BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyal T. C. Melewar (2008:100) menyatakan Teori Sinyal menunjukkan bahwa perusahaan akan memberikan sinyal melalui tindakan dan komunikasi.
Perusahaan
ini
mengadopsi
sinyal-sinyal
ini
untuk
mengungkapkan atribut yang tersembunyi untuk para pemangku kepentingan. Gallagher
and
Andrew
(2007:469) teori signaling dividen
didasarkan pada premis bahwa manajemen tahu lebih banyak tentang keuangan masa depan perusahaan dibandingkan pemegang saham, sehingga dividen memberi sinyal prospek perusahaan di masa depan. Penurunan dividen merupakan sinyal yang diharapkan. Manajer yang percaya teori sinyal akan sadar keputusan dividen dapat mengirimkan pesan kepada investor. Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2009:444) teori sinyal adalah teori yang mengatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai sinyal dari perkiraan pendapatan manajemen. Scott Besley dan Eugene F. Brigham (2008:517) Sinyal adalah sebuah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang
7
8
memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan asuransi yang sehat merupakan perusahaan di mana laporan keuangan 5 tahun ke belakang memiliki peningkatan profitabilitas yang stabil. Para investor akan lebih tertarik kepada perusahaan yang memiliki masa depan yang baik dengan melihat peningkatan profitabilitas dari perusahaan tersebut, hal ini akan menguntungkan investor karena investor akan menerima hasil yang lebih besar di masa yang akan datang.
2. Tinjauan Umum Asuransi a) Pengertian Asuransi Di Indonesia selain istilah asuransi digunakan juga istilah pertanggungan, pemakaian kedua istilah tersebut tampaknya mengikuti istilah dalam bahasa Belanda yaitu assurantie (asuransi) dan verzekering (pertanggungan), karena memang asuransi berasal dari negeri Belanda. Di Inggris digunakan istilah insurance dan assurance yang mempunyai pengertian sama. Istilah insurance digunakan untuk asuransi kerugian, sedangkan assurance digunakan untuk asuransi jiwa. Menurut A. Abbas Salim (2007:1) mendefinisikan asuransi adalah sebagai berikut :
9
“Asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugiankerugian
kecil
(sedikit)
yang
sudah
pasti
sebagai
pengganti/substitusi kerugian-kerugian besar yang belum terjadi.”
Sedangkan menurut Herman Darmawi (2004:2) pengertian asuransi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu : 1) Dalam pandangan ekonomi 2) Dalam pandangan hukum 3) Dalam pandangan bisnis 4) Dari sudut pandangan sosial 5) Dari sudut pandang matematika Pengertian asuransi dalam berbagai sudut pandang di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Dalam pandangan ekonomi, asuransi merupakan suatu metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (financial). 2) Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar
10
yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil. 3) Menurut pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima / menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko (sharing of risk) di antara sejumlah besar nasabahnya. Selain itu, asuransi juga merupakan lembaga keuangan bukan bank, yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi) dari masyarakat yang kemudian menginvestasikan dana itu dalam berbagai kegiatan ekonomi perusahaan. 4) Dari sudut pandangan sosial, asuransi didefinisikan sebagai organisasi
sosial
yang
menerima
pemindahan
risiko
dan
mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota tersebut. Karena kerugian yang mungkin terjadi pada setiap anggota tersebut. Karena kerugian tidak pasti akan terjadi pada setiap anggota, maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandangan sosial merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal ini berarti kerugian setiap anggota dipikul bersama. 5) Dalam pandangan matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika
dalam
memperhitungkan
biaya
dan
faedah
11
pertanggungan risiko. Hukum probabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan.
Dari pengertian asuransi di atas dapat disimpulkan bahwa asuransi adalah suatu alat untuk mengumpulkan risiko yang melekat pada perekonomian dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama dalam jumlah yang cukup besar agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara proporsional oleh semua pihak dalam gabungan ini. Pengertian asuransi menurut undang-undang tentang usaha perasuransian (UU Republik Indonesia No. 2/1992) adalah sebagai berikut : 1) “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau akan diderita tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 2) Yang dimaksud “penanggung” dalam definisi itu adalah suatu badan usaha asuransi yang memenuhi ketentuan UU No. 2/1992.
12
Selanjutnya Pasal 21 UU No. 2/1992 menjelaskan bisnis atau bidang usaha perasuransian sebagai berikut : “Usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang”.
b) Manfaat Asuransi Menurut Herman Darmawi (2004:4) asuransi mempunyai banyak manfaat, antara lain sebagai berikut : 1) Asuransi Melindungi Risiko Investasi Kemauan untuk menanggung risiko merupakan unsur fundamental dalam perekonomian bebas. Bilamana suatu perusaah berusaha untuk memperoleh keuntungan dalam bidang usahanya, maka kehadiran risiko dan ketidakpastian tidak dapat dihindarkan. Asuransi
mengambil
alih
menghilangkan/mengurangi
risiko risiko,
itu.
Karena
maka
para
asuransi usahawan
dimungkinkan dan didorongkan untuk mengkonsentrasikan energi dan modal dalam usaha-usaha yang kreatif. Asuransi telah menjadi bagian yang esensial dari setiap perusahaan. Investment banker misalnya, akan merasa lebih yakin penilaiannya terhadap proyek-proyek tertentu apabila semua risiko proyek itu yang mungkin terjadi telah dilindungi oleh asuransi.
