BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa belajar merupakan proses perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Beberapa definisi belajar berbagai suatu perubahan menurut ahli adalah sebagai berikut:
Belajar menurut Slameto (2003:2) adalah suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.
Sementara itu, Sudjana (1995:2) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive
behavior
adaptation”.
Dari
definisi
tersebut
dapat
dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Skinner percaya bahwa proses adaptasi akan mendatangkan
hasil
yang
optimal
apabila
diberi
penguatan
(reinforcement). Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.
Prayitno (1985: 23) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan.
Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. “Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ). Menurut (Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman”.
Dari berbagai defenisi yang telah dikemukakan diatas
terdapat perumusan yang berbeda satu dengan lainnya tergantung dari para ahli yang mengemukakannya. Namun dari defenisi-defenisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dapat menghasilkan suatu perubahan pada diri individu baik jasmani maupun rohani yang dikongkretkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam artian bahwa dengan belajar maka setiap individu akan mengalami perubahan dalam diri dari ketidaktahuan menjadi tahu sehingga individu tersebut dapat melakukan suatu interaksi dalam kehidupan bermasyarakat dengan baik. 2.1.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut
Purwanto
(2004:102-106)
Faktor
–
faktor
yang
mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
2.1.2.1
Faktor yang ada pada diri manusia itu sendiri yang biasa
disebut faktor individual, antara lain:
A. Kematangan Pertumbuhan
Kita tidak dapat melatih anak yang baru berumur enam tahun belajar berjalan, andai kita paksa tetap anak itu tidak akan sanggup melakukanya,
karena
untuk
dapat
berjalan
kematangan potensi jasmani maupun rohani.
anak
membutuhkan
Demikian pula kita, mengajar ilmu pasti kepada anak kelas tiga sekolah dasar atau mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkan dan potensi jasmani dan rohani telah matang.
B. Kecerdasan
Disamping kematangan pertumbuhan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu yang berhasil dengan baik ditentukan pula oleh taraf kecerdasannya. Kenyataan menunjukkan kepada kita meskipun anak yang berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti.
Demikian pula halnya dalam mempelajari mata pelajaran dan kecakapan-kecakapan lainnya. Jelas kiranya bahwa dalam belajar kecuali kematangan, kecerdasan pun turut memegang peranan penting.
C. Latihan
Karena latihan sering kali mengulangi sesuatu, maka kecakapan dan pengetahuan yang di milikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalaman-pengalaman yang telah di milikinya dapat menghilang atau berkurang.
D. Motivasi
Motif merupakan pendorong bagi manusia untuk melakukan sesuatu, motif intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya seseorang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu sebaikbaiknya, jika ia tidak mengetahui betapa penting dan manfaatnya hasil yang akan di capai dari belajarnya itu bagi dirinya.
E. Faktor Pribadi
Di samping faktor-faktor yang telah di bicarakan diatas, faktor pribadi seseorang turut pula memegang peran dalam belajar. Tiap-tiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seseoarang dengan orang yang lain.
2.1.2.2
Faktor yang ada di luar individu yang biasa disebut faktor
sosial antara lain :
A. Faktor keadaan keluarga
Ada keluarga yang miskin, ada pula keluarga yang kaya, ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenteram dan damai. Tetapi ada pula yang sebaliknya, ada keluarga yang terdiri dari ayah-ibu yang terpelajar dan ada pula yang kurang pengetahuan. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan
bagaimana dan sampai di mana belajar di alami dan dicapai oleh anakanak.
B. Guru dan cara mengajarnya
Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang di miliki guru dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada anak didiknya. Turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. C. Alat –alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar
Faktor guru dan cara mengajarnya tidak dapat kita lepaskan dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia disekolah. Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar di tambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.
D. Lingkungan dan kesempatan yang tersedia
Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelegensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurnya dan alatalatnya baik. Banyak pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan
hasil baik dan tidak dapat mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh kesibukan pekerjaan setiap hari. Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar orang-orang dewasa.
E. Motivasi Sosial
Karena belajar itu adalah sesuatu proses yang timbul di dalam, maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik kepada anak-anak, timbulah dari dini anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak di capai dalam pelajaran itu, jika di beri perangsang, seperti motivasi yang baik dan sesuai. Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang-orang lain di sekitarnya.
