BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Hakikat Menulis 2.1.1 Pengertian Menulis Dilihat dari segi kompetensi berbahasa, menulis adalah aktivitas aktif, produktif, aktivitas menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa (Burhan Nurgiyantoro, 2010:423). Menurut Tarigan (dalam Hasani, 2005:1) ”Menulis adalah
menurunkan
atau
melukiskan
lambang-lambang
grafik
yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut”. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan maknamakna tetpi tidak menggambarkan keasatuan-kesatuan bahasa. Menurut Tarigan ”Menulis adalah suatu bentuk berpikir, tetapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu”. Syamsudin (dalam Hasani, (2005:1) mengemukakan bahwa ”Menulis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh para pembaca”. Menurut Hasani (2005:2) ”Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, sehingga
penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata”. Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton (dalam Slamet (2008:141) ”Menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan sesuatu baik berupa ide ataupun gagasan kepada orang lain atau pembaca yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tulisan. 2.1.2 Tujuan Menulis Setiap memberitahukan
tulisan atau
memiliki
beberapa
menginformasikan,
tujuan, menghibur,
antara
lain
meyakinkan
untuk dan
mengungkapkan perasaan atau emosi. Tarigan (dalam Cahyani, dkk (2006:98) mengklasifikasikan tujuan menulis sebagai berikut : 1. Tujuan Penugasan (assignment purpose) Kegiatan menulis dilakukan karena ditugaskan menulis sesuatu, bukan atas kemauan sendiri. 2. Tujuan altruistik (altruistic purpose) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan pembaca, ingin menolong pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
3. Tujuan persuasif (persuasive purpose) Tulisan bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. 4. Tujuan penerangan (informational purpose) Tulisan bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada pembaca. 5. Tujuan pernyataan diri (self expressive purpose) Tulisan bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca. 6. Tujuan kreatif (creative purpose) Tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. 7. Tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose) Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Tarigan (2008:25) juga mengemukakan beberapa tujuan menulis sebagai berikut: 1) Tulisan Literer Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik.
2) Wacana Ekspresif Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api. 2.1.3 Manfaat Menulis Agar kita terdorong mau menulis sebaiknya kita mengetahui manfaat menulis tersebut. Sabarti dalam Isah (2006:102-103) mengemukakan Manfaat menulis, di antaranya yaitu:
1) Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengethuan tentang topik yang dipilih; 2) Kegiatan menulis memperluas wawasan baik secara teoritis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan; 3) Melalui tulisan dapat menjadi peninjau dan penilai gagasan secara lebih objektif; 4) Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret; 5) Dengan menulis kita aktif berpikir sehingga kita dapat menjadi penemu sekaligus pemecah masalah bukan sekedar penyedap informasi; 2.2 Proses Menulis Menulis diberikan sebagai proses berpikir yang terus menerus, proses eksperimentasi, dan proses review. Tompikns dalam Novi, dkk (2009:195-197) menguraikan proses menulis menjadi lima tahap yang diidentifikasi melalui serangkaian penelitian tentang proses menulis. Lima tahap proses menulis yang
