BAB II KAJIAN TEORI 4.1.
Kajian Teori Belajar
5.1.1. Teori Belajar Konstruktivisme Model konstruktivisme di dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar
yang
mengaktifkan
peserta
didik
secara
mental,
membangun
pengetahuan, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator di dalam proses pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya peserta didik mengorganisasikan pengalaman-pengalaman mereka. ”Menurut kaum konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut: a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai. b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah. c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang. d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. 12
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si pelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.”11 Seorang tokoh konstruktivisme yaitu Von Glasersfeld mengemukakan pendapatnya, bahwa: ”Pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berarti dua macam. Pertama, bila kita berbicara tentang diri kita sendiri, lingkungan menunjuk pada keseluruhan objek dan semua relasinya yang kita abstraksikan dari pengalaman. Kedua, bila kita memfokuskan diri pada suatu hal tertentu, lingkungan menunjuk pada sekeliling hal itu yang telah kita isolasikan. Dalam hal ini, baik hal itu maupun sekelilingnya merupakan lingkup pengalaman kita sendiri, bukan dunia objektif yang lepas dari pengamatan.”12 Model konstruktivisme pendidikan menurut Von Glasersfeld adalah pengetahuan dari peserta didik yang terbentuk oleh pengalaman-pengalaman yang didapat dari lingkungan sekitar peserta didik. Von Glasersfeld juga membedakan adanya tiga taraf konstruktivisme, yaitu: 1. ”Konstruktivisme Radikal Konstruktivisme radikal berpegang bahwa kita hanya dapat mengetahui apa yang dibentuk/dikonstruksikan oleh pikiran kita. Bentukan itu harus ”jalan” dan tidak harus selalu merupakan representasi dunia nyata. Adalah suatu ilusi apabila percaya bahwa apa yang kita ketahui itu memberikan gambaran akan dunia nyata. 2. Realisme Hipotesis Menurut realisme hipotesis, pengetahuan (ilmiah) kita dipandang sebagai suatu hipotesis dari suatu struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas. 3. Konstruktivisme yang Biasa Aliran ini tidak mengambil semua konsekuensi konstruktivisme. Menurut aliran ini, pengetahuan kita merupakan 11 12
Paul Suparno, op. cit. hal. 61. Paul Suparno, loc. cit. hal. 19.
13
gambaran dari realitas itu. Pengetahuan kita dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dalam dirinya sendiri.”13 Penulis dapat menyimpulkan bahwa proses pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pendekatan yang memfokuskan kegiatan dan pengalamanpengalaman peserta didik pada berlangsungnya sebuah proses belajar dan mengajar. Pembelajaran konstruktivisme juga akan merangsang peserta didik untuk berpikir inovatif dan mengembangkan potensi diri peserta didik secara optimal. Seperti halnya pendapat Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, yaitu: ”Pendekatan konstruktivis sebagai pendekatan baru dalam proses pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik diberi peluang besar untuk aktif dalam proses pembelajaran. 2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik. 3. Berbagai pandangan yang berbeda di antara peserta didik dihargai dan sebagai tradisi dalam proses pembelajaran. 4. Peserta didik di dorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi. 5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian (inquiry) yang lebih alami. 6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompetitif dikalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. 7. Proses pembelajaran dilakukan secara konstektual, yaitu peserta didik diharapkan ke dalam pengalaman nyata.”14 5.1.2. Pembelajaran Berkelompok Penulis di dalam memecahkan permasalahan yang diresahkan oleh guru pada mata pelajaran komunikasi bisnis di kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga, akan menggunakan pembelajaran secara berkelompok. 13
Ibid. hal. 26. Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Refika Aditama, Bandung, 2010, hal. 63. 14
14
