BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1.
Tinjauan tentang Anak Tunagrahita a. Pengertian Anak Tunarahita Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus. Banyak ahli yang berpendapat mengenai pengertian anak tunagrahita, salah satunya yaitu menurut Yusuf (2009: 6) “Tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan mentalintelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya serta memerlukan layanan pendidikan khusus”. Pengertian lain menyebutkan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah
normal),
sehingga
untuk
meniti
tugas
perkembangannya
memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata dalam Efendi, 2008: 88). Sedangkan menurut Kemis dan Rosnawati (2013: 10-11) seseorang dikatakan tunagrahita apabila “Fungsi intelektualnya yang lamban, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi baku. Kekurangan dalam perilaku adaptif. Serta terjadi pada masa perkembangan yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun”. Pendapat lainnya menenai pengertian tunagrahita yaitu menurut Wijaya (2013: 21) “ Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah ratarata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan”. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian tunagrahita dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila kecerdasannya di bawah rata-rata yaitu dengan IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi baku, berlangsung pada masa perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun, mengalami hambatan dalam adaptasi dan
6
7 mengalami
kesulitan
dalam
menyelesaikan
tugas-tugas
sehingga
memerlukan layanan khusus sesuai dengan kebutuhan anak termasuk dalam hal pendidikan.
b. Klasifikasi Anak Tunagrahita Klasifikiasi anak tunagrahita dibagi menjadi beberapa antara lain yaitu klasifikasi untuk keperluan pendidikan, klasifikasi berdasar tingkat intelektualitas, klasifikasi secara medis-biologis, klasifikasi secara sosialpsikolois berdasarkan kriteria psikometrik, klasifikasi secara sosialpsikologis berdasarkan perilaku adaptif (kematangan sosial), dan klasifikasi secara klinis. Adapun klasifikasi anak tunagrahita menurut Wijaya (2013: 29-30), diataranya yaitu: 1) Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran antara lain: a) Educable. Kemampuan akademik setara dengan anak regular pada kelas 5 sekolah dasar. b) Trainable. Kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial, sangat terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan secara akademik. c) Custodia. Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolon diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Pendapat
lainnya
yaitu
menurut
Somantri
(2006:
108)
menyebutkan bahwa klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan Skala Weschler dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu tunagrahita ringan dengan IQ 69-55, tunagrahita sedang dengan IQ 54-40, tunagrahita berat 39-25 dan tunagrahita sangat berat dengan IQ di bawah 24. Sedangkan menurut Efendi (2008: 89-90) berbagai cara digunakan oleh para ahli untuk mengklasifikasikan anak tunagrahita, diantaranya yaitu klasifikasi anak tunagrahita didasarkan pada tipe kelainan fisiknya, seperti tipe mongoloid, microcephalon, cretinism. Serta klasifikasi anak tunagrahita
8 didasarkan pada penilaian program pendidikan yang dikelompokkan menjadi anak tunagrahita mampu didik, anak tunagrahita mampu latih, dan anak tunagrahita mampu rawat. Berdasarkan
beberapa
pendapat
mengenai
klasifikasi
anak
tunagrahita di atas, dapat disimpulkan bahwa pengklasifikasian anak tunagrahita dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan tingkat
inteligensinya,
klasifikasi
untuk
keperluan
pembelajaran,
klasifikasi berdasarkan tipe kelainan fisiknya, klasifikasi berdasarkan penilaian program pendidikan dan sebagainya.
c. Karakteristik Anak Tunagrahita Anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbedabeda tergantung dari jenis kelaianan yang dimilikinya. Begitu pula dengan anak tunagrahita. Karakteristik anak tunagrahita perlu untuk diketahui agar dapat digunakan untuk menyususn pembelajaran yang sesuai untuk anak. Adapun karakteristik anak tunagrahita menurut Kemis dan Rosnawati (2013: 17) yaitu: 1) Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru 2) Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru 3) Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi tunagrahita berat 4) Cacat fisik dan perkembangan gerak 5) Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri 6) Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim 7) Tingkah laku yang kurang wajar yang terus-menerus Menurut Munzayanah (2000: 24) “Karakteristik anak tunagrahita meliputi: (a) anak mengalami kelainan bicara atau speech defeck ; (b) mengalami gangguan dalam sosialisasi; (c) biasanya diikuti dengan kelainan fisik yang lain, misalnya cerebral palsy, tuna dengar; dan (d) peka terhadap penyakit”.
