BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Pendidikan Pendidikan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan negara. Undang-undang system pendidikan nasional (UUSPN) pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Jika dikaji lebih mendalam, batasan pendidikan ini mengandung beberapa hal, yaitu: a. Pendidikan itu merupakan usaha sadar, artinya tindakan mendidik bukan merupakan tindakan yang bersifat reflex atau spontan tanpa tujuan yang jelas, melainkan untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan mendidik harus didasarkan atas tujuan tertentu. Tindakan mendidik harus didasarkan atas tujuan dan dengan alasan-alasan yang jelas dan rasional, bukan tindakan serampangan atau asal-asalan. b. Pendidikan diwujudkan melalui tiga upaya dasar, yaitu bimbingan, pengajaran dan atau latihan. Upaya pendidikan bukan hanya sekedar mengajar atau menyampaikan meteri pengetahuan tertentu kepada siswa, melainkan
juga
membimbing
dan
melatih,
bahkan
membimbing
merupakan upaya yang didahulukan dari dua kegiatan lainnya c. Tujuan pendidikan adalah untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan penting dalam kehidupannya di masa yang akan datang. Artinya
8
9 upaya membimbing, mengajar dan melatih peserta didik itu harus diorientasikan agar peserta didik memiliki kemampuan, pengetahuan, sikap dan berbagai keterampilan yang dibutuhkannya sehingga kelak dia dapat memainkan peranan yang signifikan dalam kehidupannya baik sebagai pribadi, sebagai warga masyarakat, sebagai warga Negara maupun sebagai warga dunia. Tilaar (1999:28) merumuskan hakikat pendidikan sebagai suatu proses menumbuhkembangkan eksistensi peserta didik yang memasyarakat, membudaya, dalam tata kehidupan yang berdimensi local, nasional, dan global. Rumusan hakikat pendidikan tersebut memiliki komponen-komponen sebagai berikut. a. Pendidikan merupakan proses berkesinambungan. Proses pendidikan mengimplikasikan bahwa peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan yang immanent (tetap ada) sebagai makhluk sosial, dan juga mengimplikasikan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak pernah selesai. b. Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia. Artinya bahwa keberadaan manusia adalah suatu keberadaan interaktif. Interaksi manusia ini tidak saja sama dengan sesamanya, tetapi juga dengan alam, ide, dan dengan Tuhannya. c. Eksistensi manusia yang memasyarakat. Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat. Dalam proses ini terjadi internalisasi nilai-nilai, pembaruan dan revitalisasi (penyegaran) moral. d. Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi waktu dan ruang. Proses tersebut dapat menembus dimensi masa lalu, kini dan masa depan. Selain itu berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi, proses pendidikan dapat menembus dimensi lokal, nasional, regional dan global . Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam rangka menyiapkan peserta didik dalam menjalankan perannya di masa yang akan datang. 2. Peserta didik Pada usia sekolah menengah yaitu usia SMP (remaja awal) dan SMA (remaja akhir), anak berada pada masa remaja atau pubertas atau adolesen.
10 Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa. Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa ini, sebab setelah melewati masa ini remaja telah berubah menjadi soerang dewasa yang boleh dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relative tetap. Oleh karena itu pendidik perlu menghayati tahapan perkembangan yang terjadi pada siswa sehingga dapat mengerti segala tingkah laku yang ditampakkan siswa. Berikut adalah perkembangan berbagai aspek dari para siswa yang berusia 12 sampai 19 tahun. a. Perkembangan fisik atau jasmani Salah satu segi perkembangan yang cukup pesat dan nampak dari luar adalah perkembangan fisik. Pada masa remaja perkembangan fisik sangatlah
cepat
dibandingkan
dengan
masa-masa
sebelumnya.
Perkembangan fisik yang terjadi pada remaja akhir sebagai berikut. 1) Laju perkembangan secara umum kembali menurun, sangat lambat 2) Proposi ukuran tinggi dan berat badan lebih seimbang mendekati kekuatan tubuh orang dewasa 3) Siap berfungsinya organ-organ reproduktif seperti pada oraangorang yang sudah dewasa 4) Gerak-geriknya mulai mantap 5) Jenis dan jumlah cabang permainan lebih selektif daan terbatas pada ketrampilan yang menunjang pada persiapan kerja. b. Perkembangan Intelektual Sejalan dengan perkembangan fisik yang cepat, berkembang pula kemampuan
berfikirnya.
Pada
masa
remaja
mulai
berkembang
kemampuan berfikir abstrak, mampu membayangkan apa yang akan dialami bila terjadi peristiwa. Remaja telah mampu berpikir jauh melewati kehidupannya baik dalam dimensi ruang atau waktu. Berpikir abstrak
11 adalah berpikir tentang ide-ide, yang oleh Jean Piaget seorang ahli psikologi dari Swiss disebutnya sebagai berpikir formal operasional. Berkembangnya kemampuan berpikir formal operasional pada remaja ditandai dengan tiga hal penting. Pertaama, anak mulai mampu melihat (bepikir) tentang kemungkinan-kemungkinan. Kedua, anak telah mampu berpikir ilmiah. Remaja telah mampu mengikuti langkah-langkah berpikir ilmiah, dari mulai merumuskan masalah, membatasi masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data sampai dengan menarik kesimpulan. Ketiga, remaja telah mampu memadukan ide-ide secara logis. Oleh karena itu, guru perlu mendorong mulai kemampuan berpikir, para siswa pada usia ini, tentang kemungkinan ke depan. Mengarah para siswa kepada pemikiran tentang pekerjaan yang tentunya pemikiran tersebut disesuaikan dengan pertambahan usia, pada usia remaja akhir (SMA) para siswa telah lebih realistik dalam pemikiran tentang pekerjaan. Perkembangan intelektual remaja akhir (SMA) sebagai berikut. 1) Sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal disertai kemampuannya membuat generalisasi yang lebih konklusif dan komprehensif 2) Tercapainya titik puncak (kedewasaan intelektual umum, yang mungkin ada pertambahan yang sangat terbatas bagi yang terus bersekolah). 3) Kecenderungan
bakat
tertentu
mencapai
titik
puncak
dan
kemantapannya. c. Pemikiran sosial dan moralitas Keterampilan berpikir baru yang dimiliki remaja adalah pemikiran sosial. Pemikiran sosial ini berkenaan dengan pengetahuan dan keyakinan mereka tentang masalah-masalah hubungan pribadi dan sosial. Remaja telah mempunyai pemikiran-pemikiran logis, tetapi dalam pemikiran logis mereka seringkali menghadapi kebingungan antara pemikiran orang lain. Menghadapi
keadaan
ini
berkembang
pada
remaja
sikap
egosentrisme, yang berupa pemikiran-pemikiran subjektif logis dirinya
12 sendiritentang masalah sosial yang dihadapi dalam masyarakat atau kehidupan pada umumnya. Secara berangsur-angsur remaja mengurangii sifat egosentrisme-nya dalam hubungan pribadinya berkembang etika pribadi mereka, berkenaan dalam pengetahuan dan penghayatan tentang apa yang baik dan yang jahat. Perkembangan intelektual remaja akhir (SMA) sebagai berikut. a) Bergaul dengan jumlah teman yang lebih terbatas dan selktif serta bertahan lebih lama b) Ketergantungan kepada kelompok sebaya berangsur fleksibel, kecuali dengan teman dekat pilihannya yang banyak memiliki kesamaan minat, dan sebagainya. c) Mulai dapat memelihara jarak dan batas-batas kebebasannya mana yang harus dirundingkan dengan orang tuanya. d) Sudah dapat memisahkan antara siswa nilai-nilai dengan kaidahkaidah normatif yang universal dari para pendukungnya yang mungkin dapat berbuat keliru atau kesalahan. 3. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah istilah kunci yang sangat vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak akan pernah ada pendidikan. Terdapat berbagai pendapat mengenai istilah belajar. Belajar merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat interaksi baik antar individu maupun dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu pengalaman tertentu yang mampu menghasilkan perubahan tingkah laku berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau pengertian. Belajar dapat berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai satu tujuan (Aunurrahman, 2009:35; Slameto, 2003:2). Perubahan dan tujuan dalam belajar yang dikemukakan Aunurrahman (2009:35) dan Slameto (2003:2) kemudian dipandang dari dua sudut pandang yang berbeda oleh Syah (2010:90). Pertama,
13 sudut pandang kuantitatif memandang belajar sebagai fakta sebanyakbanyaknya sehingga jika dikaitkan dengan siswa maka belajar dapat dipandang sebagai jumlah materi yang dikuasai siswa. Kedua, belajar dari sudut pandang kualitatif bertujuan untuk mencapai daya pikir dan kualitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh seseorang. Siregar dan Nara (2010:4) memperjelas pendapat Syah (2010:90) dengan menambahkan bahwa secara kuantitatif belajar merupakan suatu
proses
yang kompleks
yang didalamnya
penambahan jumlah pengetahuan. kemampuan
mengingat
dan
mengandung
Belajar juga memuat adanya
pereproduksi.
