8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar Bahasa Inggris Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Guru yang baik adalah guru yang mengetahui perkembangan siswanya, sehingga dengan mengetahui perkembangan siswanya guru akan lebih tepat dalam pemilihan metode, media, dan model pembelajaran. Sesungguhnya siswa sekolah dasar merupakan individu yang berkembang baik fisik, motorik, kognitif, bahasa, moral, emosi, dan sosial. Setiap anak mempunyai
karakteristik
yang
berbeda
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangannya. Sejatinya perkembangan berpikir anak berkembang secara sekuensial dari berpikir konkret menuju berpikir abstrak. Usia anak kelas V SD Negeri 2 Sidomoro berkisar 9-12 tahun. Usia tersebut dalam tahapan perkembangan anak termasuk tahap operasional konkret dan operasional formal. Piaget (Sumantri dan Syaodih, 2006: 1.15) mengungkapkan bahwa pada tahap operasional konkret (7-11 tahun), kemampuan berpikir logis mulai muncul. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah konkret. Anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang menuntutnya untuk mencari sesuatu yang abstrak, sedangkan pada tahap operasional formal (11-15 tahun), anak mulai berpikir pola orang dewasa. Anak mulai berpikir tentang masa depan dan realitas. Mereka dapat memecahkan masalah baik konkret maupun abstrak. Mengenai fase perkembangan anak, Buhler (Sobur, 2011: 132) mengungkapkan bahwa anak yang berusia 9-11 tahun berada pada masa sekolah dasar. Pada fase ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, mencoba
untuk
mencari
tahu
sendiri
dengan
menyelidiki
atau
bereksperimen, serta menjadi masa pemusatan, berlatih menjelajah dan berekplorasi. 8
9
Selain
anak
mulai
berpikir
konkret
ke
abstrak,
mencoba
memecahkan masalah sendiri, serta memiliki rasa ingin tahu yang besar. Anak SD juga memiliki karakteristik yang khas. Sumantri dan Syaodih (2006: 6.3-6.4) menyatakan bahwa karakteristik anak SD yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang melakukan dan memperagakan secara langsung membuat guru perlu menemukan model pembelajaran yang tepat. Sumantri
dan
Syaodih
(2006:
2.30)
menyatakan
bahwa
perkembangan bahasa selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Salah satu jenis bahasa adalah bicara. Perwitasari (2014: 29) menyatakan bahwa perkembangan berbicara anak mulai terjadi karena dipengaruhi oleh bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber yang menyebabkan perbendaharaan kata yang dimiliki siswa bertambah dan mulai adanya kesadaran bahwa suatu komunikasi yang bermakna tidak dapat tercapai apabila tidak mengerti perkataan orang lain. Dari uraian di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa karakteristik siswa kelas V SD yaitu berada pada tahap operasional konkret, mampu memecahkan masalah konkret, kemampuan berbahasa mulai berkembang, senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dari karakteristik siswa kelas V SD di atas, digunakanlah model Think Talk Write dengan multimedia. Dengan menggunakan model Think Talk Write, siswa dapat berpikir, mengemukakan pendapat dalam kelompok, dan menuliskan hasil pemikirannya sehingga meningkatkan keaktifan siswa dan memperluas pengetahuan siswa terhadap materi yang dipelajari sesuai dengan karakteristik kelas V SD yang mampu memecahkan masalah konkret dan bekerja dalam kelompok. Selain itu, multimedia yang digunakan dapat menyajikan dan menggabungkan unsur-unsur media seperti teks, suara, gambar, animasi, dan video yang dapat menarik perhatian siswa sehingga tidak mudah bosan dan siswa termotivasi dalam belajar sehingga dapat memuaskan keingintahuan siswa yang tinggi.
10
b. Hakikat Bahasa Inggris 1) Pengertian Bahasa Inggris Jayanti, dkk (2012: 1) mengungkapkan bahwa bahasa merupakan alat yang berperan sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa, serta sebagai penunjang keberhasilan siswa dalam mempelajari semua bidang studi. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang dibutuhkan dalam era globalisasai ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Agtin dan Hilmiyati (2014: 197) menyatakan “Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan karena menggunakan bahasa tersebut merupakan suatu keharusan pada era globalisasi dewasa ini.” Selain pendapat di atas, Riyanto (2015: 6) mengungkapkan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama yang diajarkan di Indonesia untuk tujuan menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, budaya, serta hubungan internasional. Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang digunakan untuk berkomunikasi secara luas, diajarkan dengan tujuan menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, budaya, serta hubungan internasional. 2) Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Di dalam pembelajaran bahasa Inggris ada empat kemampuan penggunaan
bahasa
(literacy)
yaitu
performatif
(performative),
fungsional (functional), informasional (informational,), dan epistemik (epistemic).
