BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Belajar menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan, belajar bukan sekedar proses menghafal melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Teori yang melandasi pembelajaran kontekstual adalah teori konstruktivisme. ”Pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.”1 Ciri kontruktivisme dalam pembelajaran adalah menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang mempunyai makna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep, dan kaidah yang siap dipraktikan, melainkan manusia harus mengkonstruksikannya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui kehidupan nyata siswa. Oleh karena itu siswa perlu dibiasakan untuk dihadapkan pada suatu masalah sehingga diharapkan mampu memecahkan masalah tersebut, menemukan sesuatu
1
Rusman. 2010, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta, RajaGrafindo Persada , hal. 201
8
yang berguna bagi dirinya, dan mampu mengembangkan ide-ide atau sebuah gagasan yang ada pada dirinya. Teori belajar konstruktivisme lahir pertama kali dari gagasan Piaget dan Vigotsky. ”Menurut gagasan Piaget dan Vigotsky adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun didalam pikiran siswa.” 2 Belajar juga merupakan tindakan kreatif dimana konsep dan kesan dapat dibentuk dengan memikirkan suatu objek pada peristiwa tersebut. Dalam proses pembelajaran diharapkan adanya aktivitas dan kreativitas akan tetapi perlu juga suatu interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksudkan adalah adanya komunikasi yang aktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru, sehingga komunikasi tersebut dapat memungkinkan terjadinya aktivitas dan kreativitas. Pandangan konstruktivisme Piaget dan Vigotsky menekankan akan pentingnya suatu interaksi terkhususnya dengan teman sebaya, melalui pembentukan kelompok-kelompok belajar. Dengan adanya kelompok belajar memberikan kesempatan bagi siswa secara aktif untuk mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan siswa kepada teman akan membantunya untuk melihat ketidaksesuaian pandangan ataupun gagasan mereka sendiri.
2
Ibid. hal. 202
9
2.2 Aktivitas Aktivitas sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, tidak ada belajara kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi pembelajaran, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. ”Pernyataan Montessori memberikan petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri , sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.”3 Dengan demikian aktivitas murid sangat diperlukan sehingga muridlah yang seharusnya banyak aktif sebab murid sebagai subjek didik adalah merencanakan, dan murid sendiri yang melaksanakan belajar. ” Menurut Rousseau segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, baik secara rohani maupun teknis.”4 Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak akan mungkin terjadi. Pada kenyataannya sering kali guru yang mempunyai peran aktif di dalam pembelajaran sehingga murid tidak diberi kesempatan untuk aktif, sehingga anak didik menjadi bersifat pasif dan menerima begitu saja yang dijelaskan oleh guru. Aktivitas anak akan terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Mereka hanya bekerja karena atas
3
Sardiman, 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali, hal. 95.
4
Sardiman, loc. cit. hal. 95
10
perintah guru, menurut apa yang ditentukan oleh guru, begitu juga berfikir menurut yang digariskan oleh guru. Hal tersebut sudah tidak sesuai dengan hakikat pribadi siswa sebagai subjek belajar. Guru memiliki tugas yaitu menyediakan bahan pelajaran,tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing. ”Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif.”5 Guru hanya memberikan suatu acuan atau alat. Ini menunjukkan bahwa yang harus aktif dan mendominasi aktivitas adalah siswa, karena hakikat anak didik sebagai manusia yang penuh dengan potensi yang bisa berkembang secara optimal apabila metode pengajaran mendukungnya. ”Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar ke dua aktivitas itu harus selalu berkait.”6 Sekolah merupakan salah satu arena untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa. Banyak jenis aktivitas yang dapat dikembangkan oleh siswa di sekolah, aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat. Macam-macam aktivitas belajar mencakup aktiitas mental maupun aktivitas jasmaniah. ”Aktivitas belajar murid dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain: a) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demonstrasi. b) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sanjak, tanya jawab, diskusi, menyanyi. 5
Sardiman, 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawali, hal. 98
6
Sardiman, loc. cit. hal. 98
11
c) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan. d) Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis. e) Aktivitas menulis (writting activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.”7 Menurut klasifikasi aktivitas seperti yang diuraikan diatas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah itu cukup memiliki variasi yang berbeda-beda. Kalau berbagai macam aktivitas tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah tersebut akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari refleksi tersebut diatas kemudian diadakan evaluasi untuk mengukur pengetahuan siswa apakah model pembelajaran inkuiri berbasis Kontekstual (CTL) ini efektif diterapkan dalam mata pelajaran IPS kompetensi dasar mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada di masyarakat stempat dalam kaitannya dengan budaya nasional. Untuk mencapai KKM mata pelajaran normatif, yaitu IPS maka diberikan skor penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam penerapan model pembelajaran ini. a. Tingkat kemampuan rata-rata peserta didik Rata-rata nilai 80-100, diberi skor 30 Rata-rata nilai 60-79, diberi skor 20 Rata-rata nilai < 60, diberi skor 10 *Sumber: Teknis Penyusunan KTSP dan Silabus SMK
