BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Spesifikasi Sistem Pada tahap ini akan dilakukan analisa untuk menentukan software dan hardware yang dibutuhkan dalam mebangun sistem load balancing dua ISP. Berikut ini akan di jelaskan spesifikasi software dan hardware yang dibutuhkan.
Tabel 4.1 Spesifikasi Software Untuk Implementasi No 1.
Software Microsoft Windows XP SP2
Keterangan Sistem operasi untuk Admin dan Client
Tabel 4.2 Spesifikasi Hardware Untuk Implementasi No 1.
Perangkat
Jumlah
Mikrotik RB751U- 2HnD
1
Spesifikasi Unit CPU: AR7241-AH1A 400 MHZ CPU. Memory: 32MB. Ethernet: 5 ports. Dimensions: 113x138x29mm. Tx Power: 30 dBm. Operating System: Router OS. Wireless Standars : 802 11b/g/n.
2.
PC Server/Admin
1
Intel Pentium 4. Memory RAM 2 GB. Harddisk 3,5” IDE 160 GB. DVD – RW. Monitor LCD 15”.
49
50
3.
PC Client
100
Intel Pentium 4. Memory RAM 1 GB. Harddisk 3,5” IDE 80 GB. Monitor LCD 15”.
4.
Catalyst 6506-E Switch / WS-
6
C6506-E
-
Supervisor Engines.
-
Fast ethernet modules (with IEEE 802.3af Power over ethernet PoE).
-
Gigabit Ethernet modules (with IEEE 802.3af PoE).
-
10 Gigabit Ethernet Module.
-
Flex WAN Module.
-
Multi Gigabit Service Modules (content services, firewall, intrusion detection, IP security[IPSec], VPN, network analysis, and secure sockets layer [SSL] acceleration).
5.
Modem Telkomnet Astinet
1
Menggunakan ISP Telkomnet Astinet.
51
Tabel 4.3 Spesifikasi Software Untuk Simulation Prototyping No
Software
Keterangan
1.
Mikrotik RouterOs ver 5.20
Sistem operasi untuk Mikroti.k
2.
Microsoft Windows XP SP2
Sistem operasi untuk Admin dan Client.
3.
Mikrotik Winbox Loader v2.2.18
Software GUI untuk Mikrotik.
Tabel 4.4 Spesifikasi Hardware Untuk Simulation Prototyping No 1.
Perangkat
Jumlah
Laptop Advance
1
Spesifikasi Unit Intel Core2duo TT6600 2.2Ghz/800Whz. Harddisk 320GB SATA HDD. Nvidia Geforce 9200m 512MB. Memory RAM 2GB. DVD – RW. Monitor 14.1” WXGA(DCS). 1280*800px (32 bit).
2.
Modem Speedy
1
Mengunakan ISP Telkom Speedy dengan kecepatan mencapai 128 KB.
3.
Modem broadband ec306-2 evdo rev B
1
Menggunakan ISP Smartfren.
52
4.2 Simulation Prototyping Load Balancing Pada tahap ini akan dilakukan simulasi atau uji coba terhadap sistem yang telah dirancang dengan menggunakan simulator. Tahap simulasi bertujuan untuk melihat kinerja awal dari sebuah sistem yang telah dibangun, memperkecil resiko kegagalan dan akan dijadikan bahan pertimbangan sebelum rancangan benar – benar diimplementasikan. Pada tahap simulasi ini digunakan software VirtualBox v4.2.18.0 untuk membuat mesin virtual dan akan menginstall Mikrotik RouterOS kedalam mesin virtual tersebut.
Gambar 4.1 VirtualBox yang Telah Terinstal
Setelah VirtualBox terinstal maka Mikrotik RouterOS akan diinstal pada VirtualBox tersebut, berikut gambar Mikrotik RouterOs yang telah terinstal.