Menurut
Depdiknas
(2008:
5)
dalam
kemampuan
performative, siswa mampu membaca, menulis, dan berbicara simbolsimbol yang digunakan serta berkomunikasi dalam kontes terbatas; kemampuan functional, siswa diharapkan mampu menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari;
kemampuan
informational,
siswa
dapat
menggunakan bahasa Inggris untuk mengakses pengetahuan; serta
11
kemampuan epistemic, siswa dapat mengubah pengetahuan dalam bahasa tertentu. Tujuan bahasa Inggris di sekolah dasar menurut Depdiknas (2008: 21)
diarahkan
pada:
(a)
menumbuhkan
rasa
senang
terhadap
pembelajaran bahasa Inggris, (b) menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam menggunakan bahasa Inggris secara lisan maupun tertulis, (c) meningkatkan kompetensi komunikasi siswa dalam bahasa lisan maupun tertulis melalui pengembangan keempat keterampilan berbahasa yaitu listening, speaking, reading, dan writing secara terpadu; (d) membuat siswa lebih memahami bahwa bahasa Inggris adalah alat komunikasi. Selain pendapat di atas, Depdiknas (2008: 62) mengungkapkan bahwa mata pelajaran bahasa Inggris di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: a) Mengembangkan kompetensi komunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah. b) Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SD adalah untuk menumbuhkan rasa senang belajar bahasa Inggris, siswa dapat menggunakan bahasa Inggris lisan maupun tertulis dalam komunikasi konteks terbatas untuk meningkatkan daya saing dalam masyarakat global, serta menyiapkan sebagai bekal ke jenjang pendidikan selanjutnya. 3) Ruang Lingkup Bahasa Inggris SD Menurut Depdiknas (2008: 63) ruang lingkup mata pelajaran bahasa Inggris di SD/MI mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
12
a) Mendengarkan Menurut Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional (2014: 312) “Mendengarkan adalah mendengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh.” b) Berbicara Tarigan (2008: 16) mengungkapkan “Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.” c) Membaca Kridalaksana (Dalman, 2014: 9) mengungkapkan bahwa membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi bicara bermakna dalam
bentuk
pemahaman diam-diam
atau
pengujaran keras-keras. d) Menulis Dalman (2014: 4) menyatakan bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambang atau tanda atau tulisan yang bermakna. Keterampilan menulis dan membaca diarahkan untuk menunjang pembelajaran
komunikasi
lisan.
Keempat
keterampilan
diimplementasikan masih dalam jenjang dasar. Data dari British Council (Perwitasari, 2014: 17) materi bahasa Inggris anak usia SD terdiri dari berbagai benda dan kegiatan yang dilakukan siswa usia SD. Dari pendapat di atas, ruang lingkup mata pelajaran bahasa Inggris di SD mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang meliputi aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca dan aspek menulis. Peneliti akan mengambil ruang lingkup aspek membaca dan menulis dengan materi antara lain things in the school, health, shape, transportation, occupation, library.
dan
13
4) Standar Isi Bahasa Inggris Standar isi mata pelajaran muatan lokal (bahasa Inggris) SD/MI sesuai dengan kurikulum untuk kelas V dengan sebagian materi dari semester II pada penelitian ini yaitu things in the school, health, shape, transportation, occupation, dan library sebagai berikut:
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2015/2016 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Membaca 7. Memahami tulisan bahasa 7.2. Memahami kalimat, pesan tertulis Inggris dan teks deskriptif dan teks deskriptif bergambar bergambar sangat sangat sederhana secara tepat dan sederhana dalam konteks berterima. sekolah Menulis 8. Mengeja dan menyalin 8.1. Mengeja kalimat sangat kalimat sederhana dalam sederhana secara tepat dan konteks sekolah berterima. 8.2. Menyalin dan menulis kalimat sangat sederhana secara tepat dan berterima Silabus terdapat dalam lampiran 2 halaman 129 Dari standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas, indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. 7.2.1 Menyebutkan kosakata yang berkaitan dengan peralatan sekolah. 7.2.2 Mengidentifikasi teks bergambar sangat sederhana tentang peralatan sekolah. 7.2.3 Menyebutkan kosakata yang berkaitan dengan kesehatan. 7.2.4 Mengidentifikasi teks bergambar sangat sederhana tentang kesehatan. 8.1.1 Menyebutkan kosakata yang berkaitan dengan bentuk. 8.1.2 Mengeja kosakata sederhana yang berkaitan dengan bentuk. 8.1.3 Menyusun kalimat sederhana yang berkaitan dengan bentuk. 8.1.4 Menyebutkan kosakata yang berkaitan dengan alat transportasi.
