BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Djiwandono (1989: 102) Mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan suatu capaian siswa dalam proses belajar mengajar yang berupa: (1) informasi verbal atau tingkat pengetahuan lisan atau tertulis, (2) kemampuan intelektual atau kemampuan beradaptasi dengan pribadi dan tingkah laku, (3) pengaturan kegiatan kognitif atau kemampuan menyalurkan atau mengarahkan kegiatan kognitif, (4) keterampilan motorik, (5) sikap terhadap objek”. Selanjutnya Sudjana (1989: 22) Menyatakan Bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dan merupakan ukuran dari keberhasilan suatu proses belajar mengajar, yang berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperolah melalui tes”. Pendapat di atas didukung oleh Bloom dalam Dahar (1998: 162) yang mengatakan bahwa “kemampuan siswa didasarkan atas tiga domain kognitif, afektif dan psikomotorik”. Dari ketiga domain tersebut maka domain kognitiflah yang sering digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
11
12
Silverius (1992: 41) mengemukakan bahwa “ada enam aspek kognitif sebagai stabilitas yang perlu diukur dalam proses belajar Mengajar,
yaitu:
pengetahuan,
pemahaman,
paenerapan,
analisis,
sintesis, dan evaluasi”. Ada beberapa tipe hasil belajar: 1. Tipe hasil belajar bidang kognitif, yang mencakup enam tipe hasil belajar. Keenam tipe hasil belajar itu dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge). Pengetahuan adalah aspek paling mendasar dalam taksonomi Bloom. Seringkali juga disebut aspek ingatan. Namun demikian tipe pengetahuan
ini
sangat
penting
sebagai
prasyarat
untuk
menguasai dan mempelajri tingkat kemampuan lain yang lebih tinggi. Setidaknya pengetahuan hafalan sebagai jembatan untuk menguasai tingkat kemampuan yang lain. b. Tipe hasil belajar pemahaman (comprehansion). Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan. Dengan kata lain tidak hanya menghafal secara verbal saja, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang dinyatakan.
13
c. Tipe hasil belajar penerapan (application). Dalam jenjang kemampuan ini dituntut kesanggupan menggunakan ide-ide umum, tatacara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip serta teori-teori dalam situasi baru dan konkrit atau situasi khusus, abstraksi serta berupa ide, dan teori atau petunjuk teknik. d. Tipe hasil belajar analisis Dalam
jenjang
kemampuan
ini
seseorang
dituntut
untuk
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsurunsur atau komponen-komponen pembentukannya. Kemampuan analisis diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu, analisis unsur, analisis hubungan dan prinsip yang terorganisasi. e. Tipe hasil belajar sintesis Pada jenjang ini dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada. Hasil yang diperoleh dari penggabungan itu dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme dan hubungan abstraksi. f. Tipe hasil belajar evaluasi Evaluasi atau penilaian yaitu dituntut kemampuan siswa untuk membuat suatu penilaian terhadap suatu pernyataan, konsep, situasi berdasarkan kriteria tertentu.
14
2. Tipe hasil belajar bidang afektif Terdapat beberapa tingkat bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks, sebagai berikut: a) Receining
attending:
semacam
kepekaan
dalam
menerima
rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang dari siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. b) Responding (jawaban): reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini ternmasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan, dalam menjawab stimulasi dari yang datang kepada dirinya. c) Valuing (penilaian): berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi yang diberikan. Dalam evaluasi ini termasuk ketepatan reaksi, kepuasan, dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya. d) Organisasi perkembangan nilai kedalam suatu system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain dan kemantapan yang telah dimilikinya. e) Karakteristik ini dan internalisasi nilai yakni keterpaduan semua sistem yang telah dimilki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
15
3. Tipe hasil belajar bidang psikomotorik. Belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan
bertindak
individu.
