10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Model dan Metode Pembelajaran Dalam pembelajarankan suatu materi pelajaran hendaknya guru harus memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Isjoni (2010 :16) mengemukakan bahwa cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, digunakan untuk mengatasi masalah yang ditemukan guru pada saat kegiatan pembelajaran. Untuk mendefinisikan pengertian pembelajaran kooperatif, Sugiyanto (2009 : 37) berpendapat, “Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar“. Slavin (2005:4) juga berpendapat, “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok – kelompok kecil untuk saling membantu sama lainnya dalam membelajari materi pelajaran“. Solihatin (2008:4) berpendapat, “ Cooperative learning merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih diana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Isjoni (2010:15) juga berpendapat, ”Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar”. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh 10
11
guru. Dalam pembelajaran kooperatif akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam menyampaikan pendapat serta ide baru sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan dapat berlangsung menyenangkan yang diharapkan akan berdampak pada lebih meningkatnya hasil belajar peserta didik. Dalam pembelajaran ceramah juga terdapat beberapa penugasan yang bersifat kelompok. Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara kelompok pembelajaran kooperatif dengan kelompok pembelajaran ceramah. Killen dalam Trianto (2010 : 58) mengemukakan beberapa perbedaan antara kedua kelompok belajar tersebut, yaitu : Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional (Ceramah) Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konfensional (Ceramah) Adanya saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan adanya siswa saling
membantu,
dan
saling yang
mendominasi
kelompok
atau
memberikan motivasi sehingga terdapat menggantungkan diri pada kelompok. interaksi promotif. Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas
individual
sering
mengukur penguasaan materi pelajaran diabaikan sehingga tugas-tugas sering tiap anggota kelompok, dan kelompok diborong oleh salah seorang anggota diberi umpan balik tentang hasil belajar kelompok sedangkan anggota kelompok para anggotanya sehingga dapat saling lainnya
hanya
“mendompleng”
mengetahui siapa yang memerlukan keberhasilan “pemborong” bantuan
dan
siapa
yang
dapat
memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok belajar biasanya homogen. kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat
12
saling
mengetahui
siapa
yang
memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan
kelompok
demokratis
atau
dipilih
secara Pemimpin kelompok sering ditentukan
bergilir
untuk oleh guru atau kelompok dibiarkan
memberikan pengalaman memimpin untuk memilih pemimpinnya dengan bagi para anggota kelompok.
cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan social sering tidak secara dalam kerja gotong royong seperti langsung diajarkan. kepemimpinan,kemampuan komunikasi ,
mempercayai
orang
lain,
dan
mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui
observasi dan
berlangsung, guru terus melakukan intervensi sering tidak dilakukan oleh pemantauan
melalui
observasi
melakukan
intervensi
jika
dan guru pada saat belajar kelompok sedang
terjadi berlangsung.
masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. Sumber : Killen (Trianto, 2011 : 43) Menurut Iqbal Javel, Kousar, Rahman (2011 : 256) menyatakan tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : Collaborative learning prepares students to work collaboratively and creates new ideas for students It was also revealed that collaborative learning provided user friendly environment and promotes positive interpendence among student and teacher. It encouraged group discussion and developed team work skills. It was also found that it provided feedback on assessment work and knowledge. Collaborative learning is easly in group work and created decision making ability about the rask assigned.
