1
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.
KAJIAN TEORI 2.1.1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang
sebagai hasil dari pengalaman yang terjadi secara permanen atau menetap. Husdarta dan Saputra (2000:2) mengemukakan bahwa :”belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya, tingakh laku itu mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Sedangkan belajar menurut Morgan 1978 (Sagala, 2005:13) adalah ”setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” Menurut N. Purwanto (2006: 83), belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan merngarah kepada tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010: 15), belajar adalah suatu proses aktif dimana peserta didik membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Menurut W.S. Winkel (2007:3) tujuan belajar di sekolah adalah membentuk manusia yang mampu dan rela berpartisipasi aktif dalam kehidupan bangsa. rela berpartisipasi aktif dalam kehidupan bangsa.
6
2
Dengan
demikian
belajar
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Dalam
keseluruhan
proses
pendidikan
di
sekolah,
pembelajaran
merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran. Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya “ (Surya, 2004:11). Menurut Surya (2004:11) lebih lanjut bahwa ada beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian tersebut di atas ialah : Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : (a) perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan, keterampilan, dan ia lebih yakin terhadap dirinya. (b). Perubahan bersifat kontinyu (berkesinambungan) Artinya suatu perubahan yang terjadi, meyebebkan terjadinya perubahan perilaku yang lain. (c). Perubahan bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan. (d) perubahan bersifat
3
positif, artinyaterjadi adanya pertambahan perubahan dalam diri individu (e) Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu terjadi dengan sednirinya, akan tetapi memlalui aktivitas individu. (f). Perubahan yang bersifat permanent (menentap) , artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa tetentu. (g). Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan yang akan dicapai. Kedua, Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilkau sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga, pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akandi capai. Peinsip ini mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Jadi, dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga dapat memberikan pengalaman dan situasi yang nyata. Perubahan perilaku yang diperoleh dari pembelajaran, pada dasarnya merupakan pengalaman. Hal ini berarti bahwa
4
selama individu dalam proses pembelajaran hendaknya tercipta suatu situasi kehidupan yang menyenangkan sehingga memberikan pengalaman yang berarti. Dengan memperhatikan pengertian pembelajaran sebagaimana telah dikemukakan diatas, maka hasil proses pembelajaran ialah perubahan perilaku individu. (Surya, 2004:25). Beberapa pakar menyebutkan adanya beberapa jenis perilaku sebagai hasil pembelajaran. Lindgren 1968 (dalam Surya, 2003:25) meyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas : (1) Kecakapan, (2) informasi, (3) pengertian, (4) sikap. Ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran yaitu Kognitif, Afektif dan psikomotor. Benyamin Bloom 1956 (dalam Surya, 2003;25). Sedangkan pakar lain yaitu R.M Gagne 1957,1977 (dalam Surya,2003:25) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran ialah berupa kecakapan manusiawi yang meliputi : (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual yang meliputi : (a) diskriminasi, (b) konsep konkrit, (c) konsep abstrak, (d) aturan, (e) aturan yang lebih tinggi, (3) strategi kognitif, (4) sikap, (5) kecakapan motorik. Dari uraian diatas, secara umum yang merupakan hasil dari proses pembelajaran adalah hendaknya mencakup seluruh aspek perubahan perilaku yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. 2.1.2. Hakekat Kemapuan Melempar bola Kemampuan sering dianggap sebagai suatu
hal yang mendasari
terbentuknya keterampilan dari seseorang. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang
lain.
Menurut Tisnowati dan
Moekarto (2005: 1.24) kemampuan kematangan berkaitan dengan perkembangan dari psikologis, sesuai dengan urutan bertambahnya umur seseorang. Dengan
5
bertambahnya umur pasti diikuti dengan semakin sempurnanya fungsi organorgan tubuh. Menurut Schmidt (1991) yang dikutip oleh Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (l999/2000: 76) kemampuan diartikan sebagai ciri individu yang diwariskan dan relatif abadi yang mendasari serta mendukung terbentuknya keterampilan. Sedangkan menurut Edwin Fleishman yang dikutip oleh Yanuar Kiram (1992: 11) kemampuan (ability) merupakan suatu kapasitas umum yang berkaitan dengan prestasi berbagai macam keterampilan. Jadi
kemampuan
merupakan unsur terpenting dalam terbentuknya prestasi dan keterampilan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1999: 197), kemampuan diartikan sebagai suatu kecakapan, atau kepandaian menyelesaikan sesuatu berdasarkan tujuan. Kemampuan dapat juga diartikan sebagai kesanggupan untuk bertindak bijaksana dalam menghadapi segala sesuatu.
