah sekolah tertinggi terhukum secara finansial. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berhubungan dengan hasil ekonomi dan psikologis yang lebih baik (yaitu : pendapatan lebih, kontrol yang lebih, dan dukungan sosial dan jaringan yang lebih besar). Pendidikan memainkan peranan penting dalam mengasah keterampilan seorang individu yang membuat dia sebagai orang yang siap untuk mencari dan memperoleh pekerjaan, serta kualifikasi khusus yang mengelompokkan orang dengan status sosial ekonomi tertinggi dari status sosial ekonomi terendah. Annette Lareau berbicara pada gagasan budidaya terpadu, dimana orang tua kelas menengah mengambil peran aktif dalam pendidikan dan pengembangan anak-anak mereka dengan menggunakan kendali mengorganisir kegiatan dan mendorong rasa hak melalui diskusi. Lareau berpendapat bahwa keluarga dengan pendapatan rendah tidak berpartisipasi dalam gerakan ini, menyebabkan anak-anak mereka memiliki rasa kendala. Sebuah divisi dalam pencapaian pendidikan dengan demikian lahir dari dua perbedaan dalam membesarkan anak. Secara teori, keluarga berpenghasilan rendah memiliki anak yang tidak berhasil sedangkan anak-anak yang berpenghasilan menengah, yang merasa berhak, yang argumentatif, dan lebih siap untuk kehidupan dewasa.
Universitas Sumatera Utara
3. Pekerjaan Pekerjaan sebagai salah satu contoh komponen status sosial ekonomi, terdiri dari pendapatan dan pencapaian pendidikan. Status pekerjaan sesuai dengan tingkat pendidikan suatu individu yaitu melalui, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, mengeksplorasi dan mempertahankan posisi yang baik. Status pekerjaan akibatnya menjadi sebuah indikator untuk posisi sosial kita atau status dalam masyarakat, maka menggambarkan karakteristik
pekerjaan,
pengambilan
membuat
kemampuan
dan
pengendalian emosi, dan psikologis tuntutan pada pekerjaan. Pekerjaan dirangkingkan oleh jejak pendapat (antara organisasi lainnya) dan pendapat dari masyarakat umum yang disurvei. Beberapa pekerjaan yang paling bergengsi adalah dokter dan ahli bedah, pengacara, insinyur kimia dan biomedis, spesialis komputer dan komunikasi analisis. Pekerjaan ini, dianggap dikelompokkan dalam klasifikasi status sosial ekonomi tinggi, memberikan lebih banyak pekerjaan menantang dan kemampuan dan kontrol yang lebih besar terhadap kondisi kerja. Pekerjaan dengan peringkat yang lebih rendah adalah pramusaji makanan, petugas counter, bartender dan pembantu, pencuci piring, tukang sapu, pelayan dan pembantu rumah tangga, pembersih kendaraan, dan tukang parkir. Pekerjaan yang kurang dihargai juga dibayar secara signifikan kurang dan lebih melelahkan, secara fisik berbahaya, dan memberikan otonomi yang kurang. (http://tenagasosial.blogspot.com/2013/08/faktoryang-mempengaruhi-status-sosial. html. Diakses pada tanggal 2 Maret 2014 pukul 14.00).
Universitas Sumatera Utara
Melly. G. Tan mengatakan berdasarkan pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan maka masyarakat itu dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi ( Koentjaraningrat, 1981 : 35). 1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah. Yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain 2. Golongan masyarakat berpenghasilan sedang. Yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung. 3. Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi. Yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain 4. Lingkungan Lingkungan sosial merupakan lingkungan yang terbentuk akibat adanya hubungan rasional antara manusia untuk memenuhi kebutuhan atau mencari solusi terhadap berbagai tantangan atau kesulitan secara bersama.lingkungan sosial juga merupakan hidup bermasyarakat.keadaan atau tarafnya ditentukan oleh jumlah, kualifikasi, distribusi penduduk, tersedianya sumber daya alam dan kemampuan memanfaatkanya secara kesinambungan, teknologi-budaya, serta keadaan sosial ekonomi politis yang ada.pengukuran dan penilaian kualitas hidup masyarakat sangat erat kaitanya dengan kesehatan masyarakat. Pengukuran dan penilaian terhadap kualitas hidup masyarakatpun haruslah berhubungan dengan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
ILO menemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan minimum manusia mengandung dua elemen, yakni: 1.
Kebutuhan - kebutuhan minimum tertentu dari suatu keluarga untuk di konsumsi pribadi mereka, dan yang disediakan sendiri oleh keluarga itu meliputi a) makanan yang mencukupi dan memenuhi syarat gizi b) tempat berteduh c) pakaian d) perabot/perlengkapan rumah tangga
2.
Kebutuhan-kebutuhan minimum dalam bentuk- bentuk pelayanan penting yang di sediakan oleh negara bagi masyarakat luas, meliputi: a) Air bersih b) Sanitasi c) Kebersihan d) Transport umum e) Fasilitas kesehatan f) Fasilitas pendidikan g) Fasilitas budaya ( Siagian, 2012: 77-78)
2.4 Keluarga 2.4.1 Pengertian Keluarga Menurut UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri atau suami istri
Universitas Sumatera Utara
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga. Menurut Iver dan Page ( Kairuddin, 1997: 3) dikatakan : “family is a group defined by sex relationship sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and upbringing of children”. Sedangkan menurut A.M. Rose “ a family is a group of interacting person who recognize a relationship with each other based on common parentage, marriage and for adoption” Selanjutnya Iver dan Page memberikan ciri-ciri umum keluarga yang meliputi: 1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan. 2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan dipelihara. 3. Suatu sistem tata-tata norma termasuk perhitungan garis keturunan 4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhankebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. 5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga (Su’adah, 2005: 22). Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang merupakan satuan yang khusus. Keluarga pada Universitas Sumatera Utara
dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan keorangtuaan dan pemeliharaan anak. (Su’adah,2005:22-23) Keluarga merupakan kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain, keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi, mempunyai perbedaan dari organisasi-organisasi lainnya, yang terjadi hanya sebagai sebuah proses. (Khairuddin,1997:4). Hal senada dari beberapa definisi keluarga, terdapat salah satu pengertian keluarga, dimana fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial (Khairuddin, 1997:3). Keluarga mempunyai jaringan interaksi yang lebih bersifat
interpersonal,
dimana
masing-masing
anggota
dalam
keluarga
dimungkinkan mempunyai intensitas hubungan satu sama lain. Menurut Ki Hajar Dewantara, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang per orang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial. Keluarga itu tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak saja bagi kanak-kanak tapi juga
Universitas Sumatera Utara
bagi para remaja. Peran orang tua dalam keluarga sebagai penuntun, sebagai pengajar dan pemberi contoh (Tirtaraharja, 2000: 169). Keluarga merupakan sendi dasar kelompok sosial terkecil serta mempunyai corak tersendiri. Anak yang baru lahir pertama kali menemukan masyarakat yang terkecil ini. Disitulah dia dibesarkan dan memperoleh pendidikan yang pertama kali, mengadakan pertemuan pertama kali dengan manusia. Peranan umum keluarga dalam perkembangan sosial anak merupakan tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial keluarganya turut menentukan cara tingkah laku terhadap orang lain dalam pergaulan sosial diluar keluarga (Gerungan, 2004: 195). Bentuk-bentuk keluarga menurut Polak ( Khairuddin, 1997:19) yaitu : 1. Keluarga Inti ( Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum menikah 2. Keluarga Besar ( Extended Family) yaitu satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya. Disamping bentuk keluarga, keluarga juga mempunyai sifat-sifat khusus, (Ahmadi, 2007:222) yaitu: 1. Universalitas artinya merupakan bentuk yang universal dari seluruh organisasi sosial 2. Dasar emosional artinya rasa kasih sayang, kecintaan sampai kebanggaan suatu ras Universitas Sumatera Utara
