BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka Teori–teori mengenai variabel yang terkait dengan penelitian perlu dikemukakan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan menunjang penelitian yang akan dilakukan. 1. Hakikat Prestasi Belajar Pengajaran Mikro a. Prestasi Belajar Prestasi dalam penelitian ini adalah prestasi belajar setelah mahasiswa melakukan pengajaran mikro. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 787) prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Prestasi akademis merupakan hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian sedangkan prestasi dalam belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Suryabrata (2008: 23) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari hasil latihan, pengalaman yang didukung oleh kesadaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mareta (2012:9) prestasi belajar dapat diartikan sebagai kecakapan nyata yang dapat diukur yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsungnya proses belajar mengajar untuk mencapai hasil belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar secara umum menurut Slameto (2013: 54) pada garis besarnya meliputi faktor internal dan faktor eksternal yaitu: 1) Faktor Internal Ada tiga faktor internal yang mempengaruhi prestasi seseorang yaitu: 8
9 a) Faktor jasmaniah mencakup faktor kesehatan dan cacat tubuh. b) Faktor psikologis mencakup intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan. c) Faktor kelelahan. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal dibagi menjadi tiga faktor, yaitu: a) Faktor keluarga mencakup cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, media, teman bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil atau penghargaan setelah melakukan suatu proses maupun kegiatan yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar karena penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah mencapai tujuan belajar. b. Pengajaran Mikro Pengajaran mikro merupakan latihan mengajar oleh guru atau calon guru. Pengajaran mikro menurut Lakshmi (Barnawi & Arifin, 2015: 17) adalah pertemuan pengajaran yang diperkecil dan sistem latihan yang terkontrol yang memungkinkan konsentrasi pada keterampilan mengajar tertentu, manajemen ruang kelas, dan penggunaan closed circuit television (CCTV) untuk memberikan umpan balik segera mungkin. Model pelatihan pembelajaran dilakukan dalam ruang khusus yang dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan. Pengajaran mikro adalah model pengajaran yang dikecilkan atau disebut dengan real teaching (Asril, 2015: 43). Pengajaran mikro sebagai
10 sarana untuk melatih, mempraktikan dan membentuk keterampilan mengajar karena kekurangan dan kesulitan mahasiswa dalam mengajar akan terlihat. Tidak jauh berbeda dengan pendapat Barnawi dan Arifin (2015: 19) pengajaran mikro merupakan model pelatihan guru atau calon guru untuk menguasai keterampilan mengajar melalui proses yang disederhanakan. Tujuan penyederhaan adalah untuk menerapkan dan meningkatkan kecakapan keterampilan mahasiswa sebagai calon guru. Oleh karena itu, pengajaran mikro merupakan latihan mengajar yang memperbolehkan mahasiswa berlatih secara parsial dan terpadu (Suwarna, 2006: 22). Tujuan dan fungsi pelaksanaan pengajaran mirkro sebagai berikut: 1) Tujuan Pengajaran Mikro Tujuan utama pengajaran mikro adalah mahasiswa pada akhir perkuliahan akan memiliki kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar atau sikap yang direfleksikan dalam berfikir dan bertindak) sebagai calon guru sehingga memiliki pengalaman dan kesiapan untuk mengajar di lembaga sekolah (Suwarna, 2006: 4). Pengajaran mikro bertujuan untuk menunjukkan performance calon guru. Performance dapat terlihat karena calon guru memiliki dan menguasai keterampilan mengajar sebagai guru yang profesional. Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, menurut Sukirman (Barnawi & Arifin, 2015: 27) tujuan pengajaran mikro antara lain : a) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru dalam hal keterampilan dasar mengajar. b) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru agar memiliki kompetensi. c) Untuk melatih penampilan dan dan keterampilan mengajar yang dilakukan secara bagian demi bagian secara spesifik agar diperoleh kemampuan maksimal sesuai dengan tuntutan profesional sebagai tenaga seorang guru.
