BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Keterampilan Menulis Puisi Bebas a. Pengertian Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Lado (dalam Tarigan, 1993: 21) mengemukakan: Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Gambaran atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan ketentuan-ketentuan bahasa. Menulis merupakan representasi (penulis) bagian dari ketentuan-ketentuan ekspresi bahasa, Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dun tulisan. Mengarang meliputi cara penulis melahirkan isi kesadarannya (gagasan, perasaan dan ungkapan efektif dan intensif, cara menyusun dan menarik perhatian, dan lain-lain (Depdikbud, 2005: 45). Menurut Natia (1994: 1) karangan adalah suatu proses kegiatan pikiran seseorang yang hendak mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri dalam bentuk tulisan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan pikiran dan perasaannya kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri melalui ragam bahasa tulis. b. Tujuan Menulis Dalam jurnal internasional oleh David Holliway dikemukakan tentang kepentingan dari kegiatan menulis sebagai berikut : “The Writing Across the Curriculum movement The emerged in the 1970s with theprimary interest helping students to improve their academi and civic abilities to 7
8
communicate, and to assist students in becoming critically engaged learners”. (http://www.isetl.org/ijtlhe/http://www.isetl.org/ijtlhe/). Maksud dari ungkapan tersebut adalah menulis mulai digerakkan dalam kurikulum pada 1970-an dengan kepentingan utama dalam membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan akademis dan kewarganegaraan kemampuan untuk berkomunikasi, dan untuk membantu siswa menjadi pelajar kritis. Aktivitas menulis adalah sebuah aktivitas yang memiliki tujuan, setiap orang yang hendak menulis tentu mempunyai tujuan di dalam hati atau pikirannya mengenai apa yang akan dicapainya dengan menulis. Adapun tujuan menulis dikemukakan Semi (2007 :15) untuk menceritakan sesuatu artinya pemikiran, pengalaman, imajinasi, dan perasaan yang dimiliki oleh pribadi setiap orang sebaiknya dikomunikasikan kepada orang lain dalam bentuk tulisan. Dengan demikian akan terjalin kegiatan berbagai pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. Untuk memberikan pengarahan apabila seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, dapat diartikan orang tersebut sedang memberikan petunjuk atau pengarahan. Untuk menjelaskan sesuatu, artinya tulisan dapat dikatakan menjelaskan sesuatu apabila setelah membaca tulisan tersebut pembaca menjadi paham, pengetahuannya bertambah, dan dapat bertindak dengan lebih baik pada masa yang akan datang. Selain itu untuk meyakinkan karena ada kalanya menulis bertujuan untuk menyakinkan seseorang tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Menulis juga bertujuan untuk merangkum, tujuan ini sering dijumpai pada kalangan pada jenjang pendidikan. Dengan menuliskan rangkuman akan lebih mudah dalam mempelajari isi buku yang panjang dan tebal. Akan lebih mudah menguasai bahan pelajaran dengan membaca rangkuman dibandingkan jika tidak dirangkum.
9
c. Manfaat Menulis Kegiatan
menulis
banyak
memiliki
manfaat,
seperti
yang
diungkapkan Sabarti dalam Slamet (2008: 169) yaitu: 1) Dapat mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis. 2) Dapat mengembangkan dan menghubung-hubungkan beberapa gagasan atau pemikiran. 3) Dapat memperluas wawasan dan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan. 4) Dapat menjelaskan dan mempertegaskan permasalahan yang kabur. 5) Dapat menilai gagasan sendiri secara objektif. 6) Dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat. 7) Dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib. d. Pengertian Keterampilan Menulis Puisi Bebas Definisi puisi sulit untuk dijelaskan secara tepat. Untuk memahami pengertian puisi biasanya diberikan gambaran terkait ciri-ciri karakteristik puisi dan unsur-unsur yang membedakan puisi dengan karya sastra lainnya. Waluyo (2008: 29) mengatakan bahwa puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan memfokuskan struktur fisik dan batinnya. Pendapat lain mengenai pengertian puisi disampaikan oleh Pradopo (2002: 7), yang menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan
pemikiran
yang
membangkitkan
perasaan,
yang
merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Sementara itu, unsur-unsur estetika puisi dapat diketahui melalui unsur-unsur estetika (keindahan), misalnya gaya bahasa dan komposisinya. Puisi sebagai karya sastra, memiliki fungsi estetika dominan dan di dalamnya terdapat unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya
10
bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ungkapan perasaan, emosi, ide yang disampaikan dengan bahasa yang dipadatkan, penuh makna, dan memiliki unsur-unsur keindahan. Sedangkan Aminudin (2002: 15) berpendapat puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh rima dan matra, tidak terikat oleh jumlah larik pada setiap bait, jumlah suka kata dalam setiap larik. Dari pendapat para ahli di atas dapat disintesiskan, bahwa puisi bebas merupakan karya sastra yang ditulis dengan memperhatikan isi (tema dan amanat), gaya bahasa, diksi, kata konkret, pengimajinasian, tanpa memperhatikan jumlah bait, rima, dan irama. Dalam penelitian ini, puisi bebas yang diteliti adalah puisi yang mengutamakan unsur estetik dalam setiap susunan katanya dan juga tipografi yang memiliki makna lebih luas. Keterampilan menulis puisi bebas adalah suatu kemampuan yang mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan yang melalui bahasa tulis, serta mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi pancaindera dalam susunan yang berirama. Menulis puisi merupakan kegiatan yang sangat pribadi karena lahir dari hati. Oleh karena itu, puisi termasuk salah satu jenis tulisan pribadi. Dalam menulis puisi bebas, puisi tidak terkait dengan rima dan irama, dan juga tidak mengutamakan aspek bentuk, namun yang diperhatikan adalah isi dan keindahannya. Selain keindahan, yang perlu diperhatikan dan yang perlu dipentingkan dalam menulis puisi bebas adalah ketepatan dalam mengungkapkan peristiwa dalam bahasa yang indah, baik dan tepat. e. Unsur-Unsur Pembentuk Puisi Kelemahan siswa dalam keterampilan menulis puisi bebas tidak bisa lepas dari kurangnya pemahaman siswa terhadap unsur pembentuk puisi. Puisi dibangun atas unsur-unsur yang utuh. Unsur puisi terdiri dari unsur intrinsik dan ekstrinsik. Seluruh unsur merupakan kesatuan dan unsur yang
11
satu dengan unsur yang lainnya menunjukkan hubungan keterjalinan satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur pembangun yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari sebuah puisi adalah sebagai berikut: diksi, citraan, kata konkret, bahasa figuratif, tipografi, tema, nada, amanat, rima. Secara rinci, dijelaskan sebagai berikut: 1) Diksi (Pemilihan Kata) menurut Waluyo (2008: 85) adalah pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek keindahan maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padanan katanya. Oleh karena itu, pilihan kata dapat dijadikan ciri khas oleh setiap penyair. Senada dengan pendapat di atas, Barfield (dalam Pradopo, 2002: 54) diksi adalah pemilihan kata-kata dan disusun untuk menimbulkan imajinasi estetik. Diksi yang digunakan dalam puisi tidak seluruhnya bermakna denotatif, tetapi lebih banyak makna konotatif. Dengan makna konotatif ini akan memberikan banyak efek bagi para penikmatnya. Dari pemaparan kedua ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa diksi atau pemilihan kata memiliki peran penting dalam puisi untuk menciptakan imajinasi yang indah bagi para pembaca. 2) Citraan atau Pencitraan juga digunakan penyair dalam puisinya. Pencitraan adalah susunan kata yang dapat memperjelas apa yang dinyatakan oleh penyair. Hal ini berhubungan dengan diksi karena katakata yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu katakata menjadi lebih jelas. Menurut Waluyo (2008: 91), pencitraan dapat dibatasi dengan pengertian susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. 3) Kata
Konkret.