adanya
penerapan
pengetahuan, adanya penyimpulan makna dan pengaitan dengan realitas yang dapat dikategorikan sebagai tujuan kualitatif belajar. Berbagai perspektif belajar tersebut menuju pada sebuah kesimpulan definitif bahwa belajar merupakan suatu aktifitas yang berlangsung dalam setiap diri manusia yang didalamnya terdapat interaksi dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Proses pembelajaran menurut Hamalik (2010:57) merupakan suatu kombinasi meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
hasil belajar yang optimal.
Pernyataan tersebut selaras dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pelaksanaan
pembelajaran
yang
paling
sederhana
pada
kenyataannya, selalu terkait erat dengan interaksi antara guru dan siswa. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Widoyoko (2009:25) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran melibatkan dua subjek yaitu
14 guru dan siswa yang akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa itu sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Siregar dan Nara (2010:12) menambahkan bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa perubahan pada diri siswa, maka pembelajaran menuntut guru untuk merancang seperangkat tindakan guna mendukung proses belajar siswa dengan mempertimbangkan faktor eksternal dan internal siswa. pembelajaran
tersebut
Berbagai pengertian tentang
mengindikasikan
bahwa
pembelajaran
merupakan interaksi antara peserta didik, pendidik dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar yang memiliki tujuannya sudah ditetapkan terlebih dahulu dan pelaksanaannya direncanakan agar dapat membuat siswa belajar dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Banyak sekali faktor yang mempengaruhi proses belajar sehingga menjadikan hasil belajar siswa kurang optimal. Slameto (2003:54-72) membagi faktor–faktor yang mempengaruhi proses belajar menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor internal dibagi lagi menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan siswa. Faktor kelelahan meliputi kelelahan fisik dan kelelahan rohani. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, dan latar belakang keluarga.
Faktor sekolah meliputi metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran dan metode belajar. Pengelolaan
15 lingkungan yang tepat tentunya memberikan hasil belajar yang maksimal.
Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, media masa dan teman bergaul. Faktor eksternal khususnya faktor sekolah mengindikasikan bahwa pembelajaran yang kurang mampu mengelola lingkungan kelas untuk menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan akan menyebabkan hasil belajar kurang dapat dicapai secara maksimal. Soemanto (2006:113) membagi faktor yang mempengaruhi belajar menjadi tiga bagian yaitu faktor stimuli belajar yang meliputi segala hal di luar individu yang merangsang individu untuk belajar, faktor metode belajar dan faktor individual.
Pendapat tersebut
didukung oleh pendapat Syah (2010:129) bahwa faktor- faktor yang memepengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi belajar. Pendapat ketiga orang tersebut sebenarnya sama. Faktor metode belajar yang dikemukakan oleh Soemanto (2006:113) maupun faktor pendekatan belajar (approach to learning) yang dikemukakan oleh Syah (2010:129) termuat dalam faktor eksternal yang dikemukakan Slameto (2003:71). Faktor metode maupun pendekatan belajar ini dijadikan faktor tersendiri menurut Soemanto (2006:115) dikarenakan faktor ini memang berasal dari luar diri siswa namun berperan secara langsung pada interaksi antar komponen pembelajaran dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap proses belajar siswa dan menyebabkan perbedaan yang berarti bagi proses pembelajaran. Berbagai penjelasan yang telah dipaparkan menunjukan bahwa pada dasarnya faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa dapat
16 berasal dari dalam dan dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa kita sebut sebagai faktor internal dan faktor yang berasal dari luar siswa kita golongkan kedalam faktor eksternal jika pengaruhnya tidak langsung yang mencakup aspek-aspek lingkungan dimana siswa tersebut berada dan faktor metode atau pendekatan belajar. 4. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Dalam
pembelajaran
akuntansi,
proses
belajar
sangat
mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan pola
pikir, perbuatan dan sikap akibat dari proses belajar. Perubahan tersebut tercermin dari pola-pola perbuatan yang dilakukan, nilai-nilai yang dianut, pengertian-pengertian yang tertanam dalam pikiran, sikap terhadap lingkungan sekitar, apresiasi atau respon terhadap suatu rangsang, dan keterampilan yang dimiliki oleh pebelajar. b. Faktor faktor yang Memepengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (dalam Rusman, 2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor Internal Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
17 2) Faktor Eksternal Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempenguruhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega. Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang
direncanakan.
Faktor-faktor
instrumental
ini
berupa
kurikulum, sarana dan guru. Menurut Sunarto (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: 1) Faktor Intern Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara faktor-faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain: a) Kecerdasan/intelegensi b) Bakat c) Minat d) Motivasi 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ekstern antara lain:
18 a) Keadaan lingkungan keluarga b) Keadaan lingkungan sekolah c) Keadaan lingkungan masyarakat Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahawa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam dari individu yang sedang belajar yang meliputi faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor eksternal merupakan faktor yang ada diluar individu, misalnya faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. c. Penilaian Hasil Belajar 1) Pengertian Penilaian hasil belajar peserta didik disekolah mencakup aspek atau ranah kompetensi pengetahuan, sikap, dan ketrampikan ( kognitif, afektif, dan psikomotor). Hasil belajar yang akan dibahas yaitu hasil belajar pada ranah kognitif, karena yang akan dilakukan adalah penilaian hasil belajar peserta didik pada kompetensi pengetahuan. Konsep-konsep pembelajaran yang belakangan berkembang terfokus pada proses-proses aktif, kognitif, dan konstruktif dalam pembelajaran yang bermakna. Pebelajar (learner) diasumsikan sebagai pelaku yang aktif dalam aktifitas belajar, mereka memilih informasi yang akan mereka pelajari, dan mengkonstruksikan makna berdasarkan informasi ini. Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik dianggap dapat menkonstruksi makna mereka sendiri berdasarkan pengetahuan mereka sebelumnya, aktivitas kognitif, dan metakognitif mereka. Peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan membawa pengetahuan yang luas, tujuan, dan pengalaman mereka sendiri, dan mereka menggunakan semua itu untuk “memahami” informasi yang mereka jumpai. Proses konstruksi “memahami” ini mengaktivasi pengetahuan sebelumnya
19 dan menyertakan berbagai proses kognitif yang bekerja pada pengetahuan tersebut. Berdasarkan temuan baru dalam riset tentang belajar dan perbedaan dalam taksonomi pembelajaran, Anderson dkk dalam Eko (2014) membedakan pengetahuan (knowledge) menjadi dua dimensi, yaitu komponen kata kerja dengan istilah “dimensi pengetahuan” (the knowledge dimension) dan komponen kata kerja dengan istilah “dimensi proses kognitif” (the cognitive process dimension). Pembagian tersebut merupakan revisi terhadap Taksonomi Bloom yang telah digunakan dalam dunia pendidikan sejak 1956. Anderson dkk dalam Eko (2014) membedakan dimensi pengetahuan menjadi empat jenis, yaitu pengetahuan faktual (faktual
