BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan suatu proses perubahan siswa yang terjadi karena
adanya interaksi antara sesama siswa atau dengan lingkungan. Siswa dikatakan telah belajar apabila dalam interaksi tersebut mengalami perubahan tingkah laku baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Salah satu pendekatan dalam belajar adalah pendekatan konstruktivisme. “Konstruktivisme memahami hakekat belajar sebagai kegiatan peserta didik membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya”.2 Pengalaman siswa harus dikonstruksikan dengan pengetahuan yang telah diperoleh. Siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam kegiatan tersebut. Pendekatan konstruktivisme dikemukakan oleh Jean Peaget. “Dalam teorinya, Peaget mengemukakan bahwa secara umum semua anak berkembang melalui urutan yang sama, meskipun jenis dan tingkat pengalaman mereka berbeda satu sama lainnya”. 3 Inti dari pendapat Peaget adalah pengalaman merupakan salah satu proses pengorganisasian informasi dan proses adaptasi yang terjadi pada saat manusia belajar. 2
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, hal. 115. 3
Aunurrahman, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, hal.58.
8
“Proses pengorganisasian adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur-struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak”.4 Melalui proses ini manusia dapat memahami informasi yang didapat dengan menyesuaikan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Proses adaptasi meliputi dua kegiatan. “Pertama menggabungkan atau mengintegralisasi pengetahuan yang diterima oleh manusia atau yang disebut dengan asimilasi. Kedua mengubah struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga akan terjadi keseimbangan (equilibrium)”.5
2.2.
Pembelajaran Model Tutor Sebaya Menurut etimologi tutor adalah guru pribadi, mengajar ekstra atau
memberi les/pengajaran. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Tutor merupakan sebutan bagi orang yang mengajar dalam pendidikan non-formal, walaupun yang menjadi tutor adalah seorang guru dalam pendidikan formal. Tutor mengadakan evaluasi pada tiap-tap bagian modul yang memang telah diajarkan guna mengetahui apakah tujuan pengajaran telah dicapai atau belum. Apabila belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka seorang tutor 4
Ibid, hal. 118.
5
Ibid, hal. 118.
9
harus mengulang materi sehingga sang murid dapat menguasai materi secara keseluruhan atau tidak pindah dari modul satu ke modul yang lain karena tujuan belum tercapai. Seorang guru di sini sebagai pengawas, mengawasi jalannya Pengajaran Terprogram, mereka membantu mengatur kelompok, menyesuaikan jadwal, membantu mengatasi kesulitan, menyempurnakan kompetensi yang belum dicapai secara sempurna dan mengelola keseluruhan administrasi pendidikan. Menurut Dedi Supriyadi mengemukakan, bahwa “tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar”.6 Tutor sebaya adalah seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep. Model tutor sebaya yang dimaksud yaitu bagaimana mengoptimalkan kemampuan siswa yang berprestasi dalam satu kelas untuk mengajarkan atau menularkan kepada teman sebaya mereka yang kurang berprestasi, sehingga siswa yang kurang berprestasi bisa mengatasi ketertinggalan. Pembimbingan dalam pelajaran yang diberikan oleh seorang siswa kepada siswa lain, sedangkan mereka (antara pembimbing dan yang dibimbing) 6
Suherman, E., Turmudi, Didi Suryadi, Tatang Herman, Suhendar, Sufyani Prabawanto, Nurjanah, Ade Rohayati. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kotemporer. Bandung. JICA. hal. 276
10
adalah teman sekelas atau teman sebangku yang usianya relatif sama, dan siswa yang kurang paham bisa bertanya langsung kepada teman sebangkunya (tutor yang di tunjuk) sehingga kondisi kelas pun bisa hidup karena siswa tidak malu bertanya ketika mereka tidak paham. Penerapan metode Tutor Sebaya pada kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara efektif serta efisien, apabila seorang guru memperhatikan serta melakukan melaksanakan beberapa langkah penyelenggaraan Tutor Sebaya. Langkah-langkah tersebut adalah : 2.2.1. Menentukan yang akan menjadi tutor Seoarang tutor yang dipilih harus memiliki kriteria antara lain: 1) Memiliki kepandaian lebih unggul daripada siswa lain 2) Memiliki kecakapan dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru 3) Mempunyai kesadaran untuk membentu teman lain 4) Mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa 5) Memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok tutornya sebagai yang terbaik 6) Dapat diterima dan disenangi siswa yang mendapat program Tutor Sebaya, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya dan rajin 7) Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesame kawan 8) Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya. 7 7
Satriyaningsih, Sripsi FKIP UMS, 2009, hal 22-23
11