Terdapat
6
(enam)
tingkatan
keterampilan yaitu: a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). b. Keterampilan pada gerakan-gerakaan dasar. c. Kemampuaan perceptual. d. Kemampuan di bidang fisik. e. Gerakan-gerakan skill. f. Kemampuan yang berkenaan dengan non rucursive komunikasi, seperti gerakan ekspresif, interpretatif. Dalam upaya pencapaian hasil belajar yang sesuai dengan harapan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu sendiri. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar menurut Djamarah (2006: 109): 1) Tujuan Pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dengan kegiatan belajar mengajar.
16
2) Guru Tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. 3) Anak didik Pola umum anak didik terjadinya interkasi antara guru dengan anak didik. 4) Kegiatan pengajaran Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. 5) Bahan dan alat evaluasi Bahan dan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan evaluasi. 6) Suasana evaluasi Merupakan hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar yang biasanya dilaksanakan di dalam kelas. 2.1.2 Hasil Belajar Siswa Menurut Sudjana (2006: 56-57) hasil belajar yang dicapai oleh siswa
melalui
proses
belajar
mengajar
yang
menunjukkan hasil yang berinci sebagai berikut:
optimal
cenderung
17
a) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi instrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. Siswa tidak akan mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya. Sebaliknya, hasil belajar yang baik akan
mendorong
pola
untuk
meningkatkan,
setidak-tidaknya
mempertahankaan apa yang telah dicapainya. b) Menambah keyakinan kemampuan dirinya. Artinya, ia tahu kemampuan dirinya percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana harusnya. Ia juga yakin tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai apabila ia berusaha sesuai dengan kemampuannya. c) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama
diinginkan,
mempelajari
membentuk
aspek lain,
dapat
perilakunya, digunakan
bermanfaat sebagai
alat
untuk untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya. d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (Komprehensif), yaitu mencakup ranah kognetif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif atau sikap apresiasi, serta ranah psikomotor, keterampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya
18
sedangkan sedangkan ranah afektif dan psikomotor diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya. e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapai maupun menialai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya, ia tahu dan sadar bahwa tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai tegantung pada usaha dan motivasi belajarnya. Sebagaimana pula yang telah dijelaskan di atas untuk mengukur hasil belajar siswa maka perlu diadakan penilaian. Guru diharapkan melaksanakan hasil penilaian secara berkesinambungan. Majid (2006: 227-228) menyatakan bahwa “salah satu tujuan dari penilaian hasil belajar adalah untuk mengetahui sejauh mana murid telah mencapai hasil belajar yang telah direncanakan sebelumnya”. Dalam hal ini ada dua jenis acuan yang digunakan, yaitu: 1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Menurut penialain yang menggunakan acuan patokan, arah atau sasaran apa yang harus dicapai murid dalam belajar harus ditentukan oleh jenis kompetensi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dimaksud dengan kompetensi dasar (KD) dan indikator.
