BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1.
Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV SD a. Karakteristik Siswa Kelas IV SD Siswa SD memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh tingkatan usia atau umurnya. Masa usia siswa sekolah dasar (sekitar 6-12 tahun) merupakan tahapan perkembangan
penting
dan
bahkan
fundamental
bagi
kesuksesan
perkembangan selanjutnya. Karena itu, guru tidak mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. Guru akan selalu dituntut untuk memahami dengan betul karakteristik siswa sekolah dasar (Sumantri dan Permana, 2001: 10). Bassett, Jacka, dan Logan (Sumantri dan Permana, 2001: 11) mengemukakan bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar diantaranya: 1) memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar; 2) senang bermain dan lebih suka bergembira/ riang; 3) suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi, dan mencobakan usaha-usaha baru; 4) tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi; 5) belajar secara efektif ketika merasa puas dengan situasi yang terjadi; serta 6) belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anakanak lainnya. Piaget (Sumantri 2012: 1.16-1.17) menjelaskan bahwa proses perkembangan berpikir anak hingga dewasa melewati empat tahapan perkembangan, meliputi: 1) tahap sensori motor (0-2 tahun), kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang diterima secara langsung melalui indra; 2) tahap praoperasional (2-7 tahun), anak mulai memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda-benda; 3) tahap operasional konkret (7-11 tahun), anak mulai berpikir logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan masalah namun belum 7
8 mampu berpikir abstrak dan; 4) tahap operasional formal (11-15 tahun), anak sudah mampu berpikir permasalahan abstrak maupun yang konkret dan berpikir tentang masa depan secara realistis. Tahap-tahap perkembangan seperti yang diungkapkan Piaget digolongkan berdasarkan usia. Siswa kelas IV sekolah dasar biasanya berusia antara 9-11 tahun. Sesuai dengan pendapat Piaget di atas, maka siswa kelas IV dapat digolongkan ke dalam tahap operasional konkret. Fase perkembangan Menurut Buhler (Sobur, 2010: 132) adalah sebagai berikut: Anak usia 9- 11 tahun masuk pada fase keempat atau biasa disebut dengan fase sekolah dasar. Pada fase ini anak mencapai objektivitas tinggi. Fase ini juga disebut fase menyelidik, mencoba, dan bereksperimen, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar. Pada fase ini merupakan masa berlatih, menjelajah, dan bereksplorasi. Berdasarkan beberapa pendapat tentang karakteristik siswa kelas IV, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD yang umumnya berusia 911 tahun berada pada tahap operasional konkret. Karakteristik siswa pada tahap ini yaitu senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, tertarik akan dunia sekitar mereka, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada tahap ini juga anak telah mampu berpikir secara logis dan sistematis namun belum mampu berpikir secara abstrak. Berdasarkan uraian mengenai karakteristik siswa kelas IV sekolah dasar di atas, maka penerapan model ARIAS cocok dengan karakteristik siswa kelas IV sekolah dasar. Hal ini dikarenakan, melalui tahapan-tahapan atau langkah-langkah model ARIAS ditumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa melalui pembelajaran yang ada relevansinya dengan kehidupan sekitar mereka serta pemberian motivasi sehingga minat siswa dalam pembelajaran akan terjaga sejak awal hingga akhir pembelajaran. Adapun penerapan media audio visual juga cocok dengan karakteristik siswa kelas IV sekolah dasar, karena melalui media ini, materi pembelajaran akan disajikan dalam bentuk gambar dan suara sehingga materi
9 akan menjadi lebih konkret. Dengan demikian, siswa menjadi lebih mudah memahami materi yang dipelajari. b. Hakikat Pembelajaran 1) Pengertian Belajar Hamalik (Susanto, 2015: 4) menyatakan, “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya”. Perubahan tersebut mencakup perubahan individu dalam kebiasaan, sikap dan keterampilan. Sejalan dengan hal itu, Slameto (2010: 2) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Morgan (Sagala, 2014: 13) menyatakan, “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Selanjutnya, Dimyati dan Mudjiono (2013: 10) menjelaskan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kemampuan baru. Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh kemampuan baru dan perubahan tingkah laku melalui pengalamannya sendiri sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. 2) Prinsip-prinsip Belajar Prinsip belajar dapat diartikan sebagai pandangan-pandangan mendasar dan dianggap penting yang dijadikan sebagai pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar. Prinsip pembelajaran menurut Suprijono (2013: 4-5): a) Belajar adalah perubahan perilaku. Perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: (1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
10 (2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. (3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup (4) Positif atau berakumulasi (5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. (6) Permanen atau tetap (7) Bertujuan dan terarah (8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan b) Belajar merupakan proses. Belajar dapat terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar merupakan proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. c) Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Hamdani (2011: 22) memaparkan prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran meliputi: (a) kesiapan belajar, (b) perhatian, (c) motivasi, (d) keaktifan siswa, (e) mengalami sendiri, (f) pengulangan, (g) materi pelajaran yang menantang, (h) balikan dan penguatan, (i) perbedaan individual. Prinsip belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 42) berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual Aunurrahman (2014: 137) merumuskan beberapa prinsip belajar yang dapat dijadikan pegangan guru di dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan diyakini memberikan pengaruh bagi pencapaian hasil belajar diantaranya adalah: (a) prinsip perhatian dan motivasi, (b) prinsip transfer dan retensi, (c) prinsip keaktifan, (d) prinsip keterlibatan langsung, (e) prinsip pengulangan, (f) prinsip tantangan, (g) prinsip balikan dan penguatan, dan (h) prinsip perbedaan individual. Berdasarkan prinsip-prinsip belajar menurut beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar meliputi: (a) kesiapan belajar,
11 (b) perhatian siswa, (c) motivasi, (d) transfer dan retensi, (e) keaktifan, (f) keterlibatan langsung, (g) pengulangan, (h) tantangan, (i) balikan dan penguatan, (j) perbedaan individual. Prinsip belajar akan membantu guru meningkatkan efektivitas pengelolaan pembelajaran sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Selain itu juga akan membantu siswa mencapai hasil belajar yang diharapkan. 3) Proses Belajar Sanjaya (2012: 112) menjelaskan bahwa proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat dilihat secara langsung melainkan dapat dilihat dari gejala-gejala perubahan perilaku yang perubahan perilaku inilah yang tampak dan dapat kita amati. Jadi, setelah proses belajar berlangsung akan terjadi suatu perubahan yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Proses dalam belajar merupakan faktor yang paling penting. Sobur (2010: 235) mengemukakan bahwa proses belajar sebetulnya menekankan pada kreativitas. Pada umumnya, proses berkenaan dengan cara belajar berkembang, cara siswa bergaul dengan guru, dan cara siswa terlibat dalam proses itu. Sagala (2014: 34) seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Proses belajar siswa sebagai bagian dari kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor (Majid, 2014: 11). Ini berarti dalam proses belajar akan melibatkan ketiga aspek ini untuk dialami secara bersama sehingga mengalami perubahan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang proses belajar, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar adalah kegiatan yang dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan pada dirinya dari tidak tahu menjadi tahu sehingga meningkatkan perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor pada diri individu.