Jadi dapat diambil
kesimpulan, kemampuan adalah kesanggupan yang dimiliki oleh individu untuk mengatasi segala tantangan dengan tujuan membentuk keterampilan dan prestasi. Dalam hubungannya dengan olahraga dan aktivitas fisik sangat diperlukan kecakapan tubuh. Salah satu contoh adalah kemampuan melempar. Jika kemampuan melempar seseorang sangat baik
maka akan dapat melakukan
gerakan melempar yang baik pula. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, melempar adalah membuang jauh-jauh.
Sedangkan menurut Mochamad
Djumidar A. Widya (2004 : 121) lempar adalah suatu gerakan yang menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan daya pada benda tersebut dengan memiliki kekuatan ke depan/ ke atas.
6
Pada saat melakukan lemparan pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat berupa ingin memindahkan tempat dan membuang benda. Menurut Tomoliyus dan Rumpis (1996 : 20) tujuan pokok dalam melempar adalah memindahkan /meneruskan momentum dari tubuh ke bola. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa melempar adalah suatu gerakan yang sifatnya menyalurkan tenaga pada suatu benda yang bertujuan untuk membuang jauh, memindahkan suatu benda kearah depan atau atas. Setiap permainan memiliki teknik dasar yang harus dikuasai agar dapat memainkan permainan tersebut dengan baik dan lancar. Begitu juga dalam permainan kasti memiliki teknik dasar yang harus dikuasai. Teknik dasar dalam permainan kasti salah satunya adalah teknik melempar bola Teknik melempar bola kasti berdasarkan tujuannya dibedakan menjadi tiga yaitu lemparan untuk operan (passing),
melempar kepada pemukul (melambungkan bola), dan
lemparan kearah badan pelari (sasaran). Menurut Imam Soejoedi (1979:134) cara melempar bola ada 3 macam, yaitu : melambung, mendatar dan menyusur tanah. Sedangkan menurut Tisnowati Tamat dan Moekarto Minnan (2005: 4.78) atas dasar tinggi rendahnya lambungan bola, lemparan dibagi menjadi dua, yaitu : (a) Lemparan bola melambung tinggi, gunanya untuk operan jarak jauh. (b) Lemparan bola datar gunanya untuk operan jarak pendek dan menembakkan bola kearah badan lawan. a. Lemparan Bola Melambung Lemparan melambung dilahirkan pada saat pemain yang bertugas sebagai pelambung memberikan bola kepada pemukul. cara melakukan lemparan
7
melambung adalah bola dipegang dengan tangan kanan (tangan kiri jika kidal), dengan pandangan kearah sasaran. Sikap badan condong ke belakang dengan tangan kanan berada di belakang atas kepala. Ayunkan bola dari belakang menuju ke depan atas. Gerakan diakhiri dengan lecutan tangan dan jari-jari tangan. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa lemparan melambung bukan berarti lemparan yang tinggi ke atas melainkan lemparan yang semakin dekat dengan sasaran kecepatan bola semakin lambat. Diusahakan agar lengkungan bola (parabol) sekecil mungkin. b. Lemparan Bola Mendatar atau Lurus Dalam permainan kasti, lemparan mendatar dilakukan saat melakukan operan kepada kawan dan juga untuk mematikan lawan. Teknik dalam melakukan lemparan mendatar hampir sama dengan
lemparan melambung. Yang
membedakan adalah pada waktu melempar bola berada didepan sedangkan pada lemparan melambung arah lemparan ke depan atas. Dibanding dengan lemparan melambung, lemparan datar jalannya bola lebih cepat tetapi arah bola kesasaran lebih sulit. c. Lemparan Bola Menyusur Tanah atau Rendah Prinsip melakukan lemparan rendah adalah ayunkan bola dari atas menuju depan bawah hingga meluncur setinggi lutut penerima. Setiap lemparan dalam permainan kasti memiliki tujuan yang berbeda-beda. Dapat sebagai operan, pelambung sebelum dipukul dan juga untuk mematikan lawan. Pada prinsipnya perbedaan saat melakukan lemparan hanya pada saat pelepasan bola. Pada lemparan melambung arah pelepasan bola yaitu kearah depan atas, sedangkan
8
lemparan datar pelepasan bola kearah depan dan lemparan rendah pelepasan bola pada aratr depan bawah. Yang dimaksud kemampuan melempar dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau keterampilan yang dimiliki setiap individu untuk menyalurkan tenaga ke suatu benda yang menghasilkan daya atau kekuatan ke depan atau atas. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil lemparan : 1) Cara memegang bola Dalam memegang bola, anak-anak mempunyai kebiasaan dengan menggenggam bola, padahal cara ini sangat merugikan karena bola yang digenggam sukar untuk segera dilepaskan. Cara memegang bola yang benar adalah menggunakan tiga jari atau dengan empat jari. Pegangan dengan tiga jari caranya ialah bola diletakkan pada pangkal-pangkal ruas jari tangan yaitu jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari sedangkan jari kelingking hanya melekat secara wajar pada bola. Ketiga jari tersebut di atas agak merenggang. Pegangan dengan empat jari lebih mudah dilakukan oleh anak-anak, caranya ialah bola diletakkan pada pangkal ruas jari telunjuk, jari tengah dan jari manis, sedangkan ketiga jari tersebut bersama-sama dengan ibu jari memegang bola dan jari kelingking hanya melekat di bawah jari manis. Keempat jari yang memegang bola saling merenggang dan diantara bola dan telapak tangan masih ada rongga. 2) Sikap Permulaan Berdiri menghadap kea rah sasaran yang akan dilempar dengan kedua kaki kangkang muka belakang dan kaki kiri berada di depan kaki kanan dengan jarak
9
1,5 – 2 panjang kaki. Berat badan berada di kedua kaki. Ujung jari kaki kiri dan pandangan mata menghadap kearah lemparan, sedangkan ujung jari kaki kanan menghadap ke kanan disertai badan miring kearah kanan. Semua otot-otot rileks (kendor). Bola dipegang kedua tangan di depan dada. 3) Gerakan pertama Tangan kanan yang memegang bola dijulurkan ke belakang dengan badan condong ke belakang, sehingga berat badan berada di kaki kanan dengan sedikit menekuk kedua lutut. Kaki kiri yang berada di depan pasif, ujung kaki menyentuh tanah dan pandangan tetap kearah sasaran dengan mengacungkan tangan kiri ke depan. 4) Gerakan kedua Tangan kanan diayunkan ke depan dengan kuat, lutut kaki kanan diluruskan bersamaan dengan badan dan pinggang diputar kearah menuju kearah sasaran. Berat badan dari kaki kanan dipindahkan ke kaki kiri dan untuk membantu gerakan, bagian badan sebelah kiri ditarik ke belakang. 5) Gerakan terakhir Setelah lengan diayunkan ke depan, bola dilepaskan dengan diikuti pergelangan tangan kemudian diteruskan dengan gerak lanjutan kaki kanan melangkah ke depan di muka kaki kiri dan berat badan berada di kaki kanan, sedangkan lutut kaki kiri lurus dengan ujung jari di tanah. Pandangan tetap kearah sasaran yaitu teman yang diberi operan bola.
10
2.1.3. Hakekat Permaian Kasti Permainan kasti dilakukan secara beregu, yang dimainkan oleh dua regu, setiap regu terdiri dari 12 pemain. (Depdiknas, 2011:26-27), Permainan kasti merupakan suatu permainan bola kecil yang dimainkan oleh dua regu, yakni regu pemukul dan regu penjaga. Regu pemukul berusaha mendapatkan nilai dengan memukul bola kemudian berlari mengelilingi lapangan. Sedangkan regu penjaga berusaha menangkap bola serta mematikan regu pemukul. Regu yang banyak mengumpulkan nilai menjadi pemenangnya.( Sukrisno dkk, 2007:2) Kasti adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, masingmasing regu terdiri dari 12 orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak pemukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan (berjaga) disebut regu lapangan atau pihak lapangan. Kasti dimainkan khusus oleh anak-anak putera atau anak-anak putrid saja. (Tamat dan Mirman, 2008:4.101) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, permainan kasti ialah permainan yang menggunakan bola kecil yang dimainkan oleh dua regu, yakni regu pemukul dan dan regu penjaga(regu lapangan), setiap regu terdiri dari 12 orang pemain. Regu pemukul berusahan untuk memperoleh nilai dengan memukul bola dan berlari mengelilingi lapangan, sedangkan regu penjaga berusaha mematikan regu pemukul. Tujuan dari permainan ini ialah untuk mengumpulkan poin (nilai) sebanyak-banyaknya. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak-anak putera atau anak-anak puteri dengan catatan bahwa anak-anak
11
putera tidak boleh bercampur dengan anak-anak puteri dalam satu regu, dan sebaliknya. Atau sesama anak-anak putera atau sesama anak-anak puteri. Adapun teknik dasar dalam permainan kasti ialah melempar bola, menangkap bola, berlari, melambung bola, dan memukul bola (Tamat dan Mirman, 2008:4.106), serta teknik mengelak (Azis, 2000:6.10). untuk lebih jelas dapat dilihat urainnya sebagai berikut : 1) Teknik Lari : Dalam bermain kasti, ketika berlari kencang dan memperhatikan di mana bola berada, serta berusaha menghindarkan diri pada saat akan dimatikan. 2) Teknik Melempar, Cara melakukannya : a) Lemparan bola datar; b) Lemparan bola ke atas; c) Lemparan bola menggelinding 3) Teknik Menangkap, Cara melakukannya : a) Menangkap bola datar; b) Menangkap bola rendah; c) Menangkap bola yang melambung ke atas; d) Menangkap bola yang menggelinding 4) Teknik melambungkan : Teknik melambung berbeda pengertiannya dengan melempar bola tinggi. Melambung bola adalah lambungan bola yang dilakukan oleh pemain yang diberi tugas sebagai pelambung kepada pemain pemukul. 5) Teknik memukul, Teknik memukul dapat dilakukan dengan cara: a) Memukul bola mendatar; b) Memukul bola melambung, dan c) Memukul bola rendah
12
6) Teknik mengelak : Teknik mengelak merupakan upaya pemain regu pemukul dalam menghindari lemparan dari pemain lapangan (lawan) agar tidak terkena padanya saat ia berlari mengelilingi lapangan. Dari uraian di atas, bahwa dalam permainan kasti terdapat beberapa teknik diantaranya yaitu teknik lari, teknik melempar, teknik menangkap, teknik melambungkan bola, teknik memukul, serta teknik mengelak atau menghindar dari perkenaan bola dari regu penjaga. Peraturan permainan kasti dalan Depdiknas (2001:43-36) sebagai berikut : 1) Waktu Lamanya permainan 2 x 20 menit atau 2 x 30 menit ditambah dengan waktu istirahat 10 mneit. 2) Pemain a. Pemain terdiri dari dua regu, masing-masing regu berjumlah 12 orang. Satu diantaranya menjadi kapten regu. Semua menggunakan nomor dada dari nomor 1 sampai dengan 12. b. Pemain dapat diganti atas persetujuan wasit bila ada alasan yang sah. Pemain pengganti 6 (enam) orang. Sedang penggantian pemain sebanyak-banyaknya 6 (enam) orang. 3) Bidang sasaran lemparan bola Pemain hanya boleh melempar lawan dari bagian pinggang sampai dengan kaki. Lemparan bola yang mengenai kepala, tangan dan bagian badan dari pinggang ke atas tidak sah, dan pelempar dikenakan sanksi berupa kartu kuning. Pemain yang melanggar sebanyak dua kali diberi
13
