BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Internal Pada sub-bab ini akan diuraikan kondisi internal perusahaan dengan menggunakan pendekatan konsep value chain analysis yang diadopsi oleh PT. SIM menjadi Business Process Mapping PT. SIM khususnya yang berhubungan dengan Aspek Quality, Environment, Health & Safety (QEHS). Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan apa saja yang dilakukan PT. SIM dalam menambah value dari perusahaan tersebut di berbagai aktifitas baik itu primary activity maupun support activity. Penerapan aspek QEHS sebagai Sustainable Competitive Advantage yang diterapkan oleh PT. SIM merupakan suatu keunggulan yang dapat dikatakan unik, untuk lebih jelasnya berikut adalah uraian aktifitas-aktifitas yang dimaksud:
4.1.1 Management System Sistem yang diterapkan di PT. SIM adalah Showa Management System (SMS), sistem ini baru mulai diberlakukan tahun 2003 yang mencakup Sistem Manajemen Mutu ISO 90001:2000, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Astra Green Company, Total Productive Maintenance, Total Quality Control, Total
93
Quality
Management,
Management
System,
QCC/SS, Kaizen
Astra dan
Management sistem-sistem
System, lainnya
Total untuk
mengembangkan efektifitas perusahaan Showa Management System merupakan acuan atau pedoman dalam menjalankan aktifitas bisnis perusahaan. Sehingga untuk keperluan audit sistem, baik internal maupun eksternal akan menggunakan SMS sebagai standar. Penggambaran SMS dalam operasional perusahaan dijelaskan dalam “Showa Global Business Process Mapping” (Diagram 4.1).
4.1.2 Business Process Mapping Showa Global Business Process Mapping menggambarkan bagaimana operasional perusahaan dijalankan. Hubungan fungsi antar bagian dijelaskan, semua bagian fungsinya ditujukan untuk memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) serta menciptakan kondisi perusahaan yang tertib, teratur, aman, nyaman dan ramah lingkungan (environmental friendly). Dalam memetakan hubungan tersebut diperhatikan juga persyaratan dari sistem yang diterapkan. Disamping keterkaitan fungsi masing-masing bagian dijelaskan pula perangkat sistem yang mendukung fungsi itu berjalan mulai dari proses perencanaan strategis, proses monitoring, proses review dan solusi tindakantindakan perbaikan dan pencegahan.
94
Tujuan dari rencana Showa Global Business Process Mapping adalah untuk menjalankan Business Process PT. Showa Indonesia Manufacturing. Disertakannya pengelolaan QEHS memiliki makna bahwa PT. SIM berkewajiban menghasilkan produk yang berkualitas kelas dunia serta menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan ramah lingkungan yang dapat menciptakan jaminan keberlangsungan perusahaan. Setiap fungsi dan proses yang digambarkan dalam Business Process Mapping dijalankan dengan mengimplementasikan prosedur atau dokumen pendukung lainnya. Kegunaan Showa Indonesia Business Process Mapping adalah sebagai berikut: 1. Menjadi paduan bagi karyawan dan manajemen PT. Showa Indonesia Manufacturing untuk menjalankan aktifitas bisnisnya sesuai dengan fungsinya masing-masing dalam rangka memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan memberikan pelayanan yang terbaik serta menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan ramah lingkungan 2. Meningkatkan efisiensi dengan menghilangkan proses-proses atau fungsi yang tidak memberikan nilai tambah kepada perusahaan, pelanggan, masyarakat, alam, karyawan, serta manfaat lainnya. 3. Menjadi dasar dalam pengembangan bisnis perusahaan ke depan dengan melakukan improvement terhadap core business process
95
I.GENERAL MGT 1. Strategic Planning 2. Checking/Audit System
3. Mgt. Review
5. Mgt. System
II. OPERATIONAL MANAGEMENT
III. SUPPLIER MANAGEMENT
S U P P L I E R
4. Organisasi
6. Budget
11. Design
CORE BUSINESS
2. Indirect Ware Housing
1. Pengendalian Supplier
5. SHOCK ABSORBER
IV. CUSTOMER MANAGEMENT
12. Improvement 1. Customer Order 1. Planning 2. Customer Care
6. STEERING STEM
2. Pengendalian Subkontraktor
3. Direct Ware Housing
7. POWER STEERING 8. CUSTOMIZE / COMPONENT
4. Supply
9. Ware Housing Finish Good
10. Delivery
13. Pembayaran/ penagihan
14. Maintenance 15. Utility 16. Facility 17. Process Control
V. HR & ADMINISTRATION MANAGEMENT
18. Pengelolaan QEHS
1. Pengembangan SDM
4. Electronic Data Procesing
2. Pengendalian Dokumen / Catatan
5. Personal & Administration
3. Finance & Accounting
Sumber : QEHS Department Diagram 4.1 Showa Global Business Process Mapping
4.1.3 General Management General Management merupakan unsur dalam Showa Global Business Process Mapping yang mencakup Strategic Planning, Checking/Audit System Management Review, Organization, Management System dan Budget.
96
C U S T O M E R
4.1.3.1 Strategic Planning Strategic Planning merupakan hal yang vital bagi perusahaan, karena arah dan strategi perusahaan ditentukan dari sini. Perencanaan strategis PT. SIM mencakup visi & misi perusahaan, Key Success Factor, objective & target, kebijakan manajemen, five year policy dan one year policy. Dari pengamatan yang dilakukan, keseluruhan perencanaan strategis yang disusun oleh SIM telah memasukkan unsur LK3 misalnya target pencapaian kategori emas di setiap aktifitas perusahaan (bukan hanya secara global), kebijakan manajemen yang telah terintegrasi antara mutu, LK3, customer satisfaction dan harmonisasi hubungan dengan stakeholder (Lampiran 5).
4.1.3.2 Audit Sistem Manajemen Dalam suatu pelaksanaan sistem tentunya diperlukan evaluasi untuk memastikan bahwa sistem tersebut konsisten dilakukan. Audit dilakukan baik dari pihak internal maupun eksternal. SIM sebagai salah satu affiliated company (affco) Astra Group juga tidak terlepas dari kebijakan Astra yang mewajibkan seluruh affco untuk menjalankan standar Astra Green Company. Audit yang dilakukan EHS division AIHO setahun sekali, ternyata berdampak positif. Kompetisi AGC yang dilakukan setiap tahunnya telah membuat seluruh affco bersaing menjadi perusahaan yang berkualitas dan ramah lingkungan. Hasilnya,
97
SIM ternyata berhasil menjadi juara umum AGC Award tahun 2003 dan memperoleh penghargaan sebagai vendor terbaik dari PT. Astra Honda Motor tahun 2004 ini. Dari hasil assement menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan kriteria AGC PT. SIM menunjukkan peningkatan dari 90,15% tahun 2003 menjadi 102,2% tahun 2004. Angka yang melebihi 100% dikarenakan adanya nilai bonus yang diberikan untuk pemenuhan merit point yang terdapat dalam kriteria AGC namun diluar penilaian pokok yang harus dipenuhi. Khusus untuk pemenuhan kriteria Green Process, persentasenya juga menunjukkan peningkatan dari 92,1% tahun 2003 menjadi 96,30% tahun 2004.
4.1.3.3 Mekanisme Review Terjadinya dinamika yang cepat harus ditanggapi secara cepat pula oleh setiap pihak. Review manajemen dilakukan untuk mengkaji keefektifan SMS sesuai dengan schedulle yang telah ditentukan. Dalam melakukan review harus dipastikan bahwa informasi yang dikumpulkan memadai sebagai bahan evaluasi. Jenis-jenis review yang diselenggarakan di PT. SIM terdiri dari forum Rapat Pimpinan (RaPim), Showa Indonesia Manufacturing Dynamic Action Plan (SIMDAP) (Lampiran 6), Laporan Bulanan, BOD Meeting dan Manager Meeting. Secara umum adanya forum-forum
98
review tersebut berguna untuk memonitor operasional pelaksanaan SMS di segala tingkatan fungsional perusahaan.
4.1.4 Supplier Management Supplier Management adalah sistem yang melakukan pengelolaan pengadaan barang dan jasa, yang mencakup pembelian direct material maupun indirect material, dan pengadaan jasa untuk mendukung proses bisnis. Sistem ini mencakup proses pemilihan subkontraktor/vendor (kualifikasi
subkontraktor/vendor)
dan
evaluasi
subkontraktor/vendor.
Tambahan lagi, bahkan telah dilakukan program audit terhadap vendor-vendor yang dilakukan setiap 6 (enam) bulan. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mendorong para vendor untuk peduli terhadap masalah LK3. Dengan terlaksananya hal tersebut diharapkan perusahaan vendor dapat sustain, pencapaian zero accident, efisiensi pemanfaatan SDA, dan hal lainnya yang berujung pada supply material yang continous dan harga yang kompetitif. Sedangkan untuk subkontraktor jasa yang bersifat proyek perlakuannya sama seperti subkontraktor material akan tetapi proses evaluasi yang dilakukan adalah dengan melihat hasil akhir setelah proyek selesai serta dalam tahapan proses pengerjaan proyeknya. Tanggung jawab dan wewenang pengelolaan subkontraktor jasa tersebut adalah masing-masing departemen yang terkait dengan pengerjaan jasa oleh subkontraktor tersebut.
99
Dalam melakukan pengelolaan pembelian tidak hanya faktor harga saja yang menjadi pertimbangan utama, akan tetapi seluruh aspek yang menyangkut Quality, Delivery, Cost, Environment, Safety and Health terhadap produk dan proses serta ketaatan terhadap regulasi terkait juga menjadi bagian dari persyaratan pembelian. Diadakannya acara Vendor Gathering yang baru terlaksana dua (2) tahun terakhir ini dimaksudkan untuk menularkan “virus” Green Company ke pihak vendor. Hal ini dilakukan untuk mendukung upaya SIM yang berusaha untuk menjadi perusahaan yang sustain dalam keseluruhan rantai operasionalnya. Keuntungan dari hasil acara tersebut bila dilaksanakan secara sungguh-sungguh tentunya diharapkan akan dirasakan oleh kedua belah pihak dalam segi material handling, cleaner production, dan environmental friendly.
4.1.4.1 Kualifikasi subkontraktor Kualifikasi subkontraktor merupakan proses yang dilakukan terhadap semua subkontraktor yang akan men-supply barang ke perusahaan. Tujuan proses kualifikasi adalah menyeleksi kelayakan calon subkontraktor. Uji kelayakan tersebut dilakukan pada semua aspek yang akan dijadikan persyaratan pembelian. Uji kelayakan untuk subkontraktor direct material dilakukan oleh bagian Engineering yang bekerja sama dengan bagian terkait dan untuk subkontraktor indirect material
dilakukan
oleh
departemen
100
Procurement
sedangkan
subkontraktor jasa yang bersifat proyek dilakukan oleh masing-masing departemen
terkait
dan
dikomunikasikan
dengan
departemen
Procurement. Subkontraktor yang telah lolos kualifikasi akan dimasukkan ke dalam Approval Vendor List (AVL). Sedangkan bagi subkontraktor lama yang pada awalnya tidak dilakukan kualifikasi dan menunjukkan performance yang bagus tidak dilakukan kualifikasi ulang akan tetapi hanya dilakukan evaluasi secara rutin.
4.1.4.2 Evaluasi Subkontraktor Evaluasi subkontraktor baik subkontraktor direct atau indirect material dilakukan secara periodik mengacu pada kriteria penilaian yang telah ada. Dalam kriteria penilaian (Lampiran 7) dan Panduan investigasi
vendor
(Lampiran
8),
telah
diikutkan
pula
aspek
Lingkungan, Keselamatan & Kesehatan Kerja (LK3) yang terdiri atas unsur kemasan dan handling. Pada Gambar 4.1 merupakan salah satu contoh kemasan material yang ramah lingkungan. Kemasan tersebut akan dikembalikan pada supplier untuk digunakan saat mengirimkan material pada jadwal berikutnya, jadi selain menghemat biaya kemasan, juga tidak mengotori lingkungan karena tidak ada sisa kemasan. Subkontraktor yang dinilai adalah subkontraktor yang termasuk dalam Approval Vendor List (AVL). Evaluasi rutin ini akan lebih diutamakan
101
terhadap subkontraktor yang berpengaruh langsung terhadap aspek kualitas dan lingkungan ataupun subkontraktor yang termasuk dalam kategori bermasalah.