14
8.1.5 Mengeja kosakata sederhana tentang alat transportasi. 8.1.6 Menyusun kalimat sederhana yang berkaitan dengan alat transportasi. 8.2.1. Menyebutkan kosakata yang berkaitan dengan pekerjaan. 8.2.2. Menulis kalimat sederhana yang berkaitan dengan pekerjaan. 8.2.3. Menyebutkan kosakata yang berkaitan dengan perpustakaan. 8.2.4. Menulis kalimat sederhana yang berkaitan dengan perpustakaan. 5) Materi Bahasa Inggris Pada setiap penyajian materi, empat aspek keterampilan bahasa Inggris yaitu listening (mendengarkan), reading (membaca), writing (menulis), dan speaking (berbicara) diajarkan secara integratif. Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini mencakup enam tema yaitu things in the school, health, shape, transportation, occupation,
dan
library. a) Things in the School (Peralatan Sekolah) Membahas tentang kosakata yang berhubungan dengan alatalat sekolah, misalnya pen (pɛn): bolpoin, pencil (ˈpɛns(ə)l) pensil book (bʊk): buku, paper (ˈpeɪpə): kertas, ruler (ˈruːlə): penggaris, school bag (sku:l bag): tas sekolah, eraser (ɪˈreɪzə): penghapus, glue (glu:): lem, pencil case (ˈpɛns(ə)l keis): tempat pensil, table (ˈteɪb(ə)l): meja, blackboard (ˈblakbɔːd): papan tulis, globe (ɡləʊb): globe, chair (tʃɛː): kursi, dan lain-lain. Teks deskriptif bergambar sederhana tentang peralatan sekolah:
Gambar 2.1. Buku Biru
15
That is a notebook. The book is mine. I have one book. It’s colour is blue. The book is used to make notes. I put it in my bag. I always bring my notebook everyday. b) Health (Kesehatan) Membahas tentang kosakata yang berhubungan dengan penyakit yang menyerang tubuh, misalnya cough (kɒf): batuk, stomach ache (ˈstʌmək eɪk): sakit perut, eyesore (ˈʌɪsɔː): sakit mata, headache (ˈhɛdeɪk): sakit kepala, earache (ˈɪəreɪk): sakit telinga, toothache (ˈtuːθeɪk): sakit gigi, influenza (ɪnflʊˈɛnzə): flu, fever (ˈfiːvə): demam, cold (kəʊld): pilek, dan lain-lain. Teks deskriptif bergambar tentang kesehatan sebagai berikut:
Gambar 2.2. Ratna sedang Sakit
Ratna is a student. Her class is over. She is going of now. It is raining. But she doesn’t have an umbrella. Ratna gets wet. Her hair, her clothes, and her shoes are wet. Ratna gets cold. She is sneezing now and them. Her mother gives her some medicines. Then, she asks Ratna to sleep. She gives her daughter a blanket, too. She takes the temperature of Ratna’s body. The temperature is rising. Ratna gets a fever. She is very sick. c) Shape (Bentuk) Membahas tentang kosakata bentuk antara lain square (skwɛː): persegi, rectangle (ˈrɛktaŋɡ(ə)l): persegi panjang, circle (ˈsəːk(ə)l): lingkaran, triangle (ˈtrʌɪaŋɡ(ə)l): segitiga, trapezoid (ˈtrapɪzɔɪd):
16
trapesium, oval (ˈəʊv(ə)l): lonjong, cone (kəʊn): kerucut, cylinder (ˈsɪlɪndə): tabung, cube (kjuːb): kubus, cone (kəʊn): kerucut, dan sphere (sfɪə): bola. Contoh kalimatnya seperti: It is rectangular (ɪt ɪz ˈrɛktaŋɡ(ə)l), It i s oval (ɪt ɪz ˈəʊv(ə)l), dan It is cone (ɪt ɪz kəʊn). d) Transportation (Alat Transportasi) Membahas tentang kosakata yang berhubungan dengan alat transportasi baik darat, laut, maupun udara misalnya plane (pleinpesawat), helicopter (ˈhɛlɪkɒptə): helikopter, bicyle (ˈbʌɪsɪk(ə)l): sepeda, bus (bʌs): bus, car (ka:): mobil, motorcycle (ˈməʊtəsʌɪk(ə)l): sepeda motor, train (trein): kereta, truck (trʌk): truk, scooter (ˈskuːtə): skuter, ferry (ˈfɛri): kapal feri, ship (ʃɪp): kapal, fire engine (ˈfʌɪə ˈɛndʒɪn): mobil pemadam kebakaran, dan lain-lain. Perhatikan Gambar 2.3. tentang alat transportasi
Gambar 2.3. Alat Transportasi
Contoh kalimat seperti di bawah ini. (1) I go to school by bike (ʌɪ ɡəʊ tʊ skuːl bʌɪ bʌɪk) (2) My father riding a motorcycle (mʌɪ ˈfɑːðə ˈrʌɪdɪŋ ə ˈməʊtəsʌɪk(ə)l) (3) Mother to the market by rickshaw (ˈmʌðə tʊ ðə ˈmɑːkɪt bʌɪ ˈrɪkʃɔː) (4) Car is expensive (kɑː ɪz ɛkˈspɛnsɪ)
17
e) Occupation (Pekerjaan) Membahas tentang kosakata yang berkaitan dengan pekerjaan, misalnya nurse (nəːs): perawat, farmer (ˈfɑːmə): petani, journalist (ˈdʒəːn(ə)lɪst): wartawan, doctor (ˈdɒktə): dokter, driver (ˈdrʌɪvə): supir, secretary (ˈsɛkrɪt(ə)ri): sekertaris, lawyer (ˈlɔːjə) : pengacara, fireman (ˈfʌɪəmən): pemadam kebakaran, teacher (ˈtiːtʃə): guru, waiter (ˈweɪtə): pelayan, dan lain-lain. Perhatikan Gambar 2.4. untuk melihat contoh-contoh pekerjaan
Gambar 2.4. Jenis-jenis Pekerjaan
Contoh kalimat seperti di bawah ini. (1) She is a secretary (ʃiː ɪz ə ˈsɛkrɪt(ə)ri) (2) He is a doctor ( hiː ɪz ə dɒktə) (3) He is a fireman (hiː ɪz ə ˈfʌɪəmən) f) Library (Perpustakaan) Membahas
tentang
kosakata
yang
berkaitan
dengan
perpustakaan, misalnya dictionary (ˈdɪkʃ(ə)n(ə)ri): kamus, book (bʊk): buku, newspaper (ˈnjuːzpeɪpə): koran,
librarian (lʌɪˈbrɛːrɪən):
pustakawan, encyclopedia (ɛnˌsʌɪklə(ʊ)ˈpiːdɪə): ensiklopedia, fairy tale (ˈfɛːri teɪl): dongeng, shelves (ʃɛlvz): rak buku, magazine
18