53
Gambar 4.2 Mikrotik RouterOS yang Telah Terinstal
4.2.1 Pemberian Alamat IP address Proses selanjutnya adalah pemberian alamat IP address pada tiap interface yang ada pada Kementrian Kehutanan khususnya pada sisi Client lantai 12 DC Blok 7 maupun pada Mikrotik. Untuk memberikan IP address pada router Mikrotik dengan mengunakan perintah sebagai berikut. Ether1 = Telkom Speedy Ether2 = Smartfren Ether3 = Host Adapter Ether4 = LAN
/ip address
add address=10.0.2.15/24 interface=ether1 network=10.0.2.0 disable=no
add address=10.0.3.15/24 interface=ether2 network=10.0.3.0 disable=no
add address=192.168.56.2/24 interface=ether3 network=192.168.56.0 disable=no
add address=192.168.10.1/24 interface=ether4 network=192.168.10.0 disable=no
54
Pada perintah tersebut digunakan untuk memberikan interface ISP 1 dan interface ISP 2 untuk perintah add address= digunakan untuk memberikan alamat IP address, disabled=no merupakan perintah untuk memberikan akses, interface= untuk memberikan tujuan kemana IP address tersebut diberikan. Untuk interface ether1 dengan ISP Speedy dengan IP address 10.0.2.15 dengan subneting /24 yaitu 255.255.255.0 dan interface ISP 2 dengan IP address 10.0.2.15 dengan subneting /24 yaitu 255.255.255.0 Untuk interface ether2 dengan ISP Smartfren dengan IP address 10.0.3.15 dengan subneting /24 yaitu 255.255.255.0 dan interface ISP 2 dengan IP address 10.0.3.15 dengan subneting /24 yaitu 255.255.255.0 untuk interface ether3 sebagai host adapter dan interface ether4 sebagai LAN.
Sedangkan untuk pemberian IP address pada Client yaitu dengan cara sebagai berikut. 1. Klik Start menu 2. Masuk ke Control Panel 3. Pilih Network Connection 4. Pilih dan klik kanan pada Local Area Conection 5. Pilih Properties 6. Pilih internet protocol (TCP/IP) 7. Pilih Properties 8. Masukkan IP address 192.168.10.2 dengan subnet mask 255.255.255.0 dan gateway 192.168.10.1 9. Kemudian klik Oke
55
Gambar 4.3 Konfigurasi IP address Pada Client
4.2.2 Konfigurasi Mangle Mangle adalah cara untuk menandai paket – paket data tertentu agar paket dapat diarahkan sesuai dengan rule routing yang ada. Berikut ini adalah perintah – perintah yang ada pada tahapan mangle.
/ip firewall mangle
add action=mark-connection chain=input comment="" connection-state=new disabled=no in-interface=ether1 new-connection-mark=isp-1 passthrough=yes
add action=mark-connection chain=input comment="" connection-state=new disabled=no in-interface=ether2new-connection-mark=isp-2 passthrough=yes
add action=mark-routing chain=output comment="" connection-mark=isp-1 disabled=no new-routing-mark=jalur-1 passthrough=no
add action=mark-routing chain=output comment="" connection-mark=isp-2 disabled=no new-routing-mark=jalur-2 passthrough=no
add action=mark-connection chain=prerouting comment="" disabled=no
56
dst-address-type=!local in-interface=ether4 new-connection-mark=isp-1 passthrough=yes per-connectionclassifier=both-addresses-and-ports:2/0
add action=mark-connection chain=prerouting comment="" disabled=no dst-address-type=!local in-interface=ether4 new-connection-mark=isp-2 passthrough=yes per-connectionclassifier=both-addresses-and-ports:2/1
add action=mark-routing chain=prerouting comment="" connection-mark=isp-1 disabled=no in-interface=ether4 new-routing-mark=jalur-1 passthrough=yes
add action=mark-routing chain=prerouting comment="" connection-mark=isp-2 disabled=no in-interface=ether4 new-routing-mark=jalur-2 passthrough=yes
Perintah di atas untuk membagi dan menandai beban traffic menjadi 2 bagian, yaitu melewati gateway 1 dengan ISP Speedy dan melewati gateway 2 dengan ISP Smartfren.
