BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Menulis Puisi Bebas a. Pengertian Keterampilan Menulis Kata keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar (Soemarjadi, Rahmanto, & Zahri, 2001:2). Seseorang yang dapat melakukan sesutu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan telah terampil. Demikian pula apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat juga tidak dapat dikatakan terampil. Pendapat berbeda disampaikan oleh Surya (Kosasih, 2014:5) keterampilan merupakan sifat yang motorik, memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Pendapat ini diperjelas lagi oleh Syah (1997: 119) yang menyatakan bahwa keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Jadi, keterampilan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan otot secara langsung. Berdasarkan beberapa pendapat dari ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan motorik dengan tepat untuk mencapai hasil tertentu. Menulis adalah proses kreatif memindahkan ide/gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan (Semi, 2007:14). Proses kreatif dan ide/gagasan inilah yang membedakan tulisan satu orang dengan orang lainnya. Hal ini senada dengan pernyataan dari Slamet, St. Y. (2014:108) bahwa menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman 6
7 hidup seseorang dalam bahasa tulis. Jadi, menulis adalah sarana untuk mengungkapkan hal-hal yang dapat diindera (dilihat, didengar, dirasakan, dibau) maupun dipikirkan baik pada waktu sekarang ataupun waktu yang telah lalu ke dalam bentuk tulisan. Pendapat ini relevan dengan pendapat Kusumaningsih, dkk., (2013:66) bahwa menulis sebagai suatu rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis kepada pembaca, untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh peneliti. Jadi, tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan maksud peneliti. Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Susanto (2013:249) bahwa menulis pada dasarnya kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada sebuah dimensi ruang yang masih kosong, setelah itu hasilnya yang berbentuk tulisan dapat dibaca dan dipahami isinya. Berdasarkan beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa menulis adalah rangkaian dari ungkapan perasaan maupun pikiran melalui bahasa tulis dari peneliti agar dapat dibaca dan dipahami isinya oleh pembaca. Keterampilan menulis bukan hanya kemampuan menulis simbol grafis berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat, akan tetapi keterampilan menulis merupakan kemampuan menuangkan ide ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan kepada pembaca (Byrne dalam Slamet, St. Y., 2014:109). Jadi keterampilan menulis menuntut kemampuan dalam menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan sebuah gagasan. Susanto (2013:243) memiliki pendapat yang relevan bahwa keterampilan menulis berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam memilih, memilah, dan menyusun pesan untuk ditransaksikan melalui bahasa tulis. Keterampilan
menulis merupakan aktivitas untuk
mengkomunikasikan pesan ke dalam bentuk tulisan.
8 Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Heaton (Slamet, St.Y., 2014:108) keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling tinggi tingkatannya, sehingga merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Jadi keterampilan menulis merupakan
keterampilan
berbahasa
yang paling sukar
diantara
keterampilan bahasa lainnya karena seorang peneliti harus menguasai unsur-unsur penting dalam menulis. Misalnya untuk menulis puisi harus menguasai unsur-unsur puisi yakni unsur instrinsik maupun ekstrinsik puisi. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan keterampilan bahasa nomor wahid dalam hal tingkat kesulitannya. Hal ini dikarenakan, keterampilan menulis berkaitan dengan proses memilih dan memilah pesan untuk diungkapkan dalam bentuk tulisan yang utuh, koheren, lengkap, dan jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. b. Hakikat Puisi Bebas 1) Pengertian Puisi Puisi berasal dari kata poeisis atau poima bahasa Yunani yang berarti perbuatan. Puisi dalam bahasa Inggris berasal dari kata poetry artinya membuat atau perbuatan. Secara umum puisi merupakan salah satu bentuk sastra yang menggunakan kata kata, rima, irama, sebagai media penyampai ekspresi ilusi dan imajinasi (Supriadi dalam Rukayah, dkk., 2012:50). Jadi, puisi merupakan sarana untuk menggambarkan imajinasi seseorang dalam bentuk kata-kata yang berima dan berirama. Pendapat senada dikemukakan oleh Winarni (2014:9) bahwa puisi adalah ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsanag imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama menghasilkan karya sastra yang menarik dan berkesan.. Slamet, St. Y. (2014:124) juga mengungkapkan pendapat yang relevan bahwa puisi menyatakan bahwa puisi adalah karya sastra yang terbentuk
9 untaian bait demi bait yang relatif memperhatikan irama dan rima sehingga sungguh indah dan efektif didendangkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan bentuk karya sastra lainnya. Jadi, puisi merupakan karya sastra dalam bentuk bait yang indah dan padat isinya. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang terdiri dari larik dan bait yang memperhatikan keindahan dan kepadatan isi dalam susunannya. Rangkaian larik-larik yang padu/koheren akan menghasilkan puisi yang mampu melukiskan perasaan maupun gagasan dari penyair kepada pembaca puisi tersebut. 2) Unsur-unsur Puisi Unsur-unsur pembangun puisi dari yang sering disebut struktur puisi mencakup tema dan amanat, pengimajinasian, rima dan irama, diksi, sudut pandang, nada dan suasana (Rukayah, dkk., 2012:50). Perbedaan utama puisi dengan karya sastra lain adalah susunannya yang berbentuk bait dan isinya yang padat dengan mengutamakan keindahan. Jadi, unsur-unsur pembangun puisi ini berperan besar dalam menghasilkan kepadatan isi dan keindahan puisi. Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Tarigan (2003:10.48) bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam puisi yaitu: a) Unsur instrinsik, yaitu unsur yang terdapat pada wujud puisi itu. Unsur intrinsik puisi bisa dilihat dari dua segi, yaitu: (1) dari segi isi puisi yang terdiri atas : tema, rasa, nada, amanat; (2) dari segi struktur yang terdiri atas : diksi, imajinasi, kata-kata kongkrit, gaya bahasa, ritme/irama, rima/bunyi; b) Unsur ekstrinsik, yaitu unsur yang berada di luar puisi itu. Pendapat ini menganggap bahwa unsur-unsur puisi tidak hanya berasal dari dalam puisi itu sendiri melainkan unsur dari luar puisi seperti latar belakang, baik kondisi sosial,