12 4) Pengertian Pembelajaran UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 (Susanto, 2015: 19) menyatakan, “pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dimyati
dan
Mudjiono
(2013:157)
menjelaskan
bahwa
pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selanjutnya, Knirk dan Gustafson (Sagala, 2014: 64) berpendapat bahwa, “pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi”. Kemudian Sagala (2014: 61) menyimpulkan
bahwa
pembelajaran
adalah
membelajarkan
siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Berdasarkan uraian pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar yang telah dirancang agar timbul aktivitas belajar dalam diri siswa sebagai upaya mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. 5) Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran menurut Hamdani (2011: 23) adalah membangun
gagasan
saintifik
setelah
siswa
berinteraksi
dengan
lingkungan, peristiwa, dan informasi dari sekitarnya. Jadi, pembelajaran menimbulkan pemikiran dan pengetahuan baru yang kompleks pada diri siswa berdasarkan pengetahuan awal yang berasal dari lingkungan dan pengalaman siswa sebelumnya. Selanjutnya,
Sanjaya
(2012:
86)
menjelaskan,
“tujuan
pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang
13 diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu”. Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan (Aunurrahman, 2014: 34). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang tujuan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah kemampuan dan pengetahuan baru yang diharapkan dimiliki siswa setelah berlangsung kegiatan pembelajaran. 6) Karakteristik Pembelajaran Karakteristik pembelajaran menurut Puskur (Majid, 2014: 24) yaitu: (a) berpusat pada peserta didik; (b) mengembangkan kreatifitas peserta didik; (c) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; (d) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika; serta (e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Pendapat lain diungkapkan Darsono (Hamdani, 2011: 47) yang menyebutkan karakteristik pembelajaran yaitu: a) Pembelajaran dilakukan dengan sadar dan direncanakan secara sistematis. b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa. d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. e) Pembelajaran menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa. f) Pembelajaran mampu membuat siswa siap menerima pelajaran, baik siswa maupun psikologi. g) Pembelajaran menekankan keaktifan siswa. h) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja Berdasarkan pendapat beberpa ahli tentang
karakteristik
pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran yaitu: (a) berpusat pada siswa, (b) menumbuhkan perhatian dan motivasi, (c) kegiatan pembelajaran membuat siswa senang, (d) mengembangkan
14 kreatifitas siswa, (e) siswa aktif dalam pembelajaran, serta (f) menggunakan bahan belajar yang menarik. 7) Hasil Belajar A.J. Romizowski (Jihad dan Haris, 2012: 14) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan (input). Masukan tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (perfomance). Jihad dan Haris (2012: 14) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Pendapat lain mengenai hasil belajar menurut Nawawi diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajarri materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Susanto, 2015: 5). Dari pendapat beberapa ahli tentang hasil belajar, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam memperlajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes yang diperoleh dari proses belajar serta mengakibatkan perubahan yang cenderung menetap pada sikap dan tingkah lakunya. c. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Karakteristik IPS IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara alamiah dalam rangka memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah (Susanto, 2015: 137). Dalam hal ini, kajian IPS mencakup berbagai kehidupan sosial yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, maupun politik. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan ilmu sosial (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).
