BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1.
Keaktifan dan Hasil Belajar Bahasa Inggris tentang Kosakata bagi Siswa Kelas V SD a.
Karakteristik Siswa Kelas V SD Pada masa pertumbuhan, Kartono (Sobur, 2003: 128) mendefinisikan bahwa seseorang akan mengalami perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi-fungsi fisik, yang berlangsung secara normal pada diri anak yang sehat dalam peredaran waktu tertentu. Sejatinya perkembangan berpikir anak berkembang secara sekuensial dari berpikir konkret menuju berpikir abstrak, usia anak SD kelas V SD Negeri Kembaran berkisar antara 9-11 tahun. Usia tersebut dalam tahapan perkembangan anak termasuk tahap operasional konkret. Piaget (Sumantri dan Syaodih, 2007: 1.15) mengungkapkan bahwa pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), kemampuan berpikir logis mulai muncul. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah konkret. Anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang abstrak. Menurut Sobur (2003: 132) dikemukakan bahwa perkembangan kognitif anak kelas V mencapai objektivitas tertinggi bisa juga disebut masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah dan bereksplorasi. Pada fase ini anak mulai menemukan diri sendiri dengan secara tidak sadar mulai berfikir tentang diri pribadi dan kerap mengasingkan diri. Piaget (Atkinson, Smith & Bem, 2010: 146-153) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir dan bernalar anak berkembang melalui sejumlah stadium yang berbeda secara kualitatif bersamaan dengan 7
8 kematangan mereka. Usia yang diberikan bervariasi tergantung intelegensi, latar belakang kultur, dan faktor sosioekonomi, tetapi urutan perkembangan dianggap sama untuk semua anak. Piaget
juga
menyebutkan usia 7-11 tahun termasuk stadium operasional konkret, walaupun anak menggunakan istilah yang abstrak, mereka melakukannya berkaitan dengan objek yang konkret, artinya objek dengan mana mereka memiliki akses sensorik langsung. Menurut Desmita (2011: 35) dijelaskan bahwa anak-anak usia sekolah memiliki karakteristik yang berbeda dari anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Selain itu, dari segi perkembangan bahasa anak menurut Budiman (2006: 81) diungkapkan bahwa perkembangan bahasa banyak dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa merupakan hasil interaksi antara individu dan lingkungan. Budiman (2006: 81) juga menyatakan bahwa perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, artinya faktor kognisi mempengaruhi kemampuan berbahasa seseorang. Semakin tinggi kemampuan intelektual, individu cenderung lebih mampu berbahasa. Berdasarkan penjelasan tentang karakteristik siswa kelas V SD, maka dapat disimpulkan anak SD kelas V berkisar usia 9-11 tahun dan berada pada tahap operasional konkret, yang mempunyai ciri-ciri yaitu sudah mulai berpikir logis terhadap objek yang konkret, mengurangi sikap egonya, rasa ingin tahu mereka sangat tinggi sehingga anak lebih suka untuk menyelidiki, menjelajah, bereksplorasi sendiri, timbul minat ke hal-hal tertentu, senang membentuk kelompok-kelompok sebaya, dan anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajar di sekolah. Dari penjelasan karakteristik siswa kelas V di atas, diperlukan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak kelas V. Penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan
9 media flashcard pada pembelajaran bahasa Inggris, diharapkan dapat sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD dan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata karena dalam penerapan model Think Talk Write (TTW) yang dikombinasikan dengan media flashcard akan membentuk kelompok-kelompok kecil yang ditujukan agar siswa berinteraksi dan aktif serta siswa akan mencoba dan berperan langsung dengan media flashcard sehingga keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata dapat meningkat. b. Keaktifan Siswa 1) Pengertian Keaktifan Menurut KBBI (2014: 31) dijelaskan kata keaktifan berasal dari kata aktif artinya giat atau sibuk, dan mendapat awalan ke- dan akhiran -an. Kata keaktifan sama artinya dengan kegiatan dan kesibukan. Sedangkan keaktifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala kegiatan atau keterlibatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sriyono (Primandaru, 2012: 6) berpendapat bahwa keaktifan adalah ketika guru mengajar, ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani, yang termasuk keaktifan jasmani ataupun rohani di antaranya adalah keaktifan indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan, dan keaktifan emosi”. Suparlan (Primandaru, 2012: 6) mengemukakan bahwa keaktifan dibagi menjadi dua yaitu aktif fisikal dan aktif mental. Aktif fisikal adalah adalah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keterlibatan emosi siswa dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan aktif mental adalah keterlibatan emosi siswa dalam kegiatan pembelajaran”. Keaktifan dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar
dan kondusif,
masing-masing
kemampuannya semaksimal mungkin.