Sumber : PT. SIM Gambar 4.1 Kemasan Material yang ramah lingkungan Proses evaluasi subkontraktor dilakukan oleh Procurement bersama-sama dengan QA dan QEHS Department dan dengan pertimbangan dari departemen terkait lainnya sebagai user. Parameter penilaian yang digunakan mencakup semua aspek dalam persyaratan pembelian. Setiap periode tertentu masing-masing subkontraktor tersebut akan menerima hasil penilaian termasuk beberapa tindakan rekomendasi perbaikan kepada subkontraktor yang dinyatakan kurang. Verifikasi
terhadap
tindakan
perbaikan
yang
dilakukan
oleh
subkontraktor akan dilakukan. Apabila subkontraktor tersebut tidak
102
melaksanakan
tindakan
perbaikan
sebagaimana
diminta,
maka
subkontraktor tersebut akan memperoleh surat peringatan. Tindakan terakhir akan dilakukan seandainya subkontraktor tersebut masih belum melakukan tindakan perbaikan atau tidak adanya itikad baik untuk memperbaiki maka subkontraktor tersebut akan dikeluarkan dari AVL Showa. Bagi subkontraktor yang sudah melakukan tindakan perbaikan akan tetapi hasilnya belum maksimal, pihak SIM dapat memberikan toleransi bahkan jika memungkinkan akan memberikan bantuan teknis maupun non-teknis yang diperlukan. Sedangkan untuk subkontraktor yang bersifat jasa proyek, evaluasi tidak dilakukan secara rutin dan tidak ada AVL-nya. Evaluasi yang dilakukan adalah dengan melihat hasil pekerjaannya, keseluruhan proses pengerjaannya mulai dari peralatan dan manusianya dilengkapi dengan sarana safety dan lingkungan yang aman atau tidak, serta handling material teratur atau tidak serta ketepatan waktunya. Apabila hasilnya menunjukkan nilai yang cukup bagus maka subkontraktor tersebut dapat direkomendasikan untuk dipakai kembali. Akan tetapi apabila nilainya jelek maka subkontraktor tersebut tidak akan dipakai lagi.
103
4.1.4.3
Pembelian Pembelian direct material, indirect material ataupun pekerjaan
untuk jasa akan dilakukan terhadap subkontraktor yang ada dalam AVL dan mempunyai performance cukup bagus. Dokumen pembelian mencakup informasi yang menggambarkan produk yang dibeli termasuk persyaratan persetujuan produk, prosedur, proses dan peralatan, kualifikasi personil dan persyaratan lainnya yang terkait termasuk persyaratan Lingkungan dan Keselamatan Kesehatan Kerja (LK3). Informasi-informasi minimal yang terdapat dalam barang tersebut adalah antara lain: a. Kode barang (jika ada) b. Merk, type, label grade serta identifikasi lainnya c. Spesifikasi teknis, drawing dan data teknis lainnya d. Jenis jasa jika diperlukan e. Material Safety Data Sheet (MSDS) khusus untuk Bahan Berbahaya & Beracun (B3) Tabel 4.1 Koleksi MSDS PT. SIM Tahun 2001 2002 2003 2004 *)
Koleksi MSDS 56 66 67 80
Satuan Buah
Sumber : QEHS Department Keterangan: *) Data s/d Oktober 2004
104
Dalam revisi terbaru SMS, dinyatakan bahwa dokumen pembelian tersebut harus melalui pemeriksaan dan disetujui oleh personil yang berwenang untuk meyakinkan kesesuaian dengan kebutuhan perusahaan.
4.1.4.3.1 Direct Material Pembelian
direct
material
dilakukan
oleh
Procurement Direct Material atas permintaan pembelian dari PPC yang berupa adanya Request Order. Permintaan pembelian tersebut akan dibuat oleh PPC atas dasar forecast dari pelanggan dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan terhadap inventory stock yang ada. Surat permintaan pembelian tersebut berisi informasi/spesifikasi persyaratan barang yang akan dibeli. Procurement akan memeriksa persyaratan tersebut dan
dikomunikasikan
subkontraktor
akan
ke
subkontraktor.
mengeluarkan
Selanjutnya,
quotation
berupa
kesanggupan memenuhi order yang diminta. Apabila disepakati oleh kedua belah pihak maka procurement akan mengeluarkan Purchase Order (P/O) Untuk barang lokal maka P/O akan langsung diserahkan kepada subkontraktor. Sedangkan untuk material import dapat langsung diserahkan kepada subkontraktor atau
105
melalui bagian import tergantung pada urgensitasnya. Bagian import akan memonitoring material import mulai dari pengapalan sampai dengan material tersebut tiba di perusahaan.
4.1.4.3.2 Indirect Material Pembelian indirect material lokal maupun import dilakukan atas adanya permintaan pembelian dari seksi terkait ke bagian procurement. Untuk barang yang rutin maka permintaan pembelian akan dikeluarkan oleh Tool Warehouse (TWH), sedangkan barang non-rutin permintaan pembelian barangnya akan dikeluarkan oleh masing-masing seksi terkait. Dalam permintaan pembelian barang tersebut tercantum informasi pembelian, yaitu persyaratan atau spesifikasi material yang dibutuhkan. Tool Warehouse akan memeriksa barang yang ada di gudang sebelum membuat permintaan pembelian barang. Procurement
akan
memeriksa
kelengkapan
persyaratan pembelian yang selanjutnya akan dikomunikasikan kepada subkontraktor. Subkontraktor akan mengeluarkan quotation berupa kesanggupan memenuhi order yang diminta. Apabila persyaratan pembelian disetujui oleh kedua belah
106
pihak maka procurement akan mengeluarkan Purchase Order (P/O) kepada sub-kontraktor. Khusus
untuk
barang
import,
mekanisme
pembeliannya sama dengan mekanisme pembelian direct material.
4.1.4.4 Verifikasi Barang yang Diterima Verifikasi melalui pemeriksaan barang terhadap produk yang dibeli baik direct material maupun indirect material lokal maupun import dilakukan untuk memastikan kesesuaian barang dengan spesifikasi/persyaratan yang diminta. Direct material pemeriksaannya dilakukan oleh Quality Assurance melalui incoming inspection, sedangkan indirect material dilakukan oleh TWH bekerja sama dengan seksi terkait. Aspek LK3 yang diutamakan saat verifikasi adalah kemasan produk dan metode handling yang aman baik bagi produk itu sendiri maupun bagi karyawan.
4.1.4.5 Penyimpanan Direct material yang telah lolos seleksi in-coming selanjutnya akan disimpan di gudang baik lokal maupun import. Material tersebut akan didistribusikan ke masing-masing seksi sesuai dengan Production
107
Planning.
Proses
penyimpanan
dan
pengeluaran
barangnya
menggunakan sistem First In First Out (FIFO). Sedangkan untuk indirect material yang telah lolos seleksi selanjutnya akan disimpan di gudang TWH. Untuk barang indirect material rutin akan didistribusikan sesuai dengan permintaan dari masing-masing seksi, juga dengan menggunakan system FIFO. Sedangkan barang indirect non-rutin akan langsung diorder oleh seksi yang bersangkutan.
4.1.5 Operational Management Operational Management merupakan bagian inti/core process dari Showa Indonesia Business Process Mapping secara keseluruhan. Operational Management mencakup proses planning, warehousing material, proses supply material, proses produksi pokok yaitu shock absorber, steering stem, power steering dan produk komponen serta jasa proses, warehousing finish good, proses delivery, proses design, dan improvement. Maintenance, utility, facility & office equipment, process control, dan pengelolaan QEHS merupakan fungsi-fungsi yang membantu dan mensupport langsung pelaksanaan operasional manajemen. Fungsi-fungsi yang tercakup dalam operasional manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut:
108
4.1.5.1 Planning PT. Showa Indonesia Manufacturing dalam menentukan perencanaan untuk proses produksi mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh, baik internal maupun eksternal perusahaan. Faktor internal yang harus dipertimbangkan adalah kapasitas produksi, ketersediaan material, kondisi proses, lingkungan dll. Sedangkan faktor eksternal adalah tingkat order pelanggan, kondisi customer serta aspek non teknis lain yang berpengaruh. Order diterima oleh marketing dari customer, dengan terlebih dahulu
telah
dilakukan
checking,
selanjutnya
order
tersebut
didistribusikan ke PPC planning. PPC planning akan membuat rencana produksi dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan stock tersedia, dan parts yang diperlukan untuk proses produksi baik local parts maupun import. Apabila rencana produksi telah dibuat maka rencana tersebut didistribusikan kepada bagian terkait diantaranya ke core business process (produksi), bagian pembelian, gudang, dan supply. Monitoring pencapaian atas rencana produksi harus selalu dilakukan oleh bagian planning sehingga kalau terjadi masalah segera diatasi. Revisi perencanaan produksi dilakukan apabila terjadi suatu hal baik disebabkan faktor internal maupun eksternal yaitu perubahan order dari pelanggan yang sangat sering terjadi.
109
4.1.5.2
Material Warehousing Material
Warehousing
adalah
fungsi
yang
melakukan
penyimpanan baik direct material maupun indirect material. Untuk indirect material penyimpanan dilakukan oleh bagian Tool Warehouse (TWH) yang menerima barang langsung dari supplier. Sedangkan untuk Direct material penyimpanannya dilakukan oleh bagian PPC yang menerima barang dari supplier dengan terlebih dahulu dicheck oleh QA in-coming. Secara umum, untuk keseluruhan Warehouse baik Direct Material, Indirect Material, Finish Goods perlu memperhatikan aspek LK3. Adapun hal-hal penting tersebut adalah: ¾ Tumpukan peti maximum 3 tumpukan, sebab jika terlalu
tinggi
akan
berbahaya
dan
menyulitkan
handling. ¾ Ada label dan status barang, sehingga identifikasi barang mudah dilakukan. ¾ Isi kereta tidak over load/melebihi kapasitas yang semestinya. Jika muatan terlalu penuh, dikhawatirkan produk/material berpotensi terjatuh. ¾ Tata letak kereta teratur, ada jalur untuk penempatan kereta (dicat garis kuning) dengan produk yang sejenis
110
sehingga
juga
memudahkan
identifikasi
dan
memperlihatkan kerapihan. ¾ Kelayakan kereta meliputi roda dan rangka juga memerlukan perhatian khusus. Jika kondisi kereta tidak laik, dapat membahayakan operator dan beresiko terjadinya hal-hal yang tak diharapkan pada isi kereta yang berarti kerugian bagi perusahaan.
4.1.5.2.1 Direct Material Warehousing PPC menerima kedatangan material dari supplier lokal atau import sesuai dengan order pembelian. Apabila spesifikasi material tidak sesuai dengan persyaratan pembelian maka akan diinformasikan kepada supplier melalui Quality Assurance. Barang-barang direct material yang baik akan disimpan sementara di gudang stock material. Sesuai dengan planning harian produksi maka material-material tersebut akan didistribusikan ke seksi terkait dengan terlebih dahulu dilakukan pengecekan oleh Quality Assurance. Penyerahan material ke seksi produksi akan dilakukan dengan bukti Bon Serah Terima.
111
4.1.5.2.2 Indirect Material Warehousing Barang-barang yang termasuk Indirect Material yang dibeli dari supplier baik lokal maupun import akan diterima oleh TWH. Proses pengecekan atau verifikasi barang yang dibeli dilakukan sebelum barang tersebut diproses lebih lanjut. Proses pengecekan dilakukan oleh TWH bersama-sama dengan seksi terkait terutama untuk barang-barang yang bersifat spesifik. Proses
administrasi
dilakukan
untuk
pendataan
material ke komputer, buku registrasi dan stock card. Data-data tersebut harus selalu sesuai dengan kondisi actual barang yang tersedia. Oleh karena itu proses up-dating data memegang peranan penting. Penempatan barang digudang disesuaikan dengan jenis dan kelompok barang tersebut serta
selalu
dilakukan monitoring dan perawatan secara berkala sebelum barang tersebut didistribusikan ke seksi terkait. Barang-barang tersebut akan diambil oleh seksi pemesan/user sesuai dengan kebutuhannya. User bisa dari seksi produksi atau seksi lain yang menunjang proses produksi sebagai core business. Bukti pengeluaran barang tersebut harus dipelihara dan salinannya diinformasikan ke bagian terkait.
112
4.1.5.3
Production PT. SIM adalah perusahaan industri komponen otomotif yang
memproduksi Shock Absorber, Steering Stem, Power Steering dan komponen lainnya yang masih berhubungan. Disamping itu juga melakukan jasa pelayanan proses produksi untuk proses-proses tertentu. Produk-produk dan jasa tersebut diatas merupakan bisnis inti PT. SIM. Pada Tabel 4.2 berikut ini merupakan hasil kinerja produksi SIM sejak tahun 1999 s/d 2004.
Tabel 4.2 Produksi PT. SIM Tahun Jenis Produk 1999 2000 2001 2002 Front Cushion R/L 800,052 1,481,125 2,405,250 2,725,152 Front Rear Strut N/A 177,478 177,260 153,134 Rear Cushion R/L 663,892 1,151,630 2,122,145 2,483,845 Steering Stem N/A N/A N/A 1,535,987 Assy Power Steering N/A N/A N/A N/A Cylinder Power Steering N/A N/A N/A N/A Gear Housing N/A N/A N/A N/A Total 1,463,944 2,810,233 4,704,655 6,898,118 Sumber : QEHS Departement Keterangan: *) : Data bulan Januari s/d Agustus N/A : Not Applicable
113
2003 3,817,920 200,273 4,373,677 1,945,767 N/A N/A N/A 10,337,637
2004 *) 3,424,171 261,705 3,764,503 1,684,216 3,626 67,568 155,592 9,361,381
Satuan pcs pcs pcs pcs pcs pcs pcs pcs
Data Produksi 12,000,000
10,000,000
pcs
8,000,000
6,000,000
4,000,000
2,000,000
0 1999
2000
2001
2002
2003
2004 *)
Tahun Front Cushion R/L
Front Rear Strut
Rear Cushion R/L
Steering Stem
Assy Power Steering
Cylinder Power Steering
Gear Housing
Total
Grafik 4.1 Kinerja Produksi PT. SIM
115
Proses
kegiatan
produksi dilakukan
dalam kondisi
terkendali yang mencakup: a. Tersedia informasi mengenai karakteristik produk b. Quality Flow of Process dan Work Instruction c. Penggunaan peralatan yang sesuai d. Tersedianya peralatan dan pengukuran yang berfungsi dengan baik e. Penerapan aktifitas pemantauan dan pengukuran sesuai prosedur f. Pengelolaan tool, fixture, jig dan dies dengan baik g. Penerapan metode limbah, aspek keselamatan dan kesehatan kerja yang terpadu h. Sarana tanggap darurat dan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai
4.1.5.3.1 Informasi dan Karakteristik Produk Informasi karakteristik dan standar produk dijelaskan dalam Quality Control Flow of Process (QCFOP) yang dibuat oleh departemen Engineering dengan mendapatkan persetujuan pihak produksi dan Quality Assurance. Selanjutnya QCFOP tersebut dijabarkan kedalam Instruksi Kerja (Work Instruction).