13
Seperti halnya risiko yang dikaitkan dengan individuindividu, maka usaha-usaha untuk mencari rasa aman (tanpa menanggung risiko) pun akan menghalangi kegiatan usaha yang mungkin dapat memberikan keuntungan besar. Orang tidak akan pernah berpikir untuk memasuki suatu proyek industri baru atau menanamkan sejumlah besar uang mereka dalam pembelian bahan baku, apabila sebelumnya tidak dilindungi oleh asuransi yang memadai. Dalam prakteknya, sebelum gedung/pabrik dibangun, terlebih dahulu pengembang akan merundingkan program asuransi untuk melindungi pelaksanaan kegiatannya dari hari ke hari. Sejumlah besar dana yang diinvestasikan dalam sejumlah kapal serta barang-barang muatannya akan menjadikan transportasi sebagai suatu transaksi usaha yang sederhana, apabila risiko yang mungkin ditimbulkan oleh bahaya-bahaya di laut telah ditransfer melalui secarik kertas kecil yang disebut polis asuransi. Itu hanya sekadar contoh. Jumlah dan jenis polis asuransi yang digunakan untuk menutup risiko usaha sangat banyak. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan asuransi yang tugas utamanya adalah memberikan perlindungan kepada perusahaan-perusahaan lain telah menjadi suatu institusi ekonomi yang mempunyai peranan yang tidak kecil. Tanpa asuransi, kemajuan ekonomi yang ada sekarang ini mustahil tercapai. Tanpa perlindungan asuransi, mustahil orang bisa mendarat di permukaan bulan, mustahil orang-
14
orang bisa mengarungi ruang luar angkasa, mustahil Indonesia bisa meluncurkan satelit komunikasi, dan seterusnya. 2) Asuransi Sebagai Sumber Dana Investasi Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam jumlah memadai yang pelaksanaannya harus berdasarkan pada kemampuan sendiri. Oleh karena itu, diperlukan usaha keras untuk mengerahkan dana masyarakat melalui lembaga keuangan bank dan nonbank. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang menghimpun dana masyarakat, semakin penting peranannya sebagai sumber modal untuk investasi di berbagai bidang. Dalam
perjalanan
hidupnya,
perusahaan-perusahaan
asuransi mampu menghimpun dana (dalam bentuk premi asuransi) dalam jumlah yang tidak kecil. Penginvestasian kembali dana-dana tersebut merupakan sumber modal yang sangat berarti dalam mempercepat laju perkembangan ekomoni. Mengingat bahwa akumulasi dana dalam perusahaanperusahaan asuransi pada umumnya berbentuk reserve (cadangan) maka investasi dalam surat berharga jangka panjang seperti obligasi dan saham dapat dibenarkan. Olehkarena itu, wajar investasi itu dilakukan pada perusahaan yagn usahanya di berbagai bidang, misalnya perkapalan, pertambangan, termasuk deposito pada bank.
15
3) Asuransi untuk Melengkapi Persyaratan Kredit Kreditor lebih percaya pada perusahaan yang risiko kegiatan usahanya diasuransikan. Pemberi kredit tidak hanya tertarik dengan keadaan perusahaan serta kekeayaannya yang ada saat ini, tetapi juga sejauh mana perusahaan tersebut telah melindungi diri dari kejadian-kejadan yang tidak terduga di masa depan. Cara untuk memperoleh perlindungan tersebut adalah dengan memiliki polis asuransi. Dalam hubungannya dengan pinjaman dari bank, seringkali salah satu informasi yang dibutuhkan, selain laporan keuangan perusahaan, adalah berkenaan dengan jumlah penutupan asuransi yang memadai sebelum kredit dapat diberikan. Demikian pula halnya apabila keseluruhan harga secara tunai yang sisa pembayarannya ditutupi dengan hipotek, maka dia akan diminta untuk mengasuransikan semua hartanya sehingga cukup untuk menutupi bunga atas hipotek tersebut. 4) Asuransi Dapat Mengurangi Kekhawatiran Sebagaimana telah dijelaskan di atas, fungsi primer dari asuransi adalah mengurangi kekhawatiran akibat ketidakpastian. Perusahaan asuransi tidak kuasa mencegah terjadinya kerugiankerugian
tak
terduga.
Jadi,
perusahaan
asuransi
tidaklah
mengurangi ketidakpastian terjadinya penyimpangan yang tak diharapkan itu. Misalnya, perusahaan asuransi tidak akan dapat
16
mencegah badai, kecelakaan mobil, kematian, atau sakit. Akan tetapi, perusahaan asuransi dapat mengurangi ketidakpastian beban ekonomi dari kerugian yang tidak pasti itu. Jika seorang pemilik rumah mengasuransikan rumahnya terhadap kerugian kebakaran, rumah itu masih mungkin terbakar. Tetapi pemilik rumah itu dapt terbebas dari kekhawatiran, karena ia tahu bahwa kerugian itu akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. Ketenteraman hati yang diberikan oleh asuransi inilah salah satu jasa utama yang diterima tertanggung bila ia telah membayar premi asuransi. Bila seseorang telah membayar premi asuransi, mereka terbebas dari kekhawatiran kerugian besar dengan memikul suatu kerugian kecil (dalam hal ini berupa premi yang telah dibayar). Kerugian kecil itu sesungguhnya merupakan bagian yang dipikulnya untuk kerugian kelompok itu. Jadi, dengan membayar premi, ia memperoleh kepastian biaya kemungkinan kerugian. Jika tidak ada asuransi, maka mereka yang menghadapi risiko tidak akan dapat meramalkan apakah mereka akan tertimpa kerugian besar, kerugian kecil atau tidak. Oleh karena itu, mereka tidak akan sanggup meramalkan biayanya. Dengan dapat ditentukannya biaya kerugian, asuransi mengurangi beban risiko yang dihadapi para pengusaha. Hal itu merangsang kegiatan ekonomi di banyak bidang yang risikonya besar sehingga menghambat kegiatan ekomomi tersebut. Pada
17
umumnya, semakin besar risiko suatu bisnis, semakin tinggi diperlukan laba. Dengan mengurangi ketidakpastian usaha tersebut, maka asuransi menurunkan tingkat laba yang dibutuhkan itu. Ini dengan
sendirinya
secara
tidak
langsung
mendatangkan
keuntungan bagi seluruh masyarakat dengan bertambah besarnya lowongan, lebih tingginya produksi, dan lebih rendahnya harga. 5) Asuransi Mengurangi Biaya Modal Dalam
rangka
menarik
modal
dalam
perusahaan-
perusahaaan yang menanggung biaya besar, maka tingkat pengembalian (return) atas modal yang telah diinvestasikan atau yang akan diinvestasikan pun harus cukup besar. Tingkat risiko dan pengembalian modal berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Prinsip ini mewujudkan dirinya dalam bidang investasi. Misalnya, obligasi –obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, yang risikonya dapat ditekan sampai tingkat yang minimum, memberikan tingkat pengembalian modal yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkatan pengembalian modal yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan swasta. Karena memang kenyatannya risiko yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan swasta tersebut jauh lebih besar daripada risiko milik pemerintah. Dengan demikian, dalam dunia usaha yang beban risikonya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, maka pihak-pihak penanam modal yang telah bersedia menanggung risiko atas modal
18
yang diinvestasikan tersebut akan menetapkan biaya modal (cost of capital) yang lebih tinggi. 6) Asuransi Menjamin Kestabilan Perusahaan Perusahaan-perusahaan dewasa ini menyadari arti penting asuransi sebagai salah satu faktor yang menciptakan goodwill (jasa baik) antara kelompok pimpinan dan karyawan. Perusahaanperusahaan tersebut telah menyediakan polis secara berkelompok untuk para karyawan tertentu dengan cara perusahaan membayar keseluruhan atau sebagian dari premi yang telah ditetapkan. Polis tersebut ditulis sedemikian rupa untuk menekankan nilai dari karyawan-karyawan yang telah mengabdi cukup lama dalam perusahaan. Adanya usaha seperti itu dari pihak perusahaan dapat merupakan stabilisator jalannya roda perusahaan. 7) Asuransi Dapat Meratakan Keuntungan Asumsikan, misalnya suatu perusahaan cukup kuat untuk menanggung sendiri semua risiko kerugian yang mungkin dideritanya. Hal ini berarti perusahaan harus dapat menentukan berapa jumlah kerugian tak terduga yang diperkirakan akan terjadi pada masa-masa yang akan datang. Dalam dunia usaha yang penuh dengan persaingan, kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh kemungkinan bahaya di masa yang akan datang tidak dapat ikut diperhitungkan sebagai salah satu komponen harga pokok barang yang dijual. Selanjutnya
19
komponen–komponen harga pokok tersebut tidak dibebankan kepada
konsumen.
