BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Keterampilan Menulis Karangan Pada Siswa Kelas IV SD a. Karakteristik Siswa Kelas IV SD Siswa
sekolah
dasar
merupakan
individu
yang
sedang
berkembang ke arah yang lebih baik. Perkembangan yang terjadi pada setiap individu merupakan suatu proses yang kompleks dan teratur karena banyak faktor yang berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan. Faktor tersebut dapat berupa unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan. Semua itu sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan individu. Tentunya tiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik utama siswa sekolah dasar ialah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan
individual
dalam banyak segi dan bidang, di
antaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Masa usia sekolah dasar merupakan masa perkembangan anak yang sangat penting bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa perlu dimotivasi agar dapat berkembang secara maksimal. Guru yang baik seharusnya dapat mengenal dan memahami semua siswanya dengan baik. Apabila guru mampu mengenal dan memahami siswanya maka guru dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran secara tepat sesuai dengan kebutuhan siswa. Jika sudah seperti itu maka kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat ditingkatkan.
10
11
Perkembangan kognitif anak berlangsung secara teratur dan berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya. Pengajaran harus direncanakan sedemikian rupa agar sesuai dengan perkembangan kecerdasan anak. Jean Piaget menyatakan tahap kemampuan bepikir anak dalam empat tahap berdasarkan usia yaitu: (1) tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun), (2) tahap pra operasional (usia 2-7 tahun), (3) tahap konkretoperasional (usia 7-11 tahun), dan (4) tahap formal-operasional (usia 11 tahun ke atas) (Monks, Knoers, dan Haditono, 2006: 217). Siswa kelas IV SD Negeri Tanjungsari berusia antara 9-10 tahun. Pada masa itu siswa masih termasuk tahap operasional konkret. Piaget menyatakan bahwa, pada tahap operasional konkret yaitu 7-11 tahun, anak sudah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Dalam tahap ini anak mulai berkurang egosentrimenya, dan lebih sosiosentris (mulai membentuk peer group) (Suharjo, 2006: 37). Menurut Buhler, masa usia sekolah dasar termasuk ke dalam fase ke empat yaitu umur 9-10 tahun. Pada fase ini, anak mencapai objektivitas tertinggi. Fase ini bisa disebut juga sebagai masa menyelidiki, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar, masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Pada akhir fase ini, anak mulai “menemukan diri sendiri”, yaitu secara sadar mulai berpikir tentang diri pribadi dan kerap mengasingkan diri (Sobur, 2011: 132). Berdasarkan pembahasan tentang karakteristik siswa usia sekolah dasar, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV yang berusia antara 9-10 tahun termasuk pada fase operasional konkret yang dapat berpikir logis tentang suatu objek atau peristiwa, senang mencoba, menyelidiki, bereksplorasi, serta memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karakteristik siswa tersebut pada umumnya dimiliki oleh siswa kelas IV di SD Negeri Tanjungsari.
12
Melihat karakteristik siswa kelas IV SD yang rata-rata berada pada fase operasional konkret maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, serta pengalaman belajar yang bermakna. Berdasarkan hal tersebut maka Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dengan media gambar tepat digunakan dalam pelajaran bahasa Indonesia tentang keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SD karena dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, siswa memperoleh pengalaman belajar secara langsung, siswa akan dihadapkan pada situasi-situasi konkret yaitu bekerja dalam kelompok. Hal ini ditandai dengan karakter siswa kelas IV yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, dapat berpikir logis tentang suatu objek atau peristiwa, senang mencoba, menyelidiki, dan bereksplorasi.
b. Hakikat Bahasa Indonesia 1) Hakikat Bahasa Indonesia Sufanti (2010: 11) menyebutkan bahwa, “mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Berdasarkan KTSP, mata pelajaran ini di SD mendapat alokasi waktu 5 jam pelajaran per minggu”. Berdasarkan KTSP (2008: 37), “Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia”. Dari penjelasan mengenai bahasa Indonesia di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia merupakan suatu program pendidikan yang dilaksanakan di semua jenjang, mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi agar individu-individu dapat berkomunikasi
13
secara baik dan benar serta menumbuhkan apresiasi sastra. Dalam pelaksanaan
proses
pembelajaran,
harus
membantu
siswa
mengoptimalkan kemampuan ataupun potensi yang dimiliki agar nantinya dapat melaksanakan tujuan-tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan.
2) Ruang Lingkup Bahasa Indonesia Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
didefinisikan
sebagai
pembelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. (Zulela, 2013: 4). Tarigan (2008: 1) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: a) Keterampilan menyimak (listening skills). b) Keterampilan berbicara (speaking skills). c) Keterampilan membaca (reading skills). d) Keterampilan menulis (writing skills). Selanjutnya Zulela (2013: 100) menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia SD/MI dalam empat aspek keterampilan berbahasa adalah sebagai berikut: a) Mendengarkan; mendengarkan bunyi, suara, bunyi bahasa, lagu, kaset,
pesan,
penjelasan,
laporan
ceramah,
nara
sumber,
dialog/percakapan, perintah, pengumuman, mendengarkan hasil karya sastra (dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi, syair lagu, pantun, dan menonton drama), berita, petunjuk, pengumuman. b) Berbicara; mengungkapkan perasaan, gagasan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, bercerita tentang berbagai topik,
menceritakan
gambar,
pengalaman,
peristiwa,
tokoh,
14
kegemaran, tata tertib, petunjuk, laporan, berekspresi tentang sastra, mendongeng, puisi, syair lagu, berpantun, drama anak. c) Membaca; membaca permulaan; membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, berbagai teks bacaan sederhana; membaca lanjut; membaca denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, berbagai teks iptek, cerita rakyat, dongeng, drama dll. d) Menulis; menulis permulaan; menulis lanjut; menulis karangan naratif, nonnaratif, dengan memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca. Berdasarkan uraian di atas, ruang lingkup bahasa Indonesia terdapat empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Pada penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang akan diteliti adalah keterampilan menulis yaitu menulis karangan deskripsi, yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik.
c. Hakikat Keterampilan Menulis Karangan 1) Pengertian Keterampilan Menulis Karangan Kata keterampilan berasal dari kata dasar “terampil” yang berarti sangat ahli/cakap dalam menyelesaikan tugas. Sutino (Widianti, 2015: 8) menyatakan bahwa keterampilan sebagai kemampuan bertindak atau melakukan suatu pekerjaan dengan baik, cermat, cepat, dan tepat. Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar. Menulis merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh setiap orang. Tarigan (2008: 3) menjelaskan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menurut Tim Penyusun Pusat Bahasa
15
(Depdiknas, 2008: 1557), menulis mempunyai arti: (1) membuat huruf (angka, dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), (2) melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, (3) menggambar, melukis, dan (4) membatik (kain). Rusyana (Susanto, 2013: 247) menyatakan bahwa menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya gagasan/pesan.
secara Menulis
tertulis
untuk
merupakan
mengungkapkan
kegiatan
yang
suatu sifatnya
berkelanjutan sehingga pembelajarannya pun perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak TK. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Susanto (2013: 249) menyatakan bahwa menulis tidak diperoleh secara alamiah tetapi melalui proses belajar mengajar. Untuk dapat menulis huruf sebagai lambang bunyi, siswa harus berlatih mulai dari cara memegang alat tulis. Yunus, dkk. (2013: 1.3) menjelaskan bahwa menulis atau mengarang merupakan
suatu
aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke dalam bentuk tertulis atau kegiatan memikirkan, menggali, dan mengembangkan suatu ide dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan menulis karangan yaitu kemampuan melakukan suatu kegiatan mengungkapkan atau menyampaikan pikiran, angan-angan, perasaan ke dalam bentuk tulisan yang utuh, lengkap, sehingga dapat terjadinya komunikasi antar penulis dan pembaca dengan baik. 2) Jenis, Fungsi, Tujuan dan Manfaat Menulis Karangan a) Jenis-jenis Karangan Karangan dibedakan menjadi 5 yaitu karangan narasi, deskripsi, eksposisi, argumentai dan persuasi.