11 d) Untuk memberi kesempatan kepada calon guru berlatih dan mengoreksi serta menilai kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dalam hal keterampilan mengajar. e) Untuk
memberi
kesempatan
kepada
setiap
yang
berlatih
meningkatkan dan memperbaiki kelebihan dan kekurangannya sehingga guru dapat meningkatkan layanannya kepada siswa. 2) Fungsi Pengajaran Mikro Pengajaran mikro berfungsi untuk memperoleh umpan balik atas kekurangan dan kelebihan seseorang yang mengajar. Selain itu pengajaran mikro juga berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa sebagai calon guru untuk menemukan dan mempersiapkan diri sebagai seorang guru (Suwarna, 2006: 4). Fungsi lainnya yaitu sebagai syarat mutlak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman berdiri di depan kelas dan melatih kemampuan bertindak sebagai administrator pendidikan (Asril, 2015: 42). Punia, Miglani dan Singh (2016) menemukan dengan adanya pengajaran mikro, calon guru atau mahasiswa
memperoleh
kesempatan
dan
pengalaman
dimana
pengalaman yang mereka diperoleh dari pengajaran mikro akan ditransfer dalam praktik mengajar pada susasana yang nyata untuk mengeksplorasi pengalaman pedagogis Pelatihan pengajaran mikro untuk mempersiapkan diri sebagai guru apabila melakukan proses belajar mengajar dalam susasan kelas yang sebenarnya. Pada saat itu guru berhadapan dengan siswa yang berbeda karakter sehingga guru harus menunjukan sikap wibawa, meminimalkan kekurangan dan memanfaatkan kelebihan yang dimiliki. Hasil penelitian Ralph (2014) yang dilaksanakan dengan merangkum pandangan kegunaan pengajaran mikro dari 134 calon guru yaitu pengajaran mikro merupakan alat pedagogik yang efektif untuk meningkatkan kompetensi mengajar calon guru dan kepercayaan diri. Calon guru harus menguasai keterampilan dasar mengajar agar kelak dapat melaksanakan tugasnya secara profesional pada suasana kelas
12 yang sebenarnya. Terdapat delapan komponen keterampilan yang perlu dipelajari dalam pengajaran mikro menurut Barnawi dan Arifin (2015: 127) antara lain : 1) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran 2) Keterampilan menjelaskan 3) Keterampilan mengadakan variasi 4) Ketarampilan memberi penguatan 5) Keterampilan bertanya 6) Keterampilan mengelola kelas 7) Keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil 8) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran mikro merupakan latihan mengajar guru atau calon guru yang sederhana dengan menerapkan komponen keterampilan dasar mengajar. Prestasi belajar pengajaran mikro adalah hasil belajar yang dicapai akibat dari proses belajar yang telah berlangsung dengan mencapai penguasaan komponen keterampilan dasar mengajar yang dipraktikan secara berulang dengan bagian per bagian atau seluruh. Pengajaran mikro ini bertujuan agar calon guru dapat menguasai kompetensi dasar mengajar sehingga saat menghadapi suasana kelas yang sebenarnya siap menjadi tenaga pendidik atau guru. Pengajaran mikro dilaksanakan oleh mahasiswa FKIP merupakan syarat untuk melaksanakan Program Pengalamam Lapangan. 2. Hakikat Program Pengalaman Lapangan Program Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan aplikasi dari seluruh mata kuliah yang telah ditempuh oleh mahasiswa yang diterapkan dalam lembaga sekolah dengan suasana kelas yang sebenarnya. PPL merupakan program akademik atau mata kuliah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang harus diikuti oleh mahasiswa LPTK dengan bobot tiga SKS (Satuan Kredit Semester) yang dilaksanakan setelah mahasiswa atau calon guru menyelesaikan pembelajaran pengajaran mikro. Menurut Munsyi (Asril, 2015: 91) PPL merupakan kegiatan dalam bentuk latihan
