BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Agensi Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara pemilik modal
(principal)
yaitu
investor
dengan manajer
(agent).
Investor
memberikan wewenang pada manajer untuk mengelola perusahaan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap - tiap individu semata - mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent) sulit tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest). Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent dapat menimbulkan permasalahan yang dikenal dengan asimetri informasi. Keadaan asimetri informasi terjadi ketika adanya distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent. Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri informasi) ini, dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan karena adanya kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan - tindakan agen. Dalam teori ini audit internal akan mengevaluasi dan melakukan pengontrolan terhadap perusahaan agar tetap pada standar yang berlaku. Dengan berjalannya pelaksanaan pemeriksaan audit sesuai dengan standar
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
akan terciptanya keseimbangan informasi yang baik untuk manajer (Principal) dan manajer (Agent).
2. Audit Internal a. Pengertian Audit Internal Menurut American Accounting Association, internal audit adalah proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian - kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan. Dewan Direksi Institute of Internal Auditor (IIA) dikutip oleh Sawyer (2005:9) mendefenisikan audit internal adalah : “Aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengeloaan resiko, kecukupan control, dan pengenlolaan organisasi”. Menurut Hiro Tugiman (2006:11) mendefinisikan internal audit sebagai berikut: “Internal Audit adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan”. Menurut Sukrisno Agoes (2013 : 203) pengertian dari audit internal adalah: “Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Dari pengertian - pengertian internal auditing di atas, dapat disimpulkan bahwa audit internal merupakan pemeriksaan kembali kegiatan operasi perusahaan secara independen untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan pemimpin. b. Tujuan Audit Internal Menurut Institute of Internal Audit (IIA) yang dikutip oleh Moeller (2009), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan - kegiatan berikut : 1) Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern, dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur – prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. 3) Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggung jawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan. 4) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
5) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen. 6) Menyarankan
perbaikan
–
perbaikan
operasional
dalam
rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas. c. Fungsi dan Ruang LingkupAudit Internal Fungsi audit internal merupakan kegiatan yang bebas, yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan lain untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar - komentar penting terhadap kegiatan manajemen (Tunggal, 2013:21). Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal melaksanakan kegiatan - kegiatan berikut ini: 1) Telaahan dan penilaian keadilan, kesesuaian, efektivitas, dan aplikasi yang tepat dari pengendalian akuntansi, keuangan dan operasi yang lain, 2) Penentuan sejauh mana kesesuaian dengan pengendalian dan kebijakan, rencana, prosedur dan lain yang ditetapkan, 3) Penentuan sejauh mana aktiva perusahaan dapat dipertanggung jawabkan dan diamankan dari kehilangan dalam segala bentuk, 4) Penentuan keandalan data keuangan manajemen yang dikembangkan dalam organisasi 5) Penerbitan laporan kepada tingkat manajemen yang tepat dengan menyatakan simpulan dan rekomendasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Audit internal yang modern tidak lagi terbatas fungsinya dalam bidang pemeriksaan keuangan tetap sudah meluas kebidang lainnya seperti audit manajemen, audit lingkungan hidup, audit kepatuhan dan sudah mencakup konsultasi yang didesain untuk menambah nilai dan meningkatkan kegiatan iperasi suatu organisasi (Moeller,2009). Ruang lingkup penugasan Fungsi Audit Internal yang terdapat dalam Standar Profesi Audit Internal yang dikeluarkan oleh konsorsium Organisasi 14 Profesi Audit Internal (2004:20) yaitu: “fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian dan governance, dengan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah audit internal membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan resiko tersebut, fungsi audit internal mengevaluasi kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal yang mencakup governance, kegiatan operasi dan sistem informasi organisasi d. Kedudukan dan Peranan Audit Internal Kedudukan mempengaruhi
auditor
internal
keberhasilannya
dalam
struktur
menjalankan
tugas,
organisasi
sangat
sehingga
dengan
kedudukan tersebut memungkinkan auditor internal dapat melaksanakan fungsinya dengan baik serta dapat bekerja dengan luwes dalam arti independen dan objektif. Struktur organisasi penetapan bagian auditor internal secara jelas disertai dengan job description yang jelas akan membawa dampak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
yang positif dalam proses komunikasi antara auditor internal dengan pihak pemilik perusahaan atau manajer. Namun sebaliknya, penempatan yang tidak jelas akan menghambat jalannya arus pelaporan dari auditor internal karena itu perlu ditentukan secara tegas kedudukan auditor internal ini. Menurut Sukrisno (2011:243-246), ada tiga alternatif kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi yaitu: 1) Bagian internal audit berada dibawah direktur keuangan (sejajar dengan bagian akuntansi keuangan), 2) Bagian internal audit berada dibawah Direktur Utama, 3) Bagian internal merupakan staf dari Dewan Komisaris, Peranan auditor internal dalam menemukan indikasi terjadinya kecurangan dan melakukan investigasi terhadap kecurangan, sangat besar. Jika auditor internal menemukan indikasi dan mencurigai terjadinya kecurangan diperusahaan, maka ia harus memberitahukan hal tersebut kepada top management. Jika indikasi tersebut cukup kuat, manajemen akan menugaskan suatu tim untuk melakukan investigasi. Tim tersebut biasanya terdiri dari internal auditor, lawyer, investigator, security dan spesialis dari luar atau dalam perusahaan (misalkan ahli komputer, ahli perbankan dan lain-lain). Hasil investigasi tim harus dilaporkan secara tertulis kepada top management yang mencakup fakta, temuan, kesimpulan, saran dan tindakan perbaikan yang perlu dilaporkan (Sukrisno, 2011).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
e. Standar Praktik Profesi Audit Internal Menurut Hery (2010:73) standar profesional audit internal terbagi atas lima macam diantaranya, yaitu : 1) Independensi 2) Kemampuan Profesional 3) Lingkup Pekerjaan 4) Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan 5) Manajemen Bagian Audit Internal Adapun penjelasan dari kelima standar profesional audit internal tersebutadalah : 1) Independensi a. Mandiri Audit internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa. Audit inernal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian audit internal sangat penting treutama dalam memberikan penilaian yang tidak memihak (netral).