Jika
komponen
harga
pokok
tersebut
dibebankan kepada konsumen, konsumen akan beralih kepada perusahaan lain yang harganya tidak mengalami perubahan. Kejadian seperti itu mungkin pula menimpa perusahaan yang mempunyai hak monopoli. Dengan adanya peningkatan harga yang disebabkan penambahan biaya atas kemungkinan kerugian tak terduga, jumlah permintaaan akan turun kecuali apablia barang tersebut sangat tidak elastis. Dengan berusaha menentukan biaya-biaya “kebetulan” yang mungkin dialami pada masa yang akan datang melalui program
asuransi,
pihak
perusahaan
akan
dapat
mempertimbangkan atau memperhitungkan biaya tersebut sebagai salah satu elemen dari total biaya untuk produk yang dijualnya. Dengan demikian, secara singkat dapat dikatakan bahwa asuransi dapat meratakan jumlah keuntungan yang diperoleh dari tahun ke tahun. 8) Asuransi Dapat Menyediakan Layanan Profesional Dunia asuransi dewasa ni sudah semakin banyak yang bergerak di bidang usaha yang bersifat teknis, lebih-lebih dengan adanya perkembangan pesat dalam bidang teknologi. Usaha-usaha untuk memberikan bantuan teknis baik kepada individu maupun perusahaan-perusahaan sudah semakin disadari oleh perusahaan
20
asuransi. Hal itu dilakukan agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik dan efisien. Di samping itu kita melihat semakin banyaknya sekolah yang didirikan untuk mendidik para ahli yang dibutuhkan oleh perusahaan asuransi. Selain menerima lulusan dari sekolah asuransi, perusahaan asuransi juga mendorong karyawan-karyawan yang potensial untuk mengikuti program serupa. Lembaga-lembaga pendidikan tertentu dalam kerja samanya dengan perusahaanperusahaan asuransi berusaha menyediakan sejumlah besar bidang pendidikan dan latihan yang memilih asuransi sebagai karier dalam hidupnya. Di samping memberikan pendidikan dalam bidangbidang yang sudah sangat terspesialisasi, lembaga-lembaga tersebut juga menyediakan bidang studi yang lain sebagai tambahan pengetahuan yang dianggap sangat diperlukan, misalnya, bidang ekonomi, keuangan, pemerintahan, sosiologi, dan hukum. Jasa para ahli yang telah bekerja dalam perusahaan asuransi akan dinikmati oleh tertanggung tanpa adanya bayaran tambahan selain dari premi yang harus mereka bayar. Tidak seperti halnya bidang profesi lain, seperti pengacara, dokter, konsultan, dan ahliahli lainnya yang harus dibayar atas jasa yang mereka berikan. Jasa-jasa yang diberikan oleh tenaga ahli dari perusahaan asuransi tidak dibayar oleh tertanggung, tetapi dibayar oleh perusahaan asuransi tempat mereka bekerja. Tenaga-tenaga ahli tersebut adalah
21
karyawan dari perusahaan asuransi. Oleh karena itu, apapun yang mereka lakukan bagi pihak tertanggung merupakan pelayanan dari perusahaan asuransi. 9) Asuransi Mendorong Usaha Pencegahan Kerugian Dewasa melakukan
ini
usaha
perusahaan-perusahaan yang
sifatnya
asuransi
mendorong
banyak
perusahaan
tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan kerugian. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha menyadari bahwa keberhasilan yang dicapai sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk memberikan perlindungan dengan biaya yang cukup wajar. Oleh karena itu, mereka sendiri secara sadar dan sistematis bekerja sama untuk menghilangkan atau memperkecil kemungkinan yang dapat menimbulkan kerugian. Sebagai contoh kita dapat melihat bahwa perusahaan asuransi
kebakaran
menyarankan
penginstalasian
alat-alat
pengamanan, misalnya, alat-alat pemadam kebakaran baik di kantor, rumah, ataupun di gedung-gedung bioskop. Perusahaan asuransi kebakaran menyarankan cara penginstalasian air pada gedung-gedung yang besar yang sedang dibangun, menyarankan untuk konstruksi bangunan yang lebih aman, serta memberikan pinjaman untuk perbaikan bangunan-bangunan dengan tingkat bunga yang pantas. Dorongan-dorongan yang pada dasarnya untuk
22
menghemat premi asuransi ini merupakan perangsang untuk tercapainya perlindungan terhadap kerugian. Contoh lain “asuransi tanggung jawab” (liability insurance) yang melakukan inspeksi secara rutin atas harta kekayaan yang diasuransikan dan menyarankan untuk menghilangkan hal-hal yang dapat memperbesar kemungkinan timbulnya bahaya. Selain itu asuransi tanggung jawab mengecek apakah alat-alat pengaman masih bekerja secara baik dan lain-lain. 10) Asuransi Membantu Pemeliharaan Kesehatan Usaha lain yang sangat erat hubungannya dengan usahausaha yang dilakukan untuk menghindari atau memperkecil penyebab timbulnya kerugian adalah kampanye yang dilakukan oleh perusahaan asuransi jiwa kepada para pemegang polis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Misalnya dalam hal bantuan pada kecelakaan pertama, higieni, sanitasi, gizi, dan usaha-usaha lain untuk mencegah timbulnya penyakit. Adapun perusahaan-perusahaan asuransi jiwa yang melakukan pengecekan kesehatan secara berkala kepada para pemegang polis dengan harapan untuk dapat mendeteksi penyakit lebih dini serta mengadakan pengobatan bilamana perlu. Kontribusi perusahaan asuransi jiwa demi peningkatan kesehatan masyarakat tidak terkira nilainya. Contoh yang paling konkret dari hal ini misalnya Life Insurance Medical Research
23
Fund di USA yang didukung oleh perusahaan-perusahaan asuransi membantu orang-orang yang bergerak dalam bidang medis yang kekurangan dana untuk dapat melakukan penelitian. Para ahli penelitian tersebut dikenal sebagai Life Insurance Research Fellow.
