17
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Agency Agency theory menjelaskan bahwa organisasi merupakan jaringan hubungan kontraktual antara manajer (agent) dengan pemilik, kreditur dan pihak lain (principal). Di dalam teori ini, agen diasumsikan sebagai individu yang rasional, memiliki kepentingan pribadi dan berusaha untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya. Manajer sebagai agen bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka sehingga ada kemungkinan besar agen tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling,1976). Agency Theory dibangun berdasarkan hubungan yang terjadi dalam hubungan keagenan (agency relationship). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency relationship sebagai “a contract under which one or more persons (the principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Hubungan keagenan merupakan hubungan yang timbul dari adanyaperjanjian oleh satu orang atau lebih, dimana principal mengikat pihak lain (agen) untuk melaksanakan kegiatan demi kepentingan principal. Agen juga diberikan kewenangan oleh principal dalam hal pengambilan keputusan demi terpenuhinya kepentingan principal tersebut. Namun, hubungan ini tidak selamanya berjalan dengan baik. Ketidakselarasan ini tercipta karena adanya perbedaan kepentingan antara pihak principal yang menginginkan tingkat pengembalian atas investasi yang telah dilakukan (return on investment), sedangkan pihak manajemen ingin memaksimalkan kompensasi yang bisa diperoleh dari perusahaan sesuai dengan kontrak. Dalam lingkup organisasi, teori keagenan menjelaskan munculnya ketidakseimbangan informasi (asimetri informasi) dan konflik kepentingan. Asimetri informasi adalah kondisi dimana pihak principal tidak memperoleh informasi yang sama banyak dengan informasi yang dimiliki oleh pihak agen. Kedua hal tersebut akan menimbulkan konflik yang disebut dengan agency problem. Dalam agency problem, dikenal adanya conflict of interest yang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu moral hazard dan adverse selection. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan permasalahan tersebut adalah:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
1. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak kerja. 2. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen didasarkan pada informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai kelalaian dalam tugas. Konflik ini membutuhkan agency cost untuk mengatasinya. Agency cost digunakan sebagai mekanisme monitoring dan bonding terhadap perilaku agent. Namun, keberadaan agency cost yang terlalu tinggi akan mengakibatkan perusahaan tidak bisa maksimal dalam efisiensi anggaran. Sehingga perlu dibentuk suatu mekanisme untuk menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang ada. Contoh dari mekanisme-mekanisme tersebut adalah pemberian insentif dan kompensasi yang menarik bagi manajemen yang memungkinkan berkurangnya konflik dan pemberlakuan peraturan-peraturan oleh dewan komisaris (Fama andJensen, 1983). Teori keagenan dapat digunakan sebagai dasar pemahaman dalam praktik pengungkapan risiko. Manajer sebagai pihak agen, memiliki informasi perusahaan yang lebih banyak dan lebih akurat, dibandingkan dengan stakeholder. Informasi tersebut mencakup seluruh kondisi perusahaan, termasuk kondisi-kondisi yang mungkin akan dihadapi perusahaan di masa datang. Pemegang saham, kreditur
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
dan stakeholder lainnya memerlukan informasi-informasi tersebut untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan yang akan dilakukan. Apabila terdapat asimetri informasi antara pihak agen dan principal, maka keputusan yang diambil bias berdampak buruk dan merugikan berbagai pihak. Manajer seharusnya menjamin ketersediaan informasi yang relevan dan lengkap mengenai risiko yang dihadapi perusahaan, salah satunya dengan menggunakan mekanisme pengungkapan. Kesimpulannya, pengungkapan risiko yang baik akan mengurangi terjadinya asimetri informasi antara pihak agen dan principal (Belkoui 2000). Dalam menjalankan perusahaan manajer juga dapat dimonitor oleh para pemegang saham. Tetapi pada kenyataannya tidak semua tindakan manajer dapat dimonitor oleh pemegang saham karena kompleknya aktifitas perusahaan serta semakin besarnya ukuran perusahaan. Menurut Slamet Haryono (2005) terdapat tiga macam biaya dalam teori agency yaitu : 1).
Biaya monitoring yang dikeluarkan oleh principal untuk mengawasi aktifitas dan perilaku manajer antara lain membayar auditor untuk mengaudit laporan keuangan dan premi asuransi untuk melindungi assetperusahaan.
2).
Biaya bonding yang ditanggung manajer untuk memberikan jaminan kepada pemilik bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang merugikan perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
3).