16
(1) Karangan Narasi Dalman menyatakan bahwa narasi merupakan cerita yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak
tanduk
manusia
dalam
sebuah
peristiwa
atau
pengalaman manusia dari waktu ke waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis (2015: 94-146). Menurut Zainurrahman (2013: 37-67), naratif adalah tulisan yang menceritakan sebuah kejadian. Naratif berasal dari kata “to narrate” atau “to tell story” yang artinya menyampaikan cerita. Jadi
karangan
narasi
dibuat dengan tujuan
menceritakan sebuah cerita supaya dapat dicerna oleh pembaca dan dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut. (2) Karangan Deskripsi Dalman (2015: 94-146) mengemukakan
bahwa
karangan deskripsi merupakan karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan si penulisnya. Zainurrahman (2013: 3767) menjelaskan bahwa, tulisan deskripsi adalah tulisan yang bersifat menyebutkan karakteristik-karakteristik suatu objek secara keseluruhan, jelas, dan sistematis. Dari
beberapa
pengertian
di
atas
dapat
disimpulkan bahwa karangan deskripsi merupakan karangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah objek tersebut terlihat sesuai dengan keadaannya secara jelas dan menyeluruh. (3) Karangan Eksposisi Zainurrahman (2013: 37-67) menjelaskan bahwa tulisan ekspositori
atau
eksposisi
adalah
tulisan
yang
17
memberikan informasi mengenai mengapa dan bagaimana, menjelaskan sebuah proses, atau menjelaskan sebuah konsep. Rusyana (Yunus, dkk., 2013: 6.2) berpendapat bahwa
karangan
eksposisi merupakan
karangan
yang
menjelaskan sesuatu dengan cara merumuskan pengertian, memerinci,
dan
menguraikan, membandingkan,
memberi
contoh, menyimpulkan dan menafsirkan sesuatu. Dalman
(2015:
94-146)
menjelaskan
bahwa
karangan eksposisi adalah karangan yang menjelaskan atau memaparkan pendapat, gagasan, keyakinan, yang memerlukan fakta yang diperkuat dengan angka, statistik, peta dan grafik, tetapi tidak bersifat memengaruhi pembaca. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan eksposisi adalah sebuah karangan yang menjelaskan secara rinci dan jelas untuk menerangkan sesuatu. (4) Karangan Argumentasi Dalman (2015: 94-146) menyampaikan bahwa karangan argumentasi meyakinkan
adalah
karangan
yang
bertujuan
atau membuktikan kepada pembaca agar
menerima sesuatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu. Menurut Ozagac (Zainurrahman, 2013: 37-67) mendefinisikan tulisan argumentatif sebagai salah satu tulisan yang mana penulis bukan hanya menginformasikan sesuatu kepada
pembaca,
tetapi
juga menyajikan argumentasi
lengkap dengan ideologi yang pro kontra mengenai sesuatu yang sedang diinformasikan itu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang berisi pendapat dan menyajikan
argumentasi
lengkap
yang
18
bertujuan
meyakinkan
pembaca
atas
pendapat
yang
dikemukakannya. (5) Karangan Persuasi Dalman
(2015:
94-146)
menyatakan
bahwa
karangan persuasi merupakan karangan yang bertujuan untuk memengaruhi perasaan pembaca agar pembaca yakin dan percaya akan isi karangan tersebut dan mengikuti keinginan si penulisnya. Menurut Finoza dan Tarigan (Yunus, dkk., 2013: 6.23) karangan persuasi adalah karangan yang mengandung gaya bahasa untuk meyakinkan dan memengaruhi pembaca agar mau melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penulis. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa karangan persuasi adalah sebuah tulisan yang menonjolkan fakta-fakta mengenai suatu persoalan yang bertujuan
untuk memengaruhi perasaan pembaca agar
percaya akan isi karangan. Berdasarkan
beberapa
jenis
karangan
di
atas,
dalam
penelitian ini peneliti memilih karangan deskripsi yang akan dijadikan materi dalam penelitian. Peneliti memilih materi karangan deskripsi karena keterampilan menulis karangan deskripsi di SD Negeri Tanjungsari masih rendah, sehingga perlu diadakan penelitian untuk meningkatkan hasil pembelajaran tentang menulis karangan deskripsi. b) Fungsi Menulis Susanto (2013: 252) menyatakan bahwa fungsi menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung karena tidak langsung berhadapan dengan pihak lain yang membaca tulisan kita tetapi melalui bahasa tulisan. Tarigan (2008: 22) menyebutkan fungsi menulis yaitu: (1) sebagai alat komunikasi yang tidak langsung, (2) memudahkan para pelajar berpikir, (3) menolong seseorang untuk berpikir secara kritis, (4)
19
memudahkan seseorang dalam merasakan dan menikmati hubunganhubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, (5) untuk menjelaskan pikiran-pikiran seseorang melalui menulis. Yunus, dkk. (2013: 1.3-1.4) menyebutkan bahwa fungsi menulis yaitu: (1) Fungsi personal, yaitu mengekspresikan pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya, yang diungkapkan melalui misalnya surat atau buku harian. (2) Fungsi instrumental (direktif), yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. (3) Fungsi interaksional, yaitu menjalin hubungan sosial. (4) Fungsi informatif, yaitu menyampaikan informasi, termasuk ilmu pengetahuan. (5) Fungsi heuristik, yaitu belajar atau memperoleh informasi. (6) Fungsi estetis, yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi menulis yaitu menggali dan memunculkan pikiran serta ide yang diserap dari lingkungan sekitar. Menulis bukanlah suatu kegiatan yang sia-sia karena memilki beberapa fungsi bagi penulis maupun pembaca. c) Tujuan Menulis Tarigan (2008: 24) menyebutkan bahwa maksud atau tujuan penulis ialah “responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca”. Berdasarkan batasan ini maka dapat dikatakan bahwa: (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan
atau
mengajar disebut
wacana informatif
(informative discourse), (2) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive
20
discourse), (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse), (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse). Menurut Susanto (2013: 253-254) tujuan menulis dapat dikategorikan ke dalam empat macam yaitu: (1) tulisan yang bertujuan
memberitahukan
atau
mengajar,
(2) tulisan yang
bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan, (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik, (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis memiliki berbagai macam tujuan antara lain: (1) menyampaikan
informasi/memberitahu
suatu
hal,
(2)
mempengaruhi/meyakinkan, (3) menghibur/sebagai seni, (4) sebagai penugasan, (5) memecahkan masalah, (6) sebagai perwujudan kekreatifan seseorang. d) Manfaat Menulis Dibalik
kerumitannya
menulis
mengandung
banyak
manfaat bagi pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang.
Menulis
dapat
meningkatkan
kecerdasan,
mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian,
serta
merangsang
kemauan
dan
kemampuan
mengumpulkan informasi. Menurut
Susanto
(2013: 254-255),
manfaat
menulis
sebagai berikut: (1) menulis membantu menemukan kembali apa yang pernah diketahui, (2) menulis menghasilkan ide-ide baru, (3) menulis membantu mengorganisasikan pikiran dan
21
menempatkannya dalam suatu wacana yang berdiri sendiri, (4) menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi, (5) menulis membantu menyerap dan menguasai informasi baru, (6) menulis membantu memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu konteks visual, sehingga dapat diuji. Akhdiah
(Susanto,
2013:
255-256)
mengemukakakan
beberapa manfaat dari menulis, sebagai berikut: (1) lebih mengenali kemampuan dan potensi diri dan mengetahui sampai dimana pengetahuan kita tentang suatu topik, (2) dapat mengembangkan berbagai gagasan, (3) lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis, (4) mengomunikasikan gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat, (5) dapat menilai diri kita secara objektif, (6) dapat memecahkan permasalahan yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang konkret, (7) mendorong kita belajar lebih aktif, kita menjadi penemu, serta pemecah masalah, (8) membiasakan berpikir tertib. Menurut Graves (Yunus, dkk., 2013: 1.4-1.7), manfaat menulis sebagai berikut: (1) menulis mengembangkan kecerdasan, menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan kepercayaan diri dan keberanian, (4) menulis mendorong
kebiasaan
serta
memupuk
kemampuan
dalam
menemukan, mengumpulkan, dan mengorganisasikan informasi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis yaitu: (1) mengembangkan kemmapuan keterampilan berpikir dan belajar, (2) pengembangan daya inisiatif dan
kreativitas,
(3)
mendorong
untuk
mengembangkan informasi yang diperoleh.
mencari
dan
22
3) Langkah-langkah dalam Menulis Karangan Kegiatan
menulis
karangan
berbeda
dengan
kegiatan
kegiatan keterampilan berbahasa lainnya. Kegiatan menulis karangan memerlukan langkah-langkah yang panjang dan membutuhkan waktu yang cukup banyak karena mencakup hal-hal yang kompleks. Langkah dalam menulis karangan juga tidak terlalu jauh dari kegiatan
langkah
menulis.