4.2.3 Konfigurasi Routing Pada tahap ini dibuat aturan baru pada routing table agar dapat melewatkan paket data tersebut ke gateway ISP yang sesuai dengan marking packet yang dibuat pada tahapan mangle. Berikut adalah perintah – perintah untuk membuat aturan pada routing table.
/ip route
## Default route ke Modem Speedy add disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.0.2.15 routing-mark=jalur-1
## Default route ke Modem smartfren add disabled=no distance=2 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.0.3.15 routing-mark=jalur-2
## Pengaturan routing untuk masing-masing mark-routing beban trafik add comment="" disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.0.2.15
add comment="" disabled=no distance=2 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.0.3.15
57
Perintah di atas untuk mengatur rute routing pada tiap ISP, perintah add disabled=no untuk memperbolehkan terjadinya koneksi, perintah add distance=1 dan add distance=2 ini dimaksudkan agar routing selalu mendahulukan nilai distance yang terkecil terlebih dahulu. Untuk perintah dst-address itu untuk memberi tahu darimana data dikirim dan perintah routing-mark=jalur-1 itu untuk menandai routing pada ISP 1 sebagai jalur-1.
4.2.4 Konfigurasi NAT NAT atau Network Address Translation adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu komputer ke jaringan internet dengan menggunakan satu alamt IP Public. Dengan NAT gateway yang dijalankan di salah satu komputer, satu alamat IP tersebut dapat dibagi ke beberapa komputer yang lain dan mereka bisa melakukan koneksi ke internet secara bersamaan. Berikut ini adalah perintah – perintah yang ada pada tahapan NAT. /ip firewall nat
add chain=srcnat action=masquerade out-interface=ether1 comment="" disabled=no
add chain=srcnat action=masquerade out-interface=ether2 comment="" disabled=no
Perintah di atas untuk merubah IP Private client menjadi public yang ada pada interface ether1 dan interface ether2 agar client dapat melakukan koneksi ke internet. Router akan melakukan masquerade terhadap paket data yang berasal dari alamat client (srcnat) atau Source NAT dan setelah itu paket akan dilempar ke gateway yang sesuai ke tujuan paket tersebut. Berikut adalah gambar pada saat user melakukan browsing dengan menggunakan load balancing
58
Gambar 4.4 Load Balancing Saat User Membuka Situs
Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa
penyebaran traffic merata dapat
ditunjukkan dengan traffic yang seimbang antara ISP 1 dengan ISP 2 pada saat user sedang melakukan browsing.
Gambar 4.5 Load balancing Saat User Melakukan Download
59
Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa
penyebaran traffic merata dapat
ditunjukkan dengan traffic yang seimbang antara ISP 1 dengan ISP 2 pada saat user sedang melakukan download.
4.3 Simulation Prototyping Failover Failover dalam load balancing adalah dimana salah satu koneksi gateway sedang down atau tidak terkoneksi maka dengan otomatis gateway yang lain akan menjadi default gateway yang menopang semua traffic jaringan. Berikut ini adalah perintah – perintah dalam failover.
Ether1 = Telkom Speedy Ether3 = Host Adapter Ether4 = LAN
/ip address add address=10.0.2.15/24 disabled=no interface=ether1 network=10.0.2.0 add address=10.64.64.72/24 disabled=no interface=smartfren network=10.112.112.120 add address=192.168.56.2/24 disabled=no interface=ether3 network=192.168.56.0 add address=192.168.10.1/24 disabled=no interface=ether4 network=192.168.10.0 set allow-remote-requests=yes servers=8.8.8.8,8.8.4.4
Pada perintah allow-remote-requests=yes adalah menjadikan router mikrotik sebagai DNS Server. Sehingga pada saat konfigurasi DNS pada komputer user cukup diarahkan ke router mikrotik dan tidak lagi diarahkan ke DNS server milik google ataupun ISP atau lainnya. Hal ini dapat menghemat penggunaan Bandwidth karena pertanyaan-pertanyaan DNS hanya akan diberikan ke router mikrotik atau IP DNS. Pada tahap ini dibuat aturan mangle dan akan di bagi menjadi 2 (dua) beban traffic nya. 1 (satu) bagian melewati gateway 1 (modem speedy) dan 1 (satu) bagian lagi melewati gateway 2 (modem smartfren).
60
/ip firewall mangle add action=mark-connection chain=input connection-mark=no-mark in-interface= ISP_1 new-connection-mark=ether1 add action=mark-connection chain=input connection-mark=no-mark in-interface= ISP_2 new-connection-mark=smartfren
Perintah add action=mark-connection digunakan untuk menambahkan action untuk manandai koneksi. perintah chain=input digunakan sebagai input dari koneksi yang masuk. perintah connection-mark=no-mark digunakan sebagai koneksi yang di tandai oleh no-mark agar mengurangi kompleksitas dan efisiensi setup mangle yang di butuhkan koneksi dan traffic yang remarking dapat di hindari. Perintah Ininterface= new-connection-mark= digunakan untuk koneksi baru yang di buat untuk ether1 dan ether2. add action=mark-routing chain=output connection-mark=ether1 new-routing-mark=ISP1_Route add action=mark-routing chain=output connection-mark=ether2 new-routing-mark=ISP2_Route
Perintah add action=mark-routing digunakan untuk manambahkan action untuk menandai routing. perintah chain=output digunakan untuk memberikan output dari connection-mark= koneksi yang di tandai dari ether1 dan ether2. perintah Newrouting-mark= di gunakan untuk membuat routing baru yang di tandai dengan jalur isp yang akan di gunakan
add action=mark-connection chain=forward connection-mark=no-mark in-interface= ISP_1 new-connection-mark=ether1->LANs add action=mark-connection chain=forward connection-mark=no-mark in-interface= ISP_2 new-connection-mark=smartfren->LANs add action=mark-routing chain=prerouting connection-mark=ether1->LANs new-routing-mark=ISP1_Route src-address-list=LAN add action=mark-routing chain=prerouting connection-mark=smartfren->LANs new-routing-mark=ISP2_Route src-address-list=LAN
61
Agar PC client dapat melakukan koneksi internet, harus diubah IP private client ke IP public yang ada pada interface public yaitu ether1 dan ether2. Perintah add action=mark-connection untuk menambahkan aksi menandai koneksi, perintah chain=forward untuk meneruskan data, perintah connection-mark-in-interface=ISP_1 untuk mengkoneksikan interface ISP_1 dan new-connection-mark=ether1->LANs untuk menghubungkan ether1 dengan koneksi LAN. /ip firewall nat add action=masquerade chain=srcnat disabled=no out-interface=ether1 add action=masquerade chain=srcnat disabled=no out-interface=smartfren
Pada tahap ini akan di setting route yang akan di gunakan. perintah Add dstaddress= digunakan untuk memasukan alamat yang dituju dan perintah gateway= merupakan gateway yang di gunakan untuk menuju ke alamat tujuan, sedangkan perintah scope= merupakan artibut yang di gunakan untuk mengubah ke tujuan selanjutnya (nexthop). /ip route add dst-address=8.8.8.8 gateway=10.0.2.15 scope=10 add dst-address=221.132.112.8 gateway=10.0.3.15 scope=10 add distance=1 gateway=8.8.8.8 check-gateway=ping add distance=2 gateway=221.132.112.8 check-gateway=ping
Pada perintah routing, gateway diberikan perintah add distance=1 dan add distance=2 ini dimaksudkan agar routing selalu mendahulukan nilai distance yang terkecil terlebih dahulu. Untuk perintah check-gateway=ping berarti gateway akan di cek sedang dalam keadaan connect atau disconnect dengan menggunakan ping. Jika gateway pada ISP 1 yaitu 10.0.2.15 tidak mereply maka router akan menganggap gateway tersebut dalam keadaan down atau disconnect dan akan menjadikan gateway pada ISP 2 yaitu 10.0.3.15 sebagai gateway yang menopang traffic dan juga dalam kondisi sebaliknya. Berikut adalah gambar jika salah satu gateway dalam keadaan terputus atau down.