116
Instruksi Kerja tersebut harus selalu tersedia di lapangan karena akan menjadi acuan dalam melakukan aktifitas pekerjaan. Perubahan standar produk hanya dilakukan oleh departemen Engineering yang terlebih dahulu mendapatkan persetujuan customer. Perubahan tersebut dilakukan dengan merevisi QCFOP yang diikuti dengan perevisian Instruksi Kerjanya.
4.1.5.3.2 Flow of Process Proses produksi berjalan berdasarkan pada rencana produksi harian yang dikeluarkan oleh bagian PPC Planning. Produksi akan menerima material untuk diproses dari bagian PPC Supply baik lokal maupun import. Sedangkan kebutuhan indirect material mendapatkan supply dari bagian TWH. Untuk mendukung kelancaran proses produksi maka akan mendapatkan support dari bagian lainnya baik langsung maupun tidak langsung seperti maintenance, utility, quality control, dan lain-lain. Disamping itu pengelolaan terhadap tool, jig fixture dan dies dilakukan agar dapat mendukung kelancaran proses produksi tersebut. Pemeriksaan kualitas selalu dilakukan dalam setiap tahapan proses, sehingga hanya barang bagus saja yang akan diproses lebih lanjut. Barang yang
117
jadi (Finish good) selanjutnya akan dikirm ke Warehousing Delivery untuk persiapan delivery ke customer. Dalam penentuan production flow of process, telah dibuat pula bagan pengendalian operasional limbah (Lampiran 9) yang dihasilkan dari proses produksi juga turut diperhatikan, termasuk tata cara dan sistem pengendaliannya secara keseluruhan. Aspek safety (keselamatan dan kesehatan kerja) pada setiap unit dalam proses produksi juga harus terjamin kondisinya. Sehingga kondisi kerja yang aman & nyaman tercipta serta menghasilkan produk yang ramah lingkungan. Sebelum proses produksi dilakukan, maka aspek pengendalian lingkungan dan keselamatan kesehatan kerja pada operasional proses tersebut baik proses maupun mesin harus mendapatkan persetujuan dari bagian yang kompeten yaitu Departemen QEHS. Parameter kontrolnya adalah sistem proteksi aspek LK3 baik pada mesin, proses maupun standar alat pelindung diri operator terkait.
118
4.1.5.3.3 Peralatan Produksi Kesiapan peralatan produksi dan utilitas terkait lainnya sangat diperlukan sehingga kelancaran proses produksi tetap terjaga. Peralatan tersebut meliputi mesin, perangkat TJDF (tools, jig, dies & fixture), fasilitas utility pendukung serta alatalat pengukuran dan pemantauan untuk proses dan produk, serta alat-alat dan sistem proteksi pengendalian aspek lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk menjamin bahwa peralatan produksi dan pendukung lainnya selalu dalam kondisi siap pakai maka pemeliharaan dan perawatannya selalu dijaga. Perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan bersifat perbaikan (corrective) dan pencegahan (preventive). Proses pemeliharaan dan perawatan tersebut dilakukan oleh produksi sendiri dan bekerja sama dengan bagian terkait khususnya Plant Seirvice. Sedangkan support untuk pekerjaan-pekerjaan khusus yang memerlukan proses pengerjaan lebih lanjut dilakukan oleh bagian Workshop.
119
4.1.5.3.4 Finish Goods Warehousing Warehousing material adalah fungsi yang melakukan penyimpanan barang finish good yang sudah jadi dan siap dikirim ke customer baik domestik maupun export. Sistem penyimpanan tersebut berdasarkan pada jenis dan type produknya. Setiap barang yang disimpan sementara di gudang finish good yang siap dikirim ke customer terlebih dahulu harus lolos seleksi akhir. Proses pendataan barang yang masuk ke gudang harus selalu dilakukan sehingga stock barang yang ada dapat diketahui dengan segera dan benar. Proses material handling pun sangat diperhatikan, misalnya saja dalam penggunaan APD bagi operator, ijin kelayakan forklift, Surat ijin pengemudi forklift, dan lainnya.
4.1.5.3.5 Delivery Setelah barang siap untuk dikirim maka proses terakhir dilakukan oleh bagian Quality Assurance dengan pemeriksaan. Kode bahwa barang yang dikirim telah melewati pengecheckan akhir maka pada setiap kereta akan diberikan label. Apabila ada barang yang tidak lolos seleksi maka akan langsung diganti dengan barang lain yang lolos seleksi. Sedangkan barang yang defect akan diserahkan kembali ke
120
Assembling untuk dilakukan tindakan analisa perbaikan. Sehingga hanya barang yang memenuhi spesifikasi saja yang dikirim ke customer. Delivery dilakukan berdasarkan daily production planning atau berdasarkan barcode yang diterima dari customer.
Kedua
sistem
tersebut
disesuaikan
dengan
permintaan dan sistem masing-masing customer. Khusus barcode system biasanya sudah ditentukan jumlah total order selama satu bulan berjalan.
4.1.5.3.6 Design PT SIM tidak merancang sendiri produk shock absorber yang dihasilkannya. Design produk tersebut diperoleh dari customer atau melalui Showa Corporation Japan. Design produk tersebut akan dijabarkan oleh PT SIM menjadi Quality Control Flow of Process (QCFOP). QCFOP tersebut selanjutnya akan menjadi acuan standar proses dan produk dalam memproduksi produk sesuai dengan harapan pelanggan. Dalam mengembangkan dan menjabarkan design ke dalam standar proses dan produk, aspek-aspek pengendalian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja harus juga dipertimbangkan. Pengendalian yang dilakukan mulai dari awal
121
proses,
saat
proses
dan
pasca
proses
yang
meliputi
pengendalian terhadap standar proses, produk, sarana dan alatalat untuk mengurangi/mereduksi kemungkinan timbulnya limbah, bahaya keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindung diri yang sesuai.
4.1.5.3.7 Improvement Pengembangan dilakukan untuk menghasilkan produk yang unggul dan berdaya saing tinggi. Pengembangan tersebut dilakukan pada proses dan produk. Pengembangan tersebut harus dikendalikan dengan memastikan, menerapkan, dan memelihara proses yang telah dikembangkan secara efektif dan efisien untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan serta mendukung terhadap penciptaan suasana kerja yang aman,
nyaman,
tertib
dan
terkontrol
perusahaan yang ramah lingkungan.
122
untuk
mencapai
Hal-hal yang diperhatikan dalam pengendalian design Comment [HM1]:
dan pengembangan SIM: 1. Tujuan design dan pengembangan 2. Rencana
tahapan
design/pengembangan
serta
penunjukkan penanggungjawabnya 3. Faktor-faktor yang perlu diketahui untuk memulai design/pengembangan termasuk persyaratan produk yang diperlukan dan aspek-aspek pengendalian limbah & safety (LK3) 4. Bentuk keluaran/hasil design dan pengembangan 5. Tinjauan terhadap kelengkapan design untuk mengetahui apakah
design
telah
sesuai
dengan
rencana
pengembangan 6. Verifikasi dan validasi keluaran design sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan dan menghasilkan produk sesuai dengan harapan pelanggan serta produk yang ramah lingkungan dan aman dipakai. 7. Perubahan design yang mungkin terjadi pada bebagai tahapan pengembangan harus selalu ditinjau, diverifikasi dan validasi.
123
Pengembangan produk juga mencakup model baru yang diminta oleh customer. Tahapan pelaksanaan model baru adalah sama dengan tahapan pengembangan produk.
4.1.5.3.7.1 Mekanisme Improvement Perubahan
atau
pengembangan
design
produk didasarkan pada kemungkinan penurunan cost, perbaikan kualitas, pemberian marking/tanda atau permintaan dari customer. Adanya perubahan design tersebut
harus
mendapatkan
persetujuan
dari
departemen terkait yaitu departemen Engineering, Produksi dan Quality Assurance. Jika terjadi perubahan design, maka design tersebut
dianalisa,
apabila
perubahan
tersebut
mempengaruhi mutu dan safety maka perubahan tersebut harus dibuatkan usulan perubahan design ke Showa Corporation Japan. Adanya perubahan visual dari pengembangan harus mendapatkan persetujuan customer.
124
Apabila usulan perubahan design tersebut disetujui oleh pihak-pihak terkait, maka departemen Engineering melakukan modifikasi gambar sekaligus merevisi QCFOP dan perlu mendapatkan persetujuan departemen QA dan Produksi. Selanjutnya produksi akan merevisi Instruksi Kerja dan Check Sheet. Proses trial dilakukan untuk menguji coba hasil
perubahan/pengembangan
design
tersebut.
Apabila hasil trial sesuai dengan QCFOP maka bagian terkait akan membuat persetujuan mass production. Setiap gambar dari customer yang dijadikan referensi untuk pengembangan dan pembuatan model baru dikendalikan oleh Engineering. Gambar tersebut didistribusikan
ke
departemen
terkait
serta
dikendalikan pendistribusiannya. Untuk mendukung pengembangan dan cost reduction program serta semangat untuk selalu menggunakan material yang ramah lingkungan serta aman bagi pekerja dan pengguna, maka program multy sourcing dan lokalisasi dilakukan. Hasil multy sourcing dan lokalisasi mendapatkan uji kelayakan oleh pihak Showa Japan.
125
Adanya program Cost Reduction Program (CRP) yang dilakukan membuat proses improvement ini sangat gencar dilakukan SIM. Berikut ini ditampilkan data Cost & Benefit akibat program CRP yang dilakukan selama 2 tahun terakhir (Tabel 4.3 dan Tabel 4.4). Benefit yang sangat luar biasa diperoleh SIM pada tahun 2004 ini, yaitu sebesar Rp.12 milyar (per
September
2004).
Sebagian
besar
benefit
diperoleh dari penjualan scrap ingot Alumunium (Al) untuk dilebur kembali dan kemudian dibeli lagi. Cost untuk pembelian hasil peleburan scrap Al kembali ternyata sangat menguntungkan bagi SIM. Selain benefit financial sebesar Rp. 7 milyar (Januari s/d September),
benefit
eficciency
material
juga
didapatkan. Dengan dilakukannya hal ini tentunya tidak ada lagi sisa ingot Al yang dibuang.
Tabel 4.3 Benefit Vs Cost Tahun Cost Benefit 2003 Rp2,779,674,562 Rp3,504,630,413 2004 *) Rp7,921,542,564 Rp12,691,633,864 Sumber : QEHS Department Keterangan : *) Data bulan Januari s/d Agustus
126
Tabel 4.4 CRP EHS yang dominan Program EHS Benefit Tahun Kebocoran angin Rp14,630,000 Penjualan limbah domestik Rp166,779,300 Export limbah gram aluminium Rp1,258,250,000 2002 Reuse Steel Shot Rp27,000,000 Recycle Gram Cuci di Workshop Rp15,000,000 Material sisa F/P utk pembuatan multipart Rp429,000,000 Total Rp1,910,659,300 Penyederhanaan proses shaft Rp469,593,828 Reuse sparepart (ex-cutting) Rp75,136,500 2003 Perbaikan system distribusi oli Rp122,760,000 Penggantian LPG ke LNG Rp25,100,000 Total Rp692,590,328 2004 Penjualan & Pembelian kembali scrap Ingot Rp7,375,092,164 Sumber : QEHS Department Keterangan: N/A : Not Applicable
Cost Rp12,000,000 Rp132,524,000 Rp288,000 Rp5,400,000 Rp150,212,000 Rp43,567,500 Rp20,000,000 Rp19,300,000 Rp82,867,500 N/A
Sumber : PT. SIM, Cikarang Gambar 4.2 Realisasi CRP Tahun 2003 (modifikasi box penirisan endapan oli)
127
4.1.5.3.7.2 Evaluasi Proses pengembangan
evaluasi produk
hasil
dilakukan
perubahan/ oleh
Quality
Assurance. Evaluasi tersebut dilakukan melalui sistem pengecheckan dari inspeksi, baik inspeksi in-house maupun pengetesan akhir.
4.1.5.4 Maintenance Departemen Plant Service berkewajiban mengkoordinasikan kesiapan fasilitas produksi dan fasilitas pendukung lainnya termasuk utility sehingga semua fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik dan maksimal. Sehingga dapat mensupport terhadap pencapaian hasil produksi yang maksimal baik quality, cost dan delivery-nya. Aktifitas yang dilakukan untuk hal tersebut adalah dengan melakukan tindakan corrective dan preventive maintenance terhadap fasilitas produksi dan fasilitas pendukung lainnya.