Karakteristik anak tunagrahita lainnya
yaitu
menunjukkan penurunan intelektual yang mengakibatkan lebih sulit daripada yang lain untuk belajar, memahami dan berkomunikasi, serta
9 adanya gangguan pada keterampilan konseptual dan keterampilan sosial (Wijaya, 2013: 25-28). Pendapat lain mengenai ciri-ciri fisik dan penampilan anak tunagrahita yaitu menurut Choiri dan Yusuf (2009: 13) yaitu: 1) Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil atau besar 2) Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia 3) Tidak ada atau kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan 4) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendal) Sedangkan karakteristik anak tunagrahita menurut Page yaitu meliputi dalam hal kecerdasan, sosial, fungsi-fungsi mental lain, doronan dan emosi, kepribadian dan organisme (Amin, 1995: 34-37). 1) Kecerdasan. Kapasitas belajar anak tunagrahita sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo, bukan dengan pengertian. 2) Sosial. Dalam pergaulan anak tunagrahita tidak dapat mengurus, memelihara dan memimpin diri. 3) Fungsi-fungsi mental lain. anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat beralih sehingga kurang tangguh dalam menhadapi tugas, serta pelupa dan mengalami kesukaran mengungkapkan kembali suatu ingatan. 4) Dorongan dan emosi. Perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunaannya. Anak yang ketunaannya berat, kehidupan emosinya lemah. Sedangkan anak yang tidak terlalu berat ketunannnya mempunyai kehidupan emosi yang hampir sama dengan anak normal tetapi kurang kaya, kurang kuat, dan kurang banyak mempunyai keragaman. 5) Organisme. Baik struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kuran dari anak normal. mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal.sikap dan gerak lagaknya kurang indah, serta diantarannya banayk yang mengalami cacat bicara.
10 Berdasarkan beberapa pendapat menenai karakteristik anak tunagrahita di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita yaitu: 1) Mengalami kesulitan belajar terutama dalam mempelajari hal-hal yang abstrak 2) Kurang mampu dalam menolong diri sendiri 3) Dalam pergaulan anak tunagrahita tidak dapat mengurus, memelihara dan memimpin diri 4) Struktur maupun fungsi organisme pada umumnya kuran dari anak normal dan mengalami gangguan dalam koordinasi gerak 5) Kurang perhatian terhadap lingkungan disekitarnya
d. Hambatan Anak Tunagrahita Hambatan yang terdapat pada anak tunagrahita berupa hambatan kognitif atau intelektual, hambatan dalam keterampilan konseptual serta dalam keterampilan sosial (Wijaya, 2013: 26-28). 1) Hambatan intelektual sering terlihat dalam kemampuan belajar, dimana bila dibandingkan dengan anak normal, kemampuan intelektualnya
lebih
lambat
untuk
beajar
pengetahuan
dan
keterampilan baru karena kesulitan dalam salah satu bidang baik perhatian, persepsi, pengolahan pemikiran, memori atau generalisasi pembelajaran. 2) Hambatan konseptual, dimana hambatan ini bisa berupa hambatan dalam bahasa reseptif dan ekspresif, membaca dan menulis, konsep corparindo dan pengarahan diri sendiri. 3) Hambatan dalam keterampilan sosial bisa berupa hambatan dalam hubungan interpersonal, tanggung jawab, harga diri, mudah tertipu, kenaifan serta menaati peraturan. Pendapat lain mengenai hambatan yang terdapat pada anak tunagrahita yaitu menurut Amin (1995: 41-50), yaitu adanya hambatan dalam kehidupan sehari-hari, kesulitan belajar, kesulitan penyesuaian diri,