10 politik, maupun ekonomi pada saat pembuatan puisi juga mempengaruhi isi puisi. Sementara itu, Boulton (Komaidi, 2007) berpendapat bahwa di dalam puisi terdapat dua unsur pembangun yakni: a) struktur fisik puisi yang dibangun oleh diksi, bahasa kias, pencitraan, dan persajakan; serta b) struktur batin dibangun oleh pokok pikiran, tema, nada, suasana, dan amanat. Berdasarkan pendapat ini, unsurunsur dalam puisi tidak hanya terdiri dari struktur fisik atau unsur yang dapat diindera saja, namun sebuah puisi juga dapat bersinggungan dengan batin seseorang, misalnya mengajarkan nilainilai moral kehidupan melalui amanat yang terkandung dalam puisi. Unsur-unsur di atas diperjelas sebagai berikut: a) tema adalah keseluruhan isi puisi yang menggambarkan pikiran, perasaan, sikap, serta maksud dan tujuan penelitian sehingga tema pada puisi sudah termasuk di dalamnya rasa, nada, dan amanat; b) diksi adalah pilihan kata yang dipergunakan dalam menulis puisi; c) pengimajinasian adalah cara peneliti puisi dalam menyuguhkan pengalaman batin agar pembaca seolah ikut melihat, mendengar, menyentuh, dan mengalami;
d)
jika
pengimajinasian/penginderaan
merupakan
pelukisan suasana, maka kata konkret adalah pelukisan dengan katakatanya; e) gaya bahasa adalah kata/bahasa tertentu sebagai pilihan yang memiliki arti tidak sebenarnya dengan maksud memperjelas puisi tersebut; f) irama/ritme adalah gambaran suasana hati penyair yang biasanya berupa persamaan bunyi pada baris tertentu yang kadang berpola tetap; g) rima/bunyi biasanya ditandai dengan bunyi akhir yang sama/bersajak. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam puisi yaitu: (a) unsur intrinsik yakni unsur yang berada di dalam puisi baik itu unsur fisik maupun unsur batin, meliputi: rima, irama, diksi, gaya bahasa, sudut pandang, imajinasi, suasana, tema, dan amanat; (b)
11 unsur ekstrinsik yaitu unsur yang dari luar puisi yang mempengaruhi isi puisi tersebut, meliputi latar belakang peneliti puisi. 3) Jenis-Jenis Puisi Puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki beragam jenis. Komaidi (2007:201-202) menggolongkan jenis puisi menjadi 2, yakni: a) puisi lama yang terikat dengan aturan seperti banyak baris dalam tiap bait, banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima, dan irama; b) puisi baru tak beraturan alias puisi bebas yang lebih bebas dalam mengekpresikan pemikiran dan perasaan seseorang tanpa terikat aturan-aturan yang ada dalam puisi lama. Pendapat yang relevan disampaikan oleh Rukayah, dkk., (2012:50) bahwa pembelajaran puisi anak di kelas IV dan V SD meliputi: a) puisi lama dalam bentuk pantun dan b) puisi baru dalam bentuk puisi bebas adalah puisi yang jumlah baris untuk setiap baitnya bebas/tidak ditentukan, begitu pula jumlah suku kata dan kata pada tiap barisnya serta rimanya juga tidak ditentukan, isinya berupa curahan perasaan, pikiran, sikap, maupun keendak yang diungkapkan dalam bentuk baris-baris dan bait bukan berbentuk paragraf.
Pendapat
ini
menggolongkan
puisi
berdasarkan
periodesasinya, dimana puisi terdapat puisi lama yang sarat dengan aturan-aturan serta puisi baru yang memberikan kesempatan bagi penyair
dalam
mengungkapkan
gagasannya
tanpa
harus
memperhatikan aturan-aturan dalam puisi lama. Pendapat yang berlainan diungkapkan oleh Waluyo, H.J. (Winarni, 2014:10) yang mengklasifikasi puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan, terdiri atas : a) puisi naratif, adalah puisi yang isinya berupa cerita dimana penyair bertindak sebagai pelaku yang berkisah; b) puisi lirik adalah puisi yang berupa pengungkapan pujaan terhadap seseorang; serta c) puisi deskriptif, puisi penyair yang isinya berupa
12 mengungkapkan gagasannya dengan cara melukiskan sesuatu pengalaman menarik. Jadi, jenis puisi ini didasarkan pada jenis ungkapan gagasan dari penyair, ada yang berupa cerita, pujaan, maupun melukiskan/menggambarkan pengalaman/peristiwa yang pernah dialami penyair. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa jenis-jenis puisi itu beragam, ada yang berdasarkan isi gagasannya, meliputi puisi lirik, naratif, dan deskriptif serta penggolongan puisi berdasarkan periodisasi puisi yang meliputi puisi lama dan baru. 4) Langkah-Langkah Menulis Puisi Menulis puisi berbeda dengan menulis karya sastra lainnya. Jadi, dalam menulis puisi perlu adanya prosedur/langkah-langkah yang tepat agar diperoleh puisi yang bermakna. Zulela (2012:77) berpendapat bahwa langkah-langkah menulis puisi adalah: a) menentukan tema; b) merenung/menghayati tentang pesan yang akan disampaikan; c) memilih kata kunci yang pas untuk menggambarkan pesan; d) mengimplementasikan pesan dalam pilihan kata yang pas; e) perhatikan tone/nada/permainan bunyi bahasa; dan f) baca dengan cermat, ungkapkan. Seseorang tidak akan bisa menuliskan sebuah puisi tanpa menentukan tema yang akan diangkat dalam puisi itu. Selanjutnya, penyair akan merenungkan pesan-pesan/amanat yang akan disampaikannya kepada pembaca dengan pilihan kata yang tepat dan indah. Pendapat senada disampaikan oleh Tarigan (2003:11.29) bahwa