19
Menurut penilaian acuan ini, murid yang telah dikatakan telah mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan telah menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan patokan yang telah ditetapkan. Patokan ini dinyatakan dalam bentuk presentasi minimal, misalnya 75%, 80%, 90%, dan sebagainya. Biasanya digunakan atas dasar kesepakatan dari para perencana pendidikan dan pengajar di sekolah atau yaang biasa disebut musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). 2. Penilaian Acuan Norma (PAN) Penilaian ini didasarkan atas anggapan bahwa setelah sekelompok murid mengikuti kegiatan belajar, maka tingkat keberhasilan mereka akan menyebar dalam bentuk kurva normal. Misalnya sebagian besar 68% dari murid itu akan mempeoleh hasil belajar sedang (S); sebagian kecil yaitu 13,5% memperoleh hasil belajar baik (B) dan 13,5% lagi kurang (K) selebihnya pada kedua ujung kurva, yaitu +2,5% memperolehhasil belajar baik sekali (BS), dan kurang sekali (KS). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa, untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan dari siswa diperlukan beberapa komponen yang sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, karena komponen ini akan sangat menunjang terciptanya suasana yang lebih kondusif dalam proses belajar mengajar. Dengan kondisi ini guru akan dapat mengajar lebih baik dan siswa akan lebih optimal dalam belajar. Salah satu komponen yang dapat mempengaruhi
20
hasil belajar itu adalah sarana dan prasarana, yang dalam hal ini meliputi media dan alat peraga pengajaran. 2.1.3 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, ‟perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) dalam bukunya Arsyad (2011: 3) mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap”. Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah perantara antara pemberi pesan (guru) kepada penerima pesan (siswa) untuk keperluan pembelajaran, perantara tersebut dapat berupa gambar, audio, visual dan lain-lain agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dan siswa lebih memahami ayang dipelajari. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
21
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diberikan berikut ini. AECT (Association of Education Communication Technology,1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987: 234) dalam bukunya Arsyad (2011: 3) adalah “penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikanya”. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak yang utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Disamping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setip sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, melalui dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Heinich, dan kawan-kawan (1982) dalam bukunya Arsyad (2011: 4) mengemukakan “istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi”. Apabila media itu membawa pesan-peasan
atau
informasi
yang
bertujuan
instruksional
atau
22
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, menurut Latuheru (1993) dalam bukunya Arsyad (2011: 4) menyatakan bahwa “memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau, pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju”. Acapkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan
istilah
alat
bantu
atau
media
komunikasi
seperti
yang
dikemukakan oleh Hamalik (1994) dalam bukunya Arsyad (2011: 4) dimana ia melihat bahwa “hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi”. Sementara itu, Gange dan Briggs (1975) dalam bukunya Arsyad (2011: 4) secara inplisit mengatakan bahwa “media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer”.
23
Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di lain pihk, National Education Association memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya. Dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca. Istilah “media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata latin tekne (bahasa Inggris art) dan logos (bahasa Indonesia “ilmu”). Menurut Webster (1983: 105), dalam bukunya Arsyad (2011: 5) “art” adalah “keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi”. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi,
dan
observasi.
Bila
dihubungkan
dengan
pendidikan
dan
pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai: Perluasan konsep tentang media, menurut Achsin (1986: 10) dalam bukunya Arsyad (2011: 5) Mengemukakan bahwa “teknologi bukan sekadar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu”.
24
Erat hubungannya dengan istilah “teknologi”, kita juga mengenal kata teknik. Menurut Anthony (1963: 96) dalam bukunya Arsyad (2011: 5) mengemukakan bahwa “merupakan suatu strategi teknik khusus dalam bidang pembalajaran bersifat apa yang sesungguhnya terjadi antara guru dan murid”. Bahkan Richards dan Rodgers (1982: 154) dalam bukunya Arsyad (2011: 5) menjelaskan pula bahwa “teknik” adalah “prosedur dan praktek sesungguhnya dalam kelas”. Satu hal yang perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunannya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Sehingga apapun media tersebut, tidak dapat dikatakan menunjang pembelajaran apabila keberadaannya menyimpang dari isi dan tujuan pembelajaran. Berdasarkan definisi dari berbagai para ahli di atas maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa media merupakan alat untuk menyampaikan informasi atau pesen-pesan. Media ini dapat berfungsi dengan baik apabila media tersebut di fungsikan sesuai dengan fungsinya dan memberikan pesan-pesan dalam pengalaman pembelajaran yang bermakna, mengaktifkan dan menyenangkan siswa dalam proses belajar.
