BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Olahraga Atletik Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, gerakan dalam atletik merupakan gerakan yang dilakukan dalam kehidupan sehari – hari sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini. Berdasarkan sejarahnya, atletik merupakan ibu jari dari semua cabang olahraga, atletik diklasifikasikan atas beberapa nomor yang diperlombakan yaitu nomor jalan, lari, lompat dan lempar. Olahraga ini dapat diikuti oleh pria maupun wanita, dilakukan dengan berbagai tujuan, disamping untuk prestasi atletik dapat dilakukan dengan tujuan pendidikan. Atmasubrata (2012:34) Atletik disebut – sebut sebagai cabang olahraga tertua. Istilah atletik berasal dari kata dalam bahasa Yunani “athlon” yang berarti “kontes”. Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan dalam olimpiade pertama pada 776 SM. Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga, secara garis besar jenis olahraga dalam atletik dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar dan lompat, Sri Wahyuni dkk (2010:37). Muhajjir (2007:135) Istilah “Atletik” berasal dari bahasa yunani “athlon” yang berarti berlomba atau bertanding. Kita dapat menjumpai pada kata “penthalon” yang
8
terdiri atas “pentha” yang berarti lima atau panca dan kata “athlon” berarti lomba. Arti selengkapnya adalah panca lomba atau perlombaan yang terdiri atas lima nomor. Kalau kita mengatakan perlombaan atletik, pengertiannya adalah meliputi perlombaan jalan cepat, lari, lompat dan lempar yang dalam bahasa inggris digunakan istilah “track and field” yang berarti perlombaan yang dilakukan di lintasan (track) dan di lapangan (field). Istilah athletic dalam bahasa inggris dan atletik dalam bahasa jerman mempunyai pengertian yang luas, meliputi berbagai cabang olahraga yang bersifat perlombaan atau pertandingan, termasuk renang, bola basket, tenis, sepak bola, senam dan lain-lain. Menurut Mukholid (2004: 100) “Atletik adalah salah satu cabang olahraga tertua yang telah dilakukan oleh manusia sejak jaman purba hingga sekarang”. Cabang atletik adalah olahraga yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan kegiatan alami manusia. Berlari, meloncat, dan melempar adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah panjang kehidupan manusia. Atletik yang meliputi gerakan jalan, lari lompat dan lempar disebut cabang olahraga yang paling tua di dunia, karena umur olahraga atletik ini sama tuanya dengan mulai adanya manusia. Aktivitas jalan, lari, melompat dan melempar merupakan bentuk gerakan-gerakanyang amat penting dan tidak ternilai artinya bagi manusia. Manusia pertama di dunia sudah harus jalan, lari, lompat, lempar untuk mempertahankan dan menjaga kelangsungan hidupnya.
9
Cabang olahraga atletik dilaksanakan di semua negara karena nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan kondisi fisik, sering pula menjadi dasar pokok untuk pengembangan atau peningkatan prestasi yang optimal bahkan dapat diperhitungkan sebagai suatu ukuran kemajuan suatu bangsa. Dengan mengikuti latihan atletik akan dapat diperolah berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, karena di dalam melakukan kegiatan atletik, mereka akan terlatih baik fisik maupun mentalnya. Mereka akan dilatih untuk dapat mengoptimalkan kecepatan, kelentukan, daya tahan, koordinasi gerak, keuletan, disiplin, rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab. Atletik merupakan jenis olahraga meliputi berbagai macam perlombaan dengan keahlian yang berbeda. Pada umumnya nomor-nomor yang diperlombakan telah diatur dalam peraturan perlombaan atletik sehingga jarak yang akan ditempuh dalam nomor jalan dan lari, berat alat yang digunakan dalam nomor lempar berbeda antara pria dan wanita. Sehingga nomor yang dilombakan dalam atletik sangat banyak. 2.1.2 Hakekat Lempar Cakram Lempar cakram adalah salah satu nomor lempar pada cabang olahraga atletik yang dipertandingkan selain lempar lembing dan tolak peluru. Tujuan dari lempar cakram ini adalah melempar sejauh-jauhnya ke arah bidang sasaran, adapun gaya dalam lempar cakram yaitu gaya menyamping dan gaya membelakangi.