2.1.3 Pengertian Hasil Belajar Dikatakan hasil belajar yang diniati, sebab program belajar itu baru merupakan rencana, patokan, gagasan, i’tikad, rambu-rambu, yang nantinya harus dicapai, atau dimiliki oleh para peserta didik, melalui proses pengajaran.(Sudjana.2009:3). Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Sanjaya (2005: 35-36) mengemukakan bahwa kriteria hasil belajar siswa dapat dilihat dari beberapa aspek kognitif, aspek efektif, dan aspek psikomotorik. 2.1.3.1 Aspek Kognitif Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual siswa yang meliputi: a. Tingkatan menghafal secara verbal mencakup kemampuan menghafal tentang materi pembelajaran seperti fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. b. Tingkatan pemahaman meliputi kemampuan membandingkan, mengidentifikasi
krakteristik,
menggeneralisasi,
dan
menyimpulkan. c. Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil, dan prinsip terhadap kasus-kasus yang terjadi di lapangan. d. Tingkatan analisis mencakup kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan, merinci, dan mengurai suatu objek. e. Tingkatan sistensis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun, membentuk bangunan, dan mengarang. f. Tingkatan penilaian meliputi kemampuan menilai terhadap objek studi menggunakan kriteria tertentu.
2.1.3.2 Aspek Afektif Aspek afektif berhubungan dengan penilaian terhadap sikap dan
minat
siswa
terhadap
mata
pelajaran
dan
proses
pembelajaran. Evaluasi dalam aspek ini meliputi: a. Memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya. b. Menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika. c. Menilai (valuing) ditinjau dari segi baik buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah terhadap objek studi. d. Menerapkan atau mempraktekkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari. 2.1.3.3 Aspek Psikomotorik Pada Aspek ini kompetisi yang harus dicapai meliputi: a. Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi tentang kemampuan siswa dalam menggerakkan sebagian anggota tubuh. b. Tingkatan gerakan rutin meliputi kemampuan melakukan atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota tubuh. c. Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.
2.1.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sudjana (2005:14) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada intinya terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
2.1.4.1
Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri. Faktor ekstrnal terdiri dari dua aspek:
a. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan persendian, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya kurang dan tidak berbekas.
b. Aspek Psikologis
Beberapa aspek psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yakni:
1. Intelegensia. Intelegensia merupakan suatu kecakapan yang dimiliki seseorang dalam menyerap dan merealisasikan hal-hal yang telah dipelajarinya. Siswa yang memiliki tingkat intelegensia yang tinggi akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan, sebab cepat
menyerap apa yang dijelaskan oleh guru dan mudah menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam waktu yang tepat. 2. Kebiasaan belajar. Kebiasaan belajar ini bersifat individual yang berbeda-beda satu sama lain dan tidak bisa dianggap sama rata untuk setiap orang. 3. Minat. Dalam menerima pelajaran siswa perlu memiliki minat terhadap materi yang dipelajari. Kurangnya minat mengakibatkan kurangnya perhatian dalam belajar sehingga akan mempengaruhi hasil belajar.
2.1.4.2
Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa.
Faktor eksternal terdiri atas beberapa aspek yaitu a. Aspek Keluarga Lingkungan keluarga merupakan faktor penting dalam membina dan membentuk kepribadian anak. Bahkan dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan faktor dominan yang menentukan prestasi siswa seperti: kondisi dalam rumah tangga, ekonomi keluarga, dan pengawasan orang tua. b. Aspek Sekolah
Lingkungan
sekolah
memegang
peranan
penting
bagi
kelangsungan proses belajar mengajar. Hal ini ditentukan oleh beberapa faktor seperti: kemampuan guru dalam mentransfer ilmu, metode dan model pembelajaran, serta fasilitas pendukung proses belajar mengajar. c. Aspek Masyarakat Manusia sebagai makhluk sosial yang ingin bergaul dengan semua manusia dan ingin berkelompok dengan masyarakat di sekitarnya. Keadaan masyarakat juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Misalnya keadaan lingkingan masyarakat yang sering berjudi, sabung ayam, mabuk-mabukan, dan lain sebagainya akan mempengaruhi watak anak didik kearah yang tidak baik.
2.1.5 Pengertian Media Kata Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Sementara itu Briggs (1970:6). berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar. Dikatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat di manipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Adapun batasanbatasan yang diberikan , ada persamaan-persamaan diantaranya yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan
dari
pengirim
ke
penerima
sehingga
dapat
merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian peserta
didik
sedemikian
rupa
sehingga
proses
belajar
terjadi.
