8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Dalam kajian pustaka ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang penulis anggap cukup relevan dengan penelitian ini, khususnya tentang . persepsi maupun revitalisasi. Adapun tujuannya yaitu sebagai pembanding antara peneliti terdahulu dengan penelitian yang penulis angkat. Disamping sebagai pembanding juga sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, bahkan bisa terjadi merupakan sebuah penelitian yang bisa dilanjutkan, karena memang harus diteliti secara berkelanjutan yang lebih mendalam. Kajian – kajian tentang Pariwisata belakangan ini sudah dilakukan oleh para peneliti maupun akademisi yang mencermati hal – hal yang layak diteliti. Beberapa kajian yang telah dilakukan telah dapat memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah untuk menunjang khasanah kepariwisataan dan keilmuan. Pariwisata merupakan suatu ilmu yang komplek sehingga sangat penting dengan adanya kajian berikut.
9
Aspek yang diteliti juga mencerminkan hal - hal yang bervareasi atau melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang dan berbagai disiplin ilmu yang berhubungan sangat erat dengan pariwisata. Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sri Astuti (2008) dengan judul Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Produk Pariwisata Bali. Pemilihan sampel dilakukan sebanyak 120 orang yang diwawancarai dengan menggunakan metoda pemilihan sampel secara kebetulan. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 17 (tujuh belas) vareabel persepsi terhadap produk pariwisata Bali, masing-masing didapatkan yaitu persepsi terhadap fasilitas umum, kebersihan obyek wisata, kualitas lingkungan alam, kualitas akomodasi, fasilitas entertaiment, kualitas transportasi, kemudahan mencapai lokasi wisata, kemudahan mendapatkan informasi, kualitas pelayanan keuangan, kualitas pelayanan pedagang, hal ini didapatkan nilai persepsi yang cukup. Persepsi wisatawan terhadap kondisi keamanan, kesesuaian harga pelayanan, kualitas tempat makan dan minum, kualitas obyek wisata dan kebudayaan Bali adalah baik, vareabel keramah tamahan masyarakat Bali mendapat apresiasi sangat baik. Total persepsi wisatawan manca negara terhadap produk pariwisata Bali pada umumnya adalah cukup. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa persepsi wisatawan lanjut usia terhadap fasilitas dan aktifitas pariwisata secara umum adalah positif. Penelitian Ali Hasan (2009) yang berjudul Revitalisasi Sekolah Pendidikan Kepolisian (SPM) , yaitu menekankan pada sistem pendidikan yang ada di Indonesia pada umumnya dan sistem pendidikan pada kepolisian.
10
Targert revitalisasi ini, biasanya mencegah terjadinya penurunan produksi ada beberapa prinsip dasar revitalisasi yang harus dipakai: 1. Objek revitalisasi (tempat atau masalah yang akan diberdayakan) jauh dalam rentang waktu sebelumnya sudah pernah menjadi vital (sudah pernah terberdaya) 2. Disaat akan melakukan revitalisasi, tempat atau masalah yang menjadi objek dimaksud dalam kondisi menurun atau kurang terberdaya lagi. 3. Target dilakukannya revitalisasi adalah untuk memulihkan kembali kondisi suatu tempat atau masalah, minimal sama dengan vitalitas yang pernah dicapai sebelumnya. Revitalisasi Dalam Konteks Pendidikan di bidang pendidikanpun yang masalahnya tentu mengalami pasang-surut, sama seperti dialami perjalanan dinamika bidang-bidang yang lain, maka di saatsaat tertentu revitalisasi juga menjadi penting dilakukan. Revitalisasi dalam konteks pendidikan maksudnya adalah memaksimalkan semua unsur pendidikan yang dimiliki menjadi lebih vital atau terberdaya lagi, sehingga sasaran dan proses pendidikan yang dilakukan bisa dicapai dan dilangsungkan dengan maksimal pula. Banyak hal yang penting dibuat lebih berdaya. Diantaranya sama seperti enam agenda rapat koordinasi nasional (Rakornas) yang digelar selama tiga hari sejak tanggal 7 sampai dengan tanggal 9 Agustus 2006, tentang 3 (tiga) isu aktual saat itu, salah satunya revitalisasi pendidikan. Enam unsur penting beserta rumusan hasil yang menjadi agenda pembahasan revitalisasi pendidikan, diantaranya: (1). Penyempurnaan
11
