BAB II BUSINESS PLAN FRAMEWORK
2.1
ANALISA PASAR
2.1.1 Properti di Indonesia Perekonomian merupakan salah satu faktor pendukung dari meningkatnya permintaan masyarakat terhadap suatu produk. Pada tahun 2012, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat baik. Hal tersebut ditunjukan dari data dari BPS dalam perekonomian Indonesia pada triwulan ketiga tahun 2012 yang mengalami pertumbuhan sebanyak 6,17%. Jika dibandingkan melalui triwulan pada tahun 2012, Indonesia mengalami peningkatan sebesar 3,21% dibanding triwulan kedua. Walaupun kenaikan tidak sesuai dengan prediksi ekonomi Indonesia, namun kenaikan tersebut patut diapresiasi karena ekonomi Indonesia terus bertumbuh saat perlambatan ekonomi global terjadi. (Sekretariat Kabinet RI, 2012) Pertumbuhan ekonomi yang lambat mempengaruhi pertumbuhan properti di Asia, terutama untuk harga sewa primer yang hanya tumbuh sebesar 3% sepanjang tahun 2012. Meskipun demikian, pertumbuhan harga sewa kantor di Jakarta tetap mencatat kenaikan yang signifikan. Indonesia memiliki proyeksi ekonomi yang bagus dan berbeda arah dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di sejumlah kawasan Eropa dan Amerika Serikat, sehingga perlambatan ekonomi global memiliki dampak yang kecil terhadap sektor properti. Menurut Direktur Eksekutif PSPI Panangian Simanungkalit, kinerja industri properti di Indonesia meningkat rata-rata 12% pada semester pertama dan 13% pada
11
12 semester kedua (Okezone.com, 2013). Seperti halnya di kota Jakarta, para pengusaha properti berusaha untuk menyeimbangkan antara tingkat penawaran dan permintaan properti dengan terus membangun gedung-gedung bertingkat. Namun, pembangunan tersebut terkendala oleh terbatasnya lahan, sehingga berdampak langsung pada tingginya tingkat harga sewa. Untuk perkantoran, daerah yang paling diminati yaitu kawasan CBD (Central Business District) terus mengalami kenaikan permintaan, di mana pasokan semakin menipis karena terbatasnya lahan dalam area tersebut. Berdasarkan publikasi riset Cushman & Wakefield (2013) dalam “Office Space Across the World’, mengemukakan bahwa kesenjangan tersebut menyebabkan kenaikan harga sewa perkantoran di kawasan CBD hingga 46% pada tahun 2012, dan menjadikan Indonesia dengan harga sewa properti termahal di Asia Pasifik. Lebih lanjut, pada hasil riset Cushman & Wakefield (2013) juga dikemukakan prediksi ekonomi Indonesia yang masih akan tumbuh di atas 6% pada tahun mendatang. Permintaan ruang perkantoran di kawasan CBD Jakarta tahun 2013 diperkirakan masih akan tumbuh positif sekitar 8,5%. Hal tersebut tentu saja akan mendorong meningkatnya harga sewa ruang kantor. Kenaikan harga sewa inilah yang justru menjadi momok dan memberatkan perkembangan iklim usaha di Jakarta khususnya bagi para pengusaha terutama pengusaha muda (start-up business) dan pekerja lepas.
2.1.2 Pertumbuhan Kafe dan Kedai Kopi di Indonesia Kedai kopi serta kafe merupakan gabungan dari karakter bar dan beberapa karakter restoran. Di beberapa Negara, kafe dapat menyerupai resto, menawarkan aneka
13 makanan berat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari ‘Kafe’ adalah tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur dengan musik atau tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman, seperti kopi, teh, bir, dan kue-kue, atau bisa juga disebut kedai kopi. Oleh sebab itu, dalam penyusunan laporan rencana bisnis ini, ‘Kafe’ dan ‘Kedai Kopi’ akan disamakan kategorinya. Bagian terpenting dari sebuah coffeehouse dari awal mulanya adalah fungsi sosialnya, tersedianya tempat dimana orang-orang pergi untuk berkumpul, bercengkrama, menulis, membaca, bermain atau ketika menghabiskan waktu baik dalam kelompok/secara individu. (Damayanti, 2006) Di kawasan Jakarta, harga minuman yang ditawarkan berkisar antara Rp. 18.000 – 38.000 per gelasnya, tergantung jenis minuman yang dipilih. Dengan membeli minuman, para pengunjung sudah dapat menikmati segelas minuman, tempat yang nyaman, serta fasilitas tambahan seperti koneksi internet. Berdasarkan laporan