7
Usman User, 1990, Menjadi Guru Profesional, Bandung, Remaja Rosdakarya, hal. 17
12
2.3 Pembelajaran Inkuiri Berbasis Contextual Teaching and Learning Inkuiri merupakan kegiatan inti dari Contextual Teaching and Learning (CTL). Kegiatan ini diawali dengan pengamatan-pengamatan terhadap fenomena kejadian sehari-hari dan dilanjutkan dengan kegiatan untuk menghasilkan temuan sendiri yang diperoleh siswa. Kegiatan yang didasari oleh hasil pengamatan kemudian dilanjutkan dengan temuan sendiri oleh siswa akan lebih bermakna dibanding dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, pengetahuan yang demikian akan sulit diingat melainkan akan mudah dilupakan dan tidak fungsional. Pembelajaran inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. ”Atas pengertian tersebut, prinsip-prinsip yang harus di pakai ketika menerapkan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut. - Pengetahuan dan ketrampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri. - Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa. - Siklus inkuiri adalah observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan, (Hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion). - Langkah-langkah kegiatan inkuiri: (1) merumuskan masalah, (2) melakukan oservasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan
13
karya lain, (4) mengomunikasikan atau menyajikan hasilnya pada pihak lain.”8
CTL merupakan pilihan model pembelajaran yang tepat karena didasarkan pada: 1) CTL memadukan gagasan dan tindakan, mengetahui
dan melakukan,
berpikir dan bertindak. 2) Siswa adalah unik karena itu harus diperhatikan secara individual. 3) Siswa harus mempelajari keterampilan dasar seperti membaca, menulis, berhitung, berbicara, mendengar, mempertimbangkan, berpikir kreatif, mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan penanaman sifat pribadi, kemampuan bersosialisasi. 4) Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar melalui ’mengalami’ bukan ’menghafal’. 5) Pengetahuan dibentuk oleh manusia. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau peraturan yang menunggu untuk ditemukan. 6) Pengetahuan merupakan konstruksi dari manusia dan manusia secara bertahap melakukan percobaan-percobaan baru sehingga pengetahuan tidak pernah stabil. 2.4 Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya dan bukan hanya sekedar mengetahui. Pelajaran yang berorientasi terhadap target 8
Muslich, M. 2008, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta, Bumi Aksara, hal. 45
14
penguasaan materi dimana proses kegiatan belajar mengajar dianggap selesai ketika target pembahasan sudah dijelaskan kepada peserta didik dianggap gagal dalam memberi bekal dalam kehidupan jangka panjang, meskipun dalam kompetisi jangka pendek anak didik dapat mengerti dan berhasil. ”Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sebagai anggota keluarga dan masyarakat.”9 Dalam proses pembelajaran kontekstual, peserta didik akan belajar apa yang berguna bagi kehidupannya. Belajar untuk mengetahui sebuah pengetahuan tidak begitu penting, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana pengetahuan tersebut memberi daya guna bagi kehidupan peserta didik kedepannya. Dengan demikian siswa dapat termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, karena pelajaran tersebut dianggap penting dan butuh untuk dipelajari. Contextual Teaching and Learning memiliki karakteristik yang berbeda dengan model pembelajaran lainnya. ”Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu: 1. Contructivism (Konstruktivisme) Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
9
Baharudin dan Moh Makin, 2009, Pendidikan Humanistik, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media ,
hal. 210
15
2. Questioning (Bertanya) Kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari. 3. Inquiry (Menyelidiki, Menemukan) Kegiatan belajar yang bisa mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil ”menemukan” sesuatu. 4. Learning Community (Masyarakat Belajar) Kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman lain. 5. Modelling (Permodelan) Kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya. 6. Reflection (Refleksi atau Umpan Balik) Kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa. 7. Authentic Assesment (Penilaian yang sebenarnya) Kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.”10 Dalam proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru selama kegiatan belajar berlangsung terhadap peserta didik harus dirancang tahap demi tahap sesuai dengan ketujuh komponen CTL dengan benar. Dengan demikian guru
10
Muslich, M. 2008, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta, Bumi Aksara, hal. 43
16
harus memiliki persiapan terlebih dahulu dengan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam membimbing kegiatan belajar mengajar. 2.5 Skenario Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Skenario pembelajaran merupakan pedoman umum sekaligus sebagai alat kontrol. Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan CTL guru terlebih dahulu menyusun desain (skenario) pembelajaran. ”Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimilikinya. 2.
Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3.
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4.
Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya.
5.
Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
6.
Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7.
Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnyapada setiap siswa.”11
11
Rusman. 2010, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta, RajaGrafindo Persada , hal. 199
17
2.6 Tahap-tahap
Dalam
Pembelajaran
Kontekstual
(Contextual
Teaching and Learning) Pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri berbasis CTL memiliki lima tahapan, yaitu: Tahapan
Kegiatan Guru
Tahap 1
Guru
Orientasi
Siswa
menjelaskan
terhadap pembelajaran,
masalah
perlengkapan
tujuan menjelaskan
yang
dibutuhkan,
memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Tahap 2
Guru
membantu
siswa
Mengorganisasi siswa untuk mendefinisikan belajar
untuk dan
mengorganisasikan
tugas
belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut. Tahap 3 Membimbing
Guru
mendorong
penyelidikan mengumpulkan
individual dan kelompok
siswa
untuk
informasi
yang
sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalah.
Tahap 4
Guru membantu siswa merencanakan
18
Pengembangan dan penyajian dan menyiapkan karya yang sesuai hasil karya
seperti laporan, video, dan model serta membantu
mereka
berbagi
tugas dengan temannya. Tahap 5
Guru membantu siswa melakukan
Menganalisis mengevaluasi pemecahan masalah
dan refleksi
atau
evaluasi
terhadap
proses penyelidikan siswa dan proses-proses yang siswa gunakan.
Pembelajaran CTL lebih menekankan pada skenario pembelajaran yang merupakan kegiatan tahap demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. ” Program pembelajaran kontekstual hendaknya: 1. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar. 2. Rumuskan dengan pembelajarannya.
jelas
tujuan
umum
3. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan. 4. Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam melakukan proses pembelajarannya. 5. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat berlangsungnya
19
(proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.”12 2.7 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu dari kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di SMK dimaksudkan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masyarakat, membentuk kecakapan, kompetensi, dan kemandirian kerja. Adapun manfaat dalam mempelajari mata pelajarn IPS adalah: 1. Membangun pemikiran siswa untuk sadar terhadap nilai-nilai kemanusiaan. 2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk dapat berpikir, inkuiri, pemecahan masalah, dan keterampilan sosial. 3. Meningkatkan kemampuan berkompetisi dalam bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk. 4. Mengembangkan
pengetahuan
geografi, dan sejarah.
12
Ibid. hal. 200
20
dasar
sosiologi,
ekonomi,
2.8 Mendeskripsikan
Potensi
Keberagaman
Budaya
Yang
Ada
Di
Masyarakat Setempat Dalam Kaitannya Dengan Budaya Nasional A. Pengertian Budaya Lokal dan Budaya Nasional Budaya Lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budidaya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. Budaya Nasional adalah budaya yang terbentuk dari keseluruhan budaya lokal yang berkembang dalam kehidupan masyarakat indonesia serta hasil serapan dari anasir-anasir budaya asing atau budaya global B. Perwujudan Budaya Nasional Perwujudan abstrak budaya nasional, yaitu sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia. Adapun wujud konkretnya, antara lain: 1. Cara Berbahasa 2. Cara berperilaku 3. Cara Berpakaian 4. Peralatan Hidup C. Manfaat Keberagaman Budaya Keberagaman budaya masyarakat Indonesia juga memberi keuntungan, yang sekaligus dapat mendukung terhindarnya konflik diantara suku-suku bangsa. Itulah yang merupakan kebudayaan nasional dalam fungsinya untuk memperkuat solidaritas dan nasionalisme.