Renstra, (2). Penjaminan mutu melalui ujian nasional, (3). Penjaminan mutu melalui peningkatan kualitas dan sertifikasi pendidik, kurikulum, dan metode pembelajaran, (4). Penjaminan mutu melalui saluran pendidikan bertaraf internasional, peningkatan mutu sarana dan prasarana, pembelajaran berbasis ICT dan TV edukasi, (5). Sistem seleksi dan pembinaan peserta didik berpotensi kecerdasan dan atau bakat istimewa, (6). Desentralisasi pendidikan jenjang dasar dan menengah. Pada prinsipnya ruang lingkup dan substansi pembahasan pertama, yaitu Rencana Strategis Pendidikan Nasional 2005-2009 sudah cukup memadai untuk menjadi pedoman dasar dalam pembangunan pendidikan nasional. Dalam pengembangan konsep dan implementasi Revitalisasi Pendidikan, diidentifikasi tiga aspek yang perlu diperkuat yaitu : (1). Sinergisme dan harmonisasi pelaksanaan tugas dan fungsi departemen, (2). Sinergisme pemerintah pusat dan daerah dalm konteks otonomi daerah, (3). Peningkatan dan pemberdayaan masyarakat. Revitalisasi Pendidikan adalah upaya yang lebih cermat, lebih gigih dan lebih bertangungjawab untuk mewujudkan tujuan pembangunan pendidikan nasional sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Aspek akhlak mulia, moral dan budi pekerti perlu dimasukkan dalam pengembangan kebijakan, program dan indikator keberhasilan pendidikan, khususnya dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan nasional harus mampu mengidentifikasi dan menjawab
12
tantangan masa depan, serta menjamin keberlanjutan kebijakan dan programnya. Penelitian lainnya oleh Arimayun (2007). Tentang: ”Revitalisasi Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya Mandala Wisata Mengwi Bali”. Mengkaitkan revitalisasi sebagai rencana kegiatan pengelolaan. Didalam rangka mengelola kegiatan pariwisata yang lebih profesional dibutuhkan adanya perencanaan yang terpadu dan berkesinambungan, syarat perencanaan yaitu : (1). Logis, bisa dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku (2). Luwes dan tanggap mengikuti dinamika perkembangan (3). Obyektif. didasarkan pada tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan sistematis dan ilmiah. Faktor pokok didalam perencanaan yaitu : (1). SDM, SDA dan modal, (2). Kebijakan pemerintah, (3). Kemampuan teknologi, (4). Batasan Waktu, (5). Motivasi, (6). Kendala (constraints ) dan keterbatasan ( limitations ) ( Arimayun, 2007) 2.2. Konsep Konsep penelitian merupakan terminologi teknis yang merupakan komponen dari kerangka teori. Penelitian ini berawal dari asumsi bahwa Tourist Police Galerry sebuah revitalisasi di pos pengamanan polisi Kuta hal ini mengacu pada potensi yang dimiliki oleh pos pengamanan polisi Kuta. Adapun konsep tersebut adalah 2.2.1 Revitalisasi Pengertian revitalisasi sementara dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu
13
hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Sebenarnya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali (untuk kehidupan dan sebagainya). Ada beberapa prinsip dasar revitalisasi yang harus dipakai: 1. Objek revitalisasi (tempat atau masalah yang akan diberdayakan) jauh dalam rentang waktu sebelumnya sudah pernah menjadi vital (sudah pernah terperdaya). 2. Disaat akan melakukan revitalisasi, tempat atau masalah yang menjadi objek dimaksud dalam kondisi menurun atau kurang terberdaya lagi. 3. Target dilakukannya revitalisasi adalah untuk memulihkan kembali kondisi suatu tempat atau masalah, minimal sama dengan vitalitas yang pernah digapai sebelumnya, tambah bagus apabila lebih baik lagi. Istilah revitalisasi dipertegas lagi dalam Hasan Ali, yaitu dijelaskan bahwa target revitalisasi ini, biasanya mencegah terjadinya penurunan produksi. Beberapa prinsip dasar revitalisasi yang harus dipakai sebagai pedoman: yaitu : (1). Sinergisme dan harmonisasi pelaksanaan tugas dan fungsi departemen, (2). Sinergisme pemerintah pusat dan daerah dalm konteks otonomi daerah, (3). Peningkatan dan pemberdayaan masyarakat, sehingga hasilnya akan lebih optimal. 2.2.2 Pemberdayaan Dalam bahasa Inggris empowerment memiliki makna berkekuatan; berkemampuan; bertenaga; mempunyai akal (cara dsb) untuk mengatasi
14