langkah-langkah membuat sajak bebas/puisi modern: a)
amati objek yang akan ditulis; b) tentukan tema dan judul puisi; c) kembangkan menjadi sebuah cerita dengan susunan tiap kalimatnya tidak terlalu panjang dan berurutan ke bawah; dan d) perbaiki lagi kalimatnya agar lebih berimajinatif. Dalam menulis puisi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah pengamatan. Kegiatan ini tidak
13 hanya melibatkan indera penglihatan saja, melainkan seluruh indera, pikiran dan perasaan seseorang. Selanjutnya, menentukan tema yang akan diangkat dan dikerucutkan menjadi judul puisi yang mampu mewakili isi puisi tersebut. Kemudian, seorang penyair akan mengembangkan hasil pengamatannya tersebut ke dalam bentuk bait-bait puisi yang indah. Sementara itu, Komaidi (2007:207) memiliki berpendapat berbeda bahwa langkah-langkah dalam menulis puisi yaitu: a) pahami dulu apa itu puisi; b) cari inspirasi; c) bawalah catatan kemanapun; d) tulislah puisimu sendiri; e) baca lagi dan perbaiki; dan f) cobalah uji puisimu dan minta saran dari orang-orang terdekat. Seorang penyair perlu mendalami puisi untuk bisa membuat sebuah puisi. Berbekal pengetahuan itu, ia dapat membiarkan pikiran dan perasaannya berkelana bebas agar ide-ide mengalir deras. Ide-ide inilah yang akan dirangkai dalam bentuk larik dan bait serta menghasilkan karya sastra yang indah. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menulis puisi adalah a) pahami terlebih dahulu arti puisi; b) lakukan kegiatan observasi/pengamatan; c) tentukan tema; d)susunlah ide dengan unsur-unsur fisik dalam puisi yang menarik; e) beri judul puisi; f) baca berulang-ulang. Langkah-langkah menulis puisi ini akan menghasilkan puisi yang berarti. Seperti halnya penyataan yang diungkapkan oleh Lempke (2005:6) True poetry’s purpose must always be art in order to be true poetry. c. Keterampilan Menulis Puisi Bebas Puisi diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Puisi berdasarkan jenis gagasannya yang terdiri dari puisi naratif, larik, dan deskripsi. Selain itu, ada juga penggolongan puisi berdasarkan periodesasi puisi yang terdiri dari puisi lama dan puisi baru. Puisi baru atau disebut juga puisi bebas berbeda dari puisi lama. Puisi lama adalah puisi yang masih
14 terikat oleh banyak baris dalam tiap baris, banyak kata dalam tiap baris, banyak suku kata dalam tiap baris, rima, dan irama. Sementara itu., puisi baru adalah puisi yang tidak terikat aturan dalam mengekspresikan pemikiran dan perasaan (Komaidi, 2007:201-202). Jadi, seorang penyair dapat dengan leluasa mengungkapkan pemikiran dan perasaannya dalam bentuk puisi tanpa harus memikirkan aturan-aturan pada puisi lama. Pendapat ini diperjelas lagi oleh Rukayah, dkk., (2012:62) bahwa puisi bebas adalah puisi yang jumlah baris setiap baitnya tidak ditentukan, begitu pula jumlah suku kata maupun kata setiap barisnya, rimanya juga tidak ditentukan. Selain itu, isinya merupakan curahan perasaan, pikiran, sikap, maupun kehendak yang diterangkan dalam bentuk baris-baris atau bait, tidak berbentuk paragraf. Sekali lagi, puisi adalah karya sastra dalam bentuk larik dan bait yang jelas, padat,dan indah isinya bukan berbentuk paragraf yang sarat dengan segala bentuk pengembangan
kalimat.
Jadi,
meskipun
seorang penyair
bebas
menyampaikan buah pikiran dan perasaannya ke dalam bentuk larik dan bait, ia tetap harus tetap memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam puisi. Perbedaan unsur-unsur puisi lama dengan puisi bebas selain yang sudah dijelaskan dalam Rukayah, dkk. di atas adalah frase/lariknya. Peneliti-peneliti puisi bebas pada umumnya lebih terpaku pada frase atau larik daripada suku kata dan sajak. Artinya irama yang terkandung di dalam puisi bebas sangat dipengaruhi oleh aspek emosional peneliti, misalnya
baris-baris
pendek
atau
putus-putus
yang
seringkali
memberikan suatu perasaan memikat yang sangat besar (Ahmadi,1990). Jika dalam karya sastra lain terdiri dari beberapa kalimat/dialog, maka dalam puisi tersusun atas larik-larik. Bedanya, larik dalam puisi tidak harus berpola subjek, predikat, objek, dan keterangan. Inilah salah satu bentuk keistimewaan puisi, bahwa dalam larik-larik puisi boleh hanya terdiri dari satu atau lebih kata serta satu atau lebih suku kata. Bahkan kadangkala
larik
puisi
hanya
terdiri
dari
simbol-simbol
yang
15 menggambarkan pola atau makna tertentu. Di sinilah salah satu bentuk kreativitas penyair akan dituangkan dalam pilihan diksi. Kebebasan penyair mentransfer ide-idenya dalam bentuk bait-bait yang indah juga dapat diwujudkan ke dalam tipografi/perwajahan dalam puisi. Tipografi dalam puisi bebas sudah bervariasi jenisnya, salah satunya adalah bentuk setengah pohon/half of a tree pada puisi karya Hans (Huck, 1961:404) yang tertajuk Fueled. Lebih lanjut dijelasksn pada Huck (1961:405), bahwa siswa SD senang membuat struktur bentuk puisi yang menggambarkan puisi mereka. Misalnya, siswa yang menulis puisi tentang kapal akan membentuk susunan puisinya seperti bentuk kapal. Jadi, puisi bebas memiliki perwajahan/tipografi yang bebas sesuai dengan daya imajinasi dan kreativitas penyair. Keterampilan menulis puisi bebas adalah keterampilan untuk menuangkan buah pikiran dan perasaan yang unik ke dalam bahasa tulis dalam bentuk larik-larik dan bait-bait yang jelas, padat, dan indah. Dalam proses penelitian puisi ini ada proses kontemplasi, yaitu perenungan yang mendalam saat pengarang menangkap kesan realita pada saat melakukan pengamatan. Kemudian, mengolahnya dengan kemampuan pikir dan perasaannya sehingga menghasilkan sebuah karya sastra berupa puisi yang tidak terikat aturan seperti jumlah baris tiap baris, rima, maupun perwajahan/tipografinya. Seseorang dikatakan terampil dalam menulis puisi bebas jika dapat menulis puisi dalam waktu yang telah ditentukan dan hasilnya juga tepat/benar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemarjadi, dkk., (2001: 2) bahwa terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Sementara itu, sebuah puisi bebas dikatakan benar jika tercakup di dalamnya unsur-unsur yang terdapat puisi bebas. d. Materi Pembelajaran Menulis Puisi Bebas di Sekolah Dasar Materi pembelajaran menulis puisi disampaikan ke anak sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Berdasarkan silabus Kurikulum Tingkat