11 masalah penyaluran ke tempat kerja, gangguan kepribadian dan emosi, dan masalah pemanfaatan waktu luang. 1) Hambatan dalam kehidupan sehari-hari Masalah ini berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan diri dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang biasanya ditemuidi antaranya adalah cara makan, menggosok gigi, memakai baju, dan memasang sepatu. 2) Kesulitan belajar Dengan adanya keterbatasan keterbatasan kemampuan berpikir anak tunagrahita, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka mengalami kesulitan belajar, kesulitan tersebut terutama dalam bidang pengajaran akademik (misalnya: matematika, IPA, IPS, Bahasa), sedangkan untuk bidang studi non-akademik mereka tidak banyak mengalami kesulitan belajar. Kessulitan belajar mereka diantaranya yaitu: kesulitan menangkap pelajaran, kesulitan belajar yang baik, mencari metode yang tepat, kemampuan berpikir abstrak yang terbatas, daya ingat yang lemah. 3) Kesulitan penyesuaian diri Masalah ini biasanya berhubungan dengan masalah atau kesulitan dalam hubungan dengan kelompok maupun individu di sekitar anak tunagrahita. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungansangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, karena tingkat kecerdasan anak tunagrahita berada di bawah rata-rata maka dalam kehidupan bersosialisasi mengalami hambatan. Serta mereka biasanya mengalami diisolir (dijauhi) oleh lingkungannya. 4) Masalah penyaluran ke tempat kerja Kehisupan
anak
tunagrahita
cenderung
banyak
yang
masih
menggantungkan diri kepada orang lain terutama kepada keluarga (orang tua) dan masih seedikit sekali yang sudah dapat hidup mandiri. 5) Gangguan kepribadian dan emosi
12 Anak tunagrahita kurang memiliki kemampuan berpikir, keseimbangan pribadinya kurang konstan/labil, kadang-kadang stabil dan kadangkadang kacau. 6) Masalah pemanfaatan waktu luang Anak tunagrahita memiliki potensi untuk menganggu ketenangan lingkungannya, apakah terhadap bendabenda ataupun manusia disekitarnya, apalagi mereka yang hiperaktif. Namun ada pula yang cenderung suka berdiam diri menjauhkan diri dari keramaian. Untuk mengimbangi hal tersebut perlu pemanfaatan waktu luang sehingga mereka dapar terjauhkan dari kondisi yang berbahaya, dan tidak sampai mengganggu ketenangan masyarakat maupun keluarganya sendiri. Dari beberapa pendapat mengenai hambatan pada anak tunarahita dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita mengalami hambatan dalam beberapa hal diantaranya yaitu hambatan dalam hal intelektual, bersosialisasi dengan lingkungan, mengurus diri sendiri, Masalah penyaluran ke tempat kerja, hambatan dalam emosi dan masalah pemanfataan waktu luang.
e. Kebutuhan Anak Tunagrahita Pada dasarnya kebutuhan anak tunarahita sama dengan kebutuhan anak normal. Namun karena kelainannya, anak tunagrahita akan mengalami hambatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Witmer & Kontinsky menyebutkan ada delapan kebutuhan pada anak tunarahita (Amin, 1995: 55-57). Adapun kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain yaitu: 1) Perasaan terjamin kebutuhannya akan terpenuhi (The sense of Trust) 2) Perasaan berwewenan menatur diri (The Sense of Autonomy) 3) Perasaan dapat berbuat menurut prakarsa sendiri (The Sense of Initiative) 4) Perasaan puas telah melaksanakan tugas (The Sense of Duty and Accomplishment)
13 5) 6) 7) 8)
Perasaan bangga atas Identitas diri (The Sense of Identity) Perasaan keakraban (The Sense of Intimacy) Perasaan keorangtuaan (The Parental Sense) Perasaan Integritas (The Sense of Integrity)
Sedangkan menurut Choiri dan Yusuf (2009: 13) menyebutkan bahwa kebutuhan anak tunagrahita dalam pembelajaran yaitu: 1) Perbedaan tunagrahita dengan anak normal dalam proses belajar adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya. 2) Perbedaan karakteristik anak tunagrahita dengan anak sebayanya, anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal yaitu: (a) Tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah (b) Melakukan generalisasi dan mentransfer sesuatu yang baru (c) Minat dan pehatian terhadap penyelesaian tugas. Pendapat lainnya yaitu menurut Meimulyani & Caryoto (2013: 1619) yang menyebutkan kebutuhan pendidikan dan layanan Tunagrahita adalah sebagai berikut : 1) Alat peraga Karena anak tunagrahita sangat lambat daya tangkapnya maka penggunaan alat bantu mengajar akan sangat bermanfaat dan membantu selama proses pembelajaran. Manfaat alat peraga bagi anak tunagrahita yaitu untuk menarik minat anak, mencegah verbalisme, memberikan pengalaman secara konkrit, serta membantu anak dalam memahami materi dalam proses berpikir dan membantu anak untuk mengingat apa yang telah dipelajari.. 2) Benda konkrit Anak diperlihatkan benda atau situasi yang sesungguhnya kemudian dijelaskan penggunaan atau kenyataan sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari. 3) Sosialisasi Bersosialisasi penting sekali bagi anak tunagrahita karena dengan bersosialisasi diharapkan mereka dapat menemukan tempat tertentu dalam masyarakat yang sesuai dengan kemampuannya dan dapat
14 mengembangkan tingkah laku yang sesuai serta dapat diterima dalam masyarakat. 4) Perkembangan mental Pengajaran yang diberikan kepada tunagrahita diterapkan asas skala perkembangan mental yang berhubungan dengan penempatan anak di dalam kelas. Penempatan tersebut dilakukan untuk memudahkan dalam memberikan materi pelajaran serta dapat menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak. 5) Individual Pemberian bantuan atau bimbingan secara individu diperlukan bagi anak tunagrahita yang memiliki kemampuan yang terbatas untuk tercapainya proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa
pendapat
mengenai
kebutuhan
anak
tunagrahita, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita memiliki kebutuhan baik yang bersifat fisik maupun psikis, seperti rasa aman, bersosialisasi dan adaptasi dalam pembelajaran yang sangat penting untuk menunjang kemampuan anak yang kurang dibandingkan dengan anak normal sebayanya. Sebagai salah satu kebutuhan pendidikan, gambar merupakan salah satu contoh alat peraga yang dapat menarik minat anak tunagrahita serta dapat membantu memahami materi pelajaran.
2.
Tinjauan tentang Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) a. Pengertian Prestasi Belajar Dalam kegiatan pembelajaran, setiap mata pelajaran mempunyai tujuan pembelajaran. hal tersebut dapat dijadikan acuan tentang seberapa besar siswa dapat menyarap informasi dan ditunjukkan dengan prestasi belajarnya di dalam kelas. Prestasi belajar merupakan penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana ia telah mencapai sasaran belajar (Saefullah, 2012: 171). Pendapat lainnya yaitu Winkel dalam Saefullah (2012: 171) mengatakan bahwa “prestasi belajar merupakan hasil proses belajar yang
15 dialami oleh siswa yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap, dan keterampilan”. Sedangkan menurut Ahmadi dan Supriyono (2008: 138) “Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi sebagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu”. Selain itu Sardiman (2011: 44) mengatakan bahwa prestai belajar adalah “hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang mencritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu”. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian prestasi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajara adalah hasil atau perubahan baik dalam bidang pengetahuan, sikap atau keterampilan yang dicapai seorang siswa setelah proses pembelajaran yang merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor, dimana hasilnya dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat.
b. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan salah satu cara untuk melihat keberhasilan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Menurut Arifin (2012: 12-13), prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikasai peserta didik 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu 3) Prestasi belajar menjadi pendorong untuk meningkatkan ilmu pengetahuan peserta didik 4) Prestasi belajar ssebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik.
