BAB II KAJIAN TEORI
2.1.
Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman. “Teori belajar konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.”14 Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan pada peserta didik. Peserta didik harus dapat membangun sendiri pengetahuan yang ada dipikirannya. “Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh peserta didik.”15Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar menjadi sadar dan secara sadar menggunakan stategi mereka sendiri untuk belajar.
14
Trianto, op. cit., hal.13. Piaget dalam Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (jakarta : Grasindo, 2003), hal, 5. 15
12
13
Teori ini berkembang dari kerja Piaget dan Vygotsky. Menurut Piaget dan Vygotsky lebih menekankan pada aspek interaksi sosial dari pembelajaran dalam bentuk kelompok yang anggotanya beragam, sehingga terjadi perubahan. Piaget menekankan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dan pengetahuan yang ada dalam benak peserta didik. “ Perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman relitas melalui pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.”16 Proses pembelajaran konstruktivis Piaget menekankan bahwa peserta didik membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan peserta didik melalui bahasa.Proses pembelajaran konstruktivis Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. “Perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elemen memori, atensi, persepsi dan stimulus respon, dan faktor sosial .”17 Konstruktivisme Vigotsky menekankan pada kerjasama antar individu dan melakukan konstruksi pengetahuan dari lingkungan sosial. Pandangan konstruktivisme Piaget dan Vygotsky menekankan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis dalam pembentukan kelompok belajar. Kelompok belajar membuat peserta didik aktif dan berani mengungkapkan pemikirannya pada teman sebayanya.
16 17
Trianto, op.cit., hal.14. Ibid, hal.26.
14
2.2.
Pembelajaran Kooperatif “Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah
kooperatif.”18 Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep yang peserta didik temukan sendiri dengan saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekarja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik.” 19 Pembelajaran
kooperatif
merupakan
sistem
pembelajaran
yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan teman lain dalam tugas yang telah terstuktur. Kelas kooperatif peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 peserta didik yang sederajad tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain kerjasama. Pembentukan kelompok bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar di kelas. Pembelajaran kooperatif ini dapat tercapai apabila kelompok dalam tim menguasai dan memahami materi yang telah diajarkan. Pembelajaran
koopertif
merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik memiliki rasa bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Kerjasama dalam tim juga sangat diperlukan dalam
18 19
Ibid, hal. 41. Isjoni, op, cit., hal.23.
15
pembelajaran kooperatif ini seperti pendengar aktif, memberikan penjelasan pada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, peserta didik diberi lember kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Pembelajaran ini akan menciptakan sebuah interaksi yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru. “ Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting: hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu dan perkembangan ketrampilan sosial.”20 Tujuan pembelajaran kooperatif akan tercapai melalui enam fase atau langkah. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1. “ Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi belajar peserta didik 2. Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstari atau lewat jalan bacaan. 3. Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. 5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjaannya. 6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.”21
20 21
Ibid, hal.39. Ibid, hal.45.
16
Pembelajaran kooperatif dapat dilaksanakan melalui berbagai tipe, guru seharusnya dapat memilih tipe sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Tipetipe yang ada pada pembelajaran kooperatif yaitu: STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok (Team Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan Numbered Heads Together (NHT). Kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual dan kesempatan sukses yang sama, tetapi aturan main yang berbeda.
2.3.
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Metode pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together)
pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen tahun 1993. “ Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mengetahui pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.”22 Model
pembelajaran
NHT
merupakan
teknik
yang
memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini mendorong peserta didik untuk meningkatkan kerjasama mereka. Menurut Ibrahim, tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu : 1 “Pengembangan keterampilan sosial Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. 22
Trianto, loc. cit., hal.62.
17
2 Pengakuan adanya keragaman Bertujuan agar peserta didik dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. 3 Hasil belajar akademik struktural Bertujuan untuk meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik. “23 1. Pengembangan keterampilan sosial Mengajarkan pada peserta didik ketrampilan bekerjasama dan kolaborasi. Ketrampilan ini amat penting untuk dimiliki oleh para peserta didik sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara, karena mengingat
kenyataan yang
dihadapi bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi persaingan global. 2.
Pengakuan adanya keanekaragaman. Pengakuan
adanya
keanekaragaman
dan
penerimaan
individu
meningkatan hubungan antarmanusia yang heterogen, ditandai dengan kerja sama antar peserta didik dalam kelompoknya. Hubungan persahabatan antara beberapa orang peserta didik dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. 3.
Peningkatan hasil belajar akademik Hasil belajar atau hasil pembelajaran adalah “semua efek yang dapat
dijadikan sebagai
indikator tentang nilai dari
penggunaan metode
pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda.”24 Hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil ulangan ataupun tugas dari guru.
23
Isjoni, op, cit., hal.27.
24
Hamzah B. Uno, loc. cit., hal 16.
18
Penilaian akan dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. NHT (Numbered Heads Together) menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks: Tabel 2.1. Struktur Pengajaran dalam NHT Fase 1 : Penomoran
Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Dalam fase ini guru membagi peserta didik ke dalam kelompok 3-5 orang kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5. Fase 3: Berfikir bersama
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada peserta didik. Pertanyaan dapat bervariasi .
Menjawab
Peserta didik menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
Fase 4
:
Guru memanggil suatu no tertentu, kemudian peserta didik yang sesuai mengangkat tanganya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas
Sumber : Trianto, 2007, Model-model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstriktivistik Konsep, landasan teoritis- Praktis dan Implementasinya, Prestasi Pustaka, Jakarta. Berdasarkan
tahapan-
tahapan
NHT,
bisa
pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) adalah: a. Pendahuluan Persiapan 1 Guru melakukan apersepsi
dibuat
langkah-langkah
19
2 Guru menjelaskan tentang model pembelajaran NHT 3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4 Guru memberikan motivasi b. Kegiatan inti Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT Tahap pertama 1Penomoran: Guru membagi peserta didik dalam kelompok yang beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor 1-5. 2 Peserta didik bergabung dengan anggotanya masing-masing. Tahap kedua Mengajukan pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas untuk mengerjakan soal-soal. Tahap ketiga Berpikir bersama: Peserta didik berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Tahap keempat 1.
