BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010:623) kemampuan berasal dari kata “Mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Adapula pendapat lain menurut Sudrajat (2010:1) menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran mengharuskan anak mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki. Yang dimaksud dengan kemampuan dalam hal ini yakni bagaimana anak dengan daya kreasinya, potensinya dapat menumbuhkan imajinasi yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Kemampuan yang dimiliki seseorang tidak sama, ada yang intensitas kemampuannya tinggi, ada yang sedang, dan ada yang rendah. Dan juga tidak semua orang memiliki intensitas kemampuan yang tinggi dalam setiap jenis pekerjaan (Suyadi, 2009:17)
9
10
Setiap orang membutuhkan kemampuan dalam hidupnya. Kemampuan sangat di perlukan dalam sebuah pekerjaan, karena semua bidang pekerjaan memerlukan kemampuan. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk suatu bidang pekerjaan, dan memiliki bakat terhadap pekerjaan itu, biasanya prestasi yang di capai dalam bidang tersebut tinggi. Begitu juga halnya dengan seorang guru yang melakukan kegiatan mengajar, maka kemungkinan segala usaha yang dilakukan dalam memotivasi belajar anak akan berhasil. Prestasi seseorang antara lain di tentukan oleh faktor intelegensi dan kemampuan intelektual. Untuk menjadi guru, disamping pengetahuan, keterampilan dan sikap, sebagai salah satu persyaratannya diperlukan kemampuan. Demikian halnya dengan profesi atau bidang pekerjaan lain. Dalam hubungannya dengan tugas guru, maka kemampuan guru mengandung arti kecakapan yang dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, serta merupakan perpaduan antara kemampuan kognitif guru, emosional, sosial, dan spritual yang dapat membentuk kompetensi standar profesi guru, mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta ajar hingga mejadi pribadi dan profesional. 2.1.2 Hakekat Lingkungan 2.1.2.1 Pengertian Lingkungan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2009:596) kata lingkungan berasal dari akar kata lingkung yang kemudian mendapatkan
11
akhiran –an yang memiliki pengertian, pertama, semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan, Kedua, keadaan (kondisi), kekuatan sekitar yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. Lingkungan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah environment. Di Indonesia, sebutan lingkungan selalu dipersandingakan dengan kata hidup atau lebih lengkapnya dikenal dengan lingkungan hidup. Sumaatmadja, (2003:80) mengartikan lingkungan hidup sebagai segala sesuatu di sekeliling organisme itu yang berpengaruh pada kehidupannya. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun2005, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, bab I Pasal 1 dirumuskan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan ruangan dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan (enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian, lingkungan adalah jumlah total dari faktor-faktor
non
genetik
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan makhluk hidup, seperti tanah, kelembaban, cuaca, pengaruh hama dan penyakit, dan hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia.
12
2.1.2.2 Pembagian Lingkungan Hidup Lngkungan hidup terdiri atas lingkungan biotik (hidup) berupa tumbuhan dan hewan, serta lingkungan abiotik (tidak hidup) berupa tanah, gas, mineral, energi, suhu, dan sinar matahari. Komunitas makhluk hidup tersebut saling mengadakan hubungan satu sama lainnya bahkan saling mempengaruhi. Dalam hubungan mempengaruhi, suatu komponen lingkungan biotik maupun abiotik menjadi lingkungan suatu makhluk hidup dan saling keteragantungan. Berdasarkan segi trofik atau nutrisi, maka menurut Darmono (2005:34) komponen biotik dalam ekosistem terdiri atas dua jenis sebagai berikut: a. Komponen autotrofik (autotrophic). Kata autotrofik berasal dari kata autos artinya sendiri, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen autotrofik, yaitu organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makanannya sendiri berupa bahan organik berasal dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan klorofil dan energi utama berupa radiasi matahari. Oleh karena itu, organisme yang mengandung klorofil termasuk ke dalam golongan autotrof dan pada umumnya adalah golongan tumbuh-tumbuhan. Pada komponen nutrofik terjadi pengikatan energi radiasi matahari dan sintesis bahan anorganik menjadi bahan organik kompleks. b. Komponen heterotrofik (heterotrofhic). Kata heterotrof berasal dari kata hetero artinya berbeda atau lain, dan trophikos artinya menyediakan makanan. Komponen heterotrofik, yaitu organisme yang hidupnya selalu memanfaatkan bahan organik sebagai bahan makanannya, sedangkan bahan organik yang dimanfaatkan itu disediakan oleh organisme lain. Jadi, komponen heterotrofit memperoleh bahan makanan dari komponen autotrofik, kemudian sebagian anggota komponen ini menguraikan bahan organik kompleks ke dalam bentuk bahan anorganik yang sederhana dengan demikian, binatang, jamur, jasad renik termasuk ke dalam golongan komponen heterotrofik. Selanjutnya menurut Resosoedarmo dkk. (2008:18) komponen abiotik dalam ekosistem terdiri atas dua jenis sebagai berikut.