knowledge,
pengetahuan
koseptual
(conseptual
knowledge), pengetahuan prosedural (procedural knowledge), dan pengetahuan metakognitif (meta cognitive knowledge). Proses kognitif merupakan cara yang dipakai peserta didik secara aktif dalam proses mengkonstruksi makna. Dalam pembelajaran, proses kognitif dibagi menjadi enam jenjang mulai jenjang yang paling rendah ke jenjang yang paling tinggi, yaitu mengingat,
memahami,
mengaplikasikan,
menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Dalam hal ini dari kedua jenis taksonomi pembelajaran yang dikemukakan oleh Anderson yang digunakan adalah taksonomi proses kognitif. 2) Teknik Penilaian Teknik penilaian yang digunakan adalah tes. Tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar peserta didik yang memerlukan jawaban. Tes lebih cocok untuk mengukur kemampuan
peserta
didik
dalam
aspek
pengetahuan
dan
ketrampilan. Tes terdiri dari banyak ragam bentuk. Tes dapat diklasifikasikan menjasi beberapa bentuk, berdasarkan pada pelaksanaan, sistem pensekoran, waktu pelaksanaan, tujuan tes dan
20 objek yang akan diukur. Berdasarkan pelaksanaannya bentuk tes yang digunakan adalah Paper Based Test (PBT) . Paper based test atau tes tertulis adalah bentuk tes yang dalam pelaksanaannya menggunakan kertas dan tulisan sebagai alat bantu, baik untuk soal tes maupun jawaban tes. Instrumen utama tes ini adalah kertas dan alat tulis. Sedangkan untuk proses koreksinya menggunakan koreksi manual. Tes tertulis memiliki kelebihan sebagai berikut: a) Dapat dilakukan serentak dengan jumlah peserta yang banyak. b) Peserta didik memiliki kebebasan untuk menjawab soal. c) Objektivitas lebih tinggi daripada tes lisan. Selain memiliki kelebihan, tes tertulis juga memiliki kekurangan, diantaranya yaitu: a) Proses koreksi dan penyampaian hasil tes memerlukan waktu yang cukup lama. b) Apabila dalam proses pelaksanaan tes, pengawasannya terlalu longgar, dapat menimbulkan kecurangan yang menyebabkan tes tidak mampu menggambarkan kemampuan peserta yang sebenarnya. c) Apabila tidak menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dapat
mengandung
pengertian
ganda
sehingga
dapat
menimbulkan salah pemahaman bagi peserta tes. Berdasarkan waktu pelaksanaannya, jenis tes yang digunakan adalah post test. Post test merupakan salah satu bentuk tes yang dilaksanakan setelah kegiatan inti pembelajaran selesai. Post test dilakukan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran, yaitu untuk mengukur seberapa ingkat penguasaan peserta didik
21 terhaddap materi yang telah dipelajari atau kompetensi yang dikembangkan. 3) Instrumen Tes Berdasarkan sistem penskorannya tes dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, tes objektif dan tes subjektif. Dalam hal ini tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik akuntansi SMK Negeri 1 Surakarta adalah tes subjektif. Tes subjektif umumnya berbentuk tes uraian (esai). Tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Asmawi,2005). Ciri khas tes uraian adalah jawaban atas soal tersebut tidak disediakan oleh penyusun soal, tetapi harus disusun oleh peserta tes. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, bandingkan, mengapa, bagaimana, simpulkan, dan sebagainya (Arikunto, 2008). Jumlah butir soal dalam tes uraian tidak banyak, hanya sekitar 5-10 butir soal dalam waktu kira-kira 90 s.d 120 menit. Tes uraian terdapat dua bentuk, yaitu tes uraian bebas dan tes uraian terbatas. Dalam hal ini tes uraian yang digunakan adalah tes uraian bebas. Tes uraian bebas merupakan bentu tess uraian yang merupakanbentuk tes uraian memberi kebebasan kepda peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan pikiran dan gagasannya dalam menjawab soal tes (Eko, 2014). Jawaban peserta tes terbuka fleksibel, dan tidak terstruktur. Peserta ujian diberi kebebasan sepenuhnya untuk menjawab menurut gaya bahasa dan gaya kognitifnya masing-masing. Dengan demikian ketrampilan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tertulis akan besar kontribusinya dalam menjawab soal. Bentuk soal tes seperti ini
22 baik sekali untuk mengukur hasil belajar pada tingkatan aplkasi, analisis, dan kreatifitas. 4) Pedoman Penyusunan Tes Uraian Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan butir soal uraian yang baik, yaitu: a)
Butir soal hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang diujikan.
b)
Sebaiknya butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku.
c)
Pada waktu menyusun butir soal sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penskoran.
d)
Pertanyaannya bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “uraikan”, “bandingkan”, agar dapat diketahui lebih jauh tingkat penguasaan peserta didik terhadap bahan ujian.
e)
Hindari penggunaan istilah atau kata-kata yang bermakna ganda.
5) Kelebihan Tes Uraian a)
Dapat
digunakan
untuk
mengukur
hasil
belajaryang
kompleks. b)
Meningkatkan
motivasi
peserta
tes
untuk
belajar
atau
untung-
dibandingkan dengan tes objektif. c)
Mudah disiapkan dan disusun.
d)
Tidak
banyak
kesempatan
berspekulasi
untungan. e)
Mendorong peserta tes untuk berani mengungkapkan pendapat serta menyusun kalimat yang bagus .
f)
Memberi kesempatan kepada peserat tes untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
g)
23 6) Kekurangan Tes Uraian a)
Reliabilitas rendah
b)
Membutuhkan banyak waktu untuk memeriksa lembar jawaban dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
c)
Jawaban peserta tes terkadang disertai dengan bualan.
d)
Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama untuk membedakan hasil belajar peserta didik.
7) Penggunaan Tes Uraian Tes uraian sangat baik digunakan apabila: a)
Jumlah peserta relatif sedikit, yaitu kurang dari 100 orang.
b)
Waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian.
c)
Tujuan pembelajaran yang ingin diacapi adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan, menguji kemempuan menulis atau kemampuan penggunaan bahasa tulis.
d)
Ingin memperoleh hasil pengalaman belajar peserta didik, maka tes uraian adalah salah satu bentuk paling tepat untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.
8) Rubik penilaian Dalam buku model penilaian hasil belajar peserta didik SMA yang disusun oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan tahun 2013 menyebutkan bahwa rubik adalah daftar kriteria yang menunjukan kinerja, aspek - aspek atau konsep - konsep yang akan dinilai, gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai yang paling buruk dengn kriteria sebagai berikut: a)
Sederhana/mencakup
dimensi/mencakup
esensial untuk dinilai. b)
Praktis/mudah digunakan
faktor
paling
24 c)
Tidak membebani guru
d)
Menilai dengan efektif aspek yang akan diukur
e)
Dapat digunakan untuk penilaian proses dan tugas sehari hari
f)
Peserta didik dapat mempelajari rubik dan mengecek hasil penilaiannya.
5. Media Pembelajaran a.
Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011:3). Menurut Gerlach yang dikutip oleh Arsyad (2011), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Menurut Criticos yang dikutip oleh Daryanto (2011:4) media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Menurut Heinich yang dikutip oleh Arsyad (2011:4), media pembelajaran adalah perantara yang membawa pesan atau informasi bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran antara sumber dan penerima. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu benda atau komponen yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar. Media
pembelajaran
adalah
sarana
penyampaian
pesan
pembelajaran kaitannya dengan model pembelajaran langsung yaitu dengan cara guru berperan sebagai penyampai informasi dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai.