sesuatu dan sebagainya. Pemberdayaan yang dimaksud dalam penelitian nantinya adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan, baik secara fisik maupun non fisik. Sumber Daya Manusia ditinjau dari fungsi pos polisi pengamanan wisata sebagai salah satu media untuk melayani, menjaga pengamanan pada masyarakat maupun wisatawan. Arah perencanaan yaitu pemberdayaan fungsifungsi pengamanan yang berpotensi yaitu berupa pelayanan dalam segala hal kepada masyarakat maupun wisatawan. Pengamanan yang berfungsi untuk menjaga kantibmas khususnya di wilayah obyek wisata secara maksimal. Pemberdayaan penyelenggaraan sarana pengamanan selama ini belum terkoordinasi dengan baik antara fungsi-fungsi pengamanan. Pemberdayaan sumber daya manusia yang dimiliki agar lebih produktif dan efektif, serta meminimalisir rintangan birokrasi 2.2.3. Tourist Police Gallery 2.2.3.1 Pengertian Tourist Tourist atau istilah dalam bahasa Indonesia adalah wisatawan yang artinya orang yang melakukan perjalanan dengan tujuan tertentu. Adapun pengertian wisatawan menurut Inpres 1999 adalah setiap orang yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Dalam UU No.9 tahun 1990 dijelaskan bahwa pengertian wisatawan adalah orang yang melakukan wisata, sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan sebagian perjalanan atau sebagian dari kegiatan
15
tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Menurut Propernas 2000-2004 UU No.25, 2004. Pariwisata sebagai pelayanan dalam aspek kebudayaan, kesenian dan kepariwisataan. Pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya seni, dan alam (pesona alam), serta dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran produk pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal (communitybased tourism development). Definisi wisatawan menurut International Union of Travel Organization (IUTO) dalam Yoety (1996 b : 135) adalah pengunjung yang tinggal sementara di suatu tempat paling sedikit selama 24 jam di Negara yang dikunjunginya dengan motivasi perjalanan untuk bersenang–senang, liburan, kesehatan, studi, agama, olah raga, berdagang, kunjungan keluarga, konferensi dan misi tertentu. Menurut Oglivie dalam Yoeti (1996 b: 141) wisatawan merupakan semua orang yang memenuhi dua syarat, pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediamanannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun, dan kedua sementara mereka pergi, mereka mengeluarkan uang ditempat yang mereka kunjungi dengan tidak mencari nafkah di tempat tersebut. Mengacu pada defenisi tersebut diatas, bahwa wisatawan adalah seseorang atau kelompok yang melakukan perjalanan dengan tujuan untuk bersenang-senang tidak untuk mencari nafkah di daerah yang dikunjunginya dan akan kembali ke daerahnya dikemudian hari.
16
2.2.3.2. Pengertian Police Gallery Istilah Tourist Police Gallery yang dimaksud disini mengacu pada definisi masing – masing kalimat. Tourist police yaitu polisi pariwisata, dalam hal ini menangani objek – objek vital yang ada diwilayah tertentu terutama di kawasan pariwisata. Dengan demikian tourist polisi gallery adalah lebih cenderung merupakan pusat informasi tentang kepolisian bagi para wisatawan nusantara maupun mancanegara serta masyarakat pariwisata (orang yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata selama berada di daerah tujuan wisata). Namun Pos Polisi Wisata Kuta didesain sebagai gallery dengan tujuan untuk
menarik
kunjungan
wisatawan,
maupun
masyarakat,
seputar
perlengkapan dan kegiatan polisi khususnya pada fungsi Sat Pam Obvit POLRESTA. Disamping itu merupakan cultur oproach terhadap masyarakat dengan harapan mampu menarik masyarakat maupun wisatawan dengan pendekatan budaya sesuai dengan budaya masyarakat Mengingat bahwa kebudayaan Bali merupakan mayoritas ,yang tidak lepas dengan ajaran agama hindu, sehinngga pendekatan yang dimaksud yaitu yang linier dengan kebudayaan maupun adat istiadat orang Bali pada umumnya. 2.2.4 Potensi Dengan pelayanan yang terpadu dalam segala hal kepada masyarakat maupun wisatawan di Sat Pam Obvit POLRESTA merupakan potensi fisik dan non fisik. Namun yang terpenting bagaimana masyarakat maupun wisatawan bisa memahami tentang potensi yang dimiliki baik potensi fisik maupun non
17
fisik, oleh pos pengamanan wisata Kuta. Kepolisian sebagai aparat pengamanan terhadap masyarakat maupun wisatawan, sebagai pengayom maupun kamtibmas. Berupaya menyatu dengan masyarakat maupun dengan wisatawan sehingga akan menimbulkan kesan ( image ) yang posif masyarakat maupun wisatawan tentang ke polisian. Adapun potensi yang dimaksud tersebut didalam kepolisian adalah (Kasat Pam Obvit POLRESTA Denpasar), mendefinisikan tentang potensi yang dimiliki aparat kepolisian adalah : 1. Potensi Fisik Potensi yang dimiliki secara nyata oleh Sat Pam Obvit, yaitu berupa gedung fasilitas kantor yang secara fisik atau kasad mata, sebagai pendukung operasional sehingga dapat memperlancar aktifitas para anggota bekerja. 2. Potensi Non Fisik Potensi yang dimiliki secara tidak nyata oleh Sat Pam Obvit, yaitu berupa pelayanan jasa yang diberikan kepada masyarakat maupun wisatawan. 2.2.5 Sarana Pariwisata Sarana Pokok Pariwisata menurut Yoeti ( main tourism suprastructure ) ( 2004:2 ) meliputi : 1. Receptive Tourist Plant : Travel agent, Tour operator, Transportation 2. Residential Tourist Plant : Akomodasi, Dinas Pariwisata. Kegiatan pariwisata selalu disertai dengan penyediaan fasilitasnya atau prasarana dan sarana, baik itu sarana pokok , sarana pelengkap dan sarana penunjang pariwisata. Salah satu sarana penunjang jasa pariwisata adalah