teridentifikasi melalui penelitian yang dimaksud meliputi: pra menulis, penyusunan konsep, perbaikan, penyuntingan, dan penerbitan. 2.2.1 Pra Menulis Pramenulis merupakan tahap siap menulis Murray (1985) menyebut tahap ini dengan tahap penemuan menulis. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1) Memilih topik, 2) Memikirkan tujuan, bentuk dan audiens, 3) Memanfaatkan dan mengorganisir gagasan-gagasan. 2.2.2 Penyusunan Draft (Drafting) Dalam proses menulis, siswa menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah konsep. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1) Menulis draft kasar, 2) Menulis konsep utama, dan 3) Menekankan pada pengembangan isi. 2.2.3 Perbaikan( Revising) Selama tahap perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan mereka. Revisi bukan penyempurnaan tulisan, revisi adalah mempertemukan kebutuhan pembaca dengan menambah, mengganti, menghilangkan dan menyusun kembali bahan tulisan. Aktivitas dalam tahap ini meliputi: 1)membaca ulang draf kasar, 2)menyempurnakan draf kasar dalam proses menulis, 3)memeperbaiki bagian yang mendapat balikan dari kelompok menulis. 2.2.4 Penyuntingan (Editing) Penyuntingan merupakan penyempurnaan tulisan sampai pada bentuk akhir. Sampai tahap ini, fokus utama proses menulis adalah pada isi tulisann siswa dengan fokus berganti pada kesalahan mekanik. Aktivitas dalam tahap ini
meliputi: 1)mengambil jarak dari tulisan, 2)mengoreksi awal dengan menandai kesalahan, dan 3)mengoreksi kesalahan. 2.2.5 Pemublikasian (Publishing) Pada tahap akhir proses penulisan, siswa mempublikasikan tulisan mereka dan menyempurnkannya dengan membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau sisawa lain, orang tua dan komunitas mereka sebagai penulis. pada tahap publikasi siswa mempublikasikan hasil penulisannya melalui berbagai hasil tulisan (sharing). Kegiatan berbagai hasil ini dapat dilakukan diantaranya melalui kegiatan penugasan siswa untuk membacakan hasil karangan di depan kelas. 2.3 Pengertian Karangan Nuraeni (2010:181) mengemukakan bahwa: ”Karangan adalah hasil tulisan yang berupa ungkapan perasaan, pendapat, penglaman atau daya khayal (imajinasi)”. Karangan juga merupakan suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Ada lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Dalam membuat karangan atau mengarang merupakan pembelajaran menulis yang telah sampai pada tahap menyampaikan pesan atau gagasan.
2.3.1 Jenis-jenis karangan Pada umumnya terdapat jenis-jenis karangan, yaitu 1) Narasi (cerita) Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh karena itu, unsur yang paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. 2) Deskripsi (Lukisan) Deskripsi pada hakikatnya merupakan usaha untuk menggambarkan dengan kata-kata wujud atau sifat lahiriah suatu objek. Melalui deskripsi, seorang penulis berusaha memindahkan kesan-kesan hasil pengamatan dan pesannya kepada pembaca dengan membeberkan sifat dan semua perincian yang ada pada sebuah objek. 3) Eksposisi (Paparan) Eksposisi merupakan karangan yang berusaha menerangkan atau menjelaskan sesuatu yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang. 4) Argumentasi Argumentasi merupakan karangan yang berusaha membuktikan sesuatu denghan mengemukakan alasan-alasan yang meyakinkan.
5) Persuasi Karangan persuasi merupakan karangan yang tujuannya untuk membujuk pembaca agar mau mengikuti kemauan atau ide penulis disertai alasan bukti dan contoh konkrit. 2.4 Pengertian Deskripsi Deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha untuk melukiskan atau menggambarkan dengan kata-kata, wujud atau sifat lahiriah dari suatu obyek. Deskripsi merupakan salah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar mengenai satu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi bisa membuat karakter yang digambarkan lebih hidup gambarannya dibenak pembaca. Sebuah obyek dalam deskripsi tidak hanya terbatas pada sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dicium, diraba, dan dirasa saja, tetapi dapat pula berupa perasaan hati seperti rasa cemas, rasa takut, rasa jijik, rasa kasih, rasa cinta, rasa haru, dan sebagainya. Penulis deskripsi yang baik, akan berusaha untuk melukiskan suatu obyek dengan sejelas-jelasnya. Dalam hal ini, seluruh pancaindera penulis harus aktif dan peka. Ia berusaha menyajikan perincian-perincian sedemikian rupa dengan pengalaman-pengalaman faktualnya, sehingga obyek betul-betul kelihatan hidup. Deskripsi pada dasarnya tidak dapat berdiri sendiri. Ia hanya menjadi alat bantu dalam suatu karangan. Dalam paparan atau eksposisi, deskripsi berperan untuk menghidupkan pokok pembicaraan. menghindarkan kebosanan dan