Dalam
menulis
karya,
penyair
harus
mahir
memperkonkretkan kata-kata, sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dituliskan oleh penyair. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Waluyo (2008: 94) bahwa kata yang
12
diperkonkretkan akan mengajak pembaca membayangkan secara jelas peristiwa yang dilukiskan oleh penyair. 4) Bahasa Figuratif atau majas salah satu cara penyair mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keinginannya melalui kata-kata yang dipilihnya. Majas memiliki makna kias ataur, dengan demikian puisi yang menggunakan bahasa majas lebih banyak akan membuat pembaca sulit menangkap makna yang dimaksud oleh penyair. Oleh karena itu, penyair harus benar-benar memilih bahasa figuratif dengan tepat agar tidak menimbulkan bermacam-macam sudut pandang. 5) Tipografi adalah bentuk atau ciri penulisan sebuah puisi yang berbeda dengan karya sastra lainnya. Menurut Kosasih (2012: 104) tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama karena larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan membentuk bait. Fungsi tipografi dalam puisi, selain untuk menampilkan aspek artistik visual, juga untuk menciptakan suasana tertentu. 6) Tema menurut Waluyo (2008: 124) adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Gagasan atau pikiran yang ada dalam diri penyair sangat kuat sehingga, sehingga menjadi landasan apa yang hendak ditulisnya. Tema dalam puisi dapat juga diartikan sebagai hasil tanggapan atau perenungan dari sesuatu yang dirasakan, dihayati, dan dialami oleh penyair. Oleh karena itu, pembaca hendaknya mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. 7) Nada merupakan unsur batin yang penting dalam membangun sebuah puisi. Nada adalah sikap penyair terhdap pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo (2008: 144) dalam menulis puisi, penyair memiliki sikap terhadap pembaca. Artinya penyair bisa bersikap menasehati, menggurui, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Nada yang tercipta dalam puisi, selalu ada hubungannya erat dengan tema dan rasa yang terkandung dalam sajak tersebut.
13
8) Amanat menurut Waluyo (2008: 151) amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat biasanya tersirat dari susunan kata dan juga dibalik tema yang diungkapkan. Karena di dalam kehidupan banyak sekali yang kita alami itulah yang akan menjadi pokok persoalan penyair untuk disampaikan melalui amanat dalam puisinya. 9) Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi. Menurut Waluyo (2008: 105) dengan pengulangan bunyi itu puisi menjadi merdu bila dibaca. f. Langkah-langkah Menulis Puisi Bebas Sutedjo (2008: 50) mengemukakan langkah-langkah praktis menulis puisi adalah dengan mempertimbangkan unsur pembangun yang ada. Semakin kreatif dalam mendalami dan memahami langkah-langkah tersebut, tentunya semakin cepat dan mudah untuk menuliskan puisi. Adapun langkah-langkah praktis menulis puisi secara umum adalah sebagai berikut: a) pemilihan aliran, b) pemilihan tema, c) penentuan jenis puisi, d) pencarian ide, e) pemilihan diksi, f) pembuatan larik yang menarik, g) pemanfaatan gaya bahasa, h) pemilihan tipografi, i) pemuatan aspek psikologis, j) pemuatan aspek sosiologis, k) pemilihan judul yang menarik. g. Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Bebas Untuk mengetahui kemampuan menulis puisi bebas dilakukan penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil suatu kegiatan telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Suwandi, 2010: 15). Penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai bagian dari sistem pengajaran yang direncanakan dan diimplementasikan di kelas. Terkait dengan penilaian puisi tersebut dapat dimasukkan ke dalam jenis penilaian produk, karena puisi merupakan produk yang dihasilkan oleh siswa. Suwandi (2009: 90-91) mengatakan bahwa penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
14
Suwandi (2010: 106) mengemukakan penilaian produk biasanya menggunakan cara analitik atau holistik, cara analitik berdasarkan aspekaspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan sedangkan cara holistik berdasarkan kesan keseluruhan dari produk biasanya pada tahap appraisal. Kegiatan penilaian kebahasaan dan penilaian kesastraan sangat diperlukan dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah. Dengan penilaian guru akan mengetahui hasil belajar siswa, kemudian guru dapat melakukan tindakan atas hasil belajar siswa tersebut.