Hal ini hanya dapat diperoleh melalui status
organisasi dan sikap objektif dari para audit interrnal. Status organisasi audit internal harus dapat memberikan keleluasaan bagi audit internal dalam menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan secara maksimal. b. Dukungan moral manajemen senior dan dewan Audit internal haruslah memperoleh dukungan moral secara penuh dari segenap jajaran manajemen senior dan dewan (dewan direksi dan komite
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
audit) agar dapat menyelesaikan pekerjaannya secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain. Pimpinan audit internal harus bertanggung jawab untuk mewujudkan kemandirian pemeriksaan. Koordinasi yang teratur antara pimpinan audit internal dengan dewan direksi dan komite audit akan membantu terjaminnya kemandirian dan juga merupakan sarana bagi semua pihak untuk dapat saling memberikan informasi demi kepentingan organisasi secara keseluruhan. Kehadiran pimpinan audit internal dalam rapat dewan juga akan melengkapi pertukaran informasi berkaitan dengan rencana dan kegiatan audit internal. Pimpinan audit internal harus bertemu langsung dengan dewan secara periodik, paling tidak setiap tiga bulan sekali. 2) Kemampuan Profesional a. Pengetahuan dan kemampuan Kemampuan profesional wajib dimiliki oleh audit internal. Dalam setiap pemeriksaan, pimpinan audit internal haruslah menugaskan orang - orang yang secara bersama - sama atau keseluruhan memiliki pengetahuan dan kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti akuntansi, ekonomi, keuangan, statistik, pemrosesan data elektronik, perpajakan, dan hukum yang memang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas. b. Pengawasan Pimpinan
audit
internal
bertanggung
jawab
dalam
melakukan
pengawasan terhadap segala aktivitas pemeriksaan yang dilakukan oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
para stafnya. Pengawasan yang dilakukan sifatnya berkelanjutan, yang dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan penyimpulan hasil pemeriksaan yang dilakukan. Pengawasan yang dimaksud mencakup : a) Memberikan instruksi kepada para staf audit internal pada awal pemeriksaan dan menyetujui program - program pemeriksaan. b) Melihat
apakah
program
pemeriksaan
yang
telah
disetujui
dilaksanakan, kecuali bila terdapat penyimpangan yang dibenarkan atau disalahkan. c) Menentukan apakah kertas kerja pemeriksaan telah cukup untuk mendukung temuan pemeriksaan, kesimpulan - kesimpulan, dan laporan hasil pemeriksaan. d) Meyakinkan apakah laporan pemeriksaan tersebut akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu. e) Menentukan apakah tujuan pemeriksaan telah dicapai. c. Kecakapan berkomunikasi Audit internal harus memiliki kemampuan berkomunikais untuk menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara efektif. Audi internal dituntut untuk dapat memahami hubungan antar manusia dan mengembangkan hubungan yang baik dengan audit. Audit internal juga harus memiliki kecakapan dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, sehingga audit internal dapat dengan jelas dan efektif menyampaikan berbagai hal, seperti tujuan pemeriksaan, evaluasi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
kesimpulan, dan juga dalam hal memberikan rekomendasi (saran - saran perbaikan). d. Pendidikan berkelanjutan Audit internal harus meningkatkan kemampuan tekniknya melalui pendidikan berkelanjutan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keahliannya. Audit internal harus berusaha memperoleh informasi mengenai kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan teknik - teknik audit. e. Mewaspadai kemungkinan terjadinya pelanggaran Audit internal harus dapat bekerja secara teliti dalam melaksankan pemeriksaan. Audit internal harus mewaspadai berbagai kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan, kelalaian, ketidak efektifan, pemborosan (ketidak efesienan), dan konflik kepentingan. f. Merekomendasikan perbaikan Audit internal harus dapat mengidentifikasi pengendalian intern yang lemah dan merekomendasikan perbaikan terhadap pengendalian intern yang lemah tersebut untuk menciptakan kesesuaian dengan berbagai prosedur dan praktek yang sehat guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
3) Lingkup Pekerjaan a. Pengujian dan evaluasi Lingkup pekerjaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian inernal yang dimiliki oleh organisasi. Tujuan peninjauan terhadap kecukupan dan keefektifan suatu sistem pengendalian inernal ini adalah untuk menentukan apakah sistem yang telah ditetapkan dapat memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan dan sasaran organisasi dapat tercapai secara efisien, ekonomis, serta untuk memastikan apakah sistem tersebut telah berfungsi sebagaimana yang diharapkan. b. Keandalan informasi Auditor internal haruslah menguji sistem informasi tersebut, dan menentukan apakah berbagai catatan, laporan finansial dan laporan operasional perusahaan mengandung informasi yang akurat, dapat dibuktikan kebenarannya, tepat waktu, lengkap, dan berguna. c. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang
-
undangan,
manajemen
bertanggung
jawab
untuk
menetapkan sistem, yang dibuat dengan tujuan memastikan pemenuhan berbagai persyaratan, seperti kebijakan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang - undangan. Audit internal bertanggung jawab untuk menentukan apakah sistem tersebut telah cukup efektif dan apakah berbagai kegiatan yang diperiksa telah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
d. Perlindungan aktiva Audit internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan untuk melindungi aktiva perusahaan terhadap berbagai jenis kerugian, seperti kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, dan kegiatan yangilegal. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu aktiva, audit internal harus menggunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat. e. Penggunaan sumber daya Audit internal harus dapat memastikan keekonomisan dan keefesienan penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Audit internal bertanggung jawab untuk : a) Telah menetapkan suatu standar operasional untuk mengukur keekonomisan dan efesiensi. b) Standar operasional tersebut telah dipahami dan dipenuhi. c) Berbagai penyimpangan dari standar operasional telah diidentifikasi, dianalisis,
dan
diberitahukan
kepada
berbagai
pihak
yang
bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan. d) Tindakan perbaikan telah dilakukan. f. Pencapaian Tujuan Audit internal harus dapat memberikan kepatian bahwa semua pemeriksaan yang dilakukan sudah mengarah kepada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
4) Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan a. Perencanaan kegiatan pemeriksaan Audit internal harus terlebih dahulu melakukan perencanaan pemeriksaan dengan meliputi : a) Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan. b) Memperoleh informasi dasar tentang objek yang akan diperiksa. c) Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan. d) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu. e) Melakukan survei secara tepat untuk lebih mengenali bidang atau area yang akan diperiksa. f) Penetapan program pemeriksaan. g) Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil pemeriksaan disampaikan. h) Memperoleh persetujuan atas rencana kerja pemeriksaan. b. Rapat manajemen Audit internal haruslah melakukan rapat dengan manajemen yang bertanggung jawab terhadap bidang yang akan diperiksa. Hal - hal yang didiskusikan antara lain mencakup berbagai tujuan dan lingkup kerja pemeriksaan yang direncanakan, waktu pelaksanaan pemeriksaan, staff audit yang akan ditugaskan, hal - hal yang menjadi perhatian audit internal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