Perkembangan media pendidikan pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru(teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu visual, model, objek dan alat-alat lain yang dapat
memberikan
pengalaman
kongkrit,
motivasi
belajar
serta
mempertinggi daya serap dan retensi belajar peserta didik. (Sadiman, dkk. 1990:6-7). Visual yang berseni dan mencolok mungkin dimaksudkan untuk menarik perhatian peserta didik, tapi hal itu dapat juga mengalihkan perhatian mereka pada hal-hal yang tidak ada hubungannya sama sekali. Berkenaan dengan alat-alat visual saja ada yang memberikan batasan atau definisi sebagai berikut:
1. Pendidikan
visual
artinya
tidak
lain
daripada
penyajian
pengetahuan melalui “pengamatan melihat”. 2. Pendidikan visual adalah suatu metode untuk menyampaikan informasi berdasarkan prinsip psikologis yang menyatakan, bahwa seseorang memperoleh pengertian yang lebih baik dari sesuatu yang dilihat daripada sesuatu yang didengar atau yang dibacanya. Alat-alat visual, yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga.(Suleiman. 1985:12). Alat-alat visual, yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan rupa atau bentuk, yang kita kenal sebagai alat peraga. Alat-alat visual atau alat-alat peraga ini terbagi atas : 1. Alat-alat visual dua dimensi 2. Alat-alat visual tiga dimensi. a) Alat-alat visual dua dimensi terbagi dua pula, yaitu: 1. Alat-alat visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan. Contoh: Visual diatas kertas atau karton, visual yang diproyeksikan dengan opaque-projector, lembaran balik, wayang beber, grafik, diagram, bagan, poster, visual hasil cetak saring dan foto.
2. Alat visual dua dimensi pada bidang yang transparan. Contoh:
Slaid, filmstrip, lembaran transparan untuk overhead projector. b) Alat-alat visual tiga dimensi. Disebut tiga dimensi karena mempunyai ukuran panjang, lebar dan tinggi. Contoh: Benda asli, model, contoh barang atau specimen, alat tiruan sederhana atau mock-up. Termasuk didalamnya diaroma, pameran dan bak pasir.
(Suleiman:1985:26-27).
Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi kegiatan ekonomi
didasarkan
atas
beberapa
pertimbangan.
Sebagaimana
dikatakan oleh Wright (1992) dalam Nurjaya, Gede dkk.,1997: 16 bahwa visual dapat memainkan sejumlah peran dalam proses belajar-mengajar berbicara maupun menulis. Perannya adalah sebagai berikut: 1.
Visual dapat memotivasi murid dan dapat menarik perhatian mereka.
2. Visual dapat memberikan konteks penggunaan bahasa dan membawa dunia nyata ke dalam kelas. 3. Visual dapat memberikan stimulus dan informasi untuk dijadikan acuan dalam bercakap-cakap, berdiskusi, atau bercerita. 4
Visual dapat diceritakan sebagaimana adanya, diinterpretasikan atau dikomentari secara subjektif (Wright, 1992 dalam Nurjaya, Cede dkk. 1997:16-20).
5. Melalui rangkaian visualnya - gam bar berseri - dapat memberikan pengetahuan struktur wacana secara implisit, sedangkan visualnya
sendiri akan memberikan pengetahuan topik kepada peserta didik
(
Nurjaya, Cede dkk., 1997:16). Menurut pendapat dari Taufik Ismail visualisasi atau visual berfungsi untuk menggugah imajinasi (Taufik 2003). Hastuti (1996:45) berpendapat bahwa visual sebagai media pendidikan
memiliki
beberapa
kelebihan
antara
lain:
1).
dapat
mengkonkretkan bahan, 2). mudah diperoleh, 3). relatif murah, 4). mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan, 5). dapat dipakai pada semua tingkat kelas dan mata pelajaran, dan 6). dapat menimbulkan daya tarik pada peserta didik. Sejalan dengan pendapat-pendapat tersebut di atas adalah pendapat yang dikemukakan oleh Sadiman,dkk. yang mengatakan bahwa media visual (LCD)/foto memiliki beberapa kelebihan seperti disebutkan di bawah ini. 1). Sifatnya konkret. Visual /foto lebih reaiistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal. 2). Dapat mengatasi batas ruang dan waktu. 3). Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 4). Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat
usia
berapa
saja,
sehingga
dapat
mencegah
atau
membetulkan kesalahpahaman. 5). Harganya
murah,
gampang
didapat
serta
digunakan
memerlukan peralatan khusus (Sadiman, dkk., 2006: 29-31).
