BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 2.1.1
Kajian Teoretis Hakikat Kemampuan Menentukan KPK
a. Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang artinya kuasa (bisa, sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan atau kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri, diakses 20 Desember 2011 dalam www.artikata.com. Kemampuan dapat digolongkan dalam beberapa jenis, di antaranya kemampuan
intelektual,
kemampuan
fisik,
dan
kemampuan
pekerjaan.
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental (berpikir), bernalar, dan memecahkan masalah. Dimensi yang paling sering disebutkan yang membentuk kemampuan intelektual menurut Asty diakses 3 Maret 2012 adalah kecerdasan angka, pemahaman verbal, kecepatan persepsi, penalaran induktif, penalaran deduktif dan visualisasi spasial. Kemampuan fisik adalah kemampuan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa. Setiap individu mempunyai kemampuan dasar fisik yang berbeda-beda. Kemampuan intelektual atau fisik tertentu dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan memadai bergantung pada persyaratan kemampuan dan pekerjaan tersebut. Jadi, dapat dikatakan bahwa kemampuan adalah tingkat kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan.
b. Pengertian KPK Hasil kali dua bilangan cacah, yaitu 8 x 3 = 24, jika ditulis dengan notasi operasi angka adalah 8+8+8= 24. Oleh karena 24 adalah hasil kali dari 8 x 3, maka 24 adalah kelipatan dari 3. Dalam perkalian bilangan cacah berlaku sifat komutatif, yaitu 24= 3 x 8, maka 24 adalah kelipatan 8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 24 adalah kelipatan 3 atau 8. Jika A dan B merupakan dua himpunan kelipatan dari dua bilangan yang berbeda, maka irisan antara A dan B ditulis A ∩ B merupakan himpunan kelipatan dari A dan B. Himpunan kelipatan positif 7 adalah {7, 14, 21, 28, 35, ...}. Himpunan kelipatan 3 adalah {3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, ...}. Selanjutnya himpunan kelipatan persekutuan dari 7 dan 3 diperoleh dari irisan kedua himpunan tersebut, yaitu {21, 42, 63, 84, …}. Di antara persekutuan tersebut terdapat anggota yang terkecil disebut kelipatan persekutuan terkecil. Dengan demikian 21 adalah kelipatan persekutuan terkecil 7 dan 3. KPK adalah singkatan dari Kelipatan Persekutuan Terkecil. Lebih singkat dalam pengertiannya KPK yakni bilangan yang bisa dibagi (Indira diakses 20 Pebruari 2012). Bilangan bulat positif m adalah kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dua bilangan bulat positif p dan q, jika dan hanya jika m adalah bilangan bulat positif terkecil yang dapat dibagi oleh p dan q. Berdasarkan defenisi tersebut, Marini (2011:149) menyatakan bahwa “Kelipatan persekutuan terkecil dua bilangan bulat adalah bilangan bulat positif yang habis dibagi kedua bilangan tersebut.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelipatan persekutuan terkecil (KPK) adalah bilangan bulat positif terkecil dari himpunan bilangan persekutuan yang merupakan irisan dari dua himpunan kelipatan bilangan yang berbeda. c. Cara-Cara Menentukan KPK Terdapat beberapa cara dalam menentukan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), diantaranya: 1) Menggunakan Kelipatan Bilangan KPK dapat ditentukan dengan mencari kelipatan dari masing-masing bilangan. Bilangan yang didapat dari kelipatan diberi tanda dengan melingkari setiap bilangan yang sekutu atau yang sama. Dari daftar bilangan yang dilingkari dapat tentukan bilangan terkecil sebagai KPK. Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 : Kelipatan 12 : 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108, 120, 132, 144, 156, … Kelipatan 16 : 16, 32, 48, 64, 80, 96, 112,128, 144, 160, 176 …. Bilangan-bilangan yang dilingkari adalah bilangan kelipatan persekutuan. Dari
bilangan
persekutuan
dapat
ditentukan
bilangan
kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) adalah 48. 2) Menggunakan Pohon Faktor Dalam menentukan KPK biasa juga menggunakan pola pohon faktor. Untuk menentukan KPK dari 2 atau 3 bilangan, harus diingat bahwa setiap bilangan adalah hasil kali faktor-faktor primanya. Soenarjo (2007:54) mengatakan bahwa “2 atau 3 bilangan yang akan dicari KPK-nya, harus ditentukan lebih dulu faktor-faktor primanya, kemudian menuliskannya ke
dalam bentuk perkalian faktor prima (faktorisasi). Setelah itu, kalikan semua faktor yang ada dengan pangkat terkecil.” Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 : Bilangan 12 mempunyai faktorfaktor
prima
yaitu
2,
2,
3.