13 mengajar yang dilaksanakan oleh seseorang secara terbimbing untuk mendapatkan keterampilan dalam memberikan pelajaran dan ditempuh dalam waktu tertentu sebagai salah satu syarat untuk memenuhi program. PPL diartikan sebagai program pelatihan untuk menerapkan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam rangka pembentukan guru yang profesional. Standar kompetensi PPL dirumuskan dengan mengacu pada tuntutan empat kompetensi guru baik dalam konteks pembelajaran maupun dalam konteks kehidupan guru sebagai anggota dalam masyarakat. Empat kompetensi guru yang dimaksud adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. PPL merupakan program yang mempersyaratkan kemampuan aplikasi dan terpadu dari seluruh pengalaman belajar sebelumnya ke dalam program pelatihan berupa kinerja dalam semua hal yang berkaitan dengan profesi keguruan, baik kegiatan mengajar maupun tugas-tugas keguruan lainnya (UPKT FKIP UNS, 2015: 11). Kegiatan mengajar tersebut mulai dari pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan dan penilaian. Selain itu calon guru juga menjalankan tugas administrasi, bimbingan, dan lain sebagainya. PPL dilaksanakan di sekolah yang telah ditunjuk oleh pihak kampus. Pihak sekolah memberikan program kegiatan yang nantinya akan menjadi bekal mahasiswa menjadi seorang guru yang profesional. Program kerja di sekolah saling mendukung satu dengan lainnya untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon guru untuk menjadi guru. Program Pengalamam Lapangan menurut Asril (2015: 92) pada hakikatnya yaitu dilakukan sesorang secara terbimbing, bersifat latihan yang diperagakan dalam mengajar, bertujuan untuk mendapatkan keterampilan mengajar, dan salah satu syarat untuk memenuhi suatu program. PPL merupakan latihan untuk mendapat keterampilan dalam mengajar sehingga seorang calon guru memiliki kesiapan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan baik. Dalam buku Pedoman PPL UNS (2015: 1) pelaksanaan PPL ditujukan untuk membentuk calon guru yang profesional melalui kegiatan pelatihan di sekolah mitra. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
14 a. Mengenal secara cermat lingkungan fisik, administrasi, akademik, dan sosial psikologis sekolah tempat pelatihan berlangsung. b. Menguasai keterampilan dasar mengajar. c. Menerapkan kemampuan profesional keguruan secara utuh dan terpadu. d. Mengembangkan aspek kepribadian dan sosial dilingkungan sekolah. e. Menghayati nilai edukatif dari pengalaman selama PPL melalui refleksi dan menuangkannya dalam bentuk laporan. Adapun tujuan dan manfaat PPL yaitu: 1) Tujuan PPL Secara umum Asril (2015: 94) menyatakan bahwa tujuan PPL sebagai berikut : a) Membimbing calon guru untuk membentuk pribadi yang memiliki nilai, sikap pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan bagi profesi guru. b) Membimbing calon guru agar berkepribadian baik dan setia pada profesinya, menguasai dan mengembangkan ilmu, dan cakap menyelenggarakan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah. c) Membimbing calon guru untuk membentuk mental sesuai dengan profesi guru agar memilki keterampilan dalam mengajar. Secara khusus, tujuan dari PPL adalah agar mahasiswa atau calon guru dapat menyumbangkan dan mengembangkan ilmu yang dimiliki. PPL memberikan pengalaman nyata dalam dunia pendidikan guna membentuk kompetensi bagi calon guru atau pendidik maupun tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas kependidikan dengan baik. Dalam buku pedoman PPL UNS (2015: 2) sasaran yang ingin dicapai adalah kepribadian calon pendidik yang memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, tingkah laku yang diperlukan bagi profesinya serta cakap dan tepat menggunakannya di dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