Dalman
(2014: 86-89) menjelaskan
langkah-langkah dalam menulis karangan sebagai berikut: a) Menentukan Tema, Topik, dan Judul Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan, sedangkan topik adalah pokok persoalan atau hal yang dikembangkan atau dibahas dalam karangan. Selanjutnya, judul adalah kepala karangan atau nama sebuah karangan. Menurut Widyamartaya (Dalman, 2015: 87), hal-hal yang perlu diperhatikan di dalam memilih tema adalah: (1) jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas, (2) pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan, (3) pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh. b) Mengumpulkan Bahan Setelah mengumpulkan tema, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. c) Menyeleksi Bahan Petunjuk-petunjuk dalam menyeleksi bahan, yaitu: (1) catatan hal penting semampunya, (2) jadikan membaca sebagai kebutuhan, (3) banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
23
d) Membuat Kerangka Karangan Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Tahap dalam menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut: (1) mencatat gagasan, (2) mengatur urutan gagasan, (3) memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab, membuat kerangka karangan. e) Mengembangkan Kerangka Karangan Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi yang hendak ditulis. Jika benarbenar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir, dan nyata.
Menurut Clark (Zainurrahman, 2013: 11-31), langkah-langkah dalam proses menulis karangan adalah sebagai berikut: a)
Prewriting atau Planning Pada tahap ini, seorang penulis menyiapkan ide yang akan dituangkannya dalam bentuk tulisan. Penulis wajib mengetahui apa yang harus dituliskan dan dari mana tulisan tersebut berawal. Kegiatan prewriting ini terdapat beberapa aktivitas yaitu: (1) membuat kerangka ide, (2) mempertimbangkan pembaca, dan (3) mempertimbangkan konteks.
b)
Writing Dalam tahap ini, ada beberapa hal yang harus dijaga oleh penulis yaitu: (1) fokus, (2) konsistensi, (3) pengembangan ide yang menarik, (4) pembacaan model, (5) pertahankan diri sebagai penulis (authorial voice), (6) kejelasan, (7) tone atau nada, dan (8) pengembangan paragraf.
24
c)
Rewriting atau Revisi Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pembacaan ulang dan revisi. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengambil jarak terhadap tulisan, dan (2) membuat daftar revisi (revision checklist). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah dalam menulis karangan yaitu: tahap prapenulisan (menentukan tema, topik, dan judul), tahap penulisan (mencatat gagasan, membuat kerangka karangan, mengembangkan kerangka karangan), dan tahap pascapenulisan (merevisi, mengedit, dan memublikasikan). 4) Kendala dalam Menulis Karangan Kegiatan
menulis
tidaklah
mudah
karena
keterampilan
berbahasa yang satu ini tidak semudah keterampilan berbahasa lainnya seperti mendengarkan, berbicara dan membaca. Banyak yang berpendapat bahwa kegiatan menulis ini sulit, karena kebanyakan orang bingung untuk menggambarkan sesuatu ke dalam bentuk tulisan. Zainurrahman (2013: 206), mengelompokkan kendala dalam kegiatan menulis menjadi dua yaitu: (a) kendala umum yaitu, kesulitan
karena
kekurangan
materi,
kesulitan
memulai
dan
mengakhiri tulisan, kesulitan strukturalisasi dan penyelarasan isi, kesulitan memilih topik, (b) kendala khusus yaitu, kehilangan mood menulis (kehabisan ide, kesibukan, fluktuasi psikologi) dan Writer’s Block (keseluruhan yang memengaruhi dalam menulis baik kendala umum maupun kendala khusus. Menurut Graves (Yunus, dkk., 2013: 1.8-1.9), seseorang enggan menulis karena tidak tahu untuk apa ia menulis, merasa tidak berbakat dalam menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana menulis. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kendala dalam menulis ada dua yaitu: (a) kendala umum, seperti kesulitan
25
dalam kekurangan materi, kesulitan memulai dan mengakhiri tulisan, kesulitan strukturalisasi dan penyelarasan isi, kesulitan memilih topik, (b) kendala khusus, yaitu merasa tidak mampu dalam menulis, tidak tahu tujuan menulis dan tidak adanya minat untuk menulis. Solusi untuk mengatasi kendala dalam menulis karangan yaitu: (1) mencari motivator yang bisa membangkitkan motivasi seperti: orangtua, kerabat dekat, atau teman, (2) tingkatkan kepekaan diri terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, (3) mengasah otak dengan menulis kejadian sehari-hari, (4) catat ide serta buat buku catatan inspirasi, dan (5) ketika melihat masalah muncul berpikirlah kreatif. 5) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menulis Karangan Menurut Dalman (2015: 90), menyusun karangan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: (a) usahakan kalimat-kalimat yang pendek, (b) pilihlah kalimat yang sederhana daripada yang rumit, (c) pilihlah kata umum yang dikenal, (d) hindari kata-kata yang tidak perlu, (e) berikan tindakan dalam kata-kata kerja, (f) menulislah seperti anda bercakap-cakap, (g) pakailah istilah-istilah yang dapat menggambarkan perkataan yang konkret lebih jelas bagi pembaca daripada perkataan yang abstrak, (h) kaitkan dengan pengalaman pembaca, (i) manfaatkan sepenuhnya keanekaragaman karangan, (j) mengaranglah untuk mengungkapkan, bukan untuk mengesankan. Dalam menyusun sebuah kalimat seorang penulis harus memerhatikan hal-hal berikut ini: a) Pemakaian Kata Menurut Gunning (Dalman, 2015: 91), pemakaian kata dalam sebuah karangan tulisan harus memerhatikan beberapa hal berikut ini: (1) hendaknya dihindari pemakaian kata atau frasa tutur dan kata atau frasa setempat kecuali bila sudah menjadi perkataan umum, (2) hendaknya dihindari pemakaian kata atau frasa yang
26
telah usang atau mati, (3) hendaknya kata atau frasa yang bernilai rasa digunakan secara cermat, sesuai dengan suasana dan tempatnya, (4) hendaknya kata-kata sinonim dipakai secara cermat pula karena kata-kata sinonim tidak selamanya sama benar arti pemakaiannya, (5) hendaknya istilah-istilah yang sangat asing bagi umum tidak dipakai dalam karangan umum, (6) hendaknya dihindari pemakaian kata asing atau kata daerah bila dalam bahasa Indonesia sudah ada katanya, jangan menggunakan kata asing hanya karena terdorong untuk bermegah dan berbahasa tinggi, (7) untuk memperkecil banyaknya kata kembar dan kata bersaingan, dan untuk menghindari beban atau pemberat yang tidak perlu dalam pemakaian bahasa, sebaknya dipedomani kelaziman dan ketentuan ejaan. Anwar (Dalman, 2015: 91-92) mengemukakakan bahwa dalam menyusun kalimat, seorang penulis harus memerhatikan halhal berikut ini: (1) gunakanlah kalimat-kalimat pendek, (2) gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang, (3) gunakan bahasa sederhana dan jernih pengutaraannya, (4) gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk, (5) gunakan bahasa dengan kalimat aktif, bukan pasif, (6) gunakan bahasa padat dan kuat, (7) gunakan bahasa positif, bukan negatif. b) Judul Karangan Menurut Dalman (2015: 92), judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau jabaran dari topik karangan. Judul merupakan nama yang diberikan untuk sebuah pembahasan atau karangan. Judul berfungsi sebagai selogan promosi untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan. Judul lebih spesifik dan sering menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai
27
berikut: (1) relevan, (2) provokatif, (3) singkat, (4) judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang perlu dipethatikan dalam menulis karangan yaitu: (a) gunakanlah kalimatkalimat pendek, (b) gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang, (c) hindari kata-kata yang tidak perlu, (d) gunakan bahasa dengan kalimat aktif bukan pasif, (e) gunakan bahasa padat dan kuat, (f) gunakan bahasa positif, bukan negatif.
d. Materi Keterampilan Menulis Karangan Kelas IV SD Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2008 materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester II, adapun lingkup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator pelajaran Bahasa Indonesia terdapat dalam silabus (silabus terdapat pada lampiran 2 halaman 216) yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut: Standar Kompetensi : 8.