siswa
dapat
melibatkan
10 Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. 2) Keaktifan Belajar Hamalik
(Sari,
2015:
12)
menyatakan
bahwa,
“Pada
hakikatnya keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada sebuah perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda-beda tergantung pada jenis kegiatannya, materi yang dipelajari, dan tujuan yang hendak dicapai”. Sejalan dengan pendapat Hamalik, Dimyati (Sari, 2015: 12) mengemukakan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Abimanyu (Burhanuddin, 2012: 37) menjelaskan bahwa keaktifan belajar ialah setiap kegiatan yang mengandung unsur interaksi edukatif. Menurut Moedjiono (Burhanuddin, 2012: 37) dikemukakan
bahwa
keaktifan
belajar
adalah
setiap
bentuk
keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran yang melibatkan keaktifan mental dan keaktifan fisik. Berdasarkan uraian beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian keaktifan belajar adalah keterlibatan siswa berupa kegiatan siswa yang mengandung unsur interaksi edukatif, yaitu hubungan timbal balik yang menyebabkan adanya perubahan sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik. 3) Indikator Keaktifan Siswa Menurut Nafisah (2010: 30) dikemukakan bahwa indikator keaktifan siswa ini dapat dilihat dari: a) berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan, b) mempelajari, mengalami dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh suatu pengetahuan, c) merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya, d) belajar dalam kelompok, e) mencoba sendiri konsep-konsep tertentu, f) mengkomunikasikan hasil
11 pikiran, penemuan, dan penghayatan nilainilai secara lisan atau penampilan. Menurut Sudjana (Purwati, 2010: 27) dijelaskan bahwa penilaian proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: a) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, b) terlibat dalam pemecahan masalah, c) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, d) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, e) melakukan diskusi kelompok sesuai petunjuk guru, f) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejati, g) kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Menurut beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator keaktifan siswa meliputi: a) siswa memperhatikan penjelasan guru, b) siswa mau mengerjakan tugas, c) siswa turut serta dalam mengerjakan tugas belajar, d) siswa aktif berpendapat, e) siswa berusaha mencari berbagai informasi, f) siswa mau bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa pada pembelajaran bahasa Inggris adalah keterlibatan siswa berupa kegiatan siswa yang mengandung unsur interaksi edukatif, yaitu hubungan timbal balik yang menyebabkan adanya perubahan sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik yang meliputi indikator: a) siswa memperhatikan penjelasan guru, b) siswa mau mengerjakan tugas, c) siswa turut serta dalam mengerjakan tugas belajar, d) siswa mampu berpendapat, e) siswa berusaha mencari berbagai informasi, f) siswa mau bertanya kepada siswa lain atau kepada guru. Dalam penelitian ini, indikator-indikator keaktifan
12 tersebut
akan digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai
peningkatan keaktifan belajar siswa. c.
Hakikat Belajar a) Pengertian Belajar Belajar menurut Rusman (2012: 85) dinyatakan sebagai proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Susanto (2013: 4) diuraikan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku dalam berpikir, merasa maupun dalam bertindak. Menurut Sadiman (2009: 2) dinyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, yang menyangkut perubahan tingkah laku yang terdiri dari perubahan yang bersifat pengetahuan, dan keterampilan, maupun yang menyangkut nilai dan sikap. Menurut Hamalik (Susanto, 2013: 3) dijelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi dan memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior throught experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Menurut Winkel (Susanto, 2013: 4) diuraikan belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi
aktif
menghasilkan
antara
seseorang
perubahan-perubahan
dengan
lingkungan,
dalam
dan
pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Suyono (2014: 9) mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
13 mengokohkan kepribadian. Sependapat dengan Suyono, Slameto (2013: 2) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. b) Hasil Belajar Mengenai hasil belajar, Susanto (2013: 5) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Senada dengan Susanto, Nawawi (Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat
diartikan
sebagai
tingkat
keberhasilan
siswa
dalam
mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes. Menurut Suprijono (2009: 6) diuraikan bahwa hasil belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut Rusman (2012: 123) dijabarkan bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hamalik (Rusman, 2012: 123) yang menyatakan bahwa “Hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perubahan perilaku”. Susanto (2015: 6) menyebutkan hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif).
14 Dari uraian beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor yang diperoleh dari proses belajar yang baik. Pada penelitian ini, hanya akan meneliti mengenai hasil belajar aspek kognitif siswa. d. Hakikat Bahasa Inggris 1) Pengertian Bahasa Inggris Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang dianggap penting untuk diajarkan di sekolah dengan tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya, serta hubungan antar bangsa (Padmono, 2010: 82). Bahasa Inggris merupakan
bahasa
yang
diarahkan
untuk
mengembangkan
keterampilan berbahasa untuk dapat berkomunikasi dan berwacana bahasa asing dalam tingkat literasi performative, functional, informational, dan epistemic (Depdikbud, 2008: 5). Bahasa Inggris merupakan alat untuk komunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi,
pikiran,
perasaan,
dan
mengembangkan
ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya (Depdikbud, 2006: 216). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang digunakan sebagai bahasa internasional yang diarahkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa untuk dapat berkomunikasi dan berwacana dalam tingkat literasi perfomative, functional, informational, dan epistemic. 2) Tujuan Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Pada pembelajaran bahasa Inggris ada empat kemampuan penggunaan bahasa (literacy) yaitu performatif (performative,), fungsional
(functional),
informasional
(informational,),
dan
epistemik (epistemic). Menurut Depdiknas (2008: 5) dijelaskan bahwa dalam kemampuan performative, siswa mampu membaca,
15 menulis, dan berbicara simbol-simbol yang digunakan serta berkomunikasi dalam kontes terbatas; kemampuan functional, siswa diharapkan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari; kemampuan informational, siswa dapat menggunakan bahasa inggris untuk mengakses pengetahuan; serta kemampuan epistemic, siswa dapat mengubah pengetahuan dalam bahasa tertentu. Tujuan bahasa Inggris di sekolah dasar menurut Depdiknas (2008: 21) diarahkan pada: a) menumbuhkan rasa senang terhadap pembelajaran bahasa Inggris, b) menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam menggunakan bahasa Inggris secara lisan maupun tertulis, c) meningkatkan kompetensi komunikasi siswa dalam bahasa lisan maupun tertulis melalaui pengembangan ke empat keterampilan berbahasa yaitu listening, speaking, reading, dan writing secara terpadu; d) membuat siswa lebih memahami bahwa bahasa Inggris adalah alat komunikasi. Selain pendapat di atas, menurut BNSP (2006: 62) dijelaskan bahwa mata pelajaran bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. a) Mengembangkan kompetensi komunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah, b) Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing
bangsa dalam
masayarakat global. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran
bahasa
Inggris
di
SD
adalah
agar
menumbuhkan rasa senang belajar bahasa Inggris, siswa dapat menggunakan bahasa Inggris lisan maupun tertulis dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada kompetensi komunikasi dalam konteks terbatas untuk meningkatkan daya saing dalam masyarakat
16 global, serta menyiapkan sebagai bekal ke jenjang pendidikan selanjutnya. 3) Ruang Lingkup Bahasa Inggris di SD Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Depdiknas, 2008: 17). Ruang lingkup Bahasa Inggris tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. a) Mendengarkan Memahami instruksi, informasi, dan cerita sangat sederhana yang disampaikan secara lisan dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar. b) Berbicara Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan transaksional sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan informasi dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar. c) Membaca Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi, informasi, teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar. d) Menulis Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran bahasa Inggris di SD diajarkan untuk mengenal diri sendiri, budaya sendiri, budaya orang lain, dan untuk mengenalkan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi internasional yang meliputi empat aspek yaitu membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis.
