7
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan (Depdikbud, 1999:623). Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa atau sanggup melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah
penilaian
terkini
atas
apa
yang
dapat
dilakukan
seseorang
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan, diakses tanggal 23 september 2012). Menurut Zain (dalam Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan kita berusaha dengan diri sendiri, sedangkan Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati (2001:34) mendefinisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kapasitas kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam
melakukan sesuatu hal atau beragam tugas dalam suatu pekerjaan
tertentu:http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/08/pengertiankemampuan.html
8
2.1.2. Hakekat alat ukur berat. 2.1.2.1. Pengertian alat ukur berat. Alat ukur berat adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu benda. Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai benda berbagai ukuran. Ada yang besar dan ada yang kecil. Ada yang berat dan ada yang ringan. Contoh benda ringan: kapas, pensil, dan kertas. Contoh benda berat: batu besar, seember air, dan meja. Benda-benda dapat dibandingkan beratnya dengan cara mengangkat. Batu lebih berat daripada batu bata atau batu bata lebih ringan dari batu. Selain dengan cara mengangkat, berat benda dapat diukur menggunakan timbangan. (Aksin, 2010:83) 2.1.2.2. Macam-macam alat ukur berat
Timbangan Roti
Timbangan Gantung
Timbangan Pasar
Timbangan Neraca
9
Timbangan digital
Untuk mengukur berat
Timbangan berat badan
benda dengan tepat, sebaiknya digunakan
timbangan yang sesuai. Misalnya: Timbangan pasar yaitu untuk menimbang telur, gula, dan tepung dalam jumlah yang tidak banyak. Timbangan roti untuk menimbang
buah, telur dan tepung. Timbangan gantung untuk menimbang
sekarung beras, sekarung kedelai dan benda yang berat. Timbangan digital adalah timbangan yang digunakan untuk menimbang suatu benda dengan berat tertentu yang hasil timbangannya akan terlihat langsung pada layar digital yang sudah tertulis dengan angka. Timbangan berat badan yaitu untuk menimbang berat badan seseorang. Timbangan neraca yaitu untuk menimbang benda-benda yang sangat ringan, seperti cincin, kalung, emas dan perak. Satuan berat yang baku antara lain gram dan kilogram, (Aksin, 2010:89) Dari beberapa timbangan, peneliti memilih timbangan roti sebagai alat untuk penelitian tindakan kelas. 2.1.2.3. Ukuran satuan berat Menurut Uminarti, (2009:64) ukuran satuan berat : 1 kg cara membaca satu kilo gram
10
1 g cara membaca satu gram 1 kg = 1000 gram 1 kg = 10 ons 1 ons = 100 gram
2.1.2.4. Cara menggunakan alat ukur berat
11
Pasta gigi ditimbang dengan timbangan yang menggunakan Satuan gram (g). Ketika pasta gigi ditimbang, jarum timbangan menunjuk angka 100. Jadi berat pasta gigi 100 g = 1 ons. Semangka ditimbang dengan timbangan yang menggunakan satuan kg. ketika semangka ditimbang, jarum timbangan menunjuk angka 3. Jadi berat semangka 3 kg. Pada gambar di samping ada seorang anak yang sedang menimbang berat badan. Jarum menunjuk pada angka 30 jadi, berarti berat badan anak tersebut adalah 30 kg. (Aksin, 2009:44)
2.1.3. Hakekat metode demonstrasi. 2.1.3.1. Pengertian metode. Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar yang bertujuan yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Ulih Bukit Karo-Karo, 1985:7). Metode
mengajar
merupakan
cara
yang
digunakan
guru
dalam
membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. Setiap metode mengajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam membentuk pengalaman belajaar siswa, tetapi satu dengan yang lainnya saling menunjang. (Anitah, 2007:5.17) Berdasarkan beberapa pendapat di atas metode adalah cara-cara yang digunakan yang dilakukan guru dalam rangka proses kegiatan belajar-mengajar, sehingga individu yang diajar akan dapat mencerna, menerima dan mampu
12
mengembangkan bahan-bahan/ materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2.1.3.2. Macam-macam metode pembelajaran Macam-macam metode
menurut (Djamarah, 1995:93) dapat diuraikan
sebagai berikut: 1.
Metode Proyek. Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak
dari suatu masalah, kamudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. 2.
Metode Eksperimen. Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. 3.
Metode Tugas dan Resitasi. Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa, atau di mana sajaasal tugas itu dapat dikerjakan. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya.