Residual loss adalah biaya yang ditanggung oleh principal untuk mempengaruhi
keputusan
manajer
supaya
meningkatkan
kesejahteraan principal. 2. Teori Stakeholder Dalam teori stakeholder menjelaskan bahwa perusahaan tidak hanya beroperasi untuk pencapaian tujuannya saja tetapi harus memberikan manfaat bagi para stakeholdernya (lukviarman, 2005). Stakeholder yang dimaksud adalah pemegang saham, kreditur, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya yang ikut serta dalam proses pencapaian tujuan perusahaan. Dengan kata lain kemakmuran suatu perusahaan sangat bergantung kepada dukungan dari para stakeholdernya. Stakeholder merupakan pemangku kepentingan di dalam sebuah perusahaan yang sangat berpengaruh terhadap pencapai tujuan suatu perusahaan. Menurut Clarkson (1994), terdapat dua golongan stakeholder yaitu stakeholder sukarela dan stakeholder non-sukarela. Stakeholder sukarela adalah suatu kelompok atau individu yang menanggung suatu jenis risiko karena mereka telah melakukan investasi di dalam suatu perusahaan, sedangkan stakeholder nonsukarela adalah suatu kelompok atau individu yang mengalami risiko akibat kegiatan perusahaan tersebut. Dengan kata lain stakeholder adalah pihak yang mempengaruhi atau akan dipengaruhi oleh keputusan dan strategi perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, dan untuk mendapatkan dukungan dari stakeholder perusahaan harus memberikan manfaat bagi para stakeholdernya. Definisi stakeholder menurut Freeman dan McVea (2001)
adalah
setiap
kelompok
atau
individu
yang
dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi. Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholdernya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholder, terutama stakeholder yang mempunyai kekuatan terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, misal tenaga kerja, pasar atas produk perusahaan dan lain-lain (Chariri dan Ghozali, 2007). Salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para
stakeholder
perusahaan
adalah
dengan
melaksanakan
pengungkapan risiko. Pengungkapan risiko oleh perusahaan sangat berguna bagi para stakeholder untuk pengambilan keputusan dalam menanamkan saham. Pengungkapan risiko juga merupakan salah satu cara perusahaan untuk berkomunikasi dengan para stakeholdernya. Melalui pengungkapan risiko, perusahaan dapat memberikan informasi khususnya informasi mengenai risiko yang terjadi di perusahaan. Dengan mengungkapkan informasi risiko secara lebih mendalam dan luas menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk memuaskan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh para stakeholder (Taures, 2011). Menurut Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) (2002) tidak ada standar khusus yang mengatur tentang
bagaimana
pengukuran
risiko
yang
dilakukan
oleh
perusahaan. Perusahaan yang berskala besar cenderung lebih banyak dalam melakukan pengungkapan risiko di bandingkan perusahaan berskala
kecil.
Semakin
banyak
suatu
perusahaan
dalam
mengungkapkan risiko yang dimilikinya maka semakin ia mempunyai kemampuan untuk menghindari risiko tersebut. Menurut Amran et al (2009) pengungkapan risiko perusahaan diantaranya: 1. Risiko keuangan merupakan risiko yang berkaitan dengan instrumen keuangan perusahaan seperti risiko pasar, kredit, likuiditas, serta tingkat bunga atas arus kas. 2. Risiko operasi merupakan risiko yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan, pengembangan produk, pencarian sumber daya, kegagalan produk, dan lingkungan. 3. Risiko kekuasaan merupakan risiko yang berkaitan dengan sumberdaya manusia dan kinerja para karyawan. 4. Risiko tekhnologi dan pengolahan informasi merupakan risiko yang berkaitan dengan akses, ketersediaan, dan infrastruktur tekhnologi dan informasi yang dimiliki perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
5. Risiko integritas merupakan risiko yang berkaitan dengan kecurangan manajemen dan karyawan, tindakan ilegal, dan reputasi. 6. Risiko
strategi
merupakan
risiko
yang
berkaitan
dengan
pengamatan lingkungan, industri, portofolio bisnis, pesaing, peraturan, politik dan kekuasaan. Semua informasi mengenai pengungkapan risiko dalam laporan tahunan perusahaan akan sangat membantu dan dibutuhkan stakeholders dalam pengambilan keputusan. Menurut Amran et al (2009), laporan tahunan yang dibuat oleh perusahaan diharapkan menunjukkan informasi yang berguna bagi para stakeholder dalam pengambilan keputusan. 3. Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Laporan keuangan terdiri dari:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
a. Laporan Laba Rugi Komprehensif 1) Definisi Laporan laba rugi komprehensif adalah laporan keuangan yang disajikan oleh suatu entitas mengenai seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode akuntansi (IAI, 2011). Laporan laba rugi (income statement) adalah suatu laporan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam suatu periode akuntansi atau satu tahun. Secara umum laporan laba rugi terdiri dari dua unsur pendapatan dan unsur beban usaha. Pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha akan menghasilkan laba usaha (Rudianto, 2009). Lebih lanjut menurut Rudianto (2009), pendapatan adalah kenaikan
kekayaan
perusahaan
akibat
penjualan
produk