15 2) Manfaat PPL Manfaat PPL bagi calon guru adalah sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dalam mengajar, sehingga calon guru siap dari segi fisik dan mental menghadapi permasalahan yang muncul di lapangan atau dalam suasana kelas yang sebenarnya. Bagi calon guru, praktik mengajar bermanfaat untuk melatih pembiasaan calon guru dalam merealisasikan ilmu yang telah diperoleh selama bangku perkuliahan (Asril, 2015: 97). Dalam penelitian Novitasari (2013) menemukan bahwa kontribusi yang diberikan dalam pelaksanaan PPL yang dapat mempengaruhi kesiapan mahasiswa menjadi tenaga pendidik dikarenakan kurang efektifnya pelaksanaan PPL yang sudah berlangsung. Maka semakin efektifnya pelaksanaan PPL maka semakin meningkatkan kesiapan mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik. Dari uraian di atas, Program Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan sarana latihan calon guru secara termbimbing untuk melaksanakan proses belajar mengajar dalam kelas yang sebenarnya agar memperoleh keterampilan dan sikap untuk membentuk guru yang profesional. Sehingga mahasiswa atau calon guru mampu menyampaikan materi dengan baik dan dapat mengelola kelas dengan baik. Dalam praktik PPL mahasiswa menjalankan tugas mengajar dan tugas administrasi sebagai pendidik dan tenaga kependidikan. Pelaksanaan praktik PPL bertujuan membentuk sikap, keterampilan dan mental sebagai guru sehingga mahasiswa akan lebih siap menjadi guru yang profesional. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2014) menemukan bahwa PPL dapat mempengaruhi kesiapan mahasiswa menjadi guru. Hal ini juga dibuktikan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtiningsih (PPL) yaitu terdapat hubungan yang postif antara PPL dengan kesiapan menjadi guru. Murtiningsih (2014) juga mengatakan bahwa praktik PPL menuntut mahasiswa untuk menerapkan kompetensi guru yang dimiliki secara untuk menghasilkan kualitas pembelajaran yang baik. Mahasiswa atau calon guru yang melaksanakan PPL dapat mengenal, menguasai, dan mempelajari permasalahan yang ada di
16 lembaga sekolah. PPL dilaksanakan oleh mahasiswa FKIP di sekolah yang telah ditunjuk oleh pihak kampus setelah melaksanakan program pengajaran mikro. 3. Hakikat Kesiapan Menjadi Guru a. Kesiapan Salah satu tujuan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) adalah menciptakan lulusan atau mahasiswa yang siap dan berkompeten untuk menjadi guru. Menurut Slameto (2013: 113) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap situasi. Kesiapan akan mempengaruhi sesorang untuk melakukan sesuatu dengan pemikiran dan sikap yang matang. Kesiapan (readiness) merupakan tingkat perkembangan diri kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikan sesuatu (Chaplin (2002: 418). Calon guru atau mahasiswa dilatih untuk mempersiapkan diri mental dan sikap yang mencerminkan guru memiliki kompetensi. Ada tiga aspek yang mempengaruhi kondisi kesiapan seseorang (Slameto, 2013:113) yaitu : 1) Kondisi fisik, mental, dan emosional. 2) Kebutuhan atau motif tujuan. 3) Keterampilan pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari. Menurut Dalyono (2005: 52) kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik. Kesiapan mental berarti memiliki minat dan motivasi yang cukup. Kesiapan juga berarti tingkatan atau keadaan yang harus dicapai
dalam
proses
perkembangan
perorangan
pada
tingkatan
pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional (Hamalik, 2008: 94). Slameto (2013:115) juga mengungkapan prinsip-prinsip kesiapan yaitu : 1) Semua aspek saling mempengaruhi. 2) Kematangan jasmani dan rohani diperlukan untuk memperoleh manfaat dari pengalaman.