3. Pengaruh yang normatif artinya keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-tama bagi seluruh bentuk hidup yang tertinggi, dan membentuk watak daripada individu 4. Besarnya keluarga terbatas 5. Kedudukan yang sentral dalam struktur sosial 6. Pertanggungan jawab daripada anggota-anggota 7. Adanya aturan-aturan sosial yang homogen Beberapa sebab misalnya karena perekonomian, pengaruh uang, produksi atau pengaruh individualisme, sistem kekeluargaan ini menjadi kabur. Hal ini disebabkan karena: urbanisasi, emansipasi sosial wanita dan adanya pembatasan kelahiran yang disengaja.Akibat pengaruh-pengaruh perkembangan keluarga itu menyebabkan hilangnya peranan-peranan sosial yaitu: 1. Keluarga berubah fungsinya, dari kesatuan yang menghasilkan menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Dahulu keluarga menghasilkan sendiri keluarganya, tetapi lama kelamaan fungsi ini makin jarang karena telah dikerjakan oleh orang-orang tertentu 2. Tugas untuk mendidik anak-anak sebagian besar diserahkan kepada sekolah-sekolah, kecuali anak-anak kecil yang masih hidup dalam lingkungan kekeluargaan 3. Tugas bercengkrama di dalam keluarga menjadi mundur, karena tumbuhnya perkumpulan-perkumpulan modern, sehingga waktu untuk berada di tengah-tengah keluarga makin lama makin sedikit (Ahmadi, 2007:223)
Universitas Sumatera Utara
Menurut Horton fungsi-fungsi keluarga meliputi : 1. Fungsi pengaturan seksual Keluarga berfungsi adalah lembaga pokok yang merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual. 2. Fungsi reproduksi Fungsi keluarga untuk memproduksi anak atau menghasilkan anak. 3. Fungsi afeksi Salah satu kebutuhan dasar manusia akan kasih sayang dan dicintai (Su’adah, 2005: 109) Berbagai fungsi keluarga bertanggung jawab memenuhi kebutuhan fisik samapi mempersiapkan anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung jawab.selain intu sebagai pusat penerus nilai.keluarga yang pertama-tama yang berprilaku sesuai dengan budaya dan harapan masyarakat di manapun ia berada.(Sadli, 2010:143-144).dan lingkungan keluarga perempuan, dapat secara langsung mengambil inisiatif dalam rumah tangga. Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas. a) Berdasarkan Lokasi 1. Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal. 2. Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istridiharuskan menetap di sekitar kediaman kerabat suami. Universitas Sumatera Utara
3. Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istridiharuskan menetap di sekitar kediaman kerabat istri. 4. Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar kediaman kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian). 5.
Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menetap di tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok dengan kerabat suami maupun istri.
6. Adat avunkulokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar kediaman saudara lakilaki ibu dari pihak suami. 7. Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri masing-masing hidup terpisah ( Sua’dah, 2005:114) b) Berdasarkan pola otoritas 1. Patriarkal, yakni suami lah yang memiliki otoritas dalam keluarga. 2. Matriarkal, yakni istri lah yang memiliki otoritas dalam keluarga. Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara bergantian. 2.4.2
Kontribusi Ekonomi dari Sektor Pertanian Mengikuti analisis klasik dari Kuznets (1964), pertanian di negara sedang
berkembang merupakan suatu sektor pertanian yang sangat potensial dalam emapat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi nasioanal, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Kuatnya
bias
agraris
dari
ekonomi
selama
tahap-tahap
awal