4.1.5.4.1 Preventive Maintenance Preventive maintenance dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kerusakan atau penyimpangan fasilitas produksi atau fasilitas pendukung lainnya. Aktifitas pencegahan ini dilakukan secara terjadwal setiap bulan. Perencanaan
128
dilakukan dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan seksi terkait sehingga tidak mengganggu jalannya produksi. Aktifitas preventive maintenance juga diarahkan kepada tindakan
pencegahan
kemungkinan
adanya
pencemaran
lingkungan dan kondisi tidak aman pada proses dan mesin. Identifikasi dan mapping potensi pencemaran lingkungan dan proses / mesin yang tidak aman dilakukan, sehingga action yang dilakukan tepat dan sesuai dengan pareto masalahnya. Evaluasi dan monitoring hasil tindakan pencegahan harus selalu dilakukan sehingga hasil tindakan tersebut dapat berhasil dengan optimal. Pencatatan dan pendokumentasian hasil tindakan juga dilakukan, hal tersebut untuk kepentingan analisa perbaikan kedepannya.
4.1.5.4.2 Corrective Maintenance Corrective Maintenance adalah aktifitas yang dilakukan untuk melakukan perbaikan atas adanya kerusakan atau penyimpangan pada fasilitas produksi atau lainnya. Aktifitas perbaikan ini adalah berupa aktifitas yang tidak dijadwalkan secara sistematik sehingga fokus utamanya adalah secepatnya menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga break down time dapat dicegah sekecil mungkin.
129
Disamping pencegahan faktor break down time, faktor pencemaran lingkungan dan kondisi tidak aman pada mesin atau fasilitas
terkait
lainnya
yang
disebabkan
oleh
penyimpangan/kerusakan dari fasilitas dan sarana produksi perlu mendapat perhatian dan tindakan segera. Pelaksanaan corrective action ini dilakukan oleh Plant service atas order dari bagian produksi. Perencanaan tindakan dilakukan dengan mempersiapkan spare-part dan peralatan lainnya yang diperlukan. Evaluasi hasil tindakan perbaikan harus dilakukan. Hal tersebut sebagai historical data bagi analisa berikutnya.
4.1.5.5 Utility Utility adalah aktifitas yang dilakukan untuk mengamankan akan kecukupan energi yang diperlukan untuk proses produksi. Energi yang diperlukan antara lain air, listrik, bahan bakar, LPG, LNG dan lain-lain. Oleh karena itu monitoring input (Tabel 4.5) dan output energi tersebut harus selalu dilakukan termasuk pemeliharaan dan perawatan atas fasilitas pendukungnya.
130
Tabel 4.5 Konsumsi SDA Tahun Satuan 1999 2000 2001 2002 2003 2004 *) Air 58,368 80,568 110,616 136,975 169,047 115461 m3 Solar 373,164 518,005 564,456 574,360 524,249 405262 liter Listrik 5,976,468 9,682,835 13,124,172 15,550,968 18,380,660 14608514 kWh Gas LPG N/A N/A 744 980 N/A 566 ton Gas LNG N/A N/A N/A N/A 1,549 852.67 ton Minyak Tanah N/A N/A N/A N/A N/A 43695 liter SDA
Sumber : QEHS Department Keterangan : *) : Data bulan Januari s/d Agustus N/A : Not Applicable
Improvement harus selalu dilakukan sehingga akan menghasilkan sistem yang hemat energi, efisiensi penggunaan energi dan bahan, sehingga akan menghasilkan penghematan yang cukup signifikan. Secara statistika, penggunaan sumber daya energi yang dikonsumsi SIM dalam menghasilkan produk/unitnya semakin menurun akibat penerapan program Green Process walaupun jumlah produksinya meningkat pesat. (Tabel 4.6 dan Grafik 4.2 s/d Grafik 4.9)
131
Tabel 4.6 Konsumsi SDA per unit Tahun
SDA
Satuan
1999
2000
2001
2002
2003
2004 *)
Air
0.040
0.029
0.024
0.020
0.016
0.012
Solar
0.255
0.184
0.120
0.083
0.051
0.043
liter/unit
Listrik
4.082
3.446
2.790
2.254
1.778
1.561
kWh/unit
N/A
N/A
N/A
0.000060
kg/unit
Gas LPG
0.000158 0.000142
Gas LNG
N/A
N/A
N/A
N/A
Minyak Tanah
N/A
N/A
N/A
N/A
0.0001498 0.0000911 N/A
0.0047
m3/unit
kg/unit liter/unit
Keterangan : *) : Data bulan Januari s/d Agustus N/A : Not Applicable Dari Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir terjadi efisiensi yang relatif sangat besar terhadap penggunaan sumber energi untuk operasional produksi. Untuk lebih mengetahui angka pasti efisiensi yang telah berhasil dilakukan, tabel 4.7 berikut ini adalah data efisiensi yang dimaksud. Angka minus (-) yang tertera memiliki arti bahwa telah terjadi pengurangan/reduksi sebesar persentase angka yang tertera dari data periode awal yang diperoleh dari Tabel 4.6 diatas. Tabel 4.7 Efisiensi Penggunaan SDA SDA
Efisiensi
Air Solar Listrik Gas LPG Gas LNG
-69.07% -83.02% -61.78% -61.77% -39.21%
132
4.1.5.5.1 Visualisasi Konsumsi Sumber Daya Alam
m3 / unit
Air 0.050 Air 0.000 Air
1999
2000
2001
2002
2003
2004 *)
0.040
0.029
0.024
0.020
0.016
0.012
Tahun
Grafik 4.2 Konsumsi Air per unit produk
liter / unit
Solar 0.400 0.200 0.000
Solar 1999
2000
2001
2002
2003
2004
Solar 0.255 0.184 0.120 0.083 0.051 0.043 Tahun
Grafik 4.3 Konsumsi Solar per unit produk
kWh / unit
Listrik 6.000 4.000 Listrik
2.000 0.000
1
2
3
4
5
6
Listrik 4.08 3.44 2.79 2.25 1.77 1.56 Tahun
Grafik 4.4 Konsumsi Listrik per unit produk
133
kg / unit
Gas LPG 0.000200 0.000100 0.000000 Gas LPG
Gas LPG 2001
2002
2004 *)
0.000158
0.000142
0.000060
Tahun
Grafik 4.5 Konsumsi Gas LPG per unit produk
kg / unit
Gas LNG 0.0002000 0.0001000 0.0000000 Gas LNG
Gas LNG 2003
2004 *)
0.0001498
0.0000911 Tahun
Grafik 4.6 Konsumsi Gas LNG per unit produk Dari Grafik penggunaan SDA di atas, menunjukkan penurunan konsumsi per unit produknya. Efisiensi dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya perbaikan proses, improvement yang dilakukan oleh gugus kendali mutu (QCC) PT. SIM, kesadaran SDM akan pentingnya lingkungan dan sebagainya. Dari berbagai usaha yang dilakukan tersebut mengakibatkan operating cost akan menurun, kemudian berdampak pada peningkatan profit,
134
meningkatkan daya saing perusahaan, dan tidak kalah pentingnya yaitu berperan serta dalam pelestarian lingkungan.
4.1.5.6 Pengelolaan Quality, Environment, Health & Safety (QEHS) Pengelolaan Quality, Environment, Health & Safety adalah aktifitas
berupa
pengontrolan
dan
pengorganisasian
dari
implementasi Showa Management System khususnya menyangkut Sistem Manajemen Mutu, Lingkungan dan Keselamatan Kerja. Pengelolaan tersebut menjadi tanggung jawab QEHS Department mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Implementasi dan perkembangan Quality, Environment, Health & Safety harus selalu dimonitoring pelaksanaan secara rutin. Pelaksanaan monitoring tersebut dilakukan oleh internal QEHS atau bersama-sama dengan departemen terkait. Pelaksanaan oleh QEHS adalah berupa self-audit ataupun QEHS daily patrol. Sedangkan kontrol bersama-sama dengan departemen lainnya melalui audit internal yang terencana. Hasil monitoring tersebut akan diinformasikan kepada seksi terkait untuk dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Selanjutnya progress hasil monitoring ini akan dipresentasikan dalam forum laporan bulanan.
135
Pengelolaan QEHS juga menyangkut pertanggungjawaban pemenuhan regulasi lingkungan yang terkait (Lampiran 10), dimana
setiap
pengelolaannya
enam
bulanan
kepada
harus
instansi
memberikan
pemerintah
laporan
terkait.
Dasar
pelaporannya adalah mengacu kepada Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL).
4.1.5.6.1 QEHS Planning Aspek Perencanaan merupakan bagian terpenting dalam
pengelolaan
QEHS
secara
terintegrasi
dan
komprehensif. Perencanaan tersebut mencakup penentuan target dan sasaran yang akan dicapai. Dalam menentukan perencanaan tersebut harus mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang berpengaruh. Faktor internal adalah meliputi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan QEHS termasuk aspek mutu, lingkungan dan K3 dari kegiatan, produk, jasa yang dihasilkan dari aktifitas PT. SIM, sehingga aspek dan dampak penting lingkungan dan LK3
tersebut
dapat
dijadikan
pertimbangan
dalam
menyusun tujuan dan sasaran mutu, lingkungan keselamatan dan kesehatan kerja.
136
4.1.5.6.1.1 Penentuan Aspek dan Dampak Departemen identifikasi
terkait
bersama-sama
melakukan
dengan
QEHS
Department terhadap semua aspek dan dampak mutu, lingkungan dan K3 yang ada akibat kegiatan produk dan jasa. Proses identifikasi dan evaluasi aspek mutu
dan
lingkungan
dilakukan
dengan
memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh yaitu menyangkut aspek hukum, keterkaitan dengan karywan
dan
masyarakat,
tingkat
kesulitan
mengubah dampak, analisa kemungkinan insiden QLK3 dan kemungkinan tingkat keparahan serta peluang cleaner production. Penentuan aspek dan dampak QLK3 juga harus mempertimbangkan kondisi normal dan kondisi tidak normal (start up, shut down dan over load) serta aspek pada kondisi emergency (tidak terencana).
137
4.1.5.6.1.2 Penentuan Peryaratan PerundangUndangan & Peraturan Lainnya Perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang berhubungan dengan aspek dan dampak
mutu,
lingkungan
dan
K3
harus
diidentifikasi (Lampiran 10) dan disosialisasikan sebagai salah satu dasar untuk menentukan tindakan
perbaikan
dan
pencegahan.
Proses
identifikasi dan sosialisasi undang-undang dan peraturan
dilakukan
oleh
QEHS
Department
dibantu departemen terkait. Undang-undang,
hukum
dan
persyaratan lainnya secara periodik harus selalu direview sehingga selalu tersedia dokumen yang up to date. Proses review tersebut dilakukan oleh QEHS Department dengan mempertimbangkan aspek dan dampak penting QLK3 baru serta adanya undang-undang, hukum dan persyaratan lainnya yang
baru.
disosialisasikan
Dokumen kepada
baru
tersebut
departemen
harus terkait.
Mekanisme pengendaliannya mengikuti mekanisme pengendalian dokumen eksternal.
138
Badan/instansi
yang
mengeluarkan
undang-undang, hukum dan persyaratan lainnya diidentifikasi dan di daftar sehingga apabila adanya perubahan
atau
revisi
dapat
secara
cepat
mendapatkan informasinya.
4.1.5.6.1.3 Penentuan Tujuan & Sasaran Aspek dan dampak penting QLK3 hasil proses identifikasi, kebijakan manajemen dan regulasi terkait merupakan dasar pertimbangan dalam penentuan tujuan dan sasaran QLK3. Disamping itu analisa kondisi internal dan eksternal dilakukan menyangkut aspek pilihan teknologi, financial, sumber daya manusia, serta adanya pandangan pihak terkait. Analisa proyeksi Cost Benefit Analysis harus dilakukan sebagai bahan untuk menentukan apakah proyek yang akan dijalankan layak atau tidak.
Pertimbangan
benefit
yang
dihasilkan
mencakup Economical Benefit dan Ecological Benefit.
139
Tujuan
dan
sasaran
ini
ditentukan
setahun sekali melalui mekanisme review yang telah berjalan. Adapun pelaporan pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan setiap bulan dalam media laporan bulanan. Tujuan dan sasaran yang tidak tercapai
maka
harus
dibuatkan
identifikasi
masalahnya serta ditentukan rencana tindakan perbaikan dan pencegahannya
4.1.5.6.2 Pelaksanaan Operasional QEHS Pelaksanaan operasional QEHS adalah mengacu kepada objective dan target yang telah ditetapkan baik internal perusahaan maupun keterkaitan dengan pihak eksternal perusahaan.
4.1.5.6.2.1 Pengelolaan Limbah Dalam melakukan proses produksinya seksi terkait harus mengacu kepada prinsip meminimalkan limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi harus dicegah dari awal sehingga tidak menumpuk di akhir proses.