62
Gambar 4.6 Salah Satu Gateway Terputus dan Gateway Lainnya Mem-backup
Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa pada saat user sedang melakukan download dengan menggunakan ISP utama dan pada saat ISP utama terputus maka ISP 2 akan langsung secara otomatis mem backup traffic download yang sedang berjalan sehingga tidak akan terjadi terputusnya koneksi yang sedang berjalan.
4.4 Management Situs Adapun dalam penelitian ini akan tambahkan sebuah security planning agar kinerja pada Kementrian Kehutanan menjadi lebih optimal ditambahkan security planning dengan memblok situs (management situs) tertentu dan juga membatasi pengguna untuk mengakses situs – situs tertentu seperti : facebook, twitter, kaskus dan youtube. Situs –situs tersebut hanya bisa diakses pada jam – jam tertentu saja, berikut jadwal untuk mengakses situs tersebut.
63
Tabel 4.5 Jadwal Akses Situs NO
Jadwal Akses Situs
Keterangan
1.
08.00 - 11.30
Ditolak
2.
11.31 – 13.00
Diijinkan
3.
13.01 – 16.00
Ditolak
4.
16.01 – 19.49
Diijinkan
Pada table 4.5 dapat dilihat bahwa penentuan jadwal akses situs berdasarkan pada jam kerja (pukul 08.00 – 11.30 dan pukul 13.01 – 16.00), jam istirahat (pukul 11.31 – pukul 13.00), dan jam pulang kerja user.
Berikut ini adalah perintah – perintah yang ada pada tahapan security management situs untuk membatasi penggunaan situs facebook.
/ip firewall filter add chain=forward src-address=0.0.0.0/0 protocol=tcp content="facebook" action=drop comment="Blokir Akses Facebook ";
Gambar 4.7 Via Winbox
64
Pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa perintah chain: forward digunakan untuk meneruskan pengiriman paket data, dan source address 0.0.0.0/0 yang merupakan ip address default, dan protocol yang dilalui adalah TCP.
Berikut ini adalah perintah agar user tidak diijinkan untuk mengakses situs facebook pada pukul 08:00 pagi (di waktu kerja).
/system scheduler add name="fb-08:00" start-date=Dec/01/2013 start-time=08:00:00 interval=1d on-event="fb-deny"
Pada tahapan ini user tidak diijinkan untuk mengakses situs facebook (fb – deny) dimulai pada pukul 08:00 pagi dikarenakan telah memasuki waktu untuk bekerja.
Gambar 4.8 Schedule FB - Deny Via Winbox
65
Pada gambar 4.8 adalah proses untuk pengaturan blokir akses ke facebook pada jam 08.00 yang dimulai pada tanggal 17 Desember 2013 dengan interval waktu 1 hari. Dimana action untuk semua securitynya diperbolehkan. Berikut ini adalah perintah agar user diijinkan untuk mengakses situs facebook pada pukul 11:31 siang (di waktu istirahat). /system scheduler add name="fb-11:31" start-date=Dec/17/2013 start-time=11:31:00 interval=1d on-event="fb-allow"
Pada tahapan ini user diijinkan untuk mengakses situs facebook (fb – allow) dimulai pada pukul 11:31 siang dikarenakan telah memasuki waktu istirahat.
Gambar 4.9 Schedul FB - Allow Via Winbox
66
Pada gambar 4.9 adalah proses untuk pengaturan pengijinan akses ke facebook pada jam 11.31 yang dimulai pada tanggal 17 Desember 2013 dengan interval waktu 1 hari. Dimana action untuk semua securitynya diperbolehkan. Berikut ini adalahan perintah agar user tidak diijinkan untuk mengakses situs facebook pada pukul 13:01 siang (di waktu kerja setelah istirahat).
/system scheduler add name="fb-13:01" start-date=Dec/17/2013 start-time=13:01:00 interval=1d on-event="fb-deny"
Pada tahapan ini user tidak diijinkan untuk mengakses situs facebook (fb – deny) dimulai pada pukul 13:01 siang dikarenakan telah memasuki waktu untuk bekerja kembali setelah istirahat siang.
Gambar 4.10 Schedul FB - Deny Via Winbox
67
Pada gambar 4.10 adalah proses untuk pengaturan blokir akses ke facebook pada jam 13.01 yang dimulai pada tanggal 17 Desember 2013 dengan interval waktu 1 hari. Dimana action untuk semua securitynya diperbolehkan. Berikut ini adalah perintah agar user tidak diijinkan untuk mengakses situs facebook pada pukul 08:00 pagi (di waktu kerja). /system scheduler add name="fb-16:01" start-date=Dec/17/2013 start-time=16:01:00 interval=1d on-event="fb-allow"
Pada tahapan ini user diijinkan untuk mengakses situs facebook (fb – allow) dimulai pada pukul 11:31 siang dikarenakan telah memasuki waktu istirahat.
Gambar 4.11 Schedul FB - Allow Via Winbox Pada gambar 4.11 adalah proses untuk pengaturan pengijinan akses ke facebook pada jam 16.01 yang dimulai pada tanggal 17 Desember 2013 dengan interval waktu 1 hari. Dimana action untuk semua securitynya diperbolehkan.
68
Berikut ini adalah perintah untuk mengaktifkan dan menonaktifkan rule yang telah kita buat sebelumnya (schedule).
Gambar 4.12 Firewall Rule Via Winbox Pada gambar 4.12 menandai bahwa content yang sedang diatur adalah facebook. Berikut ini adalah perintah untuk mengijinkan (fb-allow) user untuk meng akses situs facebook. /system script add name="fb-allow" policy=write,read,policy,test,reboot, source={/ip firewall filter set [/ip firewall filter find content="facebook"] disabled=”yes”}
69
Gambar 4.13 Firewall Rule FB - Allow Via Winbox Pada gambar 4.13 menunjukkan penamaan scriptnya sebagai fb-allow, dengan mengijinkan semua action keamanan kecuali sniff dan sensitive. Dimana fungsi disabled=yes digunakan untuk memperbolehkan akses ke facebook. Berikut ini adalah perintah untuk tidak mengijinkan (fb-deny) user untuk meng akses situs facebook. /system script add name="fb-deny" policy=write,read,policy,test,sniff source={/ip firewall filter set [/ip firewall filter find content="facebook"] disabled="no"}
70
Gambar 4.14 Firewall Rule FB - Deny Via Winbox Pada gambar 4.14 menunjukkan penamaan scriptnya sebagai fb-deny, dengan mengijinkan semua action keamanan kecuali sniff dan sensitive. Dimana fungsi disabled=no digunakan untuk memblokir akses ke facebook. 4.5 Management Bandwidth Pada penelitian ini ditambahkan management bandwidth agar client (user pada Kementrian Kehutanan) dapat mengoptimalkan koneksi internet yang ada. Pada Mikrotik sendiri sudah tersedia fitur yang bisa membatasi (limit) bandwidth yaitu Queue. Pada penelitian ini digunakan Queue Simple untuk membuat management bandwidth. Berikut adalah tahapan –tahapan dalam management bandwidth.
71
Masuk ke dalam tampilan Simple Queue
Gambar 4.15 Management Bandwidth Simple Queue Sebelum mulai membatasi bandwidth internet, alokasikan bandwidth internet yang akan dipakai agar tidak melebihi nilai bandwidth yang telah diberikan oleh ISP. Pada gambar 4.15 dialokasikan bandwidth limit untuk upload sebesar 64 Kbps dan bandwidth limit untuk download sebesar 128 Kbps untuk tiap client.