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak.
Kompetensi Dasar : 8.1
Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dan lain-lain).
Indikator : 8.1.1 Menjelaskan pengertian karangan deskripsi. 8.1.2 Menyebutkan langkah-langkah menulis karangan deskripsi. 8.1.3 Menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema binatang. 8.1.4 Mengembangkan
kerangka
karangan
deskripsi
menjadi
1
paragraf dengan memperhatikan isi, bahasa, dan ejaan 8.1.5 Menyusun lingkungan.
kerangka
karangan
deskripsi
dengan
tema
28
8.1.6 Mengembangkan
kerangka
karangan
deskripsi
menjadi
2
paragraf dengan memperhatikan isi, bahasa, dan ejaan. 8.1.7 Menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. 8.1.8 Mengembangkan
kerangka
karangan
deskripsi
menjadi 2
paragraf dengan memperhatikan isi, bahasa, dan ejaan.
Berikut ini materi pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD semester II yang akan digunakan dalam penelitian: 1) Pengertian Karangan Deskripsi Karangan deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang harus dikuasai siswa. Finoza (Dalman, 2015: 93) mengemukakan bahwa deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Menurut Mariskan (Dalman, 2015: 93-94), deskripsi atau lukisan adalah karangan yang melukiskan kesan atau indra semata dengan teliti dan sehidup-hidupnya agar pembaca atau pendengar dapat melihat, mendengar, merasakan, menghayati dan menikmati seperti yang dilihat, didengar, dirasakan dan dihayati, serta dinikmati penulis. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan
deskripsi
merupakan
gambaran
tentang suatu
objek
tertentu yang untuk melukiskan hakikat objek yang sebenarnya yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca. 2) Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi Dalman
(2015: 99-100)
menyebutkan
langkah-langkah
menulis karangan deskripsi yaitu: (1) menentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan, (2) menentukan tujuan, (3) mengumpulkan data dengan mengamati objek atau tema yang akan dideskripsikan, (4) menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (sistematis)
29
atau membuat kerangka karangan, (5) menguraikan/ mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan. 3) Menyusun Kerangka Karangan Deskripsi Dalman (2015: 88) menjelaskan tahap-tahap dalam menyusun kerangka karangan deskripsi antara lain mencatat gagasan, mengatur urutan gagasan, memeriksa kembali gagasan yang telah diatur dan selanjutnya membuat kerangka karangan. Adapun contoh menyusun kerangka karangan adalah sebagai berikut: Tema
: Binatang
Judul
: Burung Cendrawasih
Kerangka karangan
:
Habitat burung cenderawasih Bulu burung cenderawasih Paruh burung cenderawasih Kaki burung cenderawasih Tema
: Lingkungan
Judul
: Lingkungan Rumahku
Kerangka Karangan
:
Tanam bunga dirumahku
Halaman untuk bermain
Rumahku rapi dan bersih
Ruangan isi rumah
Tema
: Keindahan Alam
Judul
: Pantai
Kerangka Karangan
:
Letak pantai Indrayanti
Gelombang ombak pantai
Suasana pantai
Air jernih dan pasir putih
30
4) Mengembangkan Karangan Deskripsi berdasarkan Kerangka Karangan Berikut ini adalah contoh pengembangan karangan deskripsi: Tema : Binatang Judul : Burung Cendrawasih
Gambar 2.1 Burung Cenderawasih Burung Cenderawasih merupakan salah satu jenis burung yang terdapat di Papua. Burung ini memiliki warna bulu yang bermacam-macam. Burung-burung Cendrawasih mempunyai ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung
jantan.
Bulunya
memiliki pesona keindahan yang mampu membuat mata terpesona melihatnya. Keindahan bulu Cendrawasih jantan digunakan untuk menarik perhatian lawan jenis. Burung Cenderawasih memiliki paruh
yang pendek,
yang berfungsi
untuk memakan biji-bijian.
Kakinya berwarna hitam kecoklatan dengan ruas-ruas jari yang panjang. Burung cenderawasih dapat terbang jauh mengelilingi hutan.
31
Tema : Lingkungan Judul : Lingkungan Rumahku
Gambar 2.2 Lingkungan Rumahku Aku tinggal didekat daerah perkotaan. Suasananya bising dan penuh dengan debu, tapi dipekaranganku banyak ditumbuhi tanaman seperti bunga mawar, perdu serta sayuran. Tanaman dirumahku membantu untuk menanggulangi asap kendaraan bermotor yang lalu lalang. Rumahku memiliki halaman rumah yang cukup untuk bermain. Rumah yang saya tinggali sederhana, rapi dan bersih dengan cat warna hijau. Hanya ada satu ruang tamu, dua kamar tidur, dan ruang dapur sekaligus dengan ruang makan. Saya merasa nyaman tinggal di rumah bersama keluarga.
Tema : Keindahan Alam Judul : Pantai Yang Indah
Gambar 2.3 Pantai yang Indah
32
Pantai Indrayanti di Yogyakarta sangat bersih dan indah. Pantai ini memiliki gelombang ombak yang tidak terlalu besar yang sangat asyik untuk bermain. Banyak orang yang berdatangan ke pantai sehingga ramai. Ada yang bermain pasir, ada yang bermain kejarkejaran, ada yang membawa pelampung dan ada juga yang berenang ditepi-tepi pantai. Banyak orang yang berfoto untuk mengabadikan keindahan pantai bersama keluarga. Mereka terlihat sangat gembira menikmati keindahan pantai yang sangat indah. Air yang jernih dan pasir putih terhampar luas. Pantai terbentang sangat luas dan biru. Burung-burung yang sedang mencari makan bertebangan di atas air laut. Sungguh indah pemandangan di pantai Indrayanti. e. Aspek Penilaian Keterampilan Menulis Penilaian keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SD diukur melalui lembar soal objektif. Aspek penilaian keterampilan menulis yang dimaksud di sini adalah aspek yang diamati oleh guru dalam
sebuah
karangan
untuk menentukan penilaian dari hasil
karangan. Tarigan (2008: 12) mengemukakan bahwa penilaian penulis dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga komponen yaitu: struktur kata/bahasa, kosa kata, ortografi, dan kecepatan/kelancaran umum dalam menulis. Menurut Zulela (2013: 9), penilaian pada tahap penulisan tingkat lanjutan yaitu penilaiannya sudah menekankan pada hasil yang meliputi: (1) isi, (ketepatan pengembangan tulisan/karangan dengan tugas yang diminta), (2) bahasa, (struktur kata, diksi, struktur kalimat), ejaan, (meliputi tulisan, penggunaan tanda baca, huruf kapital, dan lain-lain). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek penilaian menulis disesuaikan hasil yang dituangkan dalam tulisan seperti: (1) isi karangan, (2) unsur kebahasaan, (3)
33
ejaan. Untuk menilai aspek-aspek kemampuan menulis dilihat dari memperhatikan indikator penilaian yang sudah dibuat oleh guru yang di dalamnya termuat indikator-indikator penilaian sebuah tulisan dari isi, unsur kebahasaan, dan ejaan.
Berdasarkan uraian tentang karakteristik siswa kelas IV SD, hakikat keterampilan menulis karangan, dan materi keterampilan menulis karangan kelas IV SD, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis karangan siswa kelas IV SD adalah kegiatan mengungkapkan gagasan, ide, dan perasaan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya untuk disampaikan kepada pihak lain melalui serangkaian kegiatan yaitu menjelaskan pengertian karangan deskripsi, menyebutkan langkah-langkah menulis karangan deskripsi, menyusun kerangka karangan deskripsi dengan tema binatang, lingkungan dan keindahan alam, dan mengembangkan kerangka karangan deskripsi menjadi 1 sampai 2 paragraf dengan memperhatikan isi, bahasa dan ejaan.