10
Kurniawan (2012:40) Lempar cakram adalah salah satu cabang olahraga atletik. Cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220 mm dan berat 2kg untuk laki – laki, 1kg untuk perempuan. Lempar cakram diperlombakan sejak Olimpiade 1 tahun 1896 di Athena, Yunani. Muhajjir (2007: 134) “Lempar cakram adalah salah satu nomor lempar dalam cabang olahraga atletik. Pada acara Olimpiade sejak 708 sebelum Masehi, lempar cakram merupakan bagian dari panca lomba (penthatlon)”. Pada awalnya, cakram terbuat dari batu terupam halus, dan kemudian dari perunggu
yang dicor dan
ditempa. Cara melakukan lemparan pada mulanya menirukan nelayan yang melempar jaring-jaringnya berulang-ulang. Kemudian ditemukan lemparan dengan sikap badan menyiku secara khusus dengan badan agak bersandar ke depan. Simanjuntak, dkk (2007:2) “Lempar” adalah suatu benda yang dipegang dengan cara mengayunkan tangan ke arah tertentu. Gerakan ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan tangan dan lengan serta memerlukan koordinasi beberapa unsur gerakan, misalnya lengan dengan jari-jari yang harus melepas benda yang dipegang pada saat yang tepat. Sedangkan “cakram” merupakan salah satu alat nomor lempar pada cabang atletik yang terbuat dari kayu berbentuk bundar dan pipih dipinggirnya dibuat dengan besi, beratnya 2kg untuk putra dan berat 1kg untuk putri. Saputra (2001: 70-71) menyatakan bahwa lempar cakram merupakan suatu kemampuan dalam melemparkan benda berupa cakram dari samping dengan posisi
11
memutar badan. Hal-hal yang harus dipahami dan dimengerti dalam lempar cakram adalah karakteristik gerak dasar dari lempar. Khomsin (2005: 9) “Lempar cakram merupakan nomor rotasi dan kesulitan footwork (pengaturan langkah) dan cara memegang membuat nomor ini lebih rumit daripada tolak peluru atau lempar lembing”. Menurut Mukholid (2007: 99) “Lempar cakram termasuk salah satu nomor lempar pada cabang olahraga atletik. Lempar cakram adalah salah satu melempar suatu alat (cakram) yang dilakukan dengan satu tangan dari samping badan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya sesuai dengan peraturan yang berlaku”. Dalam melempar cakram dapat digunakan gaya menyamping ataupun gaya membelakangi. Dalam pelaksanaan lempar cakram membutuhkan peralatan dan lapangan seperti olahraga lainnya. Adapun peralatan dan lapangan lempar cakram adalah sebagai berikut: 1. Alat Bahan cakram terbuat dari kayu atau bahan lain dengan bingkai dari metal. Bingkai berbentuk lingkaran penuh dan tepat ditengah-tengah cakram ada beban yang dapat dilepaspisahkan. 2. Ukuran cakram 1) Berat cakram untuk putra: 2kg dengan garis tengah: 219-221 mm 2) Berat cakram untuk putri: 1 kg dengan garis tengah: 180-182 mm
12
3. Lapangan lempar cakram 1) Diameter lingkaran untuk melempar adalah 2,50 meter. 2) Permukaan lantai tempat melempar harus datar dan tidak licin, terbuat dari semen, aspal dan lain-lain. Lingkaran lemparan dikelilingi dengan sangkar (pagar kawat) untuk menjamin keselamatan petugas, peserta dan penonton. 3) Bentuk huruf seperti huruf C, dengan diameter 7 meter, mulut 3,3 meter. Sektor lemparan dibatasi garis yang membentuk sudut 40˚ di pusat lingkaran. 2.1. 3 Teknik Dasar Lempar Cakram Dalam pelaksanaan lempar cakram penguasaan teknik dasar melempar sangatlah penting dan menunjang keberhasilan di lapangan. Untuk melakukan lemparan yang baik diperlukan koordinasi ketangkasan, ketepatan waktu, kecepatan, kekuatan dan penguasaan teknik lempar cakram. Menurut Muhajjir (2007: 135) teknik dasar lempar cakram terdiri dari: a. Cara memegang cakram Cara memegang cakram bergantung dari lebarnya tangan dan panjangnya jari-jari. Beberapa cara memegang cakram yang banyak digunakan antara lain sebagai berikut: Bagi yang tangannya cukup lebar, cara memegang cakram adalah dengan meletakkan tepi cakram pada lekuk pertama dari jari-jarinya. 1) Cara memegang cakram untuk orang yang memiliki tangan lebar adalah jari telunjuk dan jari tengah berhimpit, jari-jari lainnya agak renggang.