16 Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 Kelas V, pembelajaran menulis puisi terdapat pada semester II tepatnya Standar Kompetensi (SK): 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta tertulis dalam laporan bentuk ringkasan, laporan, puisi bebas dan Kompetensi Dasar (KD): 8.3 Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table a. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran adalah pola yang dipergunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran di kelas (Supriyono, 2009). Pendapat senada disampaikan oleh Suryani dan Agung (2012:8) bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Sementara itu, pendapat berbeda diungkapkan oleh Samatowa (Suprihatiningrum,
2013:142)
bahwa
merupakan desain lingkungan belajar
model
pembelajaran
yang menggambarkan
perencanaan kurikulum unit-unit pelajaran dan pembelajaran. Selain itu, mencakup pula sarana dalam pembelajaran seperti perlengkapan belajar, buku pelajaran, buku kerja program multimedia, dan bantuan melalui program komputer. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, peneliti dapat menarik rumusan bahwa model pembelajaran adalah prosedur sistematis
dalam
merencanakan
dan
melaksanakan
aktivitas
pembelajaran untuk mencapai tujuan. Jadi model pembelajaran mencakup ranah dalam mengelola kurikulum/materi pelajaran dengan memanfaatkan sarana-sarana yang tersedia. Cooperatif learning is group learning acitvity organized in such a way that learning is based on the socially structured change
17 of information between learners in group in which each lerner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the leraning of others. Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya
setiap
pembelajarannya
pembelajar sendiri
dan
bertanggung didorong
jawab
untuk
atas
meningkatkan
pembelajaran anggota-anggota yang lain (Roger, dkk. dalam Huda, 2011:29). Pendapat yang relevan disampaikan oleh Slavin (Taniredja, Faridli, & Harminato, 2013:56) bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompokkelompok
kecil
yang
kelompok
sebagai
memperhatikan
wadah
siswa
keberagaman
dalam
bekerja
anggota
sama
dan
memecahkan suatu masalah. Hal ini dilakukan melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, selain itu model pembelajaran ini juga memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat menjadi narasumber bagi teman yang lain. Pendapat
yang
berlainan
disampaikan
oleh
Supriyono
(2009:54) bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah aktivitas pembelajaran kelompok yang diarahkan oleh guru untuk
18 memaksimalkan kondisi belajar siswa. Seyogyanya, seorang guru memiliki
tugas
agar
siswa
dapat
mencapai
tujuan
dalam
pembelajaran termasuk dengan cara memaksimalkan kondisi belajar siswa dalam proses pembelajaran. 2) Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri/karakteristik yang unik. Sugiyanto (Suryani & Agung, 2012: 82) pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemenelemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah : a) saling ketergantungan positif; b) interaksi tatap muka; c) akuntabilitas individu; dan d) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Roger dan Johnson (Supriyono, 2009:58) memiliki pendapat senada bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran kooperatif ada lima
unsur
yang
harus
diterapkan
yaitu:
a)
positive
interdependence/saling ketergantungan positif yaitu dengan adanya ikatan kebersamaan untuk mencapai tujuan kelompok, saling membantu
dalam
menyelesaikan
tugas;
b)
personal
responsibility/tanggung jawab perseorangan; c) face to face promotive interaction/interaksi promotif yakni saling percaya dan memotivasi
untuk
keberhasilan
bersama;
d)
interpersonal
skill/komunikasi antaranggota; e) group processing/pemrosesan kelompok. Sementara itu, pendapat berbeda diungkapkan oleh Slavin (Taniredja, dkk., 2013:56) berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: a) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif; b) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang beragam; serta c) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
19 Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah a) adanya saling ketergantungan antaranggota kelompok, b) saling mendengarkan pendapat, c) adanya interaksi/tatap muka sehingga menghasilkan hubungan antarpribadi/keterampilan sosial. 3) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki langkah-langkah yang berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Rusman (2010:211) berpendapat langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; b) menyajikan informasi; c) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar; d) membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar; e) melakukan evaluasi; f) memberikan penghargaan. Pendapat senada disampaikan oleh Arends (Warsono & Hariyanto,
2013:183)
bahwa
langkah-langkah
pembelajaran
kooperatif yaitu: a) menyajikan tujuan pembelajaran dan perangkat pembelajaran; b) menyajikan informasi; c) mengorganisasikan siswa dalam tim belajar; d) membimbing kelompok; e) melaksanakan tes berdasarkan materi kajian; f) memberikan penghargaan terhadap pelaksanaan pembelajaran kelompok. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Suprijono (2009:65) bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah: a) present goals and set/ menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa; b) present information/menyajikan informasi; c) organize studens into learning teams/mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar; d) assist team work and study/membantu kerja tim dan belajar; e) test on