13
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik bekerjasama dalam menciptakan ide-ide baru, memberikan umpan balik pada hasil pekerjaan dan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih mengutamakan kerjasama peserta didik dalam kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi terkait dengan materi pelajaran. Keberhasilan dalam model cooperatif learning bukan semata – mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan hasil belajar akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama – sama dalam kelompok – kelompok belajar yang terstruktur dengan baik. Slavin (2005:10) mengemukakan bahwa “Tiga konsep penting bagi cooperative learning antara lain : penghargaan bagi tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama”. Metode pembelajaran menurut Sumantri dan Johar (2001: 114), “metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pembelajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”, dan menurut Surakhmad (1990: 96) “ Metode adalah cara, yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan”. Metode pembelajaran menurut Roestiyah (2008: 1) yaitu “suatu pengetahuan tentang cara-cara pembelajaran yang digunakan oleh guru (instruktur) atau dapat juga dikatakan teknik penyajian yang dikuasai guru untuk pembelajaran atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan siswa dengan baik”. Dari beberapa teori tentang model dan metode pembelajaran yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa, metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran agar materi pelajaran dapat dipahami dan dimengerti oleh peserta didik dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat beberapa metode pembelajaran, baik mengenai kebaikan-kebaiakan maupun mengenai kelemahankelemahannya, seorang guru akan lebih mudah untuk menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus yang dihadapi. Metode pembelajaran
14
dibuat sebagai suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, serta mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran. Dalam penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dari metode pembelajaran CIRC dan STAD sebagai alternatif metode yang diaharapkan dapat lebih efektif meningkatkan hasil belajar geografi.
a. Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Menurut Slavin dan Hall (2005:200) metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pembelajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar dan juga pada sekolah menengah. CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerjasama dalam kelompok untuk membantu peserta didik belajar memahami materi pelajaran melalui bacaan, berita, dan permasalahan. CIRC dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu peserta didik memahami konsep-konsep sulit dan membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Jasmine dalam Mudawati (2008:24) yang menyimpulkan ”pembelajaran kooperatif metode CIRC secara aktif melibatkan kecerdasan interpersonal, pembelajaran siswa untuk dapat bekerjasama yang baik dengan orang lain, mendorong kolaborasi (kerjasama), berkompromi dan bermusyawarah mencapai kesepakatan dan secara umum menyiapkan mereka untuk masuk dalam dunia hubungan personal”. Pada Kurikulum 2013 terdapat penilaian aspek sikap, sedangkan metode pembelajaran CIRC lebih banyak menekankan pada penilaian keterampilan khususnya keterampilan membaca. Peserta didik pada metode ini dibagi menjadi kelompokkelompok yang kemudian diberikan artikel sebagai bahan diskusi, penilaian sikap dilakukan saat diskusi berlangsung dengan menggunakan empat indikator, yaitu aktif, teliti, kerjasama dan tanggungjawab . Pada penilaian keterampilan dilakukan dengan
15
melihat hasil diskusi peserta didik yang dipresentasikan dan dinilai dengan indikator kemampuan melakukan presentasi, kemampuan bertanya dan kemampuan menjawab. Pada penerapan metode pembelajaran CIRC diperlukan beberapa urutan tahapan kegiatan. Adapun tahapan pembelajaran CIRC yang dikemukakan oleh Suprijono (2011:130), adalah sebagai berikut: 1) guru membentuk kelompok yang anggotanya 4-6 orang secara heterogen, 2) guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran, 3) peserta didik bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas, 4) mempresentasikan/ membacakan hasil kelompok, 5) peserta didik bersama guru membuat kesimpulan, 6) penutup Kelebihan dari metode CIRC yaitu dapat membantu peserta didik belajar memahami materi pelajaran melalui wacana/ bacaan, berita, permasalahan, dengan cara membaca, menganalisis, dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru dan tidak bergantung pada teks tertentu. Diungkapkan Slavin (2010:22) kelebihan model CIRC antara lain : 1) dapat lebih memahami bacaan/wacana/kliping dan tidak bergantung pada teks tertentu, 2) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap suatu permasalahan yang diberikan guru, 3) dapat digunakan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, 4) meningkatkan ketertarikan siswa selama pembelajaran berlangsung, serta 5) meningkatkan rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari dan berani menyampaikan pendapat di dalam kelas. Kelebihan CIRC yang lain diungkapkan oleh Suyitno dalam Inayah (2007:27) antara lain :
16
1) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, 2) dominasi guru dalam pembelajaran berkurang, 3) siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena belajar dalam kelompok, 4) para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya, 5) membantu siswa yang lemah, dan 6) meningkatkan hasil belajar, khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah. Selain kelebihan, CIRC juga memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya. Adapun kekurangan model pembelajaran CIRC ini diantaranya membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam pelaksanaannya. Waktu tersebut digunakan pada saat diskusi. Selain itu, sulitnya mengatur kelas untuk kondusif sehingga suasana kelas cenderung ramai. Oleh karena itu, guru harus pandai dalam mengatur waktu yang ada dan menguasai kondisi kelas agar pelaksanaan pembelajaran menggunakan model ini dapat berjalan dengan baik. Dari beberapa uraian teori di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran CIRC menekankan pada peserta didik untuk bekerjasama dalam kelompok dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru berupa kliping ataupun teks bacaan. Peserta didik diharapakan dapat lebih berperan aktif dan teliti untuk mencari ide pokok dalam proses pembelajaran pada kompetensi dasar Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer agar hasil belajar dapat mencapai kriteria sesuai dengan yang diinginkan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan langkah – langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe CIRC, antara lain sebagai berikut : 1) Pembentukan kelompok secara acak Dalam tahap ini guru membagi kelas dalam kelompok. Pembagian kelompok dibuat secara heterogen ditinjau dari jenis kelamin, kemampuan belajar. Dalam setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik.