(maɡəˈziːn): majalah, map (map): peta, world map (wəːld map): peta dunia, stemple (ˈstɛmp(ə)l): stampel dan lain-lain. Kata this digunakan untuk mengungkapkan benda yang dekat dan tidak lebih dari satu, this berarti ini. Kata that digunakan untuk mengungkapkan benda yang jauh dan tidak lebih dari satu, that berarti itu. This is dictionary (ðɪs iz ˈdɪkʃ(ə)n(ə)ri ) That is map (ðat iz map ) That is newspaper (ðat iz ˈnjuːzpeɪpə) This is magazine (ðɪs iz maɡəˈziːn ) 6) Penilaian Pembelajaran Bahasa Inggris di SD Nurgiyantoro (2014: 7) mengungkapkan bahwa penilaian adalah proses sistematis dalam pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan pendidikan. Jadi dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa penilaian digunakan untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Hasil penilaian digunakan sebagai pengambilan keputusan terhadap ketuntasan belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran. Di dalam pembelajaran bahasa Inggris, penilaian dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan alat ukur berupa evaluasi yang relevan. Depdiknas (2008: 80) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran bahasa Inggris difokuskan pada kegiatan yang bersifat komunikatif dan bukan pada pengetahuan bahasa (grammar) maka tes yang dibuat harus sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Tes tulis dengan menggunakan gambar-gambar sebagai alat untuk menguji makna dan tidak selalu dalam bentuk pilihan ganda, penerjemahan, serta membuat/melengkapi kalimat. Pada pembelajaran bahasa Inggris tentang kosakata yang digunakan penilaian proses dan tes tertulis yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata materi things in the school, health, shape,
19
transportation, occupation, dan library. Dalam penilaian proses, guru mengamati aspek speaking, listening, reading, dan writing. c. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris Tentang Kosakata pada Siswa Kelas V SD Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Menurut Susanto (2015: 5) “Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar” menambahi pendapat Susanto, Suharjo (2006: 77) mengungkapkan “Hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar” sehingga anak yang dapat dikatakan berhasil dalam belajar adalah anak yang mampu mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 11-12) menyatakan bahwa hasil belajar berupa: (1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan. (2) Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. (3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. (4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Berdasarkan uraian dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa yang
20
diperoleh dari pengalaman belajar yang ditandai dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, hasil yang diperoleh berupa peningkatan penguasaan kosakata. Kosakata merupakan gabungan dari kosa dan kata. Kosa berasal dari bahasa sansekerta yang artinya kekayaan. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional (2014: 736) menyatakan “Kosakata adalah perbendaharaan kata”. Sependapat dengan Depdiknas, Ernalis (2013: 4) menyatakan “Kosakata merupakan himpunan kata-kata yang dimiliki, dimengerti oleh seseorang yang kemudian akan digunakan dalam menyusun kalimat.” Selain itu, Prabayanthi (2011: 17) mengungkapkan bahwa kosakata adalah komponen suatu bahasa dan jumlah kata yang dimiliki oleh individu dalam suatu komunikasi dan segala aspek dari kehidupan. Dari pendapat di atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
kosakata
adalah
himpunan
atau
perbendaharaan kata yang dimiliki individu, yang digunakan untuk berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dalam berbagai aspek kehidupan. Penguasaan kosakata siswa meliputi banyak bagian, menurut Brewster (Perwitasari, 2014: 27) hal yang dipelajari dalam kosakata adalah form, pronounciations, word meaning (arti kata), dan usage (penggunaan kata). Pada bagian form mempelajari: listening and repeating, listening for specific phonological information, looking at or observing the written form (shape, first and last letters, letters clusters, spelling), noticing grammatical information, serta copying and organizing. Sejalan dengan pendapat Brewster, Harmer (Perwitasari, 2014: 27) menyatakan bahwa bagian yang dipelajari dalam kosakata adalah word meaning, usage, word combine (kombinasi kata), dan grammar of word (tata bahasa). Dari pendapat di atas, penelitian ini membatasi penguasaan kosakata pada bagian word meaning, pronounciation, dan word form (listening and repeating, spelling), sedangkan jenis kosakata yang diajarkan pada tingkat SD/MI menurut Agtin dan Hilmiyati (2014: 204) adalah kosakata dasar atau basic vocabulary.
21
Indikasi bahwa seseorang menguasai kosakata menurut Khasanah, Chamdani, dan Susiani (2014: 2) dapat dilihat dari kemampuan mengucapkan dan pengetahuan terhadap arti kata yang diucapkan sehingga orang lain dapat memahami apa yang disampaikan dengan mudah, sedangkan Hidayat (Jayanti, dkk, 2012: 2) menyatakan bahwa langkahlangkah untuk memperkaya kosakata salah satunya dengan menghafalkan 510 kata. Dari dua pendapat di atas, indikasi bahwa peningkatan hasil belajar bahasa Inggris tentang kosakata dapat dilihat dari menyebutkan 8 kosakata yang berkaitan dengan things in the school, health, shape, transportation, occupation, dan library, serta kemampuan mengucapkan dan pengetahuan arti kata dengan benar. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar tentang kosakata bahasa Inggris adalah pemahaman yang diperoleh dari pengalaman belajar yang diintegrasikan dengan empat keterampilan berbahasa yaitu speaking, listening, reading, dan writing yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa untuk dapat memahami dan mengerti makna delapan kosakata bahasa Inggris, serta tercapainya tujuan pembelajaran tentang kosakata materi things in the school, health, shape, transportation, occupation, dan library.