Peralatan
140
untuk
mereduksi
dan
memproteksi limbah harus tersedia pada proses tersebut. Secara umum limbah yang dihasilkan dari proses atau aktifitas lainnya harus dikendalikan dan tidak boleh dibuang langsung sebelum dikelola atau dinetralkan. Mekanisme pengelolaan dan penanganan limbah
disesuaikan
dengan
jenis,
sifat
dan
karakteristik limbah tersebut yaitu limbah padat, cair, udara maupun sampah lingkungan (Lampiran 9). Penanganan khusus akan dilakukan terhadap limbah-limbah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Penanganan tersebut dikendalikan mulai dari limbah tersebut dihasilkan, aliran limbah sampai dengan limbah tersebut dikelola sebelum dibuang ke instansi terkait yaitu PPLI. Identifikasi khusus
terhadap
kemasan
limbah
B3
yang
dihasilkan juga telah dilakukan sehingga tidak tercampur dengan jenis limbah yang lain. Limbah B3 cair yang dihasilkan dari proses produksi khususnya yang mengandung chrome akan diolah oleh Waste Water Treatment
141
(WWT) sebelum dibuang ke luar lingkungan perusahaan (Gambar 4.3). Sedangkan jenis limbah oli akan dialirkan melalui oil trap (Gambar 4.4) yang sudah terpasang di berbagai lokasi. Sedangkan limbah lainnya dimasukkan ke dalam box limbah dan dikumpulkan di Pusat Daur Ulang (PDU) sebelum diserahkan ke pengumpul resmi.
Sumber : PT. SIM Gambar 4.3 Waste Water Treatment
Sumber : PT. SIM Gambar 4.4 Oil Trap
142
Limbah padat yang mengandung B3 harus dipisahkan dari yang non-B3, akan tetapi untuk pengumpulan sementaranya di sentralisasi di PDU. Sebelum dikirm ke instansi resmi limbah padat B3 terlebih dahulu dilakukan pre-treatment sehingga volumenya menjadi berkurang atau kadar B3-nya turun. Penanggulangan dilakukan
dengan
pencemaran
menyediakan
alat
udara proteksi
pencemaran udara pada mesin atau sumber pencemar yaitu berupa booth angin (Gambar 4.5), dust collector atau scrubber (Gambar 4.6). Untuk mengetahui kadar pencemaran dan nilai ambang batas udara maka secara periodik dilakukan pengukuran. Apabila ditemukan penyimpangan maka tindakan perbaikan dan pencegahannya harus segera dilakukan.
143
Sumber : PT. SIM Gambar 4.5 Booth Angin
Sumber : PT. SIM Gambar 4.6 Scrubber Plating
144
Pengelolaan sampah lingkungan yang non B3 penanganannya disesuaikan dengan jenis sampahnya, yang selanjutnya akan dikumpulkan oleh General Affair untuk disentralisasi di PDU (Gambar 4.7). Pembuangan sampah lingkungan non B3 dilakukan oleh pengumpul resmi yang telah terdaftar di pemerintah.
Sumber : PT. SIM Gambar 4.7 Pusat Daur Ulang (PDU)
Berdasarkan bentuknya, limbah dapat digolongkan atas limbah padat dan cair. Kedua limbah tersebut, baik limbah padat maupun limbah cair akan dikategorikan menjadi 2 (dua), yakni
145
yang merupakan B3 dan non B3. Untuk data limbah-limbah
yang
ditampilkan
berikut
ini
merupakan limbah padat B3 berasal dari sludge WWT, sedangkan kategori limbah padat non-B3 terdiri dari limbah domestik, gram Al, gram Fe dan debu dari proses Casting. Untuk kategori limbah cair B3 berasal dari Coolant, sedangkan asal limbah cair non-B3 dari limbah hasil produksi, WWT, toilet dan MCK. Limbah disebutkan
pada
padat
selain
paragraf
yang
telah
sebelumnya
akan
langsung ditempatkan di Pusat daur Ulang (PDU). Untuk lebih jelas mengenai alur limbah, dapat dilihat pada Matriks Limbah yang terdapat di Lampiran 9.
Tabel 4.8 Limbah Padat Nama Limbah padat
1999 Limbah Padat B3 528,400 Limbah Padat Proses -
2000 37,750 170,579
Sumber : QEHS Department
146
Tahun 2001 45,300 316,383
2002 52,850 452,046
2003 64,000 533,070
Satuan kg kg
Tabel 4.9 Limbah Cair Nama Limbah Cair
2000 Limbah Cair B3 154,400 Limbah Cair Proses -
Tahun 2001 2002 2003 260,000 2,840,000 2,960,000 57,290 93,699 138,886
Satuan liter m3
Sumber : QEHS Department
Dari Tabel 4.8 dan 4.9 diatas merupakan angka-angka total output limbah yang dihasilkan oleh PT. SIM. Bila data tersebut dibandingkan dengan kinerja produksi Tabel 4.2, akan dihasilkan output limbah per unit produk pada Tabel 4.10 dan 4.11 berikut ini.
Tabel 4.10 Limbah Padat (per unit produk) Nama Limbah padat
1999 Limbah Padat B3 0.361 Limbah Padat Proses -
2000 0.013 0.061
Tahun 2001 0.010 0.067
2002 0.008 0.066
2003 0.006 0.052
Satuan
Tabel 4.11 Limbah Cair (per unit Produksi) Nama Limbah Cair
2000 Limbah Cair B3 0.055 Limbah Cair Proses -
Tahun 2001 2002 0.055 0.412 0.031 0.024
147
2003 0.286 0.020
Satuan liter m3
kg kg
Dari visualisasi grafik dibawah ini, terlihat bahwa penurunan limbah walaupun terjadi pada limbah padat. Tentunya ini merupakan keuntungan yang diperoleh akibat penerapan program CRP yang terus menerus. Selain itu, adanya
QCC
juga
cukup
membantu
dalam
minimalisasi limbah padat ini. Tetapi output limbah cair
yang
dihasilkan
ternyata
kurang
menggembirakan. Limbah cair B3 yang dihasilkan masih dapat dikategorikan cukup tinggi walaupun sudah sempat menurun dari tahun 2002. Upaya terus menerus untuk meminimalisasi limbah cair B3 ini harus terus dilakukan. Lain halnya dengan limbah cair non-B3, dari grafik menunjukkan trend yang menurun. Ini perlu terus dipertahankan.
148
Limbah Padat (per unit produk) 0.400 0.350
kg
0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 1999
2000
2001
2002
2003
Tahun
Grafik 4.7 Limbah padat
Limbah Cair (per unit produk) 0.450 0.400 0.350 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000
Limbah Cair B3 (liter) Limbah Cair (m3)
2000
2001
2002
Tahun
Grafik 4.8 Limbah Cair
149
2003
4.1.5.6.2.2 Kesiapsiagaan & Tanggap Darurat Perusahaan memelihara
prosedur
idealnya untuk
membuat
dan
mengidentifikasi
terjadinya kemungkinan kecelakaan dan situasi darurat serta tatacara mengatasi dan menanggulangi kondisi darurat tersebut. PT. SIM dalam hal ini ternyata
telah
memiliki
struktur
organisasi
Penanggulangan Tanggap Darurat (Lampiran 11 dan 12) yang berguna saat terjadinya keadaan yang tidak diharapkan. Setiap karyawan telah mengerti dan memahami perannya masing-masing bila terjadi peristiwa emergency, hal ini penting sehingga kekacauan dapat diminimalisasi sehingga keadan dapat teratasi dengan baik.
Prosedur
tersebut di review dan disesuaikan dengan kondisi actual di lapangan dan dilakukan minimal enam (6) bulan sekali. QEHS
Department
mengidentifikasi
situasi darurat dan menganalisa resiko yang mungkin timbul di seluruh area perusahaan yang diakibatkan dari proses, produk dan aktifitas yang dilakukan. Hasil identifikasi tersebut dibuatkan
150
dalam bentuk mapping area darurat “peta daerah rawan” yang mencakup daerah rawan, peta evakuasi dan peta peralatan tanggap darurat. Prosedur dan Instruksi kerja tersebut diuji
coba
dan
dievaluasi
keefektifannya.
Sosialisasi prosedur dilakukan kepada seluruh karyawan. Prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat diantaranya mencakup darurat kebakaran dini dan terkendali, darurat banjir, darurat huruhara, darurat ledakan, dan darurat tumpahan bahan kimia.
4.1.5.6.2.3 Pengelolaan
Aktifitas
Pekerjaan
Khusus Aktifitas yang dilakukan oleh masingmasing bagian ataupun oleh sub kontraktor yang berbahaya dan beresiko tinggi terhadap masalah mutu, lingkungan dan K3 baik bagi karyawan maupun perusahaan telah diatur dan dikendalikan pelaksanaannya.
151
Setiap
departemen
terkait
yang
bertanggung jawab terhadap pengerjaan tersebut baik dilakukan oleh internal seksi maupun oleh subkontraktor harus terlebih dahulu lapor ke QEHS Departemen. Setelah itu akan dikeluarkan surat ijin pengerjaan
yang
akan
ditembuskan
kepada
departemen terkait termasuk security. Sebelum mengeluarkan surat ijin pengerjaan, QEHS Dept. bersama-sama
dengan
seksi
pemohon
akan
memeriksa kondisi lapangan termasuk sarana yang digunakan sekaligus memberikan rekomendasi dan saran tentang aspek LK3-nya. Untuk pengerjaan yang sangat berisiko tinggi, maka selama proses pengerjaannya akan diawasi oleh bagian keamanan. Sub-kontraktor atau bagian yang melakukan pengerjaan tersebut harus memperhatikan benar-benar masalah lingkungan dan K3 baik untuk pekerja maupun lingkungan sekitarnya.
152
4.1.5.6.2.4 Penanganan Insiden Penanggulangan kecelakaan atau insiden yang terjadi di lingkungan perusahaan atau di luar lngkungan perusahaan yang menimpa karyawan PT. SIM harus segera ditanggulangi. Untuk kejadian kecelakaan dilingkungan perusahaan akan dilihat tingkat keparahannya sebelum dilakukan tindakan selanjutnya. Frequency rate adalah tingkat kekerapan kecelakaan per satu juta jam kerja (hari hilang >2x24 jam atau mengalami cacat tetap / amputasi / meninggal). Severity rate adalah tingkat keparahan kecelakaan (dari jumlah hari hilang) per satu juta jam kerja (hari hilang >2x24 jam atau mengalami cacat tetap/amputasi/meninggal).
153
Perhitungan Critical Point K3 kategori Manufaktur (EHS Division, PT. Astra International Tbk) : ¾ Jumlah karyawan (A) ¾ Jumlah jam kerja dalam suatu periode (B) ¾ Jumlah kecelakaan yang menyebabkan > 2 hari kerja hilang (C) ¾ Jumlah hari hilang akibat kecelakaan yang mengakibatkan > 2 hari kerja hilang (D) Rumus : FR =
C × 1.000.000 ( A × B)
SR =
D × 1.000.000 ( A × B)
Tabel 4.12 Accident Rate Standar Astra Green Company Kategori EMAS HIJAU BIRU MERAH HITAM
(<100) FR<5 5[FR<10 10[FR<15 15[FR<20 FR/20
Frequency rate Jumlah Karyawan (100-299) (300-499) FR<1 FR<1,5 1,5[FR<3,5 3,5[FR<5,5 5,5[FR<7 FR/7
1[FR<2,5 2,5[FR<3,5 3,5[FR<4,5 FR/4,5
154
Severity Rate (>500) FR<1
SR<170
1[FR<2 2[FR<3 3[FR<4 FR/4
170[SR<375 375[SR<750 750[SR<1750 SR/1750
Tabel 4.13 Critical Point K3 Item Jumlah Karyawan Jumlah kecelakaan Jumlah hari hilang Jam kerja total Karyawan Frequency Rate Severity Rate
2000 1101 5 38 2959488 1.69 12.84
2001 1431 6 42 3846528 1.56 10.92
2002 1581 0 0 4249728 0.00 0.00
2003 1952 3 17.5 5246976 0.57 3.34
2004 *) 2105 4 19 5658240 0.71 3.36
Sumber : QEHS Department Keterangan : *) Data Januari s/d Agustus
2.0
12.84
10.92
FR
1.5 1.0
Frequency Rate 1.69
Severity Rate
1.56
3.34
0.5 0
0.0
3.36
0.57
0.71
2003
2004 *)
0
2000
2001
2002
14 12 10 8 6 4 2 0
SR
Critical Point K3
Tahun
Grafik 4.9 Critical Point K3
Dari data Tabel 4.13 di atas, kemudian divisualisasikan pada Grafik 4.9, peningkatan frequency rate dan severity rate setelah pencapaian zero accident pada tahun 2002 kembali meningkat walaupun masih dalam kategori emas. Perhatian khusus perlu diberikan pada semakin tingginya jumlah tenaga kerja khususnya level operator yang
155
ditugaskan pada jam lembur. Sejumlah karyawan yang
terus
menerus
mengalami
lembur
menyebabkan operator merasa lelah (fatique) dan berimplikasi pada kelengahan pada unsur safety. Penekanan masalah Safety sejak awal mulai bekerja harus ditekankan benar-benar, setelah itu juga perlu dilakukan sanksi yang sangat serius bagi pelanggar terutama
masalah
pemakaian
Self
Protection
Equipment/Alat Pelindung Diri (Gambar 4.8).
Sumber : PT. SIM Gambar 4.8 Alat Pelindung Diri
156
Terjadinya merugikan
si
kecelakaan korban,
tidak
namun
juga
hanya dapat
mempengaruhi keberlangsungan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya kehilangan yang sangat besar meliputi waktu, produksi, penjualan, delivery rate, biaya, image perusahaan, dan masih banyak lagi. Visualisasi
untuk
informasi
K3
ditampilkan pada papan informasi K3 (Gambar 4.9) seperti misalnya kecelakaan yang terjadi yang tujuannya untuk menyadarkan karyawan agar berhati-hati dalam bekerja sehingga terhindar dari kecelakaan.