13
a. Komponen Abiotik (benda mati atau nonhayati), yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri atas tanah, air, udara, sinar matahari, dan lain sebagainya yang berupa medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan. Menurut Kuswara (2006:25), komponen abiotik dari suatu ekosistem dapat meliputi senyawa dari elemen inorganik misalnya tanah, air, kalsium, oksigen, karbonat, fosfat, dan berbagai ikatan senyawa organik. Selain itu, juga ada faktor-faktor fisik yang terlibat misalnya uap air, angin, dan radiasi matahari. b. Komponen produsen, yaitu organisme autotrofik yang pada umumnya berupa tumbuhan hijau. Produsen menggunakan energi radiasi matahari dalam proses fotosintesis, sehingga mampu mengasimilasi CO, dan H20 menghasilkan energi kimia yang tersimpan dalam karbohidrat. Energi kimia inilah sebenarnya merupakan sumber energi yang kaya senyawa karbon. Dalam proses fotosintesis tersebut, oksigen dikeluarkan oleh tumbuhan hijau kemudian dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup di dalam proses pemapasan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dimaknai bahwa semua tempat tinggal makhluk hidup dan benda-benda alam (biotik dan abiotik) disebut lingkungan yang semuanya diperlukan oleh manusia. Manusia tidak mungkin hidup tanpa unsur alam lain, serta udara dan air. Hubungan timbal balik antara manusia dengan unsur alam (lingkungan) selain saling menguntungkan atau saling menghidupi juga saling mempengaruhi. Manusia memerlukan alam untuk bisa mempertahankan hidup karena alam dapat menyiapkan bahan makanan, energi, kekayaan dan pernafasan. Sebaliknya manusia dapat melestarikan alam secara berencana sehingga tidak akan punah. Manusia perlu menyadari dengan melestarikan alam, berarti manusia mempertahankan kelangsungan hidupnya. Ruang lingkup alam dapat dilihat dari segi yang luas seperti hutan, lautan, margasatwa, udara, tanah juga dari ruang lingkup sempit seperti rumah, pekarangan, taman, binatang peliharaan, perabot dan lain-lain.
14
Soemarwoto
(2006:51),
mengatakan
kualitas
hubungan
yang
menguntungkan antara interaksi alam dengan manusia ditentukan oleh faktorfaktor berikut : 1. Jumlah dan jenis masing-masing unsur lingkungan itu. 2. Interaksi antara unsur-unsur dalam lingkungan hidup yang menentukan keserasian dan keharmonisan. 3. Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup itu seperti binatang liar atau jinak, kebun atau sawah yang menghasilkan atau kritis, tanaman untuk makanan atau sekedar hiasan dan lain-lain. 4. Sifat lingkungan hidup itu, seperti cahaya yang terang atau gelap, udara panas atau dingin, suasana tenang atau bising, air yang jernih atau keruh dan lain-lain. Selanjutnya dapat pula ditarik sebuah kesimpulan awal bahwa. manusia pada dasarnya berinteraksi dengan lingkungan sesuai dengan keberadaan faktor-faktor unsur lingkungan hidup. Ia mempengaruhi tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Pada daerah yang tanahnya kritis, manusia mempunyai pola hidup yang berbeda dengan manusia yang berada pada tanah yang subur. Demikian pula manusia yang berada dikota akan berbeda pola hidupnya dengan manusia di desa atau di hutan dan ditepi pantai. Semua ini merupakan interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. Masalah lingkungan hidup pada masa kini dan yang akan datang merupakan tantangan bagi manusia. Masalah itu tidak berdiri sendiri tetapi mempunyai kaitan antara satu dengan yang lain. Menurut Sastrawijaya, (2009:31) keterkaitan itu berwujud sebagai berikut : 1. Sebuah faktor merupakan sebab berbagai masalah 2. Sebuah faktor mempunyai efek yang berbeda 3. Interaksi antara berbagai masalah menimbulkan pengaruh tertentu
15
Dengan adanya wujud keterkaitan diatas, maka masalah lingkungan hidup tidaklah sederhana, melainkan sangat rumit. Selain itu permasalahan tersebut terkait hubungannya dengan perekonomian global. Dengan demikian, kita tidak dapat melihat satu masalah secara terpisah, melainkan harus dilihat secara terpadu dengan masalah lain. Kalau kita bandingkan dengan keadaan lingkungan hidup sekarang dengan yang lalu, maka terasa besar sekali perbedaannya. Perubahanperubahan lingkungan sekarang itu adalah : 1. Kota dan desa lebih padat dan lebih kotor; 2. Mobil dan sepeda motor lebih banyak dan lebih bising; 3. Pohon rindang dan kicauan burung sudah mulai berkurung; 4. Hutan semakin sempit dan gunung –bukit semakin gundul; 5. Tanah kering beralang-alang semakin luas; 6. Musim kemarau lebih panas dan musim hujan banyak banjir; 7. Udara, air dan tanah semakin tercemar; Tantangan diatas berpengaruh besar pada pembangunan. makin rusak alam berarti makin kecil daya dukungnya bagi manusia. Hal ini memerlukan program pembangunan yang makin mendekati kebutuhan manusia dan yang terkait dengan lingkungan hidup. Pembangunan sekarang hendaklah mencakup: pertama, kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang, perumahan, dan lain-lain; kedua, kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa
16
keadilan, rasa sehat; dan ketiga, kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan sosial. 2.1.3 Aspek-Aspek Pengelolaan Lingkungan Dengan makin bertambahnya jumlah dan taraf hidup penduduk makin meningkat pula kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Untuk mencukupi meningkatnya kebutuhan tersebut akhirnya manusia mengambil jalan pintas dengan membuka lahan lebih luas yang secara tidak sengaja merusak lingkungan. Menurut Wardana (2006:55) akibatnya lingkungan tidak mampu lagi mendukung kehidupan manusia, dimana kesejahtraan dan bahkan kelangsungan hidup terganggu, yang kesemuanya disebabkan oleh ketidak sadaran manusia akan pentingnya kelestarian lingkungan, maka bencana selalu terjadi di mana-mana. Untuk menangkal ancaman kerusakan lingkungan, perlunya kesadaran manusia akan pentingnya kelestarian lingkungan dan perlu adanya pengelolaan lingkungan secara efektif. Pengelolaan lingkungan idealnya tidak saja hanya menitikberatkan pada masalah kepentingan manusia dalam pemenuhan kebutuhan terutama aspek material. Akan tetapi mempertimbangkan keseimbangan alam untuk tetap berproses secara alamiah. 2.1.4 Faktor-faktor Lingkungan
yang
Mempengaruhi
Munculnya
Kesadaran
Kesadaran lingkungan merupakan syarat mutlak bagi pengembangan lingkungan secera efektif, artinya tanpa adanya kesadaran tentang lingkungan bagi manusia, maka tentu pengembangan lingkungan ke arah yang bermanfaat
17
tidak akan tercapai. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk memberikan perhatian terhadap lingkungan melalui berbagai kegiatan agar kelestariannya dapat terjaga. Menurut Ruktiningsih, (2006:29), pada hakekatnya ada dua faktor yang kuat mempengaruhi perkembangan kesadaran lingkungan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yaitu yang muncul dari diri individu sebagai respon terhadap keadaan lingkungan atau adanya sesuatu yang terjadi dan berkembang di masyarakat. Artinya faktor internal merupakan inspirasi untuk memahami diri sendiri dan atas dasar itu timbul gagasan yang pada akhirnya terbentuk suatu upaya pemecahan masalah sendiri, dalam hal ini masyarakat sebagai kelompok sosial (secara kolektif). Dengan demikian, faktor internal ini merupakan faktor yang muncul adri dalam diri sendiri. Adapun faktor internal yang bersumber dari masyarakat pada hakekatnya merupakan kekuatan atau daya yang bersifat non-formal dan informal yang tercipta tanpa adanya hal-hal yang berbentuk formal, terencana, terprogram, dan terorganisir. 2.1.5 Konsep Pengenalan Lingkungan pada Siswa Sekolah Dasar Siswa Sekolah Dasar merupakan lanjutan dari pendidikan prasekolah (Taman kanak-kanak) berkisar antara usia 6-12 tahun. Masa ini dinamakan masa sekolah dan sesuai dengan amanat pemerintah yang termaktub dalam Sisdikan Nomor 20 tahun 2003. Pada masa ini sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih muda dididik daripada masa sebelum atau sesudahnya.
18
Menurut Soemarwoto (2006:13), masa keserasian bersekolah pada anak sekolah dasar dibagi dalam dua fase yaitu; a. Masa kelas rendah sekolah dasar, sekitar 6 tahun sampai dengan usia 8 tahun. Karakteristik siswa sekolah dasar pada tahap ini di antaranya: 1. Adanya korelasi positif yang tinggi ntara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dan prestasi sekolah 2. Adanya sikap yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan permainan tradisional 3. Kemampuan mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat dan mengagumkan b. Masa kelas tinggi sekolah dasar, sekitar 9 tahun sampai dengan usia 12 tahun. Karakteristik siswa sekolah dasar pada tahap ini di antaranya: 1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret 2. Menjelang masa akhir ini ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus serta munculnya sifat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar 3. Pada masa ini siswa memandang nilai (angka raport) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah. Selanjutnya, di dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimuat tentang isi kurikulum pendidikan sekolah dasar di antaranya mencakup: 1. Peningkatan Iman dan Takwa; 2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; 3. Keragaman potensi daerah dan lingkungan; 4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional; 5. Perkembangan ilmu dan pengetahuan, teknologi, dan seni; 6. Dinamika perkembangan global. Dalam merealisasikan amanat Undang-undang di atas, maka sistem pembelajaran di Sekolah Dasar harus dilaksanakan dengan sistem percobaan atau sering disebut dengan gagal dan mencoba lagi. Namun bila dicermati pada
19
salah satu konsep kurikulum di SD memuat tentang lingkungan di mana ia merupakan bagian dari kehidupan siswa, baik bersifat alami maupun sudah dimodifikasi oleh manusia, semuanya sangat relevan dengan pembelajaran yang dialami oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian, sangat disadari bahwa pembelajaran di SD terutama yang berkaitan dengan lingkungan terkadang tidak secara keseluruhan dapat menjawab persoalan yang dihadapi. Hal ini terjadi karena pengetahuan anak SD terhadap lingkungan masih sangat terbatas adanya. Dengan demikian, setiap guru harus mampu memodifikasi segala keterampilan proses pembelajaran yang diajarkan kepada peserta didik SD serta disesuaikan dengan tingkat intelektual dan perkembangannya. Di samping itu, setiap guru harus memahami seluruh komponen pembelajaran yang diajarkan di SD, termasuk yang berkaitan dengan materi, metode, media, serta kondisi lingkungan pembelajaran yang ada. Semua ini tidak boleh saling terpisah atau disepelehkan oleh guru, karena antara satu dan lainnya sangat menunjang untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Secara rinci pendidikan tentang lingkungan di SD tidak dijelaskan, akan tetapi kajian tentang bagaimana eksistensi lingkungan bagi makhluk hidup banyak dijelaskan dan hampir seluruh aspek pembelajaran terutama pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dimengerti, oleh karena pembelajaran IPA merupakan pengetahuan yang bersumber dari alam atau tumbuh karena ada gejala-gejala alam.
20
Menurut Darmono (2005:29), di antara materi yang menyentil tentang kemanfaatan lingkungan terhadap keberlangsungan biota lingkungan adalah materi tentang hubungan antar makhluk hidup, dengan sub materi sebagai berikut: a. Jenis hubungan khas antar makhluk hidup. Dalam materi hubungan antar makhluk hidup dijelaskan secara rinci bahwa antara makhluk hidup yang satu dengan lainnya memiliki naluri untuk saling menghargai dan menghormati serta cenderung untuk saling menjaga. Hal ini dimaksudkan karena tanpa adanya unsur kesadaran pada satu pihak maka hubungan tersebut tidak akan terjaga dengan baik di antara mereka akan terancam keberadaannya. b. Saling ketergantungan antara hewan dan tumbuhan Salah satu prinsip yang selalu dibicarakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan bertahan hidup tanpa makhluk lain. Sifat ketergantungan ini mendorong manusia selalu menjaga hubungan yang baik dengan lingkungan, yaitu prinsip kelestarian. Sebaliknya, lingkungan merupakan sumber kehidupan manusia, karena sumber makann manusia secara keseluruhan bersumber dari alam atau lingkungan. c. Pengaruh perubahan lingkungan Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa apabila salah satu pihak muncul sikap untuk melakukan pengrusakan terhadap lainnya, maka akibatnya adalah salah satu ekosistem tersebut akan puanh. Demikian pula manusia dengan lingkungan, apabila manusia tidak menjaga lingkungan sesuai dengan habitatnya, maka dikhawatirkan lingkungan akan menjadi ancaman. Hal ini dipahami karena rusaknya lingkungan akan memicu munculnya ragam bencana sebagai akibat dari ketidakseimbangan atau adanya perubahan struktur lingkungan. Perubahan ini dapat dilihat dengan struktur keberadaan lingkungan seperti terjadinya erosi yang mengakibatkan tanah tidak stabil, musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan sehingga petani gagal panen, kebakaran hutan yang mengakibatkan terancamnya ekosistem lingkungan hidup dan makhluk hidup yang mendiaminya tanah gundul sehingga mengakibatkan banjir dan tonoh longsor, dan lain sebagainya.
21
2.1.6 Hakekat Metode Pembiasaan Metode pembiasaan adalah adalah metode di mana anak dapat melakukan secara rutin kegiatan-kegaitan yang ditugaskan kepadanya, yang tahap-tahap mencapai kesempurnaan. Metode pembiasaan merupakan cara belajar melalui alam sekitar, sehingga di sini nampak bahwa alam benar-benar sebagai sumber belajar atau sumber ilmu pengetahuan. Di samping itu pula, metode ini sangat baik digunakan guru untuk mengadaptasikan diri siswa dengan kehidupan sosial di mana ia dapat melihat langsung interaksi sosial di masyarakat, sehingga dari sanalah ia dapat mengklasifikasikan sifat-sifat yang baik dan buruk, yang kemudian menjadi pelajaran serta perbanding-an bagi mereka terhadap materimateri yang telah dipelajari.
Metode ini dilaksanakan pula untuk mempelajari masalah-masalah tertentu dengan cara mengamati sendiri obyek yang telah ditentukan atau mengadakan tanya jawab dengan orang-orang yang dianggap mempunyai pengetahuan atas masalah yang dipelajari. Dengan metode ini pengetahu-an siswa dapat bertambah secara luas dan mendalam, siswa menjadi lebih hidup, bersemangat, serta dapat mengenal secara langsung pengetahuan yang praktis. Metode pembiasaan ini sangat berguna untuk menjaga stabilitas lingkungan, kebersihan, dan pelestariannya. Itulah sebabnya, metode pembiasaan ini snagat perlu dioptimalkan oleh guru dalam rangkan penjewantahan segala disilipin yang diperoleh yang bersifat teoritis hingga bersifat praktis. Dengan kata lain, melalui metode pembiasaan ini diharapkan
22
siswa dapat memelihara dan mengelola alam sebagai karunia Allah swt. terbesar untuk makhluk-Nya. Metode pembiasaan memiliki banyak kelebihan bila dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain: a. Siswa dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka ragam dari dekat. b. Siswa dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan c. Siswa dapat menjawab masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan dengan melihat, mendengar, mencoba dan membuktikan secara langsung d. Siswa dapat mempelajari sesuatu secara integral dan komprehensif. Untuk mencapai kelebihan yang terdapat pada metode pembiasaan sebagaimana di atas, seorang guru harus terlebih dahulu menyusun langkahlangkah perencanaan yang akan dilakukan, di antaranya; (a) merumuskan tujuan, (b) menetapkan obyek sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, (c) menetapkan waktu pelaksanaan, (d) menyusunan rencana belajar selama pembiasaan berlangsung, dan (e) menyediakan perlengkapan yang di butuhkan. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Di bawah ini akan diketengahkan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penggunaan metode pembiasaan pada kegiatan pembelajaran dalam
23
kaitannya dengan meningkatkan kemampuan memelihara kebersihan lingkungan pada siswa kelas V SD. Hasil penelitian pendukung dimaksud antara lain: 1. Herlian Hiola. 2009, Judul penelitian ”Melestarikan Lingkungan Hidup melalui Metode Pembiasaan pada Siswa Kelas V SDN 27 Dungingi Kota Gorontalo” Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ngeri Gorontalo. Hasil penelitainnya menunjukkan bahwa, salah satu upaya untuk melestarikan lingkungan hidup adalah menanam pohon-pohonan yang rindang dan kekar akarnya pada setiap tanah yang gersang dan pekarangan rumah. Dengan membiasakan penghijauan di lingkungan sekitar, maka secara otomatis dapat menghasilkan hawa yang sejuk dan bersih serta menampakkan rasa keindahan. 2. Rahmawati Husain, 2011. Judul penelitian ”Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa melalui Metode Pembiasaan di SMP Negeri 2 Tilamuta Kabupaten Boalemo” Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ngeri Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang kreatif menggunakan metode pembiasaan, maka perilaku siswa akan selalu terarah pada hal-ha yang positif, daya kritis siswa akan selalu meningkat, interaksi sosial siswa semakin baik, serta mendidik siswa untuk belajar lebih giat, disiplin, dan berprestasi. 3. Rusmin Niode, 2011. Judul penelitian ”Efektivitas Metode Pembiasaan dalam Pembentukan Prilaku Postif Siswa SDN Negeri 1 Limboto Kabupaten
24
Gorontalo” Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ngeri Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembiasaan adalah salah satu metode
yang
sangat
efektif
dilakukan
oleh
seorang
guru
dalam
mengaplikasikan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan ketiga penelitian yang diuraian pada literatur di atas, dan setelah dianalisis secara tidak langsung memiliki keterkaitan erat dengan penelitian yang akan dilakukan. Namun demikian, penelitian yang disebutkan masih bersifat umum dan belum ada yang bersifat khusus. Oleh karena itu, fokus yang akan dikaji penulis dalam penelitian ini memiliki spesifikasi tersendiri dari peneliti sebelumnya, yaitu seberapa jauh peranan guru dalam mengoptimalkan
penggunaan
metode
pembiasaan
sehingga
kemampuan
memelihara kebersihan lingkungan bagi siswa Kelas IV SD 3 Tilongkabila
Kabupaten Bone Bolango dapat meningkat. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoretis yang telah dikemukakan, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Jika guru menggunakan metode pembiasaan dalam pembelajaran, maka kemampuan siswa Kelas IV SD 3 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dalam memelihara kebersihan lingkungan dapat meningkat.
25
2.4 Indikator Kinerja Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila minimal 80 % atau 20 orang siswa Kelas IV SD 3 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango sudah mengalami peningkatan kemampuan memelihara kebersihan lingkungan melalui metode pembiasaan. Dengan demikian, apabila dalam pelaksanaan penelitian nanti perilaku siswa dalam memelihara kebersihan lingkungan di bawah dari 80% atau 20 orang siswa, maka dilakukan perbaikan pembelajaran dalam bentuk siklus dengan tetap menggunakan metode pembiasaan terapi hingga mencapai harapan yang diinginkan.