pembangunanmaka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan) membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor lain dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang konsumen. 2. Ekpansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada produk-produk sektor pertanian bukan hanya dalam penyedian pangan tetapi pertanian juga merupakan penyedian bahan-bahan baku untuk keperluan keiatan prouksi di sektor-sektor nonpertanian, teritama industri pengolahan, seperti industri-industri makanan dan minuman tektil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit dan farmasi 3. Pentingnya dan adilnya terhaap penyerapan tenaga kerja tanpa bisa dihindari menurunlah dengan pertumbuhan atau semakin tininya tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal untuk investasi dalam ekonomi. Jjadi, pembangunan ekonomi melibatkan taransfersurplus modal dari sektor pertanian ke sektor-sektor non pertanian. 4. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca pembayaran, baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoiti-komoditi pertanian menggantikan impor (Tambunan 2003:9-10). 2.4.3
Kajian Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Handayani dan Artini (2009) menunjukkan bahwa rata-
rata sumbangan pendapatan responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari Universitas Sumatera Utara
terhadap pendapatan keluarga sebesar sebesar Rp 429.754,00 atau 12,82% dari total pendapatan keluarga dengan kisaran 1,58% sampai dengan 52,56%. Kontribusi perempuan tidak terlalu besar, namun kegiatan ekonomi responden dirasakan berperan cukup penting dalam menambah pendapatan keluarga. Menambah pendapatan keluarga merupakan motivasi ekonomi yang dinyatakan oleh 17 orang (56,67%), sedangkan sisanya menyatakan alasan motivasi sosial, yaitu: sebesar 10 orang (33,33% ) menyatakan untuk mengisi waktu luang dan 3 orang menyatakan mencari pengalaman. Dihubungkan dengan tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pendidikan responden yang rata-rata tergolong cukup tinggi menunjukkan bahwa responden mempunyai kesadaran yang tinggi untuk berusaha meningkatkan perekonomian keluarga melalui kegiatan yang lebih bermanfaat yaitu bekerja, tanpa mengabaikan tugas sebagai ibu rumah tangga. Sitohang, M (2004) menyimpulkan juga bahwa sumbangan pendapatan istri sebagai pedagang pengecer sayur-sayuran ada sebesar 63,97% terhadap pendapatan keluarga lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang diberikan suami terhadap keluarga yang hanya 33,07%. Pendapatan istri sangat memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kebutuhan – kebutuhan keluarga. Sayuti, (1997) juga menyimpulkan bahwa istri sebagai pedagang pengecer buah-buahan di pusat pasar Medan menyumbangkan pendapatannya sebesar 69,9% terhadap total pendapatan keluarganya. Pendapatannya dari hasil kerja perempuan pedagang pengecer buah-buahan sangat berperan untuk menambah perekonomian keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Safridal (2012) meneliti tentang peran perempuan petani terhadap sosial ekonomi keluarga di desa Kutarakyat Kecamatan Namantaren Kabupaten Karo. Responden dalam adalah 55 perempuan, dan dalam penelitianya perempuan sangat berperan aktif terhadap peningkatan sosial ekonomi keluarganya. Hasil pertanian yang diperoleh perempuan menambah penghasilan keluarga. Pendapatan perempuan perminggu di desa Kutarakyat 34, 6% pendapatanya Rp 100.000- Rp 400.000, 20% pendapatanya Rp 450.000- Rp 750.000, 21,8% pendapatan perempuan berkisar 800.0000- Rp 1.100.000, dan 23, 6% pendapatan perempuan berkisar> Rp 1.200.000. Pendapatan perempuan desa Kutarakyat berpengaruh terhadap pendidikan anak dimana pendidikan anak semakin tinggi, kebutuhan pangannya sudah memenihi gizi seimbang, dengan pendapatan tersebut sudah mampu membawa keluarga apabila sakit ke rumah sakit dan tidak lagi ke alternatif seperti dukun. Pendapatan yang di peroleh dari hasil pertanian sudah mampu memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga mereka. Hasil penelitian dari Goni (2013) tentang peranan ibu rumah tangga yang bekerja dalam meningkatkan status sosial keluarga di Kelurahan Teling Atas Kecamatan Wanea Menado mengatakan bahwameningkatkan status sosial keluarga merupakan salah satu faktor pendorong bekerjanya seorang ibu rumah tangga. Dimana dari hasil uraian menunjukkan bahwa bakerjanya seorang ibu rumah tangga dapat meningkatkan status sosial ekonomi keluarga.Dari hasil penelitian terbukti bahwa variabel ibu rumah tangga yang bekerja dapat mempengaruhi variabel peningkatan status sosial ekonomi keluarga. Dimana sebanyak 93% responden menyatakan ada peningkatan status sosial ekonomi, dan