Menurut
Nurgiantoro (2010: 322) penilaian dalam pengajaran sastra dapat berfungsi ganda, yaitu: (1) mengungkapkan kemampuan apresiasi sastra siswa dan (2) menunjang tercapainya tujuan pengajaran apresiasi sastra. Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasi oleh siswa dibandingkan keterampilan berbahasa lainnya. Kegiatan menulis puisi perlu adanya apresiasi dalam bentuk penilaian. Penilaian dilakukan dengan membuat rubrik penilaian menulis puisi. Aspek dan kriteria penilaian dalam rubrik penilaian menulis puisi harus disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan. Menurut Nurgiantoro (2010: 487) aspek yang dinilai untuk tugas menulis puisi adalah: 1) kebaruan tema dan makna, 2) keaslian pengucapan, 3) kekuatan imajinasi, 4) ketepatan diksi, 5) pendayaan pemajasan dan citraan, 6) respon afektif guru. Pada penelitian ini, penilaian puisi akan dilakukan dengan model penilaian prosuk dengan mempertimbangkan kriteria struktur pembentuk puisi dalam karya sastra siswa. Menurut Harris dan Amran (dalam Nurgiantoro, 2001: 306) mengemukakan bahwa unsur-unsur mengarang yang dinilai adalah content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan). Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan unsur yang dinilai dalam keterampilan menulis puisi,
15
yaitu: kesesuaian isi puisi dengan gambar (tema), diksi yang tepat, gaya bahasa, dan kesatuan makna yang terkandung dalam puisi. Berdasarkan hal tersebut maka pedoman penilaian menulis puisi bebas siswa disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. 1. Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Bebas Kriteria Penilaian Penulisan Puisi Isi No
Nama
Sesuai (skor x
Diksi (skor x
30)
25)
Gaya
Kesatuan
Bahasa
Makna
(skor x
(skor x
20)
25)
Nilai
Ket
1. 2. Jumlah Nilai rata-rata (Diadaptasi Nurgiyantoro, 2010: 441-442) a) Keterangan Bobot Penilaian (1) Isi sesuai = 30 (2) Diksi = 25 (3) Gaya Bahasa = 20 (4) Kesatuan Makna= 25 b) Keterangan Pemberian Skor (1) Isi sesuai, skor 1 jika puisi yang ditulis tidak sesuai dengan tema gambar
yang dipilih, skor 2 jika puisi yang ditulis kurang sesuai
dengan tema gambar yang dipilih, Skor 3 jika puisi yang ditulis cukup sesuai dengan tema gambar yang dipilih, dan skor 4 jika puisi yang ditulis sangat sesuai dengan tema gambar yang dipilih.
16
(2) Diksi, skor 1 jika diksi yang digunakan tidak sesuai, skor 2 jika diksi yang diguanakan kurang sesuai, skor 3 jika diksi yang digunakan cukup sesuai, dan skor 4 jika diksi yang digunakan sudah sesuai. (3) Gaya bahasa, skor 1 jika gaya bahasa yang digunakan tidak menambah keindahan puisi, skor 2 jika gaya bahasa yang digunakan kurang menambah keindahan puisi, skor 3 jika gaya bahasa yang digunakan cukup menambah keindahan puisi, dan skor 4 jika gaya bahasa yang digunakan sudah menambah keindahan puisi. (4) Kesatuan makna, skor 1 jika puisi tidak memiliki kesatuan makna, skor 2 jika puisi kurang memilki kesatuan makna, skor 3 jika puisi cukup memiliki kesatuan makna, dan skor 4 jika puisi sangat memiliki kesatuan makna. (5) Skor A untuk menilai kesesuaian isi, Skor B untuk menilai diksi, Skor C untuk menilai gaya bahasa, Skor D untuk menilai kesatuan makna. c) Menghitung Nilai
Nilai maksimal = 100 2. Hakikat Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menulis Puisi Bebas Pada hakikatnya motivasi dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas akan dijelaskan mengenai pengertian motivasi pembelajaran, jenis motivasi, ciri motivasi, peran motivasi dalam pembelajaran, dan penilaian motivasi pembelajaran menulis puisi bebas. Penjelasan bagian-bagian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Pengertian Motivasi dalam Mengikuti Pembelajaran Menurut McDonald dalam (Sardiman, 2012: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari
17
pendapat tersebut mengandung tiga elemen penting, yaitu: 1) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia, 2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi memiliki hubungan yang erat dengan persoalanpersoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia, dan 3) motivasi merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Hamzah (2007: 1) berpendapat motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Brouwer (2012: 190) berpendapat bahwa “motivation as the process whereby goal-directed activity is instigated and sustained” artinya, motivasi adalah proses dimana kegiatan diarahkan pada tujuan yang mendorong dan berkelanjutan. Sementara itu, Huitt dalam Ghada (2014:102) berpendapat bahwa “Motivation means the arousal of certain behaviors directed towards the accomplishment of certain tasks and persisting in exerting efforts that target task achievement” artinya, motivasi berarti gairah perilaku tertentu diarahkan pada pemenuhan tugas-tugas tertentu dan bertahan dalam mengerahkan upaya yang menargetkan pencapaian tugas. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang timbul atau gairah pada diri seseorang baik rangsangan dari dalam ataupun dari luar, sehingga seseorang tergerak untuk melakukan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu ke arah yang lebih baik daripada aktivitas sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dorongan yang timbul tersebut terjadi didasarkan oleh pemenuhan kebutuhan individu dan tujuan yang hendak dicapai. Motivasi memiliki peran penting bagi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang siswa harus memiliki motivasi secara alami karena hasratnya untuk berpartisipasi dalam proses belajar. Akan tetapi ini juga berdasarkan alasan-alasan atau cita-cita yang mendasarinya untuk berpartisipasi dalam proses akademik. Hal ini dikarenakan siswa dapat
18