157
Sumber PT. SIM Gambar 4.9 Papan Informasi K3
4.1.5.6.2.5 Review & Improvement Process
review
pengelolaan
QEHS
adalah mengacu kepada proses dan mekanisme review
Showa
Manufacturing
System
secara
keseluruhan yaitu melalui saluran dan media yang sama. Akan tetapi review yang ditekankan disini adalah
review
yang
benar-benar
bersifat
operasional dan implementasi di lapangan. Input review adalah berasal dari internal audit atau dari pandangan pihak internal terkait. Review internal
158
pengelolaan QEHS dilakukan minimal sebulan sekali.
Pengembangan
dilakukan
menghasilkan sistem pengelolaan QLK3 efektif
dan
efisien.
Sumber
untuk yang
melakukan
pengembangan adalah rekomendasi internal audit, pandangan pihak terkait internal dan eksternal serta tuntutan standar manajemen untuk perbaikan. Pengembangan harus benar-benar diarahkan kepada kesempurnaan dan efektifitas pengelolaan QEHS.
4.1.6 Customer Management Customer Management adalah aktifitas yang mengelola order dengan pelanggan mulai dari aktifitas pencarian order, pemenuhan order, pemeliharaan order serta aktifitas pelayanan untuk memenuhi harapan dan keinginan pelanggan. Proses pengelolaan tersebut dilakukan oleh bagian Marketing dengan dukungan seluruh lapisan organisasi perusahaan.
159
Pada Tabel berikut ini akan ditampilkan sales volume PT. SIM selama 16 tahun terakhir.
Tabel 4.14 Sales Volume PT. SIM 1988 s/d 1995 (dalam miliar rupiah) Tahun 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 MOTOR CYCLES 14.40 20.80 29.50 33.94 33.79 51.00 64.90 91.14 AUTOMOBILES 6.20 6.30 10.12 8.99 6.32 7.61 14.40 17.80 EXPORT 0.10 0.87 1.46 2.12 3.36 5.96 3.30 4.36 TOTAL 20.70 27.97 41.08 45.05 43.47 64.57 82.60 113.31 ITEM
Sumber : Company Profile & Marketing File Tabel 4.15 Sales Volume PT. SIM 1996 s/d 2003 (dalam miliar rupiah) Tahun
ITEM 1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
MOTOR CYCLES 128.89 173.45 92.05 130.45 230.24 403.94 573.63 700.02 AUTOMOBILES
17.02 18.82
4.03
EXPORT
7.23
13.11 31.88 37.62 38.39 47.97 63.18
TOTAL
5.91
12.23 47.32 54.15 77.80 71.97
153.13 198.18 109.20 174.56 315.19 496.48 699.40 835.17
Sumber : Company Profile & Marketing File
160
Sumber : Company Profile & Marketing File Grafik 4.10 Sales Volume PT. SIM tahun 1988 s/d 2003
161
Aktifitas dan fungsi yang tersangkut langsung dengan pemenuhan order ke pelanggan harus selalu dimonitoring sehingga tidak terjadi hal-hal yang dapat mengganggu pemenuhan order ke pelanggan. Apabila terjadi masalah pada aktifitas-aktifitas tersebut maka tindakan perbaikan harus segera dilakukan. Pelayanan terhadap pelanggan setelah barang dikirim ke pelanggan harus terus dilakukan. Adanya claim dari pelanggan harus mendapatkan respon secara tepat sehingga tidak mempengaruhi image kualitas produk yang dihasilkannya. Pelayanan yang dilakukan tidak hanya berupa penanganan claim saja tetapi berupa adanya jaminan garansi dan sistem jemput bola. Pola jemput bola yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui dan mencegah sedini mungkin kemungkinan adanya timbul masalah kualitas di pelanggan pasca pengiriman produk.
4.1.6.1 Customer Care 4.1.6.1.1 Tujuan PT. SIM harus melakukan pengukuran terhadap tingkat kepuasan pelanggan. Dengan pengukuran tersebut dapat diketahui apakah selama ini pelanggan puas atau tidak terhadap pelayanan yang telah diberikan perusahaan. Data ini sangat berguna sebagai bahan untuk melakukan evaluasi kinerja perusahaan dalam melayani pelanggan. Hal tersebut
162
dilakukan demi kelangsungan order dan hubungan baik dengan pelanggan.
4.1.6.1.2 Mekanisme Penilaian Pelaksanaan penilaian pelanggan ini dilakukan dan dikoordinir
oleh
Marketing.
Marketing
membuat
dan
menentukan kriteria/parameter kepuasan pelanggan baik menyangkut persyaratan produk, lingkungan, K3 serta persyaratan pelayanan tertulis atau tidak. Parameter
kepuasan
yang
telah
ditetapkan
selanjutnya dibuat dalam bentuk kuesioner yang akan diedarkan kepada pelanggan untuk diisi dan dikembalikan ke PT. SIM. Marketing akan mengolah dan menganalisa data isian kuesioner dan mengkategorikan tingkat kepuasan menjadi kategori “Kurang – Cukup – Baik”. Data kepuasan pelanggan ini didistribusikan kepada departemen terkait untuk dipelajari dan digunakan sebagai dasar melakuakn evaluasi kinerja masing-masing di seksi terkait. Apabila hasil penilaian tersebut kurang memuaskan maka harus ada action khusus berupa Problem Identification & Corrective Action dengan segera.
163
4.1.7 Human Resources (HR) & Administration Management Human
Resources
Management
adalah
kegiatan
manajemen
perusahaan yang mengelola pengembangan sumber daya manusia, pengendalian dokumen dan catatan, pengelolaan finance & Accounting, pengelolaan Electronic Data Processing/Information Technology dan pengelolaan personalia dan administrasi. Semua aktifitas tersebut ditujukan untuk mendukung kelangsungan operasional proses perusahaan terlebih terhadap core business process dan aktifitas-aktifitas lain yang terkait langsung dengan pemenuhan harapan dan keinginan pelanggan, serta pemenuhan regulasi terkait lainnya. Tanggung jawab dan kewenangan untuk menjalankan fungsi masingmasing kegiatan tersebut di atas adalah ada pada masing-masing departemen terkait. Secara umum prinsip pengelolaan tersebut adalah mengacu pada pemutaran konsep Plan–Do-Check–Action (PDCA).
4.1.7.1 HR Development 4.1.7.1.1 Planning Perusahaan perlu menentukan dan menyediakan sumber daya manusia yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang pelaksanaan SMS yang efektif. SDM yang tersedia adalah sumber daya yang kompeten sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang diinginkan.
164
Proses penyediaan sumber daya manusia yang kompeten tersebut mulai dari proses recruitment dan dikembangkan dalam berbagai kegiatan training yang dilakukan baik bersifat technical/ / skill maupun yang bersifat managerial. Pengembangan karyawan juga dilakukan melalui perencanaan system karir, system mutasi, promosi dan demosi.
4.1.7.1.2 Recruitment Proses recruitment yang dilakukan adalah untuk seluruh lapisan dan jenjang pendidikan mulai dari recruitment SLTA, D3 dan Sarjana. Recruitment masing-masing jenjang pendidikan tersebut mempunyai mekanisme recruitment masing-masing, akan tetapi secara umum mekanismenya sama. Proses recruitment akan dilakukan sesuai dengan permintaan masing-masing bagian yang telah disetujui oleh atasan
terakit,
khusus
untuk
sarjana
dan D3
harus
mendapatkan persetujuan dewan direksi Showa Indonesia maupun
Jepang.
Pemeriksaan kelengkapan persyaratan
dilakukan oleh HRD. Proses seleksi dilakukan dengan melakukan test psikologi yang dilakukan oleh pihak Showa
165
sendiri, oleh Astra Recruitment Center maupun oleh pihak konsultan. Test kesehatan akan dilakukan bagi calon karyawan yang telah lulus tes psikologi dan wawancara dengan pihakpihak terkait. Karyawan yang telah lulus seleksi maka akan ditempatkan sesuai dengan permintaan dari masing-masing bagian.
4.1.7.1.3 Development Pengembangan karyawan di PT. Showa Indonesia Manufacturing dilakukan pada semua level dan fungsi dalam organisasi. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kemampuan baik skill maupun manajerial individu karyawan. Untuk
melihat
performance
masing-masing
karyawan, maka setiap enam bulan sekali dilakukan penilaian karyawan oleh masing-masing atasan terkait. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan promosi jabatan maupun pangkat maupun proses demosi dan mutasi.
166
Proses promosi, demosi, mutasi atau rotasi dilakukan sesuai dengan tingkat kepentingannya dengan tujuan untuk melakukan pembinaan. Untuk bagian-bagian tertentu yang perlu keahlian khusus, atau proses yang sangat significant terhadap kemungkinan dampak lingkungan maupun K3 harus orang yang benar-benar ahli dan kompeten dalam bidang tersebut. Apabila belum kompeten maka training yang sesuai harus segera dilakukan. Disamping hasil dari penilaian karya, pertimbangan lain untuk pengembangan karyawan adalah dengan melihat hasil potential assessment individu yang bersangkutan.
4.1.7.1.4 Kompetensi & Kesadaran Perusahaan
menentukan
kompetensi
yang
dibutuhkan untuk personil yang bekerja pada bagian khusus yang sangat mempengaruhi aspek kualitas, lingkungan maupun K3. Penentuan parameter kompetensi ditentukan bersama-sama antara departemen terkait HRD. Parameter ini dilakukan terhadap semua aktifitas kunci masing-masing pekerjaan.
Secara
umum
pengelompokkan
parameter
kompetensi adalah skill, knowledge, attitude atau special skill yang dibutuhkan untuk pekerjaan khusus.
167
Perkembangan tingkat kompetensi tersebut selalu dimonitoring perkembangannya sehingga pekerja tersebut akan semakin terampil dan cakap. Monitoring perkembangan tingkat
kompetensi
dilakukan
oleh
masing-masing
departemen dan dikoordinir oleh HRD. Selain mempunyai kompetensi yang mencukupi, setiap karyawan harus mempunyai kesadaran akan tanggung jawab kualitas, lingkungan dan K3. Timbulnya kesadaran tersebut merupakan tanggung jawab atasan masing-masing. Media untuk menimbulkan kesadaran dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi internal melalui briefing, five minute talk, poster, memo, dll.
4.1.7.1.5 Training Identifikasi kebutuhan pelatihan dilakukan bagi setiap karyawannya terutama yang bidang kerjanya secara langsung mempengaruhi aspek kualitas, lingkungan dan K3. Proses pengidentifikasian kebutuhan pelatihan dilakukan oleh masing-masing bagian yang dikoordinir oleh HRD. Rencana pelatihan baik internal maupun eksternal dibuat di awal tahun oleh HRD dan disetujui oleh direksi termasuk
dana
yang
168
diperlukan
temasuk
lembaga
penyelenggara pelatihannya. Rencana pelatihan tersebut atas usulan dari masing-masing bagian. Pencapaian rencana pelatihan setiap bulannya akan dilaporkan kepada direksi. Apabila ada yang tidak sesuai maka HRD akan membuat Problem Identifikasi dan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan. Permintaan pelatihan yang belum direncanakan di awal tahun dapat dilakukan dengan persetujuan direksi. Proses evaluasi hasil pelatihan dilakukan untuk melihat keefektifan pelatihan tersebut. Proses evaluasi dapat dilakukan oleh HRD ataupun pimpinan kerja terkait. Hasil evaluasi pelatihan juga dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah pelatihan tersebut masih bisa dipertahankan atau tidak. Secara umum jenis pelatihan di PT. SIM adalah sebagai berikut: a. Pelatihan Karyawan baru (Pra-Kerja) Setiap karyawan yang baru masuk di PT SIM akan mendapatkan pelatihan pra-kerja seperti yang terlihat dalam Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 Pelatihan tersebut
ditujukan
kepada
perusahaan,
Showa
mencakup
pemahaman
169
pengenalan
Management kualitas,
System
kondisi yang
lingkungan,
keselamatan
dan
kesehatan
perawatan/pemeliharaan
kerja
mesin.
Di
dan
tatacara
samping
itu
dijelaskan tentang tata tertib, hak dan kewajiban karyawan. Pelatihan pra kerja dilakukan di dalam kelas. Setelah karyawan tersebut selesai pelatihan pra-kerja akan diteruskan dengan pelatihan ditempat kerja berupa on the job training (OJT). Proses training ini adalah berupa pengenalan dan praktek langsung di lapangan
dengan
bimbingan
atasan
terkait.
Pelaksanaan OJT dilakukan selama kurang lebih satu minggu. Penilaian OJT dilakukan oleh masing-masing atasan dan diserahkan ke HRD.
170
Sumber : QEHS Department Gambar 4.10 Pelatihan Pemadaman Kebakaran saat Training Pra-Kerja
Sumber : QEHS Department Gambar 4.11 Pelatihan Pemakaian APD saat Training Pra-kerja
171
b. Pelatihan Karyawan Pelatihan
karyawan
meningkatkan
adalah
kemampuan
pelatihan
karyawan.
untuk
Pelatihan
tersebut dapat dilakukan secara internal maupun eksternal
training.