21
D. Contoh-contoh Budaya Lokal di Indonesia 1. Kebudayaan Suku Bangsa Batak a. Sistem Kepercayaan/Religi Di daerah Batak terdapat beberapa agama, seperti agama islam, agama katolik, dan agama Kristen Protestan. Meskipun demikian, konsepkonsep kepercayaan atau religi purba masih hidup, terutama di pedesaan. b. Sistem Kekerabatan Perkawinan pada masyarakat Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki (peranak dalam bahasa Toba, si pempokan dalam bahasa Karo) dengan kaum kerabat si perempuan (parboru dalam bahasa Toba, sinereh dalam bahasa Karo). c. Sistem Politik Sistem politik yang dimaksud adalah sistem pemerintahan dan kepemimpinan. Pada masyarakat Batak sistem kepemimpinan terbagi atas 3 (tiga) bidang sebagai berikut. Kepemimpinan di Bidang Adat Kepemimpinan di bidang adat, meliputi perkawinan dan perceraian, kematian, warisan, penyelesaian perselisihan, serta kelahiran. Kepemimpinan di Bidang Agama
22
Dalam masyarakat Batak, kepemimpinan dalam bidang agama berhubungan dengan perdukunan dan roh nenek moyang serta kekuatan-kekuatan gaib. Pemimpin keagamaan dipegang oleh guru sibaso. Kepemimpinan di Bidang Pemerintahan Dalam bidang pemerintahan, kepemimpinan dipegang oleh salah satu keturunan dari merga taneh. Adapun tugas dari pemimpin pemerintahan, yaitu menjalankan pemerintahan seharihari. d. Sistem Ekonomi Sistem ekonomi atau sistem mata pencaharian yang dilakukan masyarakat Batak adalah bercocok tanam di sawah, ada juga yang di ladang, seperti suku bangsa Karo, Simalunggun, dan Pakpak. e. Seni Musik Seni musik suku bansa Batak adalah ogung sabangunan. Peralatan yang digunakan adalah empat gendang dan lima taganing (sejenis gamelan Batak). Nama-nama gendang ogung, yaitu oloan, ihutan, doal, dan jeret. Macam-macam tari tor-tor yang diiringi ogung sabangunan sebagai berikut. 1. Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan dengan menyembah berputar ke arah mata angin.
23
2. Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, dilakukan dengan tangan menari artinya petuah, nasihat, dan amanat orang tua. 3. Tor-tor/gondang
liat-liat,
dilakukan
dengan
menari
berkeliling artinya keluarga mendapat kebahagiaan. 4. Tor-tor/gondang
hasahatan,
dilakukan dengan menari
ditempat artinya petuah/rahmat Tuhan Yang Maha Esa. f. Seni Kerajinan Kerajinan suku Batak yang terkenal adalah kain ulos. Macammacam ulos dan fungsinya dalam suatu acara sebagai berikut. 1.) ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan ayah kepada putra dan menantu saat pernikahan. 2.) Ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan. 3.) Ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang tua kepada putranya saat hamil tua. 4.) Ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada janda atau duda.
24
2. Kebudayaan Suku Bangsa Minangkabau a. Sistem Kepercayaan/Religi Sebagian besar
masyarakat
Minangkabau beragama Islam.
Upacara-upacara adat Minangkabau, sebagai berikut. 1.) Upacara Tabuik adalah upacara peringatan kematian Hasan dan Husain di padang Karbala. 2.) Upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran hidup manusia, seperti: a) upacara Turu Tanah/Turun Mandi adalah upacara bayi menyentuh tanah pertama kali, dan b) upacara Kekah adalah upacara memotong rambut bayi pertama kali. 3.) Upacara selamatan orang meninggal pada hari ke-7, ke-40, ke100, dan ke-1000. b. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan dalam masyarakat Minangkabau adalah matrilineal
(garis
keturunan
ibu)
sehingga
sistem
kekerabatan
memperhitungkan dua generasi di atas ego laki-laki dan satu generasi di bawahnya.
