BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling dalam Brigham dan Houston (2010) mendefinisikan agency theory adalah suatu kontrak kerja sama (nexus of contract) yang mana satu atau lebih principal menggunakan orang lain atau agent untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Di dalam teori ini, principal adalah pemegang saham/pemilik/investor, sedangkan agent adalah manajer atau manajemen yang mengelola perusahaan. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan, sedangkan agent berkewajiban mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan kemakmuran pemilik atau laba perusahaan. Sebagai imbalannya, agent akan memperoleh gaji, bonus, dan berbagai kompensasi lainnya. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh principal, maka agent akan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan biaya yang kecil, karena manajemen tidak menyukai adanya resiko (risk). Kondisi ini akan menimbulkan kecenderungan manajemen untuk bertindak mementingkan kepentingan sendiri dan tidak berdasarkan maksimalisasi kemakmuran principal lagi. Konflik inilah yang disebut dengan konflik keagenan (agency conflict).
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Konflik keagenan terjadi karena kepentingan principal untuk memperoleh laba yang terus bertambah, sedangkan agent tertarik untuk menerima kepuasan yang terus bertambah berupa kompensasi keuangan. Perbedaan kepentingan ini mengakibatkan timbulnya persoalan di dalam perusahaan seperti biaya keagenan, kebijakan struktur modal, dan perilaku manajer menjadi individualistik, oportunistik, dan self-interest. Alternatif untuk mengurangi persoalan yang ditimbulkan konflik keagenan yaitu adanya penyertaan kepemilikan saham untuk manajemen, meningkatkan pendanaan dari hutang, dan penyertaan investor institusi sebagai pemilik saham. Dalam sudut pandang perilaku, alternatifnya adalah membangun budaya hubungan yang saling percaya (trust) yang didasari oleh kebersamaan dan saling berbagi antara principal dan agent di dalam perusahaan serta membangun nilai bersama demi kemajuan perusahaan. 2. Teori Sinyal (Signaling Theory) Menurut Michael Spense yang dikutip oleh Jama’an (2008), signaling theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Teori
signaling
(signaling
theory)
menjelaskan
mengapa
perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (asymmetric information) antara perusahaan dan pihak luar (eksternal). Perusahaan (agent) jelas mengetahui lebih banyak mengenai kondisinya sendiri dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri informasi. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Hal ini senada dengan pendapat Rustiarini (2010) yang mengungkapkan bahwa teori signaling membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik informasi keuangan maupun non keuangan. Teori signaling menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesarbesarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Teori signaling juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (agent). Selain itu, perusahaan juga perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan yang disampaikan. Sinyal opini bebas yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sinyal yang mencerminkan keandalan informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah diaudit. Kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP) juga dapat memberikan sinyal kepercayaan pihak perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atas legalitas dan integritas opini bebas yang dikeluarkan akuntan. Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik (principal). Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi sinyal informasi yang disampaikan oleh pihak agent terkadang diterima principal tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran keberhasilan perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (asymmetric information) yang sudah dijelaskan di atas. 3. Pecking Order Theory Dalam Brealey et.al (2008) teori pecking order menjelaskan (1) perusahaan menyukai pendanaan internal dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham. (2) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan utang tidak terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas. Urutan pendanaan menurut teori pecking order adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
1. Perusahaan lebih menyukai internal financing (dana internal). Dana internal tersebut diperoleh dari laba yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. 2. Perusahaan menyesuaikan target dividend payout ratio terhadap peluang
investasi
mereka,
sementara
mereka
menghindari