17
2) Pemberian tugas Dalam tahap ini guru mengenalkan dahulu topik yang akan dibahas, kemudian memberikan tugas kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan berupa teks bacaan ataupun kliping yang berupa analisis kaitannya pada kompetensi yang hendak dicapai. Tugas yang diberikan guru pada umumnya dapat diberikan setelah guru memberikan materi secara sekilas. 3) Melakukan diskusi Dalam tahap ini guru membagikan tugas kepada masing – masing kelompok. Setiap peserta didik dalam kelompok berdiskusi dengan sesama anggota kelompoknya untuk menyelesaikan pemecahan masalah sesuai dengan materi yang diberikan. Peserta didik bekerjasama dan berdiskusi, saling membacakan, menemukan ide pokok, dan memberi tanggapan terhadap bacaan/teks yang diberikan. Semua kegiatan juga harus ditulis secara sistematis pada lembar kertas. Semua anggota menulis dengan sungguh-sungguh dan sambil dipahami. Guru dapat membimbing masing–masing kelompok apabila setiap kelompok ada yang belum paham terhadap materi yang disampaikan. 4) Konfirmasi jawaban Dalam tahap ini gurua akan memanggil setiap kelompok secara bergantian untuk mempresentasikan atau membacakan hasil diskusi kelompoknya kepada kelompok lain. Kelompok lain bisa bertanya kepada kelompok tampil, dan anggota kelompok yang tampil menjawab secara bergantian. Apabila selesai mempresentasikan guru dapat menghidupkan suasana kelas untuk berdiskusi serta memberikan penguatan terhadap materi pelajaran setelah pelajaran berakhir. 5) Apresiasi tim Dalam tahap ini guru memberikan penghargaan atas kelompok yang berhasil mencapai kriteria yang telah ditentukan melalui kuis yang didiskusian secara kelompok.
18
6) Guru memberikan kuis bersifat induvidu untuk mengetahui sejauh mana peserta didik tersebut memahami materi yang telah disampaiakan. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan metode CIRC, setiap individu selain bertanggung jawab terhadap kelompoknya mereka juga akan bertanggung jawab terhadap hasil diskusi kelompoknya secara individu. Guru secara bergantian akan memanggil salah satu kelompok tersebut, sehingga setiap kelompok harus siap dan mengetahui jawaban hasil kelompoknya untuk dipertanggung jawabkan di depan kelas ketika guru memanggil salah satu kelompok tersebut. Metode CIRC diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan percaya diri peserta didik, memperdalam pemahaman materi serta mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.