2. Model Think Talk Write dengan Multimedia a. Hakikat Model Pembelajaran Think Talk Write 1) Model Think Talk Write Shoimin, (2014: 212) Think Talk Write merupakan suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan siswa dalam menulis dan menekankan perlunya siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya. Model ini dapat mempertinggi pengetahuan siswa bahkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis karena model ini mengembangkan kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis. Sama halnya dengan pendapat Shoimin, Huda (2014: 218) menyatakan bahwa
22
Think Talk Write merupakan model yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Sesuai dengan pendapat di atas, Huinker dan Laughin (Shoimin, 2014: 212) juga menyebutkan bahwa aktivitas siswa yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi siswa dengan penerapan pembelajaran Think Talk Write Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Think Talk Write
adalah
model
pembelajaran
yang
menumbuhkembangkan
kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi siswa, serta mendorong siswa untuk berpikir (think), berbicara (talk), dan menuliskan jawaban dari hasil diskusi (write). 2) Langkah-langkah Model Think Talk Write Shoimin, (2014: 214) menyebutkan langkah-langkah model Think Talk Write yaitu: a) Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya. b) Siswa membaca masalah yang ada di LKS dan membuat catatan kecil dari apa yang diketahui dan tidak diketahui dari masalah tersebut. Ketika siswa membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada siswa. Setelah itu siswa berusaha untuk menyelesaikan
masalah
tersebut
secara
individu
dengan
menggunakan bahasa sendiri. c) Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil (3-5 siswa). d) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Pada kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. e) Dari hasil diskusi, siswa secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya
23
sendiri. Pada tulisan ini siswa menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi. f)
Perwakilan
kelompok
menyajikan
hasil
diskusi
kelompok,
sedangkan kelompok yang lain diminta memberikan tanggapan. g) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dari kesimpulan atas materi yang dipelajari. Selain itu, Yamin dan Ansari (2012: 90) menyebutkan langkah-langkah model Think Talk Write menjadi empat langkah yaitu: a) Guru membagikan teks bacaan yang memuat situasi masalah yang bersifat open ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya. b) Siswa membaca teks dan membuat catatan secara individual untuk dibawa ke forum diskusi (think). c) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator. d) Siswa mengonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write). Seperti langkah-langkah model Think Talk Write di atas, Huda (2014: 220) menyebutkan langkah-langkah model Think Talk Write yaitu: a) Siswa membaca teks dan membuat catatatan dari hasil bacaan secara individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi. b) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (talk). c) Siswa mengonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dalam bentuk tulisan (write). d) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Selain itu, Prameswari (2015: 33-34) menyebutkan langkahlangkah model pembelajaran Think Talk Write yaitu (a) guru menjelaskan materi, (b) guru membagikan LKS , (c) siswa membaca masalah dalam LKS
dan
membuat
catatan
kecil
secara
individu,
(d)
guru
mengelompokkan siswa secara heterogen (3-5 siswa), (e) siswa
24
berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman membahas isi catatan (talk), (f) siswa mengonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dalam bentuk tulisan (write), (g) perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan, (h) membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang langkah-langkah model Think Talk Write, maka dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah model Think Talk Write meliputi: (a) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (b) guru menjelaskan materi, (c) guru membagikan LKS, (d) siswa secara individu berpikir dan membuat jawaban sementara (think), (e) guru membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen, yang masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa; (f) siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas jawaban sementara dengan memperhatikan pengucapan dan intonasi yang benar (talk), (g) secara individu siswa menuliskan jawaban yang sudah disepakati kelompok dan disajikan di kelas, (h) kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat kesimpulan atas materi yang dipelajari. 3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Talk Write Menurut Gunawan (Setiawati, 2015: 36-37), kelebihan model pembelajaran Think Talk Write yaitu: (a) model pembelajaran Think Talk Write dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri sehingga
pemahaman
konsep
menjadi
lebih
bermakna,
siswa
mendiskusikan dan bertukar pikiran dengan teman akan membantu siswa memahami konsep yang diajarkan; (b) model pembelajaran Think Talk Write dapat melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan sehingga membantu siswa untuk mengomunikasikan ideidenya. Sedangkan kekurangannya yaitu : (a) model Think Talk Write merupakan model pembelajaran baru di sekolah dasar sehingga siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan model Think Talk Write
25