15 Adapun definisi IPS yang dikemukakan oleh National Council for the Social Studies (Susanto, 2015: 143-144), sebagai berikut. Social studies is the integrated study of social science and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinate, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economic, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of culturally diverse, democratic society in an independent world. Berdasarkan definisi di atas, pada prinsipnya National Council for the Social Studies (NCSC) menjelaskan bahwa IPS adalah suatu kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan. Pada program sekolah, pendidikan IPS menyediakan kajian terkoordinasi dan sistematis dengan mengambil atau meramu dari disiplin-disiplin sosial, seperti Antropologi, Arkeologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Ilmu Politik, Agama, dan Sosiologi. Selain itu, isi juga sesuai dengan ilmu-ilmu kemanusiaan seperti Matematika dan ilmu-ilmu alam. Dengan demikian, IPS merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu (interdisipliner). Pengertian IPS menurut Gunawan (2013: 48) adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Jadi, bahan kajian dalam IPS memuat konsep-konsep dari semua disiplin ilmu sosial. Selanjutnya, Susanto (2014: 10) mengemukakan bahwa “IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu paduan”. Dari beberapa pendapat ahli tentang definisi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), peneliti menyimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
16 adalah kajian terpadu dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dan masalah sosial yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi serta mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan. 2) Tujuan IPS Tujuan IPS sesuai dengan kurikulum 2006 (Gunawan, 2013: 53) yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global. Secara rinci Chapin dan Messick (Susanto, 2015: 147). mengemukakan tujuan IPS di sekolah dikelompokkan menjadi empat komponen, yaitu untuk: (a) memberikan kepada siswa tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang, (b) menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah data memproses informasi, (c) menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, (d) menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya, Hadi (Susanto, 2015: 146) menjelaskan bahwa tujuan IPS adalah untuk mengenal diri mereka sendiri dan lingkungannya, untuk membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang tujuan IPS, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu: (a) mengajarkan konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan,
(b)
mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman,
dan
17 kemampuan berpikir kritis, kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan, (c) membangun sikap partisipasi, bekerja sama, kemampuan berkomunikasi
dan
berkompetisi
dalam
masyarakat,
serta
(d)
mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat. 3) Ruang Lingkup IPS di SD Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yaitu meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Manusia, tempat, dan lingkungan b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan c) Sistem, sosial, dan budaya d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Gunawan (2013: 51) menyatakan: “Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) manusia, tempat dan lingkungan; b) waktu berkelanjutan, dan perubahan; c) sistem sosial dan budaya; d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan; e) IPS SD sebagai Pendidikan Global, yakni: (1) mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban dunia; (2) menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa; (3) menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia; (4) mengurangi kemiskinan, kebodohan, dan perusakan lingkungan”. Peneliti menekankan pada ruang lingkup waktu, keberlanjutan dan perubahan, dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator sebagai berikut. Standar Kompetensi: Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
18 Tabel 2.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar 2.3 Mengenal perkembang an teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunaka nnya
Indikator 2.3.1 menjelaskan perkembangan teknologi produksi pangan 2.3.2 menjelaskan perkembangan teknologi produksi sandang 2.3.3 menjelaskan perkembangan teknologi papan 2.3.4 menceritakan pengalaman menggunakan alat produksi tradisional dan modern 2.3.5 menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi lisan 2.3.6 menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi tertulis 2.3.7 menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi isyarat 2.3.8 menceritakan pengalaman menggunakan alat komunikasi tradisional dan modern 2.3.9 menjelaskan perkembangan teknologi transportasi darat 2.3.10 menjelaskan perkembangan teknologi transportasi air 2.3.11 menjelaskan perkembangan teknologi transportasi udara 2.3.12 menceritakan pengalaman menggunakan alat transportasi tradisional dan modern
4) Materi IPS Kelas IV a) Perkembangan Teknologi Produksi Teknologi produksi merupakan merupakan alat dan cara yang digunakan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa. (1) Teknologi Produksi Makanan Pada masa lalu penggemburan tanah dilakukan dengan dicangkul atau dibajak. Mencangkul benar-benar menggunakan tenaga manusia sedangkan membajak sudah dibantu tenaga sapi atau kerbau. Para petani di masa kini, untuk menggemburkan tanah sudah dapat menggunakan alat bermesin. Alat ini disebut traktor.
19 Dengan traktor kegiatan menggemburkan tanah dapat lebih ringan, mudah dan cepat. Ketika padi sudah dipanen, butir padi harus dipisahkan dari batangnya. Kulit padi juga harus dipisahkan dengan isinya (beras). Untuk melakukan kedua proses ini orang sekarang juga sudah menggunakan mesin. Berbeda dengan zaman dahulu yang masih menggunakan tenaga manual. Untuk memisahkan padi dari batangnya, padi dipukul-pukulkan pada sebatang kayu. Sedangkan untuk memisahkan kulit padi dengan isinya (beras) menggunakan lesung dan alu. Padi ditumbuk hingga mengelupas kulitnya. Seringkali berasnya juga ikut hancur menjadi kecil-kecil, Menumbuk padi dengan lesung banyak dilakukan oleh kaum perempuan. (a)
(b)
Gambar 2.1 (a) Menumbuk Padi dengan Lesung dan Alu (b) Mesin Penggiling Gabah (Sumber: Pujiati dan Yuliati, 2008: 167) (2) Teknologi Produksi Pakaian Untuk memenuhi kebutuhan sandang, masyarakat masa lalu menggunakan alat tenun yang terbuat dari kayu dengan rakitan yang sangat sederhana. Tentu saja pekerjaan ini memerlukan tenaga yang cukup besar dan waktu yang lama. Produk yang dihasilkannya pun tidak banyak. Masyarakat masa kini sudah dapat memenuhi kebutuhan sandangnya dengan mudah. Alat-alat yang berteknologi modern sudah banyak ditemukan. Pabrik tekstil dengan mesin-mesin
20 modern dapat menghasilkan kain dalam jumlah besar dan kualitas yang tinggi. (3) Teknologi Produksi Bahan Bangunan Selain bahan pangan dan bahan sandang, manusia juga memerlukan rumah sebagai tempat tinggal. Segala perlengkapan rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, lemari merupakan kebutuhan hidup lainnya yang diperlukan. Masyarakat masa lalu memotong kayu menggunakan kapak dan peralatan sederhana. Waktu yang diperlukan cukup lama untuk mengerjakannya. Sedangkan sekarang orang memotong kayu dapat menggunakan gergaji mesin. Selain lebih cepat hasil yang didapat pun sangat banyak. Selain itu potongan juga lebih rapi. Menyerut pun juga sekarang sudah menggunakan serutan mesin. Tidak seperti dulu yang menggunakan serutan biasa dan menggunakan tenaga manusia lebih besar. b) Perkembangan Teknologi Komunikasi Komunikasi adalah penerimaan pesan, baik langsung atau tidak langsung. Komunikasi langsung berupa menanyakan langsung tanpa alat. Komunikasi tidak langsung menggunakan alat.
Alat
komunikasi mengalami perkembangan. (1) Komunikasi Lisan Ketika teknologi belum berkembang seperti sekarang, orang kesulitan berkomunikasi secara lisan dengan orang yang letaknya jauh. Mereka haruslah bertemu terlebih dahulu. Namun kini kita sangat mudah melakukan komunikasi lisan meskipun letaknya berjauhan. Kita dapat berbicara secara langsung kepada orang yang letaknya jauh melalui pesawat telepon. Kemudian dengan kemajuan teknologi semakin banyak tercipta alat-alat komunikasi yang canggih seperti radio, televisi dan internet. Bahkan sekarang dengan teknologi satelit, komunikasi jarak jauh
21 dapat dilakukan tanpa kabel. Yakni dengan alat yang dinamakan telepon seluler.