Pembelajaran berkelompok adalah salah satu cara terbaik sebagai upaya pemecahan masalah penelitian tindakan, pengganti metode ceramah yang dilakukan oleh guru di dalam proses pembelajaran sebelumnya. ”Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan pembelajaran aktif adalah dengan memberikan tugas-tugas belajar yang dikerjakan dalam tim-tim kecil. Seringkali para peserta dapat lebih banyak belajar dengan cara ini dibandingkan jika anda mengajarkannya di depan kelas. Dorongan dari teman-teman dan keragaman cara pandang, pengetahuan, dan ketrampilan juga membantu pembelajaran berkelompok sebagai bagian yang bermanfaat dalam pelatihan yang aktif.”15 Proses pembelajaran berkelompok akan mengelompokkan peserta didik di dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil tersebut akan saling berdiskusi dan berinteraksi dalam proses pelaksanaan pembelajaran, agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. ”Menurut Nana Sudjana metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok). 1. Dasar pengelompokan Kelompok bisa dibuat berdasarkan: a. Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas itu sifatnya heterogen dalam belajar. b. Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang punya minat yang sama. c. Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan. d. Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa, yang tinggal dalam satu wilayah dikelompokkan dalam satu kelompok sehingga memudahkan koordinasi kerja. e. Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor-faktor lain. f. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan kelompok wanita. Namun demikian, sebaiknya kelompok menggambarkan yang heterogin, baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok tersebut tidak berat 15
Judith Mel Silberman, loc. cit. hal. 161.
15
sebelah (ada kelompok yang baik dan ada kelompok yang kurang baik). 2. Jenis kelompok Kalau dilihat dari segi proses kerjanya maka kerja kelompok ada dua macam, yaitu kelompok: a. Jangka pendek, artinya jangka waktu untuk bekerja dalam kelompok tersebut hanya pada saat itu saja, jadi sifatnya insidental. b. Kelompok jangka panjang, artinya proses kerja dalam kelompok itu bukan hanya pada saat itu saja, mungkin berlaku untuk satu periode tertentu sesuai dengan tugas atau masalah yang akan dipecahkan. 3. Petunjuk pelaksanaan bekerja dalam kelompok Untuk mencapai hasil yang baik, maka faktor yang harus diperhatikan ialah: a. Perlu adanya motif (dorongan) yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota. b. Pemecahan masalah dapat dipandang, sebagai satu unit dipecahkan bersama, atau masalah dibagi-bagi untuk dikerjakan secara masing-masing individual, hal ini bergantug pada kompleks tidaknya masalah yang akan dipecahkan. c. Persaingan yang sehat antar kelompok biasa mendorong anak untuk belajar. d. Situasi yang menyenangkan antar anggota banyak menentukan berhasil tidaknya kerja kelompok.”16 5.1.3. Investigasi Kelompok Salah satu metode pembelajaran secara berkelompok adalah metode investigasi kelompok. Penulis menggunakan metode investigasi kelompok, agar peserta didik merasa tertarik dan meningkatkan minat yang meliputi perhatian, kegiatan, dan rasa senang peserta didik di dalam proses pembelajaran pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga. ”The Network Scientific Inquiry Resources and Connections yang dikutip oleh Aunurrahman melalui pembahasannya mengungkapkan bahwa: 16
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2008, hal. 82.
16
Group Investigation is an organizational medium for encouraging and guiding students’ involvement in learning. Students actively share in influencing the nature of events in their classroom. By communicating freely and cooperating in planning and carriying out their chosen topic of investigation, they can achieve more than they would as individuals. The final result of the group’s work reflects each member’s contribution, but it intellectually richer than work done individually by the same student.”17 Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa, Investigasi Kelompok adalah media organisasi untuk mendorong dan membimbing keterlibatan peserta didik di dalam proses belajar dan mengajar. Peserta didik aktif di dalam mempengaruhi sifat kejadian-kejadian di dalam kelas mereka. Peserta didik dapat berkomunikasi secara bebas dan bekerja sama dalam merencanakan dan melaksanakan topik investigasi pilihan mereka sendiri, peserta didik dapat mencapai hasil yang lebih baik daripada mereka melakukannya secara individu. Hasil akhir dari kerja kelompok mencerminkan kontribusi dari masing-masing anggota kelompok, tetapi secara intelektual lebih kaya dibandingkan dengan bekerja secara individu oleh peserta didik yang sama. Sehingga, pembelajaran dengan metode investigasi kelompok akan lebih membuat peserta didik memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan bekerja secara individu. Metode investigasi kelompok mempunyai kelebihan-kelebihan
sebagai
berikut: ”Model Investigasi kelompok mempunyai kelebihan dan komprehensivitas, dimana model ini memadukan penelitian akademik, integrasi sosial, dan proses belajar sosial. Model ini juga dapat dipergunakan dalam segala areal subjek, dengan seluruh tingkat usia. Penerapan model investigasi kelompok dalam proses pembelajaran memberikan dampak intruksional dan dampak 17
Aunurrahman, op. cit. hal. 150.