18
sistem keamanan untuk melindungi daerah pariwisata, masyarakat pariwisata maupun wisatawan. Structure / Componen of Tourism Industry (Douglas Foster, 1987:51 dalam Sucimurni:2005 ) : (1). Accomodation yaitu : Hotels / motels / Villa / Guest house, Camping site, Apartmen .(2). Transport/ Carrier yaitu : Airtransport, seaTransport, railways, road transport ( Coaches, carhire ) (3). Atractions yaitu : Natural : Land /Sea cape, Mountains,etc (4). Man made yaitu : Ancient monument, Archeoligal site, Museum, etc (5). Support Service yaitu : Private Sector, Catering Service, Courier /guides, Financial Service (bank,etc) Insurance service, Port (private), Travel trade press, Public Sector, National Tourist Organisation, Area/ Regional Tourist Organisation, Port (public) / Airports, Local Information Offices. Polisi pengamanan wisata juga menjadi bagian dalam industri pariwisata sebagai pelayanan penunjang termasuk public sector. Kriteria sarana dan prasarana dalam kegiatan pengembangan pariwisata antara lain adalah : adanya fasilitas publik dan pelayanan yang menyenangkan. (Mappi Sameng , 2001 ) alah satu hal penting untuk pengembangan pariwisata adalah kemudahan (facilitation) yang dimaksud antara lain dalam hal mendapatkan pelayanan pengamanan. (Mappi Sammeng, 2001). Artinya bahwa kemudahan mendapatkan pelayanan yang diberikan oleh polisi untuk mengayomi masyarakat maupun wisatawan. Secara tegap dan sergap dalam menangani sebuah kasus atau masalah yang telah dilaporkan oleh pihak wisatawan
19
maupun masyarakat, sehingga bisa terlaksana dengan baik fungsi maupun tugasnya sebagai polisi pariwisata. 2.3. Landasan Teori 2.3.1 Teori Potensi Sumber Daya Manusia Berkaitan dengan sumber daya manusia di bidang pariwisata acuannya adalah skill, knowledge dan attitude merupakan tuntutan kompetensi kerja pada industri pariwisata yang berkarakter global dan standard Internasional. Aktivitas manajemen sumber daya manusia fokus utama dari manjemen SDM adalah memberikan kontribusi pada sukses organisasinya, kunci untuk meningkatkan kinerja organisasi adalah dengan memastikan aktivitas SDM mendukung usaha organisasi yang terfokus pada produktifitas, pelayanan, dan kualitas yang diberikan kepada konsumen. 1. Produktifitas yaitu : Diukur dari jumlah output pertenaga kerja, peningkatan tanpa henti pada produktivitas telah menjadi kompetisi global. Produktivitas tenaga kerja di sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh usaha, program dan sistem manajemen. 2. Kualitas yaitu : Kualitas suatu barang maupun jasa akan sangat mempengaruhi kesuksesan jangka panjang organisasi, jika suatu organisasi mempunyai reputasi menyediakan barang maupun jasa yang buruk kualitas, hal ini akan mengurangi perkembangan dan kinerja organisasi. 3. Pelayanan
20
Sumber Daya Manusia seringkali terlibat pada proses produksi barang dan jasa manajemen sumber daya manusia harus diikutsertakan pada saat merancang proses operasi. Pemecahan masalah harus melibatkan semua karyawan, tidak hanya manajer, dimana proses tersebut sering kali membutuhkan perubahan pada budaya perusahaan , gaya kepemimpinan dan kebijakan dan praktik sumber daya manusianya (Mathis & Jackson, 2001) kualitas dari pegawai pariwisata menurut Indonesian Australia partnership for skill development travel and tourism project, (2002) yaitu : (1). Profesionalisme dalam sikap dan etika bekerja (2). Kemampuan untuk bekerja dalam satu team. (3). Ketrampilan berkomunikasi yang baik. (4). Pola berfikir yang terfokus pada pelanggan. (5). Kemampuan untuk bekerja dengan baik meskipun dibawah tekanan . (6). Memiliki ketrampilan dan pengetahuan teknis yang sesuai.(7).Keahlian berorganisasi yang baik.(8 Presentasi dan standar penampilan yang bagus. 2.3.2. Teori Manajemen Pengelolaan (manajemen) merujuk pada fungsi yang melekat menurut Pitana, 2009 adalah sebagai berikut (1) Planning (perencanaan), (2). Directing (mengarahkan), (3) Organizing (termasuk coordinating), (4). Controlling (pengawasan),