kartu merah dan dikeluarkan dari lapangan dan tidak boleh diganti pemain lain. 4) Pemukul a. Pemain berhak satu kali melaksanakan pukulan b. Pemukul terakhir apabila di ruang bebas tidak ada orang/kosong berhak melakukan pukulan tiga kali. c. Pukulan salah apabila bola yang dipukul jatuh pada garis pukul d. Pukulan salah kalau bola terpukul oleh tangan e. Pukulan salah bila bola jatu di ruang bebas f. Pukulan salah bila bola yang dipukul melambung ke luar lapangan di depan bendera tengah. g. Pukulan benar bila bola yang dipukul melampaui garis pukul dan tidak melewati garis samping sebelum bendera tengah h. Pemukul setelah pemukul bola, harus meletakam kayu pemukul dan tidak melewati garis samping sebelum bendera tengah i. Bila kayu pukul jatuh diluar, tidak mendapat nilai, kecuali apabila segera membetulkan letak kayu pemukul sebelum pemain menyentuh tiang pertolongan. 5) Penjaga a. Mematikan lawan b. Menangkap langsung bola yang dipukul c. Membakar ruang bebas, bila dalam permainan ruang bebas kosong 6) Pelambung
14
a. Bola dilambungkan sesuai dengan permintaan si pemukul b. Bola yang dilambungkan
tidak boleh diputar dan tidak boleh
membuat gerakan pura-pura c. Bila lambungan bola dianggap salah, boleh di tolak oleh pemukul d. Apabila tiga kali lambungan dianggap salah, pemukul boleh lari bebas ke tiang bebas 7) Pergantian tempat a. Regu pemukul kena lempar bola oleh regu penjaga b. Penjaga dapat tiga kali menangkap bola yang dipukul yang sebelumnya tidak terpantul dari tanah lapangan c. Kayu pemukul lepas dari tangan ketika memukul d. Regu penjaga dapat membakar ruang bebas yang sama sekali tidak ada pemain pemukul dimana permainan sedang berlangsung e. Pelari masuk ke ruang bebas melalui garis belakang f. Ke luar dari ruang bebas tidak untuk memukul bola dan keluar dari batas lapangan. 8. Wasit a. Bertugas memimpin pertandingan b. Wasit dibantu oleh tiga orang penjaga garis, yaitu untuk mengawasi garis samping kanan-kiri dan belakang serta dua orang pencatat nilai. 9. Nilai
15
a. Pemain regu pemukul mendapat nilai 1, bila dapat memukul bola dengan benar dan dapat kembali ke ruang bebas dengan selamat. b. Pemain regu pemukul mendapat nilai 2 apabila pukulan benar dan dapat langsung kembali ke ruang bebas denga bebas c. Regu penjaga mendapat nilai 1 apabila dapat menangkap bola yang dipukul oleh pemukul d. Regu penjaga mendapat nilai 3 bila dapat menangkap langsung bola yang dipukul tiga kali berturut-turut. 10. Pemenang : Regu yang dinyatakan pemenang ialah regu yang mendapat nilai terbanyak. 2.1.4. Hakikat Metode Belajar Istilah metode berasal dari bahasa Yunani “Metodos”. Kata ini terdiri dari dua kata suku yaitu “Metha” yang berarti melalui atau melewati dan “Hodos” Jalan atau cara. Jadi metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. (M.Arifin, 1993:61). Menurut Suryosubroto, (1997:26) mengatakan bahwa metode adalah cara dalam merupakan alat untuk mencapai tujuan. Mappa dan Anisa, (1994:40) menjelaskan bahwa metode dan teknik pembelajaran memegang peranan penting dalam penyusunan strategi dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar adalah merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. (Anitah dkk, 2007:5.17). Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
16
(1) Sebagai alat atau cara untuk mencapai pembelajaran, (2) Sebagai gambaran aktifitas ysng hsrus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran, (3) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran, (4) Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran, (5) Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu atau kelompok. (Winataputra dkk, 2005:4.4) 2.1.5. Hakekat Metode Bermain Bermain dan belajar dapat digolongkan menjadi dua hal yang saling berkaitan. Bermain adalah belajar menyesuaikan diri dengan keadaan. Menurut Martina Rini S. Tasmin, (2000 :2) dalam eprints.uny.ac.id/7912/3/BAB 210601247077.pdf, Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Anak-anak bermain menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa nmereka sendiri.Fromberg dalam (Dockett dan Fleer, 1999 : 16) mendefinisikan bahwa bermain bagi anak adalah simbolis, sangat bermakna, aktif, menyenangkan, sukarela, aturan yang tidak baku, dan berkisah. Semua itu merupakan elemen-elemen penting dalam bermain.