perusahaan dalam rangka menjalankan kegiatan usaha normal. Beban usaha adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh barang dan jasa yang digunakan di dalam usaha normal perusahaan dan bermanfaat pada suatu periode tertentu. Beban usaha terdiri dari berbagai beban yang berbeda antara satu perusahaan dengan yang lainnya: seperti beban gaji, beban transportasi, beban listrik dan telepon, dan sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Dalam Bazley dkk. (2010) dijelaskan: An income statement is a financial statement that summarizes the result of a company’s operations (i.e., net income) for a period of time (generally a one-year or one-quarter accounting period). A company’s operations (sometimes called the earning process) include its purchasing, producing, selling, delivering, servicing, and administrating activities. Berdasarkan uraian di atas, laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang merangkum hasil operasi perusahaan untuk satu periode akuntansi. Yang termasuk di dalam laporan laba rugi antara lain: pembelian, produksi, penjualan, pelayanan, dan kegiatan pengadministrasian. 2) Pos-pos Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi komprehensif, sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut selama suatu periode a) Pendapatan. b) Biaya keuangan. c) Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. d) Beban pajak. e) Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari: (i) Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan. (ii) Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan. f) Laba rugi. g) Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h)). h) Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. i) Total laba rugi komprehensif. Menurut Bazley dkk. (2010:58-59), terdapat empat unsur di dalam laporan laba rugi, yaitu: a) Revenue are inflows of assets of a company or settlement of its liabilities (or a combination of both) during a period from delivering or producing good, rendering services, or other activities that are the company’s on going or major central operations. Revenues increase the equity of a company. b) Expenses are outflows of assets of accompany or incurrences of liabilities (or a combination of both) during a period from delivering or producing good, rendering services, or carrying out other activities that are the company’s on going or major central operations. Expenses decrease the equity of accompany. c) Gains are increases in the equity of a company from peripheral or incidental transactions, and from all other events and circumstances during a period, except those that result from revenues or investments by owners. d) Losses are decreases in the equity of company from peripheral or incidental transactions, and from all other events and circumstances during a period, except those that result from revenues or investments by owners.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
b. Laporan Perubahan Ekuitas atau Laba Ditahan Laporan perubahan ekuitas adalah laporan keuangan yang menyajikan perubahan ekuitas yang menunjukkan total laba rugi komprehensif selama suatu periode, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui dan rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan. Menurut Wild dan Winston (2011) dijelaskan bahwa: The statement of retained earnings explains changes in retained earnings from net income (or loss) and from any dividens. The statement of retained earnings reports information about how retained earnings changes over the reporting period. This statement shows beginning retained earnings, even that increase it (net income), and even that decrease it (dividens and net loss). Ending retained earnings is computed in this statement and is carried over and reported on the balance sheet. Berdasarkan uraian tersebut, pernyataan laba ditahan merupakan perubahan laba ditahan yang berasal dari laba bersih/rugi dan dari dividen selama periode pelaporan. Akhir atau total dari laba ditahan dihitung dalam pernyataan ini dan dilaporkan pada neraca. c. Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan adalah suatu daftar yang menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki perusahaan, serta informasi dari mana sumber daya tersebut diperoleh. Menurut Wild dan Winston (2011), balance sheet is describes a company’s financial position (types and amounts of assets, liabilities, and equity) at the point in
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
time. Informasi keuangan pada laporan posisi keuangan minimal berisi : 1)
Aset tetap.
2)
Properti investasi.
3)
Aset tidak berwujud.
4)
Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (5), (8) dan (9).
5)
Investasi dengan menggunakan metode ekuitas.
6)
Aset biolojik.
7)
Persediaan.
8)
Piutang dagang dan piutang lainnya.
9)
Kas dan setara kas.
10)
Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual.
11)
Utang dagang dan terutang lainnya.
12)
Kewajiban diestimasi.
13)
Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah
yang
disajikan dalam (11) dan (12). 14)
Liabilitas dan aset untuk pajak.
15)
Liabilitas dan aset pajak tangguhan.
16)
Liabilitas
yang
termasuk
dilepaskan yang diklasifikasikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dalam
kelompok
yang
30
17)
Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
18)
Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk.