16 Cronbach (Arifin, 2012: 13) juga menjelaskan bahwa prestasi mempunyai ragam kegunaan antara lain yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Sebagai umpan balik guru dalam mengajar Untuk keperluan diagnostic Sebagai bimbingan dan penyuluhan Untuk keperluan seleksi Untuk keperluan penempatan atau penjurusan Untuk menentukan kurikulum Untuk menentukan kebijakan sekolah
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa fungsi prestasi
belajar
siswa,
baik
prestasi
belajar
individual
maupun
kelompokdapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, pendorong untuk meningkatkan ilmu pengetahuan peserta didik dan berguna sebagai umpan balik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Menurut Ahmadi dan Supriyono (2008: 138) menyebutkan faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: Faktor internal meliputi: 1) Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: a) Faktor intelektif yang meliputi: (1) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. (2) Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis Faktor eksternal meliputi: 1) Faktor sosial yang terdiri atas:
17 a) Lingkungan keluarga; b) Lingkungan sekolah; c) Lingkungan masyarakat; d) Lingkungan kelompok; 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi belajar, Ahmadi dan Supriyono (2008: 139-146) menggolongkannya menjadi tiga macam faktor yaitu: 1) Faktor-faktor stimulus belajar Yang dimaksud dengan faktor stimulus belajar yaitu segala hal di luar individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulus dalam hal ini mencangkup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima dipelajari oleh pelajar. Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulus belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, beratnya tugas, dan suasana lingkungan eksternal. 2) Faktor-faktor metode belajar Metode belajar yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan kata lain metode yang digunakan oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal seperti kegiatan berlatih atau praktek, Overlearning/Dril, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan denan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, bimbingan dalam belajar, dan kondisi-kondisi intensif. 3) Faktor-faktor individual Kecuali faktor-faktor stimuli dan metode belajar, faktor-faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar
18 seseorang. Adapun faktor-faktor individual meliputi kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi. Pendapat lainnya yaitu menurut Suryabrata dalam Saefullah (2012: 172-176) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: a) Faktor fisiologis, yaitu yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera. b) Faktor psikologis, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya yaitu inteligensi, sikap, dan motivasi. 2) Faktor eksternal, merupakan faktor atau hal-hal lain di luar diri yang dapat memengaruhi prestasi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: a) Faktor lingkungan keluarga: berupa sosial ekonomi keluarga, pendidikan orangtua, dan perhatian orangtua serta suasana hubungan antara anggota keluarga. b) Faktor lingkungan sekolah: terdiri dari sarana dan prasarana, kompetensi guru dan siswa, serta kurikulum dan metode mengajar. c) Faktor lingkungan masyarakat: yaitu berupa sosial budaya masyarakat sekitar dan partisipasi terhadap pendidikan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat berasal dari diri individu itu sendiri serta dapat berasal dari luar diri individu. Adapun kartu bergambar merupakan salah satu contoh faktor eksternal lingkungan
19 sekolah, dimana media pembelajaran merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar dan prestasi belajar peserta didik.
d. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu pengetahuan Sosial atau biasa disingkat dengan IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat SD hingga SMA. Menurut Sapriyadi (2012: 7) “IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan mengengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.” Menurut Committee on Social Studies (CSS) dalam Sapriyadi (2012: 9) menyatakan bahwa IPS adalah “Social Studies sebagai specific field to untilization of social sciencies data as a force in the improvment of human welfare (bidang khusus dalam pemanfaatan data ilmu-ilmu sosial sebagai tenaga dalam memperbaiki kesejahteraan umat manusia).” Sedangkan menurut Susanto (2013: 137) menyebutkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial, atau biasanya disebut dengan IPS adalah “ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai didiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah”. Pendapat lain mengenai IPS yaitu menurut Banks dalam Susanto (2013: 140-141) yang menyebutkan bahwa pendidikan IPS adalah: “The sosial studies that part of elementary and high school curriculum which has the primary responsibility for helping studies to develop the knowledge, skill, attitude, and values needed the participate in the civic life of their local communities the nation-and the world. Menurut Banks, pendidikan IPS atau yang dia sebut social studies, merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang bertujuan untuk membantu mendewasakan siswa supaya dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara dan bahkan dunia”.
20
Berdasarkan
beberapa
pendapat
mengenai
pengertian
Ilmu
Pengetahuan Sosial tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat dasar dan menengah, dimana
bertujuan
untuk
mendewasakan
siswa
supaya
dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai dalam rangka berpartisipasi di dalam masyarakat, negara dan bahkan dunia serta bermanfaat dalam memperbaiki kesejahteraan umat manusia.
e. Pembelajaran IPS untuk Anak Tunagrahita Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dan diberikan mulai dari SDLB sampai SMALB. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diperlukan bagi peserta didik tidak terkecuali anak tunagrahita dalam proses menuju kedewasaan dan mencapai keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat di kelak kemudian hari. Adapun tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi anak tungrahita yang disebutkan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunagrahita (2006: 69) yaitu: 1) Menginformasikan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, dan sejarah, melalui pendekatan pedagogis dan psikologis 2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial 3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4) Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara lokal nasional maupun global. Materi
pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
bagi
anak
tunagrahita kelas IX yang disebutkan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunagrahita (2006: 73), yaitu:
21 Tabel 2.1. SK dan KD Mata Pelajaran IPS Kelas IX SMPLB Kelas IX, Semester I Standar Kompetensi Dasar Kompetensi 1. Menghargai kejayaan 1.1 Mengenal kejayaan Hindu, Budha pada masa masa lalu, keragaman Sriwijaya dan Majapahit kenampakan alam, 1.2 Mengenal peninggalan Hindu, Budha pada dan suku bangsa masa Sriwijaya dan Majapahit 1.3 Mengenal kejayaan Islam pada masa Mataram, Kutai dan Demak di Nusantara 1.4 Mengenal keragaman kenampakan alami dan buatan 1.5 Mengenal pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya
Kelas IX, Semester II Standar Kompetensi Dasar Kompetensi 2. Memahami kegiatan 2.1 Mengenal berbagai jenis usaha perekonomian ekonomi di Indonesia dalam masyarakat 2.2 Mengenal berbagai pengelola usaha (perorangan dan kelompok) 2.3 Mengenal kegiatan ekonomi di Indonesia 2.4 Mengamati ke salah satu Produsen
3.