25
c. Sistem Politik Kepala suku Minangkabau disebut penghulu, dubalang, dan manti. Dubalang bertugas menjaga keamanan kampung, sedangkan manti berhubungan dengan tugas-tugas keamanan. Kesatuan dari beberapa kampung disebut nagari. Sistem pemerintahannya dibagi menjadi 2, sebagai berikut. 1.) Laras
Bodi-Caniago
berhubungan
dengan
tokoh
Datuek
dengan
tokoh
Datuek
Parapatiek nan Sabatang. 2.) Laras
Koto-Piliang
berhubungan
Katumenggungan. d. Sistem Ekonomi Mata pencaharian masyarakat Minangkabau sebagian besar sebagai petani. Masyarakat Minangkabau juga banyak yang menjadi perajin. Kerajinan yang dihasilkan adalah kain songket. e. Sistem Kesenian 1.) Seni Bangunan Rumah adat Minangkanau disebut rumah gadang. 2.) Seni Tari Tari-tarian yang ada adalah tari silat kucing dan tari silat tupai malompek yang masih dijumpai di daerah-daerah Payakumbuh. Lagu yang digunakan dalam tari itu adalah Cak Din-Din, Pado-Pado,
26
Siamang Tagagau, Si Calik Mamenjek, Capo, dan Anak Harimau dalam Gauang. Selain itu juga terdapat tari piring, tari lilin, tari patung, dan tari serampang dua belas. 3.) Seni Musik Alat-alat musik tradisional dari suku bangsa Minangkabau adalah saluang dan talempong. Saluang biasa dikenal dengan seruling, sedangkan talempong mirip dengan gamelan yang dibunyikan dengan pemukul. 4.) Seni Sastra Seni sastra yang berkembang pada suku Minangkabau dan pada umumnya adalah seni sastra pantun yang berupa nasihat. 3. Kebudayaan Jawa a. Sistem Kepercayaan/Religi Agama mayoritas dalam suku bangsa Jawa adalah Islam. Selain itu juga terdapat penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Selamatan adalah upacara makan bersama yang telah diberi doa sebelumnya. Ada 4 selamatan di Jawa sebagai berikut. 1. selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi hamil 7 bulan, potong rambut pertama, kematian, dan kelahiran. 2. Selamatan bersih desa, upacara sebelum dan sesudah panen.
27
3. Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari/bulan-bulan besar Islam. 4. Selamatan yang berhubungan dengan peristiwa khusus, perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati rumah baru. b. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan suku bangsa Jawa adalah bilateral (garis keturunan ayah dan ibu). Dalam sistem kekerabatan masyarakat Jawa, digunakan istilah-istilah sebagai berikut. 1.) Ego menyebut orang tua laki-laki adalah bapak/rama. 2.) Ego menyebut orang tua perempuan adalaj simbok/biyung. 3.) Ego menyebut kakak laki-laki adalah kang mas, kakang mas. 4.) Ego menyebut kakak perempuan adalah mbakyu. 5.) Ego menyebut adik laki-laki adalah adhi, dhimas, dik, atau le. 6.) Ego menyebut adik perempuan adalah ndhuk, denok, atau di. c. Sistem Politik Desa di Jawa disebut kelurahan yang dikepalai oleh lurah. Pembantu-pembantu lurah dibagi menjadi sebagai berikut. 1.) Carik: pembantu umum/sekretaris desa. 2.) Sosial: memelihara kesejahteraan penduduk.
28
3.) Kaum: mengurusi soal nikah, rujuk, talak, dan kematian. d. Sistem Ekonomi Bertani merupakan mata pencaharian utama. Bertani dilakukan di ladang dan sawah. e. Sistem Kesenian 1.) Seni Bangunan Rumah adat di Jawa Timur disebut rumah Situbondo, sedangkan rumah adat di Jawa Tengah disebut istana Mangkunegaraan. Istana Mangkunegaraan merupakan rumah adat asli Jawa. 2.) Seni Tari Tari-tarian di Jawa beraneka ragam, sebagai berikut. 1.) Tari tayuban adalah tari untuk meramaikan suasana acara 2.) Tari reog dari Ponorogo. Penari utamanya menggunakan topeng. 3.) Tari serimpi adalah tari yang bersifat sakral dengan irama lembut. 4.) Tari gambyong 5.) Tari bedoyo
29
3.) Seni Musik Gamelan merupakan seni musik Jawa yang terkenal. Gamelan terdiri atas gambang, bonang, gender, saron, rebab, seruling, kenong, dan kempul.