2. Penerapan Model Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) a. Model Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Kata cooperative learning berasal dari kata cooperatif yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu strategi belajar mengajar adalah suatu cara mengajar yang menempatkan siswa dalam kelas dipandang sebagai kelompok atau dibagi dalam beberapa kelompok yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Pembelajaran kooperatif menurut Roger, dkk, sebagai berikut:
34
Cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of others (Huda, 2011: 29) Slavin (2009: 4) menyatakan “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok -kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran”. Suprijono (2011: 61) menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dari berbagai penjelasan di atas mengenai model pembelajaran kooperatif, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif
merupakan
model
pembelajaran
berkelompok
yang
beranggotakan empat sampai lima orang dengan anggota tim yang heterogen untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pembelajaran yang dapat mengembangkan sikap sosial siswa. 2) Tujuan Pembelajaran Kooperatif Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggungjawab pada kemajuan belajar temannya. Johnson dan Johnson menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok (Trianto, 2012: 57). Louisell dan Descamps (Trianto, 2012: 57) mengatakan karena siswa bekerja dalam satu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilanketerampilan kelompok dan pemecahan masalah. Zamroni (Trianto,
35
2012: 57-58) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif
adalah
dapat
mengurangi
kesenjangan
pendidikan
khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memaksimalkan belajar siswa dalam peningkatan prestasi akademik baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan partisipasi siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya. 3) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Menurut Suprijono (2011: 65) terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan mengkondisikan suasana belajar siswa. Tahap ini diikuti penyajian informasi oleh guru secara verbal kepada siswa. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru saat bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas. Fase terakhir yaitu presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi pengakuan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Menurut Trianto (2012: 66-67) terdapat enam langkah dalam pembelajaran kooperatif diantaranya: (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, (6) memberikan penghargaan.
36
Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif maka dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah
pembelajaran kooperatif meliputi: (1) menyampaikan
kompetensi yang akan dicapai dan memotivasi siswa, (2) menjelaskan materi pembelajaran, (3) membagi kelompok, (4) membagikan lembar kerja siswa, (5) membimbing kelompok dalam bekerja sama dan belajar, (6) mengevaluasi proses, (7) mengevaluasi hasil, (8) memberi penghargaan. Shoimin (2014: 31-54) menyebutkan model pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa tipe dengan langkah-langkah yang berbeda. Tipe-tipe pembelajaran kooperatif antara lain tipe Bamboo Dancing, tipe Circuit Learning, tipe Complete Sentence, tipe Concept Sentence,
tipe
Connecting,
Organizing,
Reflecting,
Extending
(CORE), tipe Contextual Teaching and Learning, tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), tipe Course Review Horay, dan lain-lain. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
4) Model Kooperatif Tipe CIRC a) Pengertian Model Kooperatif Tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kelompok. Model CIRC merupakan model pembelajaran khusus mata pelajaran bahasa dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau tema sebuah wacana (Shoimin, 2014: 51). Selain itu, Slavin (2009: 16) menyebutkan bahwa CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah. Dalam kebanyakan
37
kegiatan CIRC, para siswa mengikuti serangkaian pengajaran guru, praktik tim, prapenilaian tim, dan kuis. Penghargaan untuk tim akan diberikan kepada tim berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua kegiatan membaca dan menulis. Mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses karena siswa bekerja dalam kelompok tetapi mempunyai tanggungjawab individu. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa CIRC merupakan model pembelajaran untuk mengajarkan membaca dan menulis dengan serangkaian kegiatan yang melibatkan kelompok. b) Unsur-unsur Model Kooperatif Tipe CIRC Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) terdiri dari tiga unsur penting yaitu kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaan, dan seni berbahasa dan menulis terpadu. Dalam semua kegiatan ini, para siswa bekerja dalam tim-tim yang heterogen. Semua kegiatan mengikuti siklus reguler yang melibatkan presentasi dari guru, latihan tim, latihan independent, prapenilaian teman, latihan tambahan, dan tes (Slavin, 2009: 204). Unsur utama dari CIRC sebagai berikut: a)
Kegiatan Dasar Terkait meliputi: (1) Kelompok Membaca Jika menggunakan kelompok membaca, para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari dua atau tiga orang berdasarkan tingkat kemampuan membaca mereka, yang dapat ditentukan oleh guru mereka, atau jika tidak, diberikan pengajaran kepada seluruh kelas.
38
(2) Tim Para siswa dibagi ke dalam pasangan atau trio dalam kelompok membaca mereka, dan selanjutnya pasangan-pasangan tersebut dibagi ke dalam tim yang terdiri dari pasangan-pasangan dari dua kelompok membaca atau tingkat. Misalnya, sebuah tim bisa saja terdiri dari dua siswa dari kelompok membaca tingkat tinggi dan dua siswa dari kelompok tingkat rendah. Anggota tim menerima poin berdasarkan kinerja individual mereka pada semua kuis, karangan, dan buku laporan, dan poin-poin inilah yang membentuk skor tim. Tim-tim yang memenuhi kriteria ratarata sebesar 90% pada semua kegiatan pada minggu bersangkutan akan meraih gelar Tim Super dan berhak menerima sertifikat menarik, mereka yang memenuhi kriteria 80% meraih gelar Tim Sangat Baik dan menerima sertifikat yang lebih kecil. (3) Kegiatan-kegiatan yang Berhubungan dengan Cerita Para siswa menggunakan baik bahan bacaan dasar maupun novel. Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang diarahkan guru yang memakan waktu kurang lebih dua puluh menit tiap harinya. Dalam kelompok-kelompok ini, guru menentukan tujuan dari membaca, memperkenalkan kosakata baru, mengulang kembali kosakata lama, mendiskusikan ceritanya setelah para siswa selesai membacanya, dan sebagainya. Diskusi mengenai cerita disusun untuk menekankan kemampuankemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung prediksi dan mengidentifikasikan masalah dalam bentuk narasi.