Gambar 4.16 Alokasi Bandwidth Internet
72
Pilih interface=all untuk membatasi bandwidth di semua interface. Sedangkan Limit At adalah alokasi bandwidth trendah yang bisa didapatkan oleh user jika traffic jaringan sangat sibuk. Seburuk apapun keadaan jaringan, user tidak akan mendapat alokasi bandwidth dibawah nilai Limit At ini. Jadi Limit At ini adalah nilai bandwidth terendah yang akan didapatkan oleh user. Pada gambar 4.16 Limit At Upload sebesar 64kbps dan Limit At Download sebesar 128 kbps. Maka jika semua user memakai koneksi internet dan kondisi jaringan internet tersebut sedang sibuk maka tiap user akan mendapatkan bandwidth sebesar 64kbps/128kbps. Jika satu atau beberapa user tidak sedang menggunakan koneksi maka alokasi bandwidth akan diberikan ke user yang sedang terkoneksi. Dan jika hanya satu user yang menggunakan koneksi maka user itu akan mendapatkan alokasi bandwidth maksimal 64kbps/128kbps. 4.6 Evaluasi Setelah semua tahapan penelitian sudah terlaksana, maka pada tahap akan dilakukan evaluasi kembali hasil – hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini.
4.6.1 Evaluasi Efektifitas Penyetaraan Beban Pada Gateway Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem jaringan dengan menggunakan tools yang ada pada winbox. Hasil pengujian dapat dilihat pada menu interface. Berikut adalah gambar dari hasil pengujian.
Gambar 4.17 Grafik Koneksi Pada Tiap Gateway ISP
73
Pada gambar 4.17 dapat dilihat dari kedua traffic di interface ini adalah besar rata- rata penyebaran dari tiap – tiap gateway ISP. Pada interface ISP 1 (ether1) dan interface ISP 2 (ether2) terlihat packet dan bytes yang telah dilewati dan dari hasil pengujian tersebut di tampilkan dalam bentuk tabel dan grafik agar perbandingan pada masing – masing interface lebih jelas.
Tabel 4.6 Tabel Perbandingan Penyebaran Packet Data Gateway
Jumlah Paket
Ukuran Paket
(packet)
(Kb)
Tx
Rr
Tx
Rr
ISP 1 (ether1)
24173
45271
1674.3
36454.4
ISP 2 (ether2)
23925
47490
1356.3
37171.2
Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Penyebaran Packet Data
Pada tabel 4.6 dan gambar 4.18 di atas dapat dilihat bahwa load balancing telah berhasil menyebarkan packet dan bytes yang hampir sama di kedua interface.
74
4.6.2 Pengujian Performa Load Balancing Pada tahap ini akan diuji kualitas dari koneksi yang telah dibangun dapat dilihat dengan membandingkan tabel gambar hasil dari www. speedtest.net mengenai kecepatan download, upload rate dan waktu ping dari ISP Speedy dan ISP Smartfren sebelum dilakukan metode load balancing lalu akan di bandingkan dengan kedua ISP tersebut yang telah di implementasikan metode load balancing.
Akan dilakukan lima kali uji coba pada server yang sama, setelah di dapatkan data – data akan dibuatkan tabel perbandingan. Adapun keterangan dari hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Sebelum Implementasi Load Balancing Pengujian
Speedy
Smartfren
Ping
Download
Upload
Ping
Download
Upload
(ms)
(Mbps)
(Mbps)
(ms)
(Mbps)
(Mbps)
1.
43
0.65
0.16
180
2.16
0.29
2.
43
0.66
0.16
165
2.37
0.33
3.
45
0.65
0.16
156
2.30
0.27
4.
43
0.66
0.16
176
1.93
0.32
5.
43
0.68
0.15
176
2.06
0.31
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Setelah Implementasi Load Balancing Pengujian
Ping
Download
Upload
(ms)
(Mbps)
(Mbps)
1.
90
2.75
0.26
2.
155
2.70
0.35
3.
164
2.60
0.32
4.
172
2.62
0.31
5.
169
2.59
0.35
75
Dari tabel 4.7 dan tabel 4.8 diatas dapat diketahui perbandingan kualitas koneksi dari sebelum dan sesudah impelementasi load balancing. Walaupun tidak terlalu mendapatkan perubahan yang signifikan, namun masih adanya perbaikan kualitas bandwidth setelah mengimplementasikan load balancing PCC. Ini dapat dijelaskan bahwa prioritas kedua dari metode load balancing PCC untuk menyeimbangkan koneksi diantara kedua ISP yang ada, bukan untuk menyatukan kedua ISP tersebut dengan kata lain load balancing bukan berarti 1+2 =3 namun 1+2 = 1+1+1.