13
2) Cara memegang cakram bagi yang jari-jarinya pendek, adalah posisi jari-jari sama dengan cara yang pertama, hanya letak tepi cakram agak lebih ke ujung jari-jari.
Gambar 1. Cara memegang cakram (Muhajjir. 2007:135) b. Awalan melempar cakram Awalan dalam lempar cakram dilakukan dalam bentuk gerakan berputar. Banyaknya perputaran tersebut dibedakan menjadi 1
,1
,1
putaran. Awalan
ini harus dilakukan dengan baik sehingga dapat menghasilkan lemparan yang maksimum. Cara melakukan awalan lempar cakram adalah sebagai berikut: 1) Ambil posisi dan berdiri menyamping arah lemparan. Kaki dibuka selebar bahu, sedikit ditekuk dan rileks. Berat badan terbagi pada kedua kaki. 2) Pusatkan perhatian dan persiapan untuk melakukan awalan agar mantap, kemudian cakram diayun-ayunkan ke samping kanan belakang lalu ke kiri. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sebanyak dua-tiga kali yang dilanjutkan dengan awalan berputar.
14
Gambar 2. Awalan melempar cakram (Muhajjir. 2007:136) c. Ayunan lengan saat melempar Dengan tanpa berhenti sedikitpun dari posisi siap lempar ini dilanjutkan dengan gerakan melempar cakram. Cara melakukannya adalah sebagai berikut 1) Kaki kanan ditolakkan untuk mengangkat panggul dari posisi rendah di atas kaki kanan didorong ke depan atas. 2) Berat badan dipindahkan dari kaki kanan ke kaki kiri. Setelah badan menghadap arah lemparan penuh (siap lempar), bersiaplah untuk melempar cakram ke arah depan atas. 3) Lepasnya cakram setinggi dagu dengan sudut lemparan kira-kira 30˚. Cakram terlepas dari pegangan dengan berputar menurut putaran jarum jam, putaran cakram terjadi karena tekanan dari jari telunjuk. Cakram terlepas pada saat cakram berada sedikit di depan bahu. 4) Lepasnya cakram diikuti dengan badan yang condong ke depan. Pandangan mengikuti jalannya cakram.
15
Gambar 3. Cara mengayunkan dan melepaskan cakram ( Muhajjir, 2007:136) d. Gerakan akhir setelah melempar/lepasnya cakram Setelah cakram terlepas, kaki kanan harus segera dipindahkan ke depan dengan sedikit ditekuk untuk menahan agar badan yang condong ke depan tidak terdorong keluar lingkaran. Menurut Roji (2007: 104) dalam teknik dasar lempar cakram ada empat unsur gerak dasar yang harus dikuasai, yaitu: tahap memegang cakram, tahap persiapan, tahap gerakan dan tahap akhir. Adapun pendapat Kurniawan (2012:40) bahwa terdapat beberapa teknik dalam pembelajran lempar cakram untuk mendapat hasil lemparan yang baik, yaitu: 1. Cara Memegang Cakram: Pegang dengan buku ujung jari – jari tangan, ibu jari memegang samping cakram, kemudian pergelangan tangan ditekuk sedikit dalam. 2. Mengayunkan Cakram: Ayunkan Cakram dengan ring ke depan dan ke belakang di samping tubuh. Pada saat mengayunkan cakram, tangan yang memegang cakram direntangkan sampai lurus. Jangan sampai lepas. 3. Melempar Cakram: Persiapan, berdiri dengan kedua kaki dibuka lebar, pegang cakram dengan tangan kanan ayunkan sampai diatas bahu sambil memutar badan
16
ke kiri, kemudian ke kanan secara berulang – ulang. Saat cakram diayun ke kiri, bantu tangan kiri dengan cara menyanggahnya. Selanjutnya menurut Geri A. Carr (2002:225) teknik lemparan cakram meliputi 1) Grip dan putaran, 2) Rotasi, 3) Lemparan dan Reverse 1) Grip dan Putaran Atlet memegang dengan kukuh ujung jari, ibu jari memegang samping cakram, tenaga sentrifugal dilakukan saat atlet berputar melintasi ring sambil memegang cakram di tangan. Pelempar memulai dengan merentangkan selebar jarak bahu menjauhi arah lemparan, pandangan lurus ke depan pelempar memutar bahu dan tangan yang memegang cakram sejauh mungkin kekanan. Berat badan dipindahkan kekaki kanan dan kedua kaki agak ditekuk 2) Rotasi Berat badan ditumpukkan pada kaki kiri ketika atlet berputar pada jantung telapak kaki kearah lemparan, cakram mengikuti dibelakang tubuh, atlet berlari melintasi ring dengan kaki yang berputar mendahului bahu dan tangan yang memegang cakram menempatkan pada kedua kaki dalam posisi melempar secepat mungkin 3) Lemparan dan Reverse Ketika kaki dalam posisi melempar, atlet dengan kuat meluruskan kaki dan menggerakkan pinggul ke arah lemparan. Pinggul diikuti dengan dada dan akhirnya tangan yang mengikuti dan meniru dan meniru gerakan memucut. Ketika melepaskan cakram atlet menahan gerakan maju dengan melakukan
