BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakekat Hasil Belajar Perubahan Lingkungan Fisik Menurut pandangan B.F. Skinner (dalam Meli, 2013:13) Belajar adalah Suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnva menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responsnya menurun. Jadi belajar ialah suatu penambahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. Gagne Syaiful, (dalam Meli, 2013:13) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Sedangkan menurut Menurut Thorndike Asri, (dalam Meli, 2013:13) “belajar adalah proses antara stimulus dan respon". Dari beberapa konsep diatas dapat disimpulkan beberapa hal yang menyangkut pengertian belajar. Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relative permanen. Hamalik (1990:15) menyatakan: “Hasil belajar digunakan untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapainya apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi”
6
7
Dalam prakteknya, hasil belajar secara keseluruhan bukan satu aspek saja. Muhammad Surya menyatakan hasil belajar adalah “ perubahan prilaku secara keseluruhan yang mengcakup aspek kognitif, afektif, dan motorik”. Bloom, (dalam Surya, 2004:17) menyebutkan : ada tiga kawasan prilaku sebagai hasil belajar yaitu kognitif, afaktif dan psikomotor”. Menurut Anni, Dimyati dan Mudjiono (2006:4) Hasil belajar merupakan prilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas siswa. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang diperoleh melalui proses belajar dan mencakup segala aspek kemampuan siswa. 1. Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen system pembelajaran Susilana (2006:103) Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. (Rudi dan Cepi dalam Meli, 2013:14) Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan atau interaksi yang melibatkan sesorang dalam upaya memperoleh
pengetahuan,
keterampilan,
dan
nilai-nilai
positif
dengan
memanfaatkan sumber-sumber belajar. 2. Hasil pembelajaran Hasil pembelajaran adalah kompetensi yang dicapai siswa melalui proses interaksi. Hasil pembelajaran yang dimaksud adalah hasil belajar. Pada dasarnya
8
proses
belajar
ditandai
dengan
perubahan
tingkah
laku.
Sebagaimana
dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006:3) bahwa “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Mengenai jenis perubahan ini Gagne dan Brings (dalam Susilana, 2006:93) menyatakan bahwa: Perbuatan hasil belajar menghasilkan perubahan dalam bentuk tingkah laku kemampuan membedakan, konsep konkret, konsep terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, keterampilan motorik. Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah konitif oleh Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:202-205) dibagi 6 (enam) kelas/tingkat yakni: a. Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. b. Pemahaman, berupa kemampuan memahami/mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. c. Penggunaan/penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret dan/atau situasi baru. d. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok. e. Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok kedalam struktur yang baru. f. Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran unutk suatu maksud atau tujuan tertentu.
9
Kratwol, dkk (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:205) mengemukakan taksonomi ranah tujuan afektif adalah menerima, merespons,
menilai,
mengorganisasi, karakterisasi. Kibler, dkk (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:204) mengemukakan taksonomi ranah tujuan psikomotorik adalah gerakan tubuh yang mencolok, ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi nonverbal, kemampuan berbicara. 2.2 Pengertian Metode Inkuiri Metode secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu “metha”, yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti “jalan” atau “cara”. Metode berarti jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode adalah cara yang tersusun dan teratur, untuk mencapai tujuan, khususnya dalam hal ilmu pengetahuan. (Anonim, 2007:740) Sanjaya (2006:119), mengemukakan bahwa inkuiri adalah salah satu usaha dalam pembelajaran CTL (Contextual Teanhing Learning). Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri. Selain itu Sanjaya (2006:120), mengemukakan tentang pendekatan pembelajaran inkuiri yang menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam pendekatan
10
ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar. Menurut Mulyasa (2003:235), inkuiri pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Lebih jauh, inkuiri dirumuskan sebagai proses belajar yang memberikan kesempatan pada anak didik untuk menguji dan menafsirkan problema secara saintifik yang memberikan konklusi berdasarkan pembuktian. Tentu saja yang dimaksud dengan metode saintifik di sini tidak seruwet dan sekomplek bekerjanya para ilmuwan, tetapi sebagai suatu lingkaran atau apa yang disebut sebagai suatu loop. 2.2.1 Kelebihan Metode Inkuiri Pembelajaran dengan inkuiri merupakan satu komponen penting dalam pendekatan kontekstual, dalam pembelajaran dengan inkuiri, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri (Nurhadi dkk, 2002:71). Menurut Mulyani dan Permana (2000:143) kelebihan metode pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut. 1. Siswa ikut berpartisispasi secara aktif didalam kegiatan belajarnya, sebab metode inkuiri menekankan pada proses pengolahan informasi pada peserta didik 2. Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan rumuis, sebab siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut.