b. Metode Student Team Achievement Division (STAD) Lie (2002:22) menyebutkan bahwa pada dasarnya ada tiga model pembelajaran yaitu model kompetisi, model individual, dan model kooperatif. Di antara ketiga model pemblajaran tersebut, yang sedang banyak diterapkan adalah pembelajaran kooperatif. Pemebelajaran kooperatif adalah belajar kelompok atau belajar dalam team. Slavin (2005:4) mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Slavin (2005:143) berpendapat, “STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”. Menurut Sugiyanto (2009:44) para guru menggunakan metode STAD untuk pembelajarankan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik penyajian verbal maupun tertulis. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran STAD merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi dengan kelompoknya bertujuan untuk mendapatkan informasi materi baru kemudian dicari solusi permasalahan
19
tersebut. Metode ini memberikan dua dampak sekaligus pada diri peserta didik, yaitu dampak instruksional dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penugasan konsep dan ketrampilan, kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu kepekaan social, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akanperbedaan. Pada pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa macam komponen utama, Slavin (2005:143) berpendapat, “STAD memiliki lima komponen utama, yaitu: (1) presentasi kelas; (2) tim; (3) kuis; (4) skor kemajuan individual; (5) rekognisi tim”. Menurut Sugiyanto (2009 : 44) langkah metode STAD antara lain : 1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4-5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah). 2) Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. 3) Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. 4) Tiap siswa dan tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Gagasan utama menerapkan metode pembelajaran STAD adalah untuk mendorong peserta didik saling membantu sama lain. Kerjasama kelompok sangat diperlukan dalam penguasaan materi, pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Apabila peserta didik menghendaki agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, maka mereka harus lebih bertanggungjawab dalam kelompoknya. Mereka harus saling membangun kerjasama dalam kelompoknya dan meyakinkan kepada anggota
20
kelompoknya bahwa mereka melakukan kerjasama untuk melakukan yang terbaik baik kelompoknya. Berikut ini adalah langkah – langkah dalam metode pembelajaran kooperatif tipe STAD antara lain sebagai berikut : 1) Apersepsi pelajaran Dalam tahap ini guru menyampaikan pengenalan metode STAD kepada peserta didik. Selain itu guru juga menyampaikan materi pelajaran secara sekilas. Dalam penyampaian materi guru dapat menggunakan media pembelajaran audiovisual untuk mempermudah guru dalam menyajikan materi di depan kelas. 2) Pembentukan tim dan pemberian tugas kelompok Tim terdiri dari 4-5 peserta didik anggota yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal prestasi akademik maupun jenis kelamin. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar – benar belajar, dan khususnya lagi bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari materi, dan berbagai soal analisis berkaitan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. 3) Melakukan kuis individual maupun kelompok Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode pengelompokan tim, peserta didik akan mengerjaka kuis individual maupun kuis kelompok. Peserta didik tidak diperkenankan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap individu bertanggung jawab untuk memahami materinya. 4) Skor kemajuan individual Tujuan utama adanya skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap peserta didik tujuan dan kinerja yang akan dapat tercapai apabila mereka lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap individu dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Tiap peserta didik diberikan skor awal yang diperoleh dari rata
21
– rata kinerja peserta didik sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Peserta didik selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. 5) Apresiasi tim Tim akan memperoleh penghargaan dari guru apabila skor rata – rata mereka mencapai kriteria tertentu. Gagasan utama menerapkan metode pembelajaran STAD adalah untuk mendorong peserta didik saling membantu sama lain. Kerjasama kelompok sangat diperlukan dalam penguasaan materi, pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Apabila peserta didik menghendaki agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, maka mereka harus lebih bertanggungjawab dalam kelompoknya. Mereka harus saling membangun kerjasama dalam kelompoknya dan meyakinkan kepada anggota kelompoknya bahwa mereka melakukan kerjasama untuk melakukan yang terbaik baik kelompoknya. Berdasarkan uraian di atas kedua metode pembelajaraan kooperatif tipe CIRC dan STAD memiliki kesamaan yaitu sama – sama merupakan metode pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalam kelompok belajar untuk mencapai tujuan belajar. Perbedaan metode pembelajaran CIRC dan STAD terletak pada langkah pembelajaran dan medianya. Metode pembelajaran CIRC memiliki ciri khusus bahwa guru memberikan teks bacaan ataupun kliping pada setiap kelompok kemudian kelompok tersebut mencari ide-ide pokok yang ada dalam teks bacaan ataupun kliping dan dicatan secara sistematis oleh anggota kelompoknya. Metode pembelajaran STAD memiliki ciri khusus dengan membagi peserta didik ke dalam kelompoknya untuk belajar bersama untuk mengerjakan permasalahan dalam diskusi kelompok maupun mengerjakan kuis individu dari materi yang telah disampaikan oleh guru pada setiap akhir pertemuan. Keberhasilan tim dalam menyelesaikan permasalahan ditentukan oleh keaktivan peserta didik dalam kelompok tersebut.