menyebabkan siswa cenderung kaku dan pasif, (b) kesulitan dalam mengembangkan lingkungan sosial siswa. Shoimin (2014: 215) juga mengemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan model Think Talk Write, sebagai berikut: a) Kelebihan: (1) Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam memahami materi ajar. (2) Dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. (3) Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. (4) Membiasakan siswa berpikir dan berkumunikasi dengan teman, guru, bahkan dengan diri mereka sendiri. b) Kekurangan: (1) Jika soal open ended dapat memotivasi, siswa dimungkinkan sibuk. (2) Ketika siswa bekerja dalam kelompok dapat kehilangan kemampuan dan kepercayaan karena didominasi oleh siswa yang mampu. (3) Guru harus menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan model Think Talk Write tidak mengalami kesulitan. Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan beberapa kelebihan model Think Talk Write yaitu: (a) siswa dapat mengonstruksi pengetahuan sendiri sehingga pemahaman konsep lebih bermakna, (b) melatih siswa menuliskan hasil pemikiran, (c) mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa, (d) siswa aktif dalam belajar, (e) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam interaksi sosial. Kelemahan model Think Talk Write antara lain: (a) siswa belum terbiasa menggunakan model baru sehingga siswa cenderung kaku dan pasif, (b) di dalam diskusi, didominasi oleh siswa yang mampu, (c) guru
26
yang belum matang menggunakan model Think Talk Write akan kesulitan dalam mengajar. b. Hakikat Multimedia 1) Pengertian Multimedia Multimedia menurut Munir (2013: 2) berasal dari kata multi dan media. Multi berasal dari bahasa latin yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam-macam. Sedangkan kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medium yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan, atau membawa sesuatu. Keragaman media ini meliputi teks, audio, animasi, video, bahkan simulasi. Munir (2013: 4-5) menyatakan bahwa multimedia adalah gabungan dari berbagai media teks, gambar, video, dan animasi dalam satu program berbasis komputer. Sama halnya dengan pendapat Munir, Anitah (2009: 181) juga menyatakan
bahwa
multimedia
adalah
kombinasi
media
yang
dihubungkan dengan komputer untuk menyajikan teks, grafik, gambar, suara, dan video. Selain itu, Susilana dan Riyana (2007: 21) “Multimedia yaitu suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket.” Contohnya suatu modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual yang dikemas dalam satu paket. Sama halnya dengan pendapat Susilana dan Riyana, Indriana (2011: 96) menyatakan “Multimedia adalah suatu sistem
penyampaian
pesan
menggunakan
berbagai
jenis
bahan
pengajaran yang membentuk suatu unit atau paket.” Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia adalah suatu sistem penyampaian yang menggunakan berbagai jenis bahan ajar seperti teks, audio, animasi, gambar, video yang membentuk suatu unit atau paket program berbasis komputer. 2) Langkah-langkah Penggunaan Multimedia Rasimin, dkk (Pratiwi, 2015: 34) menjelaskan langkah-langkah penggunaan multimedia yaitu: (a) merencanakan multimedia yang sesuai
27
dengan materi yang diajarkan, (b) mempersiapkan alat-alat dan perangkat elektronik pendukung yang akan digunakan dalam penyajian multimedia, (c) menyajikan multimedia kepada siswa, (d) memberikan penjelasan tentang multimedia yang sudah disajikan sehingga siswa mudah memahami materi yang dipelajari. Selain itu, Munir (2013: 153-160) berpendapat bahwa langkahlangkah penggunaan multimedia sebagai berikut: a) Memilih mutimedia yang akan digunakan Di
dalam
memilih
multimedia,
faktor
yang
harus
dipertimbangkan antara lain: (1) kemampuan yang akan dicapai sesuai tujuan, (2) kegunaan, (3) kemampuan pendidik dalam penggunaan
multimedia,
(4)
fleksibilitas,
tahan
lama
dan
kenyamanan multimedia. b) Persiapan pengadaan multimedia Di dalam mempersiapkan pengadaan multimedia, hendaknya memperhatikan petunjuk penggunaan media dan mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan, misalnya menggunakan media powerpoint maka dibutuhkan peralatan pendukung seperti laptop, kabel, dan proyektor. c) Penggunaan multimedia Di dalam menggunakan multimedia, disesuaikan dengan materi yang akan digunakan dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Bila seorang guru mengajar sejarah dengan media grafis akan membuktikan pemanfaatan media dengan tepat, sedangkan dalam pembelajaran matematika apabila guru menggunakan media grafis, suara, animasi mungkin tidak begitu riil. Penggunaan multimedia pada pembelajaran bahasa Inggris kelas V, terperinci sebagai berikut:
28
Tabel 2.2. Penggunaan Multimedia dan Media Lainnya pada Pembelajaran Bahasa Inggris di kelas V SD Materi Multimedia dan Media Lainnya Things in the Teks, gambar dan animasi dalam powerpoint. School Media penunjang: benda konkret (tas, buku, meja, papan tulis) Health Video, teks, gambar, dan animasi dalam powerpoint Shape Teks, gambar dan animasi dalam powerpoint. Media penunjang: benda konkret (papan tulis, jam dinding, uang logam) Transportation Video, teks, gambar, dan animasi dalam powerpoint Occupation Teks, gambar, dan animasi dalam powerpoint Library Teks, gambar dan animasi dalam powerpoint. Media penunjang: benda konkret (kamus, buku dongeng, globe, koran, majalah) Berdasarkan ulasan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah penggunaan media adalah sebagai berikut: (a) pemilihan multimedia, (b) persiapan pengadaan multimedia, dan (c) menyajikan multimedia kepada siswa. 3) Kelebihan dan Kekurangan Multimedia Multimedia dalam penggunaannya memiliki kelebihan dan kekurangan. Munir (2013: 6) berpendapat bahwa kelebihan multimedia antara lain: a) Di dalam menyajikan informasi menggabungkan beberapa media. b) Kemampuan untuk mengakses informasi secara up to date dan memberikan informasi lebih dalam dan banyak. c) Bersifat multi-sensorik karena banyak merangsang indra, sehingga dapat mengarah ke perhatian dan tingkat retensi yang baik. d) Menarik perhatian dan minat, karena merupakan gabungan antara pandangan, suara, dan gerakan. Apalagi manusia memiliki keterbatasan daya ingat. e) Media alternatif dalam penyampaian pesan dengan diperkuat teks, suara, gambar, video, dan animasi.