17 4) Kosakata Kosakata memegang peranan yang sangat penting dalam berbahasa. Penguasaan kosakata memberikan kontribusi yang positif antara
penguasaan
dengan
kualitas
keterampilan
berbahasa
seseorang. Semakin banyak kosakata yang dikuasai, maka semakin cepat dan lancar pula dalam berbahasa. Kosakata merupakan gabungan dari kosa dan kata. Kosa berasal dari bahasa sansekerta yang berarti kekayaan. Keraf mengungkapkan bahwa kosakata atau perbendaharaan kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh suatu bangsa (Riani, 2015: 18). Pengertian kosakata dalam Wikipedia adalah himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap sebagai bagian penting, baik dari proses
pembelajaran
suatu
bahasa
ataupun
pengembangan
kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang dikuasai. Dari beberapa pengertian kosakata di atas, dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah keseluruhan kata dalam suatu bahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Kosakata bahasa Inggris adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh seseorang dalam bahasa Inggris 5) Bidang Kajian Bahasa Inggris di Kelas V a) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kompetensi standar atau standar kompetensi, menurut Sanjaya (2008: 71) dijelaskan sebagai kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang diikutinya. Selanjutnya, kompetensi dasar adalah kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu (Sanjaya, 2009: 71).
18 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bahasa Inggris pada kelas V SD semester II sesuai Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas V SD Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Membaca 7. Memahami tulisan 7.2 Memahami kalimat, pesan bahasa Inggris dan teks tertulis, dan teks dekriptif deskriptif bergambar bergambar sangat sangat sederhana dalam sederhana secara tepat dan konteks sekolah berterima.
Berdasarkan Tabel 2.1, Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kompetensi Dasar 7.2, yaitu memahami kalimat, pesan tertulis, dan teks dekriptif bergambar sangat sederhana
secara
tepat
dan
berterima.
Adapun
indikator
pembelajaran yang akan dicapai siswa dalam penelitian ini yaitu: 7.2.1 menyebutkan kosakata yang berkaitan dengan kesehatan, 7.2.2 melengkapi kalimat sangat sederhana tentang kesehatan, 7.2.3 mengindentifikasi isi teks deskriptif bergambar tentang kesehatan, 7.2.4 menyebutkan kosakata yang berkaitan tentang cuaca, 7.2.5 melengkapi kalimat sangat sederhana tentang cuaca, 7.2.6 mengindentifikasi isi teks deskriptif bergambar tentang cuaca, 7.2.7 menyebutkan kosakata yang berkaitan tentang pekerjaan, 7.2.8 melengkapi kalimat sangat sederhana tentang pekerjaan, 7.2.9 menyebutkan kosakata yang berkaitan tentang rumah sakit, 7.2.10 melengkapi kalimat sangat sederhana tentang rumah sakit.
19 b) Materi Bahasa Inggris Kelas V SD Pada setiap penyajian materi, empat aspek keterampilan bahasa Inggris yaitu reading (membaca), writing (menulis), speaking (berbicara), dan listening (mendengarkan) ditekankan untuk diajarkan dalam setiap pertemuan. Pada penelitian ini difokuskan pada aspek membaca. Materi yang akan dibahas oleh peneliti mencakup empat tema yaitu health, weather, occupations, dan hospital. (1) Kosakata Health (Kesehatan) Membahas tentang kosakata yang berhubungan dengan penyakit yang menyerang tubuh, misalnya cough (batuk), stomachache (sakit perut), eyesore (sakit mata), headache (sakit kepala), earache (sakit telinga), tootache (sakit gigi), influenza (flu), dan lain-lain. (2) Kalimat Sederhana tentang Health (Kesehatan)
I have got headache, She has got earache, He has got influenza
She has got tootache, She has got influenza, Rini has got fever (3) Teks tentang Kesehatan Rara
and
her
mother
goes
to
restaurant to have lunch together. There are many foods on the table. There are carrot, eggs, and oranges. That carrot, it contains
20 vitamin A, it is good for eyes. Eggs contain much protein, they are good to keep our stamine. Then, oranges contain viatmin C. vitamin C is good good for our skin. It’s also good to keep our stamina. They can keep your body hearth and make you smart. (4) Kosakata Weather (Cuaca) Membahas tentang kosakata yang berhubungan dengan cuaca, misalnya rain (hujan), thunder (petir), snow (salju), storm (badai), climate (iklim), cloud (awan), warm (hangat), hot (panas), cold (dingin), sunny (cerah), windy (berangin), dan lain-lain.