22
c. Metode Ceramah Bervariasi Menurut Sumantri dan Johar (2001 : 116) “Metode Ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Penggunaan metode ceramah sangar tergantung kepada kemampuan guru, karena gurulah yang berperan penuh dalam metode ceramah”. Dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran guru dalam memberikan materi. Dalam lingkungan pendidikan modern, metode pembelajaran ceramah menjadi perdebatan karena banyak orang yang ingin menolak sama sekali metode tersebut dengan alasan terlalu kuno. Namun sebagian juga masih mempertahankan metode pembelajaran ceramah dalamm kegiatan pembelajaran dengan berdalih bahwa metode tersebut sejak dahulu sudah digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sagala (2010 : 201) berpendapat “Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik “.Dalam kegiatan ceramah dominasi penuturan secara lisan oleh guru sangat berperan penting. Sejalan dengan Sagala, Anitah (2009 : 85) juga berpendapat “Ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah berbicara”. Dalam metode ceramah dikenal juga dengan adanya unsur ceramah bervariasi, disebut ceramah bervariasi karena dalam strategi ini terdapat beberapa komponen yaitu: 1) Variasi Metode Ceramah murni hanya efektif 15 menit setelah iti diganti dengan metode tanya jawab atau metode diskusi kelompok. Dengan demikian interaksi pembelajaran menjadi lebih bervariasi. 2) Variasi Media Alat indera peserta didik dilibatkan sebanyak mungkin dalam proses pembelajaran. Untuk itu media pembelajaran dapat divariasi sehingga fungsi
23
melihat (visual), fungsi mendengar (audio) dan fungsi meraba dan mencium diaktifkan pada hal-hal tertentu. 3) Variasi Penampilan Dalam menyampaikan ceramah guru tidak hanya terpaku pada tempat tertentu, gerakannya disesuaikan dengan bahan ceramah dan situasi kelas. Isi dari ceramah juga tidak hanya disampaikan dengan kata-kata saja tetapi juga melalui mimic guru. Adanya variasi suara tinggi rendah, cepat lambatnya kata yang diucapkan setiap kata dank eras lemahnya memberikan nilai tersendiri dalam berkomunikasi. 4) Variasi Bahan Sajian Variasi bahan sajian dapat diberikan dengan contoh-contoh verbal dan anekdot. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara lisan. Materi pembelajaran akan mudah disampaikan apabila guru menyampaikan materi tersebut dengan rinci dan jelas. Dalam kegiatan ceramah, peserta didik berperan sebagai pendengar dan teliti dalam mencatat pokok – pokok penting yang dikemukakan oleh guru. Bagi dunia pendidikan metode pembelajaran ceramah sudah tidak asing bagi kalangan guru. Hal ini disebabkan metode pembelajaran ceramah lebih mudah digunakan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah berjalan dengan lancar perlu adanya langkah – langkah yang harus dikuasai oleh guru, misalnya dengan menguasai unsur dari metode ceramah bervariasi agar lebih menarik peserta didik. Anitah (2009 : 88) mengemukakan sebagai metode pembelajaran, pemberian pelajaran melalui ceramah mempunyai kelebihan dalam hal guru menguasai arah pembicaraan seluruh kelas serta organisasi kelas sederhana. Pusat perhatian materi yang disampaikan berasal dari guru, sehingga guru mampu mengorganisasi suasana kelas.