17
pengiring. Dampak pembelajaran terutama sekali berupa terwujudnya proses efektivitas kelompok, mengembangkan wawasan dan pengetahuan serta dapat menumbuhkan disiplin dalam inquiry kolaboratif. Penerapan investigasi kelompok juga mempunyai dampak nurturant terutama sekali berupa kebebasan sebagai pelajaran, menumbuhkan harga diri serta mengembangkan kehangatan dan affiliasi.”18 Metode investigasi kelompok mempunyai prosedur yang dapat dilakukan sebagai berikut: ”Prosedur investigasi kelompok, yaitu; 1. Kelompokkan para peserta kedalam tim-tim beranggotakan dua hingga enam orang. 2. Gunakan satu atau beberapa pendekatan investigasi tim berikut ini: a. Buatlah sebuah investigasi dengan memberikan informasi kepada tim-tim untuk mencari dalam lingkungan yang telah ditentukan. b. Berikan daftar orang-orang yang akan diwawancarai kepada tim-tim ini agar mereka dapat memperoleh jawaban kumpulan pertanyaan yang anda berikan. c. Berikan kesempatan-kesempatan bagi para peserta untuk melihat dan mengamati tim lainnya. d. Buatlah sekumpulan masalah bagi tim-tim ini untuk dipecahkan dan dilengkapi mereka dengan materi-materi acuan lainnya. e. Berikan kepada tim-tim ini satu atau beberapa kegiatan belajar atau permainan yang dapat mereka lakukan sendiri. 3. Mintalah tim-tim ini untuk mempresentasikan pengalamanpengalaman dan temuan-temuan mereka. Pertimbangkan untuk melakukan diskusi panel atau menggabungkan para anggota dari tim-tim yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok diskusi kecil.”19 4.2.
Minat Minat berperan sangat penting di dalam kehidupan peserta didik dan
mempunyai dampak yang besar terhadap sikap dan perilaku peserta didik. Peserta didik yang berminat terhadap kegiatan belajar mengajar, akan berusaha lebih keras 18 19
Mel Silberman, loc. cit. hal. 154. Mel Silberman, op. cit. hal. 173.
18
untuk memperhatikan dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dibandingkan dengan peserta didik yang kurang berminat. “Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan.”20 Penulis berpendapat, bahwa minat di dalam pembelajaran adalah ketertarikan pada proses pembelajaran untuk lebih memperhatikan, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan mengingat secara terus-menerus serta diikuti oleh perasaan senang atas kepuasan yang diperoleh di dalam proses pembelajaran. “Menurut W. S. Winkel minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.” 21 Proses pembelajaran diperlukan sebagai suatu proses pemusatan perhatian agar yang dipelajari oleh peserta didik mudah dipahami.
Peserta didik dapat
melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan atau tidak diminati untuk dilakukan. Terjadilah suatu perubahan tingkah laku yang meliputi keseluruhan pribadi peserta didik baik dari aspek kognitif, psikomotor, maupun afektif. Peningkatkan minat belajar peserta didik di dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan bentuk kegiatan peserta didik, bekerja untuk mengalami sendiri yang ada di lingkungan sekitar peserta didik secara berkelompok dan mengkonsepkan pengalaman-pengalaman yang di dapat oleh peserta didik. Peserta didik dengan kegiatan tersebut akan memperoleh pengalaman pembelajaran yang 20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 916. 21 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta, 2004, hal. 212.