c) Arti Penting Asuransi Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan industri yang semakin kompleks dan berisiko tinggi, maka tidak dapat disangkal lagi kalau asuransi memiliki manfaat bagi masyarakat secara umum, juga memiliki manfat bagi dunia usaha dan khusus. Disebutkan oleh Radiks Purba (2005:6) sebagai berikut: 1. “Mendorong masyarakat untuk lebih berpikir ke masa datang. 2. Dana yang terkumpul pada industri asuransi dapat digunakan untuk investasi yang digunakan dalam pembangunan. 3. Mendorong masyarakat untuk tidak tergantung pada pihak lain karena telah memiliki polis asuransi. 4. Ahli dari perusahaan asuransi dapat memberikan saransaran untuk pengelolaan risiko dan mengurangi kemungkinan kerugian yang timbul. 5. Setiap perusahaan yang mengikuti program asuransi hanya perlu menyisihkan sebagian kecil dananya untuk pembiayaan premi tanpa perlu membentuk cadangan dana untuk mengantisipasi kerugian yang timbul.” Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa tanpa disadari manusia sudah melakukan efisiensi karena asuransi itu sesungguhnya memaksa orang untuk memikirkan skala prioritas yang dapat menyebabkannya melakukan dan menyisihkan sebagian penghasilan
24
untuk membayar kewajiban berupa premi asuransi serta asuransi mempunyai peranan penting dalam mendorong masyarakat untuk lebih berpikir ke masa depan, dan dalam pengembangan pembangunan.
d) Jenis-jenis Asuransi Bidang usaha asuransi biasanya dibagi 2 (dua) bagian, yaitu asuransi atas orang dan asuransi atas harta. Menurut Herman Darmawi (2004:26-27) pengertian kedua jenis asuransi tersebut adalah sebagi berikut: 1. “Asuransi atas orang (personal insurance), yaitu asuransi yang objeknya orang atau penutupan asuransi atas individuindividu, dengan kata lain adalah asuransi yang berkaitan dengan individu. Adapun risiko yang ditanggung (peril) dalam asuransi atas orang adalah: a) Kematian b) Kecelakaan dan sakit c) Pengangguran, dan d) Karena umur tua 2. Asuransi atas harta (property insurance), yaitu asuransi yang ditujukan terhadap peril-peril yang mungkin menghancurkan properti atau harta kekayaan. Asuransi ini di Indonesia digolongkan sebagai asuransi kerugian.” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis asuransi terdiri dari asuransi atas orang dan asuransi atas harta. Asuransi atas orang adalah asuransi yang objeknya orang sedangkan asuransi atas harta adalah asuransi yang ditujukan terhadap peril-peril yang mungkin menghancurkan harta kekayaan.
25
e) Karakteristik Perusahaan Asuransi Kerugian Berikut ini akan diuraikan beberapa karakteristik dari perusahaan asuransi kerugian menurut IAI melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.28 Tahun 2007, adalah sebagai berikut: a. “Usaha asuransi kerugian merupakan suatu sistem proteksi menghadapi risiko kerugian keuangan dan sekaligus merupakan upaya penghimpunan dana masyarakat. b. Pertanggungjawaban keuangan kepada para tertanggung mempengaruhi penyajian laporan keuangan. c. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya estimasi jumlah premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium), estimasi jumlah klaim, termasuk jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not reported claims). Dalam menghitung tingkat premi, usaha asuransi kerugian menggunakan asumsi tingkat risiko dan beban. d. Pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi asuransi terlebih dulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak asuransi disetujui, perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar klaim asuransi, berapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi, kapan terjadinya. Kontrak asuransi kerugian pada umumnya bersifat jangka pendek. Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada masalah pengakuan pandapatan dan pengukuran beban. e. Jumlah premi yang belum merupakan pendapatan, dan jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, diestimasi dengan menggunakan metode tertentu. f. Peraturan perundangan dibidang perasuransian mewajibkan perusahaan asuransi kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan misalnya tingkat solvabilitas.” Di dalam prakteknya, perusahaan asuransi banyak dipengaruhi oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan pemerintah yang
26
terkadang berbeda dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. Ketentuan-ketentuan tersebut dikeluarkan oleh pemerintah dalalm rangka perlindungan yang lebih luas dan menyeluruh bagi kepentingan tertanggung dan masyarakat pada umumnya. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tentang akuntansi asuransi kerugian ini dimaksudkan untuk menjembatani antara Standar Akuntansi Keuangan dengan praktek akuntansi asuransi.
f) Tujuan Asuransi Ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung bila tertanggung menderita kerugian yang dijaminkan oleh polis, bertujuan untuk mengembalikan tertanggung kepada posisinya semula atau untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan sehingga ia masih mampu berdiri, seperti sebelum menderita kerugian. Menurut Radiks Purba (2005:55) menjelaskan tujuan asuransi adalah sebagai berikut: “Ganti rugi yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung bila tertanggung menderita kerugian yang dijamin oleh polis, bertujuan untuk mengembalikan tertanggung pada posisinya semula, atau untuk menghindarkan tertanggung dari kebangkrutan sehingga ia masih mampu berdiri seperti sebelum menderita kerugian.” Sedangan tujuan asuransi menurut Abbas Salim (2007:29) adalah sebagai berikut: a. “Untuk memberikan jaminan perlindungan dari risiko yang diderita suatu pihak.