24
Ceramah sebagai metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ceramah menurut Anitah (2009 : 197), yaitu : 1) hemat dalam menggunakan waktu dan alat, 2) mampu membangkitkan minat dan antusias siswa, 3) membantu siswa untuk membangkitkan kemampuan mendengarkannya, 4) merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber, 5) mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui oleh siswa”. Kekurangan metode ceramah menurut Sumantri dan Johar (2001 : 119) adalah sebagai berikut : 1) dapat menimbulkan kejenuhan kepada peserta didik apalagi bila guru kurang dapat mengorganisasinya, 2) menimbulkan verbalisme pada peserta didik, 3) materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru, 4) merugikan peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat terus, 5) informasi yang disampaikan mudah using dan ketinggalan jaman, 6) tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik, 7) terjadi proses satu arah dari guru kepada peserta didik. Dari beberapa teori yang telah diuraiakan metode pembelajaran ceramah merupakan metode pembelajaran yang menjadikan guru sebagai pusat informasi pembelajaran. Dalam metode ceramah hanya terdapat interaksi satu arah saja, sehingga peserta didik cenderung pasif dan lebih cepat merasa bosan dan kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Metode pembelajaran ceramah cenderung kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengutarakan ide dan pendapatnya karena peserta didik lebih banyak bergantung kepada guru untuk mendapatkan informasi.
2. Hasil Belajar Geografi Sudjana (2005 : 22) berpendapat, “Hasil belajar adalah kemampuan– kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya“.
25
Masidjo (1995:25) mengemukakan hasil belajar merupakan hasil akhir yang telah dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa dinyatakan dengan nilai – nilai yang diperoleh melalui tes formatif. Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2008: 91) adalah “taraf keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai test atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kecerdasan (intelegensia) peserta didik saja tetapi juga terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi yaitu faktor intern atau faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri, misalnya motivasi, minat, fisik dan faktor lainnya. Yang kedua adalah faktor ekstern yaitu faktor yang berada diluar individu, misalnya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mempunyai cakupan makna yang lebih luas dari prestasi belajar. Prestasi belajar seringkali dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diketahui setelah dilakukan pengukuran dengan tes. Hasil belajar tidak hanya dilihat dari nilai atau skor saja, melainkan mencakup penilaian secara kualitatif (sikap, pengetahuan, keterampilan, tingkah laku, karakter, dsb). Penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013 adalah sama dengan asesmen. Dari pedoman pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 menyebutkan bahwa ada tiga kegiatan yang perlu didefinisikan dalam kaitannya dengan konsep penilaian, yaitu : pengukuran, penilaian dan evaluasi. Penilaian kurikulum 2013 mencakup empat kompetensi inti, yaitu : a. KI-1 : kompetensi inti sikap spiritual b. KI-2 : kompetensi inti sikap sosial c. KI-3 : kompetensi inti pengetahuan
26
d. KI-4 : kompetensi inti keterampilan Dari uraian cakupan penilaian tersebut, KI-1 dan KI-2 merupakan penilaian yang dilihat dari sikap peserta didik, baik selama mengikuti pembelajaran maupun dalam pemberian tugas-tugas. Pada KI-3 merupakan penilaian yang dilihat dari hasil belajar peserta didik dari ranah kognitifnya sejauh mana peserta didik tersebut dapat memahami pembelajaran yang telah dilakukan, dan pada KI-4 merupakan penilaian keterampilan peserta didik yang dapat dilakukan dengan pemberian tugas-tugas. Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat ditunjukan dengan penilaian hasil belajar peserta didik yang dinyatakan dengan angka. Menurut Bloom dalam Sudjana (2005:22), berpendapat, “Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik”. a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif yang paling banyak dilakukan guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam mengusai materi pembelajaran. Dalam penelitian ini, metode pembelajaran CIRC, STAD, dan ceramah digunakan untuk mengetahui hasil belajar geografi dalam ranah kognitif. Dalam melakukan penilaian hasil belajar berupa tes. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
27
penguasaan bahan pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dalam melakukan penilaian, test terdiri dari dua macam, yaitu tes uraian dan tes objektif, (Sudjana, 2005 : 35). Dalam penelitian ini digunakan tes uraian untuk penilaian metode pembelajaran. Tes uraian digunakan karena luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudah menilai jawaban yang diberikan. Tes uraian dianggap lebih efektif untuk mengukur pengetahuan, pengertian, kosakata, penerapan prinsip dan kemampuan untuk menafsirkan data. Soal yang digunakan dalam penilaian hasil belajar adalah soal bentuk uraian. Dalam penelitian ini untuk mengetahui hasil belajar Geografi dapat diukur dengan memberikan tes kepada peserta didik. Tes tersebut diberikan pada tahap akhir pembelajaran (posttest). Posttest diberikan untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah diberikan perlakuan menggunakan metode pembelajaran. Soal tes tersebut berupa tes uraian dalam bentuk uraian.
