BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi) (Sagala, 2012: 11). Arthur T. Jersild menyatakan bahwa belajar adalah “modification of behavior through experience and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan (Sagala, 2012: 11). Muhamad Ali (dalam Hanafiah, 2012: 5) mengatakan bahwa pengertian belajar maupun yang dirumuskan para ahli antara yang satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh latar belakang pandangan maupun teori yang dipegang. Menurut Mujiono dan Dimyati (2010:9) para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang pengertian belajar, yakni: a. Belajar menurut pandangan Skinner, yakni belajar adalah prilaku. Dengan belajar maka prilaku
seseorang akan bertambah baik, dan sebaliknya ketika seseorang tidak belajar, makatingkah lakunya akan menurun. b. Belajar menurut Gagne, yakni belajar adalah suatu kegiatan yang kompleks. Setelah belajar maka seseorang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Suyono dan Hariyanto (2012: 9) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau 8 suatu proses untuk mmemperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian. Dari beberapa pengertian belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yng baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 2.1.2
Hakekat Hasil Belajar Pada umumnya orang mengartikan bahwa hasil belajar sama dengan hasil prestasi belajar. Hal ini
sesuai pendapat Winkel (dalam Purwanto, 2013: 45) bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22). Hasil belajar yang telah dicapai dapat diukur melalui kemajuan yang telah diperoleh siswa setelah ia belajar dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang biasanya ditandai dengan nilai. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran di kelas. Menurut Rifa’i (dalam Saputra, 2011:17) hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar juga merupakan perubahan prilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Abdurrahman, 2003: 37). Kalsifikasi hasil belajar menurut Bloom (dalam Dewi dkk, 2010: 45) terdiri dari tiga ranah yaitu: a.
Ranah kognitif, yang menitik beratkan pada pengetahuan siswa. Sebagian besar kometensi dasar yang harus dicapai berada dalam ranah kognitif. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam 6 jenjang tingkatan yaitu: 1) Mengingat: siswa dapat mengangkat kembali ingatan dalam jangka waktu yang panjang 2) Mengerti: membangun makna dari pesan-pesan kompetensi yang diperoleh baik dalam bentuk lisan, tulisan, maupun dalam bentuk grafik informasi. Termasuk di dalamnya yakni: interpreting
(menerjemahkan),
exemplifying
(mencontohkan),
classifying
(mengklasifikasikan), summarizing (meringkas), inferring (menyimpulkan), comparing (membandingkan), dan explaining (menjelaskan) 3) Menerapkan: melaksanakan sesuatu sesuai dengan prosedur yang ditentukan.
4) Menganalisis:
Kemampuan
untuk
memilah
sebuah
informasi
ke
dalam
komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan keterkaitan anta ride dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas. 5) Mengevaluasi: kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan situasi yang mungkin terjadiatau mampu mampu menilai berdasarkan tingkatan. 6) Berkreasi: kemampuan menyusun komponen-komponen menjadi satu bagian secara menyeluruh membentuk suatu pola. misalnya: Generating (hipotesa), Planning (Perencanaan), Producing ( Penghasil). b.
Ranah afektif yang berkaitan dengan perasaan, sikap, prilaku, moral dan nilai yang dimiliki seseorang yang terbentuk saat pembelajaran dilaksanakan.
c.
Ranah psikomotor, mencakup kemampuan yang berupa keterampilan dasar, keahlian dan kecakapan dalam menggunakan alat atau media pembelajaran pada kegiatan belajar. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah
melakukan proses belajar. Hasil yang diperoleh berupa nilai-nilai, sikap/perilaku dan keterampilan yang baik untuk perkembangan siswa berikutnya. 2.1.3 Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Rusman (2011: 218) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Lie (dalam Rusman, 2011: 218) yang mengemukakan bahwa “model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri’. Huda (2013: 204) menyebutkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diterapkan untuk materi-materi yang berhubungan dengan keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Ia menggabungkan aktivitas membaca, menulis, mendengarkan
dan berbicara. Sharan (2009: 49) mengemukakan bawa dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa bekerja bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mereka harus saling membantu. Menurut Hamid (2012: 222) bahwa model jigsaw adalah strategi pembelajaran yang berupaya untuk mendalami sebuah materi dengan memberikan sudut pandang yang bervariasi dari setiap siswa. Sedangkan Isjoni (2012: 54) bahwa model jigsaw merupakan satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu model pembelajaran kooperatif dimana siswa diajak untuk bekerja sama dalam tim dan dimaksudkan agar siswa mampu memahami materi yang diberikan dan memberikan pemahaman kepada temannya berdasarkan materi yang dimiliki.
2.1.3.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ngalimun (2013: 169) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut; pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberpaa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. Suprijono (2013: 89) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut. a. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topic yang dipelajari. Kelompok ini disebut home teams (kelompok asal). b. Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstualnya yang
diterimanya dari guru. c. Sesi berikutnya, membentuk expert teams (kelompok ahli). Jumlah kelompok ahli tetap 4. d. Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. e. Selanjutnya setiap siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan berdiskusi tentang materi yang telah dibahas di kelompok ahli. f. Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjtnya guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topic yang telah dipelajari. Aronson, dkk (dalam Taniredja, dkk, 2013: 103) mengemukakan bahwa terdapat langkah-langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu: a. b. c. d.
Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim; Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda-beda; Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan; Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka; e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap kelompok kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tantang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh; f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; g. Guru member evaluasi; h. Penutup. 2.1.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Adapun kelebihan-kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah: a. Cocok untuk semua kelas/ tingkatan, b. Bisa digunkan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, atau berbicara. Juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, c. Belajar dalam suasana gotong royong mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Kekurangan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu: a. Membutuhkan lebih banyak waktu, b. Membutuhkan pengajar yang kreatif 2.1.4 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Langkah-langkah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran tipe jigsaw pada materi perkembangbiakan hewan langkah sebagai berikut: a. Guru memberikan apersepsi dan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menyampaikan bahan ajar, b. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen c. Guru membagikan sub bab materi perkembangbiakan hewan kepada setiap kelompok ahli dan memerintahkan untuk melakukan diskusi, d. Guru mengembalikan kelompok menjadi seperti kelompok semula. Anggota kelompok ahli memberikan informasi berupa konsep-konsep materi perkembangbiakan hewan kepada anggota kelompok yang lain, e. Guru memerintahkan kepada setiap kelompok untuk melakukan prsentase, guru memberikan penghargaan. f. Guru mengadakan evaluasi dan kegiatan penutup 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Pertiwi, dkk (2011) pada penelitian mereka yang berjudul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II untuk meningkatkan hasil belaja IPA siswa kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari (1) Rata-rata hasil belajar siswa dari nilai ulangan harian mengalami peningkatan. Data awal, siswa yang tuntas sebanyak 16 orang (40%) dengan rata-rata 68,1. Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 26 orang (65%) dengan rata-rata 75,35 dan siklus II siswa yang tuntas sebanyak 34 orang (85%) dengan rata-rata 85,5. Jadi rata-rata dari skor awal ke siklus I meningkat sebesar 7,25 dan dari siklus I ke siklus II rata-rata hasil belajar siswa meningkat sebesar 10,15. Sehingga rata-rata dari skor awal ke siklus II hasil belajar siswa meningkat sebesar 17,4. (2) Rata-rata kemampuan guru dalam proses belajar mengajar pada siklus I yaitu 88,59% (baik sekali) dan pada siklus II sebesar 95,45 (baik sekali), jadi peningkatannya sebesar 6,86%. (3) Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu 86,09% (baik sekali), jadi aktivitas siswa meningkat sebesar 15,21%. Pada penghargaan kelompok jigsaw II juga mengalami peningkatan, pada siklus I penghargaan kelompok didominasi oleh kelompok hebat dan baik sedangkan pada siklus II lebih didominasi oleh kelompok super. Shintalasmi (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Perbedaan Hasil Belajar Kognitif IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan STAD Pada Siswa Kelas IV SD
Muhammadiyah Mutihan Wates mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan lebih baik dari menggunakan model pembelajaran tipe STAD. Hal ini dapat dilihat dari Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar kognitif IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Mutihan Wates. Hal tersebut terbukti dari rata-rata hasil belajar kognitif IPS kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD selama tiga pertemuan. Hasil belajar kognitif IPS pertemuan pertama kelompok eksperimen mendapatkan 68,26 sedangkan kelompok kontrol mendapatkan 67,39. Perbedaan hasil belajar kognitif IPS pertemuan pertama pada kedua kelompok adalah 0,87. Hasil belajar kognitif IPS pertemuan kedua kelompok eksperimen mendapatkan 75,22 sedangkan kelompok kontrol mendapatkan 73,91. Perbedaan hasil belajar kognitif IPS pertemuan kedua pada kedua kelompok adalah 1,31. Hasil belajar kognitif IPS pertemuan ketiga kelompok eksperimen mendapatkan 77,39 sedangkan kelompok control mendapatkan 74,35. Perbedaan hasil belajar kognitif IPS pertemuan ketiga pada kedua kelompok adalah 3,04. Secara umum, kedua jenis model pembelajaran ini memiliki perbedaan dalam substansinya. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw memiliki ciri utama yaitu adanya kelompok asal dan kelompok ahli. Model pembelajaran kooperatif STAD memiliki ciri utama yaitu adanya kerja tim (kerja kelompok). Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar kognitif IPS pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Mutihan Wates. Terdapat perbedaan dan persamaan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sapari dan Suarni dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaannya yaitu ketiga penelitian menggunakan metode pembelajaran yang sama yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dapat meningkatkan hasil belajar. Adapun perbedaannya dilihat dari sekolah dan mata pelajaran yang berbeda. 2.3 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “jika digunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka hasil belajar siswa pada materi keaneka ragaman suku bangsa dan budaya di Kelas IV SDN 2 Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”. 2.4 Indikator Kinerja Pembelajaran dianggap tuntas jika sebanyak 75% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 75 (KKM= 75) ke atas atau daya serap klasikal sebesar 75% dan jika hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa berdasarkan aspek yang diamati mencapai 85% dari seluruh aspek.