keengganan pembaca, serta menambah kejelasan. Dalam sebuah karya narasi rekaan (karya fiksi), deskripsi juga bersifat fiktif dan berfungsi untuk menghidupkan cerita. Sedangkan dalam karya yang berbentuk argumentatif, deskripsi digunakan secara efektif untuk lebih meyakinkan pembaca. 2.4.1 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi Deskripsi merupakan sebuah tulisan yang berusaha menggambarkan sesuatu sejelas mungkin. Karena itu deskripsi selalu dimulai dengan pengamatan. Siswa dilatih melakukan pengamatan secermat mungkin. Berikut ini langkahlangkah menulis karangan deskripsi (Resmini, dkk 2008), yaitu : 1) Menentukan apa yang akan didekripisikan: Apakah akan mendekripsikan orang atau tempat. 2) Merumuskan tujuan pendeskripsian: Apakah deskripsi ini dilakukan sebgai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi, atau persuasi. 3) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan: kalau yang dideskripsikan orang, apakah yang akan dideskripsikan itu ciri-ciri fisik, watak, gagasannya, atau benda-benda disekitar tokoh? Kalau yang dideskripsikan tempat, apakah yang akan dideskripsikan keseluruh tempat atau hanya bagian-bagian tertentu saja menarik 4) Memerinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan: hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu memunculkan kesan dan gambaran kuat mengenai sesuatu yang dideskripsikan?
2.4.2 Pola Pengembangan Paragraf Deskripsi Adapun pola pengembangan dari paragraf deskripsi, yaitu sebagai berikut : a)
Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
b)
Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
c)
Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
2.4.3 Ciri-ciri Karangan Deskripsi Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti: 1) Menggambarkan atau melukiskan sesuatu. 2) Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera. 3) Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri. 2.4.4 Prinisp Menulis Deskriptif Ada tiga prinsip dalam menulis deskriptif: 1. Dalam penulisan deskripsi ada satu clear dominant impression (kesan dominan yang jelas). Misalnya kalau kita ingin menjelaskan mengenai seekor anjing, penting kita memilih dan memberi tahu pembaca apakah anjing itu mengancam atau binatang yang jinak menyenangkan. Kita harus memilih satu kesan dominan itu, tidak bisa dua-duanya. Kesan dominan
ini akan memandu kita memilih detail dan ketika disusun dalam kalimat akan menjadi jernih bagi pembaca. 2. Penulisan deskrispi bisa obyektif atau subyektif. Misalnya, deskripsi obyektif seekor penyu akan menyebutkan fakta tinggi, berat, warna, dan lainnya. Deskripsi subyektif tetap membutuhkan rincian obyektif itu tetapi juga menekankan perasaan penulis terhadap penyu itu, dan juga kebiasaan dan personalitinya, seperti penyu tidak bisa bersuara, selalu berada di air (laut), tidak bisa melawan ketika di daratan, kondisi kesakitan. 3. Tujuan dari penulisan deskripsi adalah melibatkan pembaca sehingga ia bisa membayangkan sesuatu yang kita deskripsikan. Karena itu penting menggunakan detail yang spesifik dan konkret. 4. Penulisan deskripsi bergantung pada detail konkret yang ditangkap oleh panca indra. Ingat kita memiliki lima panca indra. 5. Penulis harus hati-hati memilih detail untuk mendukung kesan utama yang dipilih. Atau dengan kata lain, penulis memiliki wewenang untuk menyingkirkan detail yang tidak sesuai dengan kesan utama. 6. Deskripsi sangat sering bergantung pada emosi yang ingin ditunjukkan. Karena itu kata kerja, kata keterangan kata kerja, dan kata sifat lebih bisa digunakan menunjukkan emosi dibandingkan kata benda. 7. Deskripsi yang obyektif, kita harus yakin kesan utama yang dipilih itu membuat pembaca percaya (suatu kondisi mental yang komplek menyangkut keyakinan, rasa, nilai, dan emosi).