39
b)
Pengajaran Langsung dalam Memahami Bacaan Satu hari dalam tiap minggu, para siswa menerima pengajaran langsung dalam kemampuan khusus memahami bacaan, seperti mengidentifikasikan gagasan utama, memahami hubungan sederhana, dan membuat kesimpulan. Kurikulum tahap demi tahap dirancang untuk tujuan ini. Setelah menyelesaikan tiap pelajaran, para siswa melakukan kegiatan memahami bacaan sebagai sebuah tim. Pertama berusaha meraih kesepakatan terhadap satu rangkaian soal dalam lembar kegiatan dan
kemudian
saling
menilai
satu
sama
lain,
serta
mendiskusikan masalah-masalah yang masih tersisa dalam rangkaian soal yang kedua. c)
Seni Berbahasa dan Menulis Terintegrasi Selama periode seni berbahasa, guru menggunakan kurikulum seni berbahasa dan menulis yang dikembangkan khusus untuk CIRC. Penekanan kurikulum ini adalah pada proses
menulis,
dan
kemampuan
mekanika
bahasa
diperkenalkan sebagai tambahan khusus terhadap pelajaran menulis ketimbang sebagai topik yang terpisah. Program menulis ini menggunakan “bengkel kerja penulis” dimana para siswa menulis tentang topik cerita yang mereka pilih, dan juga pelajaran khusus yang diarahkan guru berkaitan dengan kemampuan semacam menulis paragraf pembanding/kontras, artikel surat kabar, cerita misteri, dan surat menyurat. d)
Membaca Independen dan Buku Laporan Siswa diminta untuk membaca buku yang saling ditukar setiap malam selama duapuluh menit tiap malamnya. Terdapat paraf orang tua yang menegaskan bahwa siswa telah membaca sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Nilai tim akan bertambah jika setiap individu dapat mengumpulkan formulir
40
tersebut sesuai dengan waktunya. Kemudian siswa juga diminta untuk mengisi buku laporan secara reguler. Hal ini akan meningkatkan poin tim mereka sendiri. Membaca independen dan buku laporan menjadi pengganti pekerjaan rumah dalam pelajaran membaca dan seni berbahasa. Nurmala (Warsono, 2012: 201) juga menyebutkan bahwa kegiatan CIRC mengandung tiga unsur pokok yaitu: (1) kegiatan dasar yang terkait dengan pembelajaran membaca, (2) pembelajaran langsung (direct instruction) dalam pemahaman bacaan (reading comprehension), dan (3) kajian terpadu sastra dan penulisan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa CIRC terdiri dari 3 unsur yaitu: (1) kegiatan dasar pembelajaran, (2) pembelajaran langsung, (3) seni berbahasa dan menulis terintegrasi. c) Langkah Pembelajaran Model Kooperatif Tipe CIRC Suprijono (2011: 130) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran
model
Cooperative
Integrated
Reading
and
Composition (CIRC) yaitu: (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen, (2) guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran, (3) siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas, (4) mempresentasikan/membacakan hasil kelompok, (5) guru membuat kesimpulan bersama, (6) penutup. Stevens, dkk. (Huda, 2013: 222) menyebutkan langkahlangkah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) sebagai berikut: (1) guru membentuk kelompok-kelompok yang masingmasing terdiri dari 4 siswa, (2) guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran, (3) siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok kemudian memberikan
41
tanggapan terhadap wacana yang ditulis pada lembar kertas, (4) siswa mempresentasikan/membacakan hasil diskusi kelompok, (5) guru memberikan penguatan (reinforcement), (6) guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan. Shoimin (2014: 52) menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran CIRC sebagai berikut: (1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen, (2) guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran, (3) siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas, (4) mempresentasikan/membacakan hasil kelompok, (5) guru dan siswa membuat kesimpulan bersama, (6) penutup. Huda
(2011:
pembelajaran
model
Composition
126)
menyebutkan
Cooperative
(CIRC) yaitu:
(1)
langkah-langkah
Integrated siswa
Reading
ditempatkan
and dalam
kelompok-kelompok kecil (baik homogen maupun heterogen), (2) guru memberikan instruksi tentang keterampilan membaca dan menulis, (3) praktik, (4) pra-penilaian, (5) kuis, (6) penghargaan (reward). Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan langkah-langkah pembelajaran model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam penelitian ini yaitu: (1) membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri 4-5 orang siswa, (2) pemberian bahan belajar, (3) tahap pembelajaran, (4) pra penilaian teman/saling mengoreksi satu sama lain, (5) presentasi, (6) penguatan, (7) kesimpulan, (8) penutup d) Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe CIRC Pembelajaran Integrated
Reading
kooperatif
model CIRC
and Composition)
(Cooperative
memiliki
beberapa
kelebihan. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif ini
42
menurut Shoimin (2014: 54) antara lain: (1) CIRC sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, (2) dominasi guru dalam pembelajaran berkurang, (3) siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok, (4) para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya, (5) membantu siswa yang lemah,
(6)
menyelesaikan
meningkatkan soal
yang
hasil
belajar
berbentuk
khususnya
pemecahan
dalam
masalah.
Pembelajaran tipe CIRC ini dapat disebut sebagai pembelajaran terpadu sehingga dapat menumbuhkembangkan keterampilan berpikir anak. Tipe CIRC ini juga dapat menumbuhkembangkan interaksi sosial siswa seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan menghormati terhadap gagasan orang lain, membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar. Selain mempunyai kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) juga memiliki kelemahan. Menurut Shoimin (2014: 54), kekurangan dari model pembelajaran CIRC yaitu model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa sehingga tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran, seperti matematika, fisika, kimia, dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung. Selain itu kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC antara lain: (1) pada saat siswa dibagi dalam kelompok kecil maka siswa akan cenderung ramai, (2) pada waktu belajar kelompok diskusinya sering dikuasai oleh dua atau tiga orang siswa yang pandai bicara, (3) dalam berdiskusi memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga tidak sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada.
43
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), yaitu: (1) sangat tepat
dipakai
untuk
meningkatkan
keterampilan
dalam
menyelesaikan soal pemecahan masalah, (2) membantu siswa yang lemah, (3) siswa termotivasi pada hasil yang maksimal dan teliti karena bekerja dalam kelompok, (4) dominasi guru dalam pembelajaran sedikit, (5) menumbuhkan rasa toleransi dan kerjasama dalam kelompok, (6) meningkatkan semangat belajar siswa, (7) mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif. Selain mempunyai beberapa kelebihan, model pembelajaran kooperatif Tipe Cooperative
Integrated
Reading
and
Composition (CIRC) juga mempunyai beberapa kekurangan, yaitu: (1) tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan prinsip menghitung, (2) pada saat siswa berkelompok akan cenderung ramai, (3) diskusi dikuasai oleh siswa yang pintar, (4) memerlukan waktu yang cukup panjang dalam melakukan diskusi kelompok. Cara untuk mengatasi kekurangan tersebut yaitu: (1) guru mengunakan media pembelajaran yang menarik sehingga siswa antusias dan fokus mengikuti pelajaran, (2) pembagian kelompok secara heterogon sehingga siswa saling bertukar pikiran satu sama lain, (3) guru membimbing jalannya diskusi setiap kelompok.
3. Media Gambar a. Pengertian Media Pembelajaran Secara harfiah, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Ibrahim menyatakan bahwa media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau bahan pembelajaran
44
sehingga merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (Suharjo, 2006: 108). Sedangkan menurut Asyhar (2012: 8), media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Menurut Suharjo (2006: 108), media pembelajaran merupakan salah satu dari komponen integral dalam sistem pembelajaran. Oleh karena itu tanpa media pembelajaran, proses belajar mengajar tidak akan terjadi. Media pembelajaran berfungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru/guru) ke penerima (peserta didik). Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu perantara untuk menyalurkan pesan atau bahan pembelajaran dari pengirim (guru) ke penerima (peserta didik) yang berupa alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media gambar yang digunakan peneliti adalah gambar binatang (kelinci, kucing, ayam, gajah), gambar lingkungan (lingkungan sekolah, lingkungan perpustakaan, lingkungan rumah), dan gambar keindahan alam (pantai, persawahan, pegunungan). b. Manfaat Media Pembelajaran Ibrahim
(Suharjo,
2006:
109)
menyatakan
bahwa
dalam
pembelajaran, media dapat digunakan untu menghindari terjadinya verbalisme, membangkitkan minat/motivasi, menarik perhatian peserta didik, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, mengaktifkan peserta didik, dan mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
45
Hamalik (Arsyad, 2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dale (Arsyad, 2011: 23-24) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam system pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi: (a) meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas, (b) membuahkan perubahan signifikan tingkah lalu siswa, (c) menunjukkan hubungan antar mata pelajaran dan kebutuhan dan minta siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, (d) membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa, (e) membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa, (f) mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar, (g) memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajar, (h) melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang berkala dapat kembangkan, (i) memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat, (j) meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan system gagasan yang bermakna. Sejalan dengan pendapat di atas, Sudjana dan Rivai (Arsyad, 2011: 23-24) menyebutkan bahwa manfaat media pembelajaran sebagai berikut: (a) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga
46
dapat menumbuhkan motivasi belajar, (b) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik, (c) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran, (d) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Arsyad (2011: 26-27) mengemukakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: (a) media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (b)media pengajaran dapat meningkatkan
dan
mengarahkan
perhatian
anak
sehingga
dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendirisendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (c) media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, (d) edia pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwaperistiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai beberapa manfaat, diantaranya: (a) membuat proses pembelajaran lebih menarik dan interaktif, (b) membuat siswa lebih aktif dan tidak mudah bosan, (c) memperjelas pesan agar tidak verbalistis dan lebih mudah untuk dipahami, (d) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indera.