25 Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. b. Jenis dan Karakteristik Media Sejalan
dengan
perkembangan
teknologi,
maka
media
pembelajaran pun mengalami perkembangan melalui pemanfaatan teknologi itu sendiri. Berdasarkan teknologi tersebut, Arsyad (2011) mengklasifikasikan media atas empat kelompok, yaitu : 1) Media hasil teknologi cetak. 2) Media hasil teknologi audio-visual. 3) Media hasil teknologi yang berdasarkan komputer. 4) Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Klasifikasi media pembelajaran menurut Seels dan Glasgow (dalam Arsyad 2011:33) membagi media kedalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. 1) Pilihan media tradisional a) Visual diam yang diproyeksikan yaitu proyeksi apaque, proyeksi overhead, slides, filmstrips. b) Visual yang tak diproyeksikan yaitu gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info, papan-bulu. c) Audio yaitu rekaman piringan, pita kaset, reel, cartridge. d) Penyajian multimedia yaitu slide plus suara (tape). e) Visual dinamis yang diproyeksikan yaitu film, televisi, video. f)
Media cetak yaitu buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, lembaran lepas (hand-out).
g) Permainan yaitu teka-teki, simulasi, permainan papan. h) Media realia yaitu model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka).
26 2) Pilihan media teknologi mutakhir a) Media berbasis telekomunikasi yaitu telekonferen, kuliah jarak jauh. b) Media berbasis mikroprosesor yaitu computer-assisted instruction, permainan komputer, sistem tutor intelijen, interaktif, hipermedia, compact (video) disc. Klasifikasi media pembelajaran menurut Ibrahim yang dikutip oleh Daryanto (2011) media dikelompokkan berdasarkan ukuran dan kompleks tidaknya alat dan perlengkapannya atas lima kelompok, yaitu media tanpa proyeksi dua dimensi, media tanpa proyeksi tiga dimensi, audio, proyeksi, televisi, video, dan komputer. Kemp
&
Dayton
yang dikutip
oleh
Arsyad
(2011:37)
mengelompokkan media kedalam delapan jenis, yaitu : media cetakan, media pajang, overhead transparancies, rekapan audiotape, seri slide dan filmstrips, penyajian multi-image, rekaman video dan film hidup, komputer. c.
Fungsi Media Pembelajaran Menurut Arsyad (2011:15) fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru, sedangkan menurut Hamalik (dalam Arsyad,2011) bahwa pemakaian media
pembelajaran
dalam
proses
belajar
mengajar
dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Menurut Sadiman, dkk (2011) menyebutkan bahwa kegunaankegunaan media pembelajaran yaitu: 1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis. 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3) Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. 4) Memberikan perangsang belajar yang sama.
27 5) Menyamakan pengalaman. 6) Menimbulkan persepsi yang sama. d. Prinsip dan Kriteria Pemilihan Media Strauss dan Frost dalam Indriana (2011:32) mengidentifikasikan sembilan faktor kunci yang harus menjadi pertimbangan dalam memilih media pengajaran. Kesembilan faktor kunci tersebut antara lain batasan sumber daya institusional, kesesuaian media dengan mata pelajaran yang diajarkan, karakteristik siswa atau anak didik, perilaku pendidik dan tingkat keterampilannya, sasaran pembelajaran mata pelajaran, hubungan pembelajaran, lokasi pembelajaran, waktu dan tingkat keragaman media. Sadiman, dkk (2011:84) mengemukakan pemilih media antara lain adalah a) bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media, b) merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan proyektor transparansi, c) ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkret, dan d) merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukan, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar siswa. Pendapat lain mengungkapkan bahwa dalam memilih media hendaknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Kemampuan mengakomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual dan/ atau audio) 2) Kemampuan mengakomodasikan respon siswa yang tepat (tertulis, audio, dan/ atau kegiatan fisik) 3) Kemampuan mengakomodasikan umpan balik 4) Pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus, dan untuk latihan dan tes (sebaiknya latihan dan tes menggunakan media yang sama) 5) Tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar) dan keefektivan biaya (Arsyad, 2011:71).
28 6. Permainan Monopoli a. Pengertian Permainan Monopoli Bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan oleh anakanak sebab dengan bermain anak-anak akan bertambah pengalamannya dan pengetahuannya (Moeslichatoen, 2004:32). Melalui permainan, anak akan memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi dan fisik (Lutan, 2000). Hal ini selaras dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh suardika dan Sariani (2010) yang
menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru perlu memperbanyak frekuensi kegiatan belajar sambil bermain pada anak. Andang Ismail (2006:119) mengatakan, “permainan edukatif adalah suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan merupakan cara atau alat pendidikan yang mendidik. Tujuan dari permainan edukatif adalah untuk mengembangkan komunikasi, mengembangkan aspek fisik dan motorik, mengembangkan aspek emosi dan kepribadian, mengembangkan aspek sosial, serta mengembangkan kreativitas”. Menurut Dodo Suwanda (2008) “monopoli merupakan suatu permainan
papan
(board
game)
dan
pemain
berlomba
untuk
mengumpulkan kekayaan melalui aturan pelaksanaan permainan”. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua petak di atas papan melalui pembelian, penyewaan dan pertukaran properti dalam sistem ekonomi yang disederhanakan. Setiap
pemain
melemparkan dadu secara
bergiliran
untuk
memindahkan bidaknya, dan apabila ia mendarat di petak yang belum dimiliki oleh pemain lain, dia dapat membeli petak itu sesuai harga yang tertera. Bila petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar pemain itu uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan.
29 b. Alat Permainan Dalam permainan membutuhkan alat yang menunjang jalannya kegiatan permainan. Peralatan yang dibutuhkan dalam permainan adalah sebagai berikut. 1) Sebuah papan permainan yang dilengkapi dengan petak-petak 2) Gulungan kertas pengganti dadu berisi angka 1 sampai 6 3)
1 set kartu pertanyaan dan 1 set kartu hak milik
4) Uang kertas dengan nominal Rp 5.000,00, Rp 10.000,00, Rp 20.000,00 5) Lembar kunci jawaban 6) Lembar pengisian nama anggota kelompok 7) Lembar pencatatan skor permainan monopoli c. Prosedur Permainan Dalam permainan membutuhkan prosedur permainan guna mengatur jalannya kegiatan permainan. Prosedur yang digunakan dalam permainan adalah sebagai berikut. 1) Setiap kelompok memiliki 4 pemain 2) Waktu permainan maksimal 45 menit. Kemudian 10 untuk membuat kesimpulan dan 5 menit untuk mempresentasikan hasil kesimpulan. 3) Salah satu anggota kelompok berperan sebagai banker (pengatur keluar masuknya uang di bank, mencatat hutang, menghitung bunga, per satu kali jalan 1000) 4) Tiga pemain yang lainnya bermain monopoli 5) Setiap pemain diberi modal Rp 20.000,00 dari bank 6) Setiap pemain berkesempatan untuk membeli perusahaan yang terdapat dalam papan monopoli pada putaran kedua 7) Dalam kartu kesempatan terdapat pertanyaan yang harus dijawab secara lisan oleh pemain kemudian dicocokan jawabannya oleh banker. Jika jawaban benar maka siswa mendapat point sesuai yang tertera dalam pertanyaan, sedangkan jika jawaban salah maka siswa tidak mendapat point atau nol. Kemudian banker mencatat point dari setiap jawaban benar
30 8) Pemain yang memilii point tertinggi pada akhir permainan akan menjadi bintang kelompok dan diberikan tanda bintang.. 9) Pada akhir permainan setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusi dan kesimpulan kemudian dikumpulkan. 7. Akuntansi a. Pengertian Akuntansi Kata akuntansi berasal dari bahasa inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan dan kata accountancy yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu yang dikerjakan oleh akuntan. Untuk lebih lengkapnya, berikut pengertian akuntansi menurut para ahli. 1) American Accounting Association (AAA) AAA dalam Suparmin (2014:4) mendefinisikan akuntansi sebagai proses pengidentifikasian, pengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkakn adanya penilaian-penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. 2) Charles T. Horngren dan walter T.Harrison (Horngren Horison, 2007:4) Akuntansi diidefinisikan sebagai sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, dan mengkonsumsikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. 3) Suparwoto (1990:2) Akuntansi merupakan suatu system atau teknik untuk mengukur dan mengelola transaksi keuangan dan menyajikan hasil pengelolaan tersebut dalam bentuk informasi pada pihak-pihak intern dan ekstern perusahaan. Pihak ekstern terdiri dari investor, kreditur pemerintah, serikat buruh, dan lain-lain.