dimotivasi secara sama untuk melakukan suatu perbuatan, akan tetapi sumber-sumber motivasinya mungkin akan berbeda. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi satu sama lain terutama bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Aunurrahman (2009: 38) berpendapat bahwa belajar merupakan segala aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan manusia karena manusia akan mengalami perubahan jika mau belajar. Suatu hal yang belum dikuasai manusia akan dapat dikuasai dengan baik jika manusia tersebut mau belajar. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Motivasi belajar yang dimiliki siswa akan memengaruhi sikap atau perbuatan dalam mengikuti pembelajaran juga bisa dikatakan bahwa motivasi belajar yang baik akan mampu mencapai tujuan sesuai yang diharapkan di dalam pembelajaran. b. Jenis Motivasi Motivasi pada dasarnya terdiri atas motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut Hamalik dalam Budiastuti dkk (2014: 576-577), motivasi instrinsik ialah motivasi yang hidup dalam diri siswa yang berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Adapun motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Sudrajat dalam Subekti (2009: 51) bahwa motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk faktor internal adalah: 1) persepsi seseorang mengenai diri sendiri, 2) harga diri, 3) harapan pribadi, 4) kebutuhan, 5) keinginan, 6) kepuasan kerja, 7) prestasi kerja yang dihasilkan. Selain faktor internal, faktor eksternal juga mempengaruhi motivasi seseorang. Faktor eksternal itu antara lain ialah: 1) jenis dan sifat
19
pekerjaan, 2) kelompok kerja dimana seseorang bergabung, 3) organisasi tempat bekerja, 4) situasi lingkungan pada umumnya, 5) sistem imbalan yang berlaku dan penerapannya. Hamzah (2014: 10) menyimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut: 1) adanya hasrat dan kegiatan untuk melakukan kegiatan, 2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, 3) adanya harapan dan cita-cita, 4) penghargaan dan penghormatan atas diri, 5) adanya lingkungan yang baik, 6) adanya kegiatan yang menarik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya jenis motivasi terdiri dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan untuk melalukan sesuatu yang timbul dari dalam diri, sedangkan motivasi ekstinsik merupakan dorongan yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar diri seseorang. c. Ciri Motivasi Selanjutnya untuk melengkapi uraian di atas, perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Sardiman (2012: 81) motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1) Tekun menghadapi tugas. 2) Ulet menghadapi kesulitan. 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4) Lebih senang bekerja sendiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6) Dapat mempertahankan perdapatnya. 7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan suatu masalah. Ciri-ciri seperti di atas akan sangat penting dalam kegiatan belajarmengajar.
20
d. Fungsi Motivasi Belajar Motivasi belajar dianggap sangat penting dalam proses belajar dan pembelajaran dilihat dari fungsinya. Hal tersebut menjadi acuan bahwa motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku dan juga mempengaruhi serta dapat mengubah tingkah laku siswa. Dalam hal ini ada tiga fungsi motivasi menurut Hamzah (2014: 28) sebagai berikut: 1) Motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan dalam belajar. Suatu perbuatan akan timbul karena adanya motivasi, Motivasi dalam hal ini sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, 2) Motivasi belajar berfungsi sebagai pengarah dalam belajar. Artinya motivasi mengarahkan pada perubahan untuk mencapai yang diinginkan. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan apa yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya, 3) Motivasi belajar berfungsi sebagai penggerak. Artinya motivasi mengerakkan tingkah laku seseorang dalam belajar. Motivasi belajar juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. e. Peranan Motivasi Dalam Pembelajaran Motivasi pada dasarnya dapat membantu seseorang untuk melakukan sesuatu, termasuk perilaku seseorang yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting yang dikemukakan Hamzah (2007: 27) dari motivasi dalam pembelajaran, antara lain: menentukan hal-hak yang dapat dijadikan penguatan belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, dan menentukan ketekunan belajar. 1) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguatan belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan melalui bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
21
2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. Peran motivasi dalam mmperjelas tujuan belajar erat kaitnya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sudah dapat dinikmati manfaatnya bagi anak. 3) Menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah memiliki motivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Hal ini berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketekunan belajar. f. Penilaian Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menulis Puisi Bebas Penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil suatu kegiatan telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Suwandi, 2010: 15). Penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai bagian dari sistem pengajaran yang direncanakan dan diimplementasikan di kelas. Terkait dengan penilaian motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas tersebut dapat dimasukkan ke dalam jenis penilaian sikap atau perilaku terhadap proses pembelajaran dengan teknik observasi perilaku. Suwandi (2009: 81) berpendapat perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Maka dari itu, guru dapat melakukan observasi terdapat perilaku siswa. Dalam observasi perilaku dapat digunakan lembar penilaian berupa daftar cek yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari siswa dalam keadaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka penilaian motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
22
Tabel 2. 2. Penilaian Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Menulis Puisi Bebas Aspek yang Dinilai Nama
