8
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Pemahaman Kata pemahaman berasal dari kata "paham" yang mendapat awalan "pe" dan akhiran "an". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pemahaman berasal dari kata "paham" yang mengandung arti sebagai pengertian, pengetahuan, pendapat, pikiran, mengerti benar dalam sesuatu hal, tahu benar, sependapat, sepengertian dan sekeyakinan (Poerwadarminta, 1985:694). Sedangkan menurut W. S. Winkel, "Pemahaman adalah kemampuan peserta didik untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Oleh karena itu, belajar harus mampu memahami suatu hal secara psikis, pilosofis dan berimplikasi pada diri seorang pelajar. Sehingga seorang siswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan seharihari" (Winkel, 1991:246). Berdasarkan
pendapat
tersebut
disimpulkan
bahwa
pemahaman
(comprehention) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami dan menangkap makna tentang hal-hal
yang dipelajari serta
mampu
menguasainya, sehingga siswa dapat mengungkapkan kembali makna tersebut dalam bentuk kalimat yang lain. Pemahaman merupakan kemampuan seseorang (peserta didik) untuk mengerti dan memahami sesuatu yang dipelajari, sehingga ia akan mampu menyimpulkan bahan yang telah diajarkan (Winkel, 1991:246). Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dengan melihat sesuatu hal dari berbagai segi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu, apabila ia dapat memberikan penjelasan atau menguraikannya dengan
9
menggunakan kata-kata sendiri yang lebih rinci. Untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan suatu daya tangkap yang sempurna, sehingga ia mampu mengkomunikasikan dan mengaplikasikannya dengan baik. Dengan demikian, diharapkan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Dalam Taksonomi Bloom, kesanggupan atau kemampuan untuk memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Pemahaman merupakan bagian dari aspek kognitif yang mencapai indikator menerjemahkan, menafsirkan, menentukan metode atau prosedur, menginterpretasikan/ mengartikan, memahami konsep, prinsip, kaidah dan kaitan antara fakta dan isi pokok (Winkel, 1991:252). Adapun indikator pemahaman dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Kemampuan untuk menjelaskan, 2) Kemampuan untuk membedakan, 3) Kesanggupan untuk membuat perkiraan, 4) Kesanggupan untuk memberikan contoh, dan 5) Kemampuan untuk menerjemahkan (berlanjut....) 2.1.2 Pengertian Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya : (1) Pengetahuan banyak ; (2) Pendapat, (3) Pikiran, (4) Aliran, Haluan, Pandangan, (5) Mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman sendiri berarti : proses, pembuatan, cara memahami atau memahamkan. Memahamkan yaitu mempelajari baik-baik supaya paham (Depdikbud, 1991/1992:636). Menurut Sadiman (1946,109) Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Suharsimi (2009, 118-137), menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
10
menggeneralisasikan,
memberikan
contoh,
menuliskan
kembali,
dan
memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta – fakta atau konsep Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah keadaan benar-benar paham setelah melalui suatu proses panjang yang disebut belajar. 2.1.3 Kajian Tentang Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar
11
manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk
menghindari
ketersinggungan
dan
kesalahpahaman
yang
dapat
menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”. Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis bentuk
pengajaran
dan
pembelajaran
yang
merupakan
perbaikan
tipe
pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain: 1. Ketrampilan sosial Artinya ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru. 2. Interaksi tatap muka Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian. 3. Pelajar harus saling bergantung positif
12
Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan,saling memenuhi dan bantu-membantu. Menurut Kagan (1994:69), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat,yaitu: a. dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa; b. dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial; c. dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan; d. dapat meningkatkan kepercayaan diri; e. dapat meningkatkan kemahiran teknologi. Berdasarkan pendapat para ahli diatas pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat menciptakan terjadinya interaksi yang positif baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa mampun untuk belajar secara langsung dan belajar dari berbagai sumber belajar lainnya termasuk teman sebaya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok. Setiap peserta
13
didik yang ada dalam suatu kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda –beda (tinggi, sedang dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran
kooperatif,
mengembangkan
diharpkan
kemampuannya,
peserta
komunikasi,
didik
akan
lebih
dapat
serta
bekerjasama
dalam
menyelesaikan suatu masalah. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif, melatih peserta didik untuk bertanggungjawab atas tugas yang diberikan dalam kelompoknya. 2.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya
melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Snowball Throwing sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya pun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi
14
siswa, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran dalam Bayor (2010:89). Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Pesan dalam hal ini adalah berupa pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat oleh siswa. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya. Berdasarkan pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing adalah pembelajaran secara berkelompok, setiap kelompok beranggotakan beberapa siswa dimana setiap siswa membuat pertanyaan yang kemudian dilemparkan kepada kelompok yang lainnya untuk dijawab. Ketika menjawab pertanyaan yang diperoleh harus dijawab oleh masing – masing individu dengan cara berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas. a.
Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Langkah–langkah penerapan Snowball Throwing menurut Suprijono (2010;51) yaitu sebagai berikut ini. 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.
15
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ±15 menit. 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7. Evaluasi. 8. Penutup. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan langkah – langkah pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut : 1.
Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai.
2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
16
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok . 5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit. 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Ketika menjawab pertanyaan tersebut siswa diminta untuk berdiri dari tempat duduknya atau majku ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan. 7. Evaluasi. 8. Penutup. b.
Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berdasarkan penjelasan mengenai model pembelajaran koopertaif tipe Snowball Throwing, peneliti mengambil kesimpulan ada beberapa kelebihan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing 1. Melatih kepercayaan diri dalam diri siswa baik dalam bertanya maupun mengemukakan pendapatnya. 2. Siswa akan dengan mudah untuk mendapatkan bahan pembicaraan karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola.
17
3. Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali, karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus dijawab dengan cara berargumentasi. 4. Melatih kesiapan siswa. 5. Saling memberikan pengetahuan. 6. Menjembatani siswa dalam mengeksplorasi keterampilan prosesnya yaitu dengan metode ini siswa dapat mengalami sendiri pengalaman belajarnya secara langsung. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Dalam Dewi Sartika tahun 2012 dengan judul ” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran Ipa Di Kelas V Sd Negeri 147 Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V Sd Negeri 147 Palembang dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri 147 Palembang tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 38 siswa. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dalam penelitian ini terdapat 2 siklus, tiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Indikator kerja yang ditetepkan untuk mengukur keberhasilaan siswa adalah jika siswa memperoleh hasil belajar 60 dan ketuntasan secara klasikal 85%. Berdasarkan hasil evaluasi psda siklus I diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 71,57 dan ketuntasan hasil belajar sebesar
18
81,57%, sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 77,10 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 89,47%. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing hasil belajar IPA silkus II lebih besar dari siklus I.. 2.3 Hipotesis Tindakan Dari teori – teori yang dikemukakan di atas, maka sebelum dilakukan pengambilan data, dalam penelitian dirumuskan terlebih dahulu hipotesis tindakan sebagai dugaan awal peneliti yaitu : “Jika pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing diterapkan pada materi penggunaan uang maka pemahaman siswa kelas III SDN 1 Momalia kec. Posigadan akan meningkat.” 2.4 Indikator Keberhasilan Dalam mengukur tingkat pemahaman belajar siswa penulis menetapkan Indikator keberhasilan dalam penelitian yaitu hasil nilai evaluasi belajar siswa mencapai 70%.