Menjawab: Guru memanggil peserta didik dengan nomor tertentu,
kemudian peserta didik yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
20
2.
Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok dan
memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik. Guru memberikan soal latihan sebagai pemantapan terhadap hasil dari pekerjaan mereka. c. Penutup 1. Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 2. Guru mengingatkan peserta didik untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan materi selanjutnya.
2.4.
Mata Pelajaran Matematika Matematika merupakan mata pelajaran yang ada di sekolah dasar kelas
IV.Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting bagi peserta didik. “Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlahjumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol.”25 Matematika SD digunakan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan efektif.
Tujuan umum
dan khusus matematika di sekolah yang ada di kurikulum jelas memberikan gambaran belajar tidak hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang afektif dan psikomotor. Hal ini akan tercipta jika setiap proses dalam mempelajari matematika dapat menanamkan nilai kehidupan yang berguna bagi peserta didik yang akan datang.
25
Wahyudi, Inawati Budiono, Pemecahan Masalah Matematika, (Widya Sari: Salatiga, 2009), .hal.5.
21
2.5.
Penjumlahan Bilangan Bulat Penjumlahan bilangan dapat dipelajari dengan
penjumlahan yang
melibatkan bilangan nol dan bilangan bulat positif harus sudah dikuasai dengan baik oleh pesrta didik. 1.
Penjumlahan Menggunakan Garis Bilangan Penjumlahan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis bilangan
dengan membuat diagram panah yang menyertakan bilangan. a.
Mengenal Bilangan Bulat dengan Diagram Panah Sebuah bilangan bulat dapat ditunjukkan dengan diagram panah pada garis
bilangan yang mempunyai panjang dan arah. Panjang diagram panah menunjukkan banyaknya satuan, sedangkan arahnya menunjukkan positif atau negatif. Jika diagram panah menuju ke arah kanan, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat positif. Jika diagram panah menuju ke kiri, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan bulat negatif. b.
Menjumlah Bilangan Bulat dengan Diagram Panah Penjumlahan bilangan bulat dengan diagram panah dimulai dari bilangan
nol. 2.
Penjumlahan Tanpa Menggunakan Garis Bilangan Untuk bilangan-bilangan antara –20 sampai 20 masih mungkin dilakukan
penjumlahan dengan garis bilangan. 2.6.
Penelitian Relevan Penelitian yang dilakukan I Noor Azizah tentang Keefektifan Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered-Heads-Together) dengan
22
Penggunaan LKS (Lembar Kerja Peserta didik) Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus dan Balok) Peserta didik Kelas VIII Semester 2 SMP N 6 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Hasilnya antara lain bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan penggunaan LKS lebih baik daripada nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran dengan metode konvensional dan rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen ≥ 65.
Hasil penelitian Intan Putri utami tentang Keefektifan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Matematika Bagi Peserta didik Kelas V SD. Menemukan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together) dengan peserta didik yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional, hasil belajar matematika peserta didik kelas V SD yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) lebih baik dibandingkan peserta didik yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional, dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered-Heads-Together) efektif terhadap hasil belajar Matematika peserta didik kelas V SD. Berdasarkan penelitian yang sudah ada, peneliti ini melakukan penelitian tindakan kelas karena penelitian di atas menggunakan penelitian eksperimen yang hanya memberikan treatmen sedangkan PTK melakukan penelitian secara bersiklus. Hasil belum maksimal akan diulang menjadi lebih baik lagi.
23
2.7.
Kerangka Berpikir Proses pembelajaran matematika kompetensi dasar menjumlahkan
bilangan bulat pada kondisi awal guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT peserta didik cenderung melakukan aktivitas lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Penggunaan metode konvensional ceramah, proses belajar mengajar hanya akan berpusat pada guru (teaching center). Tidak adanya interaksi dua arah antara guru dengan murid begitu juga sebaliknya, ini mengakibatkan saat proses belajar mengajar sedang berlangsung ada dua peserta didik yang duduk paling belakang tidur, dua menundukkan kepala, empat peserta didik asyik bercerita sendiri dan hasil belajar peserta didik 21 tidak tuntas KKM 63. Kemudian guru melakukan penelitian tindakan kelas pada pelajaran matematika kompetensi dasar menjumlahkan bilangan bulat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui dua siklus yaitu pada siklus I dan II dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT.Diharapkan hasil pembelajaran matematika pada KD menjumlahkan bilangan bulat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Adapun siklus tersebut dapat digambarkan seperti berikut ini:
24
Kondisi Awal
Guru belum menggunakan
21 peserta didik dibawah KKM
metode pembelajaran NHT
63 Guru menggunakan metode pembelajaran
Tindakan
kooperatif NHT
Siklus I Menggunakan
metode
pembelajaran
pada
pertemuan pertama
Kondisi Akhir
Siklus II Diduga ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik setelah
menggunakan
metode
Menggunakan metode pembelajaran
pada
pertemuan keempat
kooperatif NHT Gambar I. Kerangka berfikir penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas IVB.
2.8. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mata pelajaran matematika, kompetensi dasar menjumlahkan bilangan bulat kelas IV semester II tahun pelajaran 2011/2012 SD Negeri Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung dapat meningkatkan: 1.
Keterampilan sosial;
2.
Pengakuan adanya keragaman;
3.
Hasil belajar akademik;