Gambar 2.2 Satelit Membantu Komunikasi Jarak Jauh tanpa Kabel (Sumber: Pujiati dan Yuliati, 2008: 173) (2) Komunikasi Tertulis Komunikasi tertulis melalui surat dari dulu sampai sekarang masih dilakukan orang. Sebelum ditemukan kertas, biasanya orang menulis surat pada daun, pelepah pohon atau kulit batang. Surat diantar oleh seorang kurir (pengantar surat). Pada masa lalu mereka mengantar surat dengan berjalan kaki atau menunggang kuda. Masyarakat masa kini menulis di atas kertas dengan cara tulis tangan atau diketik. Surat dapat kita kirim ke tujuan yang jauh tempat tinggalnya melalui kantor pos. Cepat atau lambatnya pengiriman tergantung pada biaya atau perangko yang diberikan. Dengan berkembangnya teknologi sekarang kita pun dapat mengirim surat lewat faksimile. Faksimile merupakan mesin cetak/fotocopy jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan telepon. Dengan faksimile surat dapat diterima salinannya secara langsung. Alat komunikasi tertulis lainnya adalah koran, majalah dan buku yang disebut sebagai media cetak. Telepon genggam dan internet juga dapat dimanfaatkan untuk mengirim pesan tertulis yang disebut dengan SMS (Short Message Service) dan e-mail atau surat elektronik.
22 (3) Komunikasi Melalui Isyarat Komunikasi dengan isyarat tidak hanya dilakukan manusia di masa lalu. Masyarakat masa lalu biasa menggunakan kentongan, bedug, lonceng ataupun asap. Pada zaman dahulu, kentongan berfungsi sebagai sarana komunikasi di antara penduduk desa. Kentongan dipakai misalnya untuk: (a) memanggil warga desa melakukan kerja bakti, (b) memanggil warga desa agar berkumpul di balai desa, (c) memberitahu warga desa bahwa sedang terjadi pencurian atau perampokan, (d) memberitahu warga kalau ada warga yang meninggal dunia, (e) memberitahu warga kalau terjadi bencana alam, misalnya banjir, gunung meletus, kebakaran, dan sebagainya. Masyarakat masa kini juga masih menggunakan alat-alat tersebut. Namun penggunaanya kadang ditambah dengan alat pengeras suara. Sekarang juga banyak digunakan sirine, alarm, dan lampu sebagai alat komunikasi isyarat. c) Perkembangan Teknologi Transportasi Sejak dahulu orang sudah mengenal alat angkutan walaupun sangat sederhana. Mereka menggunakan tenaga hewan bahkan tenaga manusia sebagai alat transportasi. Dengan berkembanganya ilmu pengetahuan
teknologi
transportasi
sekarang
telah
mengalami
perubahan yang sangat pesat. (1) Transportasi Darat Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi yang masih sederhana. Sebelum ditemukan mesin, alat transportasi seperti becak, pedati, delman, dan kuda merupakan alat transportasi andalan. Teknologi transportasi tersebut masih menggunakan tenaga hewan dan manusia. Kemampuan jelajahnya juga masih sangat terbatas dan memerlukan waktu yang lama. Sekarang orang
23 masih menggunakan alat transportasi tersebut namun tidak menjadi alat utama. Sejak ditemukan mesin uap, berkembang pula kendaraan bermesin lainnya. Alat transportasi bermesin seperti sepeda motor, mobil, kereta api merupakan alat transportasi yang modern. Dengan alat transportasi tersebut, jarak jauh dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. (a)
(b)
Gambar 2.3 (a) Angkutan Darat Tidak Bermesin dan (b) Angkutan Darat Bermesin (Sumber: Sadiman dan Amalia, 2008: 105) (2) Transportasi Air Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi air seperti perahu dayung, rakit, dan perahu layar. Perahu dayung dan rakit digerakkan oleh kekuatan tenaga manusia. Sedangkan perahu layar digerakkan oleh tenaga angin dan tenaga manusia. Seiring dengan ditemukannya mesin bermotor, masyarakat kini menggunakan perahu bermotor dan kapal sebagai alat transportasi air. Kapal-kapal modern dapat mengangkut barang berton-ton serta dapat menempuh jarak yang sangat jauh. Bahkan kini sebuah kapal besar dapat digunakan sebagai landasan pesawat tempur. Kapal ini dinamakan kapal induk. (3) Transportasi Udara Pelabuhan udara (bandara) terdapat di kota-kota besar. Transportasi
udara
di
Indonesia
telah
berkembang.
Perkembangannya itu ke arah kemajuan. Angkutan udara lebih mahal dibandingkan angkutan lainnya. Waktu tempuh angkutan udara lebih cepat.
24 Selain pesawat alat transportasi udara lainnya adalah helikopter. Helikopter daya angkutnya lebih kecil. Helikopter dapat menjangkau daerah terpencil yang sulit ditempuh jalan darat. Oleh karena
itu,
adanya
angkutan
udara
dapat
mempermudah
transportasi dalam kehidupan manusia. (a)
(b)
Gambar 2.4 (a) Pesawat Penumpang dan (b) Helikopter (Sumber: Pujiati dan Yuliati, 2008: 177) Dari berbagai uraian tentang karakteristik siswa kelas IV SD, hakikat pembelajaran,
dan
hakikat
Ilmu
Pengetahuan
Sosial
maka
peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS kelas IV yaitu proses interaksi antara pendidik, peserta didik dan sumber belajar agar peserta didik dapat mempelajari, menelaah, dan menganalisis berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora dan masalah sosial yang dikaji melalui seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang dipelajari khususnya di kelas IV pada tingkat sekolah dasar tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya yang indikator keberhasilannya yaitu adanya perubahan dalam hasil belajar siswa yang berupa kemampuan kognitif pada kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. 2.