d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas (statement of cash flows) adalah suatu laporan yang menunjukkan aliran uang yang diterima dan digunakan perusahaan di dalam suatu periode akuntansi beserta sumbersumbernya (Rudianto, 2009). Sedangkan menurut Bazley (2010) dijelaskan: A statement of cash flows is a financial statement that summarizes the cash inflows and outflows of a company for a period of time (generally one year or one quarter). There are three elements of statement of cash flows: 1) Operating cash flows are the inflows and outflows of cash from acquiring, selling, and delivering goods for sale, as well as providing services, 2) Investing cash flows are the inflows and outflows of cash from acquiring and selling investments, property, plant, and equipment, and intangibles, as well as from lending money and collecting on loans, and 3) Financing cash flows are the inflows and outflows of cash from obtaining resources from owners and paying the dividens, as well as obtaining and repaying resources from creditors on long-term credit. Berdasarkan
penjelasan
di
atas,
sebuah
laporan
arus
kasadalahlaporan keuangan yang merangkum arus kas masuk dan keluar sebuah perusahaan untuk jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ada tigaunsurlaporan arus kas: 1) arus kas dari aktivitas operasi, 2) arus kas dari aktivitas investasi, dan 3) arus kas dari aktivitas pendanaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
e. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan buku bersangkutan. Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba adalah adalah: 1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit, dan lainnya. 2) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
3) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban. 4) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode. 5) Memberikan
informasi
tentang
bagaimana
perusahaan
mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk dividen dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
likuiditas
dan
solvabilitas perusahaan. 6) Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya. 7) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan. Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami tentang posisi keuangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan. 4. Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mencegah terjadinya risiko. Menurut Smith (1990) manajemen risiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah risiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. Tindakan manajemen risiko diambil perusahaan untuk merespon bermacam-macam risiko. Dalam melakukan respon risiko yang dilakukan oleh manajemen risiko adalah dengan cara mencegah dan memperbaiki. Tindakan mencegah digunakan untuk mengurangi, menghindari, atau mentransfer risiko pada tahap awal proyek konstruksi. Menurut Darmawi (2005) manfaat manajemen risiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu : 1.
Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.
2.
Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
3.
Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
4.
Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta nonmaterial bagi perusahaan itu.
5.
Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang
dilindungi
maka
secara
tidak
langsung
menolong
meningkatkan public image. Manajemen risiko memang sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam mengelola suatu risiko yang dimiliki. Menurut Amran et al (2009) manajemen risiko digunakan perusahaan untuk mengelola risikonya atau menangkap kesempatan yang berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan. Risiko sebagai bagian yang melekat pada aktivitas bisnis, memaksa perusahaan agar selalu siap untuk menghadapinya. Dalam usaha
mengantisipasi
risiko
tersebut,
perusahaan
berinisiatif
melakukan pengelolaan risiko. Pengelolaan risiko yang baik dapat menghindarkan kemungkinan - kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Salah satu cara untuk mengelola risiko adalah dengan membuat suatu manajemen risiko dalam perusahaan (Dirk, 2011). Manajemen risiko adalah suatu proses menyeluruh yang dilengkapidengan alat, teknik dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur dan mengelola risiko secara lebih transparan (Pratika, 2011). Proses ini bertujuan untuk mengelola risiko sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
organisasi bisa bertahan atau barangkali mengoptimalkan risiko (Hanafi, 2009). Dalam melakukan manajemen risiko, terdapat beberapa tahap yang harus dilalui. Hanafi (2009) membagi proses ini ke dalam 3 tahap berikut : 1. Identifikasi Risiko Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risikorisiko apasajayang dihadapi oleh suatu organisasi. 2. Evaluasi dan Pengukuran Risiko Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan lebih baik. 3. Pengelolaan Risiko Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, makakonsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Apabila dilaksanakan dengan baik, manajemen risiko dapat menciptakan inovasi, kinerja dan keunggulan kompetitif (Liu, 2006). Perusahaan yang menerapkan strategi manajemen risiko yang efektif, dapat menjadi dasar pertimbangan stakeholder untuk mengambil keputusan secara tepat, dengan ketentuan bahwa praktik manajemen risiko dan hasilnya dikomunikasikan dengan baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
5. Pengungkapan risiko Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Dalam kehidupan sehari-hari risiko sering dikaitkan dengan konotasi negatif seperti bahaya, ancaman, atau kerugian. Risiko juga dapat disebut sebagai ketidakpastian yang dapat menimbulkan perubahan. Perubahan yang terjadi dari risiko ternyata bukan hanya perubahan yang bersifat negatif tapi juga yang bersifat positif. Pengertian risiko menurut Silalahi (dalam Husien Umar, 2001) adalah: 1. Risiko adalah kesempatan timbulnya kerugian 2. Risiko adalah probabilitas timbulnya kerugian 3. Risiko adalah ketidakpastian 4. Risiko adalah penyimpangan aktual dari yang diharapkan 5. Risiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan Oleh karena risiko merupakan hal yang ditakuti oleh perusahaan, maka di butuhkan proses pencegahan risiko dengan cara pengungkapan risiko. Pengungkapan risiko adalah suatu upaya perusahaan untuk memberitahukan kepada pengguna laporan tahunan tentang apa yang mengancam perusahaan,sehingga dapat dijadikan faktor
pertimbangan
dalam
pengambilan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
keputusan.
Menurut
37
Hendriksen (dalam Zuhroh dan Pande, 2003) pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal efisien. Wolk dan Tearney (dalam Marwata, 2000) menyatakan pengungkapan mencakup penyediaan informasi yang diwajibkan oleh badan berwenang maupun yang secara sukarela dilakukan perusahaan. Pengungkapan risiko dalam laporan keuangan dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang diisyaratkan oleh standar akuntansi
yang
berlaku.