Antusias Ya
Tidak
Perhatian Ya
Rasa Ingin
Keaktifan
Tidak
Ya
Skor
Tahu
Tidak
Ya
Tidak
1. 2. Skor Akhir Nilai rata-rata (Diadaptasi Suwandi, 2009: 83) Keterangan: Total perilaku amatan adalah: 4 a. Kolom aspek yang dinilai diisi dengan tanda centang sesuai dengan sikap atau perilaku b. Skor kriteria amantan berikut Ya
= skor 25, jika siswa menunjukkan perilaku amatan
Tidak = skor 0, jika siswa tidak menunjukkan perilaku amatan c. Perhitungan Skor Skor Akhir = Perolehan skor X skor ideal (100) Skor Maksimal (100) 3. Hakikat Model Pembelajaran Picture and Picture a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Slavin (2008: 48), model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. Selanjutnya Suprijono (2009: 46) berpendapat model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Sedangkan model pembelajaran menurut Soekamto dalam Trianto (2009: 22) adalah kerangka konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematis
dalam
23
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berdasarkan pendapat berapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan pola atau prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pembelajaran yang berfungsi sebagai suatu acuan bagi para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran seharusnya dirancang dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diingikan. Kriteria model pembelajaran yang dikatakan baik menurut Nieveen dalam Trianto (2009: 25), jika memenuhi kriteria sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu: apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dapat dikembangakan dapat diterapkan dan kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tetrsebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif, berkaitan dengan aspek efektifitas sebagai berikut: ahli dan praktisi berdasarkan pengalamnnya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan secara operasional model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Seluruh aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru bermuara pada terjadinya proses belajar siswa. Dalam hal ini model – model pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan guru hendaknya dapat mendorong siswa untuk belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki secara optimal. Model – model pembelajaran dikembangkan utamanya beranjak dari adanya perbedaan berkaitan dengan berbagai karakteristik
siswa.
Karena
siswa
memiliki
berbagai
karakteristik
kepribadian, kebiasaan – kebiasaan, modalitas belajar yang bervariasi antara
24
individu satu dengan yang lain, maka model pembelajaran guru juga harus selayaknya tidak terpaku hanya pada model tertentu, akan tetapi harus bervariasi salah satunya model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Menurut Sugiyanto (2009: 37) model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Sedangkan Slavin (2008: 8) mendefinisikan bahwa model pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam suatu kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
model
pembelajaran
kooperatif
adalah
suatu
pendekatan
pembelajaran dengan menggunakan sistem berkelompok kecil untuk membantu siswa menguasai materi yang diajarkan oleh guru. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
menurut Lie dalam Sugiyanto
(2009: 40-41) sebagai berikut: saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. 1) Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan inilah yang dimaksudkan dengan saling ketergantungan positif. 2) Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan oleh guru. Interaksi seperti ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
25
3) Akuntabilitas individual Pembelajaran
kooperatif
menampilkan
wujudnya
dalam
belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi secara individu. 4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan, terhadap teman, mengkritik ide, berani mengeluarkan pendapat, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi. Keuntungan penggunaan pembelajaran kooperatif menurut Sugiyanto (2009: 43) diantaranya sebagai berikut. 1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial 2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri 6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa 7) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan 8) Meningkatkan rasa saling percaya diri kepada sesama 9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi 10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik b. Macam Model Pembelajaran Kooperatif Berikut ini disajikan beberapa macam model pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2011: 74-88) 1) STAD Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
26
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. 2) Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran dengan jigsaw yakni adanya kelompok asal dan kelompok ahli dalam kegiatan belajar mengajar. Setiap siswa dari masing-masing kelompok yang memegang materi yang sama berkumpul dalam satu kelompok baru yakni kelompok ahli. Masing-masing kelompok ahli bertanggung jawab untuk sebuah materi atau pokok bahasan. Setelah kelompok ahli selesai mempelajari satu topik materi keahliannya, masing-masing siswa kembali ke kelompok asal mereka untuk mengajarkan materi keahliannya kepada teman-temannya dalam satu kelompok diskusi. 3) TGT Team Game Tournament (TGT) adalah tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswanya dalam kelompok-kelompok belajar dengan adanya permainan pada setiap meja turnamen. Dalam permainan ini digunakan kartu yang berisi soal dan kunci jawabannya. Setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya, dan masing-masing ditempatkan ada meja turnamen. 4) GI Group investigation (GI) merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai akhir pembelajaran akan memberi peluang siswa untuk lebih mempertajam gagasan.