HRD
akan
mengkoordinir
pelaksanaan training tersebut. Peserta yang telah selesai melakukan eksternal training diwajibkan membuat evaluasi hasil pelatihan. Presentasi atas hasil pelatihan harus dilakukan oleh yang bersangkutan, akan tetapi dengan pertimbangan tertentu presentasi boleh tidak dilaksanakan.
4.1.7.2 Information Technology Pengelolaan IT adalah fungsi yang bertanggung jawab terhadap pengadaan, pemeliharaan, operasional dan perbaikan sarana komputerisasi dan sejenisnya baik aspek Hardware-nya maupun software-nya. Kelancaran operasional komunikasi melalui jaringan komputer sangat bermanfaat bagi keefektifan operasional SMS, baik segi waktu, biaya dan safety. Oleh karena itu pemeliharaan dan improvement hardware maupun software-nya masih perlu dikembangkan. Pemeliharaan yang dilakukan selama ini bersifat preventive maupun corrective.
172
Pemeliharaan yang bersifat perbaikan adalah perbaikan yang dilakukan atas adanya penyimpangan atau kerusakan baik di software maupun hardware. Perbaikan akan dilakukan setelah adanya informasi atau permintaan perbaikan dari user. Bagian IT akan menganalisa tingkat kerusakan yang perlu diperbaiki. Apabila IT tidak bisa memperbaiki kerusakan tersebut harus dimonitoring dan dievaluasi. Proses monitoring tersebut dilakukan oleh user ataupun oleh bagian IT. Tindakan
pencegahan
adalah
tindakan
yang
telah
direncanakan oleh IT untuk mengantisipasi kemungkinan adanya penyimpangan atau kerusakan baik pada hardware maupun softwarenya. Tindakan pencegahan ini dilakukan oleh IT atau bekerja sama dengan pihak provider yang kompeten. Dalam melakukan pengembangan harus selalu mengacu kepada perkembangan teknologi informasi secara global. Akan tetapi implementasinya harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi perusahaan. Untuk
menanggapi
isu
e-commerce
yang
semakin
berkembang, kiranya masalah pengembangan penerapan sistem jaringan informasi dalam seluruh kegiatan yang dilakukan juga dapat dipertimbangkan dalam rangka merebut pasar Internasional dan tidak tertutup juga untuk skala nasional, karena sesuai kesepakatan APEC
173
bahwa regulasi perdagangan bebas akan dimulai tahun 2010 untuk negara maju dan tahun 2020 untuk negara berkembang. Jika disiapkan mulai saat ini, tentunya akan sangat baik.
4.1.8 Dampak Penerapan AGC Setelah Terlaksananya program Astra Green Company, beberapa perubahan yang terjadi di PT. SIM adalah: ¾ Sertifikasi ISO 14001 pada tahun 2001 ¾ Perubahan prosedur-prosedur yang meliputi aspek lingkungan dan juga aspek Keselamatan Kerja dalam pemenuhan pilar-pilar Green Company. ¾ Permintaan Material Safety Data Sheet (MSDS) kepada supplier yang mengirimkan material-material yang termasuk dalam kategori berbahaya dan beracun sehingga dapat dicegah sedini mungkin perlakuan-perlakuan yang dapat membahayakan pekerja saat menggunakan bahan tersebut. ¾ Sebagai wujud komitmen manajemen dalam masalah lingkungan, maka pada tanggal 8 Oktober 2001 dilakukan pengangkatan Executive in Charge dalam bidang LK3 ¾ Untuk menindaklanjuti hal tersebut, maka pada tanggal 10 September
2002
dilakukan
174
pengangkatan
Person
in
Charge/Management
Representative
(MR)
bidang
Quality,
Environment, Health & Safety (QEHS) ¾ Pada tanggal 14 September 2002 dibentuk team Penanggulangan Tanggap Darurat untuk mengantisipasi kekacauan bila terjadi halhal yang diluar dugaan. Team ini kemudian ditegaskan kembali dengan pengesahan oleh Bupati Bekasi pada tanggal 8 November 2002 dan kemudian disahkan oleh Kepala Dinas tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bekasi pada tanggal 15 Juli 2003. ¾ Melakukan simulasi / pelatihan pemadaman kebakaran skala kecil pada seluruh karyawan baru dengan menggunakan karung basah APAR yang sudah atau mendekati tanggal kadaluarsa. Selain simulasi, ini juga berguna untuk memeriksa kondisi APAR. ¾ Melakukan simulasi pemadaman kebakaran skala besar dengan bekerja sama dengan unit-unit terkait (Pertamina, Kawasan Jababeka, dll) secara rutin satu kali setiap tahunnya. ¾ Melakukan audit kepada supplier secara berkala setiap enam bulan sekali
dan
mengadakan
Vendor
Gathering
sebagai
acara
kebersamaan para supplier diselingi dengan pengumuman supplier terbaik dengan penilaian dari segi Quality, Cost, Delivery, Service, Environment, Health & Safety. ¾ Dimasukkannya aspek EHS dalam Objective dan Target yang ditetapkan perusahaan agar menerapkan pencapaian Gold Category
175
Astra Green Company bukan hanya secara global melainkan dalam setiap aktifitas perusahaan. ¾ Melakukan sertifikasi SMK3 pada tanggal 2 Januari 2004. dalam sertifikasi yang pertama, SIM langsung mendapatkan kategori emas dalam penerapan K3. Hal ini tentunya merupakan keuntungan yang diperoleh akibat penerapan AGC. ¾ Melakukan Patrol LK3 secara ketat dan rutin kepada setiap operator di pabrik. ¾ Penurunan tingkat kecelakaan bahkan mencapai zero accident pada tahun 2002. ¾ Melakukan pemeriksaan APAR dan Hydrant secara rutin agar alatalat tersebut selalu siap digunakan bila diperlukan. ¾ Dibuatnya matriks limbah sebagai acuan pengendalian limbah dalam lingkungan PT. SIM. ¾ Menambah fasilitas-fasilitas LK3 seperti oil trap, dust collector, spray boothing dan lain sebagainya sebagai upaya lebih mencaga kondisi operator yang tentunya berdampak pada keberlangsungan perusahaan. ¾ Integrasi Sistem Manajemen yang disebut Showa Management System (SMS) yang meliputi aspek QEHS. Dari integrasi ini berdampak pada disatukannya jadwal audit. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah dampak dari Integrasi Sistem Manajemen.
176
177
Tabel 4.16 Perbandingan Sebelum dan Sesudah SMS Item
Sebelum integrasi
Jumlah
Sesudah integrasi
per tahun hari 12
1
1. Audit 5K
12
1
1. pengurangan biaya
2. Audit mutu internal
3
3
2. Audit internal SMS
3
3
2. pengurangan waktu auditor dan pihak manajemen
4. Audit Green Company
3
3
3
3
Total
3. mengurangi waktu BOD u/ closing meeting
39
Total
21
1. Audit ISO 9001:2000 TUV
1
3
1. Audit ISO 14001 & ISO 9001:2000
1
3
1. pengurangan mandays 3 hari
2. Audit ISO 14001 TUV
1
3
2. Audit AGC
1
2
2. pengurangan waktu preparasi
3. Audit AGC
1
2
3. Audit Showa Japan
1
1
4. Audit Showa Japan
1
1
4. Audit Honda Japan
1
1
5. Audit Honda Japan
1
1
5. Audit Suzuki
1
1
6. Audit Suzuki
1
1
Total Management Review (SIMDAP)
Keuntungan
1. Audit 5K Audit internal 3. Audit lingkungan internal
Audit eksternal
Jumlah per tahun hari
11
3
Total
8
2
3
1
1. pengurangan hari : 3 hari 2. materi lebih komprehensif (singkat & padat)
178
4.2 Kondisi Eksternal 4.2.1 Analisis Lingkungan Scanning kondisi eksternal diperlukan untuk mengidentifikasi setiap faktor di luar perusahaan yang memiliki kemungkinan mempengaruhi bisnis. Hal ini diperlukan agar perusahaan mampu menjawab baik dengan menyerang maupun bertahan terhadap faktor-faktor dengan merumuskan strategi yang memanfaatkan peluang eksternal atau yang meminimalkan dampak ancaman potensial. Pada umunya kondisi eksternal terbagi menjadi lima (5) kategori besar, yaitu: 1. Politik, pemerintah dan hukum 2. Ekonomi 3. Sosial, budaya dan lingkungan 4. Teknologi Kecenderungan dan peristiwa eksternal yang terjadi secara signifikan akan mempengaruhi semua produk, jasa, pasar dan organisasi di dunia. Perubahan yang terjadi perlu diterjemahkan dalam kaitannya dengan perubahan permintaan konsumen.
179
4.2.1.1 Politik, Pemerintah dan Hukum Pemerintah asing, nasional RI dan pemerintah daerah merupakan regulator, pemberi subsidi, dsb. Oleh karena itu, faktor-faktor politik, pemerintah dan hukum dapat mencerminkan peluang atau ancaman kunci untuk perkembangan organisasi. Regulasi pemerintah nasional yang semakin ketat akan hal lingkungan sudah merupakan point positif bagi SIM, karena secara umum peraturan-peraturan yang ada sudah terpenuhi seperti adanya AMDAL UKL/UPL, pemberian APD dan bahkan mewajibkan penggunaannya kepada tenaga kerja, adanya fasilitas pengolahan limbah sehingga tidak mencemari lingkungan, dan lain sebagainya. Penerapan Green Company yang dimotori oleh Astra International membawa keuntungan bagi SIM sebagai Competitive Advantage yang salah satu efeknya ialah mampu melakukan Cost Reduction mencapai lebih dari Rp. 12 milyar (per september 2004). Dahulu, banyak kalangan yang menyatakan masalah pelestarian lingkungan merupakan investasi yang tidak akan / sulit diperoleh pengembaliannya. Alhasil, SIM membuktikan bahwa hal tersebut adalah sangat bertolak belakang.
180
Dirjen Depperindag menyatakan bahwa Indonesia akan melibatkan diri untuk turut serta dalam global e-commerce. Jika RUU yang sedang disusun sudah rampung, kebijakan bidang Teknologi Informasi dan Traksaksi Elektronik dikeluarkan maka persaingan perdagangan global akan semakin kompetitif. Pemilihan umum yang baru saja berlangsung telah terlaksana dengan baik. Presiden terpilih merupakan pilihan rakyat secara langsung yang pertama di Indonesia, sehingga diperkirakan dengan kemenangan angka yang sangat signifikan tidak akan terlalu menimbulkan gejolak politik nasional khususnya dalam kaitannya dengan hal keamanan. Kebijakankebijakan pembaharuan yang akan diambil dapat merupakan ancaman maupun peluang bagi industri-industri di Indonesia termasuk SIM. Tingginya harga minyak mentah dunia jika terus menerus terjadi, cepat atau lambat maka akan mempengaruhi kebijakan pemerintah RI tentang subsidi yang akan berdampak pada operasional cost. Data subsidi yang dilakukan pemerintah Indonesia dari tahun 2000-2004 (Grafik 4.11) semakin meningkat. Jika pemerintah terus menerus melakukan subsidi ini, maka akan sangat memberatkan APBN pemerintah, namun jika subsidi dikurangi maka rakyat dan perekonomian nasional pun akan menjadi taruhannya.
181
Triliun Rupiah
Subsidi Pemerintah Untuk Minyak (dalam triliun rupiah per tahun) 80 60 40 20 0
40 0.6 2000
53
68
9 2001
2002
2003
2004
Tahun Sumber : Economic Chalenge edisi Selasa, 19 Oktober 2004, Metro TV Grafik 4.11 Subsidi Pemerintah untuk Minyak
4.2.1.2 Ekonomi Tahun 1998 krisis ekonomi mencapai puncaknya, dimana hampir semua bisnis terkena dampaknya, demikian juga bisnis kendaraan. Tahun 1999, merupakan awal kebangkitan bisnis kendaraan dan terus menguat hingga saat ini. Tahun 2004 ini, pasar kendaraan roda 2 mencapai 3 juta unit. Data dari Annual Report Astra menyatakan bahwa di Jakarta, terdapat hampir 1.5 juta mobil setiap harinya dengan penambahan 8500 unit / bulannya. Untuk kendaraan roda 2 saja, terdapat lebih dari 3,3 juta unit yang berada di jakarta per-harinya dengan penambahan 35000 unit per-bulannya. Banyaknya jumlah sepeda motor juga diperkuat dengan adanya penambahan satu huruf di seri terkahir nomor plat baru yang berguna dalam proses registrasi. Di lain pihak, akibat adanya regulasi tentang AFTA
182
mengakibatkan kompetisi bisnis otomotif akan semakin ketat terutama dengan masuknya produk dari RRC yang memaksa perusahaan nasional harus menekan harga jual agar mampu berkompetisi dengan harga produk RRC.