2.5 Pengertian Media Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Selanjutnya akan diuraikan pengertian media menurut para ahli. Menurut Martin dan Briggs (dalam Wena (2009:9), “Media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa”. Media bisa berupa perangkat keras seperti komputer, televisi, proyektor, dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat keras. Menurut Gagne (dalam Arief S. dkk (2011:6) menyatakan bahwa “Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangannya untuk belajar”. Sementara itu Briggs berpendapat bahwa “Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”. Para ahli memberikan batasan media yang berbeda-beda pendapat. Tetapi apapun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk meyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikan rupa sehingga proses belajar terjadi. Dalam dunia pendidikan kita mengenal peragaan atau keperagaan. Ada yang lebih senang menggunakan istilah peragaan. Tetapi ada pula yang senang yang menggunakan istilah komunikasi peragaan. Dewasa ini telah mulai dipopulerkan istilah baru yakni “Media pendidikan”. Beragamnya istilah tersebut, yang mempunyai tekanan sendiri-sendiri, maka akan lebih baik di salah satu diantaranya yaitu “Media pendidikan”.
Media pendidikan sebagai alat bantu memiliki ciri-ciri: a. Media pendidikan identik artinya dengan pengertian keparagaan yang berasal dari kata raga, suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan dapat diamati. b. Tekanan utama terdapat pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran, antara guru dengan siswa. c. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran, antara guru dengan siswa. d. Media pendidikan sebagai alat bantu belajar mengajar, baik diluar kelas. Dari pengertian media serta batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, terdapat beberapa persamaan diantaranya, bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. 2.6 Pengertian Media Gambar Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu, pepatah cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata (Arief, dkk, 2010:29-31). Beberapa kelebihan dari media gambar yang dijelaskan di bawah ini: 1) Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata.
2) Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anakanak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin atau bahkan menit yang lalu kadang-kadang tak dapat dilihat seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini. 3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar. 4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia
beberapa
saja,
sehingga
dapat
mencegah
atau
membetulkan
kesalahpahaman. 5) Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan peralatan yang khusus. Selain kelebihan-kelebihan tersebut gambar atau foto mempunyai beberapa kelemahan yaitu : a. Gambar atau foto hanya menekankan presepsi indra mata b. Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Dewasa ini gambar fotografi secara luas dapat diperoleh dari berbagai sumber, misanya dari surat-surat kabar, majalah-majalah, brosur-brosur dan buku-
buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi dan foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat dipergunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar. Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Media gambar termasuk kepada gambar tetap atau still picture yang terdiri dari dua kelompok, yaitu: pertama flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus pandang, misalnya gambar fotografi, gambar dan lukisan cetak. Kedua adalah transparent picture atau gambar tembus pandang, misalnya film slides, film strips dan transparancies. Namun yang termasuk media gambar, penulis maksudkan dalam pembahasan skripsi ini yang terdapat pada kelompok pertama yakni Flat opeque picture, karena gambar datar tidak tembus pandang ini mudah pengadaannya serta biasanya relatif murah. Jadi
media
gambar
adalah
media
yang
dipergunakan
untuk
memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa). Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual, di samping itu media gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. 2.7 Pemanfaatan Media Gambar Dalam Proses Belajar Mengajar Media pengajaran adalah suatu alat bantu yang tidak bernyawa. Alat ini bersifat netral. Peranannya akan terlihat jika guru pandai memanfaatkannya dalam belajar mengajar. Di antara media pendidikan, gambar/ foto adalah media paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Gambar ilustrasi fotografi adalah gambar yang tidak
dapat diproyeksikan, dapat dipergunakan, baik dalam lingkungan anak-anak maupun dalam lingkungan orang dewasa. Gambar yang berwarna umumnya menarik perhatian. Semua gambar mempunyai arti, uraian dan tafsiran sendiri. Karena itu gambar dapat dipergunakan sebagai media pendidikan dan mempunyai nilai-nilai pendidikan bagi peserta didik yang memungkinkan belajar secara efisien peserta didik yang berkaitan dengan pemanfaatan media gambar dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan media gambar dalam proses belajar mengajar, yaitu : 2.7.1 Prinsip-Prinsip Pemakaian Media Gambar Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan antara lain: a. Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok pelajaran. Bilamana tujuan instruksional
yang
ingin
dicapainya
adalah
kemampuan
siswa
membandingkan kelompok hewan bertulang belakang dengan tidak, maka gambar-gambarnya harus memperhatikan perbedaan yang mencolok. b. Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektivan pemakaian gambar-gambar
di
dalam
proses
belajar
mengajar
memerlukan
keterpaduan. Gambar-gambar yang ril sangat berfaedah untuk suatu mata pelajaran, karena maknanya akan membantu pemahaman para siswa dan cara itu akan ditiru untuk hal-hal yang sama dikemudian hari.