Euromonitor (2010) dalam Market Analysis Report: the Foodservice Industry in Indonesia pertumbuhan kafe di Indonesia sejak 2008 mencapai 9% setiap tahunnya. Begitu pula halnya dengan pertumbuhan kedai kopi yang mencapai angka 16% setiap tahunnya. Dengan memiliki gaya hidup bertemu formal dan/atau kasual dengan kolega atau klien di luar kantor, tidak heran pertumbuhan kedai kopi dan kafe menjadi sangat melesat. Tingkat kompetisi di dunia kafe dan kedai kopi menjadi sangat ketat, seperti dikutip dari hasil laporan Euromonitor (2010), sehingga banyak di antara kedai kopi melakukan berbagai strategi untuk mempertahankan pelanggan mereka, yaitu dengan menyediakan fasilitas berupa aneka menu makanan dan minuman baru, akses internet gratis, dan sebagainya. Lebih lanjut, banyak kedai kopi juga melebarkan sayapnya
14 dengan tidak hanya membuka outlet di lokasi strategis seperti mall. Tetapi juga pada gedung apartemen kelas atas, gedung perkantoran, dan juga beberapa rumah sakit swasta. Para pemiliknya berlomba untuk membuka waralaba untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pendapatan sambil meningkatkan brand awareness. Tidak dapat dipungkiri bahwa lokasi menjadi penentu suksesnya sebuah kedai kopi, selain dari nama besar brand yang dibawa. Dengan memiliki lokasi strategis, brand yang dipercaya, dan fasilitas dasar yang mendukung tentunya bisa menjadi destinasi banyak orang untuk sekedar menikmati kopi, membaca buku, bertemu teman, bekerja, sampai rapat dengan kolega atau klien. Lebih lanjut, berdasarkan laporan Euromonitor (2010), hampir 98% penduduk Indonesia yang mengunjungi kafe dan tempat makan lainnya yang sejenis menjadikan kafe & kedai kopi sebagai tempat untuk pertemuan bisnis.
2.1.3 Demografi Industri Industri yang ditargetkan sebagai pengguna coworking space adalah para tenaga profesional dalam industri kreatif. Karena, para individu dalam industri kreatif memiliki peluang untuk bekerja sendiri, namun tetap membutuhkan jaringan untuk dapat maju dan berkembang. Definisi Industri Kreatif dari visi Pemerintah adalah “industri-industri yang mengandalkan kreativitas individu, keterampilan serta talenta yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup dan penciptaan tenaga kerja melalui penciptaan (gagasan) dan eksploitasi HKI.”
15 Definisi industri kreatif sendiri menurut Departemen Perdagangan pada studi pemetaan industri kreatif tahun 2007 dalam buku Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 (2008) adalah: “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.” Menurut Mari Elka Pangestu (2008), menyebutkan bahwa Industri kreatif dapat dikelompokkan menjadi 14 subsektor. Adapun bidang yang termasuk dalam subsektor industri kreatif adalah: (1) Periklanan (advertising); (2) Arsitektur; (3) Pasar Barang Seni; (4) Kerajinan (craft); (5) Desain (design); (6) Fesyen (fashion); (7) Video, Film dan Fotografi; (8) Permainan Interaktif (game); (9) Musik; (10) Seni Pertunjukan (showbiz); (11) Penerbitan dan Percetakan; (12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software); (13) Televisi & Radio (broadcasting); (14) Riset dan Pengembangan (R&D). Setiap individu yang berada dalam sektor industri kreatif di atas terutama dalam bidang desain, film, video, fotografi, software, fesyen, serta periklanan menjadi market terbesar yang berpotensi untuk bekerja sendiri tanpa mengesampingkan kepentingan jaringan di sekitar. Mari Elka Pangestu, yang telah menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengemukakan bahwa pada akhir tahun 2012, jumlah pekerja Indonesia yang berada dalam industri kreatif sampai pada angka 8,6 juta jiwa. Angka tersebut meningkat dari tahun 2006 sampai 2010 di mana hanya tercatat 1,5 juta jiwa. Sebanyak 7% perusahaan di Indonesia pun bergerak dalam industri kreatif. (VivaNews.com, 2012). Tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan yang bergerak dalam
16 industri non-kreatif pun juga membutuhkan tenaga kerja kreatif untuk dapat mengembangkan potensi serta membentuk gambaran tiap perusahaan.