c. Pengujian dan pengevaluasian Audit internal harus melakukan pengujian dan pengevaluasian terhadap semua informasi yang ada guna memastikan ketepatan dari informasi tersebut yang nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan. Berbagai informasi tentang seluruh hal yang berhubungan dengan tujuan pemeriksaan dan lingkup kerja haruslah dikumpulkan. Informasi yang dikumpulkan haruslah kompeten, mencukupi, relevan, dan berguna untuk membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi. d. Pelaporan hasil pemeriksaan Audit internal harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Laporan yang dibuat haruslah objektif, jelas, singkat, konstruktif dan tepat waktu. Objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak, dan terbebas dari distorsi. Laporan yang jelas adalah laporan yang mudah dimengerti dan logis. Laporan yang singkat adalah laporan yang diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan yang konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan membantu pihak yang diperiksa dan organisasi serta menghasilkan berbagai perbaikan yang diperlukan. Laporan yang tepat waktu adalah laporan yang pemberitaanya
tidak
ditunda
dan
mempercepat
kemungkinan
pelaksanaan berbagai tindakan yang koreksi dan efektif. Audit internal juga harus langsung melaporkan hasil pemeriksaannya kepada pimpinan dan karyawan lain apabila membutuhkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
e. Tindak lanjut pemeriksaan Audit internal harus secara terus menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan apakah suatu tindakan perbaikan telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut audit internal didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan yangdilaporkan. 5) Manajemen Bagian Audit Internal a. Struktur Organisasi Audit Internal Dalam rangka menetapkan organisasi audit internal, maka diperlukan dukungan surat keputusan direksi tentang struktur organisasi dan uraian tugas audit internal. Sebaiknya kepala audit internal bertanggung jawab langsung kepada pimpinan tertinggal suatu organisasi Kedudukan ini diharapkan dapat menjamin adanya implementasi dalam pemeriksaan. Struktur organisasi audit internal hendaknya merupakan fungsi staf. Dengan demikian audit internal memperoleh akses yang lebih besar terhadap semua unsur yang lainnya dalam sistem pengendalian manajemen dan lebih luas dalam melaksanakan tugasnya. b. Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab Audit internal harus dapat mengetahui posisinya yang telah ditetapkan dan sampai dimana tingkat independensinya dapat menjamin objektivitas tugasnya. Perincian wewenang dan tanggung jawab internal audit hendaknya dibuat secara seksama dan mencakup semua wewenang yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya serta tidak mencantumkan tanggung jawab yang tidak akan dipikulnya. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab audit internal diperlukan parameter - parameter seperti yang dikemukakan sebagai berikut: 1. Nature of internal auditing 2. Objective and scope af internal auditing 3.
Authority ond responsibility auditing
4.
Independency
Dari beberapa parameter di atas dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab audit internal sangat dipengaruhi oleh sifat audit internal yang berlaku dalam perusahaan. Apakah itu diperlukan sebagai suatu aktifitas penilaian yang bebas atau tidak. Selanjutnya tujuan dan ruang lingkup audit internal dalam perusahaan juga menentukan tugas dan tanggung jawab, serta independensi audit internal merupakan yang sangat esesnsial dalam perusahaan. Jika audit internal berfungsi sebagai staf atau penasehat independensinya dapat lebih terjamin begitu pula tanggung jawabnya diketahui dengan tepat. c. Buku Pedoman Pemeriksaan Buku pedoman pemeriksaan menjelaskan apa yang perlu dilakukan oleh internal audit. Buku tersebut harus memuat tentang perlunya kepatuhan pada standar pemeriksaan dan perlu adanya kontinuitas, stabilitas dan koordinasi di antara karyawan atau unit - unit dalam audit internal. Pedoman yang dibuat harus membuat tahap - tahap kegiatan audit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
internal, mulai dari perencanaan sampai dengan penentuan tindak lanjut. Pedoman pemeriksaan untuk : a) Menghindarkan audit internal dan penyimpangan arah yang telah ditetapkan b) Mengukur tingkat kernajuan pelaksanaan c) Mengevaluasi audit internal d) Menjamin bahwa hasil audit internal selaras dengan tujuan perusahaan. d. Pengendalian Tugas Pemeriksaan Pemeriksaan
yang dilaksanakan dan dikendalikan dengan
baik
kemungkinan lebih besar untuk mencapai sasaran dan tujuan audit internal oleh karena itu setiap audit internal harus direncanakan dengan baik. Agar setiap audit internal dilaksanakan dan diselesaikan secara efisien dan efektif perlu adanya peningkatan pengendalian tugas internal audit, yang meliputi antara lain : a) Perencanaan audit internal b) Pelaksanaan audit internal c) Penerbitan laporan hasil internal audit d) Pelaporan hasil pemeriksa e) Pemantauan tindak lanjut f) Penataan kertas kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
f. Kode Etik Audit Internal Definisi Etikamenurut Institute of Internal Auditors (IIA) (2012:41), yaitu: “Kode Etik (Code of Ethics) dalah prinsip - prinsip yang relevan terhadap profesi audit internal, serta aturan perilaku yang menjelaskan perilaku yang diharapkan dari seorang auditor internal. Kode etik berlaku bagi pihak - pihak dan lembaga yang memberikan jasa audit internal. Kode etik bertujuan untuk mengembangkan budaya etis dalam profesi audit internal secara global”. Kode etik penting dan tepat ntuk profesi audit internal dalam pelaksanaan tugas
professional
terutama
yang
menyangkun
manajemen
resiko,
pengendalian dan profesi tata kelola. Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) dikutip dari Sawyer (2006:559) bahwa ada dua komponen penting dalam kode etik audit internal, yaitu: 1. Prinsip - prinsip yang relevan dengan profesi dan praktik audit internal. 2. Aturan perilaku (Rules of Conduct) yang menggambarkan norma perilaku yang diharapkan dari auditor internal. Adapun prinsip - prinsip kode etik yang harus di terapkan oleh individu dan entitas yang menyediakan jasa audit internal, yaitu: a) Integritas Integritas auditor internal membentuk kepercayaan sehingga memberi dasar untuk mengandalkan penilaian mereka. b) Objektivitas Auditor internal menampilkan objektivitas professional tertinggi dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi tentang aktivitas atau proses yang sedang diuji.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
c) Kerahasiaan Auditor internal menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang mereka terima dan tidak mengungkapkan informasi tanpa wewenang yang tepat kecuali ada kewajiban hokum atau professional untuk melakukannya. d) Kompetensi Auditor
internal
menggunakan
pengetahuan,
keterampilan,
dan
pengalaman yang dibutuhkan dalam kinerja jasa audit internal. g. Laporan Audit Internal Laporan hasil audit adalah sebuah dokumen formal yang menyimpulkan pekerjaan audit internal dengan melaporkan rekomendasi dan pengamatannya. Laporan hasil audit merupakan hasil akhir yang paling penting dari proses pengauditan internal dan merupakan jalur utama yang menggambarkan aktivitas audit internal untuk orang - orang baik pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal. Laporan hasil audit memberikan bukti mengenai karakter yang profesional dari aktivitas audit internal dan mempersilahkan yang lainnya untuk mengevaluasi kontribusi ini (Moeller, 2009:351)