27
b. Untuk meningkatkan efisiensi, karena kita tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya. c. Untuk membantu mengadakan pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya untuk premi saja yang jumlahnya sudah tertentu secara tetap perperiode. d. Untuk dasar pemberian kredit, terutama dalam sistem perkreditan yang dilakukan oleh bank. Bank memerlukan jaminan atau agunan yang diberikan oleh peminjam uang. e. Sebagai tabungan, bahkan lebih daripada itu karena yang dibayar kepada asuransi akan diterima kembali. f. Untuk memupuk earning power seseorang, badan usaha yang akan digunakan pada waktu terjadi keadaan dimana ia tidak dapat berfungsi. g. Untuk modal investasi, bagi pihak lain melalui penggunaan dana yang dikapitalisasi oleh asuransi.” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan asuransi adalah untuk memberikan jaminan perlindungan risiko yang diderita suatu pihak, untuk meningkatkan efisiensi, untuk
membantu
mengadakan pemerataan biaya, untuk dasar pemberian kredit, sebagai tabungan, untuk memupuk earning power suatu perusahaan, dan untuk modal investasi. g) Kegiatan Utama Perusahaan Asuransi Organisasi perusahaan asuransi memiliki kekhususan kegiatan yang tidak dimiliki oleh perusahaan lainnya
yaitu kegiatan
underwriting, klaim dan reasuransi. Menurut Abbas Salim (2007 : 113) karena kekhususannya itu maka di dalam perusahaan asuransi umumnya terdapat empat kegiatan utama, yaitu :
28
1. “Kegiatan umum yang merupakan pendukung kegiatan utama seperti sumber daya manusia, penyedia jasa dan sarana, kesekretariatan dan sebagainya. 2. Kegiatan teknik yang merupakan kegiatan khusus perusahaan seperti : a. Underwriting, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan seleksi risiko yang ditawarkan kepada perusahaan asuransi. Termasuk juga menempatkan tingkat premi dan ketentuanketentuan lain yang akan dikenakan kepada calon tertanggung. Di samping itu, di dalam kegiatan ini ditentukan jumlah nilai pertanggungan yang akan direasuransikan dan yang akan di tanggung sendiri (retain) b. Klaim, adalah kegiatan yang menyangkut penyelidikan, penilaian dan penyelesaian tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh tertanggung. Untuk menilai apakah kerugian yang terjadi memang dijamin dalam polis dan untuk menilai besarnya kerugian yang sebenarnya, perusahaan asuransi sering dibantu oleh perusahaan penilai kerugian asuransi (adjuster). c. Reasuransi – Retrosesi, merupakan kegiatan mengalihkan sebagian risiko ke perusahaan asuransi lain atau ke perusahaan reasuransi (reasuradur), sedangkan retrosesi adalah proses pemindahan kembali sebagian risiko reasuradur ke perusahaan asuransi lain. Penempatan reasuransi dilakukan jika perusahaan asuransi menerima pertanggungan yang melebihi batas kemampuannya menanggung sendiri (own retention limit). 3. Kegiatan produksi dan pemasaran, seperti perusahaan lainnya, dalam usaha untuk memperoleh pendapatan usaha, perusahaan asuransi melakukan aktivitas pemasaran seperti pengembangan produk, promosi, penjualan melalui perantara, serta membina hubungan dan komunikasi dengan konsumen. 4. Kegiatan yang berkaitan dengan keuangan dan akuntansi. Kegiatan ini mencakup perencanaan atas kebutuhan dan sumber dana, serta pengalokasian dana (investasi dan pembelanjaan). Tugas lain yang terkait adalah membuat laporan keuangan dan menyiapkan laporan keuangan analisis kondisi keuangan untuk dipergunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan atau oleh pihak lain (misalnya pengawas) untuk tujuan tertentu.”
h) Perkembangan Asuransi Kerugian dan Akuntansinya
29
Selanjutnya menurut Radiks Purba (2005:36) menjelaskan perkembangan asuransi dan akuntansinya, sebagai berikut: “Akuntansi asuransi di Indonesia telah dimulai sejak hadirnya perusahaan-perusahaan milik Belanda atau bangsa asing lainnya yaitu sejak permulaan abad 19, akuntansi asuransi berkembang sejalan dengan perkembangan usaha asuransi itu sendiri sejak dikenalnya polis asuransi, maka akuntansi asuransi telah mencatat kemajuan-kemajuan di bidang laporanlaporan kepada masyarakat dan pemerintah. Sesuai dengan perkembangan revolusi industri pada awal abad 18, pada saat yang sama kebutuhan akan informasi keuangan dan hsail-hasil pelaksanaan usaha komersial dari perusahaan untuk investor, pemilik dan masyarakat juga semakin meningkat, yang kesemuanya menuntut peningkatan informasi yang lebih canggih. Salah satu bentuk informasi keuangan yang bertujuan menilai usaha komersial bagi pihak-pihak diluar manajemen perusahaan, dengan proses dan mekanisme serta produk yang dikenal saat ini adalah laporan keuangan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pada dasarnya, praktek akuntansi asuransi di Indonesia mengikuti akuntansi asuransi dari Negara-negara asalnya. Sejak jaman penjajahan Belanda dan pada periode sesudah kemerdekaan, dominasi sistem akuntansi asuransi Belanda masih tetap menonjol sampai dengan tahun 1970-an yaitu sampai terbitnya buku PAI (Pengantar Asuransi Indonesia) yang berorientasi pada sistem akuntansi Amerika yang disahkan dalam Rapat Komite PAI Ke III Tahun 1973 yaitu menetapkan PAI No.4 sampai ditetapkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.28 Tahun 2002 tentang akuntansi asuransi kerugian.” Usaha asuransi kerugian mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda dengan jenis usaha di bidang jasa pada umumnya. Hal ini disebabkan karena usaha asuransi mengambil alih risiko dari pihak lain, sehingga perusahaan asuransi padat risiko. Di samping itu perusahaan asuransi juga padat informasi dengan adanya berbagai
30
informasi
yang
harus
diolah
untuk
pengambilan
keputusan
underwriting, keuangan, dan lain-lain. Dasar usaha asuransi adalah kepercayaan masyarakat terutama dalam hal kemampuan keuangan (bonifiditas) perusahaan untuk memenuhi kewajiban klaim dan kewajiban lain-lain tepat pada waktunya. Untuk itu usaha asuransi harus dikelola secara professional baik dalam pengelolaan risiko maupun dalam pengelolaan keuangan termasuk sistem informasi keuangan. Dalam hal ini sistem informasi keuangan usaha asuransi mempunyai ciri dan karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan sistem informasi keuangan yang berlaku umum.
3. Pendapatan Premi Pengertian premi menurut Radiks Purba (2005:105) adalah sebagai berikut: “Premi adalah imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh tertanggung (asuransi kerugian) dengan menyediakan sejumlah uang (benefit) terhadap risiko hari tua maupun risiko kematian (asuransi jiwa).” Pengertian pendapatan underwriting/pendapatan premi dijelaskan oleh Radiks Purba (2005:58) adalah sebagai berikut: “Pendatapan premi disebut juga sebagai pendapatan underwriting, yaitu pendapatan yang diperoleh dari aktivitas pokok perusahan asuransi, komponen-komponen pendapatan underwriting (premi tanggungan sendiri) terdiri dari premi bruto, dikurangi premi
31
reasuransi dan dikurangi atau ditambah kenaikan atau penurunan premi yang belum merupakan pendapatan.” Dari pengetian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan underwriting/pendapatan
premi
merupakan
pendapatan
sebagai
imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi. Pengertian premi menurut Soeisno Djojosoedarso (2003:121) adalah sebagai berikut: “Premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan jasa atas pengalihan risiko kepada penanggung.” Dari pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa premi merupakan bagian terbesar dari sumber utama pendapatan perusahaan asuransi, karenanya premi merupakan masalah pokok dalam asuransi. Premi adalah harga produk asuransi yang cara pembayarannya beragam berdasarkan jenis produk asuransinya. Premi dibebankan kepada tertanggung ketika pengeluaran polis adalah premi yang dihitung berdasarkan data dari keterangan yang diberitahukan oleh tertanggung kepada perusahaan asuransi ketika pertama menutup asuransi dan besar luasnya risiko yang dijamin oleh perusahaan asuransi. Pengertian pendapatan premi dalam perusahaan asuransi, menurut Herman Darmawi (2004:27) pendapatan premi merupakan : a. Imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh tertanggung (asuransi kerugian).