2.1.4 Tren Pasar Dari penjelasan di atas, telah disebutkan bahwa tingginya permintaan akan penyewaan lahan perkantoran diyakini terus meningkat sejalan dengan peningkatan harga sewa lahan kantor di Jakarta. Hal tersebut menggambarkan bahwa tren industri properti di Jakarta akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maupun jumlah pengusaha muda di Indonesia, khususnya di kota Jakarta. Seiring dengan perkembangan ekonomi, pembangunan di Jakarta pun ikut berkembang. Namun, hal ini juga membawa situasi Jakarta kepada kemacetan tingkat F, yang diukur dari rentang A sampai F, atau yang disebut stagnan, seperti yang dikemukakan oleh Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Royke Lumowa pada DetikNews.com (2010) Tidak heran, masyarakat Jakarta lebih menyukai konsep one stop shopping untuk menyelesaikan dan memenuhi kebutuhan mereka. Mulai dari berbelanja, makan, bertemu dengan teman, mengadakan rapat dengan klien, sampai untuk bekerja, semuanya sebisa mungkin dilakukan dalam satu tempat yang menyediakan semua fasilitas yang diperlukan. Hal tersebut tidak terlepas dari efisiensi waktu dan tenaga untuk mendapatkan produktivitas dari setiap kegiatan. (Dewanto, 2007) Melakukan banyak kegiatan sekaligus diperkuat dengan meningkatnya para pekerja dalam bidang kreatif dan angka pekerja lepas atau freelance dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Karena, para individu tersebutlah yang memiliki karakter kerja yang dinamis. Kata ‘dinamis’ sendiri
17 dalam KBBI bermakna “penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.” Dalam
jurnal
mengenai
Generasi
Y
yang
dimuat
dalam
situs
www.riverregionchamber.net, salah satu hal yang melekat pada Generasi Y adalah “change, change, change”, yang dapat diartikan sebagai perubahan, perubahan, dan perubahan. Dalam bekerja, perubahan atau situasi yang tidak monoton sangatlah penting. Sehingga, tidak heran bahwa dalam satu dekade terakhir, kreativitas dan perkembangan dalam industri kreatif serta pekerja lepas, independen, serta pengusaha meningkat secara signifikan. (Armour, 2011) Menurut Sekretaris Kementrian Koperasi dan UKM, Agus Muharam dalam Harian Aktual (2012), jumlah pengusaha di Indonesia tahun 2012 baru mencapai 1,56% dari jumlah penduduk atau sebesar 3,75 juta orang. Jumlah tersebut mengalami peningkatan setelah pada tahun sebelumnya kurang lebih baru mencapai 0,24%. Idealnya, jumlah wirausahawan di Indonesia setidaknya mencapai sekitar 2%. Jumlah tersebut diharapkan dapat meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan adanya program pemerintah yang menargetkan bahwa pada tahun 2014 jumlah pengusaha Indonesia sudah mencapai 2,5% dari penduduk Indonesia. Grafik 2.1 Grafik Jumlah Tenaga Kerja
18 Selain itu, berdasarkan data Industri Kreatif (2012), tenaga kerja Industri Kreatif di Indonesia sejak tahun 2006 mengalami kenaikan. Hingga tahun 2010, jumlah tenaga kerja kreatif di Indonesia berjumlah 8.553.365 orang. Tabel 2.1 Tenaga Kerja Subsektor Industri Kreatif di Indonesia, 2007-2008
Sumber: Industri Kreatif, 2012. “Industri Kreatif Sebagai Industri Anti Krisis” Akses 30 April 2013.
Lebih lanjut, menurut data HIPMI (2012) jumlah entrepreneur muda (start-up business) secara nasional tercatat berjumlah sekitar 30.000 orang dari total 804.050 orang pengusaha di Indonesia. Dan, 65% dari total pengusaha muda Indonesia tersebut bergerak di bidang Industri Kreatif. Menurut survey yang dilakukan oleh Deskmagz (2012), para start-up business dan freelancer cenderung bertahan selama 4 tahun sebelum mereka memilih untuk mempunyai dan atau bekerja di kantor sendiri. Untuk daerah DKI Jakarta, jumlah start-up business atau pengusaha muda mencapai 3.000 orang, yang mana sebagian besar masih memanfaatkan rumah dan ruang publik seperti kafe dan kedai kopi sebagai ruang berkerja maupun meeting point dikarenakan kendala biaya penyewaan kantor. Dengan melihat data yang telah dibahas dari tren properti yang makin diminati karena harganya yang selalu naik, diikuti dengan menjamurnya tren kedai kopi dan kafe
19 karena memiliki pengunjung yang banyak terutama untuk menyelesaikan pekerjaan serta melakukan rapat dengan kolega atau klien, membuat rencana bisnis coworking space menjadi semakin meyakinkan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup dan gaya bekerja masyarakat. Ditambah lagi, peningkatan jumlah pekerja lepas atau freelance dan profesional di bidang industri kreatif semakin banyak di ibukota Indonesia, yaitu kota Jakarta ini, yang dikenal sebagai kota metropolitan yang penuh dengan hiruk pikuk dan berisi para professional yang gaya bekerja yang mobile atau berpindah-pindah.