3. Pengendalian Internal Pengendalian internal merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan usaha.Demikian pula pada dunia usaha mempunyai perhatian yang makin meningkat terhadap pengendalian internal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Definisi mengenai pengendalian internal yang disusun oleh The Institute of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Sanyoto (2007:2470): "The attitude and actions of management and the board regarding the significance of control within the organization The control environment provides the disclipired and structure for achievement of the primary objectives of the system of internal control The control emironment includes for the following elements untegrity and ethical values, management's philosophy and operating style, organi aional assignment und human resources policies and practices and competence personnel." "Sikap dan tindakan dari manajemen dan dewan mengenai pentingnya pengendalian dalam organisasi Lingkungan pengendalian memberikan disclipired dan struktur untuk pencapaian tujuan utama dari sistem pengendalian internal kontrol emironment termasuk untuk unsur-unsur berikut untegrity dan nilai-nilai etika , filosofi manajemen dan gaya operasi , tugas aional und kebijakan dan praktek sumber daya manusia organi dan kompetensi personil”. Menurut perluasan Standar Auditing Seksi 78 yang dikutip Sawyer's (2005:58) adalah pengendalian intern sebagai berikut: "Pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris, manajemen atau pegawai ainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan yang wajar pencapaian golongan tujuan, keandalan pelaporan keuangan, efisiensi operasi, kepatuhan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku”. Menurut Mulyadi (2010), sistem pengendalian internal adalah: “Suatu struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Sistem pengendalian internal terdiri dari beberapa unsur pokok sebagai berikut (Mulyadi, 2010): a) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. b) Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya. c) Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. d) Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab. Terdapat 5 elemen dalam pengendalian internal menurut Reeve, Warren dan Duchac, (2007), antara lain: a) Lingkungan pengendalian mencakup serangkaian aksi, kebijakan dan prosedur yang mencerminkan perilaku manajemen puncak, direktur dan pemilik perusahaan mengenai pentingnya pengendalian internal. Pengukuran resiko, dengan mengidentifikasi resiko yang akan dihadapi, mengukur kemungkinan terjadinya resiko dan cara meminimalisasi resiko. b) Prosedur pengendalian melalui pemisahan tugas, otorisasi dan transaksi, dokumen dan pencatatan yang memadai, pengendalian fisik atas kas dan pencatatan, pengecekan kinerja secara independen. c) Informasi dan komunikasi yang mendukung. Informasi mengenai lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur pengendalian dan pemantauan diperlukan oleh manajemen untuk mengarahkan operasi dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
memastikan terpenuhinya tuntutan-tuntutan pelaporan serta peraturan yang berlaku. d) Pemantauan yaitu memantau dan mengevaluasi apakah pengendalian internal yang ada dalam perusahaan telah berjalan dengan tepat. Pemantauan rutin dapat dilakukan dengan mengamati perilaku karyawan dan tanda - tanda peringatan dari sistem akuntansi tersebut. Tujuan dari sistem pengendalian internal menurut Reeve, Warren dan Duchac (2007) adalah: 1. Agar aktiva dilindungi dan digunakan untuk mencapai tujuan usaha. 2. Memberikan informasi bisnis yang akurat. 3. Supaya karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku. Tujuan pengendalian intern menurut COSO yang dikutip Sawyer's (2005:61) adalah sebagai berikut: "Pengendalian (kontrol) internal dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian dalam hal efektivitas dan efisiensi operasi, a keandalan informasi keuangan, dan ketaatan terhadap hokum dan peraturan yang berlaku”. Adapun tujuan khusus dari pengendalian intern yang dikemukakan oleh Arens et al (2006:264) adalah sebagai berikut: a) Transaksi yang dianggap sah (authorization) b) Transaksi diotorisasi dengan pantas (authorization) c) Transaksi yang teriadi telah dicatat (completeness) d) Transaksi dinilai dengan pantas (valuation) e) Transaksi dikualifikasikan dengan pantas (classatication) f) Transaksi dicatat tepat waktu (timing)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
g) Transaksi dimasukan didalam berkas induk dengan pantas dan di ikhtsarkan dengan benar (parting and summarication)
4. Pengertian Efektivitas Pengertian efektivitas yang dikemukakan oleh Anthony dan Govindarajan (2005:174) menyatakan bahwa yaitu: "Efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut karena baik tujuan maupun input sangatlah sukar dikuantifikasikan”. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara output yang d ilkan dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan. Pada dasarnya, efektivitas merupakan derajat keberhasilan bagi suatu perusahaan, sampai seberapa jauh perusahaan dinyatakan berhasil dalam usahanya mencapai tujuan tersebut. Semakin besar konstribusi output terhadap tujuan, maka unit tersebut semakin efektif. Arens et al (2008:496) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut: "Efektivitas merujuk ke pencapaian tujuan, sedangkan efisiensi mengacu ke sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut”. Sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas lebih menitikberatkan pada tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan Jadi, penilaian efektivitas didasarkan atas sejauh mana tujuan organisasi dapat dicapai dan pencapaian sasaran yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
5. Produksi a. Pengertian Produksi Produksi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang dan jasa. Istilah produksi cenderung dikaitkan dengan pabrik, mesin, maupun lini perakitan karena pada mulanya teknik dan metode dalam manajemen produksi memang di pergunakan untuk mengoperasikan pabrik atau kagiatan lainnya. Produksi yaitu suatu kegiatan perbaikan terus-menerus (continuons improvment), yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu barang atau produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen (V. Gaspersz, 2005). Menurut Sugiarto dkk (2007), produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. b. Fungsi Produksi Dibawah ini ada empat fungsi dalam produksi adalah sebagai berikut : 1. Proses Pengolahan Proses pengolahan merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan atau input.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