13
4.
Metode Diskusi. Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa
dihadapkan kepada sutu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar mengajar terjadi, di mana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. 5.
Metode Sosiodrama. Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam
pemakaiannya
sering
disilih
gantikan.
Sosiodrama
pada
dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah : a). Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b). Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab. c). Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. d). Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. 6.
Metode Problem Solving. Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: a). Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. b). Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan un tuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku,
14
meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain. c). Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. d). Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. e). Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. 7.
Metode Karyawisata. Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak ke luar
sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karyawisata, adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajar siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan, museum, dan sebagainya.
15
8.
Metode Tanya Jawab. Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode tanya jawab adalah yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah. 9.
Metode Latihan. Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. 10. Metode Ceramah. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasilisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meski metode ini lebih banyak menuntut keaktifan guru daripada anak didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisional, seperti di pedesaan, yang kekurangan fasilitas. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
16
11. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Dari berbagai macam metode tersebut, penulis lebih memfokuskan pada metode demonstrasi. 2.1.3.3. Metode demonstrasi 1) Pengertian metode demonstrasi Metode demonstrasi ialah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. (Soekarwati, 1995:57). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran atau metode demostrasi adalah guru atau siswa memperagakan gerakan–gerakan yang tersirat dalam teks. Metode demonstrasi mengkombinasikan teknik lisan dengan suatu perbuatan, tutur kata, perubahan raut muka, dan gerakan badan seorang tokoh dapat diperagakan seorang guru di depan siswa. (Djamarah, 2000:120). Metode tindakan
atau
demonstrasi prosedur
yang
biasanya dilakukan
berkenaan
dengan
misalnya: proses
tindakanmengerjakan
17
sesuatu,
proses
menggunakan
sesuatu,
membandingkan
suatu
cara
dengan cara lain atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu. Menurut Anitah (2007:5.25) metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrasi dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus dapat memperhatikan objek yang akan didemonstrasikan. Selama proses demonstrasi, guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut. Secara umum demonstrasi dapat diartikan sebagai salah satu cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan (Djamarah, 1995:102). Metode Demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan dan menggunakannya, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. (Djamarah, 1995:102). Menurut Putra, dkk (2004:24) “Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu “. Sedangkan menurut Djamarah (2000:54) : “Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran “.
18
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi
menurut
penulis
adalah
cara
penyajian
pelajaran
dengan
memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode demonstrasi Menurut Putra, (2004:68) adalah: 1. Guru harus mampu menyusun rumusan masalah tujuan instruksional agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar 2. Mempertimbangkan baik-baik apakah pilihan teknik anda mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan 3. Mengamati
banyaknya
siswa
memberi
kesempatan
untuk
sesuatu
demonstrasi yang berhasil, bila tidak harus mengambil kebijaksanaan lain 4. Meneliti alat dan bahan yang akan digunakan mengenai jumlah, kondisi, dan tempatnya, Serta mencoba terlebih dahulu agar demonstrasi berhasil 5. Menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan 6. Ketersediaan waktu yang cukup sehingga dapat memberi keterangan bila perlu dan siswa bisa bertanya 7. Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya apa yang belum dimengerti. 8. Mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan itu berhasil dan bila perlu demonstrasi bisa diulang. 2). Tujuan dan fungsi metode demonstrasi Metode demonstrasi digunakan dengan tujuan: 1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh siswa. 2) Mengkonkretkan informasi atau penjelasan kepada siswa.
19
3) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara bersama-sama. Metode demonstrasi juga mempunyai fungsi yang diharapkan dalam Proses Belajar Mengajar antara lain: a). Memberikan gambaran yang jelas dan pengertian yang konkrit tentang suatu proses atau keterampilan, b). Menunjukkan dengan jelas langkah-langkah sesuatu proses keterampilan pada siswa, c). Lebih mudah dan efisien dibandingkan metode lain karena siswa langsung mengamati, d). Memberikan kesempatan dan sekaligus melatih siswa mengamati sesuatu yang cermat, e). Melatih siswa untuk mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan guru, f). Membantu meningkatkan daya pikir dalam peningkatan kemampuan mengingat, berpikir konvergen, berpikir evaluatif. Dilihat dari fungsi di atas, metode demonstrasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperkirakan apa yang akan terjadi, bagaimana hal itu terjadi, dan mengapa hal itu terjadi. Metode demonstrasi sebagai dramatisasi memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk mendapat gambaran tentang kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang mendekati kenyataan. Sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2162646-tujuan-danfungsi-metode-demonstrasi/#ixzz2G5ihIJGH 3). Manfaat Metode Demonstrasi Manfaat metode demonstrasi menurut Djamarah, (2000:81) adalah: a) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan. b) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari. c) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. 4). Alasan penggunaan metode demonstrasi
20
Menurut Moedjino dan Dimyanti, (1991/1992:61) bahwa guru menggunakan metode demonstrasi apabila: 1) Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit melalui penjelasan atau diskusi. 2) Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi. 3) Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam audutif dan motorik, ataupun sebaliknya. 4) Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja. 5) Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkret. Menurut (Djamarah, 1995:102) metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangannya, sebagai berikut : 2.1.3.4. Kelebihan metode demonstrasi 1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat) 2) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang didemonstrasikan. 3) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar akan lebih aktif mengamati peristiwa yang terjadi. 4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukannya sendiri. 2.1.3.5. Kekurangan metode demonstrasi 1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif. 2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
21
3) Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain. 2.1.3.6 Cara mengatasi keterbatasan metode demonstrasi Menurut Putra, dkk. (2004:26) upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode demonstrasi adalah dengan berbagai cara, yakni: 1) Guru harus terampil melakukan demonstrasi. 2) Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk demonstrasi. 3) Mengatur waktu sebaik mungkin. 4) Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin. 2.1.3.7 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan metode demonstrasi menurut (Abimanyu, 2008:29) adalah : 1. Kegiatan Persiapan : a). Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, b). Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, c). Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang telah disiapkan, d). Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk pengggunaan peralatan yang diperlukan. 2. Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi a. Kegiatan Pembuka Sebelum kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam membuka pelajaran: a). Aturlah tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru, b). Tanyakan pelajaran sebelumnya, c). Timbulkan motivasi siswa dengan mengemukakan anekdot atau kasus di masyarakat yang ada kaitannya dengan pelajaran yang akan dibahas, d).
22
Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan juga tugas-tugas apa yang harus dilakukan disamping dalam demonstrasi nanti.
23
b. Kegiatan Inti Pembelajaran Kegiatan inti pembelajaran antara lain: a). Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah direncanakan dan dipersiapkan guru, b). Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal yang penting yang harus dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-baiknya, c). Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang menegangkan, d). Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan bertanya dan komentar-komentar. c. Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran Jika demonstrasi telah selesai, yang dilakukan guru selanjutnya adalah: a). Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok atau langkahlangkah kegiatan demonstrasi, b). Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami, c). Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi, d). Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun tugastugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan. 2.1.4. Penerapan metode demonstrasi dalam menggunakan alat ukur berat. Sebagai upaya meningkatkan kemampuan menggunakan alat ukur berat pada siswa kelas II SDN 8 Kabila Bone maka pada sajian berikut diuraikan langkahlangkah pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti :
Langkah 1 : Guru mengatur tempat duduk yang memungkinkan siswa dalam tujuannya agar memperhatikan apa yang akan didemonstrasikan oleh guru
24
Langkah 2 : Guru memberikan pertanyaan yang ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa: apakah adik-adik sudah pernah melihat timbangan seperti ini? Dengan begitu siswa mulai berpikir bahwa yang akan dilakukan pada saat itu yaitu mengukur berat suatu benda. Langkah 3 : Memotivasi siswa agar pembelajaran yang dilaksanakan akan tercapai sesuai dengan harapan guru dengan menyampaikan materi yang akan diajarkan oleh guru. Langkah 4 : Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yaitu agar konsentrasi siswa sepenuhnya pada materi yang akan diajarkan oleh guru yaitu setelah pembelajaran ini diharapkan siswa dapat melakukan pengukuran berat Langkah 5 : Guru mendemonstrasikan cara menggunakan alat ukur berat seperti timbangan. Perhatikan timbangan di bawah ini :
Berat jeruk = 7 ons
Berat salak = 8 ons
25
Berat tomat = 9 ons
Berat apel = 1 kg 1 ons
Berat salak = 8 ons
Berat kadondong = 1 kg 1 ons
26
Langkah 6 : Setelah mendemonstrasikan cara menggunakan alat ukur berat, siswa diminta memperagakan cara menggunakan alat ukur berat seperti timbangan. Langkah ini bertujuan untuk
menumbuhkan semangat
dan keberanian siswa untuk
mengemukakan pendapat. Dengan begitu siswa berkeinginan maju untuk mencoba mengukur berat benda. Langkah 7 : Guru memberikan kesempatan kepada siswa bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa kemudian guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) tujuannya untuk mengukur kemampuan siswa apakah siswa sudah mampu menggunakan alat ukur berat atau belum dengan materi yang sudah diberikan oleh guru. Meski bekerja kelompok tiap siswa menerima satu lembar kerja. Melalui diskusi kelompok siswa diminta menyelesaikan soal materi alat ukur berat yang ada pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Dan diharapkan semua siswa aktif dalam kelompoknya. Guru meminta siswa sebagai perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok secara bergantian. Dan kelompok yang belum
mempresentasikan
hasil
kerja
memperhatikan
kelompok
lain
mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Langkah 8 : Guru dan siswa merangkum atau menyimpulkan materi dan langkah-langkah demonstrasi yang telah dilaksanakan.
Langkah 9 : Siswa diberikan LKS II yang dikerjakan secara individual sebagai tes evaluasi dalam kegiatan akhir.
27
2.2 Kajian yang relevan. Penelitian ini dilakukan oleh Asnawi Amara Tahun 2010 dengan judul: Meningkatkan pemahaman siswa tentang rangkaian listrik melalui metode demonstrasi di kelas VI SDN I Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian bahwa upaya peningkatan pemahaman siswa pada materi rangkaian listrik melalui metode demonstrasi pada siswa kelas VI SDN 1 Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo dilakukan secara bertahap, berurutan dan sistematis guna meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi oleh siswa. Hasil belajar siswa pada siklus I baru mencapai 55,1%. Sementara pada siklus II pemahaman belajar siswa melalui tes unjuk kerja mengalami peningkatan sebesar 83% atau sebanyak 24 orang dari jumlah siswasebanyak 29 orang. Hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan dan ketuntasan sehingga tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya. Penelitian ini dilakukan oleh Ummu Amalia Tahun 2009 dengan judul : Hubungan penggunaan metode demonstrasi terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran Fiqih di MAN Wlingi Blitar. Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan deskripsi data tentang hubungan metode demonstrasi terhadap motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran fiqih di MAN Wlingi Blitar dapat disimpulkan sebagai berikut: (1). Penggunaan metode demonstrasi sebagaimana dilakukan oleh guru fiqih di MAN Wlingi Blitar dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa dilakukan dalam tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan meliputi pembuatan perangkat pembelajaran (silabus dan RPP). Pelaksanaan meliputi persiapan, penyajian, peragaan, pengamatan, dan kesimpulan. Penilaian meliputi pemberian evaluasi atau penugasan.(2). Hubungan penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa pada mata pelajaran fiqih di MAN Wlingi Blitar dapat dilihat dari hasil peneliitian
28
yang sebesar r = 0,558 jika dikonsultasikan dengan harga tabel taraf signifikan 5% untuk jumlah sampel 70 siswa adalah 0,558 sehingga r hitung > r tabel (0,558 > 0,232) yang membuktikan bahwa H0 ditolak dan Ht diterima yang berarti bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara metode demonstrasi dengan motivasi berprestasi siswa. Penelitian ini dilakukan oleh Widad Eva Hajar Charir Tahun 2010 dengan judul Implementasi Model Pembelajaran Savi (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) dengan mmenggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan prestasi belajar fisika dan berfikir kritis siswa. Berdasarkan penelitian bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Savi dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang telah dilakukan. Hasil observasi menunjukkan
bahwa
kemampuan
berpikir
kritis
siswa
dengan
model
pembelajaran Savi dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkat dibandingkan dengan menggunakan model Savi dengan metode ceramah. Siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap model pembelajaran Savi dengan menggunakan metode demonstrasi. Berdasarkan hasil perhitungan data tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Savi yang diperoleh dari 29 responden maka rata-rata hasil perhitungan sebesar 82,34% dari seluruh responden. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden memberi tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran Savi dengan menggunakan metode demonstrasi. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka teori, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika digunakan metode demonstrasi maka kemampuan menggunakan alat ukur berat pada siswa kelas II SDN 8 Kabila Bone Kab. Bone Bolango akan meningkat.
29
2.4 Indikator Kinerja. Yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah minimal 80% dari jumlah siswa 25 orang yang dikenai tindakan memperoleh nilai KKM 65 ke atas.