32
b. Imbalan jasa atas jaminan perhitungan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung dengan menyediakan sejumlah uang (benefit) terhadap risiko hari tua maupun risiko kematian (asuransi jiwa).
Pendapatan premi asuransi menurut Sigit Triandaru (2006:183) adalah sebagai berikut: “Pendapatan premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Apabila kemungkinan terjadinya risiko kerugian sangat tinggi, pihak penanggung tentu saja akan memperhitungkan tingkat premi yang jauh lebih tinggi daripada pertanggungan yang kemungkinan terjadinya kerugian kecil. Selain itu, biasanya pihak penanggung juga memperhitungkan nilai waktu uang yang dibayarkan oleh pihak tertanggung. Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan di dalam polis asuransi. Jangka waktu pembayaran dapat bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan.”
4. Hasil Investasi Sebagai hasil operasi perusahaan asuransi maka terkumpul sejumlah besar uang untuk pembayaran klaim di masa datang. Apabila ditambahkan terhadap dana perusahaan itu sendiri maka jumlahnya menjadi sangat besar untuk dibiarkan menganggur tanpa diinvestasikan. Ini adalah tanggung jawab dari bagian keuangan perusahaan untuk menginvestasikannya. Karena porsi dana yang diinvestasikan itu nantinya akan disalurkan melalui klaim mendatang maka tujuan investasi perusahaan asuransi itu harus aman. Tambahan pembelian bunga investasi merupakan variabel penting dalam menetapkan tarif premi.
33
Perusahaan asuransi jiwa misalnya, memasukkan tingkat minimum dari pendapatan bunga pada perhitungan preminya. Kebanyakan perusahaan asuransi kerugian tidak diharuskan memasukkan secara eksplisit pendapatan dari investasi dalam tingkat perhitungan tarif. Tetapi perlu dijelaskan bahwa pendapatan dari investasi merupakan subsidi bagi pengalaman penanggungan. Itulah sebabnya serharusnya merupakan suatu faktor “pengurang” dalam pembuatan taksiran tarif premi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:131) memberikan definisi tentang investasi adalah sebagai berikut: “Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (acceation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, deviden dan uang sewa) untuk apresiasi nilai investasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan dagang.” Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah aktivitas penggunaan kas atau modal kedalam sumber-sumber dalam jangka panjang agar dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang. a. Investasi Perusahaan Asuransi Jiwa Investasi asuransi jiwa pada prinsipnya merupakan jangka panjang. Oleh karena itu, perusahaan asuransi jiwa menitipkan dananya terutama dalam investasi jangka panjang sebabnya 2/3 dari total asetnya yang diinvestasikan dalam saham perusahaan dan surat obligasi. Saham biasa kurang dari 10% dari total investasi asuransi jiwa, dan saham pemerintah 5%. b. Investasi Perusahaan Asuransi Kerugian
34
Perjanjian perusahaan asuransi kerugian pada umumnya jangka pendek. Karena itu investasi dari perusahaan tersebut berbeda dari portofolio investasi asuransi jiwa. Asuransi jiwa menanamkan saham biasa ½ dari total aset dalam saham pemerintah dan perusahaan swasta. Investasi dalam bentuk hipotek untuk asuransi kerugian adalah tidak berarti.
5. Beban Klaim Beban klaim yang terdapat pada perusahaan asuransi umumnya merupakan beban yang berhubungan dengan pencairan yang dilakukan oleh nasabah meliputi klaim yang telah disetujui, klaim dalam proses penyelesaian, dan klaim yang terjadi namun belum dilaporkan. Beban klaim terjadi apabila terjadi kecelakaan, sakit yang harus dirawat di rumah sakit dan kematian atas tertanggung serta pemutusan kontrak dalam masa periode kontrak, atau dikenal dengan penebusan. Dalam hal ini perusahaan mengakui klaim sebagai pengurangan pendapatan premi, pada saat buktibukti yang sah telah diperoleh atasan tuntutan klaim yang terjadi. Pengakuan beban klaim dapat mempengaruhi besarnya laba perusahaan. Karena klaim tidak dapat ditentukan kapasitasnya, maka klaim dicatat sebagai beban dalam tahun buku di mana klaim tersebut dibayar atau terjadi tanpa memperhatikan waktu pencatatan premi yang bersangkutan.
35
Klaim merupakan tuntutan yang diajukan tertanggung kepada perusahaan asuransi atas kerugian yang dideritanya sebagagi akibat hilang atau rusaknya sesuatu harta benda yang dipertanggungkan. Pengertian beban klaim menurut M. Wahyu Prihantoro (2009:56) adalah sebagai berikut: “Beban klaim adalah ganti rugi yang dibayarkan atau yang menjadi kewajiban kepada tertanggung dari pihak penanggung atau perusahaan asuransi (ceding company) sehubungan dengan telah terjadinya kerugian.” Dari pengetian diatas disimpulkan bahwa beban klaim merupakan ganti rugi yang dibayarkan perusahaan asuransi kepada tertanggung atas terjadinya kerugian dari peristiwa yang telah terjadi.
6. Profitabilitas (ROA / Return On Asset) Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara tergantung pada laba dan asset atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan lainya. Menurut
Harahap
(2009:309)
menyatakan
bahwa
“rasio
profiabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
36
melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya” Committee on terminology mendefinisikan profitabilitas adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Sedangkan menurut APB Statement mengartikan profitabilitas adalah kelebihan (defisit) penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi (Harahap, 2010:226). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah penghasilan yang diinginkan oleh perusahaan dalam menjual produknya pada periode akuntansi tertentu. Return On Asset menurut Mardiyanto (2009: 196) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Horne dan Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia, daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Horne dan Wachowicz menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total asset. Menurut Brigham dan Houston (2001), pengembalian atas total (ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba bersih sebelum pajak dengan total asset.