17
reverse yaitu membawa kaki yang berada dibelakang (kaki kanan) kedepan menghadap sisi dalam ring lingkaran.
Gambar 4. Serangkaian gerakan melempar cakram dari gerakan awal sampai akhir (Muhajjir, 2007:137) Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan dalam lempar cakram, yaitu: a) Hal-hal yang harus dihindari dalam lempar cakram 1) Jatuh ke belakang pada awal putaran 2) Berputar di tempat (seperti gangsing) 3) Membungkukkan badan ke depan (dipatahkan pada pinggang) 4) Melompat tinggi di udara 5) Kaki terlalu tegang 6) Penempatan kaki yang salah dengan sudut lemparan 7) Membawa berat badan pada kaki depan dan membiarkan jatuh 8) Membungkukkan badan ke depan atau terlalu ke kiri, saat melepaskan cakram.
18
b) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam lempar cakram 1) Berputar dengan baik 2) Dorong cakram melewati lingkaran 3) Dapatkan putaran yang besar antara badan bagian atas dan bawah 4) Capai jarak yang cukup pada saat melayang melintasi lingkaran 5) Mendaratlah pada jari-jari kaki kanan dan putar secara aktif di atas (jarijari tersebut) 6) Mendaratlah dengan kaki kanan di titik pusat lingkaran dan kaki kiri sedikit ke kiri dari garis lemparan. 2.1.4 Pembelajaran Modifikasi Modifikasi adalah salah satu bentuk pembelajaran yang dilakukan dalam upaya mempermudah pembelajaran dengan cara sedikit mengubah bentuk dari ukuran sebenarnya dengan tidak mengubah karakter dan tujuan pembelajaran agar siswa tetap dapat melakukan aktivitas olahraga dan mengetahui teknik – teknik dasar dengan baik. Menurut Samsudin (2008: 58) Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencermikan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunnya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih
19
terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru dari awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tau bagaimana cara memodifikasinya. Di samping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana dan prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri. Dalam melakukan tugasnya sehari-hari yang paling dirasakan oleh guru penjas adalah hal-hal yang berkaitan dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran pendidikan jasmani yang sangat diperlukan. Minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah-sekolah menuntut guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Guru yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang lebih menarik, sehingga anak akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan. Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran penjas. Bahkan sebaliknya, karena
20
siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak melalui pendekatan bermain dalam suasana riang dan gembira. Lutan dalam Samsudin (2008:59), menyatakan modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan agar: a) Siswa memperolah kepuasan dalam mengikuti pelajaran b) dari Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada di dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak. Azas modifikasi merupakan pengubahan cara memainkan sebuah permainan, termasuk prosedur pelaksanaan, peraturan, ukuran lapangan, jumlah pemain yang tujuannya adalah untuk memudahkan siswa dalam melakukan pembelajaran.