47
c. Jenis-jenis Media Pembelajaran Leshin, Pollock & Reigeluth (Arsyad, 2011: 36) mengklasifikasi media ke dalam lima kelompok, yaitu (1) media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, field-trip), (2) media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan (workbook), alat bantu kerja, dan lembaran lepas), (3) media berbasis visual (buku, alat abntu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide), (4) media berbasis audiovisual (video, film, program slide-tape, televisi), dan (5) media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext). Asyhar (2012: 44-45) mengelompokkan jenis media pembelajaran menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media audio-visual, dan multimedia. Menurut Suharjo (2006: 109) jenis-jenis media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran adalah: 1) Benda sebenarnya Benda sebenarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu obyek (object) dan benda/barang contoh (speciment). Benda asli (object) adalah semua benda yang masih dalam keadaan asli, alami seperti dimana ia hidup dan berada. Sedangkan benda/barang contoh (speciment) adalah benda-benda asli yang digunakan sebagai contoh. 2) Presentasi grafis Presentasi grafis adalah suatu media yang disajikan dalam bentuk grafis, misalnya grafik, chart, peta, diagram, lukisan, gambar. 3) Gambar diam (potret) Media gambar dapat digunakan untuk mengungkapkan bentuk nyata maupun kreasi khayalan belaka sesuai dengan bentuk yang pernah dilihat orang yang menggambarkannya. 4) Gambar gerak Media gambar gerak seperti Video Tape Recorder, VCD, film dan televisi.
48
5) Media Audio Media
Audio
adalah
media
pembelajaran
yang
hanya
memberikan rangsangan suara atau isi pesan yang hanya dapat diterima oleh indra pendengaran. 6) Pengajaran terprogram Pengajaran terprogram adalah salah satu sistem penyampaian pengajaran dengan media cetak yang memungkinkan siswa belajar secar
individual
sesuai
dengan
kemampuan
dan
kesempatan
belajarnya. 7) Simulasi (peniruan situasi) Simulasi adalah tiruan atau kegiatan perbuatan yang hanya berpura-pura saja. 8) Komputer Komputer merupakan suatu alat yang dapat membantu kelancaran tugas-tugas dalam berbagai bidang kehidupan umat manusia. Berdasarkan
pendapat-pendapat
tentang
jenis
media
pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media pembelajaran yaitu: (1) media grafis, (2) media tiga dimensi, (3) media visual proyeksi diam, (4) media visual proyeksi gerak, (5) media audio, (6) media audio visual,
dan
(7)
multimedia.
Berdasarkan
beberapa
jenis
media
pembelajaran di atas, penulis memilih media grafis khususnya media gambar yang akan digunakan untuk penelitian. Peneliti memilih media gambar karena media ini cocok dipadukan dengan model CIRC yang digunakan
untuk melaksanakan
pembelajaran
tentang keterampilan
menulis karangan sehingga dapat tercapai proses dan hasil yang maksimal selama kegiatan pembelajaran.
49
d. Media Gambar Arsyad (2011: 113) memberikan penjelasan bahwa media gambar merupakan media yang digunakan untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa. Suharjo (2006: 112) menjelaskan bahwa gambar merupakan salah satu jenis media grafis, dimana penyajian objek melalui gambar dapat mengungkapkan bentuk nyata maupun kreasi khayalan sesuai dengan bentuk yang pernah dilihat orang yang menggambarkannya. Dapat
disimpulkan
media
gambar
termasuk ke dalam golongan media grafis yang digunakan untuk memvisualisasikan konsep dengan
yang ingin
disampaikan
kepada siswa
cara memanfaatkan gambar yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Penggunaan gambar sebagai media dalam pembelajaran tidak pernah lepas dari kelebihan dan kelemahan dalam penggunaanya. Menurut Padmono (2011: 24), kelebihan media gambar yaitu: (1) sifat konkret dan realistis menunjukkan pokok masalah dibanding media verbal, (2) gambar mengatasi batasan ruang dan waktu, (3) gambar mengatasi keterbatasan pengamatan, (4) memperjelas suatu masalah yang mencegah atau membetulkan kesalahpahaman, (5) murah dan gampang didapat serta digunakan (tanpa peralatan khusus). Sedangkan menurut Sukiman (2012: 87), kelebihan media gambar/foto antara lain: (1) media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan visual kita, (2) gambar/foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman, (3) gambar/foto berharga murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus. Menurut Sukiman (2012: 87-88), kelemahan
media
gambar/foto antara lain: (1) gambar/foto hanya
menekankan persepsi indera mata, (2) gambar/foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, (3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
50
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru harus bisa memilih dan menggunakan media gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi, metode dan evaluasi serta mampu menarik minat siswa. Media gambar yang digunakan guru untuk pembelajaran berukuran kertas A3 dan untuk diskusi kelompok berukuran A4.
e. Langkah-langkah Penggunaan Media Gambar Tarigan (Wardani, 2013: 6) mengemukakan bahwa langkah penggunaan media
gambar
antara
lain:
(a)
siswa diminta untuk
memperhatikan sebuah gambar dengan seksama, (b) siswa diminta untuk menyusun sebuah cerita berdasarkan gambar tersebut, (c) beberapa siswa secara individu dan bergantian diminta untuk menceritakan gambar tersebut, dan (d) siswa diminta untuk memperhatikan lagi media gambar. Menurut Arsyad (2011: 92), penggunaan yang efektif dalam penerapan media berbasis visual (image atau perumpamaan) antara lain: (1) mengenalkan
media gambar kepada
siswa, diusahakan gambar
sesederhana mungkin agar tidak mengganggu perhatian siswa, (2) menekankan informasi sasaran sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik, (3) mengulangi sajian visual dengan melibatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat, dan (4) siswa diminta mengamati, kemudian mengungkapkan sesuatu mengenai gambar tersebut. Berdasarkan
paparan
di
atas
dapat
disimpulkan
langkah-
langkah penggunaan media gambar antara lain: (1) guru mengenalkan media gambar yang sesuai dengan perkembangan siswa, (2) guru menekankan informasi yang terdapat dalam media gambar, (3) guru meminta siswa untuk menyusun sebuah cerita berdasarkan gambar tersebut, (4) beberapa siswa secara individu dan bergantian diminta untuk menceritakan gambar tersebut, (5) guru mengulangi sajian gambar dengan melibatkan siswa untuk meningkatkan daya ingat dengan membahas hasil informasi berdasarkan gambar.
51
f. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dengan Media Gambar Seperti pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan media
gambar
juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan tersebut antara lain : 1) Perangkat pembelajaran. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran
yang
meliputi
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya, Lembar tes akhir beserta jawabannya 2) Membentuk kelompok pembelajaran. Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa kelompok adalah heterogen. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukaan kelompok dapat didasarkan pada kemampuan siswa atau hasil belajar siswa. 3) Pengaturan tempat duduk. Pengaturan tempat duduk juga perlu diatur dengan baik, untuk menunjang
keberhasilan
pembelajaran
kooperatif
model
(Cooperative Integrated Reading and Composition). 4) Kerja kelompok. Agar pembelajaran kooperatif model CIRC dengan media gambar dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan dengan optimal, maka langkah-langkah pembelajarannya didasarkan pada langkah-langkah atau fase dalam pembelajaran yang tersaji dalam tabel berikut ini. Langkah-langkah penerapan model CIRC dengan media gambar antara lain: 1) Pembentukan siswa
kelompok
secara heterogen yang terdiri 4-5 orang
52
2) Pemberian bahan ajar untuk menulis karangan deskripsi dengan media gambar 3) Tahap pembelajaran dengan menggunakan media gambar 4) Pra penilaian teman/ saling mengoreksi satu sama lain berdasarkan media gambar 5) Presentasi hasil diskusi kelompok 6) Pemberian penguatan tentang menulis karangan 7) Penyimpulan materi 8) Penutup
Berdasarkan uraian tentang penerapan model kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan media gambar dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran CIRC dengan media gambar merupakan strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi yang komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada kelas sekolah dasar, membantu siswa menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau tema sebuah wacana, serta dilengkapi dengan media gambar yang digunakan untuk memvisualisasikan konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dengan cara memanfaatkan gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah, sebagai berikut: (1) pembentukan kelompok secara heterogen yang terdiri 4-5 orang siswa, (2) pemberian bahan belajar dengan media gambar, (3) tahap pembelajaran dengan media gambar, (4) pra penilaian teman berdasarkan media gambar, (5) presentasi kelompok, (6) penguatan menulis karangan, (7) kesimpulan materi, (8) penutup.
3.