Penerapan Model Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satsifaction (ARIAS) dengan Media Audio Visual a. Model Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satsifaction (ARIAS) 1) Hakikat Model Pembelajaran Joyce (1992) model pembelajaran adalah usatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
25 menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Ahmadi, dkk, 2011: 13-14). Pengertian model pembelajaran menurut Soekamto (Shoimin, 2014: 23) yaitu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dari
pendapat
beberpa
ahli
tentang
pengertian
model
pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau kerangka yang direncanakan secara sistematis yang dijadikan pedoman oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu. 2) Hakikat Model Pembelajaran ARIAS Model ARIAS dikembangkan untuk mempengaruhi motivasi dan hasil belajar (Ahmadi, dkk., 2011: 69). Rahman dan Amri (2014: 12) memaparkan bahwa model pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction (ARIAS) merupakan sebuah model pembelajaran yang dimodifikasi dari model pembelajaran ARCS yang dikembangkan oleh John M. Keller. Model pembelajan ARCS dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Keller (1983: 3) mendefiniskan, “The ARCS Model defines four major conditions (Attention, Relevance, Confidance, and Satisfaction) that have to be met for people to become and remain motivated”. Artinya bahwa pada model ARCS terdapat empat kategori kondisi yaitu Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidance (kepercayaan diri), dan Satisfaction (kepuasan) yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk berprestasi.
26 Model ARCS kemudian dikembangkan dengan menambahkan tahap evaluasi (assessment). DeCecco (dalam Ahmadi dkk, 2011: 70) menjelaskan bahwa evaluasi (assessment) digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa. Morris (Ahmadi, dkk 2011: 70) menjelaskan bahwa dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat/perhatian); relevance (relevansi); confidence
(percaya/yakin);
satisfaction
(kepuasan/bangga);
dan
assessment (evaluasi). Modifikasi ini juga dilakukan dengan pergantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest. Pergantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence. Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS. Lebih
lanjut
Sopah
(Rahman
dan
Amri,
2014:
13)
mengemukakan bahwa model pembelajaran ARIAS memiliki komponen sebagai berikut; assurance (A), relevance (R), interest (I), assessment (A), dan satisfaction (S). Makna dari model ini adalah usaha pertama dalam pembelajaran untuk menanamkan rasa yakin atau percaya diri pada siswa, kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik, dan memelihara minat serta perhatian siswa kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (reinforcement). Begitu juga Fitriana (2013: 53) menjelaskan model ARIAS dapat membuat siswa mempunyai rasa percaya diri dalam mengemukakan pendapat, tumbuh minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran semakin besar. Akan tetapi Indarti (2011) menjelaskan model ARIAS menjadikan materi kurang dipahami jika siswa tidak tergugah untuk
27 aktif, serta harus memerlukan ekstra dari tenaga, waktu, pemikiran dan peralatan, dan ketrampilan dari seorang pengajar. Berdasarkan paparan dari pendapat beberapa ahli tentang model ARIAS, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS adalah model pembelajaran yang dimodifikasi dari model ARCS dengan menambahkan
komponen
evaluasi
(assessment)
dan
mengubah
komponen confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest sehingga didapatkan ARIAS sebagai akronim. Makna dari akronim ARIAS adalah kegiatan pembelajaran diawali dengan menanamkan rasa yakin atau percaya diri pada siswa, kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik, dan memelihara minat serta perhatian siswa kemudian diadakan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan. 3) Komponen Model Pembelajaran ARIAS a) Assurance (Percaya Diri) Keller mengatakan bahwa assurance (percaya diri) yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil (Ahmadi, dkk, 2011: 71). Siswa yang memiliki sikap percaya diri atau yakin dengan kemampuan yang ia miliki akan lebih semangat dan antusias dalam pembelajaran sehingga akan dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. Rahman dan Amri (2014: 14-15) menjelaskan beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa, antara lain: (1) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan video ataupun gambar seseorang yang telah berhasil. (2) Menggunakan suatu patokan atau standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan. Misalnya dengan mengatakan
28 kamu tentu dapat melihat pertanyaan di bawah ini tanpa melihat buku. (3) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan atau sesuai dengan kemampuan siswa. Misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah berangsur sampai ke tugas yang sukar. (4) Memberi kesempatan kepada siswa secara mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan. b) Relevance (Relevansi) Relevance berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang berhubungan dengan kebutuhan masa depannya. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu apabila yang akan dipelajari ada relevansinya dengan kehidupan dan memiliki tujuan yang jelas. Sopah (Rahman dan Amri, 2014:15) menjelaskan bahwa segala sesuatu yang memiliki arah tujuan, sasaran yang jelas, manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru pada komponen relevansi antara lain: (1) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. (2) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang dan untuk berbagai aktivitas di masa mendatang. (3) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan kehidupan siswa. c) Interest (Minat) Interest berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Menurut Susanto (2015: 58) minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya objek atau kegiatan yang menguntungkan,
menyenangkan,
dan
lama-kelamaan
akan
29 mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Jadi, adanya minat pada diri siswa mempengaruhi terhadap proses belajarnya. Keller (Rahman dan Amri, 2014: 56) menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk membangkitkan dan menjaga minat/perhatian siswa antara lain: (1) Memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. (2) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran (3) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran d) Assessment (Penilaian) Rahman dan Amri (2014: 57) menjelaskan bahwa assessment merupakan suatu bentuk evaluasi selama proses berlangsungnya kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir. Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. e) Satisfaction (Kepuasan) Satisfaction berhubungan dengan rasa puas, bangga atas hasil yang telah dicapai. Rahman dan Amri (2014: 58) menjelaskan bahwa dalam model ARIAS aspek kepuasan siswa sangat diperhatikan guna memotivasi siswa untuk terus berprestasi dan berhasil sehingga akan berakibat pula dalam hasil belajar mereka. Keberhasilan tersebut akan menjadi penguat bagi siswa. Keller (Ahmadi dkk, 2011:77) mengemukakan bahwa berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsik, di mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapatkan sesuatu. Lebih lanjut Keller dan Kopp (Ahmadi dkk, 2011:77) juga menjelaskan bahwa rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau
30 lingkungan
yang disebut kebanggaan ekstrinsik. Penghargaan
ekstrinsik tersebut dapat bersifat verbal maupun nonverbal. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa bangga pada siswa adalah sebagai berikut: (1) Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas baik secara verbal maupun nonverbal kepada siswa yang telah menampilkan keberhasilannya. (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi. (3) Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru. (4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan atau memerlukan bantuan. Berdasarkan uraian tentang komponen-komponen model pembelajaran ARIAS, maka dapat disimpulkan bahwa komponenkomponen model ARIAS meliputi assurance (percaya diri), relevance (relevansi), interest (minat), assessment (penilaian), dan satisfaction (kepuasan). Makna dari akronim ARIAS adalah menanamkan sikap percaya atau harapan akan berhasil pada diri siswa dalam mengikuti pembelajaran, mendorong siswa antusias dalam mempelajari sesuatu yang ada relevansinya dengan kehidupan mereka, membangkitkan dan memelihara minat/perhatian siswa selama kegiatan pembelajaran, dan memberikan rasa bangga atau puas pada diri siswa. 4) Sintaks Model Pembelajaran ARIAS Berdasarkan komponen-komponen model ARIAS yang telah dikemukakan di atas, menurut Ahmadi (Fitriana, 2013: 54) sintaks model pembelajaran ARIAS adalah sebagai berikut:
31 Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran ARIAS Komponen ARIAS Assurance (A)
Relevance (R)
Interest (I)
Assessment (A)
Satisfaction (S)
Prinsip Reaksi
Posisi
1. Menanamkan rasa percaya diri dan memotivasi siswa 2. Mengingatkan konsep yang telah dipelajari yang merupakan materi prasyarat/apersepsi 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai agar siswa memahami arah pembelajaran. 2. Guru menjelaskan manfaat materi yang dipelajari 1. Menarik dan memelihara minat/ perhatian siswa dengan menggunakan media 2. Guru menjelaskan tentang konsep/ materi dengan menggunakan metode atau strategi yang bervariasi. 3. Memberikan bimbingan belajar 1. Mengecek kegiatan pembelajaran 2. Siswa mempresentasikan hasil pengerjaan LKS dengan memberi alasan/penjelasan dari hasil kerjanya 1. Guru memberikan penguatan dan penghargaan secara verbal maupun nonverbal kepada siswa yang telah berhasil menampilkan keberhasilannya 2. Siswa menarik kesimpulan dan merangkum materi yang telah dipelajari 3. Guru memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Penutup
32 b. Media Audio Visual 1) Pengertian Media Pembelajaran Pengertian media pembelajaran menurut Sukiman (2012: 29) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Selanjutnya Asyhar (2011: 8) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Sedangkan Sanaky (2015: 4) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat digunakan sebagai mempertinggi
perantara dalam proses
efektifitas
dan
efisiensi
pembelajaran
dalam
mencapai
untuk tujuan
pembelajaran. Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian media pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan
pembelajaran,
merangsang
pikiran,
perasaan, minat dan perhatian agar terjadi proses belajar secara efektif dan efisien. 2) Manfaat Media Pembelajaran Manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar menurut Arsyad (2015: 29-30) adalah sebagai berikut: (a) memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (b) meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan
33 lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (c) mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, serta (d) memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa. Asyhar (2011: 42-43) memaparkan bahwa media pembelajaran memberikan manfaat sebagai berikut: (a) memperluas cakrawala sajian materi yang diberikan, (b) peserta didik akan memperoleh pengalaman belajar secara beragam selama proses pembelajaran, (c) memberikan pengalaman yang konkrit dan langsung kepada peserta didik, (d) menyajikan sesuatu yang sulit diadakan, dikunjungi atau dilihat, (e) memberikan informasi yang akurat dan terbaru, (f) menambah kemenarikan tampilan materi, (g) merangsang peserta didik untuk berfikir kritis dan menggunakan kemampuan imajinasinya, serta (h) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran. Dari pembelajaran,
pendapat dapat
beberapa disimpulkan
ahli
tentang
bahwa
manfaat
manfaat
dari
media media
pembelajaran adalah: (a) memperluas cakrawala sajian materi yang diberikan, (b) memberikan pengalaman belajar yang beragam, (c) memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (d) meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga menimbulkan motivasi belajar, (e) menyajikan situasi yang konkret sehingga memudahkan siswa untuk menyerap pengetahuan, (f) mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, serta (g) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran 3) Jenis Media Pembelajaran Bretz
(Sukiman, 2012:
45) menjelaskan
bahwa media
dikelompokkan menjadi 8 kategori, yaitu: (a) media audio visual gerak, (b) media audio visual diam, (c) media audio semi gerak, (d) media visual gerak, (e) media visual diam, (f) media semi gerak, (h) media audio, dan (i) media cetak.
34 Asyhar (2011: 44-45) memaparkan bahwa media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu: a) Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indera penglihatan semata-mata dari peserta didik. Beberapa media visual antar lain: (1) media cetak seperti buku, modul, jurnal, peta, gambar dan poster, (2) model dan prototipe seperti globe bumi, serta (3) media realitas alam sekitar dan sebagainya. b) Media audio, yaitu jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Contoh media audio yang umum digunakan yaitu tape recorder, radio, dan CD player. c) Media audio-visual yaitu jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Beberapa contoh media audio-visual adalah film, video, program TV. d) Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Berdasarkan pendapat kedua ahli tentang jenis-jenis media, maka dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media meliputi: (1) media visual, (2) media audio, (3) media audio-visual, (4) multimedia. Masingmasing media memiliki karakteristik tersendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media audio visual. 4) Media Audio Visual a) Pengertian Media Audio Visual Media pembelajaran berbasis audio visual menurut Sukiman (2012: 184) adalah media penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan. Asyhar (2011: 73) menjelaskan bahwa media audio visual dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi.