perubahan dividen secara drastis. 3. Kebijakan dividen yang stabil ditambah fluktuasi profitabilitas dan peluang investasi yang tidak dapat diproksi, berarti terkadang aliran kas internal melebihi kebutuhan investasi namun terkadang kurang dari kebutuhan investasi. 4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, pertama-tama perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman, yaitu mulai dari penerbitan hutang, dan alternatif paling akhir adalah saham. 4. Pasar Modal Menurut Martalena dan Malinda (2011) pasar modal terdiri dari dua kata yaitu pasar dan modal. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran terhadap modal baik dalam bentuk ekuitas maupun hutang jangka panjang. Pasar modal merupakan tempat bertemunya individu atau badan usaha yang memiliki kelebihan dana (investor) dan individu atau sekelompok orang yang membutuhkan modal (emiten) dalam menjalankan suatu usaha. Pasar modal seringkali dijadikan objek penelitian karena sifatnya yang representasi dapat menggambarkan kondisi perekonomian di suatu negara. Pasar modal memungkinkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk investasi jangka panjang masing-masing perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar modal adalah suatu tempat para investor bertemu dengan badan usaha/sekelompok yang membutuhkan dana/modal dalam menjalankan suatu usaha dan para investor yang membutuhkan perusahaan yang memberikan dampak positif untuk mereka investasikan. Pasar modal modal suatu negara dapat menggambarkan kondisi perekonomian suatu negara tersebut. 5. Laporan Keuangan Laporan keuangan dalam suatu perusahaan berfungsi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi keuangan perusahaan tersebut. Berikut dikemukakan beberapa pengertian mengenai laporan keungan antara lain: a) Laporan keuangan pada dasarnya menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: neraca atau laporan laba/rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan (Harahap, 2008).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
b) Laporan keungan merupakan informasi yang diharapkan mampu memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial (Farid dan Siswanto, 2011). c) Laporan keuangan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atau operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan dimasa mendatang (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010). d) Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan (Fahmi, 2011). Dengan demikian dapat disimpulkan laporan keuangan adalah informasi perusahaan untuk pengguna informasi atas kinerja perusahaan selama tahun pelaporan. Menurut PSAK NO.1 (IAI, 2012:2) pengguna laporan keungan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : 1) Investor. Penanam modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas untuk membayar dividen. 2) Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas entitas. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja. 3) Pemberi pinjaman. Pemberi
pinjaman
tertarik
dengan
informasi
keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4) Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh jempo. Kreditor usaha berkepentingan pada entitas dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup entitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
5) Pelanggan. Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup entitas, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada entitas. 6) Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik entitas. 7) Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya,
entitas
dapat
memberikan
kontribusi
berarti
pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu
masyarakat
dengan
menyediakan
informasi
kecenderungan (tren) dan perkembangan terakhir kemakmuran entitas serta rangkaian aktivitasnya. Informasi yang disajikan dalam laporan keungan bersifat umum. Dengan demikian tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pengguna. Berhubung para investor merupakan penanam modal yang beresiko ke entitas, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna lain. 6. Kebijakan Hutang Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan (Riyanto, 2012). Kebijakan hutang menggambarkan keputusan yang diambil oleh manajemen dalam menentukan sumber pendanaannya dari pihak ketiga untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Kreditor dan pemegang saham tertarik pada kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pada saat jatuh tempo dan untuk membayarkan kembali jumlah pokok hutang pada saat jatuh tempo. Kebijakan hutang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan menggunakan hutang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan opresional perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2010) ada 3 implikasi penting mengapa perusahaan mendanai perusahaannya dengan hutang:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
1) Dengan memperoleh dana melalui hutang, pemegang saham bisa mempertahankan kontrol terhadap perusahaan tersebut tanpa harus menambah investasi. 2) Kreditor mengharapkan ekuitas atau dana yang disetor oleh pemilik untuk memberikan margin keamanan sehingga semakin tinggi proporsi total modal yang disediakan oleh pemegang saham, semakin kecil risiko yang ditanggung kreditor. 3) Jika perusahaan menghasilkan laba lebih banyak pada investasi yang didanai dengan hutang dibanding jumlah yang harus dikembalikan maka tingkat laba yang diperoleh pemegang saham menjadi lebih besar meskipun tidak menambah penanaman modal. Salah satu rasio untuk mengukur kebijakan hutang adalah Debt to Equity Ratio (DER). Pengertian rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio - DER) menurut Tjiptono dan Hendy (2008) adalah rasio yang mengukur sejauh mana besarnya hutang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan oleh kreditur dengan pemilik perusahaan atau untuk mengetahui detail jumlah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan atas kewajiban perusahaan. Perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang semakin tinggi akan mempunyai resiko yang semakin besar pula. 7. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Jadi, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan keahliannya mengelola semua sumber daya yang dimiliki (Sartono, 2010). Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang sangat tinggi biasanya menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif sedikit, karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan
perusahaan
tersebut
melakukan
sebagian
besar
pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal (Brigham dan Houston, 2010). Salah satu rasio yang melambangkan profitabilitas adalah Return On Asset (ROA) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Menurut Eduardus (2010) Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang penting digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) tergantung pada pengelolaan aset perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi Return On Asset (ROA), maka semakin efisien operasional perusahaan dan begitu juga sebaliknya. Rendahnya Return On Asset (ROA) dapat disebabkan oleh banyaknya aset perusahaan yang mengaggur, invetasi dalam persediaan yang terlalu banyak, aktiva tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain (Ratna Prihatini, 2009).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
8. Likuiditas Likuiditas secara umum dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo (Kasmir, 2012). Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid. Perusahaan dikatakan likuid jika dapat memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Menurut Riyanto (2012) likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Perusahaan yang tidak likuid akan memberikan dampak buruk bagi keuangan perusahaan karena hutang yang tidak bisa dibayar semakin lama akan semakin menumpuk baik pinjaman pokok ataupun bunganya. Hal ini juga dapat memberikan penilaian yang buruk dari kreditor. Jadi semakin likuid suatu perusahaan, berarti mempunyai kemampuan membayar hutang jangka pendek, sehingga cenderung akan menurunkan total hutangnya. Hal ini sesuai dengan teori pecking order yang menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Tingkat likuiditas dapat diukur menggunakan rasio likuiditas. Menurut Brigham dan Houston (2010) rasio likuiditas adalah rasio yang memperlihatkan hubungan kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya terhadap kewajiban lancarnya. Rasio likuiditas yang umumnya digunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
adalah rasio lancar (current ratio) dengan cara membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio tersebut menunjukkan sampai sejauh mana tagihan – tagihan jangka pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu dekat. Menurut Kasmir (2012) current ratio (CR) merupakan rasio lancar yang mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Dengan kata lain seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Current ratio (CR) dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety). 9. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen pada dasarnya adalah penentuan besarnya porsi keuntungan yang akan diberikan kepada pemegang saham. Menurut Brigham dan Houston (2010) kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Tujuan pembagian dividen juga untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkan dividen juga untuk menunjukan dimata investor akan memiliki nilai yang tinggi. Dengan pembayaran dividen yang terus menerus, perusahaan ingin menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak perekonomian dan mampu memberikan hasil kepada para pemegang saham. Hal ini ditunjang oleh beberapa penelitian yang menunjukan arti pentingnya keuntungan dibagikan kepada para pemegang saham (Rizal Adhiputra, 2010). 10. Penelitian Terdahulu Kurniati (2007) meneliti tentang pengaruh kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan saham oleh institusional, struktur asset, kebijakan dividen, profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan saham oleh institusional, dan struktur asset terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Yeniatie dan Nicken Destriana (2010) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan risiko bisnis tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
berpengaruh terhadap kebijakan hutang, kepemilikan institusional dan profitabilitas memiliki hubungan negatif terhadap kebijakan hutang, struktur aset dan pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Narita (2012) meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, free cash flow, kepemilikan institusional, dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan variabel ukuran perusahaan, free cash flow dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan variabel likuiditas dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Wahidahwati (2002) meneliti tentang pengaruh managerial ownership, institutional ownership, size, dividend payout, asset, earning volatility, stock volatility terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan managerial ownership, institutional ownership, earning volatility dan stock volatility mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap debt ratio, size dan asset structure berpengaruh signifikan positif terhadap debt ratio, sedangkan antara dividen payout dengan debt ratio ditemukan hubungan negatif namun tidak signifikan. Amirya dan Atmini (2008) meneliti tentang pengaruh kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan total aktiva terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kebijakan dividen, profitabilitas, negatif signifikan terhadap tingkat hutang,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