19
dirasa sangat optimal. “Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono, kegiatan siswa merupakan kunci dari minat mereka. Guru-guru dapat memperhatikan siswa-siswa mana yang paling memperhatikan selama pelajaran berlangsung.”22 Kegiatan pembelajaran peserta didik dilakukan dalam rangka pencapaian sebuah proses dan hasil belajar yang optimal, serta dapat ditunjukkan dalam peningkatan minat yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang dan hasil belajar peserta didik. ”Menurut Wiji Suwarno, peserta didik yang mempunyai minat terhadap mata pelajaran bisa meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan yang tidak mempunyai minat akan sulit meningkatkan hasil belajarnya. Pendidik mempunyai tugas untuk membangkitkan minat peserta didik agar prestasinya meningkat.”23 Indikator minat belajar peserta didik terdiri dari adanya perhatian, kegiatan, dan rasa senang peserta didik di dalam proses pembelajaran. Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian, yaitu perhatian terhadap bahan ajar, memahami materi pelajaran, dan menyelesaikan tugas-tugas di dalam pembelajaran. Kegiatan dibedakan menjadi pelaksanaan aktivitas kegiatan terhadap bahan ajar dan secara aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas di dalam proses pembelajaran tepat waktu. Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui bahan pelajaran, senang mengikuti dan memahami di dalam proses pembelajaran, dan antusias di dalam menyelesaikan tugas belajar.
22 23
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2002, hal. 366. Wiji Suwarno, op. cit. hal. 116.
20
4.3.
Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tingkat kemampuan peserta didik yang diterima
setelah proses belajar dan pembelajaran berlangsung. Proses tersebut dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, minat, dan ketrampilan dari peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. ”Mimin Haryati mengemukakan penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengembangan proses dan hasil belajar para peserta didik dan hasil mengajar guru. Informasi mengenai hasil penilaian proses dan hasil belajar serta hasil mengajar yaitu berupa penguasaan indikator-indikator dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan, oleh peserta didik informasi hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik dalam pencapaian kompetensi dasar, melaksanakan program remedial serta mengevaluasi kompetensi guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.”24
Perubahan dan penilaian perilaku belajar peserta didik mencakup seluruh aspek yang ada pada diri peserta didik. Seperti yang dikemukakan Bloom yang dikutip oleh Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, yaitu perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1. ”Indikator Aspek Kognitif Indikator aspek kognitif mencakup: a. Ingatan atau pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat bahan yang telah dipelajari. b. Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan menangkap pengertian, menterjemahkan, dan menafsirkan. c. Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari dalam situasi baru dan nyata. d. Analisis (analisys), yaitu kemampuan menguraikan, mengidentifikasi dan mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antar bagian guna membangun sesuatu keseluruhan. 24
Mimin Haryati, Model & Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, Gaung Persada Press, Jakarta, 2007, hal. 115.
21
e. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan, mempersatukan bagian yang terpisah guna membangun suatu keseluruhan, dan sebagainya. f. Penilaian (evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan suatu kriteria. 2. Indikator Aspek Afektif Indikator aspek afektif mencakup: a. Penerimaan (receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk menerima atau memperhatikan pada suatu perangsang. b. Penanggapan (responding), yaitu keturutsertaan, memberi reaksi, menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara sukarela. c. Penghargaan (valuing), yaitu kepeka tanggapan terhadap nilai atas suatu rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen. d. Pengorganisasian (organization), yaitu mengintegrasikan berbagai nilai yang berbeda, memecahkan konflik antar nilai, dan membangun sistem nilai, serta mengkonseptualisasikan suatu nilai. e. Pengkarakterisasian (characterization), yaitu proses afeksi dimana individu memiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya hidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum penyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional. 3. Indikator Aspek Psikomotor Indikator aspek psikomotor mencakup: a. Persepsi (perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing efektivitas gerak. b. Kesiapan (set), yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan. c. Respos terbimbing (guide respons), yaitu tahap awal belajar keterampilan lebih kompleks, meliputi peniruan gerak yang dipertunjukkan kemudian mencoba-coba dengan menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak. d. Mekanisme (mechanism), yaitu gerakan penampilan yang melukiskan proses dimana gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir. e. Respons nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan gerakan secara mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktivitas motorik berkadar tinggi.