Universitas Sumatera Utara
hanya 6.7% responden yang menyatakan tidak ada peningkatan status sosial ekonomi keluarga mereka. Penelitian Anisa (2011)
yang
berjudul
peran
perempuan dalam
perekonomian rumah tangga diDusun Pantogkulon, Banjaroya, Kalibawang, Kulon
Progo menyimpulkanbahwa perempuan bekerja tidaklah hanya
mementingkan diri sendiri, mereka bekerja karena tuntutan ekonomi dantekanan kebutuhan hidup yang terus menerus semakin tinggi. Masyarakat pedesaan seperti di Dusun Panthog Kulon yang berdiri dari kelurga menegah ke bawah seringkali perempuan berperan bukan hanya sebagai istri ataupun seorang ibu, tetapi mereka juga berperan sebagai pekerja sebagai
tulang
punggung
keluarga
yang
membantu
suami
mereka
dalammemakmurkan dan menjaga kesetabilan kebutuhan ekonomi keluarganya. Dusun Panthog Kulon mempunyai banyak pekerja perempuan khususnya pembuat gula merah. Sehari para perempuan ini dapat bekerja dua kali sehari, yaitu pagi hari pukul 7 pagi sampai pukul 9 pagi dan pada sore hari pukul 4 sore sampai7 malam. Kontribusi di sektor pendidikan menjadi prioritas para perempuan dalam memajukan anak-anak mereka dalam pendidikan. Kontribusi perempuan di sector kesehatan, kontribusi di sektorsosial kemasyarakatan dan kontribusi di sektor administrasi publik. Peran perempuan bekerja tidak dapat dianggap remeh karena para perempuan mempunyai aktivitas yang lebih dari para laki-laki. Secara otomatis peran perempuan bekerja menjadi ganda ketika para perempuan di wajibkan untuk melayani suami dan mendidik anak-anak mereka. Selain menjadi
Universitas Sumatera Utara
ibu rumah tangga para perempuan pekerja pembuat gula merah ini harus bekerja demi kesejahteraan keluarganya. Hasil penelitian yang telah di uraikan tersebut dapat di simpulkan bahwa perempuan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap aspek sosial ekonomi keluarga, Perempuan yang bekerja akan dapat memberikan kontribusi terhadap ekonomi keluarga. Peran mereka tidak bisa dikatan sebagai penambah penghasilan tetapi sudah terlibat menjadi pencari nafkah dalam keluarga. 2.5 Kesejahteraan Sosial 2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial Konsep kesejahteraan sosial terdapat dalam Undang-Undang Kesejahteraan Sosial No. 11 tahun 2009, pasal satu yang menyebutkan bahwa kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritiual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.(Elmussi, Rahmatullah. 2010. Memahami Dinamika Perilaku Manusia Dalam ImplementasiKesejahteraan Sosial. Diakses dari http:// rahmatullah.banten-instuste.org tanggal 24 Mei 2014 pukul 18.00 WIB). Kesejahteraan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktofitas nterorganisir yang diselenggarakan baik oelh lembagalembaga pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi dan memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat (Suharto2009: 1). Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial, keuangan, kesehatan dan rekreasi semua individu masyarakat. Berdasarkan pasal Universitas Sumatera Utara
3 UU Nomor 11 tahun 2009 tentang penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan : 1. Meninkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup 2. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian 3. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menagani masalah kesejahteraan sosial 4. Meningkatkan penyelengaraan
kemampuan
dan
kesejahteraan
kepedulian
sosial
secara
masyarakat melembaga
dalam dan