(5) Contoh Kalimat tentang Weather (Cuaca) It is overcast
It is beautiful
It is windy
It is raining
It is sunny
It is hot
It is cloudy
It is cold
It is flooding
It is foggy
(6) Teks tentang Cuaca Today is Wednesday. Here is the weather forecast. It is sunny and hot in the south and west bogor. In the north of Bogor, it is cool and
21 windy. Most parts of Jakarta are cloudly and probably raining today, but, the rain will not be heavy and will stop before night. (7) Kosakata Occupations (Pekerjaan) Membahas tentang kosakata yang berkaitan dengan pekerjaan,
misalnya
nurse
(perawat),
farmer
(petani),
journalist (wartawan), pet doctor (doktor hewan), driver (supir), secretary (sekertaris), lawyer (pengacara), fireman (pemadam kebakaran), teacher (guru), waiter (pelayan), dan lain-lain. (8) Kalimat tentang Occupations (Pekerjaan)
She is a nurse
He is a doctor
I am a fireman
He is a policeman She is a teacher
He is a postman
(9) Kosakata Hospital (Rumah Sakit) Membahas tentang rumah sakit baik peralatan maupun perlengkapan yang ada di rumah sakit, misalnya bandage (perban), crutch (tongkat penopang), eye-drop (obat tetes mata), teaspoon (sendok teh), wound (luka), stethoscope (stetoskop), medicine (obat), injection (suntikan), dan lain-lain.
22 (10) Kalimat tentang Hospital (Rumah Sakit) Drink the medicine an hour after you eat Clean the wound with alcohol Shake the syrup before use Protect the medicine from direct sunlight c) Peningkatan Keaktifan dalam Pembelajaran bahasa Inggris bagi Siswa Kelas V SD Menurut KBBI (2014: 312) dijelaskan bahwa peningkatan merupakan suatu proses, perbuatan, atau cara meningkatkan sesuatu dengan berbagai usaha dan kegiatan. Proses perubahan dari keadaan tertentu menuju ke arah yang lebih tinggi tarafnya atau ke arah yang positif. Jadi, peningkatan ialah suatu proses perubahan meningkat, yang berarti proses perubahan menjadi lebih baik. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang digunakan sebagai bahasa internasional yang diarahkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa untuk dapat
berkomunikasi
dan
berwacana
dalam
tingkat
literasi
perfomative, functional, informational, dan epistemic. Oleh karena itu, peningkatan keaktifan pada pembelajaran bahasa Inggris adalah keterlibatan siswa berupa kegiatan siswa yang mengandung unsur interaksi edukatif, yaitu hubungan timbal balik yang menyebabkan adanya perubahan sikap atau perilaku ke arah yang lebih baik untuk mengembangkan keterampilan berbahasa. d) Peningkatan Hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata bagi Siswa Kelas V SD Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor yang diperoleh dari proses belajar yang baik, sedangkan kosakata adalah keseluruhan kata dalam suatu bahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata adalah perubahan tingkah laku seseorang yang meliputi penguasaan kata
23 dalam bahasa Inggris yang diperoleh dari pembelajaran sehingga terjadi perubahan perilaku pada aspek afektif, kognitif, dan psikomotor bagi siswa kelas V SD.
2. Penerapan Model Think Talk Write (TTW) dengan Media Flashcard a. Hakikat Model Think Talk Write (TTW) 1) Pengertian Model Pembelajaran Mengenai pengertian model pembelajaran, Soekamto (Trianto, 2009: 22) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar terrtentu”. Menurut Arends (Suprijono, 2009: 46) dijelaskan bahwa
model pembelajaran
yaitu kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuantujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Suprijono (2009: 45) juga berpendapat bahwa, “Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori pembelajaran yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas”. Model Pembelajaran menurut Joyce (Trianto, 2012: 22) dijelaskan sebagai suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain sebagainya. Dari berbagai pendapat ahli di atas mengenai model pembelajaran, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian model pembelajaran adalah kerangka konseptual sebagai landasan kegiatan
24 pembelajaran yang dilaksanakan di kelas digambarkan dari awal sampai akhir pembelajaran yang di dalamnya memuat tahap-tahap pembelajaran, tujuan pembelajaran, pengelolaan kelas dan lingkungan pembelajaran. Model pembelajaran yang diterapkan harus dengan karakteristik siswa dan dikombinasikan dengan media pembelajaran agar hasilnya lebih optimal. 2) Pengertian Model Think Talk Write (TTW) Menurut Shoimin (2014: 212) diungkapkan bahwa Think Talk Write (TTW) merupakan suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik untuk menulis, menekankan perlunya peserta didik mengkomunikasikan hasil pemikirannya. Think Talk Write (TTW) adalah model yang memfasilitasi latihan berbahasa lisan dan menulis bahasa dengan lancar. Model ini dierkenalkan pertama kali oleh Hunker dan Laughlin (Huda, 2013: 218). Model TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin (Yamin dan Ansari, 2012: 36). Model ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Alur TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara, dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis. Suasana seperti ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen antara 3-5 orang siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengar, dan membagi ide bersama teman, kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Menurut Porter (Meylia, 2013) dijelaskan bahwa bahwa Think Talk Write (TTW) adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai belajar dengan memahami pemasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengn bahasa sendiri hasil belajar yang diperolehnya. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian model Think Talk Write (TTW) adalah model pembelajaran
25 yang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir, mengemukakan pendapat, dan menuliskan apa yang dipahami dengan cara berkelompok kemudian dari kelompok tersebut dikembangkan kerjasama antar kelompok. 3) Langkah-langkah Penerapan Model Think Talk Write (TTW) Shoimin (2014: 214) menyebutkan bahwa langkah-langkah model Think Talk Write (TTW) yaitu. a) Guru membagikan LKS yang harus dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya. b) Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think). c) Guru membagikan siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa). d) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. e) Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan, keterkaitan konsep, metode dan solusi) dan bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. f) Perwakilan kelompok
menyajikan hasil
diskusi kelompok,
sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. g) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sependapat dengan Shoimin, Huda (2013: 220) menyebutkan bahwa langkah-langkah model Think Talk Write (TTW) yaitu. a) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi.