2.2
ANALISA PESAING Kategori kompetitor dalam bisnis ini dibagi tiga, yakni kompetitor langsung,
kompetitor tidak langsung, dan kompetitor masa depan. Kompetitor langsung adalah bidang usaha yang memiliki target pelanggan yang sama dan saling berkompetisi, kompetitor tidak langsung adalah produk yang mirip sehingga sering digunakan sebagai pengganti produk utama, sedangkan kompetitor masa depan adalah pesaing yang akan mucul setelah usaha tersebut berjalan. Untuk saat ini, belum terdapat kompetitor langsung dari Imago Creative Coworking Space, konsep bisnis coworking space yang akan kami kembangkan, yang memiliki target pelanggan yang sama. Namun, kompetitor tidak langsung adalah kafe dan kedai kopi, karena kafe dan kedai kopi masih merupakan tempat yang paling dicari oleh masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan mulai dari menghabiskan waktu luang, mengerjakan tugas, meeting point hingga bekerja.
Sebagai bisnis yang
menawarkan jasa penyewaan ruang berupa coworking space yang dipadukan dengan konsep urban pada kafe, maka untuk saat ini, kami memetakan pesaing utama kami
20 adalah kafe dan kedai kopi, disusul oleh bisnis sejenis serviced office yang memang sudah berdiri di Jakarta saat ini. Berdasarkan preliminary survey pada 5 April 2013, 87,8% responden memang lebih memilih untuk menggunakan ruang publik sebagai tempat bekerja dan berdiskusi ketimbang kantor, rumah ataupun kampus.
60% responden menjadikan kedai kopi
sebagai ruang publik favorit untuk tempat bekerja dan berdiskusi, 40% memilih mall dan 10% lainnya memilih kafe. Sebanyak 56,67% responden mengaku alasan utama pemanfaatan kafe dan kedai kopi tersebut adalah karena faktor suasana yang lebih nyaman dan tidak kaku, lokasi strategis sebagai meeting point yang tidak membosankan, dan lebih fleksibel untuk berpindah-pindah. Alasan lain yang dikemukan oleh 43,33% responden yakni karena tempat kerja yang ada saat ini tidak ideal karena minimnya fasilitas kantor yang terintegrasi dengan teknologi. Sehingga, responden lebih memilih ruang publik karena menyediakan one stop service berupa fasilitas internet tanpa kabel (Wi-Fi), colokan listrik, serta makanan dan minuman. Selain itu, 63.16% responden mengatakan bahwa ruang publik cenderung memberikan inspirasi dalam bekerja, berdiskusi maupun rapat. Kafe dan kedai kopi sendiri menjadi pesaing utama dari bisnis ini karena target utama dari pengunjung Imago Creative Coworking Space sebagian besar merupakan pekerja, freelancer ataupun start-up business yang sebelumnya biasa menjadikan kafe dan kedai kopi sebagai meeting point ataupun tempat bekerja. Lebih lanjut Kompetitor lainnya dari Imago Creative Coworking Space adalah serviced office seperti Fortice dan Marquee, yang juga menyediakan jasa kantor mirip seperti yang ditawarkan oleh Imago Creative Coworking Space. Perbedaan serviced
21 office dengan coworking space adalah desain ruangan, coworking space memberikan desain yang lebih tidak terkesan kaku, sedangkan serviced office memberikan desain interior dan suasana layaknya kantor yang bersekat dan kaku. Kelebihan dari Imago Creative Coworking Space dibandingkan dengan serviced office adalah adanya networking atau jaringan yang akan terjalin antar pelanggan karena Imago Creative Coworking Space membedakan ruangan sekat dan ruangan tak bersekat. Dari hasil survey, 100% responden setuju jaringan merupakan hal yang paling penting dalam bekerja. Namun, 53,57% responden mengaku memiliki kendala dalam mencari jaringan untuk mengembangkan bisnis atau karirnya. Coworking space yang baru berdiri di Jakarta sejak Desember 2012 lalu, ‘COMMA ID’, dapat dijadikan sebagai kompetitor yang akan dihadapi oleh Imago Creative Coworking Space. Fasilitas yang diberikan sebagai bentuk produk yang dijual pada COMMA ID adalah meja dan kursi, koneksi internet, mesin cetak, fotokopi, dan scan, lemari es, ruang meeting, virtual office, loker atau tempat penyimpanan. Tanpa mendiskreditkan yang telah berdiri, masih banyak fasilitas yang belum tersedia sebagai pendukung coworking space ini. Tidak dipungkiri pula, sosialisasi kepada masyarakat yang diberikan saat ini terhadap coworking space juga masih sangat lemah, yang membuat pengetahuan masyarakat terhadap hal baru ini masih minim. Kompetitor masa depan dari Imago Creative Coworking Space adalah coworking space lain yang akan muncul karena kesuksesan dari Imago Creative Coworking Space dengan konsep yang lebih menarik, dan nyaman. Selain itu, dengan
22 adanya perubahan tren di masa depan memungkinkan adanya kompetitor lain yang muncul diluar coworking space itu sendiri.