37
ROA = Laba bersih sebelum pajak Total asset Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi semakin besar. “Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan” (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2005:65). Bagi perusahaan yang berorientasi pada keinginan untuk mencari keuntungan, laba merupakan hal yang penting dan menjadi tujuan pokok pendirian perusahaan. Keberhasilan perusahaan dalam mengumpulkan laba yang besar akan mencerminkan keberhasilan kerja manajemen dalam mengelola dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mencapai laba yang tinggi terutama diperlukan perhatian yang seksama terhadap pendapatan biaya sebagai unsur pembentukan laba. Pada dasarnya laba merupakan kelebihan pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi selama periode akuntansi. Tujuan umum pelaporan adalah bahwa laba harusnya merupakan hasil penerapan aturan dan prosedur yang logis serta konsisten secara internal. Diasumsikan jika para pemakai laporan keuangan
memahami
aturan-aturan
ini,
maka
mereka
akan
menginterprestasikan arti laba karena laba akuntansi didasarkan pada konsep-konsep penandingan (matching) beban dengan pendapatan maka umumnya dianggap bahwa kegiatan utama perusahaan dapat diukur dan dilaporkan, termasuk juga kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Pada
38
dasarnya perusahaan asuransi juga menggunakan all inclusive concept of income statement dalam menyusun ikhtisar perhitungan laba ruginya, yaitu mencantumkan seluruh pendapatan dan biaya, baik yang berhubungan dengan usaha pokok perusahaan secara langsung maupun usaha pokok perusahaan secara tidak langsung di setiap periode. Pengertian laba akuntansi hanya dapat dipahami dengan cara mengetahui bagaimana laba diukur. Ini berarti bahwa pembaca harus mengetahui penjabaran yang dipakai para akuntan di dalam menghitung laba. Urutan yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya menajemen suatu perusahaan untuk laba yang diperoleh nantinya, laba ini akan dipergunakan oleh perusahaan. Di dalam standar akuntansi keuangan PSAK no. 25 (revisi 2009) menurut IAI disebutkan sebagai berikut : Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang dikelola oleh sebuah perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga sering digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang akan disamakan dengan kas di masa yang akan datang. Informasi tentang kemungkinan perubahan kinerja juga penting dalam hal ini. Ahmed Belkoui (2006:279) mengatakan bahwa :
39
“Laba bersih merupakan kelebihan dan kekurangan pendapatan
dibandingkan dengan biaya yang telah habis masa berlaku serta keuntungan dan kerugian dari perusahaan dari penjualaan, pertukaran, atau konversi lainya dari aktiva.”
Laba Pengertian
didefinisikan laba
secara
dengan operasional
pandangan
yang berbeda-beda.
merupakan
perbedaan
antara
pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Aliyal Azmi (2007:12) yang dimaksud dengan laba adalah : “Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok, produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.”
Definisi lain atas laba dikemukakan oleh Baridwan (2004:29), yaitu : “Dimana laba didefinisikan sebagai kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha pada suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.” Pengertian laba menurut Sofyan Safri Harahap (2007:115) adalah : ”Gains (laba) adalah naiknya sifatnya insidental dan bukan transaksi kejadian lainnya yang periode tertentu kecuali yang pemilik.”
nilai equity dari transaksi yang kegiatan utama entity dan dari mempengaruhi entity selama satu berasal dari atau investasi dari
Pengertian laba menurut Suwardjono (2008:464) adalah :
40
“Laba
dimaknai
sebagai
imbalan
atas
upaya
perusahaan
menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa).”
Dalam kaitannya dengan pendapatan yang diperoleh perusahaan asuransi dari kegiatan utamanya yaitu hasil underwriting di mana menurut Herman Darmawi (2004:54) menyatakan bahwa: “Tingkat pendapatan atau pencapaian laba perusahaan asuransi juga sangat tergantung pada tingkat profitabilitas suatu perusahaan dalam operasinya, tingkat kinerja atau efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber-sumber daya perusahaan salah satunya yaitu pengelolaan hasil underwriting dalam menentukan seberapa besar tingkat pencapaian laba bersih oleh perusahaan.” a. Jenis Laba 1) Laba Kotor, yaitu penghasilan penjualan dikurangi dengan harga pokok produksi. 2) Laba Bersih Usaha (Laba Operasional), yaitu laba kotor yang dikurangi dengan biaya Komersial,
yaitu biaya distribusi
(pemasaran) dan Biaya Administrasi dan Umum. 3) Laba Bersih Sebelum Pajak, yaitu Laba Bersih Usaha ditambah hasil di luar operasi atau usaha, dikurangi biaya kerugian yang terjadi di luar aktivitas normal perusahaan. 4) Laba Bersih Sesudah Pajak (Laba Bersih), yaitu laba bersih sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan.
41
b. Pengukuran dan Pengakuan Laba Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam konsep dasar penyusunan dan pengyajian laporan keuangan IAI (2007) menyebutkan bahwa, laba (income) akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa mendatang yang berkaitan dengan peningkatan asset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal. Secara konseptual ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur laba, yaitu : 1) Pendekatan transaksi Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan asset / hutang (laba) terjadi hanya karena adanya transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan asset / hutang dengan pihak luar perusahaan. Transaksi ineternal timbul dari pemakaian atau konversi asset dalam perusahaan. 2) Pendekatan kegiatan Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul pada tahap perencanaan, pembelian, produks, penjualan dan pengumpulan kas. Dalam penerapannya, pendekatan ini merupakan dari pendekatan transaksi. Hal ini disebabkan
42
pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran. 3) Pendekatan
mempertahankan
kapital/kemampuan
(capital
maintenance) Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah kapital awal dapat dipertahankan. 7. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan sebelumnya di antaranya, Jamardua Haro (2010) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh Jumlah Anak, Lama Pendidikan, Tingkat Pendapatan, Besar Premi dan Usia Nasabah terhadap permintaan asuransi pendidikan. Hasil penelitian ini secara parsial dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan asuransi pendidikan terdapat empat dari lima variabel bebas yang signifikan mempengaruhi asuransi pendidikan, yaitu variabel jumlah anak, lama pendidikan, tingkat pendapatan, dan usia nasabah mempengaruhi permintaan asuransi pendidikan. Dalam penelitian ini yang membedakan dengan penelitian Jamardua Haro (2010) terletak pada variabel dan sampel penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim dan profitabilitas, sedangkan sampel penelitian ini adalah perusahaan asuransi di Indonesia yang terdaftar di BEI periode 2009-2013.