26 b) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (talk). Pemahaman dibangun melalui interaksi diskusi, diharapkan diskusi dapat menghasilkan solusi. c) Siswa
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuan
yang
memuat
pemahaman dalam bentuk tulisan (write). d) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan
jawaban,
sedangkan
kelompok
lain
memberi
tanggapan. Berdasarkan dua pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model TTW yang digunakan pada penelitian ini yaitu: a) penyajian materi, b) pengembangan keterampilan berpikir (think), c) pengembangan keterampilan mengemukakan pendapat/ berbicara (talk), d) pengembangan keterampilan menulis (write), e) presentasi hasil diskusi. 4) Kelebihan dan Kekurangan Model Think Talk Write (TTW) Menurut Gunawan (Setiawati, Dantes, dan Candiasa, 2015: 3637) dijelaskan bahwa kelebihan model pembelajaran Think Talk Write yaitu: a) model pembelajaran Think Talk Write dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsep menjadi lebih bermakna, siswa mendiskusikan dan bertukar pikiran dengan teman akan membantu siswa memahami konsep yang diajarkan; b) model pembelajaran Think Talk Write dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan untuk mengomunikasikan ide-idenya. Kekurangan dari model pembelajaran Think Talk Write yaitu: a) model Think Talk Write merupakan model pembelajaran baru di sekolah dasar sehingga siswa belum
terbiasa
belajar
dengan
menggunakan
model
TTW
menyebabkan siswa cenderung kaku dan pasif; b) kesulitan dalam mengembangkan lingkungan sosial siswa.
27 Shoimin (2014: 215) mengemukakan juga beberapa kelebihan dan kekurangan dari model Think Talk Write sebagai berikut. a) Kelebihan (1) Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam memahami materi ajar. (2) Memberikan
soal
open
ended
dapat
mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. (3) Berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. (4) membiasakan siswa berpikir dan berkumunikasi dengan teman, guru, bahkan dengan diri mereka sendiri. b) Kekurangan (1) Jika soal open ended dapat memotivasi, siswa dimungkinkan sibuk. (2) Ketika siswa bekerja dalam kelompok dapat kehilangan kemampuan dan kepercayaan karena didominasi oleh siswa yang mampu (3) Guru harus menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan model Think Talk Write tidak mengalami kesulitan. Menurut Suseli (Meylia: 2013) dijabarkan kelebihan dari penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) sebagai berikut: a) mendidik siswa lebih mandiri, b) membentuk kerjasama tim, c) melatih berfikir, berbicara, dan membuat catatan sendiri, d) lebih memberikan pengalaman pribadi, e) melatih siswa berani tampil, f) bertukar informasi antar kelompok/siswa, g) guru hanya sebagai pengarah dam pembimbing, h) siswa menjadi lebih aktif. Berdasarkan beberapa uraian pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa kelebihan model TTW yaitu: a) siswa dapat mengonstruksi pengetahuan sendiri sehingga pemahaman konsep lebih bermakna, b) melatih siswa menuliskan hasil pemikiran, c)
28 mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa, d) siswa
aktif
dalam
belajar,
e)
mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi dalam interaksi sosial. Namun tidak dipungkiri bahwa model TTW juga memiliki kekurangan yaitu: a) siswa belum terbiasa menggunakan model baru sehingga siswa cenderung kaku, b) dalam diskusi, didominasi oleh siswa yang mampu, c) guru yang belum matang menggunakan model TTW akan kesulitan dalam mengajar. Walaupun model ini memiliki kekurangan-kekurangan tersebut, tetapi itu tidak menjadi penghalang karena guru akan berperan aktif dalam proses pengembangan diri setiap siswa untuk memperoleh hasil yang baik dengan menggunakan model pembelajaran ini. Di dalam penelitian ini, kelebihan model tersebut akan dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata. Selain itu, kekurangan dari model TTW akan diminimalkan dan peneliti akan berusaha memperbaiki kekurangan model tersebut. b. Media Flashcard 1) Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang artinya perantara atau pengantar. Menurut Sadiman, dkk., (2002: 7) dikemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Briggs (Susilana dan Riyana, 2007: 6), berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar. Definisi media disampaikan oleh Hamdani (2011: 72) mengatakan bahwa media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Arsyad (2014: 3) bahwa media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan
29 pesan-pesan pembelajaran. Menurut Schram (Susilana dan Riyana, 2007: 6) dijelaskan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Miarso (Susilana
dan Riyana,
2007:
6)
mengatakan
bahwa
media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar. Menurut Suparman (Asyhar, 2012: 4) dijelaskan bahwa media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dan informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perhatian siswa sehingga merasa tertarik mengikuti proses pembelajaran. 2) Macam-macam Media Pembelajaran Susilana dan Riyana (2007: 13) menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: a) media grafis, bahan cetak, dan gambar diam, contohnya gambar (flipchart, flashcard, dan flanelgraf), ilustrasi, karikatur, bagan, grafik, peta datar, papan, dan bulletin, b) media proyeksi diam, contohnya OHP dan OHT, opaque projektor, slide, dan filmstrip, c) media audio, contohnya radio dan alat perekam pita magnetik, d) media audio visual diam, e) media film, f) media televisi, contohnya televisi terbuka, televisi siaran terbatas, dan video cassette recorder, dan g) media multimedia, contohnya media objek dan interaktif. Menurut Sadiman, dkk., (2002: 28) dikemukakan bahwa klasifikasi media pengajaran atau pembelajaran berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai ialah sebagai berikut: a) media grafis, b) media audio, dan c) media proyeksi diam. Sependapat dengan
30 Sadiman, Anitah (2009: 128) menjelaskan bahwa media pembelajaran digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu. a)
Media visual adalah media yang hanya dapat digunakan melalui indera penglihatan.
b) Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif atau hanya dapat didengar yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. c)
Media audio-visual adalah kombinasi dari audio dan visual atau biasa disebut sebagai media pandang dengar Dari uraian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa secara
umum media dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu media audio, media visual/grafis, dan media audio-visual. Pada penelitian ini akan menggunakan media flashcard yang termasuk ke dalam media visual/grafis
karena
media
tersebut
sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran, termasuk media yang mudah dibuat, terjangkau, serta sesuai dengan taraf berpikir siswa. Media tersebut akan menyajikan kata kunci yang akan membantu meningkatkan daya ingat anak. Media tersebut sangat cocok jika dipadukan dengan model pembelajaran think talk write yang peneliti terapkan karena model ini menerapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam menguasai materi bahasa Inggris. 3) Pengertian Media Flashcard Flashcard adalah media pembelajaran dalam berbentuk kartu bergambar yang berukuran 25x30 cm (Susilana dan Riyana, 2007: 93). Gambar-gambarnya dibuat menggunakan tangan atau foto, atau memanfaatkan gambar/foto yang sudah ada dan ditempelkan pada kartu tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, Arsyad (2014: 115) mengemukakan bahwa flashcard adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun
31 siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Gambar 2.1 berikut ini merupakan contoh flashcard tentang cuaca.
Gambar 2.1 Contoh Flashcard Sumber: www.pinterest.com
Selanjutnya,
Padmono
(2011:
30)
menjelaskan
bahwa
flashcard adalah media yang berupa kartu-kartu berukuran 15x20 cm yang terbuat dari karton. Kartu ini berisi gambar yang berbentuk stick figure atau gambar dengan garis pokok saja, akan tetapi dapat menggambarkan maksud. Gambar yang ada pada media ini merupakan rangkaian pesan yang disampaikan dengan keterangan pada setiap gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya (Susilana, 2007: 93). Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media flashcard adalah media berbentuk kartu berukuran tertentu yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang berisi suatu rangkaian pesan yang membantu mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu tersebut. 4) Langkah-langkah Penggunaan Media Flashcard Susilana dan Riyana (2007: 95-96), menjelaskan bahwa cara menggunakan flashcard adalah sebagai berikut. a) Kartu-kartu yang sudah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke depan siswa. b) Cabutlah kartu-kartu tersebut setelah guru selesai menerangkan.
32 c) Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang duduk di dekat guru. d) Jika sajian dengan cara permainan, letakkan kartu-kartu tersebut di dalam sebuah kotak secara acak dan tidak perlu disusun. Sependapat dengan Susilana dan Riyana, Indriana (2011: 138139) menjabarkan bahwa proses pengoperasian flashcard dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. a) Flashcard yang telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke siswa. b) Cabut flashcard satu per satu setelah guru selesai menerangkan. c) Berikan flashcard yang telah diterangkan tersebut kepada anak yang dekat dengan guru. d) Jika sajian menggunakan cara permainan: (1) letakkan kartu-kartu secara acak pada sebuah kotak yang berada jauh dari siswa, (2) siapkan siswa yang akan berlomba, (3) guru memerintahkan siswa untuk mencari kartu yang berisi gambar, teks, atau lambang sesuai perintah, (4) setelah mendapatkan kartu tersebut siswa kembali ke tempat semula/start, (5) siswa menjelaskan isi kartu tersebut. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka peneliti mengambil langkah-langkah penggunaan flashcard yaitu: a) guru memegang kartu-kartu yang sudah disusun setinggi dada dan menghadap ke depan siswa, b) guru mencabut satu persatu kartu tersebut yang telah selesai menerangkan, c) guru memberikan kartu yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang duduk dekat guru. 5) Kelebihan dan Kekurangan Media Flashcard Media inovatif yang digunakan dalam proses pembelajaran tentunya memiliki kelebihan serta kekurangan tersendiri sehingga dapat disesuaikan dengan penggunaannya dan akan sangat membantu berlangsungnya proses pembelajaran. Susilana dan Riyana (2007: 94) mengemu-kakan kelebihan media flashcard yaitu:
33 a) mudah di bawa-bawa karena dengan ukuran yang kecil flashcard tidak membutuhkan ruang yang luas, b) praktis dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, c) gampang diingat karena karakteristik media flashcard adalah menyajikan pesan-pesan pendek pada setiap kartu yang disajikan, d) menyenangkan karena media flashcard dalam penggunaannya bisa melalui permainan. Sependapat dengan Susilana dan Riyana, Riva’i (Setyawati, Dantes, dan Candiasa, 2015) mengemukakan beberapa kelebihan flashcard yaitu: a) mudah dibawa, praktis; b) mudah disimpan karena ukurannya tidak
memerlukan tempat
besar; c) pokok-pokok
pembicaraan mudah diingat karena disajikan dalam bentuk gambar yang dirangkai berurutan; d) cocok digunakan dalam kelompok kecil (tidak lebih dari 30 orang); dan e) selain guru, anak dilibatkan pada saat penyajian. Dari kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan media flashcard adalah: a) mudah dibawa-bawa, b) praktis, c) mudah diingat, d) menyenangkan. Disamping mempunyai kelebihan, media flashcard juga mempunyai kekurangan, Nurseto (Azizah, 2013: 66) menyebutkan kelemahan flashcard yaitu hanya cocok untuk kelompok kecil siswa (tidak lebih dari 30 orang siswa). Walaupun media flashcard memiliki kekurangan, tetapi hal itu tidak menjadi penghalang karena jumlah siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini tidak melebihi 30 siswa sehingga siswa akan memperoleh hasil yang maksimal dengan menggunakan media pembelajaran tersebut. Dalam penelitian ini kelebihan media flashcard akan dimanfaatkan semaksimal mungkin sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata. Sedangkan kekurangan media flashcard akan diminimalkan sehingga proses pembelajaran menjadi lebih optimal.