the materials/mengevaluasi; f) provide
recognition/memberikan pengakuan atau penghargaan. Berdasarkan
beberapa
ahli
di
atas,
peneliti
dapat
menyimpulkan bahwa sintak/langkah-langkah model pembelajaran
20 kooperatif adalah: a) menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa; b) menyajikan informasi/materi pembelajaran; c) mengorganisasikan siswa dalam tim belajar; d) membimbing kelompok; e) melaksanakan tes berdasarkan materi pembelajaran; f) memberikan penghargaan terhadap pelaksanaan pembelajaran kelompok. 4) Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Penggunaan suatu model pembelajaran diharapkan memiliki faedah/kegunaan untuk menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Manfaat Model pembelajaran kooperatif ialah: a) meningkatkan kemampuan bekerja sama dan bersosialisasi; b) melatih kepekaan diri dan rasa empati melalui perbedaan karakteristik saat bekerja sama, c) mengurangi rasa cemas dan menumbuhkan rasa percaya diri di antara siswa; d) meningkatkan motivasi dalam belajar dan perilaku positif; e) meningkatkan prestasi belajar karena dapat membantu siswa untuk memahami konsepkonsep sulit (Suryani & Agung, 2012:83). Pendapat yang senada disampaikan oleh Sadker dan Sadker (Huda 2011: 66) bahwa manfaat pembelajaran kooperatif antara lain: a) akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik; b) motivasi belajar lebih besar; c) di antara siswa akan terbangun rasa ketergantungan yang positif untuk proses belajar; d) lebih terjalin rasa menghargai. Sementara itu, pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Nagel (2008:366) bahwa by using cooperative learning, pre-service teachers are being taught through the modeling process how to actively engage their student. Jadi dengan menggunakan model kooperatif, siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manfaat model pembelajaran kooperatif selain dapat meningkatkan prestasi belajar, menciptakan pembelajaran yang menyenangkan juga dapat meningkatkan rasa kerja sama,
21 percaya
diri,
menghargai
orang
lain,
serta
meningkatnya
keterampilan-keterampilan sosial lainnya yang berguna bagi siswa dalam menghadapi masa depannya kelak. Seorang siswa diharapkan menjadi manusia yang utuh, artinya tidak hanya memiliki prestasi belajar yang unggul namun berkepribadian yang unggul pula. 5) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan dan kelemahan dalam penggunaannya. Menurut Sugiyanto (2010:39) keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif adalah : a) meningkatkan
kepekaan
memungkinkan
para
siswa
dan
kesetiakawanan
saling
belajar
sosial;
mengenai
b)
sikap,
keterampilan, informasi, dan perilaku sosial; c) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial; d) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen; e) menghilangkan sifat egois; f) membangun persahabatan; g) mempraktikkan berbagai keterampilan sosial yang berguna untuk memelihara hubungan saling membutuhkan;
h)
meningkatkan
rasa
saling
percaya;
i)
meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai sudut pandang; j) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dianggap lebih baik; dan k) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan. Pendapat yang relevan disampaikan oleh Jarolimek dan Parket (Isjoni, 2010: 36) keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: a) saling ketergantungan yang positif; b) adanya pengakuan dengan merespon perbedaan individu; c) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas; d) suasana kelas menjadi rileks dan menyenangkan; e) terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat diantara siswa dan guru; f) adanya banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosional yang menyenangkan. Sementara itu kelemahan model pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yakni: a) guru harus mempersiapkan pembelajaran
22 secara matang yang banyak memerlukan tenaga, pikiran, biaya, waktu; b) dibutuhkan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai; c) adanya kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas berakibat tidak efisien waktu; d) adanya dominasi seseorang yang berdampak siswa lain menjadi pasif. Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti dapat merumuskan simpulan bahwa kelebihan model pembelajaran kooperatif adalah mampu meningkatkan sikap sosial, adanya saling ketergantungan positif antarsiswa, serta suasana kelas menjadi lebih nyaman dan rileks untuk proses pembelajaran. Namun dibalik sisi kelebihan pastilah terdapat
sisi
kelemahan dalam
penggunaan model
pembelajaran kooperatif, antara lain guru dan siswa perlu mempersiapkan ruang kelas seperti posisi tempat duduk yang nyaman untuk berkelompok, selain itu kebiasaan siswa yang belajar dalam kelompok adalah topik yang meluas sehingga menyebabkan tidak efisien waktu. Adanya dominasi anggota kelompok pun juga tak luput dari kelemahan penerapan model ini. b. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Model pembelajaran kooperatif memiliki beragam tipe, salah satunya tipe Round Table. Pembelajaran Round Table adalah secara bergiliran siswa merespons pengarah dengan menuliskan satu atau dua kata atau frase sebelum menyerahkan kertas kepada siswa lain yang melakukan hal yang sama (Barkley, dkk., 2013:357). Menuliskan gagasan-gagasan dibanding mengucapkannya akan membantu memfokuskan perhatian, memberi waktu tenang untuk memikirkan respon terbaiknya. Selain itu model ini menjamin terjadinya partisipasi yang setara di antara anggota kelompok sehingga dapat mencegah adanya dominasi dari salah satu anggota kelompok.