17 3) Pegalaman-pengalamn mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. 4) Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan adalah kondisi seseorang yang telah memiliki kematangan untuk melakukan suatu kegiatan. Kondisi dipengaruhi oleh kondisi jasmani, rohani, kebutuhan dan pengetahuan. b. Guru Pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses belajar mengajar, Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama (Usman, 2013: 4). Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai kualitas, cara atau metode mengajar,
penguasaan
dan
pengelolaan
materi,
penampilan
dan
kepribadian. Dalam Undang-Uundang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Undang – Undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan nasional pasal 39 menjelaskan : Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Menurut Usman (2013: 5) guru merupakan jabatan atau profesi yang memrlukan keahlian khusus. Untuk menadi guru diperlukan persyaratan, untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki ilmu pengetahuan yang dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Kriteria keberhasilan guru dalam mendidik menurut Pidarta (2009: 282) yaitu memiliki sikap suka belajar, mengetahui cara belajar, memiliki rasa percaya diri, mencintai prestasi tinggi, memiliki etos kerja tinggi, produktif dan kreatif dan puas akan sukses yang dicapai. Berdasarkan hal
18 tersebut, menurut Wardiman (Suyanto & Asep, 2013: 28) guru yang bermutu memiliki empat kriteria utama, yaitu: 1) Kemampuan profesional Kemampuan profesional meliputi kemampuan kecerdasan, sikap dan prestasi kerja. 2) Upaya profesional Upaya seorang guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya ke dalam tindakan mendidik dan mengajar secara nyata. 3) Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional menunjukkan intensitas waktu seorang guru yang dikonsentrasikan untuk tugas-tugas profesinya. 4) Kesesuaian antara keahlian dan pekerjaan Guru yang bermutu ialah yang dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil. Guru harus menguasai keahlian dalam disiplin ilmu pengetahuan dan metodologi mengajar. Dari beberapa pendapat di atas tentang guru atau pendidik maka dapat disimpulkan, guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, melatih, membimbing, menilai, dan mengabdi dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang lebih baik. c. Kesiapan Menjadi Guru Kesiapan menjadi guru adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu berada pada titik kematangan atau keadaan yang diperlukan untuk menanggapi dan mempraktikkan suatu kegiatan yang mana sikap tersebut memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan selama melakukan kegiatan mengajar (Purwati, 2015: 27). Suyanto dan Asep (2013: 27) juga menyatakan kriteria yang harus dimiliki untuk menjadi guru yaitu antara lain:
19 1) Kesalehan Pribadi Seorang calon guru mampu menjaga kebaikan dirinya dengan mengembangkan sikap dewasa, berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan bagi siapa saja, sehingga kewibawaan akan tumbuh pada diri pribadi. 2) Kepekaan Sosial Kepekaan
sosial
merupakan
kemampuan
menjalin
hubungan
intrapersonal dan antarpersonal kemudian ditransformasikan kepada siswa. 3) Integritas Keilmuan Harus memiliki pengetahuan dan menguasai materi yang diampunya. Materi pelajaran harus relevan dengan siswa dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). 4) Keahlian Pedagogis Untuk menjadi seorang guru maka harus mampu memahami dan mengembangkan
karakter,
potensi,
dan
gaya
belajar
siswa,
membimbing siswa dalam menghadapi masalah, memahami standar kompetensi atau kompetensi dasar dan mengembangkannya menjadi indikator-indikator
belajar,
mengelola
kelas,
memilih
strategi
pembelajaran dan melakukan penilaian yang efektif untuk siswanya. 5) Kepemimpinan Untuk dinyatakan seorang guru maka harus memiliki sikap kepemimpinan yang ditunjukkan dengan kemampuan mengelola kelas, membimbing siswa untuk memecahkan masalah, sehingga siswa akan mampu mengembangkan dirinya. Ni’mah (2014; 337) mengemukakan bahwa kesiapan menjadi guru adalah kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan tugas-tugas guru dan pemahaman serta menguasai kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Dalam penelitiannya, kemampuan mahasiswa dalam menguasai kompetensi merupakan indikator dalam mengukur tingkat kesiapan menjadi guru. Hal ini juga senada dengan pendapat Novitasari (2014: 9) yang menyatakan
20 kesiapan mahasiswa menjadi tenaga pendidik dapat diukur berdasarkan tingkat kualitas penguasaan empat kompetensi mengajar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru merupakan gambaran tentang apa yang harus dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, perilaku, maupun hasil yang dapat ditunjukkan dalam proses belajar mengajar (Suyanto & Asep, 2013: 39). Kesiapan menjadi guru adalah kematangan atau kesiapan seseorang dalam proses belajar mengajar dengan menguasai empat kompetensi. Kompetensi yang harus dimiliki adalah kompetensi pedagogik meliputi memahami karakteristik peserta didik, memahami latar belakang keluarga peserta didik, memahami gaya belajar serta kesulitan belajar peserta didik, merancang pembelajaran, mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran, memfasilitasi pengembangan profesi peserta didik dan menguasai teori pembelajaran, mengembangkan kurikulum pembelajaran. Kompetensi kepribadian meliputi menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menampilkan diri sebagai pribadi
yang
berakhlak
mulia,
mengevaluasi
kinerja
sendiri,
mengembangkan diri secara berkelanjutan. Kompetensi profesional meliputi menguasai substansi bidang studi dan metodologi keilmuan, menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, mengkoordinasikan materi kurikulum bidang studi, meningkatkan kualitas pembelajaran. Kompetensi sosial meliputi berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan,
dan
masyarakat,
berkontribusi
terhadap
pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat, berkontribusi
21 terhadap pengembangan-pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, dan global (Ningsih, 2014: 14). Menurut Simanjuntak dalam Wena (1996: 121) yang dikutip oleh Purwati (2015: 26) menyatakan bahwa bekal seseorang dalam bekerja adalah ilmu pengetahuan dalam bidang profesinya, keterampilan, mental, sikap serta integritas diri. Selain itu diperlukan pengetahuan lain, sikap diri yang positif, kesehatan dan kebugaran fisik yang prima, agar dapat menjalankan tugas-tugas profesinya yang baik. Murtiningsih (2014: 16) berpendapat bahwa kesiapan menjadi guru adalah kesiapan mahasiswa dilihat dari kompetensi yang dimilikinya. Kesiapan menjadi guru diukur melalui tiga aspek yaitu: 1) Aspek Kognitif Aspek kognitif berkaitan dengan kompetensi profesional guru. Aspek ini meliputi kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, pengetahuan tentang kependidikan yang menunjang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Aspek Afektif Aspek Afektif berkaitan dengan kompetensi dasar guru yaitu kompetensi kepribadian dan sosial. Aspek ini meliputi sikap kerja, minat menjadi guru, memiliki kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa dan mampu menjadi teladan peserta didik, termasuk kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan orang lain. 3) Aspek Psikomotorik Aspek psikomotorik berkaitan erat dengan kompetensi dasar guru yaitu kompetensi pedagogik. Aspek ini meliputi keterampilan mahasiswa sebagai calon guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mengelola program pembelajaran yang di dalam. Kesiapan menjadi guru merupakan kondisi matang secara fisik, psikis dan ilmu pengetahuan untuk menjadi tenaga pendidik dengan memahami dan menguasai kompetensi dasar guru. Dengan memiliki
22 kesiapan, calon guru akan lebih mudah menjalankan perannya sebagai tenaga pendidik. d. Kompetensi Dasar Guru Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 28 Ayat 3 tentang standar nasional pendidikan dikemukakan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. 1) Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran
dan
pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya. 2) Kompetensi Kepribadian Kepribadian merupakan sifat dan tingkah laku spesifik yang dimiliki oleh seseorang yang membedakannya dengan orang lain (Antonius, 2015: 122). 3) Kompetensi Sosial Menurut Sagal (Antonius, 2015: 125) kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. 4) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional terkait dengan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran secara luas dan mendalam, sehingga guru dapat membimbing peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan (Antonius, 2015: 126). Sehubungan dengan Antonius, Suyanto dan Jihad (2013: 41) juga menjelaskan mengenai kompetensi dasar guru. 1) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