4. Kebudayaan Suku Bangsa Sunda a. Sistem Kepercayaan/Religi Pada saat ini sebagian besar masyarakat Sunda menganut agama Islam. Selain itu juga terdapat penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. b. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan masyarakat Sunda adalah bilateral (garis keturunan ayah ataupun ibu). Di Sunda mengenal tujuh generasi ke atas dan ke bawah sebagai berikut. 1) Tujuh generasi ke atas, yaitu kolot, embah, buyut, bao, jangga wareng, udeg-udeg, dan gantung siwur. 2) Tujuh generasi ke bawah, yaitu anak, incu, buyut, bao, jangga wareng, udeg-udeg, dan gantung siwur. c. Sistem Politik Istilah kepala desa di beberapa tempat di Sunda berbedabeda, misalnya di desa Bojongloa terkenal dengan kuwu, yang
30
bertugas mengurus kepentingan warga desa. Kuwu dipilih oleh rakyat. Dalam menjalankan tugas Kuwu dibantu oleh: 1) Seorang juru tulis 2) Tiga orang kokolot 3) Seorang kulisi 4) Seorang kulu-kulu 5) Seorang amil 6) Tiga pembina desa yang terdiri atas satu orang kepolisian dan dua orang dari angkatan darat. d. Sistem Ekonomi Mata pencaharian saat ini beraneka ragam, antara lain sektor perkebunan, perdagangan, dan pertanian e. Sistem Kesenian 1. Seni bangunan Rumah adat di Sunda bermodel Keraton Kasepuhan Cirebon yang memiliki 4 ruang sebagai berikut. Pendopo: tempat untuk penjaga keselamatan sultan. Pringgondani: tempat sultan memberi perintah kepada adipati.
31
Prabayasa: tempat sultan menerima tamu. Panembahan: ruang kerja dan tempat istirahat sultan. 2. Seni Tari Tari yang populer di Sunda adalah tari jaipong, yaitu paduan tari ketuk tilu dan tari gendong pencok. 3. Seni Musik Alat musik tradisional Sunda adalah angklung, calung, kecapi, dan degung. 4. Seni Sastra Sunda kaya akan seni sastra, misalnya Prabu Siliwangi yang diungkapkan dalam bentuk pantun, Si Kabayan dan Sangkuriang yang diungkapkan dalam bentuk prosa. 5. Seni Pertunjukan Pertunjukan yang paling terkenal di Sunda adalah wayang golek. 5. Kebudayaan Suku Bangsa Bali a. Sistem Kepercayaan/Religi Masyarakat Bali sebagian besar menganut agama Hindu-Bali. Mereka percaya adanya satu Tuhan dengan konsep Trimurti yang terdiri atas 3 wujud, sebagai berikut.
32
Brahmana : menciptakan
Wisnu : memelihara
Siwa : merusak.