35 Berdasarkan pendapat kedua ahli tentang pengertian media audio visual, dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah media yang menyalurkan informasi kepada siswa yang disajikan dalam bentuk gambar dan suara sekaligus dalam satu kegiatan sehingga dapat dilihat dan didengar. b) Jenis Media Audio Visual Sukiman (2012: 184) memberikan contoh media audio visual diantaranya film, video dan televisi. Sanaky (2015: 119) memberikan contoh media audio visual diantaranya televisi, video-VCD, sound slide, dan film. Berikut penjelasannya: (1) Televisi merupakan perlengkapan elektronik yang dasarnya sama dengan gambar hidup maupun yang terdiri dari gambar dan suara. (2) Video-VCD. Media Video dan VCD dapat digunakan sebagai media
untuk mempelajari objek dan mekanisme kerja.
Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Asyhar (2011: 74) menjelaskan bahwa melalui media video foto-foto dan gambar-gambar dapat diperbesar atau diperkecil. Selain itu, video dapat melakukan animasi. Animasi adalah teknik-teknik canggih membuat gambar lebih hidup dan menarik. (3) Media sound slide (slide bersuara). Sound slide yaitu penyajian bahan
pelajaran
yang
dikemas
sedemikian
rupa
dengan
menggunakan slide secara berurutan, dikombinasikan atau dilengkapi dengan audio kaset. Dari beberapa jenis media audio visual, pada penelitian ini peneliti memilih menggunakan video tentang perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi. c) Langkah Penggunaan Media Audio Visual Pacivi (Wahyudi, 2012: 23) merumuskan langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam menggunakan media audio visual
36 yaitu: (1) merumuskan tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan media audio visual sebagai media audio visual sebagai media pembelajarannya, (2) persiapan guru, (3) persiapan kelas, (4) langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media, (5) langkah kegiatan siswa, dan (6) langkah evaluasi pengajaran. Selanjutnya, Arshad (Wahyudi, 2012: 23) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam penggunaan media audio visual meliputi: (1) Menganalisis karakteristik siswa. (2) Menetapkan tujuan pembelajaran. (3) Menuangkan gagasan yang dimiliki guru ke dalam renvana pembelajaran yang akan dilakukan. (4) Mendesain media yang digunakan. (5) Menyiapkan perangkat yang dibutuhkan (LCD proyektor, laptop, dan speaker aktif). (6) Melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio visual. Berdasarkan pendapat kedua ahli tentang langkah-langkah penggunaan media audio visual, dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah penggunaan media audio visual meliputi: (1) Persiapan; merumuskan tujuan pembelajaran sebagai acuan untuk membuat media audio visual, (2) Pelaksanaan; siswa memperhatikan media audio visual yang ditampilkan tentang perkembangan teknologi produksi,
komunikasi,
dan
transportasi,
(3)
Evaluasi;
siswa
mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. d) Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual Asyhar, (2011: 74) menjelaskan beberapa kelebihan media audio visual, yaitu: (a) membuat proses komunikasi (pembelajaran) menjadi efektif; (b) mampu mengungkapkan objek dan peristiwa seperti keadaan yang sesungguhnya, (c) mampu menayangkan gambar bergerak beserta suara sehingga terlihat lebih menarik, (d) mampu memanipulasi waktu (menambah atau mengurangi waktu) dan dapat
37 juga memanipulasi ruang (memperkecil dan memperbesar ukuran gambar). Sementara itu, kekurangan media audio visual menurut Wahyudi (2012: 22-23) yaitu: (a) membuat siswa menjadi cenderung pasif dalam pembelajaran, (b) biaya relatif mahal untuk membeli perangkatnya,
(c)
membutuhkan
keahlian
khusus
untuk
mengoperasikan, (d) membutuhkan persiapan matang sebelum menggunakan, dan (e) tidak mudah dibawa kemana-mana. c. Penerapan Model ARIAS melalui Media Audio Visual Berdasarkan apa yang telah dipaparkan tentang model ARIAS, media audio visual dan langkah-langkah model ARIAS dengan media audio visual dapat disimpulkan bahwa model ARIAS dengan media audio visual adalah model pembelajaran yang menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri pada diri siswa, serta menarik dan mempertahankan minat atau perhatian siswa dengan media audio visual sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. melalui lima langkah, yaitu (a) assurance (menumbuhkan rasa percaya diri) dibantu menggunakan media audio visual, (b) relevance (menjelaskan relevansi materi dengan kehidupan siswa) dengan media audio visual dibantu menggunakan media audio visual, (c) interest (memelihara minat/ perhatian) dengan media audio visual, (d) assessment (penilaian), (e) satisfaction (memberi penguatan) dibantu menggunakan media audio visual. 3. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian mengenai “Penerapan Model ARIAS dengan Media Audio Visual dalam Peningkatan Pembelajaran IPS tentang Perkembangan Teknologi pada Siswa Kelas IV SD Negeri Grujugan Tahun Ajaran 2015/2016” yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gyofeni Anjarsari (2015) yang berjudul “Penerapan Model ARIAS (AssuranceRelevance-Interest-Assessment-Satisfaction) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Daur Air”. Hasil dari penelitian ini adalah model ARIAS (Assurance-Relevance-Interest-Assessment-Satisfaction) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada konsep daur air. Persamaan
38 penelitian ini terletak pada penggunaan model ARIAS sebagai variabel tindakan. Perbedaannya terletak pada variabel Y, yaitu penelitian yang dilakukan Gyofeni Anjarsari meneliti peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada konsep daur air, sedangkan peneliti meneliti peningkatan pembelajaran IPS. Penelitian relevan ke dua adalah penelitian mengenai media audio visual yang pernah dilakukan oleh Ade Irma Setiyani (2013) yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Menggunakan Snowball Throwing Media Audio Visual Kelas IV”. Hasil penelitian ini adalah model Snowball Throwing dengan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas IV. Persamaan penelitian ini terletak pada penggunaan media audio visual untuk meningkatkan pembelajaran IPS Kelas IV. Perbedaanya, terletak pada penggunaan model pembelajaran. Setiyani menggunakan model Snowball Throwing sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan model ARIAS. Penelitian relevan ke tiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Jaemu Lee dan Youngtae Kim (2012) dengan judul “Development of Web-based Courseware
Applied
ARCS
Model”.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
meningkatkan motivasi berprestasi siswa dalam mata pelajaran matematika siswa SD dengan menggunakan Web-based Courseware (sarana belajar berbasis web) dikolaborasikan dengan ARCS Model. Hasil penelitian ini adalah penerapan Web-based Courseware Applied ARCS Model meningkatkan motivasi berprestasi siswa SD dalam mata pelajaran matematika. Persamaan penelitian terletak pada model pembelajaran. Lee dan Kim menggunakan model pembelajaran ARCS sedangkan peneliti menggunakan model ARIAS, yang mana model ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Selain model pembelajaran, subjek penelitian juga sama yaitu pada siswa SD. Perbedaannya yaitu pada tujuan penelitian dan mata pelajaran yang diteliti. Lee dan Kim meneliti peningkatan motivasi berprestasi sedangkan tujuan peneliti yaitu untuk meningkatkan pembelajaran IPS.