(5).Management
Pemeliharaan)
(1).Develop
dan
service
Maintenance quality
(Manajemen
orientation
among
dan staff
(mengembangkan kemampuan staf yang berorientasi pada kualitas pelayanan) (2). Manage to embrace change and novelty in centre (Mengelola situasi untuk selalu peka terhadap perubahan/dinamis ) (3). Develop effective reporting to
21
stakeholders (Mengembangkan pelaporan yang efektif kepada para pemangku kepentingan) (4). Facilitate volunteer and community input (Memfasilitasi relawan dan masukan pihak terkait (Pearce, 2004). 2.3.3 Teori Difusi Inovasi Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Esensi Teori Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah
22
Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.” Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: (1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali. (2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidak perlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b)
karakteristik
penerima.
Jika
komunikasi
dimaksudkan
untuk
memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. (3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam
23
menerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial. (4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents). Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup: 1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi 2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik
24
3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. 4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi. 5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. Penerapan dan keterkaitan teori Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.
25
Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain dikemukakan Parker (1974), yang mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif. Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the Dissemination of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat) dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu (1). Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru. (2). Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.(3) Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau produk tersebut dikemas dan disalurkan
26
(4). Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk yang dimaksud. 2.4. Model Penelitian Dalam
menjawab
dan
memecahkan
permasalahan
yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini , maka diperlukan suatu kerangka konsep atau model penelitian. Secara kualitatif penelitian ini diawali dengan adanya suatu sistem pengamanan yang dilakukan oleh POLRESTA Denpasar. Untuk lebih memperjelas gambaran dari penelitian, maka dibuatkan bagan sebagai kerangka penelitian, secara urut akan menggambarkan kerangka dari tahap penelitian yang akan dilakukan. Berawal pada system pelayanan terpadu terhadap masyarakat maupun wisatawan, yang dilakukan oleh sat. pengamanan obyek vital POLRESTA Denpasar di Pos Pengamanan Wisata Kuta. Persepsi wisatawan maupun masyarakat hadap pos pengamanan polisi, hal ini perlu dukungan dari sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan kualitasnya. Disamping itu perlu juga mengoptimalkan fungsi-fingsi pengamanan di Sat Pam Obvit. Teori yang tepat untuk menganalisis yaitu teori potensi sumber daya manusia, teori manajemen dan teori difusi inovasi, yang didukung dengan konsep yang ada. Adapun sebagai dasar pertimbangan menggunakan penelitian terdahulu maupun jurnal yang relevan sebagai acuan. Model penelitian ini juga dimaksudkan untuk memberikan arah dan batasan dalam penelitian, agar proses penelitian tetap berjalan pada kerangkanya, seperti terlihat pada bagan berikut :
27
Model : Revitalisasi Pos Pengamanan Polisi Wisata Kuta Menjadi Tourist Police Gallery. Pelayanan Terpadu kepada Masyarakat maupun wisatawan Pos Pengaman Wisata/Sat Pam Obvit/POLRESTA Sistem Pelayanan Terpadu Revitalisasi Pos Polisi Pengaman Wisata Kuta
Persepsi wisatawan maupun masyarakat
-
SDM Fasilitas
Potensi Pos PengamananWisa ta fisik dan non fisik b. non fisikMamobvi Analisis - SDM
Upaya pemberdayaan Sistem Pengamanan, Partnership (MoU)
Teori : -SDM Manajemen
- Sistem
Hasil
Difusi Inovasi
Pengamanan
Rekomendasi Managemen -Difusi Inovasi