2. Jasa-Jasa Penunjang Jasa-jasa penunjang merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang dijalankan sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan dalam periode atau kurun waktu tertentu. 3. Perencanaan Perencanaan merupakan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan dan operasi yang akan dilaksanakan dalam periode atau kurun waktu tertentu. 4. Pengendalian atau Pengawasan Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi unyuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan sehingga maksud dan tujuan penggunaan dan pengelolaan masukan atau input pada kenyataannya dapat terlaksanakan. c. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi hasil kegiatan produksi, sehingga memerlukan perhatian yang lebih, baik dalam perencanaan maupun dalam pengendaliannya. Menurut Hansen dan Mowen dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” yang diterjemahkan oleh Ancella A. Hermawan (2005:50) adalah sebagai berikut : “Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Sedangkan menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Manajemen” (2001:51) mengemukakan bahwa : “Biaya produksi meliputi semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi yaitu semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk dijual”. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. d. Unsur – Unsur Biaya Produksi Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar unsur-unsur biaya produksi terdiri dari : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik. 1) Biaya Bahan Baku Biaya bahan baku adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan bahan mentah, untuk proses produksi selama periode yang akan datang. (Munandar;2000:119) Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri. Didalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan biaya-biaya
pembelian,
pergudangan,
dan
biaya-biaya
perolahan
lain.Timbul masalah unsur biaya apa saja yang diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku yang dibeli.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Transaksi pembelian lokal bahan baku melibatkan bagian-bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang, dan asuransi. Dokumen sumber dan dokumen pendukung yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal bahan baku, terdiri dari prosedur permintaan pembelian lain, prosedur order pembelian, prosedur penerimaan barang digudang dan prosedur pencatatan keuntungan. a. Prosedur penerimaan pembelian bahan baku Jika persediaan bahan baku yang ada digudang sudah mencapai tingkat minimum pemesanan kembali, bagian gudang kemudian membuat surat permintaan pembelian untuk dikirim kebagian pembelian. b. Prosedur order pembelian Bagian
pembelian
melaksanakan
pembelian
atas
dasar
surat
permintaan pembelian dari bagian gudang. Untuk pemilihan pemasok, bagian pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada para pemesan, yang berisi permintaan informasi harga dan syarat-syarat pembelian dari masing-masing pemasok tersebut. Setelah pemasok yang dianggap baik dipilih, bagian pembelian kemudian membuat surat order pembelian untuk dikirim kepada pemasok yang dipilih. c. Prosedur penerimaan bahan baku Pemasok mengirim bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan surat order pembelian yang diterimanya.Bagian penerimaan bertugas menerima barang, mencocokan kualitas, kuantitas, jenis, serta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
spesifikasi bahan baku yang diterima sesuai dengan surat order pembelian.. d. Prosedur pencatatan penerimaan bahan baku dibagian gudang Bagian penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima dari pemasok ke bagian gudang. Bagian gudang menyimpan bahan baku tersebut dan mencatat jumlah bahan baku dalam kartu gudang, kartu gudang ini digunakan untuk bagian gudang untuk mencatat mutasi tiap-tiap barang di gudang. Jadi yang dimaksud dengan biaya bahan baku ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk perusahaan sebagai akibat pembelian bahan baku dan biaya lain-lain yang berkaitan dengan bahan baku. 2) Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk pengguna tenaga kerja tersebut. Biaya tenaga kerja langsung merupakan upah yang akan dibayarkan kepada
para
tenaga
kerja
selama
periode
yang
akan
datang.
(Munandar;2000:143). Biaya tenaga kerja langsung adalah salah satu unsur dari harga pokok produk, karena itu biaya tenaga kerja diperlukan dalam penentuan harga pokok produk perunit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Sifat-sifat tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut : a) Besar kecilnya biaya untuk tenaga kerja langsung berhubungan secara langsung dengan tingkat kegiatan produksi. b) Umumnya tenaga jenis ini merupakan tenaga kerja yang kegiatannya langsung dapat berhubungan dengan produk akhir terutama dalam penentuan harga pokok. Penggolongan kegiatan tenaga kerja dapat dilakukan sebagai berikut : a) Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan Organisasi perusahaan manufaktur terbagi dalam tiga fungsi pokok yaitu produksi, pemasaran, dan administrasi. Berikut ini beberapa contoh biaya tenaga kerja yang termasuk dalam tiga golongan tersebut: 1. Biaya tenaga kerja produksi Gaji karyawan, biaya kesejahteraan karyawan pabrik, upah lembur karyawan pabrik, upah mandor pabrik, gaji manajer pabrik, dan lainlain. 2. Biaya tenaga kerja pemasaran Upah karyawan pemasaran, biaya kesejahteraan karyawan pemasaran, biaya komisi pramuniaga, gaji manajer pemasaran, dan lain-lain. 3. Biaya tenaga kerja administrasi dan umum Gaji karyawan bagian akuntansi, gaji karyawan bagian personalia, gaji karyawan sekretariat, biaya kesejahteraan karyawan bagian akuntansi, biaya kesejahteraan bagian personalia, biaya kesejahteraan karyawan bagian sekretariat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
b) Penggolongan menurut kegiatan departemen dalam perusahaan Biaya tenaga kerja dalam departemen produksi tersebut digolongkan sesuai dengan bagian-bagian yang dibentuk dalam perusahaan tersebut. Tenaga kerja yang bekerja di departemen-departemen non produksi digolongkan pula menurut departemen yang menjadi tempat kerja mereka. Dengan demikian biaya tenaga kerja di departemen non produksi dapat digolongkan menjadi biaya tenaga kerja bagian akuntansi, biaya tenaga kerja produksi personalia, dan lain-lain. Penggolongan semacam ini dilakukan untuk memudahkan pengendalian terhadap biaya-biaya tenaga kerja yang terjadi dalam tiap departemen yang dibentuk dalam perusahaan. c) Penggolongan menurut pekerjaannya Dalam suatu departemen, tenaga kerja dapat digolongkan menurut sifat pekerjaannya, misalnya dalam suatu departemen produksi, tenaga kerja digolongkan sebagai berikut : operator, mandor, dan personalia. Dengan demikian bahwa tenaga kerja juga digolongkan menjadi upah operator, upah mandor dan upah personalia. d) Penggolongan menurut hubungan dengan produk Dalam hubungannya dengan produk, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diusul secara langsung pada produk dan upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
3) Anggaran Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik merupakan beban biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan datang (Munandar;2000:157). Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan yaitu: a. Penggolongan anggaran biaya overhead pabrik menurut sifatnya Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya adalah sebagai berikut : a) Biaya bahan baku. b) Biaya refarasi dan pemeliharaan. c) Biaya tenaga kerja tidak langsung. d) Biaya yang timbul sebagai penilaian terhadap aktiva tetap. e) Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu. f) Biaya
overhead
lain
yang
secara
langsung
memerlukan
pengeluaran uang tunai. b. Penggolongan anggaran biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan a) Biaya overhead pabrik tetap b) Biaya overhead pabrik variabel c) Biaya overhead pabrik semi variabel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
c. Penggolongan anggaran biaya pverhead pabrik menurut hubungan dengan departemen a) Biaya overhead pabrik langsung departemen b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen e.