2.3
PETA PESAING a) Rumah Pribadi Gratis dan mengurangi banyak beban biaya, fleksibel, memiliki fasilitas yang
diperlukan, kurang layak untuk mengadakan pertemuan, tidak ada nilai kolaborasi yang akan terbentuk, jaringan pun minim.
b) Kafe atau Kedai Kopi Hanya perlu membayar minimal satu gelas minuman untuk wifi gratis selama satu jam, tempat yang baik untuk mengadakan pertemuan, tidak diperlengkapi fasilitas ATK, kemungkinan penuh dan bising, membuka peluang untuk bertemu dengan orang lain namun nilai kolaborasi yang akan terbentuk kurang. contoh: Starbucks.
c) Serviced Office contoh: Marquee Biaya bisa dihitung dari waktu yang digunakan, tempat yang baik untuk mengadakan pertemuan, diperlengkapi fasilitas yang dibutuhkan untuk bekerja, interior eksklusif dan formal, lokasi di daerah CBD, harga sewa ditargetkan untuk kaum ekspat atau pemilik bisnis yang sudah terbangun dengan baik, membuka peluang untuk bertemu dengan orang lain namun nilai kolaborasi yang akan terbentuk kurang.
23 d) COMMA ID Comma ID adalah coworking space yang dibuka pada November 2012, dengan tujuan menyewakan ruang kerja bagi para pekerja lepas dan/atau perusahaan yang baru terbangun. Comma ID menyewakan tempat kerja berupa meja dan kursi, ruang meeting, serta virtual office. Terletak di daerah Kebayoran Baru, Comma ID bisa dikatakan sebagai salah satu pesaing. Harga yang ditawarkan mirip dengan Imago Coworking Space, namun tentu saja berbeda karena kapasitas lebih kecil, tanpa value yang dianut Imago Coworking Space.
e) Sewa Ruang Kantor Besar tempat bisa sesuai dengan kebutuhan, biaya sewa cenderung tinggi, fasilitas yang dibutuhkan untuk bekerja perlu dilengkapi, tempat yang baik untuk mengadakan pertemuan, interior perlu dibangun, lokasi di daerah CBD, tidak ada nilai kolaborasi yang akan terbentuk dari tempat bekerja, dan jaringan pun minim.
f) Sewa Rumah (rukan) Biaya sewa cenderung tinggi, besar tempat bisa sesuai dengan kebutuhan, fasilitas yang dibutuhkan untuk bekerja perlu dilengkapi, tempat yang baik untuk mengadakan pertemuan, interior perlu dibangun, tidak ada nilai kolaborasi yang akan terbentuk dari tempat bekerja, dan jaringan pun minim.
Saat ini, berdasarkan data pengunjung dari survey langsung yang dilakukan oleh penulis pada akhir Mei 2013, kafe dan kedai kopi memiliki peminat paling banyak untuk
24 melakukan pertemuan, dan menyewa serviced office bagi para wirusaha yang telah memiliki kestabilan dalam usahanya. Bagi para pekerja lepas serta wirausaha pemula, bekerja dari rumah merupakan pilihan utama karena faktor biaya dan masih asing terhadap konsep coworking space.
2.4
ANALISA FIVE FORCES UNTUK COWORKING SPACE Bargaining Power of Buyer Target Buyer dari coworking space sendiri adalah pekerja freelance dan start-up di bidang kreatif yang hingga saat ini berjumlah 8,5 juta jiwa. Karena coworking space merupakan konsep baru, maka daya tawar pembeli masih tergolong rendah. Bargaining Power of Supplier Seperti yang telah dijelaskan, bahwa daya tawar penjual dapat dikategorikan tinggi atau rendah tergantung dari jumlah supply dan demand penjual produk yang mirip atau sama. Jika banyak yang menjual produk yang sama atau mirip maka daya tawar penjual akan rendah. Coworking space di Jakarta masih tergolong industri baru, oleh karena itu daya tawar jual tergolong tinggi. Threat of New Entrants Konsep dari coworking space hanya memerlukan kapital sebesar US$58,000 untuk kawasan US dan berkisar di €46,500 di kawasan Eropa (Deskwanted, 2010). Sehingga apabila berhasil, akan menarik pesaing baru dengan mudah. Threat of Substitute Product Produk pengganti yang utama adalah kafe, dan kedai kopi. Banyaknya kafe dan kedai kopi menyebabkan lebih mudah dijangkau oleh para pelanggan menyebabkan produk
25 pengganti tergolong cukup tinggi. Ancaman terhadap produk pengganti dapat terjadi bila coworking space memiliki harga yang terlalu mahal, kualitas sudah tidak seperti yang diharapkan oleh konsumen. Untuk saat ini ketidaknyamanan dan fasilitas yang kurang mendukung, serta tidak adanya peluang untuk berinteraksi, berkolaborasi, terlebih lagi partnering di kafe dan kedai kopi menyebabkan produk pengganti menjadi tergolong moderate. Rivalry Among Existing Competitor Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pesaing akan datang dari pesaing tidak langsung yakni kafe dan kedai kopi. Karena target utama dari pengunjung sebagian besar merupakan pekerja, freelance ataupun start-up business di bidang industri kreatif yang sebelumnya biasa menjadikan kafe dan kedai kopi sebagai meeting point ataupun tempat bekerja. Lebih lanjut kompetitor lainnya adalah serviced office. Karena barunya kategori ini, persaingan belum terlalu besar.