23 Pendapat yang senada diungkapkan oleh Warsono dan Hariyanto (2013:213) bahwa Struktur Meja Bundar atau Round Table adalah aktivitas yang mendorong siswa untuk biasa berpikir secara
alternatif
dalam
kelompok
siswa,
mengungkapkan
gagasannya dalam kalimatnya sendiri (parafrase) serta melatih para siswa dalam berpikir secara hati-hati dan sabar. Model
pembelajaran
Round
Table
juga
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilanketerampilan khusus. Selain itu, model ini juga melatih adanya teambuilding dan partisipasi seluruh anggota kelompok (Huda, 2013:159; Kagan, 1990:14). Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table adalah aktivitas belajar kelompok untuk melatih siswa berpikir secara alternatif dalam mengungkapkan gagasan dengan kalimatnya sendiri. Berpikir alternatif dapat pula diartikan berpikir efektif dan efisien maksudnya bahwa siswa dituntut untuk dapat membuat puisi dengan tepat dalam waktu yang telah ditentukan. 2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table dapat memberikan manfaat dalam pembelajaran apabila dilakukan sesuai dengan
langkah-langkahnya.
Adapun
Langkah-langkah
pada
Pembelajaran Round Table adalah sebagai berikut: a) bentuk kelompok beranggotakan empat orang dan sampaikan pengarahnya dalam bentuk selebaran; b) tentukan anggota kelompok yang akan memulai lebih dulu; c) minta siswa pertama untuk menuliskan kata, frase, atau kelimat secepat mungkin kemudian bacakan respons tersebut dengan keras supaya siswa lain punya kesempatan untuk mempersiapkan respons; d) minta siswa tersebut menyerahkan kertas
24 pada siswa berikutnya, yang mengikuti langkah yang sama; e) sampaikan pada siswa kapan batas waktunya, atau sebutkan dalam petunjuk Anda bahwa proses akan selesai apabila semua anggota telah berpartisipasi dan semua gagasan telah ditulis di atas kertas (Barkley, dkk., 2013:357). Pendapat yang relevan disampaikan oleh Kessler (1992:88), langkah-langkah pembelajaran Round Table adalah: a) there is one piece of paper and one pen for each team/siapkan satu lembar kertas dan sebuah bolpoin untuk setiap kelompok; b) one student makes a contrbution and passes the paper and pen to the student on his or her left/satu siswa membuat kontribusi dan menyerahkan kertas dan bolpoin kepada anggota kelompok di sisi kirinya; c) each student makes contributions in turn/setiap siswa membuat kontribusi sesuai gilirannya. Pendapat relevan juga diungkapkan oleh Warsono dan Hariyanto (2013:214) bahwa langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table adalah sebagai berikut: a) Siswa dikelompokkan dalam kelompok beranggota 4-6 orang siswa; b) siswa duduk berkeliling membentuk lingkaran; c) guru mengajukan sebuah pertanyaan berjawaban ganda atau seuatu topik yang dapat dipakai dalam curah pendapat; d) guru mengatur pencatat waktu sesuai waktu yang disepakati; e) siswa yang duduk di sekeliling meja menuliskan jawaban di atas sehelasi kertas (jangan dibacakan) dan jawaban itu kemudian diserahkan kepada anggota tim yang lain; f) siswa melanjutkan curah pendapat itu sampai waktu yang disediakan tersebut habis; g) guru membuat klarifikasi dan penjelasan yang diperlukan bagi kebaikan pemahaman siswa bila diperlukan. Pendapat relevan lainnya disampaikan oleh Huda (2013:159), prosedur Round Table adalah : a) Guru mengajukan satu pertanyaan; b) Satu kertas dan satu pensil diberikan pada masing-masing kelompok; c) Setiap anggota bergantian menulis jawabannya di kertas tersebut; d) Terus begitu hingga semua anggota selesai
25 menuliskan jawabannya masing-masing. Sementara itu, Nagel (2008:365) juga memiliki pendapat yang senada bahwa langkahlangkah Round Table sebagai berikut: siswa berhitung dari satu sampai empat dan setiap siswa menyampaikan gagasannya pada papan atau kertas dan diberikan kepada siswa selanjutnya dalam satu kelompok. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa
langkah-langkah
Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Round Table: a) siswa dikelompokkan menjadi kelompok 4-6 orang; b) persiapkan satu kertas dan satu bolpoin untuk satu kelompok; c) guru membacakan tugas/pertanyaan; d) setiap anggota bergantian menuliskan jawabannya di kertas tersebut dalam waktu tertentu kemudian diserahkan kepada anggota tim yang lain. 3. Penerapan Keterampilan Menulis Puisi Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table a. Langkah-langkah Menulis Puisi Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table pada pembelajaran menulis puisi ada langkah-langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah tersebut yaitu: 1) siswa dikelompokkan dalam kelompok beranggota 4-6 orang siswa; 2) siswa duduk berkeliling membentuk lingkaran; 3) guru memberikan tugas membuat sebuah puisi kepada setiap kelompok; 4) guru mengatur pencatat waktu sesuai waktu yang disepakati; 5) siswa yang duduk di sekeliling meja menuliskan puisinya di atas sehelai kertas (jangan dibacakan) dan jawaban itu kemudian diserahkan kepada anggota tim yang lain; 6) siswa melanjutkan curah pendapat itu sampai waktu yang disediakan tersebut habis; 7) guru membuat klarifikasi dan penjelasan yang diperlukan bagi kebaikan pemahaman siswa bila diperlukan.