22
f. Penyesuaian (adaptation), yaitu ketrampilan yang telah dikembangkan secara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang khusus dalam suasana yang telah problematis. g. Penciptaan (origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.”25 4.4.
Mata Pelajaran Mata pelajaran adalah sejumlah materi ajar yang akan dipelajari pada
tingkat satuan pendidikan, dari tingkat pendidikan kanak-kanak sampai dengan tingkat pendidikan tinggi. Mata pelajaran sudah dicantumkan di dalam kurikulum setiap sekolah atau lembaga pendidikan masing-masing. ”Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mata pelajaran adalah pelajaran yang diajarkan (dipelajari) untuk sekolah dasar atau sekolah lanjutan.”26 Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga adalah mata pelajaran komunikasi bisnis yang dipelajari di kelas X program keahlian akuntansi. Program keahlian akuntansi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga, mempunyai tujuan yaitu: a. “Menerapkan dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi serta mampu menerapkan prinsip professional dalam bekerja dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan hidup. b. Menerapkan dan mengembangkan kemampuan tehnologi informasi untuk melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. c. Memiliki keterampilan dan seni mencatat, menggolongkan, mengklasifikasikan dan melaporkan transaksi keuangan perusahaan secara manual
25
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Refika Aditama, Bandung, 2010, hal. 21. 26 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit. hal. 887.
23
d. Memiliki keterampilan dan seni mencatat, menggolongkan, mengklasifikasikan dan melaporkan transaksi keuangan perusahaan menggunakan aplikasi komputer akuntansi e. Memiliki keterampilan menyusun program akuntansi sederhana dengan aplikasi komputer f. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengisi SPT dan menghitung pajak.”27 Penelitian tindakan akan dilakukan pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional, salah satu kompetensi dasar pada mata pelajaran komunikasi bisnis. Kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional membahas tentang dasar-dasar komunikasi dan penyusunan komunikasi bisnis serta melaksanakan komunikasi secara efektif. 4.5.
Hasil Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan yang penulis
lakukan di kelas X Akuntansi 1 Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Salatiga adalah penelitian dari Ratih Endarini Sudarmono lulusan Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Penelitian tindakan Ratih Endarini Sudarmono berjudul ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan Metode Group Investigations pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar Sedorejo Lor 02 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2009/2010”. Hasil penelitian Ratih Endarini Sudarmono menyatakan bahwa aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 02 Salatiga dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode Group Investigations.
27
Kurikulum SMK N 1 Salatiga, op. cit. hal. 10.
24
4.6.
Hipotesis Tindakan Sesuai dengan masalah dan perumusannya, penelitian tindakan diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Kegiatan pembelajaran difokuskan pada pengembangan kompetensi komunikasi dan minat yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang di dalam pembelajaran komunikasi bisnis dengan metode Investigasi Kelompok, maka kualitas dan minat belajar peserta didik di dalam pembelajaran komunikasi bisnis pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional dapat di tingkatkan. 2. Kegiatan pembelajaran difokuskan pada pengembangan kompetensi komunikasi dan minat yang meliputi perhatian, kegiatan, serta rasa senang di dalam pembelajaran komunikasi bisnis dengan metode Investigasi Kelompok, maka hasil belajar peserta didik di dalam pembelajaran komunikasi bisnis pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis secara profesional dapat di tingkatkan.
25