2.5 PERILAKU KONSUMEN MENGENAI TEMPAT KERJA Berdasarkan online survey (Surveymonkey.com) pada 5 April – 5 Mei 2013 terhadap target konsumern dari rencana bisnis yang akan dikembangkan yaitu:
1. Pendidikan Dari 72% lulusan S1, 24% pada tingkat S2 atau lebih tinggi, dan 4% lainnya merupakan lulusan akedemisi atau sekolah kejuruan setingkat D1-D3.
26 2. Pekerjaan 51,22% karyawan, 17,07% Wiraswasta, 14,63% mahasiswa (S1, S2 atau lebih tinggi), 14,63% pekerja lepas dan 2,44% Profesional bekerja Sendiri. 3. Pemilihan Tempat Kerja Sebanyak 87.80% dari responden memang lebih memilih untuk menggunakan ruang publik seperti kafe dan kedai kopi sebagai tempat bekerja dan diskusi ketimbang kantor ataupun kampus. -
40% dari responden memanfaatkan ruang publik seperti kafe dan kedai kopi tersebut sebanyak dua sampai tiga kali dalam satu minggu sebagai tempat bekerja dan diskusi. 60% responden menjadikan kedai kopi sebagai ruang publik favorit untuk tempat bekerja dan diskusi.
4. Alasan Bekerja di Luar Kantor Sebanyak 56,67% mengatakan faktor suasana yang lebih relaks dan tidak kaku, lokasi strategis untuk meeting point yang tidak membosankan, lebih fleksibel untuk berpindah-pindah menjadi alasan utama pemanfaatan ruang publik tersebut. Sedangkan, 43,3% lainnya mengatakan bahwa tempat kerja yang ada saat ini tidak ideal dan minimnya fasilitas kantor yang terintegrasi dengan teknologi. Sehingga, responden lebih memilih ruang publik karena menyediakan one stop service berupa tempat duduk, fasilitas internet, sumber listrik serta makanan dan minuman.
27 2.6
BUSINESS MODEL CANVAS
2.6.1 Analisa SWOT dalam Kategori Industri Analisa SWOT merupakan strategi perencanaan yang digunakan untuk mengevaluasi Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (Peluang) dan Threats (ancaman) yang terdapat dalam suatu organisasi. Analisa SWOT dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal, Faktorfaktor internal terdiri dari Strenghts (kekuatan) dan Weakness (kelemahan) yang terdapat dalam suatu organisasi. Sedangkan faktor-faktor eksternal terdiri dari Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) dari lingkungan di luar organisasi.
Berikut kami
mencoba untuk menganalisa kafe, kedai kopi dan serviced office. Tabel 2.2
Analisa SWOT - kafe dan kedai kopi
Strength Lokasi di mall dan tempat strategis -
Weakness Fasilitas yang kurang memadai untuk
lainnya dengan berbagai desain ruangan
bekerja.
yang unik dan menarik mampu menarik -
Suasana terlalu gaduh karena kafe
pelanggan untuk lebih memilih kafe dan
dan kedai kopi tidak hanya digunakan
kedai kopi untuk melakukan pekerjaan
untuk bekerja namun juga untuk para
mereka.
pelanggan lain menghabiskan waktu luang mereka dengan bertemu kerabat
-
Opportunity Threat Budaya kafe dan kedai kopi masih Pertumbuhan kafe dan kedai kopi yang menjadi tren; banyak masyarakat semakin yang
menganggap
melakukan membuat
pekerjaan di kafe dan kedai kopi kompetitif. sebagai sebuah tren. Penduduk di Jakarta suka mencoba hal baru. Tabel 2.3
Analisa SWOT - Serviced Office
menjamur persaingan
setiap
tahunnya
menjadi
lebih
28
-
Strength Sudah lebih dulu dikenal pelanggan -
Weakness Tarif sewa lebih mahal dibandingkan
dibandingkan
coworking space.
dengan
coworking
space / sudah memiliki nama. -
-
Hanya dapat menyewakan beberapa
Lokasi strategis, yaitu di wilayah
pelanggan
SCBD.
memiliki beberapa ruangan.
Desain formal layaknya kantor.
-
saja
karena
hanya
Desain sangat kaku seperti layaknya kantor.