Hasil Penelitian yang Relevan Berikut ini adalah judul penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu:Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rosmawaty (2013: 38-46) yang berjudul “Enhancing the L1 Primary Students’ Achievement in Writing Paragraph by Using Picture”. Hasil
53
penelitian menyatakan bahwa nilai rata-rata persentase siswa meningkat tajam dari evaluasi pertama samapai evaluasi kedua yaitu 65,25 sampai 85,50 dan 20% sampai 100%. Selanjutnya, dalam wawancara guru mengatakan bahwa menggunakan media gambar dengan mudah dapat memotivasi dan mengajarkan kepada siswa tentang menulis paragraf. Selain itu, siswa mengatakan bahwa dengan menggunakan gambar, mereka berhasil belajar dan menulis paragraf dengan mudah dan dengan senang hati. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan media gambar dan melakukan penelitian tentang keterampilan menulis. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu subjek dan tempat penelitian, Penelitian yang dilakukan oleh Rosmawaty dilaksanakan di kelas I Sekolah Dasar di Kota Medan, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Tanjungsari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Durukan (2011: 102-109) yang berjudul “Effects of Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Technique on Reading-Writing Skills”. Hasil penelitian menyatakan bahwa teknik CIRC dalam kaitannya dengan membaca keterampilan yaitu skor baik siswa kelompok eksperimen dan kontrol meningkat. Ketika dipertimbangkan dalam hal tingkat pencapaian mutlak, siswa kelompok eksperimen mencapai 49% dari target di pre-test, 90% dari target dalam posttest dan 76% dari target dalam tes retensi. Selain itu, teknik CIRC lebih efektif digunakan untuk membaca pemahaman dan ekspresi keterampilan menulis sekaligus lebih efektif untuk prestasi dan retensi tingkat daripada metode tradisional. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan model CIRC. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu subjek dan tempat penelitian dan aspek yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Erhan Durukan meliputi aspek membaca dan menulis, sedangkan aspek dalam penelitian ini hanya aspek menulis saja. Subjek yang dilakukan Erhan Durukan adalah mencakup semua siswa SD, sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV.
54
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2015: 251-252) tentang Penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dengan Media Koran dan Majalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Wangon Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus. Berdasarkan hasil penelitian tindakan dari siklus I sampai siklus II, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan membaca intensif siswa pada setiap siklusnya. Hal ini ditandai dengan hasil penelitian yaitu pada siklus I rata-rata meningkat menjadi 82,14 dengan persentase ketuntasan 77,42%. Pada siklus II menjadi 84,48 dengan persentase 86,21%, dan siklus III meningkat menjadi 86,07 dengan persentase 90,60%. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi menggunakan rancangan penelitian siklus, dan penerapan model kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu tempat penelitian, keterampilan yang ditingkatkan dan media pembelajaran yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Destina Puji Rahayu dilaksanakan di SD Negeri 1 Wangon, keterampilan yang ditingkatkan yaitu keterampilan membaca intensif dan media yang digunakan yaitu media koran dan majalah, sedangkan penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tanjungsari, keterampilan yang ditingkatkan adalah keterampilan menulis karangan, serta menggunakan media gambar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014: 5) tentang Pemanfaatan Sumber Belajar Lingkungan dengan Pendekatan Pembelajaran SAVI dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Siswa Kelas IV SDN Blengorkulon Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I sampai siklus III, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan menulis karangan siswa pada setiap siklusnya. Hal ini ditandai dengan persentase ketuntasan siswa pada siklus I sebanyak 25,00%, siklus II
55
67,86%, dan siklus III 92,86%. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi menggunakan rancangan penelitian siklus, dan peningkatan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu tempat penelitian, model, dan media pembelajaran yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Andrean Perdana Yuwono Putra dilaksanakan di SDN Blengorkulon, model dan media yang digunakan yaitu pendekatan pembelajaran SAVI dengan memanfaatkan sumber belajar lingkungan. Dari berbagai penelitian di atas tersebut dijadikan tolok ukur dan pembanding dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu terbukti penerapan model CIRC dengan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan. Penelitian ini menekankan pada penerapan model CIRC dengan media gambar dalam peningkatan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SD N Tanjungsari tahun ajaran 2015/2016.
B. Kerangka Berpikir Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi banyak faktor, baik dalam diri siswa maupun dari luar. Berdasarkan pengamatan peneliti tentang pelaksanaan
pembelajaran di kelas IV SD Negeri Tanjungsari, diperoleh
informasi bahwa proses pembelajaran di kelas masih belum optimal sehingga berdampak pada hasil menulis karangan siswa yang masih rendah, yaitu kurang dari KKM yaitu 65. Hal ini dipengaruhi oleh metode ceramah yang mendominasi pembelajaran, model pembelajaran yang kurang sesuai, dan penggunaan media yang tidak maksimal. Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti melakukan tindakan dengan
menerapkan
model
pembelajaran
dengan
penggunaan
media
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dirasa sangat cocok diterapkan untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia
56
tentang menulis karangan pada siswa kelas IV karena tipe CIRC merupakan model belajar mengenai membaca, menulis, dan seni berbahasa yang biasa digunakan pada kelas tinggi di sekolah dasar (Slavin, 2005: 200). Model CIRC merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang dalam kegiatan pembelajarannya setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep
dan
menyelesaikan
tugas
sehingga
terbentuk
pemahaman
dan
pengalaman belajar yang bermakna. Selain itu, penerapan model CIRC dalam kegiatan pembelajaran dapat dilengkapi dengan penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan
yaitu media gambar. Media gambar dapat membantu dan
memudahkan siswa untuk menuangkan ide-idenya saat menulis karangan. Hal ini dikarenakan media gambar merupakan salah satu perantara penyampaian pesan atau materi pelajaran oleh guru kepada siswa. Proses pembelajaran bahasa Indonesia tentang keterampilan menulis karangan menggunakan tipe CIRC pada siswa kelas IV dengan media gambar dilaksanakan dengan langkah-langkah yaitu: (1) pembentukan kelompok secara heterogen, (2) pemberian bahan belajar dengan media gambar, (3) tahap pembelajaran dengan media gambar, (4) pra penilaian teman berdasarkan media gambar, (5) presentasi kelompok, (6) penguatan, (7) kesimpulan, (8) penutup. CIRC cukup mudah dilaksanakan karena sesuai dengan karakteristik
siswa
sekolah
dasar
dan
tepat
digunakan
karena
dapat
mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial siswa yang bekerja secara tim di dalam kelompok. Pembelajaran bahasa Indonesia tentang menulis karangan dilaksanakan dalam tiga siklus dengan menerapkan model CIRC dan media gambar. Pelaksanaannya pada siklus I siswa menulis karangan deskripsi dengan tema binatang, pada siklus II siswa menulis karangan deskripsi dengan tema lingkungan, dan pada siklus III siswa akan menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam.
57
Penerapan model CIRC dengan media gambar memungkinkan siswa untuk belajar berkelompok, menyampaikan pendapatnya, pembelajaran juga lebih menarik, dan penyajian ide lebih jelas, sehingga lebih bermakna. Hal tersebut membuat siswa lebih lebih pintar menulis, siswa yang lemah terbantu, siswa lebih dominan dalam pembelajaran dibandingkan guru, rasa toleransi dan kerjasama dalam kelompok berkembang, proses berpikir berkembang dan meningkat. Melalui langkah penerapan model CIRC dengan media gambar, pembelajaran menulis karangan akan lebih menyenangkan sehingga siswa lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. Penggunaan media gambar dapat merangsang kreativitas siswa melalui indra penglihatannya, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa. Kondisi pembelajaran seperti ini akan membuat siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilaksanakan sebelumnya mengenai keterampilan menulis karangan oleh Putra (2014: 5). Selain itu, diperkuat juga oleh penelitian sebelumnya mengenai penerapan model CIRC oleh Rosmawaty (2013: 38-46), Durukan (2011: 102-109), dan Rahayu (2015: 251-251). Oleh karena itu, penerapan model CIRC dengan media gambar dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan siswa kelas IV SD Negeri Tanjungsari tahun ajaran 2015/2016. Berikut ini merupakan bagan kerangka berpikir penerapan model CIRC dengan media gambar dalam peningkatan keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SD Negeri Tanjungsari tahun ajaran 2015/2016:
58
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berpikir
C.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berfikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: “Jika penerapan Model Kooperatif Tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan media gambar dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang
benar, maka dapat meningkatkan
keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SD Negeri Tanjungsari tahun ajaran 2015/2016”.