Menurut Aussie dalam Samsudin (2008:60), pengembangan modifikasi dilakukan dengan pertimbangan: a) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa b) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cidera pada anak
21
c) Olahraga yang dimodifikasi akan
mampu mengembangkan keterampilan
anak lebih cepat dibanding dengan peralatan standar. d) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak pada situasi yang kompetitif. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. Dengan melakukan modifikasi, guru pendidikan jasmani akan lebih mudah manyajikan materi pelajaran yang sulit menjadi mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan maknaa dan apa yang akan diberikan. Anak akan lebih banyak bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang dimodifikasi. Dalam hal ini yang dimodifikasi adalah alat lempar cakram, peralatan (apparatus) ialah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan siswa untuk melakukan kegiatan/aktivitas pembelajaran. Peralatan yang dimiliki sekolah-sekolah biasanya kurang memadai dalam arti kata kuantitas maupun kualitasnya. Guru dapat menambah/mengurangi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk aktivitas pendidikan jasmani. Misalnya memodifikasi berat ringannya, besar kecilnya, panjang pendeknya, maupun menggantinya dengan peralatan lain sehingga dapat digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan penjas.
22
Untuk cabang olahraga atletik karena banyak sekali nomor serta karakteristik yang berbeda untuk setiap nomor, terutama nomor lapangan. Oleh karena itu, dalam menyediakan media pembelajarannya guru pendidikan jasmani harus dapat menyediakan atau membuat media pembelajaran tersebut sesuai situasi dan kondisi yang ada di sekolahnya. Di samping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik materi, kondisi lingkungan dan evaluasi, sarana prasarana dan media pembelajaran pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri. Modifikasi tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi kedalam tiga komponen, yakni: tujuan perluasan, tujuan penghalusan, dan tujuan penerapan. a. Tujuan perluasan. Maksudnya
adalah tujuan pembelajaran
yang lebih
menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efesiensi atau efektivitasnya. b. Tujuan penghalusan. Maksudnya adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak secara efisien. c. Tujuan penerapan. Maksudnya tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya pembelajaran yang dilakukan melalui criteria tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
23
Dalam penelitian ini, kaitannya dengan objek penelitian modifikasi pembelajaran bukan untuk menguabah atau mengganti isi dari pada pembelajaran lempar cakram yang telah ditetapkan akan tetapi melihat keterbatasan sarana dan prasarana yang berpengaruh pada kemampuan siswa, agar tujuan pembelajaran dapat disajikan secara sistematis sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan keterampilan siswa. Strategi modifikasi digunakan sebagai alternatif metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dimana tujuan dari tindakan pembelajaran adalah untuk memudahkan siswa menguasai tugas akhir sehingga menjadi lebih baik melaksanakan kegiatan olahraga sebagaimana ketentuan yang berlaku dalam permainan yang bersangkutanyang. Aspek yang perlu diperhatikan adalah siswa tidak harus terburu-buru mendapatkan aktivitas belajar yang jauh di atas kemampuannya, sehingga menyebabkan siswa menjadi jenuh atau frustasi. Guru juga tidak harus selalu memberikan aktivitas belajar yang terlalu mudah bagi siswa terampil akan tetapi selalu memberikan aktivitas sesuai dengan perkembangan siswa. 2.2 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika dengan menggunakan alat modifikasi maka kemampuan dasar teknik lempar cakram pada cabang olahraga atletik pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Limboto akan meningkat”. 2.3 Indikator Kinerja Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini yaitu, apabila kemampuan dasar teknik lempar cakram pada cabang atletik siswa Kelas X SMA Negeri 1 24
Limboto dapat meningkat minimal 75% ke atas atau dengan klasifikasi “Baik” dari tindakan yang diberikan di lapangan maka dinyatakan penelitian tindakan kelas ini dinyatakan selesai.
25