3. Penelitian Yang Relevan 1) Mitra Widyasaril.(2013). Judul Penelitian : PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI SMA. Jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan desain penelitian pretest-postest control group design. Pada penelitian ini dibentuk dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), sedangkan kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional yang biasa digunakan guru yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Hasil Penelitian : Pada kelas eksperimen kemampuan berpikir kritis awal siswa lebih dari separuh (55,17%) berada pada kualifikasi cukup dan kurang dari seperempat (20,69%) berada pada kualifikasi kurang. Akan tetapi terjadi perubahan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis akhir yaitu seluruh siswa (100%) berada pada kualifikasi baik dan tak satupun siswa yang berada pada kualifikasi
28
cukup sampai sangat kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada kelas ekperimen terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol. 2) Arista Dini Figianti.(2012). Judul Penelitian : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CIRC TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen kuasi. Rancangan penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design. Hasil Penelitian : Kelas eksperimen memperoleh nilai ratarata diskusi kelompok yang lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 76,94 untuk kelas eksperimen dan 71,20 untuk kelas kontrol. Perbedaan antara nilai kemampuan akhir dan nilai diskusi kelompok mempengaruhi nilai akhir kemampuan memecahkan masalah untuk masing-masing kelas. Nilai akhir kemampuan memecahkan masalah kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu 45,17 untuk kelas eksperimen dan 38,90 untuk kelas kontrol. Perbedaan nilai akhir kemampuan memecahkan masalah menunjukkan bahwa model pembelajaran CIRC berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah secara signifikan. 3) Bhian
Rangga.(2014).
Judul
Penelitian
:
EFEKTIVITAS
METODE
PEMBELAJARAN NHT DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI PESERTA DIDIK KELAS XI IS SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014. Jenis Penelitian eksperimen semu (quasiexperimental research ). Hasil Penelitian : hasil frekuensi pretest –posttest kelompok STAD dapat dinyatakan bahwa frekuensi pretest terbanyak pada interval nilai 61-70 sebanyak 16 peserta didik dengan persentase 50%. Frekuensi posttest terbanyak pada interval nilai 71-80 sebanyak 17 peserta didik dengan persentase 53%. Hal tersebut menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan tindakan pembelajaran metode STAD, persentase jumlah nilai posttes mengalami peningkatan pada interval nilai 71-80. Sehingga hasil metode STAD mengalami kenaikan yang signifikan.
29
B. Kerangka Berfikir Paradigma pembelajaran yang teacher-centered harus diubah menjadi studentcentered. Hal ini karena pembelajaran teacher-centered hanya berpusat pada pendidik tanpa menjadikan peserta didik aktif sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta didik menjadi kurang optimal. Dengan adanya permasalahan dalam metode pembelajaran yang kurang menarik bagi peserta didik, maka perlu variasi penggunaan metode yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Baik aktif dalam pembelajaran antar guru dan peserta didik maupun aktif antara interaksi peserta didik dengan peserta didik, guna lebih meningkatkan hasil dari pembelajaran Geografi. Terkait permasalahan tersebut guru perlu melakukan inovasi metode yang sesuai. Penerapan metode pembelajaran kooperatif seperti CIRC dan STAD diharapkan dapat lebih memkasimalkan pemahaman dan keaktifan dalam proses pembelajaran secara kelompok peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar geografi peserta didik baik secara kelompok maupun individu. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang dipakai adalah metode pembelajaran CIRC sebagai kelas eksperimen 1, metode pembelajaran STAD sebagai kelas eksperimen 2, serta metode pembelajaran ceramah sebagai kelas kontrol. Dalam metode pembelajaran CIRC maupun STAD setiap peserta didik diajak lebih aktif untuk bekerjasama dalam tim kelompoknya dan keberhasilan tim maupun keberhasilan individu melalui kuis ditentukan oleh kontribusi masing – masing peserta didik. Berikut ini adalah perumusan masalah sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis. 1. Ada perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan metode pembelajaran CIRC, STAD dan ceramah bervariasi. Skor hasil belajar geografi ketigas kelas tersebut (kelas CIRC, kelas STAD dan kelas ceramah bervariasi) akan dibandingkan kemudian dicari perbedaannya.