17
Melalui bermain anak juga berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan nalarnya, karena melalui permainan serta alat-alat permainan analanak belajar mengerti dan memahami suatu gejala tertentu. Kegiatan ini sendiri merupakan suatu proses dinamis dimana seorang anak memperoleh informasi dan pengetahuan yang kelak dijadikan landasan dasar pengetahuannya dalam proses belajar
berikutnya
dikemudian
hari
Monty
:
2001
dalam
(jurnal.
Untan.ac.id/index.php/jgmm/article/download/314/320) Ketika bermain anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Menurut Mary Go Setiawan (2000 : 4-44) dalam eprints.uny.ac.id/7912/3/BAB 2- 10601247077.pdf, fungsi dan nilai bermain yaitu: 1. Melatih fisik, bermain merupakan latihan olahraga yang terbaik bagitubuh. Karena bermain dapat membina kemampuan anak dalam berolahraga , kecerdasan, dan ketangkasan otak. 2. Belajar hidup bersama/berkelompok. Bermain adalah kesempatan yang baik bagi anak untuk terjun ke dalam kelompok dan belajar sesuaikan diri dalam kehidupan yang harmonis di masyarakat. 3. Menggali potensi diri sendiri, dengan bermain anak diberi kesempatan untuk menyelesaikan kesulitan dengan kemampuan dirinya sendiri. 4. Menaati peraturan, orang dewasa harus membantu anak bersikap sportif dalam bermain dan membimbing mereka untuk menaati peraturan Pembelajaran permainan kasti dengan metode bermain akan menjadi efektif, bermakna, dan tetap menyenangkan apabila dalam pelaksanaan
18
berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh beberapa pakar (Hadfield, 1999:8-10) sebagai berikut : 1. Permaianan yang dikembangkan hendaknya permainan yang terkait langsung dengan konteks keseharian peserta didik. 2. Permainan diterapkan untuk merangsang daya pikir, mengakses informasi dan menciptakan makna-makna baru, 3. Permainan yang dikebangkan haruslah menyenangkan dan mengasyikan bagi peserta didik, 4. Permainan dilaksanakan dengan landasan kebebasan menjalin kerja sama dengan peserta didik lain, 5. Permainan hendaknya menantang dan mengandung unsur kompetisi yang memungkinkan peserta didik semakin termotivasi menjalani proses tersebut, 6. Penekanan permainan linguistic pada akuransi isinya, sedangkan permainan komunikatif lebih menekankan pada kelancaran dan suksesnya komunikasi, 7. Permainan dapat dipergunakan untuk semua tingkatan dan berbagai keterampilan. Selanjutnya Menurut Smith dalam Johnson et all (1999) di dalam (jurnal. Untan.ac.id/index.php/jgmm/article/download/314/320) adanya beberapa ciri dari kegiatan bermain yakni: 1. Dilakukan berdasarkan motivasi intristik, maksudnya muncul keinginan pribadi serta untuk kepeningan sendiri.
19
2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif. 3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke yang lain. 4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibanding hasil akhir. 5. Bebas memilih permainan. 6. Mempunyai kualitas pura-pura. Dalam bermain, anak juga belajar berinteraksi secara sosial berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, meningkatkan toleransi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompok bermainnya. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bermain adalah proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam proses belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajar anak sebab dengan bermain anak-anak dapat mengembangkan fantasi, daya imajinasi dan kreativitasnya. Proses bermain anak perlu di arahkan sesuai dengan kebutuhan anak. 2.2.
HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan kajian teoritis maka hipotesis tindakan untuk penelitian ini
adalah “Dengan Metode bermian dapat meningkatkan hasil belajar kemampuan melempar bola pada permainan kasti pada siswa kelas IV SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.
20
2.3.
INDIKATOR KINERJA Adapaun yang menjadi indicator kinerja dalam penelitian tidakan kelas ini
adalah sebagai berikut : 75% siswa yang diteliti hasil belajarnya menunjukan diatas rata-rata kritetia ketuntasan minimum.