Sedangkan bilangan 16 mempunyai faktor - faktor prima yaitu 2, 2, 2, 2. Sehingga dapat ditentukan faktorisasi primanya sebagai berikut : 12 : 22 x 3 16 : 24 Faktor primanya adalah 2 dan 3, sedangkan faktor yang memiliki pangkat terbesar adalah 24, sehingga : KPK = 24 x 3 = 48. 3) Menggunakan tabel Tabel adalah cara yang dipandang oleh sebagian orang sebagai cara yang lebih efektif. Hal itu dikarenakan penentuan KPK dengan menggunakan tabel sangat sederhana dan lebih cepat. Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 : 2 2 2 2 3
12
16
Bilangan 12 dan 16 dibagi dengan bilangan prima
6
8
mulai dari bilangan prima terkecil yaitu 2. Setelah
3
4
-
2
-
1
1
kedua bilangan tidak habis lagi dibagi 2, lanjutkan dengan bilangan prima berikutnya. Apabila kedua bilangan yang dibagi mendapat hasil 1, kalikan
semua bilangan prima pembagi, sehingga : KPK = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 = 48 4) Menggunakan FPB Cara ini oleh Arief Rahman diakses 20 Pebruari 2012 dinamakan sebagai pola “dahsyat” karena hanya membutuhkan waktu yang paling sedikit dibandingkan ketiga cara di atas. Kita dapat menggunakan FPB sebagai pembagi. Lebih jelasnya, perhatikan rumus berikut. Rumus: FPB: yang besar dibagi yang kecil, sisanya itu FPB KPK: yang besar dikali yang kecil dibagi FPB Contoh menentukan KPK dari 12 dan 16 : FPB = 16 dibagi 12 , dapat 1 sisa 4 dan FPBnya adalah 4 KPK = 16 x 12 : 4 = 16 x 3 = 48 2.1.2
Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Gardner (2007:6-7) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
model
pembelajaran
dengan
menggunakan
system
pengelompokan/tim kecil,yaitu antara empat antara enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan atau reward, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian
setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Nurhadi (2003) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didasarkan pada alasan bahwa manusia sebagai mahluk individu yang berbeda satu sama lain sehingga konsekuensi logisnya manusia harus menjadi mahluk sosial, mahluk yang berinteraksi dengan sesama” (dalam Sanjaya, 2011/Online). Selanjutnya dalam situs yang sama, Abdurrahman dan Bintoro (2000) menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Roger dan David Johnson (dalam Abdul Idris diakses 17 Desember 2011 mengatakan bahwa “tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan penerapan elemen-elemen pembelajaran kooperatif dengan sungguh-sungguh.” Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Jadi pola belajar kelompok dengan cara kerjasama antar siswa dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan meningkatkan kreativitas siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat mempertahankan nilai sosial bangsa Indonesia. Ketergantungan timbal balik mereka mendorong mereka untuk dapat bekerja lebih keras untuk keberhasilan mereka. Hubungan kooperatif juga mendorong siswa untuk menghargai gagasan temannya, bukan sebaliknya. Ibrahim diakses 12 Desember 2011 juga mengemukakan tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah “untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.” Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat dinyatakan pembelajaran kooperatif dapat mencerminkan pandangan bahwa manusia belajar dari pengalaman mereka dan pertisipasi aktif dalam kelompok kecil membantu siswa belajar keterampilan sosial yang penting, sementara itu secara bersamaan mengembangkan sikap demokrasi dan keterampilan berpikir logis. 2) Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Dzaki (diakses 24 Juli 2012), unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut : a) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. b) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. d) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok. e) Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. g) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 3) Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Kooperatif Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan, di antaranya: a)
Prinsip ketergantungan positif
Interaksi yang terjadi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif harus dapat menciptakan adanya saling ketergantungan positif di kalangan siswa. b)
Tanggungjawab perseorangan Setiap siswa sebagai anggota kelompok memiliki tanggungjawab perseorangan, sehingga seluruh siswa dapat ikut berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
c)
Tatap muka Pembelajaran kooperatif harus berlangsung secara tatap muka. Guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran secara langsung dengan siswa tanpa melalui media perantara.