25
2.1.4 Media LCD (Liquid Crystal Display) Media presentasi yang paling canggih saat ini adalah projector. Projector yang maksud disisni adalah Crystal alat yang digunakan untuk menampilkan atau menayangkan program presentasi yang dihasilkan oleh komputer. Seperangkat komputer, proyektor dan layar sebagai satu kesatuan yang disebut juga peralatan multi media sebab peralatan tersebut dapat menampilkan teks, gambar, animasi, suara, film. Teknologi proyektor ini semakin berkembang diawali dengan ditemukannya proyektor
C R T (cathode ray tube) sebuah perangkat
proyektor berteknologi tabung, lengkap dengan tiga lensa didepannya. Namun poyektor jenis ini mulai ditinggalkan bdengan munculnya proyektor digital, mulai dari yang berteknologi LCD (liquid Crystal Display), DLP (digital Light Processing), sampai teknologi terbaru yang kini tengah berajak populer, LCOS (liquid Crystal on single Crstal silicon). Hal ini dimugkinkan, karena proyektor digitil ini memang bobotnya relatif ringan dan harganyapun relatif murah, jauh dibawah proyektor CRT. Selain
teknologi
proyektor,
teknologi
program
berkembang sangat pesat, sehingga orang
aplikasinya
juga
dapat membuat aplikasi
presentasi yang lengkap menarik, unik dan menyenangkan.
26
Menurut Tirta 2008 (dalam Asi 2010, blogspot. Media.com), menyatakan bahwa “pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya untuk di presentasi dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk multimedia proyektor (seperti OHP, infocus dan sejenisnya), melainkan juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya seperti Liquid Crystal Display (LCD) dan film slide projector yang sudah lebih dulu diproduksi”. Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki perangkat alat presentasi digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat memanfaatkan pengolahan bahan melalui komputer secara maksimal. Dalam sudut pandang proses pembelajaran, presentasi merupakan salah satu metode pembelajaran. Penggunanya yang menempati frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang dikembangkan, telah memberikan pengaruh yang sangat besar, bukan hanya pada pengembangan kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran,
akan
tetapi
juga
pada
teori-teori
yang
mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan penyelenggaraan pembelajaran.
Diantaranya
tuntutan
terhadap
keterampilan para guru dalam mengolah bahan-bahan.
kemampuan
dan
27
Tampilan kristal cair (Liquid Crystal Display) yang dikenal dengan LCD adalah suatu jenis media tampilan yang menggunakan kristal cair sebagai penampil utama. LCD sudah digunakan dalam berbagi bidang misalnya dalam alat-alat elektronik. Pada LCD berwarna semacam monitor terdapat banyak sekali titik cahaya (pixel) yang terdiri dari satu buah kristal cair sebagai sebuah titik cahaya. Walaupun disebut sebagai titik cahaya, namun kristal cair tidak memancarkan cahaya sendiri. Sumber cahaya dalam sebuah perangkat LCD adalah lampu neon berwarna putih dibagian belakang susunan kristal cair tadi. Titik cahaya yang jumlahnya puluhan ribu bahkan jutaan inilah yang yang membentuk tampilan citra. Kutub kristal cair yang lewati arus listrik akan berubah karena pengaruh polariasi medan magnetic yang timbul dan oleh karenanya
akan
hanya
memberikan
beberapa
warna
diteruskan
sedangkan warna lainnya tersaring. Menurut Haryono 2006 (dalam Suni 2009, Media belajar-On Line), Liquid crystal display (LCD) mengemukakan bahwa “saat ini banyak dipakai sebagai layar komputer maupun notebook atau laptop”. Laptop yang dipadukan dengan proyektor dapat dijadikan media pembelajaran yang cukup menarik. Tampilan yang dihasilkan pada layar yang cukup lebar antar 2 x 2 meter, sangat cocok digunakan untuk kelompok yang besar atau jumlah siswa yang banyak.
28
Perpaduan antara laptop dengan LCD proyektor dapat menyajikan pesan atau materi pembelajaran sesuai desain/rancangan yang telah disiapkan. Desain pesan dapat berwujud: Audio Visual atau Audio Visual Gerak. Dengan tampilan penuh warna (full colour) sangat menarik minat dan perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Laptop dan LCD Proyektor dapat dipakai sebagai media pembelajaran untuk semua bidang studi sesuai dengan karakteristik materi masing-masing. Untuk membuat desain power point yang baik dibutuhkan kemampuan khusus, sehingga para guru perlu mempelajari cara mendesain pesan dengan baik agar tampilannya dapat menumbuhkan minat belajar siswa sehingga siswa dapat belajar dengan mudah. Menurut Alanchamber‟s 2007 (dalam Polinda 2012, teknologi pendidikan) menyatakan bahwa “dengan tampilann audio visual gerak, LCD mempunyai banyak keunggulan dan kelebihan dibandingkan dengan media pembelajaran yang lainnya”. Menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli siswa dapat menyerap ilmu melalui indera penglihatannya sebanyak 83%, melalui indera pendengarannya 11% dan melalui indera lainnya 6%. Berarti dengan menggunakan media audio visual gerak (LCD), siswa dapat menyerap ilmu sebenyak 94% dari materi yang ditampilkan dengan perincian 83% melalui indera penglihatannya dan 11% melalui indera pendengarannya.
29
Hal ini menunjukkan bahwa audio visual gerak seperti LCD sangat baik digunakan sebagai media pembelajaran disekolah. Kelemahannya harganya masih cukup mahal untuk ukuran sekolah di indonesia. Sebuah laptop yang paling sederhana kira-kira harganya berkisar antara 3 s/d 5 juta rupiah, sedagkan LCD proyektor yang paling sederhana berkisar 4 s/d 6 juta rupiah. Bila keduanya dijumlahkan maka jumlahnya berkisar 7 s/d 11 juta rupiah untuk satu set media pembelajaran. Sedangkan layarnya sementara dapat menggunakan tembok putih atau papan tulis (white board). Bila mau membeli layar ukuran 180 x 180 cm kira-kira harganya 500 ribu rupiah. Dengan keterbatasan dana yang dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan, perlu kiranya dibutuhkan pertisipasi masyarakat melalui komite sekolah dalam pengadaan media pembelajaran yang sangat dibutuhkan ini. Dengan penggunaan media pembelajaran LCD ini diharapkan peningkatan prestasi belajar siswa dan mutu pendidikan pada umumnya semakin meningkat. 2.1.5 Media Chart Menurut Susilana dan Riyana (2008: 13) dalam (Fuadah, 2012, media chart) menyatakan bahwa “Chart atau bagan yaitu perpaduan sajian kata-kata, garis, dan simbol yang merupakan ringkasan suatu proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting”.
30
Chart sering terdapat dalam buku-buku pelajaran dan materi pelajaran lainnya. Chart harus mempunyai tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan jelas. Bagi siswa yang berusia muda suatu Chart harus berisikannya satu konsep atau gambaran konsep. Sebaiknya Chart itu ditekan hingga hanya berisi informasi verbal dan visual yang minimum untuk dapat dipahami. Jika ingin mengungkapkan beberapa gagasan atau konsep, sebaiknya dibuat serangkaian Chart sederhana. Informasi pembelajaran dan pesan-pesan isi pelajaran dikomunikasikan melalui saluran visual, dan materi verbal hanya diadakan untuk mendukung pesan visual. Penggunaan media pembelajaran dalam bentuk media Chart akan memudahkan penyampaian pesan yang biasanya dirubah dalam bentuk ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau berupa gambar yang dapat memperjelas suatu konsep. Penggunaan media Chart akan menguraikan secara jelas garis besar atau tahapan-tahapan dari suatu proses dan menyajikannya sekaligus pada satu konsep.
Cara penyajian media Chart dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Beberapa cara penyajian Chart antara lain menggambar Chart di atas kertas dan membangkitkan kepada semua anggota kelas, menggambar Chart di atas White Board, di atas Flip Chart, atau papan pengumuman.
31
Menurut
Arsyad
(2011:
135-137)
mengemukakan
bahwa
“Berdasarkan bentuk Chart dibedakan menjadi bagan pohon (Tree Chart), bagan arus lurus (Flow Chart), bagan arus bercabang (Stream Chart) dan bagan garis waktu (Time Line Chart)”. Berdasarkan pengelompokkan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Tree Chart Bagan organisasi yang berbentuk pohon menunjukkan hubungan atau rantai perintah/komando dalam suatu organisasi seperti perusahaan, organisasi sosial, lembaga pemerintaahan. Biasanya bagan ini menggambarkan tata hubungan antara karyawan atau bagian-bagian organisasi itu. 2) Stream Chart Bagan mirip dengan bagan organisasi tetapi umumnya digunakan untuk menjelaskan atau mengelompokkan objek, peristiwa, atau spesis. 3) Flow Chart Flow Chart adalah bagan proses yang menunjukkan suatu urutan, prosedur, atau aliran proses. Bagan alir sering digambar secara horizontal dan menampilkan bagaimana kegiatan yang berbeda-beda, atau prosedur muncul sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh. 4) Time Line Chart Bagan ini menggambarkan hubungan kronologis antara peristiwaperistiwa yang terjadi. Chart
seperti ini sering digunakan untuk
32
menunjukkan
kaitan
waktu
peristiwa-peristiwa
bersejarah
atau
hubungan orang-orang terkenal dengan peristiwa-peristiwa itu. Media
Chart
mempunyai
beberapa
kelebihan
dalam
penggunaannya antara lain sifatnya yang sederhana sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya besar dalam penggunaanya. Selain
itu
penggunaan
media
pembelajaran
Chart
juga
dapat
mengefisienkan waktu, termasuk mengefesienkan waktu belajar sehingga peserta didik dapat lebih cepat memahami materi atau konsep yang diajarkan. Keuntungan lain adalah bahwa ada penyederhanaan konsep dari keseluruhan konsep yang ingin dipelajari sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. Selain memiliki kelebihan media Chart juga memiliki kelemahan. Menurut Arsyad (2011: 42) mengemukakan bahwa media Chart memiliki beberapa kelemahan yaitu: “terbatas penggunaannya pada kelompok kecil, memerlukan keahlian khusus dalam penyajiannya, mungkin tidak dianggap penting jika dibandingkan media-media yang di proyeksikan, dan pada saat penjelasan atau ada yang perlu ditulis guru membelakangi siswa jika ini berlangsung lama tentu akan mengganggu suasana pengelolaan kelas.
Dari berbagai pendapat diatas diketahui bahwa media bagan/Chart adalah merupakan media atau alat bantu mengajar bagi guru dalam menyajikan ide-ide atau konsep bahan pengajaran sehingga lebih mudah bagi siswa memahaminya. Media bagan merupakan media visual yang
33
disampaikan secara tertulis atau lisan yang disajikan dalam bentuk grafik seperti gambar, diagram, kartun, atau lambang verbal. 2.2
Kerangka Pikir Keberhasilan suatu pembelajaran didukung oleh beberapa faktor
seperti faktor guru, siswa, dan sarana pendukung. Yang merupakan faktor guru
meliputi
perencaanaan,
pelaksanaan
dan
evaluasi.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran, selain penguasaan materi, yang perlu pula mendapat
perhatian
adalah
penggunaan
media
pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran merupakan suatu hal tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Perbedaan hasil belajar siswa melalaui penggunan Media LCD dan Chart, Dapat di Gambarkan Sebagai Berikut:
Kelas eksperimen (X1)
KBM dengan Media Chart
Kelas eksperimen (X2)
Post test
Post test
dan LCD Hasil belajar
Gambar. 1 Bagan Kerangka Pikir
KBM dengan Media LCD dan Chart
34
2.3
Hipotesis Menurut Arikunto (2006: 94), hipotesis adalah jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai data terkumpul. Dalam suatu penellitian, hipotesis merupakan pedoman karena yang dikumpul adalah data yang berhubungan veriabel-variabel yang dinyatakan dalam variabel tersebut. Berdasarkan permasalahan penelitian dan kajian teori, maka ditetapkan hipotesis penelitian: “Terdapat perbedaan hasil belajar siswa melalui penggunaan media LCD dan Chart”.