11
3. Metode ini memungkinkan sikap ilmiah dan menimbulkan semangat ingin tahu para siswa. 4. Dengan menemukan sendiri siswa merasa sangat puas dengan demikian kepuasan mental sebagai nilai intrinsik siswa terpenuhi. 5. Guru tetap memiliki kontak pribadi. 6. Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangan sulit dilupakan. Sedangkan Menurut Wiriaatmadja (2002: 141) ada beberapa kelebihan pembelajaran menggunakan metode inkuiri ini, yaitu: a. Pengetahuan yang didapatkan oleh siswa lebih lama diingat, karena siswa sendiri yang aktif mencari informasi dan data b. Penemuan-penemuan yang dilakukan oleh siswa membuat siswa belajar bagaimana memanfaatkan petunjuk dan pengarahan, sehingga siswa mampu menghadapi permasalahan dan situasi yang baru. c. Dengan discovery siswa didorong oleh motivasi intrinsik d. Siswa dapat mengembangkan keterampilan nilai dan sikap yang diperlukan ketika dalam belajar sendiri. e. Discovery mengembangkan daya kognitif sampai tingkat tinggi dan mengembangkan berpikir intuitif f. Dengan mengambil kesimpulan secara logis dari hasil inferensi dan data berhasil dikumpulkan, maka siswa dilatih untuk bepikir deduktif dan induktif.
12
2.2.2 Kelemahan Metode Inkuiri Berbagai macam metode yang diterapkan dalam pembelajaran tidak sepenuhnya memiliki kesempurnaan, karena metode-metode yang digunakan mempunyai kelemahan. Demikian halnya dengan penerapan metode inkuiri masih memiliki beberapa kelemahan, yaitu: a. Pembelajaran menggunakan inkuiri memakan waktu yang terlalu banyak. b. Pada umumnya buku teks yang digunakan masih ditulis untuk penggunaan metode ekspositori. c. Siswa sering mengalami kebuntuan dan kehilangan arah sebelum masalah terpecahkan. d. Seringkali hasilnya mengecewakan siswa, setelah siswa berusaha cukup giat dan ternyata hasilnya masih salah. e. Para pengajar harus menguasai bidang kajiannya agar mampu menguasai temuan-temuan yang tak terduga. Wiriaatmadja (2002: 142) 2.2.3 Kerangka Penerapan Metode Inkuiri Menurut metode inkuiri terdiri atas beberapa jenis. Ada jenis metode inkuiri yang masih banyak dibimbing atau diarahkan guru, tetapi ada pula jenis metode inkuiri dimana siswa banyak diberi kebebasan dan dilepas oleh guru dalam kegiatan belajarnya. yaitu: (Sardiman, 1994:172): a. Guided Inquiry Lab. Lesson. Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas
13
tentang bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Umumnya dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: 1. Problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa. 2. Konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan belajar harus di tuliskan dengan jelas dan tepat. 3. Alat atau bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa, untuk melakukan kegiatan. 4. Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk di diskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan inkuiri. 5. Kegiatan
metode
inkuiri
oleh
siswa
berupa
kegiatan
percobaan/penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru. 6. Proses berfikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang mental operating siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung. 7. Pertanyaan yang bersifat open ended harus berupa pertanyaan yang mengarah pada pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa. 8. Catatan guru berupa catatan-catatan yang meliputi: a. Penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan-kegiatan/pelajaran. b. Isi/materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan,
14
c. Faktor-faktor variabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya, terutama
penting
sekali
apabila
kegiatan
percobaan
atau
penyelidikan tidak berjalan (gagal). 2.3 Kajian Penelitian Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebelumnya telah di lakukan oleh Jalil R. Jefri Nurdin Abdul. 2013 dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Topik Proses Pembentukan Tanah Melalui Model Pembelajaran Inkuiri (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Situgede 3 Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran inkuiri, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari gain skor yang diperoleh pada setiap siklus pembelajaran yaitu pada siklus I sebesar 1,96 dan pada siklus II sebesar 2,07. Persentase ketercapaian KKM siswa mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari Persentase ketercapaian KKM pretes siswa siklus I sebesar 10% dan siklus II sebesar 50%. Persentase ketercapaian KKM postes siklus I sebesar 50% dan siklus II sebesar 89%. Dengan demikian dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus. Rata-rata persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 77% dan pada siklus II sebesar 92%. Rata-rata persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 62% dan pada siklus II sebesar 84%.
15
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Susanti Meli tahun 2013 dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Benda Dan Sifatnya Dengan Penerapan Metode Inquiri Di Kelas IV SDN 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa setelah digunakan metode inkuiri terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan, hal ini terlihat dari rata-rata pengkatan hasil belajar siswa yang terjadi pada setiap siklus. Pada siklus 1 terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 67,5% , pada siklus 2 sebesar 78,5% dan pada siklus 3 sebesar 92,5%. Kenaikan presentase nilai kognitif setelah penerapan metode inkuiri dari siklus 1 sampai siklus terakhir sebesar 25%. Berdasarkan hasil kedua penelitian tersebut jika dikaitkan dengan penelitian ini maka dapat diketahui bahwa penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan antara penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut adalah pada penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada penggunaan metode inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perubahan lingkungan fisik. 2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah jika digunakan metode pembelajaran inkuiri pada materi perubahan lingkungan fisik maka hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Kasia Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara meningkat
16
2.5 Indikator Kinerja Berdasarkan kajian teori dan hipotesis tindakan maka penelitian ini dinyatakan berhasil jika minimal 80% dari total siswa yang dikenai tindakan telah menunjukkan peningkatan hasil belajar dengan kategori tuntas. Adapun KKM yang harus dicapai adalah 70.