43
Bekti Sulistiyo Hardini (2008) melakukan penelitian. Penelitiannya bertujuan mengevaluasi kinerja investasi dengan metode EVA (Economic Value Added) yang bertujuan untuk mengetahui komposisi portofolio investasi berdasarkan metode EVA. Kombinasi portofolio efisien di bentuk dengan mempertimbangkan faktor imbal hasil yang cukup baik. Dengan tingkat risiko yang masih dalam batas toleransi yang dapat diterima perusahaan. Data akuntansi dan laporan keuangan 2003 – 2007 dijadikan dasar dalam penelitiannya. Dalam penelitiannya mempunyai kesimpulan bahwa tingkat prioritas untuk berinvestasi pada PT. Asuransi Jasindo adalah: PML, Saham, Reksadana, Obligasi, Deposito. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Bekti, yaitu pada variabel dan sampelnya. Tetapi pada sampelnya hampir sama yaitu pada perusahaan asuransi. Sampel Bekti pada PT. Asuransi Jasa Indonesia, sedangkan sampel penelitian ini pada perusahaan asuransi di Indonesia yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Penelitian Bekti menggunakan variabel EVA untuk mengukur kinerja investasi, sedangkan penelitian ini investasi menjadi salah satu variabel di dalamnya yang digunakan untuk mengukur profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Sarpi (2009) bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan keputusan investasi terhadap kebijakan struktur modal, profitabilitas, dan nilai perusahaan, pengaruh dan hubungan profitabilitas terhadap kebijakan struktur modal dan nilai perusahaan, mengetahui pengaruh dan hubungan kebijakan struktur modal
44
terhadap nilai perusahaan, dan pengaruh dan hubungan keputusan investasi, kebijakan struktur modal, dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal, profitabilitas, dan nilai perusahaan. Ada pengaruh positif signifikan antara keputusan investasi terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Struktur modal berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan ketiga variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Sarpi terletak pada variabel struktur modal serta nilai perusahaan dan objek penelitian. Penelitian ini tidak menggunakan struktur modal,serta nilai perusahaan. Sedangkan investasi dan profitabilitas sama dengan penelitian Sarpi. Objek penelitian Sarpi pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan objek penelitian ini pada perusahaan asuransi di Indonesia yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Penelitian yang dilakukan oleh Ellyn Herlia Nur Hidayah (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah. Variabel yang digunakan adalah non performing financing, dana pihak ketiga, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, dan return on asets. Pada awal penelitiannya, keempat variabel dianalisis secara bersama-sama untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap pertumbuhan
45
aset perbankan syariah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah adalah dana pihak ketiga dan SBI. Variabel non performing financing dan return on asets tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset perbankan syariah. Dalam penelitian ini yang membedakan dengan penelitian Ellyn Herlia Nur Hidayah (2008) terletak pada variabel dan sampel penelitian, variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pendapatan premi, hasil investasi, beban klaim, dan profitabilitas, sedangkan sampel penelitian ini adalah perusahaan asuransi di Indonesia yang terdaftar di BEI periode 2009-2013. Sedangkan menurut Nova Anggrainie (2013) dalam penelitiannya menggunakan variabel pendapatan premi terhadap tingkat rentabilitas dan laba pada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) periode 2008-2012, yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh dan hubungan signifikan antara pendapatan premi terhadap rentabilitas ekonomi dan laba pada perusahaan tersebut. Dalam penelitian M Agung Ali Fikri tahun 2009 yang berjudul pengaruh premi, klaim, hasil investasi dan underwriting terhadap laba asuransi jiwa (studi kasus PT. Asuransi Syariah Mubarakah) menyatakan bahwa variabel yang berpengaruh positif terhadap laba perusahaan adalah hasil investasi and underwriting, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh terhadap laba perusahaan adalah klaim. Hasil analisis juga didapatkan tidak terdapat pengaruh dari tingkat premi tehadap laba
46
perusahaan. Hal yang sama juga terjadi dengan membandingkan pengaruh premi terhadap laba industri asuransi jiwa.
B. Rerangka Pemikiran Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai pengaruh antara pendapatan premi, hasil investasi, dan beban klaim terhadap profitabilitas perusahaan asuransi. Dari penelitian-penelitian sebelumnya dan teori yang cukup diterima bahwa pendapatan, hasil investasi, dan beban klaim mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas. Rerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Rerangka Pemikiran
Pendapatan Premi (X1) Hasil Investasi (X2) Beban Klaim (X3)
H1 H2 H3
Keterangan : X1 = Variabel independen, pendapatan premi
Profitabilitas (Y)
47
X2 = Variabel independen, hasil investasi X3 = Variabel independen, beban klaim Y = Variabel dependen, profitabilitas
C. Hipotesis 1. Pendapatan Premi Menurut Abdullah Amrin (2006:108) pendapatan premi merupakan pembayaran sejumlah uang yang dilakukan pihak tertanggung kepada penanggung untuk mengganti suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan akibat timbulnya perjanjian atas pemindahan risiko dari tertanggung kepada penanggung (transfer of risk). Besaran premi ditentukan dari hasil seleksi risiko yang dilakukan underwriter atau setelah perusahaan melakukan seleksi risiko atas permintaan calon tertanggung. Dengan demikian calon tertanggung akan membayar premi asuransi sesuai dengan tingkat risiko atas kondisi masing-masing. H1: Pendapatan premi berpengaruh terhadap profitabilitas.
2. Hasil investasi Hasil investasi adalah hasil dari menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang.
48
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:131) memberikan definisi tentang investasi adalah sebagai berikut: “Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (acceation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga, deviden dan uang sewa) untuk apresiasi nilai investasi seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan dagang.” Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah aktivitas penggunaan kas atau modal kedalam sumber-sumber dalam jangka panjang agar dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang. H2 : Hasil investasi berpengaruh terhadap profitabilitas. 3. Beban klaim Menurut Abdullah Amrin (2006:121) beban klaim adalah pengajuan hak yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung untuk mendapatkan haknya berupa pertanggungan atas kerugian berdasarkan perjanjian yang telah dibuat. Dengan kata lain, klaim adalah proses pengajuan oleh peserta untuk mendapatkan uang pertanggungan setelah tertanggung melaksanakan seluruh
kewajibannya kepada
penanggung, yaitu berupa penyelesaian pembayaran premi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Pengertian beban klaim menurut M. Wahyu Prihantoro (2009:56) adalah sebagai berikut: “Beban klaim adalah ganti rugi yang dibayarkan atau yang menjadi kewajiban kepada tertanggung dari pihak penanggung atau
49
perusahaan asuransi (ceding company) sehubungan dengan telah terjadinya kerugian.” Dari pengetian diatas disimpulkan bahwa beban klaim merupakan ganti rugi yang dibayarkan perusahaan asuransi kepada tertanggung atas terjadinya kerugian dari peristiwa yang telah terjadi. H3 : Beban klaim berpengaruh terhadap profitabilitas.