Sedangkan
pengungkapan
sukarela
merupakan pilihan bebas manajemen perusahaan untuk meberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan oleh investor dan pengguna laporan keuangan. Tujuan pengungkapan risiko menurut Belkaoui (2000) adalah: 1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan. 2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor dalam menentukan risiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui. 4. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna
laporan
keuangan
untuk
membandingkan
antarperusahaan dan antartahun. 5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di masa mendatang. 6. Untuk
membantu
investor
dalam
menetapkan
return
dan
investasinya. Tabel 2.1 Peraturan Pengungkapan Risiko di Dunia Negara Australia
Peraturan (Tahun)
Penjelasan
ASX Corporate
Berisikan tentang
Governance Principles
pengakuan dan
and Recommendations
manajemen risiko.
(Principles 7) Malaysia
The Financial
Bursa Malaysia
Reporting Act, 1997
mensyaratkan perusahaan terdaftar untuk menyertakan laporan tentang kondisi pengendalian internal, pengendalian risiko dan manajemen risiko dalam laporan tahunannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
United Kingdom Operating and Financial (UK)
Review (OFR), 1993
OFR merekomendasikan perusahaan untuk
terdaftar
mengikutsertakan
tinjauan risiko kunci. Combined Code on
LSE
Corporate Governance,
perusahan
1998
untukmengelola
mensyaratkan terdaftar sistem
pengendalian internal dan menjelaskan
bagaimana
sistem tersebut bekerja. Pedoman ini menekankan pada kebutuhan prosedur manajemen risiko internal dan
mendorong
perusahaan
untuk
melaporkan
risiko
kuncinya. USA
Financial
Reporting FRR
48
mensyaratkan
Release No.48 (FRR 48), perusahaan yang terdaftar 1997
di
bursa
untuk
mengungkapkan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang risiko pasar (kerugian potensial akibat
perubahan
yang
merugikan pada tingkat bunga, tingkat mata uang asing, harga komoditas, dan harga ekuitas). Sumber:Amran. et al. 2009
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Peraturan pengungkapan risiko di beberapa negara telah menunjukkan keseriusan dunia terhadap pengungkapan manajemen risiko.Pengungkapan
risiko
menjadi
sebuah
keharusan
bagi
perusahaan sebagai bentuk pelaporan dan pertanggungjawaban perusahaan terhadap para pengguna laporan tahunan perusahaan.
Tabel 2.2 Peraturan Pengungkapan Risiko di Indonesia Hal yang diatur
Keputusan ketua BAPEPAM & LK nomor: Kep134/BL/2006
Isi
Informasi mengenai risiko yang di hadapi serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengelola risiko tersebut.
Luas pengungkapan
Tidak ada aturan secara spesifik
Sifat
Perusahaan publik diwajibkan melakukan pengungkapan
Format pengungkapan
Tidak ada aturan secara spesifik
Tempat
Pengungkapan informasi mengenai risiko dan usaha pengelolaan risiko
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
secara khusus disajikan tata kelola perusahaan Sumber: Keputusan Ketua BAPEPAM dan LK Nomor:Kep-134/BL/2006 Banyaknya peraturan mengenai pengungkapan risiko di Indonesia membuktikan bahwa pengungkapan risiko di Indonesia sudah mulai serius di laksanakan. 6. Corporate Governance Corporate governance menurut Taylor dalam Elzahar dan Hussainey (2012) yang berpendapat bahwa perusahaan dengan struktur corporate governance yang kuat itu lebih efektif dalam manajemen risiko keuangan. Hal tersebut digambarkan sebagai pendukung pengungkapan manajemen risiko keuangan. corporate governance yang mungkin berpengaruh dengan pengungkapan risiko dalam laporan keuangan perusahaan adalah Struktur Kepemilikan, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris dan ukuran komite audit. Dalam peneltian ini peneliti menggunakan proksi Struktur Kepemilikan Publik dan Ukuran Dewan Komisaris. 6.1 Struktur Kepemilikan Publik Tipe kepemilikkan saham publik adalah perbandingan jumlah pemegang saham publik dengan yang dimiliki perusahaan (Sudarmadji
dan
Sularto,
2007).