Banyaknya petugas Tutor Sebaya disesuaikan dengan banyaknya siswa dalam kelas tersebut dan banyaknya siswa dalam tiap-tiap kelompok yang akan direncanakan. 2.2.2. Menyiapkan tutor Menurut Suparno ada beberapa cara yang perlu diperhatikan dalam meyiapkan seorang tutor agar tutor dapat bekerja dengan optimal. Antara lain : 1) Guru memberikan petunjuk pada tutor bagaimana mendekati temannya dalam hal memahami materi 2) Guru menyampaikan pesan kepada tutor-tutor agar tidak selalu membimbing teman yang sama 3) Guru membantu agar semua siswa dapat menjadi tutor sehingga mereka merasa dapat membantu teman belajar 4) Tutor sebaiknya bekerja dalam kelompok kecil. Campuran siswa berbagai kemampuan (heterogen) akan lebih baik 5) Guru memonitoring terus kapan tutor maupun siswa lain membutuhkan pertolongan 6) Guru memonitoring tutor Sebaya dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka berdiskusi di kelas maupun praktikan 7) Tutor tidak mengetes temannya untuk grade, biarkan hal ini dilakukan guru.8
8
P. Suparno, Metodelogi Pembelajaran Fisika; Kontruktivisme dan menyenangkan (Yogyakarta: Universitas Santa Dharma, 2007), hal 140
12
Menurut Hisyam Zaini (2001:1) langkah-langkah pelaksanaan metode tutor sebaya adalah sebagai berikut: 1) Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-sub materi yang akan disampaikan guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. 2) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya. 3) Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas termasuk alat yang digunakan. 4) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. 5) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara barurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman siswa yang perlu diluruskan. 9 Dari uraian tersebut di atas selanjutnya dapat dikembangkan dalam bentuk soal yang lain untuk dijadikan bahan pembelajaran dalamkelompok-kelompok kecil. Dengan demikian oleh model pembelajaran ini dalam diri siswa akan tertanam kebiasaan saling membantu antar teman sebaya
9
Menurut Hisyam Zaini, Pembelajaran Dengan Metode Tutor Sebaya.2001 (http://kusdiyono.wordpress.com)
13
Metode tutor sebaya memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Arikunto (1995), ada beberapa Kelebihan dan kekurangan metode Tutor Sebaya. Kelebihan tersebut yaitu : 1) Ada beberapa siswa yang memiliki perasaan takut atau enggan kepada guru, metode ini akan menampakkan hasil yang lebih baik 2) Bagi tutor sendiri, pekerjaan tutoring akan dapat memperkuat konsep yang sedang dibahas. 3) Membatu para tutor untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas dan melatih kesabaran. 4) Mempererat hubungan antar siswa sehingga mempertebal perasaan sosial. Sedangkan Kekurangan dari penerapan metode Tutor Sebaya adalah: 1) Siswa yang dibantu seringkali belajar kurang serius karena hanya berhadapan dengan temannya sendiri sehingga hasilnya kurang memuaskan. 2) Ada sebagian siswa yang justru merasa malu atau enggan untuk bertanya karena takut kelemahannya diketahui oleh temannya. 3) Pada kelas-kelas tertentu, pekerjaan tutoring sukar dilaksanakan karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang ditutori 4) Guru akan mengalami kesusahan dalam menentukan yang menjadi tutor sebaya karena tidak semua siswa yang pandai dapat mengajarkannya kembali kepada teman-temannya. 10 10
Sawali, Diskusi Kelompok Terbimbing Metode Tutor Sebaya (http://sawali.info)
14
2.3.
Karakteristik Pembelajaran Pengoperasian Alat Hitug Dalam kurikulum SMK memiliki tiga kelompok mata pelajaran jurusan
yaitu normatif, adaptif, dan produktif. “Kelompok mata pelajaran normatif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, baik sebagai Warga Negara Indonesia maupun sebagai warga dunia. Kelompok mata pelajaran adaptif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Kelompok mata pelajaran produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).”11 Salah satu kelompok mata pelajaran produktif di Kompetensi Keahlian Pemasaran adalah mata pelajaran Kompetensi Kejuruan. Mata pelajaran kompetensi kejuruan terdiri dari beberapa standar kompetensi, salah satunya adalah mempersiapkan dan mengoperasikan peralatan transaksi di lokasi penjualan pada pokok bahasan pengoperasian alat hitung. Pokok bahasan pengoperasian alat hitung berisi uraian tentang fungsi tombol alat hitung, cara kerja alat hitung, dan cara merawat alat hitung sehingga dalam pokok bahasan pengoperasian alat hitung ini peserta didik dituntut praktek mengoperasikan alat hitung. Dalam pembelajaran pengoperasian alat hitung
11
http://sekolah-globe.sch.id/program/smk/kurikulum- (diunduh pada tangga l 5 juni 2012, 14.37).
15
digunakan metode tutor sebaya karena dengan metode tutor sebaya dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dan menambah rasa sosial peserta didik. 2.4.
Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan metode tutor
sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pengoperasian lat Hitung kelas X pemasaran-1 semester II SMK Negeri 1 Salatiga.
2.5.
Kerangka Pikir
Kondisi pra siklus
Tindakan SIKLUS I
Tindakan SIKLUS II
Metode ceramah
Hasil belajar < KKM (65.69 < 76.7)
Metode tutor sebaya
Hasil belajar ≥ KKM
Perbaikan Metode Tutor Sebaya
Tindakan ≥ Indikator
Hasil belajar > KKM Tindakan > Indikator
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Metode Tutor Sebaya
16