4.6.3 Evaluasi Failover Pada penelitian failover dapat dilihat pada gambar berikut saat user sedang melakukan download dan salah satu gateway ISP terputus, maka secara otomatis gateway yang lain akan langsung mem backup (menjadi default gateway), seperti gambar berikut.
Gambar 4.19 Failover Saat Download Menggunakan Speedy
Pada gambar 4.19 dapat dilihat hasil evaluasi dari failover saat user sedang melakukan download dengan menggunakan ISP utama (speedy).
76
Gambar 4.20 Failover Saat Download Menggunakan Smartfren Sebagai Backup
Pada gambar 4.20 dapat dilihat hasil evaluasi dari failover saat user sedang melakukan download dengan menggunakan ISP 2 (ISP backup) perubahan gateway tersebut dikarenakan ISP 1 terjadi down dan dengan menerapkan sistem failover maka secara otomatis kan di pindahkan ke gateway yang lain.
4.6.4 Evaluasi Management Situs Untuk management situs dapat dilihat pada gambar berikut saat user membuka situs www.facebook.com pada waktu – waktu yang telah ditentukan.
Gambar 4.21 User Membuka Situs www.facebook.com Pada Pukul 08.00 (Di Tolak)
77
Dapat dilihat pada gambar 4.21 tampilan schedule pembatasan situs pada pukul 08.00 hingga pukul 11.30, pada gambar tersebut user tidak dapat mengakses situs www.facebook.com pada pukul 08.36 (waktu ditunjukkan pada gambar jam di pojok kanan atas) karena pada pukul tersebut adalah waktu kerja pada Kementrian Kehutanan.
Gambar 4.22 User Membuka Situs www.facebook.com Pada Pukul 11.31 (Di Ijinkan)
Dapat dilihat pada gambar 4.22 tampilan schedule pembatasan situs pada pukul 11.31 hingga pukul 13.00, pada gambar tersebut user dapat mengakses situs www.facebook.com pada pukul 11.43 (waktu ditunjukkan pada gambar jam di pojok kanan atas) karena pada pukul tersebut adalah waktu istirahat pada Kementrian Kehutanan.
78
Gambar 4.23User Membuka Situs www.facebook.com Pada Pukul 13.01 (Ditolak)
Dapat dilihat pada gambar 4.23 tampilan schedule pembatasan situs pada pukul 13.01 hingga pukul 16.00, pada gambar tersebut user tidak dapat mengakses situs www.facebook.com pada pukul 13.32 (waktu ditunjukkan pada gambar jam di pojok kanan atas) karena pada pukul tersebut adalah waktu kerja pada Kementrian Kehutanan.
Gambar 4.24 User Membuka Situs www.facebook.com Pada Pukul 16.01 (Di Ijinkan)
79
Dapat dilihat pada gambar 4.24 tampilan schedule pembatasan situs pada pukul 16.01 hingga pukul 19.49, pada gambar tersebut user dapat mengakses situs www.facebook.com pada pukul 17.30 (waktu ditunjukkan pada gambar jam di pojok kanan atas) karena pada pukul tersebut adalah waktu pulang kantor pada Kementrian Kehutanan.
4.6.5 Evaluasi Management Bandwidth Untuk management bandwidth dapat dilihat pada gambar berikut melalui tampilan Simple Queue yang terdapat pada Mikrotik RouterOs.
Gambar 4.25 Management Bandwidth
Pada gambar 4.25 ditampilkan hasil evaluasi dari management bandwidth untuk tiap client dimana sebelumnya dilakukan pengaturan pembatasan bandwidth untuk batas download sebesar 128 kbps dan upload sebesar 64 kbps. Setelah dilakukan pengaturan untuk management bandwidth, tiap client mendapatkan Avg.rate (rata – rata kecepatan download dan upload) untuk upload, tiap client mendapatkan kecepatan sebesar 51,9 kbps dan untuk download, tiap client mendapatkan kecepatan sebesar 65,8 kbps.