34 c. Penerapan Model Think Talk Write (TTW) dengan Media Flashcard Model Think Talk Write (TTW) merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir, mengemukakan pendapat, dan menuliskan hal-hal yang dipahami dengan cara berkelompok kemudian dari kelompok tersebut dikembangkan kerjasama antar kelompok yang dikolaborasikan dengan media flashcard agar penerapan dalam pembelajaran semakin jelas. Media flashcard yang digunakan termasuk dalam media visual yang diartikan sebagai suatu benda atau alat fisik yang dapat dimanipulasi untuk menyampaikan materi dalam kegiatan belajar mengajar yang merupakan pengungkapan kata dan gambar untuk memudahkan konsep yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga siswa merasa tertarik pada pembelajaran. Langkah-langkah penerapan model Think Talk Write (TTW) dengan media flashcard adalah sebagai berikut. 1) Penyajian materi menggunakan media flashcard Pada langkah ini, guru akan mengeksplorasi pengetahuan kosakata siswa sesuai dengan tema yang ditentukan. Guru memegang kartu-kartu yang sudah disusun setinggi dada dan menghadap ke depan siswa. Siswa diarahkan untuk mengamati media flashcard kemudian aktif menyebutkan kosakata dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sesuai flashcard. 2) Pengembangan keterampilan berpikir (think) Guru mencabut satu persatu kartu tersebut yang telah selesai menerangkan. Guru memberikan kartu yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang duduk dekat guru. Siswa membangun pengetahuannya melalui kegiatan membaca materi yang diberikan guru. Kemudian siswa diarahkan untuk menuliskan kosakata yang sudah dan belum diketahui pada LKS masing-masing. Ketika siswa membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think).
35 3) Pengembangan keterampilan mengemukakan pendapat/berbicara (talk) Pada langkah ini, guru akan membimbing siswa membentuk kelompok kecil beranggotakan 3-4 siswa. Siswa mengembangkan keterampilan mengemukakan pendapat/berbicara
(talk)
dalam
kelompok dengan cara berdiskusi untuk memecahkan masalah dengan saling berbagi pengetahuan berdasarkan LKS yang sudah dikerjakan. Semua anggota kelompok diarahkan untuk aktif mengemukakan pendapatnya masing-masing. 4) Pengembangan keterampilan menulis (write) Siswa mengolah informasi yang telah diperoleh dari hasil diskusi kelompok. Pada langkah ini, siswa aktif menuliskan hasil diskusi secara individu (write). 5) Presentasi hasil diskusi menggunakan media flashcard Perwakilan kelompok memaparkan hasil diskusi di depan kelas menggunakan media flashcard. Kelompok lain memperhatikan dan aktif menanggapi hasil diskusi.
3. Hasil Penelitian Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relevan sesuai dengan yang peneliti lakukan yaitu pertama, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rivard dan Straw pada tahun 2000 ini berjudul “The Effect of Talk and Writing on Learning Science: An Exploratory Study”. Penelitian tersebut merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Kesimpulan terhadap penelitian ini bahwa penerapan Talk dan Writing dapat meningkatkan kemampuan belajar ilmu pengetahuan, gender juga berpengaruh terhadap talk dan write. Hal ini ditandai dengan keaktifan talk dan write yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Dalam hal ini terdapat kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan walaupun tidak semua variabel bebasnya yaitu pada talk dan write. Penelitian tersebut digunakan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Perbedaannya terletak pada aspek yang diamati yaitu
36 dalam penelitian yang peneliti lakukan, yang diteliti mengenai peningkatan keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata. Penelitian relevan yang kedua, adalah penelitian yang dilakukan oleh Sarah Bechtolt, T.F. McLaughlin, K, Mark Derby, dan Jessieanna Blecher (2014), dari Gonzaya University dan Spokane Public School, dengan judul “The Effect of Direct Instruction Flashcard and a Model, Lead, Test Procedure on Letter Recognition for Three Preschool Students with Development Disabilities”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa prasekolah dengan perkembangan cacat dalam mengenali huruf-huruf yang terdapat pada nama mereka. Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengen penelitian yang akan peneliti laksanakan. Adapun persamaaan tersebut adalah pada variabel X sebagai variabel bebas yakni penggunaan media flashcard sedangkan perbedaannya terdappat
pada
subjek
penelitian.
Pada
penelitian
tersebut,
subek
penelitiannya adalah siswa prasekolah sedangakn subjek penelitian yang akan peneliti gunakan adalah siswa kelas V SD. Penelitian relevan yang ketiga adalah hasil penelitian oleh Sari Rahma Chandra, dkk. Pada tahun 2014 yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Tipe Think Talk Write dan Gender terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 12 Padang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada siswa kelas VIII SMPN 12 Padang. Kesimpulan penelitian yang relevan
ini
yaitu
kemampuan
komunikasi
matematis
siswa
yang
menggunakan model TTW lebih tinggi dari siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini terdapat persamaan yang digunakan peneliti, yaitu pada model TTW yang digunakan, namun terdapat perbedaan subjek dan media yang digunakan peneliti. Peneliti juga menggunakan flashcard sebagai media penunjang, sedangkan pada penelitian yang relevan menggunakan tidak menggunakan media pembelajaran. Subjek yang digunakan peneliti menggunakan siswa kelas V SD, sedangkan pada penelitan yang relevan menggunakan siswa kelas VIII SMP.