berkelanjutan 5. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan 6. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan keejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi yang harus memenuhi tiga syarat utama: (1) ketika masalah sosial dapat di-manage dengan baik; (2) ketika kebutuhan terpenuhi; (3)ketika peluang-peluang sosial terbuka secara maksimal. Pengertian lain juga dapatdikembangkan dari hasil Pre-Conference Working for the 15th International Conference ofSocial Welfare yakni kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisirdan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkankonteks sosialnya (James Midgley, 1997:5). Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan definisi yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi ataupun kehidupan spiritual. Dan negara bertanggungjjawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ini di tujukan kepada perseorangan, keluarga kelompok, atau masyarakat.sedangkan yang menjadi prioritas adalah mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, dan penyimpangan prilaku, korban bencana, korban tindak kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. 2.5.2 Usaha Kesejahteraan Sosial Nilai-nilai dasar dan sumber usaha kesejahteraan sosial adalah nilai-nilai yang menjadi sumber untuk menetuakan arah serta sasaran usaha kesejahteraan sosial.nilai-nilai sosial tersebut antara lain: 1. Pancasila, pancassila merupakan sumber formal yang utama karena sila-sila pancasila merupakan pengakuan nilai-nilai dasar lainya. 2. Religius, dalam praktek nilai religius mendasari usaha-usaha kesejahteraan sosial yang bersifat amal, sedekah dan lain sebagainya secara umum disebut dengan karitas 3. Sosial budaya, nilai sosial budaya mendasari usaha-usaha kesejahteraan sosial yang bersifat kemanusian dan gotongroyong atau kebersamaan.istila umum yang berkembang untuk usaha kesejahteraan sosial jenis ini disebut filantropis.
Universitas Sumatera Utara
4. Profesional, nilai profesional merupakan landasan bagi usahausaha kesejahteraan yang ilmiah. Kebutuhan terhadap adanya usaha-usaha kesejahteraan dalam hal ini ditetapkan berdasarkan hasil diagnosis terhadap situasi dan kondisi tertentu yang dianggap bermasalah (ilmawan, 2010). Perhatian pemerintah atas taraf kehidupan yang lebih baik dari warganya di wujudkan dengan penyediaan berbagai bentuk berbagai kesejahteraan sosial yang konkret (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usahakesejahteraan sosial itu sendiri dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas, berdasarkan hasil diatas dapat dirasakan bahwa kesejahteraan sosial tidaklahbermakna bila tidak diterapkan dalam bentuk usaha kesejahteraan sosial yang nyata menyangkut kesejahteraan warga masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial seharusnya merupakan upaya yang konkret (nyata) baikyang bersifat langsung (direct service) ataupun tidak langsung (indirect service), sehigga apayang dilakukan dapat dirasakan sebagai upaya yang benar-benar ditujukan untuk menanganimasalah ataupun kebutuhan yang dihadapi masyarakat. Usaha kesejahteraan sosialdibutuhkan karena pada berbagai negara terdapat warga masyarakat mempunyai kebutuhandan masalah di luar kemampuan mereka untuk mengatasinya. Hal ini tentunya ditunjangdengan perkembangan dunia, bahwa kesejahteraan sosial (dan juga usaha kesejahteraansosial) telah diterima masyarakat industrial modern sebagai salah satu fungsi guna membantumasyarakat dalam mengatasi masalah mereka. Masalah yang dihadapi
Universitas Sumatera Utara
warga masyarakat saatini, bila ditelusuri, terkait dengan perubahaan sosial yang tejadi secara cepat. Sebagai patokan dan pemberi arahan, pembangunan bidang kesejahteraan sosial diIndonesia yang bertanggung jawab adalah departemen sosial, secara asasi dan fundamental.Disusun pula berdasarkan pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang dalampelaksanannya menganut prinsip melanjutkan, meningkatkan, mengembangkan. Memperbaikiserta memperbaharui segala hasil pembangunan bidang kesejahteraan sosial (Huda, 2009:1517).