39 Penelitian relevan ke empat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Deepa Awasthi (2014) dengan judul “Utilising Audio Visual Aids to make learning Easy and Effective in Primary Education”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media audio visual dapat memudahkan siswa dalam belajar serta efektif digunakan dalam pembelajaran di SD. Kesamaan penelitian terletak pada variabel Y yaitu penggunaan media audio visual dan subjek penelitian. Perbedaanya yaitu tujuan penelitian Awasthi adalah untuk memudahkan siswa dalam pembelajaran pada semua mata pelajaran sedangkan tujuan peneliti untuk meningkatkan pembelajaran IPS. Penelitian relevan ke lima adalah penelitian yang dilakukan oleh Desy Dwi Ayusari (2015) berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) disertai Media Audio Visual untuk Meningkatkan Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri 4 Kutosari Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) disertai media audio visual dapat meningkatkan pembelajaran IPS kelas V SD Negeri 4 Kutosari. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan media audio visual, serta tujuannya yaitu untuk meningkatkan pembelajaran IPS. Perbedaannya yaitu pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) dan subjek penelitiannya pada kelas V, sedangkan peneliti akan menggunakan model pembelajaran ARIAS dan subjek penelitiannya pada kelas IV.
B. Kerangka Berpikir Siswa kelas IV berusia pada rentang umur 9-11 tahun, yaitu berada pada tahap operasional konkret. Karakteristik siswa pada tahap ini yaitu senang bermain dan lebih suka bergembira atau riang, tertarik akan dunia sekitar mereka, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pada tahap ini juga anak telah mampu berpikir secara logis dan sistematis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret serta belum mampu berpikir secara abstrak. Kemampuan ini dapat dijadikan modal bagi siswa dalam pembelajaran IPS, sebagaimana hakikat IPS yang menjelaskan bahwa, IPS adalah
40 kajian terpadu dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, dan masalah sosial yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi serta mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan. Melalui pembelajaran IPS, siswa diharapkan mampu berinteraksi dengan baik, bekerja sama, serta bertanggungjawab di lingkungannya. Oleh karena itu, agar peran IPS dapat terwujud maka tujuan pembelajaran IPS harus tercapai. Salah satu cara agar tujuan IPS dapat tercapai yaitu dengan menciptakan suatu proses pembelajaran yang mampu membuat anak berpartisipasi aktif dan saling berhubungan satu sama lain yaitu siswa dengan guru maupun antarsiswa. Pembelajaran IPS tanpa melibatkan siswa secara aktif mengakibatkan sebagian besar siswa pasif dan kurang antusias dalam pembelajaran. Model pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction (ARIAS) adalah model pembelajaran yang berusaha membuat siswa memiliki rasa percaya diri serta memiliki motivasi sehingga siswa terdorong untuk aktif dalam pembelajaran. Melalui tahapan-tahapan atau langkah-langkah model ARIAS ditumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa melalui pembelajaran yang ada relevansinya dengan kehidupan sekitar mereka serta pemberian motivasi sehingga minat siswa dalam pembelajaran akan terjaga sejak awal hingga akhir pembelajaran. Penerapan media audio visual dapat membantu meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena melalui media audio visual siswa dapat lebih mudah dalam memahami materi yang disajikan dalam gambar dan suara sekaligus dalam satu kegiatan sehingga dapat dilihat dan didengar secara langsung oleh siswa. Media audio visual juga dapat menarik minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa akan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan lebih interaktif sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain, bahwa model pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction (ARIAS) dengan media audio visual dapat meningkatkan pembelajaran. Skema kerangka berpikir penerapan model Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction (ARIAS) dengan media audio visual untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5 sebagai berikut.
41
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Karakteristik siswa kelas IV SD: yaitu berada pada tahap operasional konkret, senang bermain dan lebih suka bergembira atau riang, tertarik akan dunia sekitar mereka, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
Ilmu Pengetahuan Sosial: mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi, mempelajari, menelaah, menganalisis gejala, dan masalah sosial di masyarakat, mengarahkan siswa untuk berinteraksi dengan baik, bekerja sama, serta bertanggungjawab di lingkungannya.
Model Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction (ARIAS): membuat siswa memiliki rasa percaya diri, menjadikan siswa memiliki motivasi, mendorong untuk aktif dalam pembelajaran.
Model Audio Visual: dapat dilihat dan didengar secara langsung oleh siswa, menarik minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran, membantu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran.
Model Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction (ARIAS) dengan media audio visual dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang Perkembangan Teknologi.
Gambar 2.5 Alur Kerangka Berpikir
42 D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, penelitian relevan, dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu jika penerapan model ARIAS dengan media audio visual dilaksanakan dengan langkah-langkah yang benar, maka dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang Perkembangan Teknologi siswa kelas IV SD Negeri Grujugan Tahun Ajaran 2015/2016.