BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Pendekatan ekonomi terhadap perlunya independen auditor dalam prespektif auditing dapat dikaitkan dengan dasar teori keagenan (the agency theory), yaitu hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent). Dengan adanya perkembangan perusahaan yang semakin besar maka sering terjadi konflik antara principal dalam hal ini adalah para pemegang saham (investor) dan pihak agent yang diwakili oleh manajemen (direksi). Asumsi bahwa manajemen yang terlibat dalam perusahaan akan selalu memaksimumkan nilai perusahaan ternyata tidak selalu terpenuhi. Manajemen memiliki kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kepentingan pemilik perusahaan sehingga munculah masalah yang disebut dengan masalah agensi (agency problem) akibat adanya asymetric information. Untuk mengurangi adanya masalah agensi ini diperlukan adanya pihak independen yang dapat menjadi pihak penengah dalam menangani konflik tersebut yang dikenal sebagai auditor independen atau KAP (Messier dan Provit,2006). Jensen dan Meckling (1976) dalam Aprillia (2013), teori keagenan membahas adanya konflik kepentingan antara agen dengan prinsipal, dan konflik tersebut menjadi pemicu pergantian manajemen. Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai penengah agent dan principle
8
9
yang berbeda kepentingan. Kesulitan bagi prinsipal untuk memastikan apakah agen sebenarnya telah bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan principal, guna meyakini hal tersebut maka prinsipal menggunakan auditor. Tugas auditor diantaranya memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Teori ini digunakan sebagai dasar hipotesis pertama dan keempat, dimana pergantian manajemen dan ukuran perusahaan klien dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching. Menurut William, dkk (2014:7) gambaran hubungan prinsipal dan agen yang mengarah pada permintaan dilakukannya auditing. Prinsipal menyediakan modal dan mempekerjakan agen untuk mengelola sumber daya, agen harus akuntabel kepada prinsipal menyediakan laporan keuangan. Sehingga agen memperkerjakan auditor untuk melaporkan kewajaran laporan keuangan agen. Agen membayar auditor untuk mengurangi risiko informasi bagi prinsipal. Auditor mengumpulkan bukti untuk mengevaluasi kewajaran dari laporan keuangan agen. Auditor menerbitkan opini audit untuk menyertai laporan keuangan agen, akan menambah kredibilitas laporan dan mengurangi risiko informasi prinsipal.
2. Kantor Akuntan Publik (KAP) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 mengatur mengenai jasa assurance yang merupakan hak ekslusif bagi Akuntan Publik, yaitu jasa Akuntan Publik yang bertujuan untuk memberikan
10
keyakinan bagi pengguna atas hasil evaluasi atau pengukuran informasi keuangan dan non Keuangan berdasarkan suatu kriteria. Selain mengatur mengenai profesi Akuntan Publik, Undang-Undang ini juga mengatur mengenai Kantor Akuntan Publik ( KAP ) yang merupakan wadah bagi Akuntan Publik dan bentuk usaha KAP yang sesuai dengan profesi Akuntan publik, yaitu independensi dan tanggung jawab professional terhadap hasil pekerjaannya. Pada tahun 1986 terkenal dengan istilah “The Big Eight” yang terdiri atas Arthur Andersen, Arthur and Young, Coopers and Lybrand, Deloitte Haskins and Sells, Ernts and Whinney, Peat Marwick Mitchell, Price Waterhouse, Touche Ross. Karena situasi dan kondisi “The Big Eight” tersebut pada tahun 1998 menjadi “The Big Five” yang terdiri atas Arthur Andersen, Deloitte Touche Tohmatsu, Ernts and Young, Klynveld Peat Marwick Goerdeller, Price Waterhouse Coopers. Pada tahun 2002 Arthur Adersen mundur dari praktik audit sehingga menjadi “The Big Four” masing-masing memiliki kantor di setiap kota besar di Amerika Serikat dan di banyak kota besar di seluruh dunia. Mundurnya Adersen karena terkait kasus di dalam pelaporan keuangan sehingga muncul Sarbox. Sarbanes-Oxley Act 2002 yang disingkat Sox, Sarbox, atau SOA adalah undang-undang tentang penataan kembali akuntansi perusahaan publik dan perlindungan terhadap investor. (Rahayu dan Suhayati, 2010:27). Rahayu dan Suhayati (2010:29), dampak “The Big Four” terhadap Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Indonesia “The Big
11
Four” diwakili kepentingannya oleh kantor akuntan publik Indonesia sendiri, yaitu: 1) Ernst & Young International (KAP Prasetyo, Sarwoko & Sanjaya) 2) Price Waterhouse Coopers (KAP Hadi Sutanto & Rekan) 3) Deloitte, Touche, Tohmatsu (KAP Hans, Tuanakotta, Mustofa) 4) Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KAP Siddartha, Siddartha & Wijaya)
3. Auditing Ada beberapa pengertian auditing, diantaranya menurut Arens et.al (2012:24): Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person. Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten, independen orang. Menurut William, dkk (2014:12): Auditing adalah proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan
12
mengomunikasikan berkepentingan.
hasil-hasilnya
kepada
pihak-pihak
yang
Menurut Sukrisno (2012:4): Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti – bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
4. Standar Auditing Menurut Arens, dkk (2008:41) mengungkapkan bahwa: Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan dan bukti. PSA 01 SA Seksi 150 tahun 2011, standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia adalah sebagai berikut: a. Standar Umum a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. b) Dalam
semua
hal
yang
berhubungan
dengan
perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
13
b. Standar Pekerjaan Lapangan a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Standar Pelaporan a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai , kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
14
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannyaharus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipukul oleh auditor.
5. Tipe – Tipe Auditor Menurut William, dkk (2014:35-37), tipe-tipe auditor yaitu: a. Auditor Eksternal Auditor eksternal atau auditor independen (independent auditor) atau berserifikat akuntan publik (certified public accountant-CPA). Seorang audit eksternal dapat melakukan praktik sendiri atau sebagian anggota dari sebuah akuntan publik. Auditor eksternal mengaudit laporan keuangan untuk perusahaan yang diperdagangkan secara terbuka dan swasta, persekutuan, kota madya, individual, dan jenis-jenis entitas lainnya. Audit eksternal juga melakukan audit kepatuhan, operasional, dan forensik untuk beberapa entitas.
b. Auditor Internal Auditor internal adalah auditor yang menjadi karyawan dari suatu perusahaan pribadi, persekutuan, agen pemerintah, dan
15
entitas lain. Audit internal membantu sebuah organisasi mencapai tujuannya dengan membawa sebuah sistematisasi, pendekatan disiplin untuk mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas dari manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola. Auditorauditor
internal
sering
mengadakan
audit-audit
keuangan,
pengendalian internal, kepatuhan, operasional, dan forensik dalam organisasi mereka.
c. Auditor Pemerintah Auditor Pemerintah diperkerjakan oleh pemerintah federal, negara bagian, dan instansi-instansi pemerintah daerah. Pada tingkat federal, dua lembaga yang menggunakan auditor secara luas yaitu Goverment Accountability Office (GAO) dan Internal Revenue Service (IRS). GAO
langsung
dibawah
pengawasan
umum
(general
controller) Amerika Serikat, auditor GAO melakukan audit kegiatan, transaksi keuangan, dan rekening pemerintah federal. Audit yang dilakukan oleh auditor GAO adalah audit kepatuhan dan audit operasional. IRS merupakan bagian dari Departemen Keuangan (Treasury Department) Amerika Serikat, kegiatan auditor IRS adalah memeriksa dan mengaudit buku dan catatan organisasi dan catatan individual untuk menentukan liabilitis pajak federal mereka. Audit IRS adalah audit kepatuhan, memastikan
16
bahwa individual dan organisasi telah mentaati undang-undang pajak federal.
d. Auditor Forensik Auditor forensik diperkerjakan oleh perusahaan, instansi pemerintah, kantor akuntan publik, dan perusahaan jasa konsultasi dan investigasi. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah organisasi utama yang mendukung auditor forensik untuk mendidik Certified Fraud Examiners (CFE). ACFE menawarkan program sertifikat bagi individual yang ingin menjadi CFE. Individual yang tertarik untuk menjadi CFE harus lulus ujian CFE yang seragam. CFE berasal dari berbagai latar belakang profesional, termasuk auditor, akuntan, penyidik kecurangan, sspecialis pencegahan kerugian, pengacara, pendidik, dan
kriminolog.
CFE
mengumpulkan
bukti,
mengambil
pernyataan, membuat laporan, dan membantu dalam menyelidiki kecurangan dalam berbagai bentuk.
6. Auditor Switching Auditor switching merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpindah auditor. Hal itu itu muncul karena adanya kewajiban rotasi audit. Di Indonesia, peraturan mengenai rotasi KAP telah diterapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Pasal 4 ayat 1 dan 2 UU Nomor 5
17
tahun 2011 tentang akuntan publik menyebutkan bahwa pemberian jasa audit oleh Akuntan Publik (KAP) atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka waktu tertentu. Ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah. Dimulai
dengan
KMK N0.423/KMK06/2002
yang
kemudian
diamandemen menjadi KMK N0.359/KMK06/2003 yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Aturan
tersebut
disempurnakan
dengan
dikeluarkannya
PMK
N0.17/PMK01/2008. Dalam pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Keuangan tahun 2008 disebutkan bahwa pemberian jasa audit umum dalam suatu entitas dilakukan olek KAP paling lama 6 (enam) tahun berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut pada satu klien yang sama. Disamping itu, dalam pasal 3 ayat 2 dan 3 diatur bahwa akuntan publik dan kantor akuntan dapat menerima kembali penugasan audit setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang seperti yang disebutkan diatas.
18
7. Ukuran Perusahaan Keputusan ketua BAPEPAM No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Ukuran
perusahaan
klien
merupakan
suatu
skala
yang
mengklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang berhubungan dengan financial perusahaan. Ukuran KAP harus sesuai dengan ukuran perusahaan klien. Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh perusahaan audit yang kecil dapat menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit, yaitu auditor switching (Juliantari dan Rasmini, 2013).
8. Ukuran KAP Dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada publik yang akurat dan terpercaya, perusahaan diminta untuk menggunakan jasa KAP. Menurut S.K. Menteri Keuangan No. 470/KMK 017/1999 tanggal 4 oktober 1999, kantor akuntan publik adalah lembaga yang memiliki ijin dari menteri keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan pekerjaannya. KAP dikatakan sebagai KAP besar jika berafiliasi dengan big four dan dikatakan kecil jika tidak berafiliasi dengan big four. Penggolongan
19
ukuran besar kecilnya kantor akuntan publik, dikatakan besar jika kantor akuntan publik tersebut berafiliasi atau mempunyai cabang dan kliennya perusahaan-perusahaan besar mempunyai tenaga profesional di atas 25 orang. Dikatakan kecil jika tidak berafiliasi, tidak mempunyai kantor cabang dan kliennya perusahaan kecil dan jumlah profesionalnya kurang dari 25 orang.
9. Pertumbuhan Perusahaan Untuk melihat pertumbuhan perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisis pos-pos
laporan
laba rugi yang terperinci karena
keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung pada realisasi keuntungan. Dari perbandingan pos-pos penting seperti total penjualan, harga pokok penjualan, laba bruto, biaya usaha, laba usaha, dan laba bersih selama dua periode atau lebih akan diperoleh gambaran tentang perubahannya (Jumingan, 2008:147) Menurut Fahmi (2011:69), Rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya didalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan yang umumnya dilihat dari berbagai segi yaitu dari segi sales (penjualan), earning after tax (EAT), laba perlembar saham, dividen perlembar saham, dan harga pasar perlembar saham.
20
10. Pergantian Manajemen Pergantian manajemen merupakan pergantian direksi atau
CEO
(Chief Executive Officer ) perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri (Damayanti dan Sudarma (2008). Perubahan manajemen ini ada yang rutin terjadi maupun tidak rutin. Perubahan manajemen yang tidak rutin terjadi cenderung dilakukan karena adanya pertimbangan terhadap kondisi perusahaan, di mana struktur manajemen yang ada ternyata tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik sehingga kondisi perusahaan kurang baik, untuk itu kemudian struktur yang ada diganti dengan struktur manajemen yang baru dengan harapan akan membawa perbaikan pada pengelolaan perusahaan. Selain itu, perubahan manajemen juga dapat terjadi karena pertumbuhan ataupun ekspansi perusahaan. Misalnya perusahaan-perusahaan yang tidak go public menjadi go public. Menurut PSA No.17 SA Seksi 333 tahun 2011, mengenai representasi manajemen. Representasi tertulis dari manajemen sebagai bagian dari audit yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Selama audit berlangsung, manajemen membuat banyak representasi bagi auditor, baik lisan maupun tertulis, dalam menanggapi pertanyaan khusus atau melalui laporan keuangan. Representasi manajemen tersebut merupakan bagian dari bukti audit yang diperoleh auditor, tetapi tidak merupakan pengganti bagi penerapan
21
prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai bagi pendapat auditor atas laporan keuangan. Representasi tertulis dari manajemen biasanya menegaskan representasi lisan yang disampaikan oleh
manajemen
kepada
auditor,
dan
menunjukkan
serta
mendokumentasikan lebih lanjut ketepatan representasi tersebut dan mengurangi kemungkinan
salah paham
mengenai
masalah
yang
direpresentasikan.
11. Penelitian Terdahulu Penelitian Aprillia (2013) yang menganalisis pengaruh pergantian manajemen, kepemilikan publik, financial distress, dan ukuran KAP terhadap auditor switching. Hasil penelitiannya menyatakan secara simultan ukuran KAP dan pergantian manajemen berpengaruh terhadap auditor switching. Secara parsial hanya variabel ukuran KAP saja yang berpengaruh terhadap auditor switching. Juliantari dan Rasmini (2013), yang melakukan penelitian dengan variabel opini audit, pergantian manajemen, ukuran KAP, dan ukuran perusahaan klien pada auditor switching. Hasil penlitiannya menunjukkan ukuran perusahaan klien dan ukuran KAP berpengaruh pada auditor switching. Sedangkan opini audit dan pergantian manajemen tidak berpengaruh pada auditor switching. Trisnawati dan Wijaya (2009), meneliti opini audit, ukuran KAP, persentase perubahan ROA, kesulitan keuangan perusahaan pada
22
pergantian KAP. Hasil penelitiannya menyatakan secara bersama-sama opini auditor, ukuran KAP, presentase perubahan ROA, dan debt to asset ratio berpengaruh secara signifikan terhadap pergantian KAP pada tingkat keyakinan 95%. Damayanti
dan
Sudarma
(2008),
yang
meneliti
pergantian
manajemen, opini audit, audit fee, kesulitan keuangan perusahaan, ukuran KAP dan presentase perubahan ROA pada perusahaan berpindah KAP. Hasilnya menyatakan audit fee dan ukuran KAP mempunyai pengaruh terhadap pergantian KAP. Sedangkan pergantian manajemen, opini audit, kesulitan keuangan perusahaan, dan presentase perubahan ROA tidak memiliki pengaruh terhadap pergantian KAP. Widowati dan Mukodim (2012), meneliti auditor switching dengan variabel ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, pertumbuhan perusahaan klien, kesulitan keuangan perusahaan, pergantian manajemen dan opini audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan klien berpengaruh terhadap auditor switching. Ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, kesulitan keuangan perusahaan, pergantian manajemen, dan opini audit tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Prastiwi dan Wilsya (2009), meneliti pengaruh pergantian auditor dengan
variabel
ukuran
KAP,
ukuran
perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, dan masalah keuangan perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan
23
kesulitan keuangan perusahaan, tidak berpengaruh terhadap perusahaan untuk melakukan pergantian auditor. Berikut ringkasan penelitian terkait dengan keputusan penerimaan klien sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No.
Peneliti dan Tahun
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
1 Ekka Aprilia (2013)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011
X1 : Pergantian manajemen X2 : Kepemilikan publik X3 : Financial distress X4 : Ukuran KAP Y : Auditor switching
Pergantian manajemen, kepemilikan publik, financial distress tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
2 Juliantari dan Rasmini (2013)
Auditor Switching dan faktorfaktor yang mempengaruhinya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2007-2011
X1 : Opini audit X2 : Pergantian manajemen X3 : Ukuran KAP X4 : Ukuran perusahaan klien Y : Auditor switching
Opini audit dan pergantian manajemen tidak berpengaruh terhadap auditor switching. ukuran KAP dan ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
3 Trisnawati dan Wijaya (2009)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan berpindah kantor akuntan publik pada perusahaan yang lsiting di BEI pada tahun 2005-2007
X1 : Opini audit X2 : Ukuran KAP X3 : Presentase perubahan ROA X4 : Kesulitan keuangan perusahaan Y : Pergantian KAP
Ukuran KAP berpengaruh secara signifikan terhadap pergantian KAP. Opini audit, presentase perubahan ROA, kesulitan keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP.
4 Damayanti dan Sudarma (2008)
Faktor-faktor yang mempengaruhi X1 : Pergantian Manajemen perusahaan berpindah kantor X2 : Opini audit akuntan publik X3 : Audit fee X4 : Kesulitan keuangan perusahaan X5 : Ukuran KAP X6 : Presentase perubahan ROA Y : Perusahaan berpindah KAP
5 Widowati dan Mukodim (2012)
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap auditor switching pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia di Bursa Efek Indonesia 2007-2011.
6 Prastiwi dan Wilsya (2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi X1 : Ukuran KAP pergantian auditor : Studi empiris X2 : Ukuran perusahaan perusahaan publik di Indonesia X3 : Pertumbuhan perusahaan X4 : Masalah keuangan perusahaan Y : Pergantain auditor
Sumber:penulis
X1 : Ukuran KAP X2 : Ukuran perusahaan klien X3 : Pertumbuhan perusahaan klien X4 : Kesulitan keuangan perusahaan X5 : Pergantian manajemen X6 : Opini audit Y : Auditor switching
Audit fee dan ukuran KAP mempunyai pengaruh terhadap pergantian KAP, sedangkan pergantian manajemen, opini audit, kesulitan keuangan perusahaan, dan presentase perubahan ROA tidak memiliki pengaruh terhadap pergantian KAP. Pertumbuhan perusahaan klien berpengaruh signifikan terhadap Ukuran auditor switching . KAP, ukuran perusahaan klien, kesulitan keuangan perusahaan, pergantian manajemen tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Sedangkan ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan masalah keuangan perusahaan tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor.
24
B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dikemukakan sebelumnya maka rerangka pemikiran di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP, Pertumbuhan Perusahaan, dan Pergantian Manajemen terhadap Auditor Switching
Sumber : Penulis
C. Hipotesis 1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap auditor switching Sebuah ketidaksesuaian ukuran antara perusahaan klien yang besar diaudit oleh perusahaan audit yang kecil dapat menyebabkan berakhirnya keterlibatan audit (Damayanti dan Sudarma, 2008),
yaitu
auditor
switching. Maka dapat disimpulkan bahwa kecendurungan auditor switching bagi klien besar lebih rendah dibandingkan dengan klien kecil. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis : Ha1 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap auditor switching.
25
2. Pengaruh ukuran KAP terhadap auditor switching Menurut Wijayanti (2010), perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. KAP yang besar biasanya memiliki reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis, sehingga mereka akan selalu berusaha mempertahankan independensi. Berdasarkan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih KAP besar yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan KAP kecil. Oleh karena itu, perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP besar memiliki kemungkinan kecil untuk berganti KAP. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis : Ha2 : Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap auditor switching.
3. Pengaruh pertumbuhan terhadap auditor switching Menurut Joher, et al. (2000) dalam Widowati dan Mukodim (2012). Pada umumnya perusahaan yang berkembang menjadi besar lebih memilih untuk mengganti auditornya dengan auditor yang punya nama. Ketika pertumbuhan perusahaan semakin meningkat, perusahaan cenderung akan mengganti auditornya ke auditor yang mempunyai skala lebih besar karena hal tersebut dapat meningkatkan reputasi perusahaan. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis : Ha3: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap auditor switching.
26
4. Pengaruh pergantian manajemen terhadap auditor switching Pergantian manajemen mungkin mengakibatkan penggantian auditor. Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan pergantian manajemen merupakan pergantian direksi perusahaan yang dapat disebabkan karena keputusan rapat umum pemegang saham atau direksi berhenti karena kemauan sendiri. Perubahan kebijakan suatu perubahan mungkin akan terjadi, karena adanya manajemen yang baru. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis : Ha4 : Pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap auditor switching.