4) Hendry Simamora (2000:4)
31 Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian
kejadian-kejadian
ekonomi
suatu
organisasi
kepada para pemakai yang berkepentingan. 5) Kieso (2002:2) Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan pengkomunikasian informasi keuangan tentang entitas ekonomi kepada pemakai yang berkepentingan. Berdasarkan pengertian diatas maka pengertian akuntansi adalah suatu
proses
pengidentifikasian,
pencatatan,
penggolongan,
pengikhtisaran, dan penyajian laporan mengenai transaksi keuangan yang terjadi dalam perusahaan serta penafsiranatas hasil-hasilnya. b. Tujuan Akuntansi Menurut Soemarso dalam Suparmin (2014:5) tujuan utama akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi (economic information) dari suatu kesatuan
ekonomi
(economic
entity)
kepada
pihak-pihak
yang
berkepentingan Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan akuntansi adalah menyajikan informasi ekonomi dari suatu kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan, membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas, mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya, memelihara dan melaporkan pengumuman terhadap kekayaan, serta membantu fungsi dan pengawasan sosial. c.
Pemakai Informasi Akuntansi Sistem akuntansi pada akhirnya akan mengeluarkan laporan yang menyajikan informasi-informasi pokok kepada pemakainya. Sejumlah pihak yang menggunakan dan memerlukan informasi akuntansi. Mereka dibagi menjadi dua yaitu pihak intern dan pihak ekstern.
32 1) Pihak Intern Pemakai informasi akuntansi dari pihak intern adalah pemimpin perusahaan ataupun menajer perusahaan. Para menajer adalah pihak yang sangat tergantung dan paling banyak berhubungan dengan hasil akhir akuntansi. Tiap-tiap manajer dari yang terendah hingga yang tertinggi memerlukan informasi akuntansi yang cermat dan berkaitan dengan bidang pertanggungjawaban mereka masing-masing. Sebagai contoh untuk menentukan harga pokok suatu produk seorang manajer bagian produksi sering kali memerlukan informasi akuntansi yang berhubungan dengan perhitungan biaya-biaya produksi. 2) Pihak Ekstern Pemakai informasi dari pihak ekstern dapat dirincikan lagi menjadi enam kelompok sebagai berikut. a) Pemilik Pemilik
perusahaan
tentu
ingin
mengetahui
prospek
penambahan uang yang ditanamkannya di perusahaan itu dimasa yang akan datang. Dengan mengetahui prospek itu, maka si pemilik dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan dan hasil yang dapat dicapai oleh perusahaan itu. b) Kreditur Kreditur harus dapat menilai apakah perusahaan yang mengajukan permintaan kredit mempu mengembalikan pinjaman atau tidak. Kreditur akan menolak usulan kredit dari suatu perusahaan bila informasi akuntansi perusahaan itu meragukan atau menunjukan hal yang negatif. c) Pemerintah Pemerintah memerlukan informasi akuntansi untuk keperluan pemungutan pajak. Perusahaan diharuskan untuk membuat laporan keuangan oleh pemerintah untuk menetapkan besarnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
33 d) Karyawan Karyawan perusahaan dapat mengetahui posisi keuangan dan kemajuan perusahaan melalui informasi akuntansi. Bila posisis keuangan dan kemajuan perusahaan. e) Investor (termasuk calon investor). Investor adalah anggota masyarakat yang mampu atau mempunyai permodalan, yang apabila akan menginvestasikan modalnya memerlukan data informasi keuangan perusahaan untuk mengukur
tingkat
kemampuan
menghasilkan
laba
atau
profitabilitas perusahaan. Apabila posisi keuangan sehat, maka investor mungkin akan menanamkan uangnya pada perusahaan antara lain dengan cara membeli saham. f) Masyarakat Perusahaan berkaitan erat dengan masyarakat. perusahaan memberikan sumbangan berarti bagi perekonomian nasional, termasuk dalam penyediaan lapangan pekerjaan. d. Manfaat Akuntansi Secara umum, akuntansi memiliki tiga manfaat sebagai berikut: 1) Untuk mendapatkan informasi ekonomi yang akurat sehingga pemakai dapat mengambil keputusan yang tepat. 2) Untuk memberikan pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan. 3) Untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun. Secara khusus, manfaat akuntansi sebagai laporan keuangan antara lain sebagai berikut. 1) Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva, kewajiban, serta modal suatu perusahaan. 2) Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahanperubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu
34 perusahaan
yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka
memperoleh laba. 3) Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4) Memberikan informasi penting mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban dari suatu perusahaan, seperti informasi mengenai suatu aktivitas pembiayaan dan investasi. 5) Mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain berkenaan dengan laporan keuangan dan relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. e.
Bidang Spesialisasi Akuntansi Akuntansi menurut manfaat pemakaiannya dapat dikelompokan menjadi sebagai berikut. 1) Akuntansi Keuangan. Bidang akuntansi keuangan menangani masalah pencatatan transaksi dalam suatu perushaan atau unit ekonomi yang lain dan juga menangani penyusunan laporan keuangan secara periodik dari catatan-catatan tersebut. 2) Auditing. Bidang auditing menangani suatu pemeriksaan atau catatancatatan akuntansi secara bebas. Dalam melakukan suatu pemeriksaan, seorang akuntan publik memeriksa catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan sebuah perusahaan dan memberikan pendapatnnya mengenai kelayakan dan kewajaran laporan tersebut. 3) Akuntansi Biaya. Akuntansi biaya menekankan pada masalah penetapan dan pengendalian biaya. Ruang lingkupnya berupa biaya selama proses produksi dan harga pokok dari barang yang selesai diproduksi. Selain itu tujuan terpenting akuntansi biaya adalah mengumpulkan dan menginformasikan data biaya, baik berupa data aktual maupun data tafsiran. Bagi menejemen, data tersebut berguna untuk mengendalikan operasi yang sedang berjalan maupun untuk merencanakan operasi yang akan datang.
35 4) Akuntansi Menejemen. Bidang akuntansi menejemen menggunakan data historis maupun data tafsiran untuk membantu menejemen dalam operasi sehari-hari dan perencanaan operasi mendatang. Bidang akuntansi ini juga mengolah soal-soal khusus yang dihadapi oleh para menejer perusahaan dari berbagai jenjang organisasi. 5) Akuntansi Perpajakan. Bidang akuntansi perpajakan mencakup penyusunan surat pemberitahuan pajak serta mempertimbangkan konsekuensi perpajakan dari transaksi usaha yang direncanakan. 6) Akuntansi Anggaran. Bidang akuntansi anggaran menyajikan rencana operasi keuangan untuk suatu periode tertentu dan menyampaikan data perbandingan dari operasi sebenarnya dengan rencana yang ditetapkan. 7) Akuntansi Pendidikan. Bidang akuntansi ini merupakan bidang spesialisasi akuntansi yang bergerak dalam penyebaran pendidikan akuntansi pada masyarakat.
f.
Profesi Akuntan Secara garis besar akuntan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut. 1) Akuntan Publik. Akuntan publik (public accountant) adalah akuntan independen yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu. Seorang akuntan publik dapat melakukan jassa pemeriksaan (jasa audit), jasa perpajakan, jasa konsultasi menejemen, dan jasa penyusunan sistem menejemen. 2) Akuntan Intern. Akuntan intern (internal accountant) adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi. Akuntan intern disebut juga akuntan perusahaan. Jabatan yang dapat diduduki mulai dari staf biasa sampai dengan kepala bagian akuntansi atau direktur keuangan. Tugas yang dikerjakan berupa : penyusunan sistem akuntansi, penyusunan laporan keuangan, penyusunan anggaran. Dan pemeriksaan intern.