30
Karakteristik dari ketiga metode pembelajaran tersebut sangatlah berbeda. Metode pembelajaran CIRC lebih menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan lebih banyak membaca artikel-artikel dan buku bacaan. Metode pembelajaran STAD lebih menuntuk peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran baik secara kelompok maupun individual. Metode pembelajaran ceramah bervariasi merupakan metode pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru (teacher centered), peserta didik juga kurang aktif dalam pembelajaran. Sehingga ketiga metode pembelajaran tersebut memiliki perbedaan.
2. Hasil belajar geografi peserta didik menggunakan metode pembelajaran CIRC lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Pada rumusan masalah ini skor hasil belajar geografi kelas CIRC akan dibandingkan kemudian dicari perbedaannya dengan kelas ceramah bervariasi menggunakan uji lanjut anava, yaitu uji Scheffe’. Rumusan masalah kedua ini bertujuan untuk mencari metode pembelajaran yang lebih baik antara metode pembelajaran CIRC dan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Diduga metode pembelajaran CIRC lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Karena pada metode pembelajaran CIRC guru berusahan untuk mengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih banyak membaca artikel-artikel terkait dengan materi pembelajaran. 3. Hasil belajar geografi peserta didik menggunakan metode pembelajaran STAD lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Pada rumusan masalah ini skor hasil belajar geografi kelas STAD akan dibandingkan kemudian dicari perbedaannya dengan kelas ceramah bervariasi menggunakan uji lanjut anava, yaitu uji Scheffe’. Rumusan masalah kedua ini bertujuan untuk mencari metode pembelajaran yang lebih baik antara metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Diduga metode pembelajaran STAD lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi.
31
Karena pada metode pembelajaran STAD guru berusahan untuk mengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok. 4. Hasil belajar geografi peserta didik menggunakan metode pembelajaran CIRC lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran STAD. Pada rumusan masalah ini skor hasil belajar geografi kelas CIRC akan dibandingkan kemudian dicari perbedaannya dengan kelas STAD menggunakan uji lanjut anava, yaitu uji Scheffe’. Rumusan masalah kedua ini bertujuan untuk mencari metode pembelajaran yang lebih baik antara metode pembelajaran CIRC dan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Diduga metode pembelajaran CIRC lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. Karena pada metode pembelajaran CIRC guru berusahan untuk mengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok, dan peserta didik dituntut untuk lebih banyak membaca artikel yang terkait dengan materi pembelajaran tersebut. Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
32
Kondisi Awal Guru masih menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik cenderung pasif dalam pembalajaran dan cepat merasa bosan, maka hasil belajar Geografi kurang maksimal.
Kelompok Eksperimen
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Metode Pembelajaran CIRC
Metode Pembelajaran STAD
Metode Pembelajaran Ceramah
Hasil Belajar Geografi
Hasil Belajar Geografi
Hasil Belajar Geografi
Perbandingan Hasil Belajar Geografi
1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran, Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), Student Team Achievement Division (STAD), dan ceramah bervariasi. 2. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. 3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi. 4. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar Geografi antara menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) dengan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD ).
Keterangan : : Input : Proses
Gambar 1. Proses Kerangka Berfikir : Output
33
C. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah teruraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar geografi antara menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Student Team Achievement Division (STAD), dan ceramah pada kompetensi dasar “Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer” peserta didik kelas X IS SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Hasil belajar geografi menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer” peserta didik kelas X IS SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. 3. Hasil belajar geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi dasar “Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer” peserta didik kelas X IS SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. 4. Hasil belajar geografi menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) lebih baik daripada hasil belajar Geografi menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) pada kompetensi dasar “Menganalisis Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer” peserta didik kelas X IS SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.