-
Bersekat sehingga jarang atau tidak ada interaksi antara satu pelanggan dengan pelanggan lain sehingga kecil kemungkinan
terjalinnya
sebuah
jaringan atau kolaborasi. Opportunity Threat Semakin bertumbuhnya perekonomian Banyaknya tempat lain yang muncul Indonesia,
menyebabkan
banyaknya dengan konsep berbeda namun fasilitas
ekspatriat membutuhkan ruang kerja yang sama dan tarif yang lebih rendah. formal.
2.6.2 Konsep Imago Creative Coworking Space Berdasarkan analisa SWOT dua kategori pesaing di atas, kelemahan kedua kategori yang akan dimanfaatkan oleh Imago Creative Coworking Space adalah fasilitas kafe yang kurang memadai untuk bekerja, suasana yang juga kurang mendukung, desain interior formal dan kaku, hingga tarif sewa yang cukup mahal. Dengan menggabungkan opportunity yang ada yaitu penduduk di Indonesia, khususnya Jakarta yang suka mencoba hal baru, tingginya tingkat harga sewa kantor di Jakarta, dan jumlah pekerja dan start-up business pada Industri Kreatif yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan merupakan peluang bagi Imago Creative Coworking Space
29 untuk dapat berkembang, konsep coworking yang akan dikembangkan adalah coworking space dengan perpaduan kafe urban, kantor, dan rumah, memiliki didesain menarik, nyaman, dan kreatif bertujuan agar dapat membantu merangsang pengunjung secara kognitif sehingga dapat melahirkan ide-ide kreatif, serta peluang untuk kolaborasi, networking, dan partnering yang tidak ditawarkan di kafe, kedai kopi bahkan serviced office. Ide di balik konsep creative coworking space tidak terlepas dari menggabungkan kenyamanan bekerja di rumah, fasilitas yang lengkap seperti di kantor, dan suasana kafe sebagai ruang kerja dan diskusi, namun juga memberikan peluan untuk berinteraksi, berkolaborasi, serta membangung bisnis sebagai partner. Kami mencoba untuk menawarkan Imago Creative Coworking Space sebagai bisnis penyewaan ruang yang menawarkan suasana nyaman dan menyenangkan dengan desain yang modern. Tempat yang berkonsep seperti layaknya coworking space yang menyediakan alternatif tempat pengganti bagi orang-orang yang membutuhkan tempat unik selain ruang publik untuk dijadikan tempat kerja atau diskusi. Imago Creative Coworking Space juga memberikan keuntungan lain yaitu kolaborasi, networking, dan partnering kepada para pekerja lepas dan start-up business dalam pengembangan karir mereka kedepannya. Mengapa diberi nama Imago Creative Coworking Space? Pada dasarnya manusia memiliki potensi yang terpendam di dalam dirinya, namun untuk mengeluarkan potensi tersebut menjadi sebuah ide yang dapat dieksekusi, memerlukan lingkungan yang mendukungnya. Konsep creative coworking space memiliki tujuan untuk mengeluarkan ide dan potensi yang ada dalam tiap individu, dan Imago Creative Coworking Space
30 berusaha menciptakan lingkungan yang dapat memfasilitasinya. Imago Creative Coworking Space diambil dari bahasa Latin yang berarti ide, gambaran, dan imajinasi. Sebanyak 70.58% responden mengaku tertarik dengan konsep creative coworking space yang ditawarkan oleh Imago Creative Coworking Space dengan alasan fasilitas yang ada dalam konsep sangat menunjang untuk kerja yang tidak ada di kedai kopi, tetapi dengan suasana yang tidak seperti tempat kerja atau diskusi pada umumnya. 82.36% responden setuju bahwa konsep yang kami tawarkan sangat unik dan berbeda dibandingkan dengan ruang publik seperti kafe dan kedai kopi yang biasa mereka manfaatkan untuk bekerja, berdiskusi, dan rapat selain di kantor mereka sendiri. Points-of-Parity (POP) atau poin yang patut dimiliki oleh Imago Creative Coworking Space adalah ruang kerja dan rapat pada lokasi strategis atau one stop shopping, online booking service, perpusatakaan mini, personal assistant (upon request), fasilitas standar kantor (mesin print, fax, fotokopi, serta proyektor), virtual office, alat tulis atau stationery, unlimited broadband internet service, sumber listrik, dedicated toilet khusus pengunjung Imago Creative Coworking Space. Points-of-Difference (POD) yang membedakan Imago Creative Coworking Space dengan para kompetitor secara langsung dan tidak langsung adalah Imago Creative Coworking Space menawarkan kesempatan partnering bagi para freelance dan start-up bisnis dengan memfasilitasi kebutuhan mereka untuk membangun bisnisnya. Interaksi, kolaborasi, serta networking juga menjadi faktor yang membedakan dan sulit diambil dari Imago Creative Coworking Space dengan penyedia jasa dan produk serupa. Keunikan yang dimiliki oleh Imago Creative Coworking Space yang telah dijabarkan pada Points-of-Difference dalam paragraf sebelumnya diperkirakan akan
31 memberikan pengalaman tersendiri bagi para pengunjung yang telah menggunakan fasilitas dari Imago Creative Coworking Space. Tentu saja, poin Imago Creative Coworking Space sebagai pelopor akan menjadi keunggulan tersendiri yang akan menjadikan Imago Creative Coworking Space sebagai brand dan penyedia fasilitas terpercaya.