Semakin
besar
tingkat
kepemilikkan saham pihak publik maka akan semakin banyak pengungkapan informasi yang diberikan perusahaan guna memenuhi kebutuhan para pemilik saham. Manajer perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
akan mengungkapkan meningkatkan
image
informasi sosial dalam rangka untuk perusahaan,
meskipun
ia
harus
mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray et al, 1998). Struktur kepemilikkan saham terbagi menjadi dua yaitu, kepemilikkan saham internal dan kepemilikkan saham eksternal. Pihak
pemilik
saham
internal
yang
di
maksud
adalah
kepemilikkan saham yang dimiliki manajerial perusahaan (Sudarma, 2003). Pihak pemilik saham eksternal yang dimaksud adalah investor instutional, masyarakat luas dan sebagainya (Friend dan Hasbrouk, 1988). 6.2 Ukuran dewan Komisaris Dewan komisaris memainkan peran penting dalam tata kelola di perusahaan yang listing di Bursa Efek. Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan berperan terhadap aktivitas pengawasan. Dengan peran dewan komisaris tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengungkapan risiko oleh manajemen melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Besar kecilnya ukuran dewan komisaris bukanlah menjadi factor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi, mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendaliaan terhadap manajemen (Ujiyantho, 2007). Dalam penelitian ini jumlah anggota dewan komisaris menjadi proksi untuk mewakili ukuran
dewan
komisaris
dalam
pengaruhnya
terhadap
pengungkapan risiko di perusahaan. 7. Profitabilitas
Terdapat hubungan yang positif antara Profitabilitas dan pengungkapan risiko karena manajer perusahaan dalam meningkatkan keuntungan dapat memberikan informasi yang lebih besar untuk meningkatkan kepercayaan investor dan dengan demikian untuk meningkatkan kompensasi mereka (Singhvi dan Desai, 1971 dalam Aljifri dan Husainney, 2007). Beberapa ukuran untuk menghitung tingkat profitabilitas diantaranya yaitu, ROE, ROA dan Net Profit Margin. Penelitian ini menggunakan net profit margin untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Pemilihan net profit margin ini didasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2001), net profit margin ditemukan berhubungan positif secara signifikan dengan kelengkapan pengungkapan perusahaan. Net profit margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
8. Ukuran Perusahaan Besar ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Perusahaan besar memiliki banyak pemegang kepentingan,oleh karena itu semakin besar perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi untuk memenuhi kebutuhan para pemegang kepentingan (Amran et al., 2009) Perusahaan dengan ukuran besar memiliki kegiatan usaha yang lebih kompleks yang mungkin akan menimbulkan dampak yang lebih besar terhadap masyarakat luas dan lingkungannya, sehingga dilakukan pengungkapan informasi yang lebih untuk menunjukkan pertanggungjawaban perusahaan kepada publik (Cowen et al., 1987 dalam Hackston dan Milne, 1996). Penelitian ini menggunakan total asset sebagai alat untuk menilai ukuran perusahaan. Penggunaan total assetdalam penelitian ini didasarkan pada penelitian Alsaeed (2006), total
asset
merupakan
proksi
ukuran
perusahaan
ditemukan
berhubungan signifikan dengan tingkat pengungkapan sukarela di Saudi Arabia. B. Hipotesis dan Keterkaitan Antar Variabel Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Hubungan Struktur Kepemilikan Publik dengan Pengungkapan Risiko.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Struktur kepemilikkan dibagi ke dalam dua bagian yaitu kepemilikan
eksternal
(external
block
ownership)
dan
blok
kepemilikan internal (insider block ownership) atau kepemilikan manajerial (managerial block ownership). Pada negara yang perlindungan terhadap investornya lemah, pemusatan kepemilikan menjadi pengganti dari perlindungan untuk investor. Hal ini dikarenakan, jika saham lebih banyak dipegang oleh kepemilikkan eksternal maka pihak perusahaan dituntut untuk memberikan laporan yang transparan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap investor. Adanya konsentrasi kepemilikkan perusahaan oleh pihak luar menimbulkan
pengaruh
dari
pihak
luar
sehingga
mengubah
pengelolaan perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan perusahaan itu sendiri menjadi memiliki keterbatasan (Hilmi dan Ali, 2008). Sehingga, permintaan para stakeholder akan pengungkapan yang lebih luas, menuntut perusahaan untuk mengungkapkan informasi khususnya informasi mengenai risiko secara transparan dan lengkap.