Selain itu, hal-hal yang mereka anggap penting sebaai berikut. 1) Atman : roh yang abadi 2) Karmapala : buah dari setiap perbuatan 3) Purnabawa : kelahiran kembali jiwa Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Pura memiliki sifat berbeda, sebagai berikut. 1) Pura Besakih : sifatnya umum untuk semua golongan 2) Pura Desa : khusus untuk kelompok sosial setempat 3) Sanggah : khusus untuk leluhur b. Sistem Kekerabatan Perkawinan dianggap pantang adalah perkawinan saudara permpuan suami dengan saudara laki-laki istri. Hal itu akan mengakibatkan bencana (panes). c. Sistem Politik Desa-desa di Bali dibuat berdasarkan kesadaran kesatuan tempat. Desa-desa di daerah pegunungan mempunyai pola
33
perkampungan memusat (banjar) yang dikepalai oleh khan boncor (khong). d. Sistem Ekonomi Sebagian besar masyarakat Bali memiliki mata pencaharian sebagai petani. e. Sistem Kesenian 1.) Seni Bangunan Seni bangunan nampak pada bangunan candi yang banyak terdapat di Bali, seperti Gapura, Candi Bentar. 2.) Seni Tari Seni tari dibagi menjadi 2 sebagai berikut. Tari tradisional Bali antara lain tari sanghyang, tari barong, tari kecak, dan tari gambuh. Tari modern abtara lain tari tenun, tari nelayan, tari legong, dan tari janger. 6. Kebudayaan Suku Bangsa Asmat a. Sistem Kepercayaan/Religi Suku bangsa Asmat percaya bahwa nenek moyang mereka berasal dari patung. Dalam mitologi masyarakat Asmat, Dewa Fumeripits (sang pencipta) terdampar di pantai, namun nyawanya
34
diselamatkan oleh sekelompok burung. Suku bangsa Asmat juga mengenal adanya roh nenek moyang disekitar lingkungannya. Adapun roh-roh tersebut, sebagai berikut. Yi-Ow : roh nenek moyang uang baik maka disimbolkan dengan upacara-upacara adat. Osbopon : roh jahat yang membawa penyakit. Upacara-upacara besar yang dilakukan oleh suku bangsa Asmat sebagai berikut Mbismbu : upacara pembuatan mbis (patung nenek moyang yang diukir) Yentpokmbu : upacara pembuatan rumah Mbipokkumbu : upacara topeng b. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan masyarakat Asmat bersifat monogami, yaitu pernikahan satu pasang suami dengan istri. c. Sistem Politik Pemimpin Asmat memiliki derajat yang sama dengan wargawarga lain tetapi harus lebih pandai dan ahli dalam bidang tertentu. Biasanya seseorang yang menang perang akan diminta menjadi pemimpin.
35
d. Sistem Ekonomi Mata pencaharian masyarakat Asmat antara lain meramu sagu dan berburu binatang (babi hutan). e. Sistem Kesenian Kesenian suku Asmat yang terkenal adlah ukir-ukiran yang terbuat dari kayu seperti tulang, topeng, tifa, dan tombak. Selain itu juga alat-alat rumah tangga seperti kapak dari batu. 7. Kebudayaan Suku Bangsa Dayak a. Sistem Kepercayaan/Religi Masyarakat Dayak terbagi menjadi beberapa suku, yaitu Ngaju, Ot, Danum, dan Ma’anyan di Kalimantan Tengah. Kepercayaan yang dianut meliputi agama Islam, Kristen, Katolik, dan Kaharingan (pribumi). Masyarakat Dayak percaya pada roh-roh berikut. Sangiang nayu-nayu (roh baik) Taloh, kambe (roh jahat) Dalam syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir emas. Upacara adat dalam masyarakat Dayak, meliputi:
36
Upacara
pembakaran
mayat
(tiwah)
dan
abu
sisa
pembakaran diletakkan di sebuah bangunan yang disebut tambak.. Upacara menyambut kelahiran anak, dan Upacara penguburan mayat. b. Sistem Kekerabatan Sistem
kekerabatan
masyarakat
Dayak
berdasarkan
ambilineal, yaitu menghitung hubungan masyarakat melalui laki-laki dan sebagian peremuan. c. Sistem Politik Pemerintahan desa secara formal berada ditangan pembekal dan penghulu. Pembekal bertindak sebagai pemimpin administrasi. Penhulu sebagai kepala adat dalam desa. d. Sistem Ekonomi Bercocok tanam di ladang adalah mata pencaharian masyarakat Dayak. Masyarakat Dayak terkenal dengan seni menganyam kulit, rotan, tikar, topi, yang dijual ke kuala Kapuas, Banjarmasin, dan Sampit. e. Sistem Kesenian
37
Seni tari Dayak adalah tari tambu dan tari bungai yang bertema kepahlawanan, serta tari balean dadas, bertema permohonan kesembuhan dari sakit. Rumah adat Dayak adalah rumah betang yang dihuni lebih dari 20 kepala keluarga. Rumah betang terdiri atas lima kamar, yaitu kamar untuk menyimpan alat perang, kamar gadis, kamar upacara adat, kamar agama, dan kamar tamu. 2.9 Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode pembelajaran inkuiri berbasis CTL dapat meningkatkan aktivitas kelompok dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS Kompetensi Dasar mengidentifikasi berbagai alternatif penyelesaian masalah akibat adanya keberagaman budaya semester II tahun pelajaran 2011/2012 SMK Pelita Salatiga.
38