d)
Partisipasi dan komunikasi. Partisipasi
dan
pembelajaran
komunikasi
kooperatif.
siswa
Keaktifan
dituntut siswa
optimal
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu tercapainya tujuan melalui model pembelajaran ini. 4) Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif memiliki karakteristik atau ciri-ciri, diantaranya: a)
Pembelajaran secara tim.
b)
Berdasarkan pada manajemen kooperatif.
c)
Kemauan untuk bekerjasama.
d)
Keterampilan bekerjasama.
b. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw 1) Pengertian Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (model tim ahli) dikembangkan pertama kali oleh Aronson dan teman-temannya dan merupakan model pembelajaran kooperatif cukup sederhana. Masing-masing kelompok memiliki anggota yang berkemampuan akademik heterogen. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para guru menggunakan model Jigsaw untuk menyampaikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui pengkajian verbal maupun tertulis (Azis Sunarto diakses 17 Desember 2011). 2) Tujuan Model Pembelajaran Jigsaw Tujuan model pembelajaran ini di antaranya sebagai berikut. a) Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. b) Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima temantemannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. Pengembangan
keterampilan
sosial,
yaitu
mengembangkan
keterampilan sosial siswa di antaranya; berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok (Muhfida, 2011).
3) Ciri - Ciri Model Pembelajaran Jigsaw Adapun ciri-ciri model pembelajaran tipe jigsaw sebagaimana diuraikan oleh Muhfida (2011, Online) adalah sebagai berikut. a)
Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama.
b)
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c)
Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
d)
Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
4) Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, langkahlangkah pembelajaran dilakukan sebagai berikut. a) Siswa dikelompokkan ke dalam 3 sampai 4 anggota kelompok asal. b) Tiap orang dalam kelompok diberi bagian materi yang berbeda tentang cara-cara menentukan KPK. c) Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari cara menentukan KPK sesuai pembagian tugasnya bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan cara menentukan KPK yang ditugaskan oleh kelompok asal.
d) Setelah selesai diskusi sebagai kelompok ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang cara menentukan KPK yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya memperhatikan dengan sungguh-sungguh. e) Tiap kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi. f) Guru memberi evaluasi 5) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw Kelebihan model pembelajaran jigsaw a) Melalui
model
pembelajaran
jigsaw
siswa
tidak
terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b) Model pembelajaran jigsaw dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Model pembelajaran jigsaw dapat membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. d) Model pembelajaran jigsaw dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e) Model pembelajaran jigsaw merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk pengembangan rasa harga diri, hubungan interpersonal
yang positif dengan yang lain, mengembangkan ketrampilan mengatur waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f) Melalui
model
pembelajaran
jigsaw
dapat
mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya. g) Model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Kelemahan model pembelajaran jigsaw: a) Untuk memahami dan mengerti filosofi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memang butuh waktu. b) Ciri
utama
model
pembelajaran
jigsaw
adalah
siswa
saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran jigsaw didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d) Keberhasilan model pembelajaran jigsaw dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampaun secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Selanjutnya, Sanjaya (2011) menguraikan beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, di antaranya: a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain. b. Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan. c. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif. d. Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain. 2.1.3
Penerapan Jigsaw dalam Menentukan KPK Dalam membelajarkan cara menentukan KPK melalui model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, dapat dimulai dengan mengkondisikan kelas untuk melakukan cooperative learning, yaitu membentuk enam kelompok yang terdiri atas 4 orang siswa. Kelompok-kelompok ini dinamakan “kelompok asal”. Sebelumnya, guru dapat menyiapkan bahan / materi pelajaran berupa cara-cara
menentukan KPK dalam Lembar Kerja Siswa (lampiran 4) yang dapat dimodifikasi pada kertas berwarna agar lebih menarik. Selanjutnya, ketua-ketua kelompok membagi tugas kepada anggota-anggota kelompok untuk mengkaji/membahas cara menentukan KPK. Setiap anggota mendapat tugas yang berbeda dengan anggota lainnya dalam kelompok. Kemudian, anggota dari masing-masing kelompok yang mendapat tugas yang sama berkumpul membentuk kelompok-kelompok baru yang dinamakan “kelompok ahli”. Kelompok ahli membahas materi berdasarkan lembar kerja yang dibagikan oleh guru. Setelah selesai membahas, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil pembahasan mereka secara bergilir. Selanjutnya, perwakilan
dari
masing-masing
kelompok
ahli
mempresentasikan
hasil
pembahasannya di depan kelas. Guru menambahkan penjelasan materi dan memperbaiki apabila ada kesalahpahaman tentang materi KPK yang dibahas. Pada kelompok ahli pertama, membahas tentang cara menentukan KPK melalui kelipatan bilangan. Contoh menentukan KPK dari 16 dan 12. Kelompok ahli “Kelipatan” mencari kelipatan dari bilangan 16, yaitu 16, 32, 48, 64, … dan kelipatan bilangan 12, yaitu 12, 24, 36, 48, 60, …. Dari kelipatan bilangan 16 dan 12 dapat ditentukan KPK yaitu 48. Kelompok ahli yang ke dua membahas cara menentukan KPK melalui pohon faktor. Kelompok “Pohon Faktor” menentukan faktorisasi prima dari bilangan 12 dan 16. Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 :
Faktorisasi prima : 12 : 22 x 3 16 : 24
Faktor primanya adalah 2 dan 3, sedangkan faktor yang memiliki pangkat terbesar adalah 24, sehingga : KPK = 24 x 3 = 48. Kelompok ahli yang ke tiga membahas cara menentukan KPK melalui tabel. Contoh menentukan KPK dari bilangan 12 dan 16 dengan menggunakan cara tabel sebagai berikut. 2 2 2 2 3
12
16
Bilangan 12 dan 16 dibagi dengan bilangan prima
6
8
mulai dari bilangan prima terkecil yaitu 2. Setelah
3
4
-
2
-
1
1
kedua bilangan tidak habis lagi dibagi 2, lanjutkan dengan bilangan prima berikutnya. Apabila kedua bilangan yang dibagi mendapat hasil 1, kalikan
semua bilangan prima pembagi, sehingga : KPK = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 = 48. Kelompok ahli ke empat membahas cara menentukan KPK dengan cara dahsyat. Cara ini dapat dilakukan dengan menerapkan rumus sebagai berikut. FPB: yang besar dibagi yang kecil, sisanya itu FPB KPK: yang besar dikali yang kecil dibagi FPB Contoh menentukan KPK dari 12 dan 16 : FPB = 16 dibagi 12 ,
dapat 1 sisa 4 dan FPBnya adalah 4 KPK = 16 x 12 : 4 = 16 x 3 = 48 Hasil pembahasan kelompok ahli tentang cara menentukan KPK akan disampaikan ke kelompok asal oleh masing-masing perwakilan kelompoknya. Dengan demikian, setiap anggota kelompok dapat menentukan KPK dengan berbagai cara, dan dapat memilih serta menggunakan cara yang paling efektif menurut masing-masing individu.
2.2
Kajian Penelitian yang Relevan Windari Astuti Tahun 2007 “Meningkatkan Pemahaman Konsep Kelipatan
Persekutuan Terkecil Melalui Alat Peraga Tabel Perkalian di Kelas IV SD”. Suatu penelitian tindakan di SDN No. 28 Kota Selatan Kota Gorontalo. Dari hasil pengujian hipotesis maka terdapat hambatan-hambatan dalam pemahaman konsep KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), diantaranya kurangnya penguasaan siswa terhadap konsep dasar perkalian yang menjadi kesulitan guru dalam menerapkan pemahaman konsep KPK. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru lebih cenderung mengajak siswa untuk menghafal daripada mengajak siswa mengerti dan hanya terikat pada simbol-simbol yang tertulis dalam buku. Selain itu, rendahnya kemampuan siswa dalam menentukan KPK disebabkan kurangnya media, serta penggunaan model yang kurang variatif. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dirancang sesuai dengan karakteristik siswa untuk melatih kerjasama dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil.
2.3
Hipotesis Tindakan Adapun yang menjadi hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah: jika
digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maka kemampuan siswa kelas V SDN 1 Sidoharjo Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo dalam menentukan KPK akan meningkat.
2.4
Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini apabila kemampuan menentukan KPK dapat meningkat dari observasi awal yang hanya 9 dari 24 siswa atau 37,5% dari jumlah siswa menjadi 70% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas.