BAB II KAJIAN PUSTAKA. RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka a. Teori Keagenan (Agency Teori) Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan Wiliam H. Meckling (1976), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Dalam prakteknya manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan di waktu mendatang dibandingkan pemilik modal atau pemegang saham. Sehingga sebagai pengelola, manajer memiliki kewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Pengawasaan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan dan pembatasaan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasaan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham (Chasanah, 2008) Menurut Arshad et al (2013), konsep dari teori agency adalah pembayaran dividen akan menjadi alasan bagi pembuat konflik antara manajer dengan pemilik perusahaan. Hal ini disebabkan karena motif dari manajer adalah untuk mempertahankan sumber daya perusahaan dan bukan mencetak laba. Sedangkan menurut sudut pandang pemegang saham, jika jumlah dividen tidak diberikan kepada pemegang saham, mungkin saja dividen tersebut digunakan oleh manajer untuk penggunaan pribadi bukan investasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan. Ini sesuai dengan pendapat dari Lim Hua Min (Pemilik dari Philip Security) yang mengatakan bahwa “The best test of Good Governance is to pay good dividends” (Arshad et. al, 2013). Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen digunakan untuk mendeteksi Teori Agency b. Teori Pensinyalan ( Signalling Theory) Teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam kebijakan dividen adalah teori signalling. Teori signalling dikembangkan untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang dalam (insider) perusahaan pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan dengan kondisi terbaru dari perusahaan, serta prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan investor luar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Signalling Theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya pada tahun 1979 Teori ini mendasari dugaan bahwa perubahan cash dividend mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymmetric information antara manajer dan investor, sehingga para investor menggunakan
kebijakan
dividen
sebagai
sinyal
tentang
prospek
perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga menimbulkan harga saham yang negatif (Pramastuti, 2007). Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Signalling theory menjelaskan bahwa laporan keuangan yang baik merupakan sinyal atau tanda bahwa perusahaan juga telah beroperasi dengan baik. Menurut Jama’an dalam Midiastuti, Hatta dan Sari (2013) “teori pensinyalan mengemukakan bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal kepada laporan keuangan”. Teori ini juga memberikan gambaran mengenai pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham. c. Teori Kebijakan Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) (Sunariyah, 2004). Investor yang berhak menerima dividen adalah investor yang memegang saham hingga batas waktu yang ditentukan oleh perusahaan pada saat pengumuman dividen. Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang, seperti misalnya investor institusi, dana pensiun, dan lain-lain. Perusahaan harus memutuskan berapa besarnya keuntungan yang ditahan dan berapa besarnya laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Brigham dan Gapenski (2001) menyatakan bahwa perubahan besarnya dividen yang dibagikan memiliki
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
dua akibat, yaitu apabila seluruh laba dibayarkan sebagai dividen maka kepentingan cadangan akan terabaikan, sebaliknya bila laba ditahan semua maka kepentingan pemegang saham akan terabaikan. Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen. Teori-teori tersebut dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan menetapkan kebijakan dividen tertentu. Teori-teori tersebut adalah : 1. Teori Dividend Irrelevant Teori dividend irelevant dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller bahwa : “Kebijakan dividen tidak berdampak pada harga saham maupun biaya modal suatu perusahaan; kebijakan dividen merupakan sesuatu yang irelevan (irrelevant)”. Teori Dividend Irrelevant adalah suatu teori yang mengemukakan bahwa investor tidak
peduli terhadap besar kecilnya dividen yang diberikan
perusahaan kepada para pemegang saham. Teori Dividend Irrelevant ini diasumsikan bilamana tidak ada biaya transaksi dan pajak sehingga sulit untuk diterapkan dalam dunia nyata. Pada praktiknya, pasar modal yang sempurna sulit ditemui, biaya emisi saham baru pasti ada, pajak pasti ada dan kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
2. Teori The Bird in the Hand Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) yang berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal ( capitan gain ) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. 3. Teori Tax Preference Teori tax preference dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy bahwa, “Perusahaan seharusnya sedikit membayarkan dividen kepada investor atau bahkan sama sekali tidak membayarkan dividen kepada investor”.
Perusahaan yang sedikit membayar dividen (atau tidak sama sekali) akan menghasilkan harga saham yang lebih tinggi. (Suhadak dan Darmawan, 2011) 4. Teori dividen sinyal (Dividend Signaling Theory) Dividend Signaling Theory dikemukakan oleh Bhattacharayya bahwa, “Perubahan dividen merupakan isyarat atau sinyal tentang prospek perusahaan dimasa mendatang”. (Suhadak dan Darmawan, 2011).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
5.
Teori efek klien (Clientele Effect) Teori Clientele Effect menjelaskan “Kelompok pemegang saham yang berlainan menyukai kebijakan pembayaran dividen yang berbeda-beda”, (Brigham dan Houston, 2010).
6. Teori dividen Residu Teori dividen sisa merupakan, “Teori yang menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan harus sama dengan modal yang tersisa setelah pendanaan investasi yang menguntungkan”, (Keown, 2010). d. Pengertian Dividen “Dividen merupakan distribusi dari income yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham”, (Syamsuddin, 2011).
Dividen yang
dibagikan kepada para pemegang saham terdiri dari beberapa bentuk antara lain: dividen kas, dividen aktiva selain kas, dividen hutang, dividen likuidasi, dan dividen saham, (Baridwan, 2004). Besar kecilnya dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan. 1. Bentuk Dividen Menurut Rudianto (2012), jenis-jenis dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya terdiri dari beberapa macam yaitu: a. Dividen Kas Dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah dalam bentuk kas (uang tunai), yang perlu diperhatikan oleh pimpinan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya uang kas adalah, apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut. b.
Dividen Aktiva Selain Kas Kadang-kadang dividen dibagikan dalam bentuk aktiva selain
kas. Dividen dalam bentuk ini disebut (Property Dividend). Aktiva yang dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan, barang dagangan, atau aktiva-aktiva lainnya. Pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya sebesar harga pasar aktiva tersebut sedangkan perusahaan yang membagi property dividend akan mencatatnya sebesar nilai buku aktiva yang bersangkutan. c.
Dividen Hutang (Scrip Dividend) Dividen hutang (Scrip Dividend) timbul apabila laba yang tidak
dibagi itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, namun saldo kas yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan Scrip Dividend yaitu janji tertulis untuk membayarkan jumlah tertentu di masa yang akan datang. Scrip Dividend ini mungkin saja berbunga dan mungkin juga tidak. d. Dividen Likuidasi Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini dicatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca dicatat sebagai pengurangan modal saham. Perusahaan yang memiliki wasting assets
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
yang tidak akan diganti, bisa membagi dividen likuidasi secara periodik, biasanya modal yang dikembalikan adalah sebesar deplesi yang diperhitungkan untuk periode tersebut, apabila perusahaan membagi deviden likuidasi maka para pemegang saham akan diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian laba dan berapa yang merupakan pengembalian modalsehingga para pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya. e.
Dividen Saham Dividen saham tidak sama dengan dividen tunai, oleh karena
itu dalam dividen saham tidak ada pembagian uang kas atau aktiva lain kepada para pemegang saham. Dividen saham tersebut biasanya dikeluarkan oleh perusahaan yang ingin menahan labanya untuk memperoleh fasilitas-fasilitas baru atau memperluas usahanya. Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham ditinjau dari bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu : 1. Dividen Tunai (Cash Dividend) Dividen tunai merupakan dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Tujuan dari pemberian dividen dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham. Dividen ini dipandang lebih menarik bagi pemegang saham disbanding dividen saham. Untuk membayar dividen secara tunai diperlukan jumlah uang kas yang mencukupi untuk pembagian dividen tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
2. Dividen Saham (Stock Dividend) Dividen saham adalah dividen yg diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yg dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. Dengan cara ini perusahaan tidak perlu mengeluarkan kas, sementara pemegang saham merasa memperoleh dividen. 2. Prosedur Pembayaran Dividen Prosedur pembayaran aktual dividen menurut Brigham dan Houston (2011) diurutkan sebagai berikut: 1. Tanggal Deklarasi (Declaration Date), Adalah tanggal pada saat pembayaran dividen diumumkan oleh perusahaan 2. Tanggal Pemilik Tercatat (Holder-of-Record Date), Adalah tanggal di mana semua pemegang saham yang terdaftar pada tanggal tersebut berhak atas dividen. Dividen tidak akan dibayarkan kepada investor yang pemberitahuannya melewati tanggal tersebut. 3. Tanggal Eks Dividen (Ex-Dividend Date) Adalah tanggal di mana pembeli saham sebelum tanggal tersebut berhak atas dividen. Jika pembeli membeli saham sesudah tanggal tersebut atau pada tanggal tersebut, ia tidak berhak memperoleh dividen. Sebaliknya bagi penjual, jika ia menjual saham sesudah tanggal ex-dividend, maka ia masih berhak memperoleh dividen.,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
4. Tanggal Pembayaran (Payment Date). Tanggal Pembayaran Dividen dibayarkan pada tanggal pembayaran kepada semua pemegang saham yang berhak menurut catatan yang dibuat pada tanggal pencatatan. e. Kebijakan Dividen Sitanggang (2012) menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan berapa besarnya bagian laba bersih yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen dan berapa besarnya laba yang ditahan sebagai sumber pembiayaan internal perusahaan. 1. Bentuk Kebijakan Dividen Menurut Tampubolon (2005), terdapat beberapa kebijakan dividen yang dapat dilakukan. yaitu kebijakan dividen yang stabil, rasio konstan pembayaran dividen, kebijakan secara kompromi, dan kebijakan dividen secara residu. 2. Indikator Kebijakan Dividen Menurut Tampubolon (2005), terdapat beberapa kebijakan dividen yang dapat dilakukan. yaitu kebijakan dividen yang stabil, rasio konstan pembayaran dividen, kebijakan secara kompromi, dan kebijakan dividen secara residu. 1. Dividend Yield (DY) adalah suatu rasio yang menghubungkan dividen yang dibayar dengan harga saham biasa (Warsono, 2003).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2. Dividend Payout Ratio (DPR) Dividend Payout Ratio merupakan rasio yang menggambarkan besarnya proporsi dividen yang dibagikan terhadap pendapatan bersih perusahaan (Murhadi, 2013). 3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen a. Faktor finansial yang meliputi posisi solvabilitas perusahaan, posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan untuk melunasi hutang, kesempatan investasi, stabilitas pendapatan, kebutuhan pendanaan perusahaan, dan kemampuan untuk meminjam. b. Faktor non-finansial yang meliputi aturan-aturan hukum, batasanbatasan dalam kontrak utang, dan pengawasan terhadap perusahaan atau pengendalian. Weston dan Copeland (2007) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividend sebagai berikut : a.
Undang-Undang Bebarapa
Undang-undang
dan
keputusan
pengadilan
yang
mengatur kebijakan sangat rumit.Undang-undang menentukan bahwa deviden harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun yang lalu yang ada pada pos laba ditahan di neraca. Undang-undang ini merupakan kerangka untuk merumuskan kebijakan deviden. b. Posisi Likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan tahun-tahun lalu sudah diinvestasikan dalam bentuk pabrik dan peralatan, persediaan, dan aktiva
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
lainnya, laba tersebut tidak disimpan dalam bentuk kas. Jadi, meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai deviden, karena posisi likuiditasnya. c. Kebutuhan Pelunasan Hutang Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain, atau perusahaan dapat memutuskan untuk melunaskan hutang tersebut. Jika keputusannya adalah membayar hutang tersebut, maka ini biasanya perlu penurunan laba. d. Pembatasan Dalam Perjanjian Hutang Perjanjian hutang, khususnya hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar deviden tunai. Larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan pemberi pinjaman, biasanya menyaratkan bahwa: deviden pada masa yang akan datang hanya dapat dibayar dari laba yang diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang dan deviden tidak dapat dibayarkan apabila modal kerja bersih berada dibawah suatu jumlah yang telah ditentukan. Perjanjian saham preferenpun biasanya mengatakan bahwa deviden tunai saham biasa tidak dapat dibayarkan kecuali semua deviden saham preferen sudah dibayar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
e. Tingkat Ekspansi Asset Semakin cepat sebuah perusahaan berkembang, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai ekaspansi assetnya. Kalau kebutuhan dana dimasa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada membayarkannya. Tetapi jika laba dibayarkan sebagai deviden dan terkena pajak penghasilan pribadi yang tinggi, maka hanya sebagian saja yang tersedia untuk reinvestasi. f.
Tingkat Laba Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan
pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk deviden kepada pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut. g. Stabilitas Laba Perusahaan dengan laba yang stabil cenderung membayarkan laba dengan presentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat tercapai, sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba yang diperoleh saat ini. h. Akses Ke Pasar Modal Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas, akan mempunyai akses yang mudah ke pasar modal dan bentuk pendanaan lain. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
modal akan terbatas, dan perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk member tingkat pembayaran deviden yang lebih tinggi dari perusahaan kecil atau baru. i.
Kendali Perusahaan Variabel penting lainnya adalah pengaruh sumber pembiayaan
alternative terhadap situasi kendali perusahaan. Pentingnya pembiayaan internal dalam usaha untuk mempertahankan kembali perusahaan, akan memperkecil pembayaran deviden. j.
Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak Posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak akan sangat
mempengaruhi
keinginannya
untuk
memperoleh
deviden.
Suatu
perusahaan yang hanya dipegang oleh beberapa pembayar pajak dalam golongan berpendapatan tinggi, cenderung untuk membayar deviden yang rendah dan sebaliknya. k. Pajak Atas Laba Yang Diakumulasikan Secara Salah Untuk
mencegah
pemegang
saham
hanya
menggunakan
perusahaan sebagai suatu perusahaan penyimpan uang yang dapat digunakan untuk menghindari tarif penghasilan pribadi yang tinggi, peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan khusus terhadap penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
4. Berbagai Macam Kebijakan Dividen Menurut Riyanto (2008), ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain sebagai berikut: 1. Kebijakan dividen yang stabil Kebijakan dividen yang stabil artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Kebijakan dividen yang stabil yang dijalankan oleh suatu perusahaan akan dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang. 2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi di lain pihak apabila keadaan keuangan perusahaan baik maka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut ditambahn dengan dividen tambahan. Apabila keadaan keuangan memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividen minimal saja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Perusahaan yang
menjalankan kebijakan ini menetapkan
dividend payout ratio yang konstan. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya. 4. Kebijakan dividen yang fleksibel Penetapan dividend payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. f. Dividen Payout Ratio (DPR) Dividend Payout Ratio adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan pada para pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Secara umum tidak ada aturan umum yang secara universal dapat diterapkan pada keputusan pemegang saham dan manajemen tentang dividen. Hal terbaik yang dapat dikatakan adalah bahwa nilai dividen tergantung pada lingkungan pengambil keputusan. Oleh karena lingkungan tersebut berubah sewaktu-waktu, seorang manajer dihadapkan dengan tidak relevannya dividen pada waktu tertentu dan dalam waktu tertentu menjadi sesuatu yang utama atau penting.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai dividen payout ratio, dihasilkan beberapa teori yang sampai saat ini dijadikan sebagai referensi dan literatur untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Merajuk pada Signaling Theory, kenaikan Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan suatu sinyal bagi investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang lebih baik. Sebaliknya penurunan DPR diyakini oleh investor sebagai sinyal prospek perusahaan menurun atau perusahaan mungkin akan mengalami kerugian di waktu mendatang. Oleh karena itu perusahaan akan selalu berupaya untuk mempertahankan Dividend Payout Ratio meskipun terjadi penurunan jumlah laba yang diperolehnya. Jika rasio pembayaran dividen dihitung dalam basis per lembar saham, maka rumus perhitungannya adalah sebagai berikut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006): DPR =
Dividen per share Earning per share
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio 1. Posisi Kas ( Cash Position)
Cash Position merupakan cash outflow, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Riyanto,2001). Posisi kas merupakan rasio kas akhir tahun dengan laba setelah pajak. Bagi perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat akan semakin besar untuk membayar dividen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan langsung bagi kebijakan dividen (Sudarsi 2002). Cash Position = Kas Akhir Tahun Laba Setelah Pajak 2. Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Husnan & Pudjiastusi (2004) rasio leverage, yaitu rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Martono dan Harjito (2010) mengatakan semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen sehingga debt to equity ratio berbanding terbalik dengan dividen payout ratio. Salah satu cara perusahaan untuk mendanai perusahaannya adalah dengan penggunaan hutang dan ekuitas. Perusahaan pada umumnya mendanai sekitar 40% aktiva dan 60% dari ekuitas pemegang saham. Jadi, penggunaan jumlah hutang perusahaan tergantung pada keberhasilan pendapatan dan ketersediaan aktiva yang bisa digunakan sebagai jaminan hutang dan seberapa besar risiko diasumsikan oleh pihak manajemen. (Keown dkk, 2008) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Peningkatan hutang pada gilirannya akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajibannya untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. Adapun rumus dari DER adalah:
DER =
Total Hutang Total Ekuitas
3. Current Ratio (CR)
Salah satu indikator dari lkiuiditas adalah current ratio, likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dividen karena kebijakan dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Sartono, 2008) CR atau rasio lancar merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas. CR berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancarnya. Hanafi dan Halim ( 2005) Current ratio (CR) dapat dirumuskan sebagai berikut: Semakin besar CR menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tingginya
CR
menunjukkan
keyakinan
investor
terhadap
kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen yang dijanjikan. (Handayani dalam Marlina dan Danica, 2010).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
CR =
Aset lancar Kewajiban lancar
4. Asset Growth
Tingkat pertumbuhan perusahaan yang makin cepat maka makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya (Riyanto, 2001). Aset adalah aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, semakin besar aset maka diharapkan semakin besar pula hasil operasional yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Peningkatan aset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan. Kepercayaan kreditur yang meningkat terhadap perusahaan memungkinkan proporsi hutang semakin lebih besar dari modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahan. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan yang semakin cepat membuat semakin besar kebutuhan dana diwaktu mendatang untuk membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dividen memegang peranan penting pada struktur modal, semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi maka semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
dan semakin besar kemungkinan perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai dividen. Brigham dan Houston (2001) menyatakan dalam model dividend residual bahwa suatu model dimana dividen yang dibayarkan ditetapkan sama dengan laba aktual dikurangi dengan jumlah laba yang perlu ditahan untuk membiayai anggaran modal perusahaan yang optimal. Kebijakan residual menyiratkan bahwa dividen sebaiknya dibayarkan jika ada laba yang “tersisa,” sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatf antara pertumbuhan dan pembayaran dividen. Secara matematis pertumbuhan asset perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut: Asset growth =
Total Asset (t) – Total Asset (t-1) Total Asset (t-1)
B. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, diantaranya adalah: 1. Lisa marlina & Clara Danica (2009) meneliti tentang Pengaruh cash position, debt to equity ratio dan retrun on asset terhadap dividen payout ratio. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitiannya menyatkan bahwa cash position dan retun on asset berpengaruh postif dan signifikan terhadap dividen payout ratio sedangkan debt to equity ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen payout ratio.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
2. Ericson M (2010) Meneliti tentang Pengaruh retrun on asset ratio, debt to equity ratio dan grwoth terhadap dividen payout ratio. Metode yang digunakan adalah metode regresi linear berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa retrun on asset berpengaruh positif signifikan terhadap dividen payout ratio, sedangkan debt to equity dan Asset Growth berpengaruh negatif signifikan terhadap dividen payout ratio. 3. Yudhanto (2012) meneliti tentang Pengaruh net profit margin, return on asset, return on equity, eanrning per share terhadap kebijakan deviden. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa net profit margin memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Begitu juga dengan variable return on asset dan return on equity juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen yang diukur oleh dividend payout ratio. Earning Per Share memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen yang diukur oleh Dividend Payout Ratio. 4. Anggita Saria Pribadi & Djoko Sampurno (2012) meneliti tentang Analisis Pengaruh cash postion, firm size, growth opportunity, ownership dan return on asset Terhadap dividen payout ratio. Metode yang digunakan menggunakan metode analisis regresi linear berganda hasil analisisnya menyatakan return on assets dan ownership berpengaruh positif signifikan terhadap dividen payout ratio, firm size dan cash position berpengaruh negative dan signifikan terhadap dividen payout
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
ratio sedangkan growth opportunity berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap dividen payout ratio. 5. Jossie basten janifrus & Rustam hidayat (2013) meneliti tentang Pengaruh return on asset , debt to equity ratio, asset growth, dan cash ratio terhadap dividen Pyout ratio. Metode yang digunakan adalaha metode anlisis regresi linear berganda. Hasil analisis menyatakan bahwa return on asset, asset growth dan cash ratio mempunyai pengaruh postif signifikan terhadap dividen payout ratio, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio. 6. Tita Deitana (2013) meneliti tenttang Pengaruh current ratio, return on equity dan total assets turn over terhadap dividen payout ratio. Metode yang digunakan adalah metode anlisis regresi linear berganda. Hasil analisisnya menyatakan current ratio dan return on equity tidak berpengaruh terhadap dividen payout ratio sedangkan total assets turn over berpengaruh terhadap dividen payout ratio. 7. Liza Tania (2013) meneliti tentang Analisis Pengaruh cash position, debt to equity ratio, retrun on assets , cash ratio, asset growth dan firm size terhadap dividen payout ratio . Metode yang digunakan adalah metode regresi linear berganda dengan hasil anaisisnya menyatakan cash position dan assets growth berpengaruh negative serta tidak signifikan terhadap dividen payout ratio sedangkan debt to equity ratio, return on assets dan cash ratio berpengaruh positif serta signifikan terhadap dividen payout
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
ratio , sedangkan firm size berpengaruh positif serta tidak signifikan terhadap dividen payout ratio. 8. Sri Maryati, Ari Surya Dermawan & Sri Werastuti (2013) meneliti tentang Pengaruh Net profit Margin, Debt to equity ratio, current ratio dan ukuran perusahaan terhadap dividen payout ratio. Model analisis yang digunakan metode regresi linear berganda. Hasil analisis menyatakan net profit margin & Debt to equity ratio berpengaruh positif signifikan terhadap dividen payout ratio, sedangkan current ratio & size umtuk ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap dividen payout ratio. 9. Dyan Putri Aryani & Farida Titik (2014) meneliti tentang Pengaruh cash position, debt to equity ratio, return on asset dan earning per share terhadap dividen payout ratio. Metode penlitian yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa cash position dan debt to equity ratio berpengaruh negatif dan sginifikan terhadap dividen payout ratio sedangkan return on asset dan earning per share tidak berpengaruh terhadap dividen payout ratio.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
1
2
3
Nama Peneliti Lisa marlina & Clara Danica (2009)
Ericson M (2010)
Yudhanto (2012)
4
Anggita Saria Pribadi & Djoko Sampurno (2012)
5
Jossie basten janifrus & Rustam hidayat (2013)
6
Tita Deitana (2013)
7
Liza Tania (2013)
8
Sri Maryati, Ari Surya Dermawan & Sri Werastuti (2013)
Judul
Variabel
Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Retrun On Asset Terhadap Dividen Payout Ratio pengaruh retrun on asset ratio, debt to equity ratio dan grwoth terhadap dividen payout ratio pengaruh net profit margin, return on asset, return on equity, eanrning per share terhadap kebijakan deviden Analisis Pengaruh Cash Postion, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership Dan Return On Asset Terhadap Dividen Payout Ratio. Pengaruh Return On Asset , Debt To Equity Ratio, Asset Growth, Dan Cash Ratio Terhadap Dividen Pyout Ratio. Pengaruh Current Ratio, Return On Equity Dan Total Assets Turn Over Terhadap Dividen Payout Ratio. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Retrun On Assets , Cash Ratio, Asset Growth Dan Firm Size Terhadap Dividen Payout Ratio Penagruh Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Current Ratio Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividen Payout Ratio.
Metode Analisis
Hasil
Cash position, debt to equity ratio dan retrun on asset
Regresi Linear Berganda
Cash Position Dan Retun On Asset Berpengaruh Postif Dan Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio Sedangkan Debt To Equity Ratio Tidak Mempunyai Pengaruh Yang Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio.
Retrun on Asset, debt to equity ratio dan growth
Regresi Linear Berganda
Retrun On Asset Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio, Sedangkan Debt To Equity Dan Asset Growth Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadao Dividen Payout Ratio
Regresi Linear Berganda
Net Profit Margin Memiliki Pengaruh Signifikan Terhadap Kebijakan Dividen. Begitu Juga Dengan Variable Return On Asset Dan Return On Equity Juga Memiliki Pengaruh Yang Signifikan Terhadap Kebijakan Dividen Yang Diukur Oleh Dividend Payout Ratio. Earning Per Share Memiliki Pengaruh Yang Signifikan Terhadap Kebijakan Dividen Yang Diukur Oleh Dividend Payout Ratio.
Cash Postion, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership Dan Return On Asset
Regresi Linear Berganda
Return On Assets Dan Ownership Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio , Firm Size Dan Cash Position Berpengaruh Negative Dan Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio Sedangkan Growth Opportunity Berpengaruh Negatif Dan Tidak Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio.
Return On Asset , Debt To Equity Ratio, Asset Growth, Dan Cash Ratio
Regresi Linear Berganda
Return On Asset, Asset Growth Dan Cash Ratio Mempunyai Pengaruh Postif Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio, Sedangkan Debt To Equity Ratio Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio.
Current Ratio, Return On Equity Dan Total Assets Turn Over
Regresi Linear Berganda
net profit margin, return on asset, return on equity, eanrning per share
Cash Position, Debt To Equity Ratio, Retrun On Assets , Cash Ratio, Asset Growth Dan Firm Size Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Current Ratio Dan Ukuran Perusahaan
Regresi Linear Berganda
Regresi Linear Berganda
Current Ratio Dan Return On Equity Tidak Berpengaruh Terhadap Dividen Payout Ratio Sedangkan Total Assets Turn Over Berpengaruh Terhadap Dividen Payout Ratio. Cash Position Dan Assets Growth Berpengaruh Negatif Serta Tidak Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratiosedangkan Debt To Equity Ratio, Return On Assets Dan Cash Ratio Berpengaruh Positif Serta Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio , Sedangkan Firm Size Berpengaruh Positif Serta Tidak Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio. Net Profit Margin dan Debt To Equity Ratio Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio, Sedangkan Current Ratio dan Size Umtuk Ukuran Perusahaan Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Dividen Payout Ratio.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
9
Dyan Putri Aryani & Farida Titik (2014)
Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Return On Asset Dan Earning Per Share Terhadap Dividen Payout Ratio.
Cash Position, Debt To Equity Ratio, Return On Asset Dan Earning Per Share
Regresi Linear Berganda
Cash Position Dan Debt To Equity Ratio Berpengaruh Negative Dan Sginifikan Terhadap Dividen Payout Ratio Sedangkan Return On Asset Dan Earning Per Share Tidak Berpengaruh Terhadap Dividen Payout Ratio .
Sumber : berbagai jurnal
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah pada variable independen yang digunakan, yaitu Cash Position, Debt to Equity Ratio(DER), Current Ratio (CR) dan asset growth, Sedangkan variable dependennya adalah sama yaitu Dividend Payout Ratio. Alasan pemilihan variabel-variabel tersebut adalah dalam penelitian-penelitian sebelumnya, variabel-variabel tersebut telah diuji tetapi dalam kurun waktu yang berbeda-beda dan diuji dengan variabel-variabel yang berbeda-beda pula. Penelitian ini juga menggunakan periode waktu dan sampel penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dapat mendekati hasil atau berbeda hasil dengan penelitian-penelitian sebelumnya. C. Rerangka Pemikiran Rerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2008). Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan sebelumnya, Perusahaan dalam membagikan dividennya mempertimbangkan berbagai hal di antaranya yaitu
dari
aspek
profitabilitas,
likuiditas,
solvabilitas
pertumbuhan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
serta
tingkat
38
Dalam penelitian ini variabel independen yaitu Cash Poition, Current Ratio, Debt To Equity Ratio dan Asset Growth, sedangkan variabel dependen ysitu Dividen Payout Ratio. Oleh karena itu rerangka pemikiran yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Teoritis
Cash Position X1
Current Ratio X2
Debt to Equty Ratio X3 Asset Growth X4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dividen Payout Ratio (Y)
39
D. Hipotesis 1.
Pengaruh
Cash
Position
(CP)
terhadap
Dividend
Payout
Ratio(DPR) Cash Position merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan menetapkan besarnya dividen. Karena besarnya dividen yang akan dibayarkan akan sangat dipengaruhi oleh besarnya posisi kas pada suatu perusahaan. Kadang posisi kas yang besar dipandang sebagai sebuah keunggulan, namun bagi investor hal tersebut bisa saja dianggap sinyal buruk karena tidak dapat memanfaatkan kas dengan maksimal yang berakibat kecilnya return dan berdampak pada DPR. Dyan Lisa dan Clara (2009)
yang menyatakan bahwa Cash Position
berpengaruh secara positif terhadap Dividen Payout Ratio. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan: H1: Cash Position (CP) berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). 2.
Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Rasio ini menghubungkan aset lancar terhadap kewajiban lancar untuk mencoba memperlihatkan keamanan klaim pemberi hutang jika ada kegagalan. Semakin tinggi nilai rasio lancar, maka akan semakin baik posisi pemberi pinjaman, sehingga semakin tinggi juga DPR yang dibagikan. Likuiditas perusahaan merupakan hal penting dalam kebijakan dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar juga kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. (Sartono: 2001) Nor Apandi (2012) menyatakan bahwa Current Ratio (CR) mempengaruhi secara positif dan tidak signifikan terhadap DPR pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dirumuskan menjadi hipotesis alternatif kedua (H2) sebagai berikut: H2 :Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap Dividend PayoutRatio (DPR) 3.
Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Menurut Purwanto dan Haryanto (2004), DER merupakan indikator
struktur
modal dan risiko
finansial,
yang
merupakan
perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya DER suatu perusahaan menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, Morris Witaradya (2012) menyatakan Debt to Equity ratio (DER)
mempunyai berpengaruh negatif signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dirumuskan menjadi hipotesis alternatif ketiga (H3) sebagai berikut: H3 :Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) 4.
Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). Hanafi dan Halim (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan. Amaliya Viya kartika dkk (2013) menyatakan Asset growth mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dirumuskan menjadi hipotesis alternatif keempat (H4) sebagai berikut: H4 : Asset growth berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)
http://digilib.mercubuana.ac.id/