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Pemikiran Kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya perempuan sebagai ibu rumah tangga dan identik dengan mengurus rumah tangga, dari mulai mengurus anak, mencuci, memasak hingga mengatur masalah keuangan rumah tangga. Begitu besarnya peranan perempuan sebagai ibu rumah tangga sehingga potensi kaum perempuan dipandang lebih banyak dimanfaatkan dalam sektor domestik berbeda dengan laki-laki, tugas mereka adalah sebagai kepala rumahtangga yang fungsinya adalah mncari nafkah bagi keluarga untuk kelamgsungan hidup keluarga. Seiring dengan perkembangan zaman dan adanya emansipasi, terjadilah perubahan terhadap perempuan, mereka sudah ikut berperan aktif dalam mencari nafkah untuk keluarga, hal ini di dorong karena semakin meningkatnya kebutuhan keluarga, dan kemiskinan keluarga yang meningkat mengharuskan perempuan tidak bisa duduk diam menunggu penghasilan dari suami atau laki-laki. dan perempuan ikut berpartisipasi di ranah publik bersama dengan laki-laki dalam mencari nafkah untuk meningkatkan sosial ekonomi keluarga. Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe Sigala-gala, perempuan sudah berkontribusi untuk menambah perekonomian melalui pertanian, hal ini sudah berlangsung sejak lama dan perempuan di desa ini sudah cukup penting berperan dalam melakukan aktivitas usaha tani, perempuan memiliki peranan yang cukup penting seperti penyemaian benih, dan penanaman, samapai panen bahkan sampai juga pada pemasaran hasil panen. Perempuan Desa Lawe Tua
Universitas Sumatera Utara
Persatuan lebih banyak bekerja di sektor pertanian dengan berbagai alasan. keterlibatan perempuan untuk mencari nafkah sudah menjadi hal yang biasa. Perempuan petani di Desa Lawe Tua Persatuan bekerja di sektor pertanian dan sektor domestik dan hal ini tidak bisa dipungkiri mereka sudah melakukan beban ganda dalam keluarga, peran beban ganda tidak asing lagi bagi kaum perempuan di desa ini. Perempuan secara tidak langsung memiliki jam kerja yang lebih banyak dari laki-laki, dipagi hari petani perempuan pergi kesawah dan setelah pulang dari sawah mereka masih mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sedangkan laki-laki pulang dari sawah mereka duduk di warung kopi.tanpa ikut berperan dalam pekerjaan rumah tangga.Laki-laki di desa ini masih mengangap kodrat perempuan tetap sebagai ibu rumah tangga yang tidak lepas dari pekerjaan rumah tangga meskipun mereka ikut bekerja mereka dianggap hanya membantu laki-laki dalam mencari nafkah. Perempuan yang bekerja di sektor pertanian sudah mampu memberikan kontribusi terhadap sosial ekonomi keluarga yaitu bertambahnya penghasilan yang digunakan untuk kebutuhan keluarga. Pengahasilan petani perempuan dan penghasilan suaminya dapatdigunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang, pengan , perumahan, kesehatan, pendidikan anak, beserta modal usaha tani. Hasil pertanian yang di peroleh petani perempuan disisihkan sebagian sebagai tabungan keluarga untuk kebutuhan di masa depan, sehingga dengan perempuan bekerja pada sektor pertanian dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya dan ini sangat berpengaruh kepada kehidupan sosial seperti bagaimanapetani perempuan melakukan interaksi sosial baik terhadap lingkungan dan keluarganya pada saat dia melakukan pekerjaan sebagai petani dan ibu rumah tangga. Universitas Sumatera Utara
Bagan Alur pikir Kemiskinan
Keterlibatan Perempuan (Istri) dalam Sektor Pertanian
Pendapatan
Kontribusi perempuan dalam sosial ekonomi keluarga Desa Lawe Tua Persatuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Pangan Sandang Perumahan Kesehatan Pendidikan anak Tabungan Interaksi sosial
2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Defenisi Konsep Konsep
adalah
istilah
khusus
yang
digunakan
para
ahli
dalam
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek, peneliti harus menegaskan dan membatasi konsep yang diteliti. Perumusan definisi konsep dalam suatu peneliian menunjukkqn bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah adalah pengertian terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011:136). Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang akan digunakan dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunaan sebagai berikut: 1. Kontribusi adalah suatu keterlibatan yang dilakukan oleh seseorang yang kemudian memposisikan dirinya terhadap peran dalam keluarga sehingga memberikan dampak yang kemudian dinilai dari aspek sosial dan aspek ekonomi.jadi kontribusi perempuan petani
adalah sumbangan dari
perempuan yang bekerja sebagai petani terhadap sosial ekonomi keluarga di Dea Lawe Tua Peratuan Kecamatan Lawe sigala-gala Kabupaten Aceh Tengara 2.