pertumbuhan total aktiva positif signifikan, pertumbuhan penjualan negatif namun tidak signifikan. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu Peneliti Terdahulu (Tahun) Kurniati (2007)
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Dependen: Kebijakan hutang Independen: Kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan saham oleh institusional, struktur asset, kebijakan dividen, profitabilitas
Kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan saham oleh institusional, dan struktur asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan dan kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional dan profitabilitas memiliki hubungan negatif terhadap kebijakan hutang. Struktur aset dan pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Kebijakan Yeniatie dan Dependen: hutang Nicken Independen: Kepemilikan Destriana manajerial, kepemilikan (2010) institusional, kebijakan dividen, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan risiko bisnis Kebijakan Narita (2012) Dependen: Hutang Independen: Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, dan Profitabilitas Kebijakan Wahidahwati Dependen: hutang (2002) Independen: Managerial ownership, institutional ownership, size, dividend payout, asset, earning volatility, stock volatility
Variabel ukuran perusahaan, Free Cash Flow dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan variabel likuiditas dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Managerial ownership, Institutional ownership, earning volatility dan stock volatility mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap debt ratio. Size dan asset structure berpengaruh signifikan positif terhadap debt ratio. Sedangkan antara dividen payout dengan debt ratio ditemukan hubungan negatif namun tidak signifikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Amirya dan Dependen: Tingkat hutang Atmini (2008) Independen: Kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan total aktiva
Kebijakan dividen, profitabilitas, negatif signifikan terhadap tingkat hutang. Pertumbuhan total aktiva positif signifikan. Pertumbuhan penjualan negatif tidak signifikan.
B. Rerangka Pemikiran 1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang sangat tinggi biasanya menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif sedikit. Karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan tersebut melakukan sebagian besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal (Brigham dan Houston, 2010). Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi tidak ingin menggunakan hutang, karena profitabilitas dapat digunakan untuk membiayai investasi perusahaan itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Yeniatie dan Nicken (2010), Amirya dan Atmini (2008) menunjukkan hasil yang seragam bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Ha : Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
2. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Hutang Likuiditas dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo (Kasmir, 2012). Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk dapat mengembalikan kewajibannya. Likuiditas dapat diukur dengan membagi hutang lancar dengan aktiva lancarnya, atau disebut current ratio (CR). Semakin likuid suatu perusahaan, berarti mempunyai kemampuan yang baik untuk membayar hutang jangka pendeknya, sehingga akan sehingga cenderung akan menurunkan total hutangnya. Penelitian yang dilakukan Narita (2012) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Ha : Likuiditas berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang 3. Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan (Brigham dan Houston, 2010). Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap tersebut sehingga kebutuhan pendanaan perusahaan akan meningkat. Perusahaan yang memiliki dividend payout ratio yang tinggi lebih menyukai pendanaan dengan modal sendiri karena pembayaran dividen akan meningkatkan kewajiban perusahaan dan pembayaran dividen umumnya dilakukan setelah perusahaan melakukan pembayaran terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
bunga dan cicilan hutang perusahaan. Oleh karena itu manajer akan lebih berhati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen menyebabkan timbulnya biaya pada perusahaan setiap tahunnya sehingga membuat manajer perusahaan berhati-hati untuk menggunakan hutang. Hal ini sesuai dengan penelitian Wahidahwati (2002) dan penelitian Amirya dan Atmini (2008) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berhubungan negatif dengan kebijakan hutang. Ha : Kebijakan Deviden berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang Berdasarkan tinjuan penelitian terdahulu maka rerangka pemikiran didalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
PROFITABILITAS H1
LIKUIDITAS
H2 H3
KEBIJAKAN DEVIDEN
http://digilib.mercubuana.ac.id/
KEBIJAKAN HUTANG
30
C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian yang keberadaanya harus teruji secara empiris (uji statistik). Hipotesis memberikan keterangan sementara mengenai fenomena yang diteliti, dalam hal ini adalah pengaruh anatara variabel bebas dengan variabel terikat. H1 :
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Hutang
H2:
Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Hutang
H3 :
Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan Hutang
http://digilib.mercubuana.ac.id/