5
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar mengajar berlangsung. Hamzah B (2004: 265) menyatakan bahwa“ Hasil belajar sebagai kemampuan tertentu dari belajar”. Kesimpulan, dalam hal ini seseorang akan memiliki kemampuan setelah belajar yaitu kemampuan dalam berbicara dan menghasilkan ide atau gagasan. Sudjana (2009: 22) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan yang ditentukan dalam pembelajaran’’. Kesimpulan, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengalami pengalaman belajarnya. Purwanto (2005: 147) menjelaskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Perubahan perilaku individu akibat proses belajar mengajar tidaklah tunggal. Bloom (dalam Suprijono, 2009: 5).“Ada tiga ranah dalam hasil belajar, yaitu: (a) ranah kognitif, yang diklasifikasikan menjadi enam tingkatan yakni (pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi); (b) ranah afektif atau yang berhubunagn dengan sikap; (c) ranah psikomotoris atau berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak.
5
6
Purwanto (2011: 67-68). ”Pada umunya penilaian hasil pengajaran baik dalam bentuk formatif maupun sumatif, telah dilaksanakan oleh guru. Melalui pertanyaan secara lisan atau akhir pengajaran guru menilai keberhasilan pengajaran (tes formatif), demikian juga tes sumatif yang dilakukan pada akhir program, seperti akhir kuartal atau semester. Penilaian diberikan terhadap peserta didik untuk menentukan kemajuan belajarnnya. Tes tertulis, baik jenis essai maupun tes objektif, dilakukan oleh guru dalam penilian tes sumatif tersebut. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian adalah hasil yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar setelah mengikuti pelajaran, dan hasil evaluasi diperoleh dengan menggunakan penilaian acuan patokan. 2.1.2 Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang dalam
penerapannya
siswa
dibentuk
dalam
kelompok-kelompok
kecil.
Keberhasilan dari model ini sangat tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok selama pembelajaran, baik secara individual maupun dalam bentuk kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa kelompok yang memperoleh nilai terbaik akan diberi penghargaan pada akhir pembelajaran. Anita (dalam Wena, 2011: 189) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asalasalan”. Kesimpulan, pembagian kelompok dalam penerapan pembelajaran kooperatif disesuaikan dengan kemampuan siswa.
7
Roger dan David Johnson (dalam Suprijono, 2009: 58)
menyatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong-royong yaitu : 1. Saling ketergantungan positif. Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian
rupa
sehingga
setiap
anggota
kelompok
harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masingmasing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. 3. Tatap muka. Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan pada pembelajaran untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan. 4. Komunikasi antar anggota. Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai
8
keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok. Pengajar
perlu
menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Slavin (dalam Buchari, 2009: 81). “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang, dengan struktur kelompok heterogen. Strategi belajarnya khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran kooperatif ini dapat meningkatkan belajar siswa yang lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Siswa dimotivasi berani mengemukakan pendapat teman dan saling tukar pendapat.
9
Hamdani (2011: 34) menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. Tabel 3.1: Fase –fase pembelajaran kooperatif Fase –fase
Perilaku Guru
Fase 1:
Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan Menyampaikan tujuan dan memotivasi memotivasi siswa untuk belajar. siswa. Fase 2: Menyajikan informasi. Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam beberapa kelompok belajar. Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase 5 : Evaluasi.
Fase 6 : Memberikan penghagaan.
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/meminta presentasi hasil kerja kepada kelompok. Menghargai upaya dan hasil belajar individu dan kelompok.
Pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah siswa dibagi dalam kelompok belajar yang terdiri dari 2 orang siswa, sehingga selama pembelajaran siswa aktif baik dalam bertanya, menjawab ataupun mempertanyakan gagasan orang lain. 2.1.3 Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Model pembelajaran Cooperative Script marupakan suatu model
10
pembelajaran yang dalam penerapannya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dimana tiap kelompok terdiri dari dua orang siswa. Selama pembelajaran siswa saling bekerja sama untuk memecahkan masalah. Suprijono (2009: 126)
menyatakan bahwa “model pembelajaran
Cooperative Script adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari”. Kesimpulan, model pembelajaran Cooperative Script adalah cara belajar yang dapat membuat siswa aktif bekerja secara berpasangan, dimana salah satu siswa sebagai pembicara sedangkan satu siswa lainnya berperan sebagai pendengar. Kedua siswa akan bertukar peran, agar lebih mempunyai pengetahuan yang mendalam terhadap materi. Suprijono (2009: 126) menyatakan bahwa langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan Model pembelajaran Cooperative Script adalah sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan. 2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara
membacakan
ringkasannya
selengkap
mungkin,
dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan
11
membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas. 6. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru. 7. Penutup. Model pembelajaran Cooperative Script dalam penelitian ini adalah menciptakan pembelajaran yang aktif, dimana selama pembelajaran siswa aktif belajar sendiri menggunakan teks bacaan sedangkan guru hanya memantau jalannya pembelajaran. Hamdani (2011:88) merumuskan kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran cooperative script dalam pembelajaran sebagai berikut. Kelebihan model pembelajaran cooperative script: 1. Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan. 2. Setiap siswa mendapat peran. 3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Kekurangan model pembelajaran cooperative script: 1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu 2. Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh Kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh :
12
1. Luluk Ekawati (2009) dengan judul : meningkatkan hasil belajar Biologi peserta didik Kelas X di SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang melalui model pembelajaran Cooperative Script. Hasil penelitian ini menunjukan pada siklus tindakan 1 presentase rata-rata nilai ketiga ranah yaitu ranah kongnitif, afektif, dan psikomotor mencapai 48,14%. Setelah dilakukan perbaikan tindakan pada Siklus II rata-rata dari ketiga rana yaitu kongnitif, afektif, dan psikomotor mencapai 88,8%. Sedangkan respon peserta didik mendapkan respon positif dari peserta didik. Hal tersebut menunjukan
bahwa
model
pembelajaran
Cooperative
Script
dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada rana kongnitif, afektif, dan psikomotor. 2. Dwi Utami, ( 2009 ) dengan judul : meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui strategi Cooperative Script materi sistim saraf manusia di SMA Ibu Kartini Semarang. Berdasrkan hasil penelitian menunjukan bahwa persentase
tingkat
keaktifan siswa
dalam
pembelajaran
meningkat.