Petani Perempuan adalah perempuan berstatus sebagai istri yang bekerja sebagai petani serta bercocok tanam dengan melakukan pengelolahan
Universitas Sumatera Utara
tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk di gunakan sebagai kebutuhan keluarga ataupun menjualnya kepada orang lain. 3.
Sosial Ekonomi adalah kemampuan untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa
yang
dimilikinya
dan
kemampuan
mengenai
keberhasilan
menjanlakan usaha dan berhasil mencukupinya. Sosial Ekonomi keluarga berkaitan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya yang ditentukan oleh tingkat pendapatan yang diterima. 4. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 5. Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya ataupun dalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, perumahan, kesehatan, rekreasi budaya, dan lain sebagainya. Defenisi konsep secara keseluruhan yang di maksud dengan peran petani perempuan dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga di Desa Lawe Tua Persatuan Kecamatan Lawe sigala-gala Kabupaten Aceh Tengara merupakan pengamatan terhadap peran dari perempuan yang bekerja sebagai petani yang dalam hal ini adalah perempuan yang sudah menikah yang bekerja mengelola Universitas Sumatera Utara
lahan pertaniannya dan bekera memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga di Desa Lawe Tua Persatuan. 2.7.2 Defenisi Operasional Defenisi operasional sering disebut sebagai proses opersasionalisasi konsep, yang berarti menjadi konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut terangkat dan terbuka (Siagian,2011:141). Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang mengambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009:120). Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Keterlibatan petani perempuan dalam pertanian dilihat dari lama kerja dan pekerjaan yang di lakukan dalam pertanian mulai dari mengolah lahan, menanam, perawatan, panen bahkan pemasaran. 2. Pendapatan
petani perempuan merupakan hasil yang di peroleh
perempuan dari sektor pertanian.
Universitas Sumatera Utara
3. Kondisi pangan yaitu frekuensi makan dan kualitas makanan yan di konsumsi oleh reponen setiap harinya. 4. Sandang, yaitu penambahan pakaian pertahunya, dan kondisi pakaian yang di pakai setiap harinya. 5. Perumahan yaitu keadaan atau kondisi perumahan dengan indikator sebagai berikut a) Status kepemilikan rumah b) Jenis/bahan lantai dan dinding c) Persediaan air d) Sarana penerangan 6. Kesehatan adalah kondisi fisik keluarga petani perempuan yang di ukur mulai: a) Tindakan pengobatan b) Kemampuan berobat c) Tempat berobat 7. Pendidikan anak merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk mengubah sikap dan tata laku melalui upaya penajaran dan pelatihan anak, baik secara formal maupun non formal, seperti mendidik anak di rumah maupun menyekolahkan. 8. Tabungan merupakan kemampuan petani perempuan untuk menyimpan pendapatanya untuk kebutuihan-kebutuhan yang tidak terduga.
9. Interaksi sosial adalah hubungan saling berbalas respon dengan orang lain dan aktivitasnya beragam mulai dari mengobrol, berjabat tangan dan juga Universitas Sumatera Utara
bersaing. Hal ini seperti bagaimana hubungan perempuan petani dengan keluarga lingkungan masyarakat serta bagaimana perempuan di libatkan dalam
pengambilan
keputusan
dalam
keluarga,
lingkungan
dan
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara