BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpa belajar manusia akan mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tuntutan hidup, kehidupan dan penghidupan yang senantiasa berubah. Dengan demikian belajar merupakan suatu kebutuhan yang dirasakan sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia sejak lahir hingga akhir hayatnya. Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Selama berlangsungnya kegiatan belajar terjadilah proses interaksi antara orang yang melakukan kegiatan belajar dengan sumber belajar. Sumber belajar dapat berupa manusia yang berfungsi sebagai fasilitator yaitu tutor atau pamong atau dapat berupa buku, siaran radio dan televisi, alam semesta dan masalah yang dihadapi. Menurut Thorndike, (dalam Budiningsih, 2012 : 21) bahwa “belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan / tindakan”. Sedangkan menurut Gagne, (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 10) yang mengemukakan bahwa “belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru”. Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan kompleks yang timbul dari kegiatan belajar yang berwujud konkrit yang dapat diamati sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
a. Tipe-tipe Belajar Menurut Gagne (dalam Uno dan Lamatenggo, 2010:34) belajar mempunyai 8 tipe dan setiap tipenya memiliki hirearkinya masing-masing. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar sesudahnya. Kedelapan tipe itu adalah sebagai berikut: 1) Belajar isyarat 2) Belajar stimulus respon 3) Belajar rangkaian 4) Asosiasi verbal 5) Belajar diskriminasi 6) Belajar konsep 7) Belajar aturan 8) Belajar pemecahan masalah.
Kedelapan tipe belajar di atas, telah disepakati oleh para ahli sebagai tipe belajar yang memiliki hireaerki. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar selanjutnya. Sebaliknya setiap tipe belajar memerlukan penguasaan pada tipe belajar ditingkat bawahnya. Ketika seorang murid belajar memecahkan masalah maka dia seharusnya menguasai aturan yang relevan.
b. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa biasanya akan diketahui setelah guru melakukan penilaian dengan menggunakan tes baik tes dalam bentuk pertanyaan lisan maupun tulisan. Menurut Gagne (dalam Uno dan Lamatenggo, 2009: 5) hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsipprinsip keilmuan. (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
(4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran Secara umum, istilah model diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya. Seperti globe adalah model dari bumi. Akan tetapi, secara khusus istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan suatu kegiatan. Sedangkan pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan belajar. Menurut Joyce dan Weil, (dalam Rusman, 2011: 132) bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahanbahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain”. Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana, (2009: 41) bahwa “model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif”. Dari definisi para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun sebagai tutorial.
2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Secara umum, pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Menurut Slavin, (dalam Isjoni, 2012: 15) yang mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Hal ini didukung pulapendapat dari Nurulhayati, (dalam Rusman, 2011: 203) menurutnya “pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi”. Dari pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang dibentuk oleh tenaga pendidik dalam memberikan materi pelajaran agar lebih mudah dipahami dan dimengerti serta mempermudah proses belajar mengajar dalam kelas.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan siswa keterampilan kerjasama dan kalaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, mengingat
kenyataan yang dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial semakin kompleks. Apalagi tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan (Isjoni, 2012 : 109).
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut. 1. Penjelasan materi Tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. 2. Belajar kelompok Tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. 3. Penilaian Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. 4. Pengakuan Tim Adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan
harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi (Rusman, 2011: 212-213).
d. Pengertian Make a Match Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin (Rusman, 2011 : 223).
e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match Menurut Hanafiah dan Suhana, (2009: 46) bahwa “langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu. 3. Setiap peserta didik memikirkan jawaban / soal dari kartu yang dipegang. 4. Setiap peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
5. Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi point. 6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. 7. Kesimpulan
f. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Menurut Suprijono (diunduh : http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model make-match.html) pembelajaran
kooperatif
metode
make
a
match
memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya sebagai berikut: 1.
Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2.
Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3.
Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses
4.
Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
5.
Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula pada metode ini. Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu: 1.
Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2.
Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3.
Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4.
Pada kelas yang (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.
g. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe make a match Menurut Suprijono, ada enam fase penerapan model pembelajaran tipe make a match (diunduh http://www.slideshare.net./interest_matematika_2011/ajengburbaiti-ulfah-0903677-12326532) yaitu: 1. Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. 2. Fase kedua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. 3. Fase ketiga, guru harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerja sama di dalam kelompok, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi dengan cermat.
4. Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Guru harus memberikan berupa arahan dan petunjuk pada peserta didik. 5. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. 6. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur reward/ penghargaan yang akan diberikan kepada peserta didik.
2.1.4 Tinjauan Tentang Materi Keliling dan Luas Bangun Datar a. Segitiga C b
A
a
c
B
Segitiga (dalam Buchori, 2007 : 132-134) merupakan yang mempunyai tiga sisi. Pada segitiga ABC diatas AB,BC dan AC disebut sisi segitiga ABC. Ketiga sisi segitiga saling berpotongan dan berbentuk sudut. Titik A, B, dan C disebut titik sudut. 1. Keliling Segitiga Jika K menyatakan keliling segitiga, sedangkan a, b, dan c menyatakan panjang sisi-sisi segitiga, maka keliling segitiga dapat dinyatakan : K=a+b+c 2. Luas Segitiga
Luas segitiga adalah luas daerah segitiga. D
C
t
A
B a (i)
(i)
Luas segitiga siku-siku ଵ
Luas ∆ ABD = ଶ Luas ABCD = E
B
(ii)
ଵ ଶ
axt
A
D
P (ii)
C
Luas Segitiga Sembarang Luas ∆ ABC = Luas ∆ BPA + Luas ∆ CPA ଵ
ଵ
= ଶ Luas BPAE + ଶ Luas CPAD ଵ
= ଶ Luas BCDE = b. Persegi
ଵ ଶ
axt
1. Keliling dan Luas Persegi D
C
A
B
Jika s adalah panjang sisi-sisi persegi, maka : -
Keliling persegi, K = s + s + s + s K = 4s Luas daerah persegi yang panjang sisi-sisinya 1 cm adalah 1 cmଶ , berarti
-
luas daerah persegi = sisi x sisi atau L = s x s Luas daerah persegi yang besarnya 1 cmଶ disebut persegi satuan.
• •
2.2
Jika K menyatakan keliling persegi dan s menyatakan panjang sisi persegi, maka K = 4s Jika L menyatakan luas persegi dan s menyatakan panjang sisi persegi, maka L = s2
Kerangka Berfikir Berdasarkan pengamatan di kelas, pembelajaran matematika khususnya
materi keliling dan luas bangun datar terasa monoton menggunakan metode pembelajaran konvesional, sedangkan prestasi belajar juga rendah. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match diharapkan dapat memecahkan masalah ini. Caranya adalah dengan melatih guru Matematika, kemudian mengaplikasikannya secara kolaboratif dengan peneliti. Hasilnya, diharapkan
proses pembelajaran di kelas tidak lagi monoton dan menggunakan metode pembelajaran konvensional, serta prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Guna mencapai hal tersebut guru perlu melakukan refleksi proses pembelajaran pada materi keliling dan luas bangun yang selama ini dilaksanakan. Refleksi tersebut terutama diarahkan pada kegiatan pembelajaran yang digunakan hendaknya menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan atau pendekatan yang berorientasi pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi secara keseluruhan.
2.3 Indikator Kinerja Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini, dirumuskan kriteria sebagai berikut: 1) Kegiatan belajar mengajar yang dinilai melalui lembar observasi sekurangkurangnya 85% mencapai kategori baik 2) Evaluasi hasil belajar dapat mencapai 75% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 6,7 ke atas.
2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teoretis sebelumnya, maka hipotesis tindakan pada penelitian ini berbunyi: Jika Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi keliling dan luas bangun datar di kelas VII SMP 2 SATAP Kabila Bone akan meningkat.