29
f)
Meningkatkan kualitas penyampaian informasi.
g) Bersifat interaktif menciptakan hubungan dua arah diantara pengguna multimedia. Selain itu, Susilana dan Riyana (2007: 21) mengungkapkan kelebihan multimedia antara lain: a) Siswa memiiki pengalaman yang beragam dari segala media. b) Dapat menghilangkan kebosanan siswa karena media yang digunakan lebih bervariasi. c) Sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan multimedia antara
lain:
(a)
meningkatkan
kualitas
penyampaian
karena
menggabungakan berbagai media, (b) mengembangkan kemampuan multi-sensorik, (c) menghilangkan kebosanan, serta (d) siswa mendapat pengalaman yang beragam dari berbagai media. Sedangkan kelemahan multimedia menurut Susilana dan Riyana (2007: 21) adalah biayanya cukup mahal dan memerlukan perencanaan yang matang serta tenaga yang profesional. c. Penerapan Model Think Talk Write dengan Multimedia Model Think Talk Write dengan multimedia merupakan model pembelajaran
yang
menumbuhkembangkan
kemampuan
pemahaman
konsep dan komunikasi siswa, serta mendorong siswa untuk berpikir (think), berbicara (talk), dan menuliskan jawaban dari hasil diskusi (write) dengan bantuan multimedia sebagai alat bantu pembelajaran yang memudahkan siswa untuk memahami materi. Penerapan model Think Talk Write dengan multimedia dilaksanakan dengan langkah-langkah dalam proses pembelajaran sebagai berikut: (a) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (b) guru menjelaskan materi dengan menggunakan multimedia berupa powerpoint dengan media pendukung yaitu benda konkret, (c) guru membagikan LKS yang juga ditampilkan dengan multimedia berupa powerpoint, (d) siswa secara individu berpikir dan membuat jawaban sementara (think), (e) guru
30
membagi siswa ke dalam kelompok yang heterogen, yang masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa; (f) siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas jawaban sementara dengan memperhatikan pengucapan, dan intonasi yang benar (talk), (g) secara individu siswa menuliskan jawaban yang sudah disepakati kelompok dan dipresentasikan di depan kelas (write), (h) kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat kesimpulan atas materi yang dipelajari yang ditampilkan dengan multimedia berupa powerpoint.
3. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan merupakan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dan pembanding dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Ada 4 hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain: a. Penelitian yang dilakukan Andriani pada tahun 2016 dengan judul “The Use of Interactive Video Multimedia in Improving Students Vocabulary Mastery”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan video interaktif multimedia dapat meningkatkan penguasaan kosakata siswa kelas II A Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Pekanbaru. Hal ini ditunjukkan dengan persentase penguasaan kosakata pada siklus I yaitu 45,5%, siklus II yaitu 60%, dan siklus III yaitu 75,6%. Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan multimedia dalam mata pelajaran yang sama yaitu bahasa Inggris. Perbedaannya adalah pada penelitian ini, peneliti menggunakan model dan media sedangkan penelitian Andriani hanya menggunakan media. Selain itu, subjek penelitian yang dilakukan oleh Andriani adalah siswa kelas II SD, sedangkan peneliti menggunakan subjek penelitian kelas V SD. b. Penelitian yang dilakukan oleh Haryani dan Wulyani pada tahun 2012 dengan judul “The Use of Electronic Picture Books to Improve the Vocabulary Mastery of the Fifth Graders of SDI Surya Buana Malang.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan buku gambar elektronik dapat meningkatkan kosakata. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
31
presentase ketuntasan pada siklus I sebesar 58% dan siklus II sebesar 77% Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan mata pelajaran bahasa Inggris dan subjek penelitiannya sama-sama kelas V SD. Perbedaannya terdapat pada penggunaan media, peneliti menggunakan multimedia sedangkan Haryani dan Wulyani menggunakan buku gambar elektronik. c. Penelitian tindakan kelas oleh Agtin dan Hilmiyati pada tahun 2014 yang berjudul “Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris
dengan
Menggunakan Media Gambar.” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan media gambar pada proses pembelajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas II semester ganjil SDN XII Cilegon tahun ajaran 2012/2013 dengan persentase hasil penguasaan kosakata pada siklus I mencapai 73,68% dan siklus II mencapai 97,37%. Penelitian yang dilakukan Agtin dan Hilmiyati memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu media dan mata pelajaran.
Media
yang
digunakan
peneliti
salah
satunya
dengan
menggunakan gambar, dan mata pelajaran yang digunakan Agtin dan Hilmiyati serta peneliti sama-sama bahasa Inggris. Perbedaannya adalah pada penelitian ini, peneliti menggunakan subjek penelitian kelas V SD, sedangkan Agtin dan Hilmiyati subjek penelitiannya kelas II SD. d. Penelitian tindakan kelas Setiawati, Ngatman, dan Suyanto pada tahun 2015 yang berjudul “Penggunaan Model Think Talk Write dengan Media Puzzle dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi pada Siswa Kelas IVA SDN 1 Kracak Tahun Pelajaran 2014/2015” menyimpulkan bahwa penggunaan model Think Talk Write dengan media puzzle dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi. Hal ini ditunjukan dari hasil siklus 1 sebesar 76,07%, pada siklus II sebesar 77,75% dan pada siklus III sebesar 85,55%. Penelitian yang dilakukan Setiawati memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan model Think Talk Write. Sedangkan perbedaannya subjek penelitian dan mata pelajaran. Subjek penelitian yang digunakan oleh
32
peneliti adalah kelas V SD sedangkan Setiawati melakukan di kelas IV SD. Mata pelajaran yang digunakan peneliti adalah bahasa Inggris sedangkan Setiawati adalah bahasa Indonesia.
B. Kerangka Berpikir Bahasa adalah alat komunikasi, sedangkan bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang digunakan untuk berkomunikasi secara luas, diajarkan dengan tujuan menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, budaya, serta hubungan internasional. Di dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris diperlukan pemahaman kosakata yang diintegrasikan dengan empat keterampilan berbahasa yaitu speaking, listening, reading, dan writing. Kosakata adalah perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seorang individu. Karakteristik siswa kelas V SD yaitu berada pada tahap operasional konkret, mampu memecahkan masalah konkret, kemampuan berbahasa mulai berkembang karena bertambahnya kosakata, senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Berdasarkan karakteristik tersebut diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat menjembatani siswa dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris yang masih rendah, mampu berpikir secara konkret, bekerja sama dalam kelompok, memuaskan rasa ingin tahu siswa yang tinggi, serta mengimbangi kemampuan bahasa siswa yang mulai berkembang pada pembelajaran bahasa Inggris tentang kosakata. Oleh karena itu, diperlukan model dan media pembelajaran yang tepat dan inovatif salah satunya model pembelajaran Think Talk Write dengan multimedia. Melalui model Think Talk Write, siswa dapat didorong untuk berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write) sehingga dalam melatih siswa untuk memahami kosakata bahasa Inggris. Dengan demikian, siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran karena siswa dapat berpikir dalam membuat jawaban sementara secara individu (think), siswa dapat berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas jawaban sementara dengan memperhatikan pengucapan kosakata (talk), serta siswa mampu menuliskan
33
jawaban yang sudah disepakati kelompok dan mempresentasikan hasil diskusi (write). Selain dengan model pembelajaran yang menarik, penggunaan multimedia dapat membantu siswa untuk memahami materi dan memuaskan rasa ingin tahu siswa yang tinggi karena multimedia merupakan alat penyampaian yang menggunakan berbagai jenis bahan ajar seperti teks, audio, animasi, gambar, video yang membentuk suatu unit berbasis komputer. Penerapan multimedia dapat membantu guru dalam menjelaskan media yang sulit dihadirkan dalam ruang pembelajaran dan mendorong motivasi siswa untuk antusias dalam pembelajaran. Oleh karena itu, melalui penerapan model Think Talk Write dengan multimedia dapat menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna sehingga siswa lebih antusias, aktif, dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran bahasa Inggris , siswa mampu berpikir dalam membuat jawaban sementara secara individu (think), siswa mampu
menyampaikan pendapat (talk), serta siswa mampu
mengembangkan pengetahuan dengan menulis (write). Dengan demikian, penerapan model Think Talk Write dengan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris pada siswa kelas V SD Negeri 2 Sidomoro tahun ajaran 2015/2016 yang mencapai KKM sama dengan 70 dengan target 85%. Berikut skema kerangka berpikir penelitian ini.
34
Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang digunakan untuk berkomunikasi secara luas. Di dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris diperlukan pemahaman terhadap kosakata, sedangkan kosakata yang dimiliki kelas V SD mulai bertambah hal itu sesuai dengan karakteristik kelas V SD yaitu berada dalam tahap operasional konkret, kemampuan berbahasa mulai berkembang karena bertambahnya kosakata, senang bekerja dalam kelompok, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, akan tetapi hasil belajar bahasa Inggris siswa kelas V SD masih rendah.
tindakan
Siswa lebih antusias, aktif, dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran Siswa mampu berpikir dalam membuat jawaban sementara secara individu (think) Siswa mampu menyampaikan pendapat (talk) Siswa mampu mengembangkan pengetahuan dengan menulis (write).
Penerapan model Think Talk Write dengan multimedia dalam peningkatan hasil belajar tentang kosakata bahasa Inggris mendorong siswa untuk berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write) dengan bantuan multimedia berupa video, animasi, gambar, dan teks dapat membantu guru dalam menjelaskan media yang sulit dihadirkan dalam ruang pembelajaran.
hasil tindakan
kondisi akhir
Hasil belajar tentang kosakata bahasa Inggris siswa mencapai KKM 70 sebanyak 85%
Gambar 2.5.Kerangka Berpikir Penelitian
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dari penelitian tindakan kelas ini adalah “Jika penerapan model Think Talk Write dengan multimedia diterapkan dengan tepat sesuai dengan langkah-langkahnya, maka dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Inggris siswa kelas V SD Negeri 2 Sidomoro tahun ajaran 2015/2016.”