27
5) Group Resume Model ini menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, dengan member penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus, dalam bakat dan kemampuannya di kelas. Setiap kelompok membuat kesimpulan dan mempresentasikan data-data setiap siswa dalam kelompok. 6) Picrure and Picture Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambargambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna. c. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture Model pembelajaran Picture and Picture merupakan suatu metode belajar yang menggunakan gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis (Hamdani, 2011: 89). Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Picture and Picture memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model pembelajaran hendaknya selalu menekankan aktifnya siswa dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif artinya setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat siswa. Kreatif artinya setiap pembelajaran harus menimbulkan minat kepada siswa untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran. Model Picture and Picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Suyatno (2010: 81) menyatakan bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat dan tepat. Media gambar dapat merangsang siswa agar lebih termotivasi dan tertarik dalam pembelajaran.
28
Siswa dapat melihat secara langsung gambar yang akan dijadikan objek tulisan, sehingga siswa memperoleh kemudahan dalam kegiatan menulis. Media gambar pada model pembelajaran ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis. Berdasarkan hal tersebut maka model pembelajaran Picture and Picture sangat bagus untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis. Penelitian ini tidak beranjak dari nol murni, tetapi telah ada penelitian sejenis yang dirasa perlu mengetahui penelitian yang terdahulu. Penelitian yang relevan untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Joni Maryanto (2013) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi melalui Model Picture and Picture dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 01 Semarang” mengemukakan bahwa model Picture and Picture mampu meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan menulis puisi siswa dengan ditemukan rata-rata hasil belajar siswa yakni siklus I 59, siklus II 66, dan siklus III 74. Penelitian lain juga dilakukan oleh Windarti tahun 2012 dengan judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Model Picture and Picture pada Siswa Kelas IV SDN Pakintelan 03 Gunungpati Semarang” menunjukkan bahwa penerapan model Picture and Picture dapat meningkatkan 44 keterampilan menulis deskripsi. Peningkatan keterampilan menulis deskripsi tersebut dibuktikan dengan perolehan ratarata siklus I yaitu 57% meningkat pada rata-rata siklus II yaitu 83%. Peningkatan tersebut cukup signifikan, sebesar 75% siswa mengalami ketuntasan dalam menulis deskripsi. Denny (2013) dengan judul “Penerapan Metode Picture and Picture dengan Media Gambar Tokoh Idola untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi pada Siswa kelas VIII D SMP Kristen 4 Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013” menunjukkan bahwa penerapan metode Picture and Picture dengan media gambar tokoh idola dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan menulis puisi dari siklus I ke siklus II. Ini dapat dilihat
29
pada ketuntasan klasikal sebesar 40% pada kegiatan pratindakan kemudian nilai tersebut meningkat menjadi 63,33% pada siklus I dan kembali mengalai peningkatan sebesar 80% pada siklus II. Nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari siklus ke siklus yaitu rata-rata hanya 61,83 pada pratindakan, kemudian menjadi 69,27 pada siklus I dan kembali meningkat menjadi 74,17 pada siklus II. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas model pembelajaran Picture and Picture terbukti dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil keterampilan menulis khususnya dalam menulis puisi bebas. d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture Model pembelajaran Picture and Picture mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik berupa potongan maupun bentuk yang lebih besar. Menurut Suprijono (2011: 125) model pembelajaran Picture and Picture mrupakan salah satu pembelajaran yang aktif, inovatif, dan menyenangkan. Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture (Suprijono, 2011: 125) sebagai berikut: 1) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, 2) guru menyajikan materi sebagai pengantar, 3) guru menunjukkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi, 4) guru menunjuk siswa secara bergantian mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis, 5) guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, 6) dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, 7) kesimpulan/rangkuman. e. Keunggulan dan Kekurangan Model Pembelajaran Picture and Picture Menurut Istarani (2011: 8-9) model pembeajaran Picture and Picture memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan model pembelajaran Picture and Picture antara lain: 1) materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu, 2) siswa lebih cepat