Tinjauan tentang Media Pembelajaran Permainan Kartu Bergambar a. Pengertian Media Pembelajaran Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Secara harfiah media berasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari medium yang berarti perantara yang membawa atau menyalurkan informasi sumber dan penerima. Menurut Gerlack & Ely dalam Anitah (2009: 5) “ Media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau visual”. Sementara itu menurut Gagne dalam Sadiman dkk (2003: 6) “Media adalah berbagai
22 jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangangnya untuk belajar”. Adapun pendapat lain yaitu menurut Association for Education Communication Technology (AECT) dalam Arsyad (2002: 3) “Media pendidikan ialah segala bentuk saluran yang digunakan oleh orang untu menyalurkan pesan / informasi”. Sedangkan menurut Anitah (2009: 124) “ Media Pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap”. Pendapat lainnya yaitu menurut Musfiqon (2012:28) yang berpendapat bahwa “media pembelajaran merupakan alat bantu berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat atau sarana fisik atau nonfisik yang dapat menimbulkan minat untuk belajar, konsentrasi, pemusatan perhatian anak didik sehingga mereka dapat meningkat kemampuannya dan dapat sekaligus perantara dalam penyampaian materi dari guru kepada siswa.
b. Jenis-jenis Media Pembelajaran Terdapat bermacam-macam media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru guna menunjang kegiatan pembelajaran, seperti yang disampaikan oleh Anitah (2009: 7-59) mengenai jenis-jenis media pembelajaran, diantaranya yaitu: 1) Media visual yang tidak diproyeksikan: gambar mati, ilustrasi karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, peta datar, relia dan model dan berbagai jenis papan. 2) Media visual yang divisualkan: OHP, slide, filmstrip, opaque projector. 3) Media audio: media audio tradisional (kaset, siaran, telepon), media audio digital (media optik, audio internet, radio internet), bentuk-bentuk
23 program audio: program wicara, wawancara, diskusi, buletin, warta berita, program dokumenter, program feature, drama audio. 4) Membangun keterampilan mendengarkan: konsentrasi, perhatian, kontak pandang, menggunakan bahasa tubuh, menggunakan simbolsimbol komunikasi, mengulangi pesan, mempertanyakan. 5) Media audio visual: slide suara, televisi (CCTV, TV broadcast, kerucut pengalaman. 6) Multimedia: multimedia kits, hypermedia, media interaktif, virtul reality, dan expert system. Pendapat lainnya yaitu menurut Bretz dalam Musfiqon (2012: 70) yang membagi media menjadi tiga macam yaitu suara (audio), media bentuk visual, dan media gerak (kinestetik). Sedangkan media bentuk visual dibedakan menjadi tiga pula yaitu gambar visual, garis (grafis), dan simbol verbal.