c. Pergunakanlah gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan banyak gambar tetapi tidak efektif. Hematlah penggunaan gambar yang mendukung makna. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif, lebih baik daripada dua kali mempertunjukkan gambar yang serabutan tanpa pilihpilih. Banyaknya ilustrasi gambar-gambar secara berlebihan, akan mengakibatkan para siswa merasa dirongrong oleh sekelompok gambar yang mengikat mereka, akan tetapi tidak menghasilkan kesan atau inpresi visual yang jelas, jadi yang terpenting adalah pemusatan Perhatian pada gagasan utama. Penyajian gambar hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan memperagakan konsep-konsep pokok artinya apa yang terpenting dari pelajaran itu. Lalu diperhatikan gambar yang menyertainya, lingkungannya, dan lain-lain berturut-turut secara lengkap. d. Kurangilah penambahan kata-kata pada gambar oleh karena gambargambar itu sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau dalam menyajikan gagasan baru. Misalnya dalam mata pelajaran biologi. Para siswa mengamati gambar-gambar candi gaya Jawa Tengah dan Jawa Timur menjelaskan bahwa mengapa bentuk tidak sama, apa ciriciri membedakan satu sama lain. Guru bisa saja tidak bisa mudah dipahami oleh para siswa yang bertempat tinggal di lingkungan hutan tropis asing. Demikian pula istilah supermarket terdengar asing bagi siswa-siswa yang hidup si kampung. Melalui gambar itulah mereka akan memperoleh kejelasan tentang istilah Verbal.
e. Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan, seni grafis dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Keterampilan jenis keterbacaan visual dalam hal ini sangat diperlukan bagi siswa dalam membaca gambar-gambar itu. f. Mengevaluasi kemajuan kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi belajar bagi para siswa. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan guru, dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensip serta menyeluruh. 2.7.2 Memilih Gambar yang Baik dalam Pengajaran Dalam pemilihan gambar yang baik untuk kegiatan pengajaran terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain: a. Keaslian gambar, Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan gambar yang palsu dikatakan asli. b. Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis. Jangan sampai peserta didik menjadi bingung dan tidak tertarik pada gambar.
c. Bentuk item. Hendaknya sipengamat dapat memperoleh tanggapan yang tetap tentang obyek-obyek dalam gambar. d. Perbuatan. Gambar hendaknya hal sedang melakukan perbuatan. Siswa akan lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar-gambar yang sedang bergerak. e. Fotografi. Siswa dapat lebih tertarik kepada gambar yang nilai fotografinya rendah, yang dikerjakan secara tidak profesional seperti terlalu terang atau gelap. Gambar yang bagus belum tentu menarik dan efektif bagi pengajaran. f. Artistik. Segi artistik pada umumnya dapat mempengaruhi nilai gambar. Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. 2.7.3 Menggunakan Gambar Dalam Kelas Penggunaan gambar secara efektif disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam hal besarnya gambar, detai, warna dan latar belakang untuk penafsiran. Dijadikan alat untuk pengalaman kreatif, memperkaya fakta, dan memperbaiki kekurang jelasan. Akan tetapi gambar juga menjadi tidak efektif, apabila terlalu sering digunakan dalam waktu yang tidak lama. Gambar sebaiknya disusun menurut urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang luas. Gambar dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti pengajaran yang dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari gambar sendiri dalam kegiatan pengajaran dapat dilakukan cara, menulis pertanyaan tentang gambar, menulis
cerita, mencari gambar-gambar yang sama, dan menggunakan gambar untuk mendemonstrasikan suatu obyek. Pengajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan. Display gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan menarik, memotivasi siswa, meningkatkan minat, perhatian, dan menambah pengetahuan siswa.