Macam-Macam Biaya Produksi Secara sedarhana biaya produksi dapat dicerminkan oleh jumlah uang
yang dikeluarkan untuk mendapatkan sejumlah input. Jenis-jenis biaya produksi menurut Sugianto (2000:313) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang. 1. Biaya produksi jangka pendek Biaya produksi jangka pendek diturunkan dari fungsi produksi jangka pendek. Dengan demikian biaya produksi jangka pendek juga dicirikan oleh adanya biaya tetap. 2. Biaya produksi jangka panjang Biaya produksi jangka panjang, biaya yang dapat disesuaikan untuk tingkat-tingkat produksi tertentu. Sebagai contoh jika capital atau mesin-mesin tidak dapat diubah sesuai dengan perubahan produksi maka dikatakan biaya jangka pendek dan sebaliknya jika mesin dapat disesuaikan untuk tingkat-tingkat produksi tertentu maka dikatakan biaya jangka panjang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
6. Persediaan a. Pengertian Persediaan Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untukdijual dalam satu periode usaha yang normal, termasuk barang yang dalam pengerjaan / proses produksi menunggu masa penggunaannya pada proses produksi (Widya Tamodia, 2013:23). Pontoh (2013:312), menyatakan bahwa persediaan adalah sebuah aset yang vital bagi sebuah organisasi bisnis, dimana dengan penggunaan aset yang optimal, dapat membantu sebuah organisasi bisnis untuk mencapai tujuannya yaitu laba. Persediaan adalah sejumlah barang jadi , bahan baku, bahan dalam proses yang dimiliki perusahaandagang dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut”. Kesimpulannya adalah bahwa persediaan merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun ada masalah lain (Rudianto, 2008:236). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persediaan merupakan barang-barang yangdimiliki untuk kemudiaan dijual atau digunakan dalam proses produksi atau dipakai untuk keperluan non produksi dalam siklus kegiatan yang normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
b. Jenis-Jenis Persediaan Menurut S. Munawir (2007;16) jenis persediaan meliputi: “ Untuk perusahaan dagang yang dimaksud dengan persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang/belum
laku
dijual.
Untuk
perusahaan
manufacturing
(yang
memproduksi barang) maka persediaan yang dimiliki meliputi: (1) persediaan barang mentah, (2) persediaan barang dalam proses (3) persediaan barang jadi/barang dagang” Jenis - jenis persediaan menurut Mamduh M. Hanafi (2010;87), yaitu: “ persediaan biasanya mencangkup beberapa jenis persediaan, seperti persediaan bahan mentah, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan barangjadi (barang dagang). Bahan mentah adalah bahan yang akan digunakan untuk memproduksi barang dagang. Barang setengah jadi adalah barang yang belum selesai sepenuhnya menjadi barang dagang. Barang jadi adalah barang yang sudah selesai dikerjakan dan siap untuk dijual”. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan ada tiga macam jenis persediaan pada perusahaan dagang/manufaktur: 1) Persediaan bahan baku (Raw Materials) 2) Persediaan barang jadi (Work in Process Goods) 3) Persediaan barang jadi (Merchandising Goods) Menurut Rudianto (2008:236) persediaan adalah sejumlah barang jadi , bahan baku, bahan dalam proses yang dimiliki perusahaan dagang dengan tujuan untuk dijual atau diproses lebih lanjut”. Kesimpulannya adalah bahwa persediaan merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
terhadap segala kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun ada masalah lain. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki untuk kemudiaan dijual atau digunakan dalam proses produksi atau dipakai untuk keperluan non produksi dalam siklus kegiatan yang normal. c. Fungsi Siklus Persediaan Fungsi persediaan menyangkut arus fisik barang-barang dan arus biayabiaya yang berhubungan, karena itu adanya pengendalian yang memadai untuk kedua hal tersebut. Menurut Arens dan Leobbecke (2003:599) fungsi yang terdapat dalam siklus persediaan sebagai berikut: 1) Process Purchases Order (Mengolah Order Pembelian). 2) Receive New Material (Menerima Bahan Baku). 3) Store New Material (Menyimpan Bahan Baku). 4) Process The Goods (Mengolah Barang Jadi). 5) Process Finished Goods (Menyimpan Barang Jadi). La Midjan dan Susanto (2012:356) persediaan menciptakan siklus persediaan yang terdiri dari prosedur sebagai berikut: 1) Prosedur Penerimaan Barang. 2) Prosedur Penyimpanan Barang. 3) Prosedur Pengiriman Barang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
d. Fungsi Persediaan Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan, (Rangkuti, 2004:15), yaitu : 1) Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. 2) Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. 3) Fungsi Antisipasi, apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data – data masa lalu yaitu permintaaan musiman. e. Metode Pencacatan Persediaan Horngren (2012:356) pencacatan dapat dicacat dengan dua cara yaitu: 1. Periodic Inventory System
Dalam metode ini pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi melalui ayat jurnal penyesuaian. Transaksi yang mempengaruhi persediaan, dicatat masing-masing dalam perkiraan tersendiri sebagai berikut: Pembelian, Retur pembelian, Penjualan dan Retur penjualan. Untuk mendapatkan nilai persediaan secara periodik dilakukan perhitungan fisik (Stock Opname). Metode ini sudah mulai ditinggalkan karena secara jelas tidak mendukung integrasi sistem dimana, sepanjang peridode akuntansi berjalan tidak tersedia data mengenai posisi persediaan. Hal ini menyebabkan data bagian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
akuntansi kurang mendukung operasional. Laporan neraca dan rugilaba tidak akan dapat dibuat sebelum nilai persediaan diketahui. 2. Perpetual Inventory System.