c. Kajian tentang Media Gambar Media visual merupakan media yang paling familiar dan sering digunakan guru dalam pembelajaran. media visual dapat memperlancar pemahaman, dan memperkuat ingatan. Media visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata (Musfiqon, 2012: 70). Salah satu bentuk media pembelajaran visual yaitu gambar. Di antara media pembelajaran yang lain, gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai. Menurut Baeulieu (2008: 17) “Sebuah gambar memiliki kemampuan untuk menyampaikan banyak informasi dengan ringkas dan dapat lebih mudah diingat daripada penjelasan yang panjang.” Tujuan
dari
penampilan
berbagai
jenis
gambar
adalah
untuk
mevisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa. Media gambar memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan media yang lain, diantaranya yaitu yang dijelaskan oleh Musfiqon (2012: 74). Adapun kelebihan media gambar atau foto adalah sebagai berikut:
24 1) Sifatnya konkret; gambar/foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. 2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, onjek atau peristiwa dapat di bawa di kelas, dan tidak selalu bisa dibawa ke objek/peristiwa tersebut. 3) Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 4) Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman. 5) Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Meskipun memiliki ke;ebihan, media gambar juga memiliki kekurangan, diantaranya yaitu yang disebutkan oleh Musfiqon (2012: 75), diantaranya yaitu: 1) Gambar/foto hanya menekankan persepsi indra mata. 2) Gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. 3) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Gambar atau foto yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran
hendaknya
gambar
yang
cocok
dengan
tujuan
pembelajaran. Sadiman dalam Musfiqon (2012: 75) menyebutkan enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran, antara lain: 1) Otentik Gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti apabila orang melihat benda sebenarnya. 2) Sederhana Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar. 3) Ukuran relatif Gambar/foto dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda sebenarnya. 4) Gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.
25 5) Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pebelajaran. 6) Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaknya bagus dari sudut seni sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
d. Kajian tentang Permainan Bermain merupakan dunia anak-anak, di mana dan dengan siapa mereka berkumpul di situ pula akan muncul permainan. Melalui permainan anak akan mengenal sekaligus belajar berbagai hal tentang kehidupannya, juga dapat melatih keberanian dan menumbuhkan kepercayaan diri, baik dengan mempergunakan alat (peraga) maupun tidak memakainya (Ismail, 2006: 23). Sedangkan menurut Musfiqon (2012: 98) “permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula.” Sadiman dalam Musfiqon (2012: 98) menyebutkan bahwa dalam permainan harus mempunyai empat komponen utama, yaitu: 1) Adanya pemain 2) Adanya lingkungan di mana para pemain berinteraksi 3) Adanya aturan-aturan main 4) Adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai Menurut Piaget dan Vygotsky dalam Jatmika (2012: 15) adapun fungsi permainan, diantaranya: 1) Fungsi kognitif, yaitu permainan membantu perkembangan kognitif anak. 2) Fungsi sosial, yaitu permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak, khususnya dalam permainan fantasi untuk memahami peran orang lain dan peran dirinya di masa yang akan datang. 3) Fungsi emosi, yaitu permainan memungkinkn anak memecahkan masalah emosinya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik batin. Permainan memungkinkan anak melepaskan
26 energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaanperasaan yang terpendam. Manfaat permainan antara lain untuk: 1) 2) 3) 4) 5)
Mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak Memenuhi kebutuhan emosional anak Mengembangkan kreatifitas dan kemampuan bahasa anak Membantu proses sosialisasi anak Mengembangkan aspek perkembangan anak antara lain mengembangkan kemampuan motorik, kognitif, afektif, bahasa serta aspek sosial.
Sebagai salah satu media pembelajaran berbentuk kinestetik, permainan mempunyai beberapa kelebihan, seperti yang disebutkan oleh Sadiman dalam Musfiqon (2012: 99), diantaranya yaitu: 1) Permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu
yang
menghibur.
Permainan
menjadi
manarik
sebab
didalamnya terdapat unsur kompetensi. 2) Permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar 3) Permainan dapat memberikan umpan balik langsung. Umpan balik yang secepatnya atas apa yang kita lakukan akan memungkinkan proses belajar jadi lebih efektif. 4) Permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peranperan ke dalam situasi dan peranan yang sebenarnya di masyarakat. 5) Permainan bersifat luwes, sehingga permainan dapat dipakai untuk berbagai tujuan pendidikan dengan menegubah sedikit-sedikit alat, aturan maupun persoalannya. 6) Permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak.