26 b. Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Bebas Penilaian
merupakan
hal
yang
tidak
terlepaskan
dalam
pembelajaran. Sudjana (2011:3) menyatakan bahwa penilaian merupakan proses memberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Sementara itu, Jabrohim (1994) berpendapat penilaian ialah pemberian pertimbangan, baik itu pertimbangan hasil belajar siswa, cara mengajar guru, kurikulum, dan sebagainya. Dalam proses penilaian, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah faktor masukan (siswa), transformasi (guru dan personal lainnya, bahan pelajaran, metode mengajar, sarana penunjang, sarana administrasi), maupun faktor keluaran (Arikunto, 1995:5). Jadi, dalam proses penilaian banyak sisi yang perlu dipertimbangkan agar dapat dilihat apakah kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan oleh guru sudah mencapai tujuan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui ketercapaian dari suatu program terhadap objek berdasarkan kriteria/pertimbangan tertentu. Pertimbangan ini terdiri dari aspek-aspek yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini, aspek-aspek yang akan dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar antara lain: siswa, guru, kurikulum/materi, dan pendekatan dalam mengajar. Sehingga penilaian dalam menulis puisi bebas ini ada dua yaitu penilaian selama proses pembelajaran yang berkaitan dengan aktivitas siswa dan pelaksanaan pembelajaran guru serta penilaian keterampilan siswa dalam menulis puisi bebas. Aktivitas siswa digolongkan menjadi 8 macam yaitu: 1) visual activities; 2) oral activities; 3) listening activities; 4) writing activities; 5) drawing activities; 6) motor activities; 7) mental activities; 8) emotional activities (Yensy dalam Shabri, 2014). Sementara itu, pada penelitian ini menilai 1) oral activities; 2) listening activities; 3) writing activities; 4) mental activities; dan 5) emotional activities.
27 Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memiliki tugas untuk mengajarkan siswa yang sangat membutuhkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang berguna dalam menghadapi masa depannya. Alat yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan tugas tersebut adalah dengan materi/kurikulum yang telah disusun oleh pemerintah. Sehingga seorang guru wajib untuk dapat menguasai materi pelajaran yang berguna untuk siswa agar proses pembelajaran dapat optimal (Arikunto:1995:307). Pada penelitian ini proses pelakasanaan pembelajaran guru akan dilihat berdasarkan penguasaan materi, kemampuan dalam mengelola pembelajaran, serta komitmennya dalam menjalankan tugas. Berhubungan dengan proses penilaian keterampilan menulis puisi bebas, maka diperlukan indikator-indikator penilaian yang harus dipenuhi siswa sehingga siswa bisa dikatakan terampil dalam menulis puisi bebas. Nurgiyantoro (2010: 487) menjelaskan bahwa dalam menulis puisi, aspek-aspek yang dinilai antara lain kebaruan tema dan makna, keaslian pengucapan, kekuatan imajinasi, ketepatan diksi, pendayaan pemajasan dan citraan, serta respon afektif guru. Sementara itu, Rukayah, dkk., (2012: 123) berpendapat bahwa indikator penilain meliputi aspek penyampaian gagasan, pilihan kata, koherensi, ketepatan judul dengan isi, serta rima dan irama. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memodifikasi kriteria penilaian keterampilan menulis puisi bebas meliputi aspek koherensi/ keterpaduan,
pemilihan
kata,
tipografi/perwajahan,
pengimajian
/penginderaan, dan penyampaian gagasan. Aspek koherensi terdiri dari kepaduan kata susunan kata per baris, susunan kata per bait, serta antara judul dengan isi. Aspek pemilihan kata meliputi ketepatan penggunaan diksi, pemajasan, dan kepadatan makna kata. Aspek tipografi meliputi menarik tidaknya jenis tipografi yang digunakan. Aspek pengimajian yang terdiri dari jumlah pengimajian /penginderaan yang diterapkan.
28 Serta aspek penyampaian gagasan meliputi penggunaan bahasa yang runtut, jelas, dan menarik.
4. Penelitian Relevan a. Rizka Amalia Azizah. 2015. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Cisumur 04 Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil penelitian bahwa pretest menunjukkan 83,86% atau 29 siswa dari 35 siswa belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 77. Sementara 17,14% atau 6 siswa saja yang sudah mencapai KKM. Untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita, peneliti melaksanakan tiga siklus. Dimana setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table dengan media gambar dapat meninggkatkan keterampilan menulis cerita di kelas IV. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan ketuntasan pembelajaran pada setiap siklus. Presentase ketuntasan pembelajaran pada siklus I mencapai 37, 14%, pada siklus II meningkat menjadi 71,43%, dan pada siklus III meningkat menjadi 94,28%. Pada siklus I-III penelitian ini telah meningkatkan keterampilan menulis cerita dan telah mencapai indikator pelaksanaan pembelajaran yaitu 85% siswa mencapai nilai ≥77. Penelitian di atas ada persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang telah peneliti laksanakan. Persamaan dari penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada variabel bebasnya, yaitu penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table. Perbedaan pertama terletak pada variabel bebas yang menggunakan media benda konkret sedangkan penelitian yang telah dilakukan tidak menggunakan media benda konkret. Sementara itu, perbedaan yang kedua adalah variabel terikat ini adalah keterampilan menulis cerita, sedangkan
29 penelitian yang telah dilakukan adalah keterampilan menulis puisi bebas. Perbedaan ketiga terletak pada jumlah siswa yang terlibat. Jika penelitian yang sudah dilaksanakan melibatkan 35 siswa, maka penelitian ini melibatkan 34 siswa. Perbedaan selanjutnya terdapat pada kelas subjek yan diteliti penelitian yang sudah dilaksanakan meneliti siswa kelas IV SD Negeri Cisumur 04 Tahun Ajaran 2014/2015, sedangkan peneliti akan meneliti siswa kelas V SDN Mangkubumen Lor No.15 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. b. Rina Wahyu Kusuma. 2012. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Bebas dengan Media Gambar di Surat Kabar pada Siswa Kelas V SDN Dilem, Kemiri, Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian bahwa siswa kelas V masih kesulitan dalam mendapatkan ide/gagasan dalam menulis puisi. Hal ini didukung dengan nilai pretest menulis puisi siswa kelas V, dari 20 siswa baru 7 (35%) siswa yang mencapai nilai di atas KKM (75). Untuk meningkatkan pembelajaran menulis puisi, peneliti melaksanakan dua siklus. Dimana setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa media gambar di surat kabar dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas pada siswa kelas V SDN Dilem, Kemiri, Purworejo tahun ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan ketuntasan pembelajaran pada setiap siklus. Persentase ketuntasan pembelajaran pada siklus I mencapai 60% dan pada siklus II meningkat menjadi 90%. Pada siklus I-II penelitian ini telah meningkatkan keterampilan menulis puisi dan telah mencapai indikator pelaksanaan pembelajaran yaitu 80% siswa mencapai nilai ≥75. Penelitian di atas ada persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang telah peneliti laksanakan. Persamaan dari penelitian ini dan penelitian yang telah dilakukan peneliti terletak pada variabel terikatnya, yaitu keterampilan menulis puisi bebas. Sementara itu, perbedaan pertama terletak pada variabel bebas yakni media gambar di surat kabar, sedangkan variabel bebas penelitian yang telah dilakukan adalah Model Kooperatif