tanpa
2.1.6 Pengertian Media LCD Proyektor LCD (Liquit Crystal Display) Merupakan salah satu alat optik dan elektronik. Sistem optiknya efisien yang menghasilkan cahaya amat terang tanpa mematikan (menggelapkan) lampu ruangan, sehingga dapat memproyeksikan tulisan, gambar, atau tulisan dan gambar yang dapat dipancarkan dengan baik ke layar. Media LCD adalah sebuah alat elektronik berupa layar proyektor yang berfungsi menampilkan gambar visual, sebagai sarana pendidikan yang dipergunakan untuk membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Adapun yang menjadi tujuan serta pemanfaatan media LCD yaitu Proyektor sebagai media pembelajaran yang berguna memotivasi peserta didik, merangsang peserta didik mengingat apa yang sudah dipelajari dan memberikan rangsangan pelajaran baru serta mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Beberapa
hal
yang
perlu
dipersiapkan
oleh
guru
dalam
pembelajaran pada saat menggunakan LCD: 1. Seorang guru sebaiknya sudah dapat mengoperasikan LCD proyektor dan computer 2. Mencantumkan point-point penting saja dalam power point 3. Penggunaan variasi warna tampilan dengan baik dan menarik 4. Penggunaan animasi secukupnya agar tidak mengganggu konsentrasi peserta didik
5. Hindari suara dari animasi karena dapat mengganggu pembicaraan guru 6. Penggunaan foto-foto obyek secukupnya 7. Bila memungkinkan menggunakan film pendek 8. Segera diminimize-kan apabila power point tidak sedang digunakan 9. Prinsip satu slide satu menit 10. Hindari penggunaan banyak slide dalam setiap sesi
2.1.7 Kelebihan dan kekurangan LCD a. Kelebihan LCD Proyektor 1) Dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta didik. 2) Pesera didik dapat menentukan sendiri materi belajar yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan 3) Memberikan motivasi yang lebih tinggi, karena tampilannya menarik 4) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan materi pembelajaran yang autentik dan dapat berinteraksi lebih luas. 5) LCD proyektor merupakan media audio visual dan gerak Dengan tampilan audio visual gerak, dapat memenuhi perbedaan gaya belajar yang dimiliki peserta didik. 6) Bisa digunakan dalam kelas yang ukurannya luas dengan volume peserta didik yang banyak.
7) Semua pandangan peserta didik fokus pada tampilan layar. 8) Untuk menghindari penggunaan umum dari teks yang berlebihan bila disajikan dalam program power point. 9) Guru dapat menerangkan secara runtut karena sudah terprogram dalam power point.
b. Kekurangan LCD Proyektor 1) Harga seperangkat LCD Proyektor dan komputer serta perlengkapanya masih cukup mahal 2) Keterbatasan teknis dan teoris serta penerimaan terhadap teknologi. 3) Peserta didik cenderung tertarik pada gambar dan suara, bukan fokus pada subtansi materi. 4) Apabila terjadi pemadaman listik media LCD tidak dapat difungsikan. 5) Karena dihubungkan dengan komputer data yang disimpan dalam bentuk file dapat terinfeksi virus sehingga bisa saja hilang.
2.2 Kajian Penelitian yang Relefan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alsuhardi Paputungan (2012) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media LCD Proyektor pada Mata Pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Pinolosian, yang menyimpulkan bahwa “Jika dalam proses pembelajaran
guru menggunakan Media Visual LCD, maka hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi akan meningkat” dengan indikator kinerja yaitu hasil belajar siswa yang awalnya hanya mencapai 30% atau 9 orang dari 30 jumlah siswa keseluruhan memperoleh nilai diatas 75, menjadi 75% atau 21 orang yang memperoleh nilai diatas 75 dari 30 jumlah siswa keseluruhan. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Rustam Noer (2013) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik melalui Media Visual LCD pada Materi Kegiatan Ekonomi di kelas VII-E SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango, yang menyimpulkan bahwa. “jika dalam pembelajaran guru mengunakan media visual LCD pada materi kegiatan pokok ekonomi, maka hasil belajar peserta didik akan lebih meningkat dengan indikator kinerja yaitu jika hasil belajar peserta didik pada materi kegiatan pokok ekonomi meningkat dari 10 peserta didik
atau 33%
menjadi 85% dari 30 jumlah keseluruhan peserta didik yang ada di kelas VII E di SMP N 1 Kabila Kab. Bone Bolango. 2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
permasalahan
penelitian,
maka
yang
menjadi
hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah “Jika pada Pembelajaran Guru Menggunakan Media visual LCD pada Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 2 Kota Gorontalo, maka hasil belajar siswa akan meningkat”.