36 3) Akuntan Pemerintah. Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan pemerintah. 4) Akuntan Pendidik. Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, antara lain mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi, dan melakukan penelitian di bidang akuntansi. g. Tahap Laporan Akuntansi Perusahaan Jasa 1) Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun sesuai dengan kebutuhan masingmasing pihak yang berkepentingan baik di dalam maupun di luar perusahaan. Isi laporan ini mengenai posisi keuangan pada periode tertentu. 2) Tujuan Laporan Keuangan Berikut merupakan tujuan laporan keuangan. a) Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva kewajiban, serta ekuitas suatu perusahaan b) Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva - kewajiban). c) Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba d) Memberikan informasi mengenai perubahan aktiva dan kewajiban suatu
perusahaan
seperti
informasi
mengenai
aktivitas
pembiayaan dan investasi e) Mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain berkenaan dengan laporan keuangan tetapi yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan keuangan seperti kebijakan akutansi yang dianut perusahaan
37 3) Macam-Macam Laporan Keuangan a) Laporan laba rugi Laporan laba rugi atau income statement adalah suatu laporan yang berisikan informasi mengenai seluruh hasil operasi atau pendapatan dan pengeluaran beban (beban usaha) dalam kegiatan produksi guna memperoleh laba pada suatu periode tertentu. Langkah-langkah membuat laporan laba rugi dapat disusun dengan dua langkah, langkah satu yaitu langkah tunggal (single step) dan langkah dua yaitu
langkah ganda (multiple
step). (1) Langkah tunggal atau single step Pada sistem ini semua pendapatan dijumlahkan dari atas kebawah menjadi satu kelompok kemudian dikurangi dengan jumlah seluruh beban pada periode tersebut. PT Banyu Biru Laporan Laba Rugi Untuk Bulan yang Berakhir 31 Januari 2005
Pendapatan Jasa
Rp xxxxx
Beban: Beban perlengkapan
Rp xxxxx
Beban sewa
Rp xxxxx
Beban upah
Rp xxxxx
Beban bunga
Rp xxxxx
Jumlah beban
(Rp xxxxx)
Laba bersih sebelum pajak
Rp xxxxx
(2) Langkah ganda atau multiple step Pada system ini kelompok pendapatan dipisah menjadi dua kelompok, yang pertama pendapatan operasional, yang
38 kedua
pendapatan
non-operasional
kemudian
bebabn
dipisahkan menjadi dua yaitu beban operasional dan beban nonoperasional. PT Banyu Biru Abadi Laporan Laba Rugi Untuk Bulan yang berakhir 31 januari 2005 Pendapatan Jasa Beban operasional Beban perlengkapan Beban sewa Beban upah Jumlah beban operasional Laba operasional Beban non operasional Beban bunga Laba bersih sebelum pajak
Rp xxxxx Rp xxxxx Rp xxxxx Rp xxxxx Rp xxxxx _ Rp xxxxx Rp xxxxx _ Rp xxxxx
Laporan laba rugi dapat dibuat dengan mengambil data pada kertas kerja dikolom laopran laba rugi. Saldo pendapatan diambil dari kolom kredit sementara saldo beban diambil dari kolom debet. b) Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas melaporakan perubahan atas ekuitas pemilik perusahaan pada periode akuntansi. Langkahlangkah membuat laporan perubahan ekuitas. (1) Menulis nama perusahaan pada baris pertama (2) Menulis jenis laporan (3) Menulis periode laporan (4) Menampilkan modal awal ditambah dengan investasi tambahan dan laba bersih (5) Mengurangkan dengan rugi bersih (kalau perusahaan mengalami kerugian) (6) Mengurangkan dengan pengambilan pribadi atau prive pemilik
39 (7) Hasil akhir seluruh perhiitungan ini merupakan ekuitas akhir perusahaan. PT Banyu Biru abadi Laporan Perubahan Ekuitas Untuk periode yang Berakhir 31 Januari 2005
Ekuitas 1 Januari 2005
Rp xxxxx
Laba bersih
Rp xxxxx
Pengambilan prive
(Rp xxxxx)
Penambahan Ekuitas
Rp xxxxx
Ekuitas 31 Januari 2005
Rp xxxxx
c) Neraca atau balance sheet Neraca memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan.
Neraca berisikan susunan harta, kewajiban, dan
modal suatu perusahaan pada suatau saat tertentu. Pada bagian harta, akun-akun harta disusun menurut likuiditas masing-masing akun tersebut atau kemudahan akun tersebut untuk menjadi kas. Pada bagian kewajiban, akun-akun kewajiban disusun menurut urutan jatuh tempo atau akun tersebut dilunasi. Pada bagian modal akun-akun modal disusun menurut kekekalan atau lama akun tersebut bertahan dalam neraca. Neraca terdiri dari dua bentuk yaitu bentuk akun T atau scontro dan bentuk laporan atau staffel. Adapun dalam menyusun neraca dapat dilakukan langkahlangkah seperti berikut. Pertama tulislah nama perusahaan. Kemudian tulislah nama jenis laporan. Selanjutnya, tulislah periode laporan. Terakhir tulislah susunan neraca.
40 (1) Bentuk akun T atau Skrontro Dalam bentuk akun aktiva disajikan di sebelah kiri, sedangkan kewajiban dan ekuitas disebelah kanan. Bentuk ini disebut juga bentuk skotro.
PT Banyu Biru Abadi Neraca Per 31 Januari 2005 Aktiva
Pasiva
Kas
Rp xxxxx
Kewajiban:
Perlengkapan
Rp xxxxx
Utang bank
Peralatan
Rp xxxxx
Ekuitas:
Rp xxxxx
Modal Banyu Rp xxxxx Jumlah aktiva Rp xxxxx Jumlah pasiva Rp xxxxx
(2) Bentuk laporan Dalam bentuk laporan, kewajiban dan ekuitas dicantumkan dibawah aktiva. Bentuk laporan ini disebut juga stafel. PT Banyu Biru Abadi Neraca Per 31 Januari 2005 Aktiva: Aktiva lancar: Kas Rp xxxxx Perlengkapan Rp xxxxx Jumlah aktiva lancar Rp xxxxx Aktiva tetap: Peralatan Rp xxxxx Jumlah aktiva tetap Rp xxxxx Jumlah aktiva Rp xxxxx Kewajiban: Utang bank Rp xxxxx Ekuitas: Modal Rp xxxxx Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas Rp xxxxx
41 d) Laporan arus kas Laporan
arus
kas
memberikan
informasi
mengenai
penerimaaan kas dan pembayaran-pembayaran selama periode tertantu. Laporan arus kas melaporkan (1) pengaruh kas dari operasi sebuah perusahaan selama satu periode, (2) transaksitransaksi investasinya, (3) trasaksi-transaksi pendanaannya,(4) kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode, dan (5) jumlah kas pada akhir periode. Pelaporan sumber, penggunaan, dan kenaikan, atau penurunan bersih kas akan bermanfaat karena investor, kreditor, dan pihak-pihak lain yang ingin mengetahui apa yang terjadi pada sumber daya perusahaan yang paling lancar. Laporan arus kas berasal dari laporan modal kerja, yaitu selisih antara aktiva lancar dan utang lancar. Kemudian diperluas dengan mengkaitkan kelompok lain di neraca, yaitu aktiva tetap, utang jangka panjang, dan modal. Laporan arus kas melaporkan arus kas menurut tiga jenis aktivitas, sebagai berikut. (1) Kelompok operasi (operasional activities) Dalam kelompok ini disajikan penambahan dan pengurangan arus kas yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional perusahaan. Perkiraan tersebut adalah sebagai berikut: (a) Laba atau rugi tahun berjalan (b) Depresiasi, karena depresiasi sianggap sebagai biaya perusahaan namun tidak terjadi uang kas keluar. (c) Piutang di sini dilihat perubahannya. Bila saldo awal piutang per 1 Januari Rp 100.000.000,00 dan saldo akhir per 31 Desember Rp 75.000.000,00, maka dianggap terjadi uang kas masuk sebesar Rp 25.000.000,00. (d) Persediaan
42 (e) Utang (f) Biaya dibayar di muka Bila dalam kelompok ini positif, artinya kas masuk lebih besar daripada kas keluar. Perusahaan dalam kondisi baik, karena
hasil
operasionalnya
sehari-hari
menghasilkan
likuiditas yang lebih. Bila hasilnya negatif, berarti selama operasinya perusahaan telah menggunakan kas dari sumber lain seperti misalnya penjualan aktiva, penambahan hutang, dan penambahan modal dari pemilik. (2)
Kelompok Investasi (Investing Activities) Kelompok investasi adalah semua transaksi yang terkait dengan infestasi perusahaan, berupa pembelian aktiva tetap atau aktiva lainnya. Dengan demikian, perkiraan yang terikat adalah perkiraan aktiva tetap dan aktiva lain. Bila hasil dari kelompok ini menunjukan saldo positif, berarti terjadi penjualan aktiva tetap atau aktiva lain. Sebaliknya, apabila hasilnya negatif berarti terjadi penambahan aktiva tetap lewat pembelian.