30
menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari, 3) dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada, 4) dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar, 5) pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. Sedangkan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture ini diantaranya: 1) sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran, 2) sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki, 3) baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran, 4) tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan. f. Implementasi Model Pembelajaran Picture and Picture dalam Keterampilan Menulis Puisi Bebas Penerapan model pembelajaran Picture and Picture terhadap proses pembelajaran dalam rangka mengembangkan keterampilan menulis puisi bebas siswa SMP dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1) Sebelum proses pembelajaran dan pemberian materi tentang penulisan puisi bebas dilakukan, terlebih dahulu guru menyampaikan kompetensi apa sajakah yang ingin dicapai. 2) Guru menerangkan atau menyajikan materi tentang cara membuat puisi bebas yang baik kepada siswa, hal ini dilakukan sebagai pengantar sebelum siswa memulai proses pembelajaran dengan menggunakan model Picture and Picture. 3) Setelah penjelasan tentang bagaimana cara menulis puisi bebas dilakukan, selanjutnya guru menerangkan tentang model pembelajaran Picture and Picture kepada siswa, yaitu dengan cara memperhatikan gambar yang diberikan kemudian mengurutkan gambar untuk membuat
31
tema atau judul puisi yang sesuai pada gambar yang dipegang siswa. Hal ini dilakukan agar siswa memiliki gambaran dan pemahaman akan apa yang harus ia lakukan ketika proses pembuatan karangan puisi bebas dengan model ini dilakukan. 4) Selanjutnya guru menunjukkan/memperlihatkan urutan gambar-gambar dengan tema tertentu, untuk digunakan sebagai bahan pembuatan karangan puisi bebas. 5) Guru
menunjuk/memanggil
siswa
untuk
mengambil
gambar,
mengurutkan dan menyuruh siswa menyebutkan tema pada gambar tersebut. 6) Setelah memberikan pemodelan beberapa siswa untuk menyebutkan tema pada urutan gambar. Guru membagikan beberapa gambar dengan tema tertentu, selanjutnya menginstruksikan kepada setiap siswa untuk berkelompok
dengan
beranggotakan
tiap
kelompok
4
siswa,
pengelompokan ini hanya memudahkan siswa membuat puisi bebas dengan 1 tema, selanjutnya guru meminta siswa secara individu untuk membuat sebuah karangan berbentuk karangan puisi bebas dengan tema yang sesuai. 7) Setelah siswa membuat karangan puisi bebas, selanjutnya dikumpulkan kepada guru untuk diperiksa. Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan kemudian guru memberikan simpulan/rangkuman dari pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan tersebut. Selanjutnya, Penugasan untuk dikerjakan di rumah.
B. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah penalaran yang didasarkan pada masalah penelitian yang digambarkan dengan skema secara holistik dan sistematik. Kerangka berpikir dapat diartikan juga sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan masalah berdasarkan kajian teori.
32
Pembelajaran menulis puisi bebas di kelas VIII C SMP Kristen 4 Monginsidi Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 masih belum optimal. Dalam pembelajaran menulis puisi bebas, guru kurang sesuai menentukan model pembelajaran. Guru lebih sering
menggunakan metode ceramah dan kurang
menekankan pada aktivitas siswa yang menyebabkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas rendah. Sehingga sebagian besar siswa dalam mengikuti pembelajaran merasa bosan dan kurang antusias yang mengakibatkan hasil keterampilan menulis puisi bebas siswa di bawah KKM. Berdasarkan berbagai masalah di atas maka penulis berusaha mencari pemecahan masalahnya dengan menerapkan model Picture and Picture. Penerapan model Picture and Picture diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar siswa dalam menulis puisi bebas. Model pembelajaran Picture and Picture dipilih karena memiliki pola belajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas siswa kelas VIII C SMP Kristen 4 Monginsidi Surakarta.
33
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan Menurut Sudjana (1992: 219), “Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.” Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
34
1. Penerapan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi bebas pada siswa kelas VIII C SMP Kristen 4 Monginsidi Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Penerapan model pembelajaran Picture and Picture dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi bebas pada siswa kelas VIII C SMP Kristen 4 Monginsidi Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.