Dalam metode ini pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan. Saldo perkiraan persediaan akan menunjukan saldo persediaan yang sebenarnya. Dengan demikian pada saat penyusunan laporan keuangan tidak diperlukan ayat jurnal penyesuaian. Pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan, adalah berdasarkan harga pokok produksi, baik transaksi pembelian maupun penjualan. Metode ini akan menampilkan dapat menyediakan laporan neraca setiap saat baik untuk di print out maupun secara visual. Walaupun sistem perpetual menyediakan data persediaan secara terus menerus namun tetap diperlukan perhitungan fisik yang berfugnsi untuk mencocokan fisik dengan catatan buku. f. Metode Penilaian Persediaan Metode penilaian yang sering digunakan menurut Keiso (2011:406) yang sering digunakan perusahaan yaitu: 1. First In First Out Method, mengasumsikan bahwa barang pertama yang
dibeli adalah barang pertama yang digunakan (dalam perusahaan manufaktur atau dijual dalam perusahaan dagang), karena itu, persedian yang tersedia merupakan barang yang dibeli paling terakhir 2. Last In First Out Method, biaya dari barang-barang yang paling akhir
dibeli terhadap pendapatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
3. Avarage Method, Menghitung harga pos-pos terdapat dalam persediaan
atas dasar biaya rata-rata barang yang sama tersedia selama suatu periode. Jika yang digunakan adalah metode biaya rata-rata, biaya unit dalam persediaan adalah rata-rata dari biayapembelian. g. Biaya-Biaya Persediaan Dalam setiap penentuan pemesanan barang yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan, biayabiaya variable berikut ini harus di pertimbangkan (Herjanto, 2008:77). 1. Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk yaitu persentase dari unit harga/nilai barang, dan dalam bentuk rupiah perunit barang, dalam periode waktu tertentu. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: a) Biaya sewa gudang b) Biaya administrasi pergudangan c) Gaji pelaksana pergudangan d) Biaya listrik e) Biaya modal yang tertanam dalam persediaan f) Biaya asuransi g) Biaya kerusakan h) Biaya penyusutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Biaya modal biasanya merupakan komponen biaya penyimpanan yang terbesar, baik berupa biaya bunga jika modalnya berasal dari pinjaman maupun biaya oportunitas apabila modalnya milik sendiri. 2. Biaya pemesanan (pembelian), merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak dari penempatan pemesanan sampai tersediaanya barang di gudang. Setiap kali suatu bahan dipesan, organisasi menanggung biaya pemesanan (order costs atau procurement costs). Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi : a) Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi b) Upah c) Biaya telepon d) Pengeluaran surat menyurat e) Biaya pengepakan dan penimbangan f) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan g) Biaya pengiriman ke gudang h) Biaya hutang lancar; dan sebagainya. 3. Biaya kekurangan persediaan (shortage costs, stockout cost) adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (real), melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan. Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini merupakan biaya kesempatan yang timbul misalnya karena terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
adanya bahan yang diproses, yang antara lain meliputi biaya kehilangan waktu produksi bagi mesin dan karyawan. h. Pengendalian Intern Persediaan Pengendalian intern atas persediaan merupakan hal yang penting karena persediaan adalah bagian yang amat penting dari suatu perusahaan dagang. Perusahaan yang sukses biasanya amat berhati-hati dalam melakukan pengawasan atas persediaan yang dimilikinya. Pengendalian intern atas persediaan meliputi penghitungan fisik yang harus dilakukan setiap tahun, karena dengan cara itulah suatu perusahaan dapat mengetahui secara pasti jumlah persediaan yang ada. Jika kesalahan terjadi, maka catatan akuntansi akan disesuaikan sehingga menjadi sama dengan hasil perhitungan fisik dari barang tersebut. Harus dilakukan pemisahan antara pegawai yang menangani persediaan dari catatan akuntansi. Sistem persediaan yang terkomputerisasi dapat membantu perusahaan menjaga jumlah persediaan sehingga tidak kekurangan dan tidak pula terlalu banyak (Horngren dan Horison, 2004:142). Prosedur pencatatan yang diterapkan dengan benar mampu memberikan perlindungan terhadap persediaan yang diterapkan yang ada diperusahaan. Pemisahan tanggung jawab fungsional serta sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang telah diterapkan juga harus didukung dengan adanya praktek yang sehat dalam setiap pelaksanaanya. Dengan diterapkannya unsur-unsur pengendalian intern dalam pengelolaan dan pengendalian persediaan barang, maka sistem pengendalian intern bisa terlaksana dan berjalan dengan baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
7. Penelitian Terdahulu Li Zhi-dong, Zhang Shu-shen, Zhang Yun, Zhang Yong, WeLi meneliti dengan judul Evaluating of Cleaner Production Audit in Pharmaceutical Product Industry: case study of the pharmaceutical plat in Dalian,P. R. China dengan variable yang diteliti adalah untuk mengetahui pengaruh audit produksi menggunakan teknik Cleaner Production (CP) terhadap polusin atau limbah yang dihasilkan. Hasilnya penelitian ini adalah Audit Produksi menggunakan CP berpengaruh terhadap menurunnya tingkat emisi sebesar 34,9%. Elvina Andrea Angga Manopo dan Yulawati Tan SE, M.Ak Universitas Surabaya (2013) meneliti tentang Penerapan Audit Siklus Persediaan dan Pergudangan untuk Mendukung kewajaran Penyajian Laporan Keuangan pada PT. “B” di Sidoarjo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Audit Siklus Persediaan dan Pergudangan berpengaruh terhadap Penyajian Laporan Keuangan dengan besarnya pengaruh 4.76%. Rr. Indah Mustika Wati dan Randi Maipan Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta (2012) melakukan penelitian Audit Manajemen Atas Fungsi Produksi Pada PTP. Nusantara VI Kayu Aro Kerinci, Jambi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Fungsi Produksi berpengaruh secara signifikan terhadap Audit manajemen. Arsianti Widyaningsih, Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung (2010) melakukan penelitian Pengaruh Audit
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Operasional Terhadap Efektivitasan Pengendalian Intern Biaya Produksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Efektivitasan Pengendalian Intern Biaya Produksi berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Operasional.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti (tahun)
1
Li Zhi-dong, Zhang Shu-shen, Zhang Yun, Zhang Yong, WeLi (20)
Variabel Independen: Evaluating of Cleaner Production
Elvina Andrea Angga Manopo dan Yulawati Tan SE, M.Ak (2013)
Variabel Dependen : Audit Production Variabel Independen : Penerapan Siklus Persediaan dan Audit Siklus Pergudangan
2
Variabel
Variabel dependen: Penyajian Laporan Keuangan 3
Rr. Indah Mustika Wati dan Randi Maipan (2012)
Variabel Independen : Fungsi Produksi Variabel dependen: Audit Manajemen
4
Arsianti Widyaningsih (2010)
Variabel Independen : Efektivitasan Pengendalian Intern Biaya Produksi Variabel dependen: Audit Operasional
Sumber: Penulis, 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil penelitian Hasilnya penelitian ini adalah Audit Produksi menggunakan CP berpengaruh terhadap menurunnya tingkat emisi sebesar 34,9% Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Audit Siklus Persediaan dan Pergudangan berpengaruh terhadap kewajaran Penyajian Laporan Keuangan dengan besarnya pengaruh 4.76%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Fungsi Produksi berpengaruh secara signifikan terhadap Audit manajemen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Efektivitasan Pengendalian Intern Biaya Produksi berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Operasional.