(3) Kelompok Pemdanaan (Financing Activities) Kelompok ini adalah perkiraan yang terkait dengan aktivitas utang dan modal. Penambahan pada perkiraan utang diartikan sebagai kas masuk. Demikian pula penambahan atau pengurangan pada kelomppok modal. Sebaliknya, pembayaran hutang dilakukan selama periode tersebut akan memerlukan kas keluar dan saldo utang di neraca. Laporan arus kas dari aktivitas operasi disajikan lebih dahulu dan kemudian diikuti secara berurutan oleh arus kas dari aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Jumlah arus kas bersih dari ketiga aktivitas ini akan menunjukkan kenaikan atau penurunan bersih dalam kas
43 untuk suatu periode yang bersangkutan. Penjumlahan kenaikan atau penurunan bersih dalam kas terhadap saldo kas pada awal periode akan menghasilkan saldo kas pada akhir periode. Jumlah ini sama dengan jumlah saldo kas sebagaimana dilaporkan pada neraca. Penyajian laporan arus kas dapat disusun dengan metode langsung dan metode tidak langsung. (a) Metode langsung PT Banyu Biru Abadi Laporan Arus Kas Untuk bulan yang berakhir 31 Januari 2005 Arus Kas Aktivitas Operasi : Penerimaan dari pelanggan Rp xxxxx Penerimaan hutang dari bank Rp xxxxx Arus kas masuk aktivitas operasi Rp xxxxx Arus Kas Keluar: Pembayaran sewa Rp xxxxxx Pembayaran upah Rp xxxxxx Pembayaran bunga Rp xxxxxx Pembayaran utang Rp xxxxxx Pembelian perlengkapan Rp xxxxxx Arus kas keluar dari aktiva operasional (Rp xxxxxx) Rp xxxxxx Aktivitas Kas Keluar Dari Aktivitas Operasi: Pembelian peralatan (Rp xxxxxx) Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan: Pengambilan prive (Rp xxxxxx) Arus kas keluar bersih Rp xxxxxx Saldo kas awal periode Rp xxxxxx Saldo kas akhir periode Rp xxxxxx (b) Metode Tidak Langsung PT Banyu Biru Abadi Laporan Arus Kas Untuk Bulan yang Berakhir 31 Januari 2005 Saldo laba Penambahan dan Pengurangan yang Mempengaruhi Pendapatan: Penambahan utang
Rp xxxxxx
Rp xxxxxx
44 Total penambahan
Pengurangan: Pembayaran `perlengkapan Arus kas dari aktivitas operasi Arus kas dari aktivitas investasi Pembelian peralatan Arus kas dari aktivitas pendanaan Pengambilan prive Arus kas keluar bersih Saldo awal kas periode Saldo kas akhir periode
Rp xxxxxx
(Rp xxxxxx) Rp xxxxxx (Rp xxxxxx) (Rp xxxxxx) Rp xxxxxxx (Rp xxxxxx) Rp xxxxxx
e) Jurnal Penutup Selama proses akuntansi berjalan seluruh akun nominal (pendapatan dan beban) digunakan untuk mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan akun modal. Pada akhir akuntansi seluruh akun nominal harus ditutup, dengan kata lain saldo setiap akun nominal dibuat nol. Saldo-saldo itu akan dipindahkan ke akun ikhtisar laba rugi untuk kemudian akan dipindahkan ke akun modal. Langkahlangkah membuat jurnal penutup. (1) Mengkredit setiap akun beban sebesar saldonya dan mendebet akun ikhtisar laba rugi dengan jumlah yang sama. (2) Mendebet setiap akun pendapatan sebesar saldonya dan mengkredit akun ikhtisar laba rugi dengan jumlah yang sama. (3) Mendebet akun ikhtisar laba rugi dan mengkredit akun modal apabila perusahaan mendapatkan laba, sebaliknya apabila perusahaan mengalami kerugian maka perusahaan akan mengkredit akun ikhtisar laba rugi dan mendebet akun modal. (4) Mengkredit akun prive sebesar saldonya dan mendebet akun modalnya dengan jumlah yang sama. f)
Neraca Saldo Setelah Penutupan Setelah ayat jurnal penutup diposting di buku besar, langkah selanjutnya adalah menyusun neraca saldo setelah penutupan.
45 Akibat posting tersebut kini akun saldo nominal tidak bersaldo lagi, sehingga saldo buku besar hanya berisikan akun-akun real, berupa akun harta, utang dan modal. Akun-akun inilah yang dijadikan sumber untuk menyusun neraca
saldo setelah
penutupan. Neraca saldo setelah penutupan disusun untuk memastikan keadaan buku besar telah seimbang. 8. Media Permainan Monopoli sebagai Upaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Mata pelajaran Pengantar Akuntansi adalah
mata pelajaran yang
diberikan kepada siswa SMK kelas X yang lebih bersifat teori dan sedikit praktik. Tidak seperti halnya akuntansi perusahaan jasa yang juga diberikan kepada siswa SMK kelas X yang lebih bersifat praktik. Media permainan monopoli merupakan media permainan papan bergaris yang sudah familiar di dunia. Permainan ini mengacu pada penguasaan harta. Pemain yang memiliki tanah, hotel, dan rumah dialah pemenangnya. pada permainan monopoli akuntansi tidak hanya ditekannkan pada penguasaan harta, namun juga pada penguasaan pengetahuan. Pada papan permainan disediakan kartu pertanyaan. Pemain yang mendapat skor terbanyak, akan menjadi pemenangnya. 9. Konsep Keefektivan 1) Pengertian Keefektivan Keefektivan memiliki kata dasar efektif. Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Keefektivan berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukakn, sesuai dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal secara kuantitatif maupun kualitatif (Said,19981:83)