2.7.4 Mengajar Siswa Membaca Gambar Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar siswa membaca gambar: a. Warna. Siswa sangat tertarik pada gambar-gambar berwarna. Umumnya pada mulanya mereka mengamati warna sebelum mereka mengetahui nama warna, barulah ia tafsirkan. Melatih menanggapi, membedakan, dan menafsirkan warna perlu dilakukan guru terhadap para siswa. b. Ukuran. Dapat dibandingkan mana yang lebih besar antara seekor ayam dengan seekor sapi, mana yang lebih tinggi antara seorang manusia dengan gereja, dan sebagainya. c. Jarak. Maksudnya agar anak dapat mengira-ngira jarak antara suatu obyek dengan obyek lainnya dalam suatu gambar, misalnya jarak antara puncak gunung latar belakangnya.
d. Sesuatu gambar dapat menunjukkan suatu gerakan. Mobil yang sedang diparkir yang nampak dalam sebuah gambar, dalam gambar terdapat sebuah simbol-simbol gerakan. e. Temperatur. Bermaksud anak memperoleh kesan apakah di dalam gambar temperaturnya dingin atau panas. Bandingkan gambar yang menunjukkan musim salju dan gambar orang-orang yang berada dalam keadaan membuka pakaian. Maka dapat dibedakan temperatur rendah dan keadaan panas. 2.8 Kajian Penelitian yang Relevan Maryam Lakiya (2008), Kemampuan Menulis Cerita Deskriptif melalui Metode Latihan di kelas IV SDN No 86 Kota Tengah Kota Gorontalo. Berdasarkan penelitiannya diperoleh bahwa pembelajaran melalui metode latihan dapat menjadi salah satu altenatif dalam kemampuan menulis cerita deskriptif. Dari data pengelolaan kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan siklus I dengan menerapkan metode latihan, hasil belajar siswa belum mencapai indikator kinerja. Sehingga dilaksanakan siklus II sebagai refleksi dari siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan dari hasil belajar siswa yaitu dari 64,75% pada siklus II meningkat menjadi 85,75%, sedangkan daya serap dari 64% pada siklus I meningkat menjadi 85% pada siklus II atau indikator kinerja tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode latihan pada pembelajaran bahasa indonesia khususnya tentang menulis deskriptif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Lidya Komian (2009), Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Bebas melalui Metode Pemberian Tugas pada siswa kelas IV SDN 1 Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Guru menerapkan metode pemberian tugas untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengarang bebas. Dari hasil penelitian pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan dalam membuat karangan bebas melalui metode pemeberian tugas yaitu (37,9%) memperoleh nilai dalam kategori baik, 34,4% memperoleh nilai yang termasuk kategori sedang dan 27,5% memperoleh nilai dalam kategori rendah. Pada siklus II menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan dalam membuat karangan bebas melalui metode pemberian tugas adalah 41,3% memperoleh nilai dalam kategori baik, 34,4% memperoleh nilai yang termasuk kategori sedang, dan 24,1% memperoleh nilai dalam kategori rendah. Hasil yang dapat diperoleh pada evaluasi akhir siklus kedua yaitu mencapai 75,8%. Dengan demikian, maka penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat karangan bebas, sehingga dinilai berhasil dalam meningkatkan mutu pembelajaran bahasa indonesia pada siswa kelas IV SDN 1 luhu kecamatan telaga kabupaten gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka relevansi dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Maryam Lakiya dan Lidya Komian dengan peneliti memiliki persamaan yang terletak pada keterampilan menulis. Sedangkan perbedaanya terletak pada penggunaan metode pembelajaran. Dimana penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini
menitik beratkan pada keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media gambar. 2.9 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut, “Jika guru menggunakan media gambar seri, maka keterampilan siswa menulis karangan deskripsi dapat meningkat”. 2.10 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah minimal 18 orang siswa atau 75% dari 24 jumlah siswa memperoleh kategori mampu dalam menulis karangan deskripsi.