48
B. Rerangka Pemikiran Adapun beberapa faktor yang berhungan dengan peningkatan laba adalah pengelolaan persediaan barang dagang , produksi, dan lain-lainnya. Berdasarkan
dari
penjelasan-penjelasan
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya maka dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Siklus Produksi dan barang dagang
Keefektivitasan Sistem Pengendalian Internal (Y)
(X)
Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
C. Hipotesis 1. Peranan
Audit
Internal
Dalam
Menunjang
Efektifitas
Pengendalian Internal Atas Siklus Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi yang memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dalam siklus produksi ini meliputi perencanaan dan pengendalian tentang jenis dan jumlah barang yang produksi, tingkat persediaan yang harus diselenggarakan dan transaksi-transaksi serta kejadian-kejadian yang bersangkutan dengan proses produksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Dari pengertian diatas, maka menurut Kusuma (2002:1) menjelaskan bahwa tujuan pengendalian internal atas siklus produksi adalah: a. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi Tujuan
perencanaan
dan
pengendalian
produksi
adalah
merencanakan dan mengendalikan aliran material ke dalam, di dalam dan keluar pabrik sehingga posisi keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat tercapai. b. Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi Fungsi dasar dalam perencanaa dan pengendalian produksi adalah: 1) Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu 2) Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secara ekonomis 3) Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan produksi, teknik pemenuhan pemesanan, serta memonitoring tingkat persediaan produk jadi setiap saat 4) Membuat jadwal produksi, penugasan, penambhana mesin dan tenaga kerja yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan Dengan penjelsan tersebut penulis berpendapat bahwa penekanan system pengendalian internal atas siklus produksi memiliki peranan penting dalam menigkatkan produktivitas dan meminimalisir pemborosan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
dengan mengkoordinasikan ketersediaan tenaga kerja, peralatan dan bahan. 2. Peranan
Audit
Internal
Dalam
Menunjang
Efektifitas
Pengendalian Internal Atas SiklusBarang dagang Barang jadi merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual. Setiap perusahaan manufaktur memerlukan persediaan bahan baku, dalam proses maupun barang jadi, tanpa adanya persediaan perusahaan
akan
menghadapi
risiko
ketidakmampuan
memenuhi
keinginan para langganan, oleh sebab itu perlu adanya perencanaan persediaan, sedangkan perencanaan persediaan meliputi keputusan mengenai kapan harus melakukan pemesanan tehadap suatu item, serta berapa jumlah item yang harus dipesan. Agar hasil analisis manajemen persediaan dalam suatu perusahaan manufaktur bisa diimplementasikan dengan baik, maka diperlukan dukungan fasilitas pergudangan, agar bahan baku bisa cepat merespon kebutuhan pabrik, dan produk jadi yang disimpan sementara akan dengan mudah merespon permintaan pelanggan hal ini dikemukakan oleh Sutarman dalam jurnal ilmiahnya Perencanaan Persediaan Bahan Baku Dengan Model Backorder (2003:141 - 152). Persediaan bahan baku atau barang dagangan yang datang dari suplier belum tentu langsung digunakan atau dijual habis. Suatu bahan atau barang terpakai atau terjual tersebut disimpan dalam gudang. Selama masa menunggu untuk digunakan atau dijual bisa saja terjadi hal - hal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
yang tidak diinginkan, rusak misalnya atau penurunan harga jual untuk barang dagangan. Hal
ini
meminimalisasi
menimbulkan hal
negatif
kerugian tersebut
bagi
perusahaan.
diperlukanlah
suatu
Untuk sistem
pengendalian internal yang baik agar kegiatan operasional lebih terorganisir sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Suatu sistem tidak mungkin sempurna, hal ini disebabkan oleh adanya suatu resiko bawaan yang melekat dalam suatu kegiatan operasional. Akan tetapi suatu sistem yang baik adalah sistem yang dapat meminimalisasi kesalahan sampai ke titik yang paling rendah. Suatu sistem pengendalian internal harus dievaluasi secara periodik agar setiap kesalahan dalam pelaksanaan prosedur pengendalian internal yang ada dapat dengan cepat terdeteksi, sehingga dapat dilakukan perbaikan secara terus menerus. Suatu sistem pengendalian internal yang baik akan sangat berperan dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi suatu kegiatan operasional perusahaan. Dengan penjelasan tersebut penulis berpendapat bahwa penekanan sistem pengendalian internal persediaan barang dagang mempengaruhi kecukupan sediaan barang dagang yaitu untuk memenuhi kebutuhan ataupermintaan konsumen dengan cepat, untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang berakibat terhentinya proses produksi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan untuk di teliti yang sebenarnya perlu di uji secara empiris (uji statik). Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: : Terdapat peranan audit internal dalam menunjang efektifitas pengendalian internal secara parsial atas siklus produksi dan barang dagang pada PT. Zebra Asaba Industri
http://digilib.mercubuana.ac.id/