30 Tipe Round Table. Perbedaan kedua terletak pada SD yang telah diteliti SDN Dilem, Kemiri, Purworejo tahun ajaran 2011/2012, sedangkan peneliti telah meneliti SDN Mangkubumen Lor No.15 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. c. Nanik Setyowati. 2012. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Bebas Melalui Media Lingkungan Sekitar Dengan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Kelas V Sd (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Sd Negeri 01 Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012 Hasil penelitian bahwa siswa kelas V masih kesulitan dalam menulis puisi. Hal ini didukung dengan nilai pretest menulis puisi siswa kelas V, dari 20 siswa baru 7 (30%) siswa yang mencapai nilai di atas KKM (75). Untuk meningkatkan keterampilan menulis, peneliti melaksanakan dua siklus. Dimana setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa
Media
Lingkungan
Sekitar
Dengan
Model
Pembelajaran
Kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi di kelas V. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan ketuntasan pembelajaran pada setiap siklus. Persentase ketuntasan pembelajaran pada siklus I mencapai 61% dan pada siklus II meningkat menjadi 83%. Pada siklus I-II penelitian ini telah meningkatkan keterampilan menulis puisi dan telah mencapai indikator pelaksanaan pembelajaran yaitu 80% siswa mencapai nilai ≥75. Penelitian di atas ada persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang telah peneliti laksanakan. Persamaan dari penelitian ini dan penelitian yang telah dilakukan peneliti terletak pada variabel terikatnya, yaitu keterampilan menulis puisi bebas. Sementara itu, perbedaan pertama terletak pada variabel bebas yang menggunakan Media Lingkungan Sekitar Dengan Model Pembelajaran Kontekstual sedangkan penelitian yang telah dilakukan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table. Perbedaan kedua terletak pada jumlah siswa yang terlibat.
31 Jika penelitian ini melibatkan 43 siswa, maka penelitian yang telah dilakukan melibatkan 34 siswa. Perbedaan selanjutnya terdapat pada SD yang telah diteliti yaitu Sd Negeri 01 Ngasem Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012, sementara peneliti telah meneliti siswa kelas V SDN Mangkubumen Lor No.15 Surakarta tahun ajaran 2015/2016.
B. Kerangka Berpikir Pada studi pendahuluan diawali dengan kegiatan wawancara dan pretest terhadap siswa kelas V.2 SDN Mangkubumen Lor No. 15 Surakarta tahun ajaran 2015/2016 pada tanggal 16 November 2015 diperoleh nilai rata-rata keterampilan menulis puisi bebas sebesar 72,94 dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 77. Dari 34 siswa yang hadir, sebanyak 7 siswa (20.59%) yang nilainya di atas batas tuntas dan 27 siswa (79.41%) yang nilainya di bawah batas tuntas. Dari kegiatan ini diperoleh data bahwa keterampilan menulis puisi bebas siswa kelas V.2 SDN Mangkubumen Lor No.15 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016 masih rendah. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran menulis masih berpusat pada guru sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik dan inovatif. Selain itu, metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah dan penugasan. Hal ini mengakibatkan siswa kurang antusias pada saat mengikuti pembelajaran. Dengan melihat kondisi tersebut, tindakan yang diambil peneliti adalah dengan mencari alternatif tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang terjadi. Alternatif yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis puisi bebas adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table merupakan aktivitas yang mendorong siswa untuk biasa berpikir secara alternatif dalam kelompok siswa, mengungkapkan gagasannya dalam kalimatnya sendiri serta melatih para siswa dalam berpikir secara efektif dan efisien. Praktiknya, model pembelajaran
32 ini dilakukan dengan mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen dan menyelesaikan tugas secara bergiliran dalam waktu tertentu. Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table ini, siswa akan lebih terampil menungkapkan ide-ide kreatifnya dalam bentuk larik-larik puisi. Selain itu, dalam proses pembelajarannya siswa akan menjadi aktif karena setiap anggota dalam kelompok akan saling memberikan kontribusi dalam bentuk lisan maupun tulisan. Rencana tersebut dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran untuk dilaksanakan dalam siklus pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Dalam satu siklus terbagi menjadi empat tahap yaitu, pertama perencanaan, kedua pelaksanaan, ketiga observasi, dan keempat refleksi. Adapun alur penelitian tindakan digambarkan sebagai berikut:
33
Kondisi Awal
Tindakan
1. Pembelajaran masih menggunakan model yang berpusat pada guru sehingga kurang menarik dan inovatif. 2. Siswa kesulitan mengembangkan imajinasi dalam menulis puisi 3. Nilai pretest menulis puisi siswa sebagian besar masih di bawah KKM.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Round Table dalam pembelajaran menulis puisi bebas
Keterampilan menulis puisi bebas siswa rendah
Siklus I
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Siklus II
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Siklus III Kondisi Akhir
Melalui Model Koopratif Tipe Round Table dapat meningkat keterampilan menulis puisi bebas
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi 4. Refleksi
Gambar 2. 1 Alur Tindakan Penelitian
C. Hipotesis Hipotesis yang dapat dirumuskan dari landasan teori dan kerangka berpikir adalah :”Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas pada siswa kelas V SDN Mangkubumen Lor No.15 Surakarta tahun pelajaran 2015/2016”.