Peningkatan ini ditandai dengan jumlah siswa yang tingkat keaktifannya meningkat dari 48% pada Siklus I, 72% pada Siklus II. Ketuntasan belajar klasikal dari 64% pada Siklus I, 84% Siklus II dan 96% pada Siklus III, serta meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dari 60,26 pada Siklus I, pada Siklus II 70,6 dan pada Siklus III 80,2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui strategi Coopertive Script dapat menigkatkan aktivtas dan hasil belajar siswa materi sistem saraf pada Kelas XI IPA I di SMA Ibu Kartini Semarang.
13
Dari uraian kajian relevan di atas maka yang menjadi persamaan dan perbedaan yang peneliti lakukan dimana persamaanya dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan perbedaanya adalah dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Script dengan materi yang berbeda dan berlokasi di Gorontalo. 2.3 Materi Energi, Usaha dan Daya Usaha dan energi merupakan besaran dalam fisika yang saling berkaitan. Usaha dapat ditinjau sebagai banyaknya energi yang diubah dari bentuk satu kebentuk yang lain, sebaliknya energi dapat juga ditinjau sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Besaran lain yang berkaitan dengan usaha dan energi adalah daya. A. Energi Suatu sistem dikatakan mempunyai energi (tenaga) bila sistem tersebut mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha (kerja). Dalam kehidupan seharihari kita mengenal macam-macam bentuk energi, antara lain energi panas, energi listrik, energi nuklir, energi cahaya, energi kimia dan energi suara. 1.
Energi potensial gravitasi Energi potensial dapat diartikan sebagai energi yang masih tersimpan.
Besarnya energi potensial gravitasi dapat dinyatakan dengan persamaan: Ep = m.g.h atau Ep = W.h Keterangan rumus : Ep = energi potensial (joule)
14
m = massa benda (kg) g = percepatan gravitasi bumi (m/s2) h = tinggi benda (m) w = berat benda (N) 2.
Energi kinetik Energi kinetik yaitu energi yang dimiliki oleh benda karena pengaruh
gerakannya jadi, setiap benda yang bergerak memiliki energi kinetik dengan persamaan sebagai berikut : Ek = m v2 Keterangan rumus : Ek = energi kinetik (joule) m = massa benda (kg) v = kecepatan benda (m/s) 3.
Energi Mekanik Energi mekanik yaitu jumlah antara energi potensial dan energi kinetik yang
dimiliki suatu benda atau secara matematis dapat ditulis : EM = Ep + Ek. Keterangan rumus : EM = energi mekanik (joule) Ep = energi potensial (joule) Ek = energi kinetik (joule)
15
Dalam medan gravitasi bumi jumlah energi potensial dan energi kinetik suatu benda tetap, jika tidak ada gaya dari luar yang bekerja pada benda tersebut penyataan ini disebut hukum kekekalan energi mekanik
B. Usaha Usaha dalam fisika berbeda dengan usaha dalam kehidupan sehari-hari, usaha dalam kehidupan sehari-hari yaitu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan dalam fisika yaitu gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan sebuah benda sebanding dengan gaya angkat dan perpindahan. Dengan persamaan : W = F.s Keterangan rumus : W = usaha (joule) F = gaya (N) s = jarak perpindahan (m) C. Daya dan Efisiensi Daya yaitu usaha yang dilakukan tiap satuan waktu. Besarnya daya dinyatakan dalam persamaan : P =
=
karena
jadi P = F.v
Keterangan rumus : P = daya (watt)
s = jarak (m)
t = waktu yang dibutuhkan (s)
v = kecepatan (m/s)
w = usaha (joule)
F = gaya (N)
16
Efisensi adalah hasil bagi antara keluaran dan masukan kali seratus persen, dengan persamaan η =
x 100%
Masukan = energi yang diterima oleh mesin Keluaran = energi yang di ubah menjadi energi kinetik
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian adalah “Jika guru menerapkan Model pembelajaran Cooperative Script pada mata pelajaran fisika, maka hasil belajar siswa akan meningkat. 2.5 Indikator Kinerja Dalam penelitian ini ditetapkan indikator keberhasilan sebagai berikut : a) Paling kurang 80% aspek-aspek kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Script memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria sangat baik dan baik. b) Paling kurang 80% aspek-aspek kegiatan siswa dalam proses pembelajaran memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria sangat baik dan baik. c) Minimal 80% dari keseluruhan siswa yang memperoleh tindakan mencapai daya serap paling kurang 65.