Menurut
teori
stakeholder,
dengan
mengungkapkan
informasi risiko secara lebih mendalam dan luas menunjukkan bahwa perusahaan berusaha untuk memuaskan kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh para stakeholder. Penelitian yang dilakukan Angraini (2006), menemukan pengaruh yang signifikan antara struktur kepemilikkan manajemen berpengaruh terhadap pengungkapan sosial perusahaan karena para
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
manajer berusaha untuk memberikan informasi secara menyeluruh terhadap kondisi perusahaan, berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : H1 = Struktur kepemilikkan publik berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko 2. Hubungan
Ukuran Dewan Komisaris dengan Pengungkapan
Risiko Ukuran Dewan Komisaris mungkin dapat mempengaruhi pengungkapan risiko dalam laporan keuangan perusahaan. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh teori keagenan dan penelitian sebelumnya. Di Indonesia, ukuran Dewan Komisaris diatur dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun 2006. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. Menurut teori keagenan, jumlah dewan yang besar dapat memberikan peran yang lebih efektif dalam melakukan fungsi pengawasan Dewan Komisaris (Singh et al. dalam Elzahar dan Hussainey, 2012). Jumlah dewan yang besar diprediksi akan memiliki insentif lebih untuk memberikan pengawasan dalam praktik pengungkapan risiko perusahaan agar tidak ada informasi yang disembunyikan. Lebih jauh, jumlah dewan yang besar dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
mempengaruhi
keputusan
pengungkapan
sukarela
dan
luas
pengungkapan risiko perusahaan (Elzahar dan Hussainey, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Elzahar dan Hussainey (2012) menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran Dewan Komisaris terhadap pengungkapan risiko dalam laporan keuangan interim. Penelitian tersebut dilakukan di UK bukan di Indonesia. Oleh karena itu, perludilakukan pengujian kembali mengenai pengaruh ukuran Dewan Komisaris terhadap pengungkapan risiko di Indonesia untuk membuktikan konsitensi temuan tersebut. Berdasarkan teori keagenan dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut, H2 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan risiko 3. Hubungan Profitabilitas dengan pengungkapan risiko Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung melakukan pengungkapan risiko lebih banyak dibandingkan perusahaan yang mengalami penurunan profitabilitas atau kerugian. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang baik
dapat
memberikan
informasi
yang
lebih
besar
untuk
meningkatkan kepercayaan investor dan dengan demikian untuk meningkatkan kompensasi mereka (Singhvi dan Desai, 1971 dalam Aljifri dan Hussain,2007).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Berdasarkan agency theory tingkat profitabilitas merupakan suatu indikator kemajuan perusahaan. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka akan menyebabkan ketertarikan principal untuk membeli saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi institutional investor maka akan semakin kuat kontrol eksternal perusahaan tersebut dan mengurangi biaya keagenan (Belkaoui, 2000). Perusahaan yang memiliki penurunan Profitabilitas dan mengalami kerugian akan cenderung menutupi risiko yang mereka hadapi karena takut terjadinya penurunan investasi dan kepercayaan investor terhadap pengelola perusahaan. Hal ini dikarenakan rendahnya profitabilitas mengindikasikan tingginya risiko yang dihadapi perusahaaan (Barry dan Brown, 1986; Prodham dan Harris, 1989 dalam Aljifri dan Hussainey, 2007). Aljifri dan Hussainey (2007) menemukan hubungan positif antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan risiko. Berdasarkan penjelaskan tersebut maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : H3
=
Tingkat
Profitabilitas
memiliki
pengungkapan Risiko
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pengaruh
positif
terhadap
49
4. Hubungan ukuran perusahaan dengan pengungkapan risiko Ukuran
perusahaan
memiliki
pengaruh
terhadap
pengungkapan risiko. Perusahaan besar akan mengungkapkan risiko lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. Agency theory menyatakan bahwa perusahaan besar memilikibiaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Almilia dan Retrinasari, 2007). Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih luas dibanding perusahaan kecil sebagaiupaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Menurut Meek, Roberts dan Gray (dalam Fitriani, 2001) perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan analisis, sehingga perusahaan besar memiliki insentif untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas dari perusahaan kecil. Perusahaan besar merupakan entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun publik secara umum. Mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas publik (Almilia dan Retrinasari, 2007). Perusahaan besar memiliki sumber daya yang lebih besar untuk
membiayai
perusahaan, informasi
penyediaan
informasi bagi
pihak
informasi
tersebut eksternal
digunakan
bagi
untuk
perusahaan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pihak
internal
memberikan
sehingga
tidak
50
membutuhkan biaya yang lebih besar untuk melakukan pengungkapan secara menyeluruh. Perusahaan kecil tidak mempunyai informasi yang siap saji seperti perusahaan besar, hal ini mengakibatkan perusahaan kecil memerlukan biaya yang cukup besar untuk mempunyai informasi selengkap perusahaan besar. Perusahaan kecil umumnya mempunyai persaingan ketat dengan perusahaan yang lain, karena jumlah perusahaan kecil lebih banyak di bandingkan jumlah perusahaan besar. Mengungkapkan terlalu banyak tentang jati dirinya kepada pihak eksternal dapat membahayakan posisinya dalam persaingan sehingga perusahaan kecil cenderung tidak melakukan pengungkapan selengkap perusahaan besar (Singhvi dan Desai,1971 ; Buzby, 1975 dalam Amilia dan Retrinasari, 2007). Amran et al (2009) menemukan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan risiko. Berdasarkan penjelaskan tersebut maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut : H4 = Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan risiko C. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang telah dilakukan, banyak menemukan perbedaan dalam pengaruh variabel independen terhadap varibel dependen yaitu pengungkapan risiko. Masing masing peneliti mempunyai pendapat sendiri terkait terjadi tidaknya pengaruh. Berikut akan dijelaskan secara lebih mendetail tentang penelitian yang dilakukan sebelumnya :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51 Tabel 2.3 (Lanjutan) Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No
Peneliti & Judul
Metodologi&
(Tahun)
Jenis Populasi
1.