46 Keefektivan merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.
Davis (1981) dalam A.M. Slamet
Soewandi, dkk., 2005) keefektivan mengacu pada apa yang dikerjakan. yang dikerjakan tersebut mengacu pada proses dan juga hasilnya. Hai ini sesuai dengan pernyataan Elis (1986) bahwa menurutnya evektivitas kecuali mengacu pada proses, juga mengacu pada hasil, yaitu peringkat prestasi akademik yang dicapai siswa melalui tes (ujian) baku. Agar dapat mencapai prestasi secara optimal, maka prosespun harus efektif, yaitu (1) ada kesesuaian antara proses dengan tujuan yang akan dicapai yang telah ditetapkan dalam kurikulum. (2) cukup banyak tugas–tugas yang di evaluasi untuk mengetahui perkembangan siswa dan memperoleh umpan balik, (3) lebih banyak tugas-tugas yang mendukung pencapaian tujuan, (4) ada variasi metode pembelajaran, (5) pemantauan atau evaluasi perkembangan atau keberhasilan dilakukan dengan cara berkesinambungan, dan (6) memberi tanggung jawab yang lebih besar kepada siswa pada tugas yang dilakukannya (A.M. Slamet Soewandi, dkk., 2005 : 44) Menurut A.M Slamet Soewardi, dkk., 2005: 45 keefektivan dibedakan menjadi dua, yaitu keefektivan proses dan keefektivan hasil. Keefektivan proses merupakan banyaknya siswa dalam persen yang berhasil dilibatkan secara aktif dalam kegiatan yang relevan dalam pembelajaran
yang
menggunakan
strategi
tertentu,
sedangkan
keefektivan hasil dibedakan menjadi dua jenis, yaitu secara kuantitatif dan secara kualitatif. Keefektivan hasil secara kuantitatif adalah banyaknya siswa dalam persen yang berhasil, yaitu yang memiliki nilai cukup keatas. Efektifitas hasil secara kualitatif adalah banyaknya siswa dalam persen yang memperoleh nilai tertentu. Dalam penelitian ini akan menggunakan keefektivan hasil sebagai tolok ukur efektifitas media yang akan digunakan. Keefektivan hasil
47 tersebut menggunakan keefektivan hasil kuantitatif. Kefektivan ini diukur
dengan
menghitung
jumlah
siswa
dalam
persen
yang
mendapatkan nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) saat hasil tes. Kriteria keefektivan hasil belajar secara kuantitatif dapat di lihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Tabel kriteria keefektivan hasil belajar secara kuantitatif % Yang Berhasil < 40 41-45 56-65 66-79 80-100
Keefektivannya Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi
Dengan demikian, keefektivan dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh tindakan atau usaha yang mendatangkan hasil dan dapat mencapai tujuan. Efektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya siswa yang hasil belajarnya diatas KKM. B. KERANGKA PEMIKIRAN 1. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan media pembelajaran monopoli dan yang tidak menggunakan media pembelajaran monopoli. Kegiatan belajar mengajar tidak pernah terlepas dari keterlibatan guru dan peserta didik. Guru memiliki peran sebagai pengajar dan pendidik bagi peserta didiknya. Peran guru untuk mengembangkan potensi anak didik sangatlah penting, di samping kemampuan peserta didik tersebut dalam mengembangkan potensi dirinya sendiri. Salah satu peran guru dalam mengembangkan potensi peserta didik yaitu dengan memberikan bekal yang cukup kepada anak didiknya. Bekal yang cukup dapat diberikan salah satunya dengan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar juga memerlukan sumber belajar dan fasilitas belajar serta guru dituntut dapat menyampaikan materi dengan baik sehingga peserta didik mengalami perubahan dari yang sebelumnya belum
48 tahu menjadi tahu. yang disebut dengan belajar. Dalam memahami ilmu yang diberikan oleh guru, setiap peserta didik pastilah memiliki kemampuan penyerapan ilmu yang berbeda-beda. Terdapat peserta didik yang cepat dalam penyerapan ilmu yang diberikan oleh guru, terdapat pula siswa yang lambat dalam penyeraapan ilmu. Dalam keadaan tersebut guru memiliki tantangan untuk membuat semua peserta didiknya mengerti akan ilmu yang disampaikan oleh guru. Dalam proses ini tak sedikit guru yang mengalami kendala dalam mengantarkan peserta didik berproses dari yang sebelumnya belum tahu menjadi tahu. Salah satu kendalanya yaitu keanekaragaman kemampuan peserta didik dalam menangkap penjelasan dari guru, sedangkan di sisi lain guru juga di patok dengan kriteria kelulusan minimal atau yang biasa disingkat KKM, yang cukup tinggi. KKM merupakan kriteria ketuntasan minimal nilai yang harus didapatkan oleh peserta didik, sebagai tolok ukur hasil belajar. Berdasarkan data yang di dapat terlihat bahwa masih terdapat 52,08 % peserta didik Akuntansi yang nilainya belum mencapai KKM. Hal ini menandakan bahwa masih ada 52,08 % peserta didik Akuntansi yang belum memahami materi yang disampaikan oleh guru pada mata pelajaran Pengantar Akuntansi. Namun disisi lain guru juga menyadari, tidak semua siswa sama dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Untuk membuat peserta didik paham tidak hanya dengan ceramah, karena setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam pemahaman materi. Ada peserta didik yang dapat paham hanya dengan metode ceramah, namun ada juga yang belum paham hanya dengan metode ceramah. Karena itulah mengapa guru harus menyediakan media pembelajaran untuk peserta didik, yang fungsinya untuk membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, sehingga peserta didik yang belum paham dengan metode ceramah dapat paham melalui media yang digunakan oleh guru. Selain untuk membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru, menurut Hamalik dalam Arsyad (2011, 32) bahwa pemakaian media belajar dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keingintahuan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
49 kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Motivasi dan minat dalam belajar merupakan sesuatu hal yang penting, karena dengan tumbuhnya motivasi akan dapat meningkatkan keinginan siswa untuk belajar. Jika keinginan siswa untuk belajar meningkat maka hasil belajarnya pun diharapkan akan meningkat juga. Maka dari itu dipilih media sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Guru dapat menggunakan apa saja sebagai media dalam pembelajarannya, yang tentunya dapat membantu peserta didik dalam memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan relevan dengan materi pembelajarn yang disampaikan. Misalnya, guru dapat menggunakan media pembelajaran dalam bentuk permainan. Dengan menggunakan permainan, peserta didik akan tertarik dan tidak merasa keberatan akan pembelajarannya. Permainan yang digunakan dapat berupa permainan yang sudah familiar dengan peserta didik misalnya, permainan monopoli. Permainan
monopoli merupakan permainan yang
didalamnya terdapat transaksi-transaksi bisnis yang sesuai dengan pembelajaran akuntansi, seperti pembelian dan penyewaan, dll. Dengan peserta didik bermain monopoli peserta didik mengalami sendiri transaksi yang terjadi. Sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna dan berdampak pada hasil belajar peserta didik, yang nantinya akan diambil dua sampel sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen dalam pembelajarannya menggunakan media pembelajaran
monopoli
sedangkan
kelas
kontrol
menggunakan
media
pembelajaran konvensional yang nantinya akan dilihat bagaimana hasil belajarnya apakah terdapat perbedaan. 2. Media monopoli efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar yang telah didapat kemudian dianalisis untuk mengetahui seberapa besar keefektivannya dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Caranya yaitu dengan mengambil hasil belajar yang di atas kriteria ketuntasan minimal, kemudian jumlah peserta didik yang yang mendapatkan hasil belajar diatas kriteria ketuntasan minimal dijadikan dalam bentuk persen. Data dalam bentuk persen itulah yang kemudian dicocokan dengan tabel keefektivan hasil
50 belajar yang dikemukakan oleh Slamet dkk. Apabila hasil yang ditunjukan adalah kategori efektif keatas, maka media pembelajaran monopoli yang diterapkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dan layak untuk kemudian diterapkan dalam pembelajaran pengantar akuntansi sebagai media pembelajaran yang membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas. Dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik maka kualitas lulusan yang dihasilkan pun akan meningkat, serta mampu bersaing dalam rangka menghadapi MEA nantinya. Kerangka penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.
51 Sampel Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Media Permainan Monopoli
Media Konvensional
Hasil belajar Meningkat
Kelompok Eksperimen
Hasil Belajar
Hail belajar dibawah KKM
Hasil Belajar diatas KKM
Tanpa tabel keefektivan hasil belajar
Tabel keefektivan hasil belajar
Media Monopoli Sangat Efektif dalam Meningkatkan hasil belajar peserta didik
Media Monopoli dapat digunakan sebagai salah satu refrensi media pembelajaran akuntansi
1. Kualitas lulusan meningkat 2. Mampu bersaing dalam rangka menghadapi MEA Gambar 1. Kerangka Pemikiran
52 C. Hipotesis Menurut Santosa (2011, 81) hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan sementara atau tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan media pembelajaran monopoli dan yang tidak menggunakan media monopoli 2. Media monopoli efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X Akuntansi SMK Negeri 1 Surakarta.