23 pembelajaran dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik dibagi menjadi lima subkompetensi, yaitu: a) Memahami siswa secara mendalam dengan indikator yaitu memahami
siswa
dengan
memanfaatkan
prinsip-prinsip
perkembangan kognitif dan kepribadian serta mengidentifikasi bekal ajar awal siswa b) Merancang pembelajaran dengan indikator yaitu memahami landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentuan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa, menetapkan materi ajar dan kompetensi yang akan dicapai, menyusun rancangan pembelajaran pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih c) Melaksanakan pembelajaran dengan indikator yaitu menata latar pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif d) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan indikator yaitu merancang dan melaksanakan evalusi proses dan hasil belajar secara berkisinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar, memanfaatkan hasil penilaian
pembelajaran
untuk
perbaikan
kualitas
program
pembelajaran secara umum. e) Mengembangkan siswa untuk mengaktualisasi berbagai potensinya dengan indikator yaitu memfasilitasi siswa untuk pengembangan berbagai potensi akademik dan nonakademik 2) Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi siswa. Kompetensi kepribadian dibagi menjadi lima subkompetensi yaitu:
24 a) Kepribadian yang mantap dan stabil dengan indikator bangga sebagai guru yang profesional dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan. b) Kepribadian yang dewasa dengan indikator yaitu menampilkan kemandirian dan memiliki etos kerja tinggi. c) Kepribadian yang arif dengan indikator yaitu menampilkan tindakan didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. d) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan dengan indikator yaitu bertindak sesuai norma agama dan memiliki perilaku yang pantas diteladani siswa. e) Kepribadian yang berwibawa dengan indikator yaitu memiliki perilaku yang berpengaruh positif 3) Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul seacara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orangtua atau wali siswa dan masyarakat sekitar.
Subkompetensi dari kompetensi sosial yaitu: a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siwa. Indikator dari komponen ini yaitu berkomunikasi secara efektif dengan siswa dan mampi memahami keinginan dan harapan siswa. b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini dilakukan dengan berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi siswa serta solusinya. c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali siswa dan masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang bakat, minat dan kemampuan siswa kepada orang tua siswa.
25 4) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang yang relevan, penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan yang harus dikuasai guru. Subkompetensi dari kompetensi profesional yaitu: a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode pembelajaran yang sesuai dan memahami hubungan antarmatapelajaran terkait. b) Menguasai struktur dan metode keilmuan. Hal ini berarti guru harus menguasai
langkah-langkah
penelitian
dan
kajian
untuk
memperdalam pengetahuan. e. Indikator Kesiapan Menjadi Guru Untuk mengukur kesiapan mahasiswa menjadi guru diperlukan indikator-indikator. Dari pendapat beberapa ahli yang telah dibahas di atas, maka indikator kesiapan menjadi guru dalam penelitian ini yaitu: 1) Kematangan dalam Kompetensi Pedagogik Dalam penelitian ini kematangan dalam kompetensi pedagogik meliputi kematangan pembelajaran
mengenal yang
kerakteristik mendidik,
peserta
penguasaan
didik,
kegiatan
kurikulum,
dan
melaksanakan evaluasi dan pengembangan peserta didik. 2) Kematangan dalam Kompetensi Kepribadian Dalam penelitian ini kematangan dalam kompetensi kepribadian meliputi kematangan berkepribadian yang teladan, kepribadian yang berwibawa, arif dan bertindak sesuai norma. 3) Kematangan dalam Kompetensi Sosial Dalam penelitian ini kematangan dalam kompetensi kepribadian meliputi kematangan bertindak objektif, keterampilan berkomunikasi , dan berorganisasi.
26 4) Kematangan dalam Kompetensi Profesional Dalam penelitian ini kematangan dalam kompetensi kepribadian meliputi kematangan menguasai materi pembelajaran, kemampuan mengkaitkan materi ajar dengan aspek lain yang relevan, memiliki konsep dan pola pikir yang mendukung mata pelajaran yang diampu serta kemampuan mengembangkan keprofesiannya.