2.6.3 Value Proposition Imago Creative Coworking Space Value proposition Imago Creative Coworking Space adalah untuk memfasilitasi kebutuhan para pekerja independen serta start-up business yang terkendala minimnya ruang untuk berdiskusi dan bekerja dengan memadukan kenyamanan rumah, nuansa kafe dan memiliki fasilitas kantor dengan konsep coworking yang memberi nilai tambah berupa networking dan kolaborasi dengan partner kerja dari berbagai disiplin ilmu, serta menjadi partner dalam pengembangan karir dan business development para tenant atau pegunjung kedepannya. Itulah sebabnya Imago Creative Coworking Space akan berbeda dari sekedar kedai kopi yang biasa digunakan untuk meeting point atau bekerja, serta ditawarkan dengan harga lebih terjangkau daripada gedung kantor, hotel atau ruang rapat dan tempat konferensi lainnya. coworking space memungkinkan pekerja lepas atau independen dapat bekerja secara individu, namun bersama-sama. Tentunya dengan lingkungan sosial yang baik, kesempatan menuju pengembangan karir lebih terbuka lebar.
32 2.6.4 Customer Segment Dari segi Customer Segments, kami mencoba untuk membidik para pekerja independen, freelancer dan start-up business di bidang kreatif baik warga negara Indonesia maupun asing, yang termasuk dalam Generation Y atau lebih dikenal dengan generasi millenia. Menurut teori William Strauss dan Neil Howe, Generasi Y adalah individu yang lahir pada tahun 1982 hingga tahun pergantian millenium atau tahun 2000. Generation Y sudah akrab dengan teknologi komunikasi instan seperti E-mail, sms, instant messaging dan media sosial lainnya. (TheCrowdVoice.com, 2013) Generasi tersebut menjadi target karena menurut kami, generasi tersebut masih berada pada tahap awal hingga perkembangan karir, maka masih membutuhkan tempat untuk dapat memulai karir. Tempat yang dibutuhkan bukan tempat yang besar karena jumlah pekerja yang dimiliki belum banyak, namun tetap membutuhkan tempat yang nyaman untuk bekerja dengan harga yang terjangkau, dan berfasilitas lengkap, serta memberikan jaringan yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha. Terlebih lagi, karena memiliki tingkat mobilitas yang tinggi para individu dalam generasi Y membutuhkan tempat yang strategis namun dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan.
2.7
TANGGAPAN TARGET CUSTOMER UNTUK KONSEP IMAGO
CREATIVE COWORKING SPACE 2.7.1 Konsep Yang Diuji Imago Creative Coworking Space sebagai bisnis penyewaan ruang yang menawarkan suasana nyaman dan menyenangkan dengan desain yang modern. Tempat yang berkonsep seperti layaknya coworking space yang menyediakan alternatif tempat
33 pengganti bagi orang-orang yang membutuhkan tempat unik selain ruang publik untuk dijadikan tempat kerja atau diskusi. Imago Creative Coworking Space juga memberikan keuntungan lain yaitu kolaborasi, networking, dan partnering kepada para pekerja lepas dan start-up business dalam pengembangan karir mereka kedepannya.
2.7.2 Acceptance 70,58% responden mengaku tertarik dengan konsep creative coworking space yang ditawarkan oleh Imago Creative Coworking Space dengan alasan fasilitas yang ada dalam konsep sangat menunjang untuk kerja yang tidak ada di kedai kopi, tetapi dengan suasana yang tidak seperti tempat kerja atau diskusi pada umumnya. 82,36% responden setuju bahwa konsep yang kami tawarkan sangat unik dan berbeda dibandingkan dengan ruang 33ublic seperti kafe dan kedai kopi yang biasa mereka manfaatkan untuk bekerja, berdiskusi, dan rapat selain di kantor mereka sendiri.
2.8
ANALISA PERHITUNGAN PROYEKSI FINANSIAL Terdapat beberapa cara yang diadaptasi untuk menghitung proyeksi finansial dari
Business Plan Imago Creative Coworking Space. Berikut adalah formula yang digunakan untuk menghitung analisa keuangan yang dikutip dari buku Financial Accounting: Tools for Business Decision Making. a. Asset Turnover (Kimmel, 2010, p.439)
34 b. Gross Margin (Kimmel, 2010, p.234)
c. Profit Margin (Kimmel, 2010, p.235)
d. Return on Assets (Kimmel, 2010, p.437)
e. Return on Equity (Kimmel, 2010, p.558)