37 Penelitian relevan yang terakhir dilakukan oleh Setiawati, dkk., tentang “Pengaruh Penggunaan Media Gambar Flash Card terhadap Minat dan Hasil Belajar IPA Peserta Didik Kelas VI SDLBB Negeri Tabanan”. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan media gambar flashcard terhadap minat dan hasil belajar IPA. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang siginifikan pembelajaran dengan media gambar flashcard terhadap minat belajar IPA siswa dan hasil belajar IPA siswa. Dalam hal ini terdapat persamaan variabel bebas, meskipun tidak semuanya, yaitu pada penggunaan media flashcard, sedangkan perbedaan penelitian yang relevan dengan yang peneliti lakukan terletak pada subjek penelitian. Sasaran yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD, sedangkan pada penelitan yang relevan subjeknya adalah siswa kelas VI SD.
B. Kerangka Berpikir Pembelajaran hendaknya dilakukan untuk mencapai kemampuan atau kompetensi yang diharapkan setelah proses belajar mengajar dilakukan, baik itu dari segi kognitif, psikomotor, maupun afektifnya. Namun, dengan tetap memperhatikan karakteristik perkembangan dan belajar siswa kelas V sekolah dasar, yakni berada pada tahap operasional konkret, yang mempunyai ciri-ciri yaitu sudah mulai berpikir logis terhadap objek yang konkret, mengurangi sikap egonya, rasa ingin tahu mereka sangat tinggi sehingga anak lebih suka untuk menyelidiki, menjelajah, bereksplorasi sendiri, timbul minat ke hal-hal tertentu, dan senang membentuk kelompok-kelompok sebaya. Peningkatan keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata bagi siswa selas V SD yaitu proses untuk meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang telah dirancang sedemikian rupa oleh guru dengan mengembangkan keterampilan berbahasa sehingga memudahkan siswa memahami materi pembelajaran dan terjadi perubahan perilaku siswa pada aspek afektif, kognitif, dan psikomotor pada siswa kelas V SD.
38 Kondisi awal pembelajaran bahasa Inggris di SD Negeri Kembaran belum terlaksana secara maksimal ditandai dengan siswa yang pasif, siswa belum memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat, siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa belum berani bertanya, siswa belum berani mempresentasikan hasil pekerjaannya dan penguasaan kosakat siswa masih kurang. Proses pembelajaran bahasa Inggris yang masih belum optimal tersebut berdampak pada keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Kembaran yang belum memuaskan. Pembelajaran belum optimal karena pembelajaran yang dilaksanakan masih didominasi oleh metode ceramah sehingga keterlibatan siswa di kelas masih minim. Guru kurang maksimal dalam menggunakan model serta media pembelajaran yang tepat dan dapat menambah antusias belajar siswa. Hal ini berdampak pada keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata. Model pembelajaran yang dapat menciptakan keaktifan siswa dalam pembelajaran salah satunya adalah dengan menerapkan model Think Talk Write (TTW) dengan media flashcard, pembelajaran akan semakin hidup, pembelajaran di dalam kelas menjadi aktif, siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran, dan keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat. Melalui pembelajaran ini, siswa akan tertantang dan membuat siswa menemukan pengalaman baru. Siswa aktif dalam menemukan sendiri, membangun pengetahuannya sendiri, menekankan siswa dalam membentuk kerja sama yang efektif dan saling berbagi informasi dengan efektif. Penerapan model pembelajaran TTW dengan media flashcard dalam pembelajaran bahasa Inggris, diharapkan dapat sesuai dengan karakteristik siswa kelas V SD dan meningkatkan keaktifan serta hasil belajar tentang kosakata karena dalam penerapan model TTW yang dikombinasikan dengan media flashcard akan membentuk kelompok-kelompok kecil yang ditujukan agar siswa berinteraksi dan aktif serta siswa akan mencoba dan berperan langsung dengan media flashcard. Hal itu dapat terwujud jika langkah-langkah penerapan model TTW dengan media flashcard dilaksanakan dengan tepat. Terdapat lima langkah penerapan model pembelajaran TTW dengan media flashcard yang meliputi: 1) penyajian materi menggunakan media flashcard, 2) pengembangan keterampilan
39 berpikir (think), 3) pengembangan keterampilan mengemukakan pendapat/ berbicara (talk), 4) pengembangan keterampilan menulis (write), dan 5) presentasi hasil diskusi menggunakan media flashcard. Dalam penelitian ini, peneliti akan melaksanakan III siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III yang masingmasing siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Apabila pada siklus III siswa yang mendapatkan nilai ≥ KKM (70) sebanyak 85% atau lebih, maka tidak dilaksanakan siklus selanjutnya. Penerapan model TTW dengan media flashcard dapat mewujudkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan bagan kerangka berpikir peningkatan keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata melalui penerapan model TTW dengan media flashcard bagi Siswa Kelas V SD Negeri Kembaran tahun ajaran 2015/2016 sebagai berikut.
40
KONDISI AWAL
Guru belum menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif
Penerapan model TTW dengan media flashcard pada mata pelajaran bahasa Inggris dengan langkah penyajian materi
TINDAKAN
menggunakan media flashcard, membaca dan membuat catatan kecil (think), berdiskusi (talk), mencatat hasil diskusi (write), presentasi hasil diskusi menggunakan media flashcard.
KONDISI AKHIR
Siswa pasif, kurang antusias, siswa belum berani mengemukakan pendapat, penguasaan kosakata masih kurang, sehingga berdampak pada keaktifan dan hasil belajar
Siswa aktif, siswa antusias, siswa berani mengemukakan pendapat, penguasaan kosakata bertambah, keaktifan dan hasil belajar siswa meningkat
Keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata bagi kelas V meningkat sehingga siswa dapat mencapai KKM = 70 sebesar 85%.
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu “Jika penerapan model Think Talk Write (TTW) dengan media flashcard dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata bagi siswa kelas V SD Negeri Kembaran tahun ajaran 2015/2016”.