B. Kerangka Berpikir Guru merupakan komponen utama dalam proses belajar mengajar. Seorang guru juga harus mampu mendidik, mengarahkan, membimbing dan mengevaluasi. Kesiapan dan keberhasilan seorang guru dilihat dari keberhasilannya menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi pribadi dan kompetensi profesional. Kesiapan seorang guru dapat diperoleh dan dibentuk dengan pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan. Pengalaman-pengalaman kegiatan pembelajaran akan membentuk mental dan sikap seorang guru yang mencerminkan guru yang berkompeten. Pengalamanpengalaman tersebut diperoleh dari kegiatan perkuliahan maupun praktik di lapangan. Kegiatan dalam hal ini berupa pengajaran mikro dan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Pengajaran mikro merupakan latihan mengajar guru atau calon guru yang sederhana dengan menerapkan komponen keterampilan mengajar. Komponen keterampilan ini yaitu keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan memberi penguatan , keterampilan bertanya, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil dan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Pengajaran mikro ini bertujuan agar calon guru dapat menguasai kompetensi mengajar sehingga saat menghadapi suasana kelas yang sebenarnya dapat menjadi seorang guru yang profesional. Dengan demikian dapat diasumsikan prestasi pengajaran mikro akan mempengaruhi kesiapan mahasiswa menjadi guru. Pengalaman mengajar dalam suasana kelas sesungguhnya juga akan mempengaruhi kesiapan calon guru atau mahasiswa dalam proses pembelajaran
27 yang nyata. Pengalaman ini didapatkan melalu praktik PPL di lembaga sekolah. Mahasiswa atau calon guru menjalankan tugas mengajar dan tugas administrasi sebagai pendidik dan tenaga kependidikan. PPL dapat membentuk sikap, keterampilan dan mental serorang calon guru sehingga akan memiliki kesiapan menjadi guru yang berkompeten dan profesional. Dalam PPL mahasiswa akan dibimbing dan dinilai oleh guru pamong terhadap kegiatan yang telah dilakukan mahasiswa. Dengan demikian dapat diasumsikan prestasi PPL akan berpengaruh pada kesiapan mahasiswa menjadi guru. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengalaman-pengalaman pembelajaran akan mempengaruhi kesiapan mahasiswa menjadi guru yang ditunjukkan dengan prestasi belajar pengajaran mikro dan PPL. Sehingga diduga ada hubungan yang positif antara prestasi belajar pengajaran mikro dan PPL dengan kesiapan menjadi guru seorang mahasiswa. Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut, maka dapat digambarkan dalam pradigma penelitian paga Gambar 2.1.
X1
1 3
X2
Y 2
Gambar 2.1 Pradigma Penelitian (Sumber: Dokumen Pribadi, 2015) Keterangan : X1
= Prestasi belajar pengajaran mikro
X2
= Prestasi Program Pengalaman Lapangan (PPL)
Y
= Kesiapan menjadi guru mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Mesin = Garis hubungan
1
= Hubungan prestasi belajar pengajaran mikro dengan kesiapan menjadi guru pada mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2012
28 2
= Hubungan prestasi Program Pengalaman Lapangan (PPL) dengan kesiapan menjadi guru pada mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2012
3
= Hubungan prestasi belajar pengajaran mikro dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) secara bersama-sama dengan kesiapan menjadi guru pada mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2012.
C. Hipotesis Berdasarkan uraian kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di atas, hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang positif prestasi belajar pengajaran mikro dengan kesiapan menjadi guru pada mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2012. 2. Ada hubungan yang positif prestasi Program Pengalaman Lapangan (PPL) dengan kesiapan menjadi guru pada mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2012. 3. Ada hubungan yang positif prestasi belajar pengajaran mikro dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) secara bersama-sama dengan kesiapan menjadi guru pada mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2012.