e. Permainan Kartu Bergambar Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berupa kartu bergambar yang dilakukan dengan cara permainan dalam peaksanaan pembelajaran pada anak tunagrahita. Kartu bergambar yang dimaksudkan
27 yaitu gambar dalam bentuk cetak yang dibuat dalam bentuk kartu, sedangkan permainan yang akan dilakukan yaitu dengan mengacu cara bermain kartu remi yang disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kartu yang diciptakan sendiri dengan membuat media kartu dalam ukuran panjang 10 cm dan lebar 7 cm. Kartu bergambar tersebut akan memuat gambar yang relevan dengan mata pelajaran IPS materi jenis-jenis usaha perekonomian dalam masyarakat dengan jumlah 24 buah kartu. Kartu permainan atau dalam bahasa Inggris disebut playing cards, atau lebih dikenal dengan kartu remi, adalah sekumpulan kartu seukuran tangan yang digunakan untuk permainan kartu. Dalam satu pak kartu remi berisi 52 lembar kartu. Dibagi menjadi 4 jenis kartu (Spade, Heart, Diamond, Club), masing-masing terdiri atas 13 kartu. Menurut Herdiana (2013) langkah-langkah permainan kartu remi yaitu sebagai berikut: 1) Dimainkan kira-kira 2-4 orang 2) Dimulai dengan mengocok kartu dan membagi kartu (masing-masing pemain mendapat 7 kartu di awal) 3) Pemain pertama mulai mengambil kartu di deck, memilih kartu yang tidak dikehendaki dari tangan untuk dibuang. 4) Dilanjutkan dengan pemain berikutnya 5) Setiap mengambil satu kartu pemain harus membuang satu kartu 6) Permainan berakhir jika kartu di deck habis 7) Melakukan perhitungan niai setelah kartu habis Sedangkan permainan kartu bergambar yang akan dilakukan dalam pembelajaran
IPS
materi
jenis-jenis
usaha
perekonomian
dalam
masyarakat pada anak tunagrahita kelas IX SMPLB semester II yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Siswa duduk berhadapan dan guru mengocok kartu bergambar yang berjumlah 24 kartu 2) Guru membagikan kartu, masing-masing anak menerima 4 buah kartu
28 3) Guru membuka satu kartu di atas meja untuk mengawali permainan, dan menumpuk kartu yang tersisa dengan posisi menutup 4) Siswa membuang kartu yang sejenis dengan kartu yang ada di meja, apabila siswa tidak memiliki kartu yang sejenis maka ia mengambil kartu di tumpukan kartu tertutup hingga memperoleh kartu sejenis 5) Siswa yang membuang kartu terlebih dahulu memiliki kesempatan untuk membuang salah satu kartunya di atas meja 6) Permainan berakhir jika kartu ditumpukan yang tertutup habis, atau salah satu siswa sudah tidak memiliki kartu lagi 7) Pemenang permainan yaitu siswa yang memiliki jumlah kartu paling sedikit atau tidak memiliki kartu sama sekali di akhir permainan.
B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan penalaran untuk sampai pada hipotesis. Anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, karena karakteristik anak tunagrahita yang mengalami gangguan intelektual sehingga dalam berpikir mengalami hambatan dan mengalami keterbatasan dalam ingatan. Salah satu karakteristik anak tunagrahita yaitu juga mengalami kesulitan dalam mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak, sehingga membutuhkan sesuatu yang bersifat kongkret dan kartu bergambar merupakan salah satu contoh media pembelajaran yang dapat digunakan pada anak tunagrahita untuk membantu meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu bergambar merupakan kegiatan belajar sambil bermain yang cocok diterapkan pada anak tunagrahita kelas IX SLB pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi jenisjenis usaha perekonomian. Dengan permainan dan kartu gambar yang memuat gambar jenis-jenis usaha perekonomian yang ada di masyarakat yang berwarnawarni dan dikemas dalam bentuk permainan diharapkan anak akan antusias dalam
29 melakukan kegiatan, sehingga tujuan yang diharapkan peningkatan prestasi belajar pada anak tunagrahita melalui Permainan Kartu Bergambar akan tercapai. Dari uraian pemikiran tersebut, maka dapat digambar dalam bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:
Pembelajaran IPS materi jenis-jenis usaha perekonomian dalam masyarakat
Anak tunagrahita kelas IX di SLB-A YKAB Surakarta tahun 2015/2016
Pembelajaran IPS belum menggunakan media permainan kartu bergambar
Prestasi belajar IPS anak tunagrahita rendah
Pembelajaran IPS menggunakan media permainan kartu bergambar
Prestasi belajar IPS anak tunagrahita meningkat Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Permainan kartu bergambar efektif dalam meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada anak tunagrahita kelas IX di SLB-A YKAB Surakarta tahun 2015/2016.