2.
Nazila Sofi Istna Taures. (2011) Analisis hubungan antara Karakteristik perusahaan dengan Pengungkapan risiko Sudarmadji, Ardi M., dan Lana Sularto. 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure ”
Analisis Regresi Berganda
Variable
Hasil
SK
UDK
NPM
SZ
PR
(X1)
(X2)
(X3)
(X4)
(Y)
X
X
X
y
Y
Diserfikasi Produk, Diserfikasi Geografis.
Seluruh variable berpengaruh signifikan terhadap Pengunkapan Risiko.
Y
Y
Y
y
Y
CSR.
Hasil Chow Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh Total Asset (TA), Profitabilitas (NPM), Kepemilikan Institusional (KI), dan Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Pengungkapan Risiko (PR) pada Perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki manajemen dan Perusahaan yang sahamnya tidak
Manufaktur
Analisis Regresi Berganda dan Chow Test. Manufaktur
Lainnya
dimiliki manajemen
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
No
Peneliti & Judul (Tahun)
3.
Linsley, Philip M. and Philip J. Shrives. 2006. “Risk Reporting: A Study of Risk Disclosures in the Annual Reports of UK Companies”
4.
Sudarmadji dan Sularto (2007)Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikkan perusahaan terhadap luas voluntary disclosure laporan tahunan perusahaan
Variable
Metodologi
Hasil
SK
UDK
NPM
SZ
PR
(X1)
(X2)
(X3)
(X4)
(Y)
MultipleRegre ssionWithThe LeastSquare Difference
Y
Y
X
Y
Y
Regresi linear Berganda.
Y
X
Y
X
Y
Lainnya Growth,, dan Likuiditas
Analisis menunjukkan bahwa variable growth, asset growth dan DTA secara parsial signifikan terhadap PR. Sementara variabel lainyang tidak signifikan berpengaruh terhadap PR. Sedangkan secara bersama- sama (Struktur Kepemilikan terbukti signifikan berpengaruh terhadap PR
Sudarmadji dan sularto menemukan ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan tipe kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan dengan luas voluntary disclosure. terhadap variable Dividend Payout Ratio (DPR).
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
No
5.
6.
Peneliti & Judul
Metodologi&
(Tahun)
Populasi
Almilia dan Retrinasari (2007) penelitian tentang analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ Khaled Hussainey, Chijoke Oscar (2010)
RegresiLinier Berganda
Variable
Hasil
SK
UDK
NPM
SZ
PR
(X1)
(X2)
(X3)
(X4)
(Y)
Y
Y
Y
Y
Y
X
Y
Y
X
Y
Lainnya Almilia menemukan rasio leverage, rasiolikuiditas, dan ukuran perusahaan dengan kelengkapan pengungkapan wajib berpengaruh signifikan terhadap karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan tahunan manufaktur yang terdaftar di BEJ
(Perusahaan Manufaktur)
Multiple Regressions
MGBAME. Perusahaan Dividend Policy and Listng di Share Price Changes in Bursa UK The UK Stock Market. Sumber: Diolah dari berbagai referensi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Harga Saham
Ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap harga saham. Begitu juga deviden pay out ratio berpengaruh positif signifikan terhada harga saham pada perusahaan yang Listing di UK Stock Market.
54
7
8
Dirk Horing, Helmut Grundl (2011)
Regresi Berganda
HOUSE of FINANCE. European ICIR Working Paper primary Series No.02/11 insurances in the Dow Jones Stoxx 600 Antti Miihkinen Analisis (2013) Regresi Linier Berganda The usefulness of firm risk disclosures Large Firm in under different firm Finlad riskiness, investorinterest, and market conditions: New evidence from Finland
Y
X
X
Y
Y
Y
X
X
X
Y
Risk, Cross Listing, Home Country, Type of Insurance sold
Valuerelevance Information asymmetry Regulation Corporate disclosure
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Risk, home country berpengaruh negative sedangkan Cross lsting ownweship dispersion size, profitability berpengaruh positif pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Dow Jones Stoxx 600 Asymetri Informasi berpengaruh dan corporate Dsiclosure tidak berpengaruh.
58
D. Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
Struktur Kepemilikan Publik
(X1)
Ukuran Dewan Komisaris
(X2)
Pengungkapan Risiko (Y) Profitabilitas (X3)
Ukuran Perusahaan (X4)
Gambar 2.1 Skema Rerangka Pemikiran
http://digilib.mercubuana.ac.id/