Tabel 4.17 Motorcycle Production, Sales & Exports Year 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 (s/d April)
Production (unit) 225535 313117 248133 260256 288516 408792 445765 488584 621085 781404 1042938 1425373 1861111 519404 571953 982380 1644133 2318241 2814054 1174387
Sales (unit) Exports (unit) 414699 440179 486914 621544 785204 1035598 1426902 50255 1852906 51816 517914 84363 587402 99651 979422 115278 1650770 74948 2317991 52517 2823702 13806 1176559 1774
Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia)
183
Motorcycle Production 3000000 2500000
Unit
2000000 1500000 1000000 500000 0 1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003 2004 (s/d April)
Year
Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Grafik 4.12 Motorcycle Production
Motorcycle Sales 3000000 2500000
Unit
2000000 1500000 1000000 500000 0 1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
Year
Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Grafik 4.13 Motorcycle Sales
184
1999
2000
2001
2002
2003
2004 (s/d April)
Motorcycle Export
Unit
150000 100000 50000 0 1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003 2004 (s/d April)
Year
Sumber : AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) Grafik 4.14 Motorcycle Export Pada Tabel 4.18 berikut ini akan ditampilkan pula penjualan jumlah mobil yang berhasil diperoleh dari Gabungan Industri Komponen & Otomotif Indonesia (Gaikindo).
Tabel 4.18 Car Sales Year Sales (unit) 1997 387000 1998 54000 1999 94000 2000 310000 2001 300000 2002 318000 2003 354000 2004 420000 Sumber : Gaikindo (Gabungan Industri & Komponen Otomotif Indonesia)
185
Unit
Car Sales 500000 400000 300000 200000 100000 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Year Sumber : Gaikindo (Gabungan Industri & Komponen Otomotif Indonesia) Grafik 4.15 Car Sales
Sedangkan dari segi pertumbuhan ekonomi nasional, dapat dikatakan terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi hanya –13% sedangkan tahun 2004 ini mencapai +5%. Hal ini sangat-lah baik bagi iklim industri nasional dan diharapkan dapat terus membaik dengan kepemimpinan pemerintahan baru. Dominansi pangsa pasar domestik produk dari customer SIM yakni AHM, Suzuki dan Kawasaki membuat SIM perlu semakin menyesuaikan demand yang semakin tinggi. Tentunya ini adalah hal positif bagi SIM, namun perlu tetap mempertahankan/meningkatkan keunggulan harga, kualitas dan aspek kelestarian lingkungan. Sedangkan untuk Mitsubishi, Suzuki, Honda, dan Daihatsu yang juga merupakan customer SIM produk kendaraan roda 4, juga merupakan perusahaan yang mendominasi
186
persaingan pasar domestik dalam bidang bisnis yang digelutinya. Keberhasilan customer tentunya juga merupakan peluang bagi SIM sebagai supplier jika dapat menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Keberhasilan dapat diperoleh dengan peningkatan customer satisfaction misalnya dengan kemampuan flexibilitas produksi dan delivery terhadap demand yang berfluktuasi memegang peranan penting. Pemanfaatan teknologi informasi untuk melakukan system on-line di setiap aktifitas perusahaan sangat berpotensi untuk dikembangkan.
(a) Tahun 2002 Sumber : Annual Report Astra tahun 2003
(b) Tahun 2003
Grafik 4.16 Customer’s Market Share
187
Untuk Competitor produk substitusi, sampai dengan saat ini belum muncul keberadaannya, namun untuk Competitor skala nasional yang dapat sangat mengancam SIM adalah perusahaan Kayaba yang menghasilkan produk sejenis. Persaingan di roda 2, tetap merupakan peluang yang harus dipertahankan bahkan dikembangkan bagi SIM karena pihak AHM sebagai market leader untuk produk kendaraan roda 2 dan sekaligus sebagai holding company SIM menjadikan SIM sebagai customer utama. Dalam hal roda 4, keberadaan KYB jauh lebih unggul, hal ini terlihat dari data MS KYB yang jauh lebih tinggi dibanding SIM. Jika dapat memanfaatkan kapasitas produksi yang tinggi, membuka distribution channel yang baru, strategi marketing yang jitu maka peluang untuk masuk ke dalam persaingan kendaraan roda 4 sangat terbuka lebar. Competitor yang cukup mengancam dan ternyata sangat berkembang pesat datang dari importir terutama RRC dengan produk berharga murah. Perbandingan MS tahun 2002 dan 2003 terjadi peningkatan yang cukup signifikan baik untuk pasar kendaraan roda 2 maupun roda 4. Pada sektor lain, yang paling menonjol saat ini adalah tentang tingginya harga minyak mentah dunia yang bahkan pernah mencapai angka tertinggi di dunia yakni di kisaran 54-55 U$ per barrel (Oktober 2004) akibat adanya permasalahan buruh di Nigeria, konflik peperangan Irak yang mengakibatkan hambatan untuk eksport minyak, pailitnya raksasa produsen minyak Ustoc di Rusia, badai yang menerpa tangki penyimpanan minyak di
188
Amerika sehingga cadangan minyak negara tersebut menipis dan terorisme di Arab Saudi. Jika harga BBM meningkat, maka dikhawatirkan mempengaruhi demand market untuk produk kendaraan bermotor menurun yang pasti akan menerpa SIM sebagai salah satu produsen komponen kendaraan bermotor. Penurunan demand yang sangat signifikan sepertinya akan sangat dirasakan oleh industri kendaraan beroda 4 yang harganya cukup tinggi. Keengganan untuk membeli kendaraan bermotor terjadi pada tahun 2000 lalu pada produk kendaraan yang mengkonsumsi solar karena tingginya harga solar. Hal sebaliknya diperkirakan akan terjadi untuk industri beroda 2, kemungkinan demand untuk penjualan motor mungkin tidak terlalu tajam karena harga motor yang lebih terjangkau dibanding mobil dan temtunya lebih simple.
4.2.1.3 Sosial, Budaya dan Lingkungan Perubahan sosial, budaya dan lingkungan praktis mempunyai dampak besar bagi produk, jasa, pasar, dan pelanggan. Untuk negara kita, budaya konsumtif merupakan peluang yang sangat besar. Terkait dengan hal tersebut, perlu dilakukan desain-desain produk baru yang dilakukan untuk memanfaatkannya. Biasanya jika ada produk kendaraan baru baik beroda 2 maupun beroda 4, konsumen memiliki kecenderugan untuk segera memiliki walaupun dengan program kredit sekalipun. Berbagai program kredit yang ditawarkan instansi bahkan sudah merambah dunia perbankan yang semakin
189
marak saat ini mengakibatkan kemudahan dalam kepemilikan kendaraan bermotor. Dampak dari tingginya angka penjualan kendaraan tentunya akan langsung dirasakan oleh SIM sebagai supplier shock absorber, steering stem dan komponen otomotif lainnya. Kunci utamanya adalah tetap pada fleksibilitas dalam memenuhi customer demand. Masalah lingkungan dan K3 akhir-akhir ini telah menjadi pembicaraan utama negara-negara berkembang di dunia. Bagi SIM, hal ini sudah tentu merupakan peluang karena tingkat pemenuhan terhadap regulasi yang ada dalam standar skala nasional maupun standar skala internasional secara umum sudah dapat dipenuhi. Internal perusahaan telah mengadopsi berbagai sistem manajemen lingkungan dan K3 dalam suatu system yang terintegrasi dan telah diterapkan dengan baik. Peluang untuk sertifikasi OHSAS 18001 tampaknya tidak akan menjadi suatu hambatan / ancaman bagi SIM jika memang dibutuhkan.
4.2.1.4 Teknologi Perubahan teknologi dan penemuan secara revolusioner seperti robotik, superkonduktivitas, jaringan satelit, internet, electronic data processing
memberikan
dampak
pada
perusahaan.
Kemajuan
superkonduktivitas yang dapat meningkatkan daya guna produk listrik dengan menurunkan hambatan terhadap arus
membuat perubahan
revolusioner dalam operasional bisnis terutama dalam industri yang
190
menggunakan banyak peralatan yang menjadikan listrik sebagai sumber energi utama. Peralatan dan perkembangan teknologi seperti Computer Aided Design and Manufacturing (CAD/CAM), Enterprise Resource Planning, Computer Integrated Manufacturing, global e-commerce telah berkembang pesat di kalangan Internasional. Kekuatan teknologi menggambarkan peluang dan ancaman yang perlu dipertimbangkan dalam menjalankan strategi perusahaan. Kemajuan teknologi secara dramatik dapat mempengaruhi produk, pasar, supplier, distributor, pesaing, pelanggan, proses manufaktur, pemasaran dan posisi bersaing. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru dan menghilangkan/mengurangi hambatan biaya dalam proses bisnis dan menciptakan rangkaian proses yang lebih singkat. Kemajuan teknologi dapat menciptakan keunggulan bersaing yang lebih berdaya guna untuk mendukung dan meningkatkan keunggulan yang sudah terlaksana sampai dengan saat ini. Pemanfaatan IT di Indonesia sendiri masih belum terlihat keseriusannya karena salah satu pertimbangan berat yang mungkin masih dipikirkan bagi pemerintah adalah akan memberikan peluang yang besar dalam hal menghindari pajak, jika melihat kondisi SDM dalam skala nasional. Terdapat tantangan yang serius potensial bagi tatanan politik dan sosial, untuk itu diperlukan tatanan hukum untuk perlindungannya.
191
World Wide Web adalah jaringan global yang tersedia lewat internet. Melalui hal tersebut, individu atau perusahaan dapat menempatkan informasi atau iklan untuk dikonsumsi oleh pihak lain di seluruh belahan dunia. Halaman web dapat berisi tentang informasi produk, kualitas, harga, company profile, feature untuk melakukan pemesanan produk, dan informasi lain sebagainya yang dapat ditampilkan dalam bentuk teks dan nonteks, termasuk potongan suara, animasi, grafik, dan bahkan film. Mempunyai situs web dalam cyberspace dapat menghemat banyak kertas, fotokopi, telepon, dan pos. Penghematan dalam iklan bahkan dapat lebih tinggi. Atau mungkin saja dapat dilakukan pemesanan melalui situs web yang tersedia. Namun yang perlu diperhatikan adalah dengan bertambahnya pengguna web akan menimbulkan pelanggaran keamanan. Perusahaan harus menyadari bahwa setiap komputer di dunia dapat berhubungan dan berinteraksi hampir dengan komputer mana pun. Pesaing dapat menghujani sistem yang ada dengan pesan dan informasi palsu.
192
4.2.2 Analisa Persaingan Industri 4.2.2.1 Customer Sekitar 70% produk yang dihasilkan merupakan pasokan untuk AHM. Dikarenakan AHM sebagai Holding Company dengan kapitalisasi 45% maka mengakibatkan bargaining power SIM dapat dikategorikan sedang karena pihak AHM sendiri tentulah menyadari bahwa dalam bisnis tetap memerlukan profit. Tuntutan agar cost yang selalu menurun semakin gencar untuk memenuhi permintaan customer, meningkatkan daya saing perusahaan terutama persaingan produk di tingkat lokal, AFTA maupun global mengakibatkan harga produk yang ditetapkan sebagai harga jual harus kompetitif dengan berbagai keunggulan. Oleh sebab itu efisiensi senantiasa perlu dilakukan terus menerus. Sedangkan tuntutan customer untuk sertifikasi berskala internasional juga sudah merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, terutama untuk ISO 9001 untuk sistem mutu dan ISO 14000 untuk sistem manajemen lingkungan. Untuk segi keselamatan dan kesehatan kerja juga semakin berkembang sebagai suatu peryaratan wajib. Tabel 4.19 berikut ini merupakan data tentang jumlah kendaraan beroda 2 yang beroperasi di jalanan. Data tersebut dapat menunjukkan bahwa betapa potensialnya replacement market yang jumlahnya cukup besar dari tahun ke tahun. KYB saat ini merupakan pemimpin dalam pasar ini.
193
Tabel 4.19 Jumlah kendaraan roda 2 yang beroperasi Tahun Jumlah 1994 7,787,720 1995 8,784,456 1996 10,090,806 1997 10,808,558 1998 12,600,582 1999 13,053,148 2000 13,563,017 2001 15,336,872 2002 18,061,414 2003 23,312,945 Sumber : AISI
4.2.2.2 Supplier Dari segi supplier, semakin tingginya demand produk kendaraan mengakibatkan SIM harus meningkatkan jumlah produksinya. Untuk itu diperlukan support material yang memadai pula. Sumber perolehan material pada beberapa material seperti oli masih harus di import akibat tidak adanya produk lokal sejenis. Selain itu, jumlah delivery vendor rate yang hanya mencapai 96% tahun 2003 mengakibatkan SIM harus melakukan stock material yang memakan biaya dan lahan. Ketergantungan SIM pada support material yang terbatas mengakibatkan bargaining power SIM sedang. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah SIM berusaha untuk memperoleh kepemilikan atau meningkatkan kendali atas perusahaan vendor. Management supply dengan memanfaatkan jaringan atau system on-line dengan vendor juga dapat dipertimbangkan. Keuntungannya adalah pihak vendor material dapat memonitor kebutuhan
194
material SIM sehingga dapat diantisipasi pasokannya agar selalu mencukupi pada waktu yang tepat (just in time).
4.2.2.3 Substitute Untuk produk shock absorber, steering steem dan komponen otomotf yang diproduksi SIM sampai saat ini belum ditemukan produk yang dapat dikategorikan sebagai produk alternatif/pengganti/substitusi. Untuk itu hal ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan SIM.
4.2.2.4 Rival Satu-satunya competitor skala nasional, hanya terdapat satu (1) competitor yakni Kayaba. Kayaba menghasilkan produk sejenis dengan SIM. Oleh karena itu persaingan kualitas, harga, keunggulan dalam bersaing dan lainnya sangat kompetitif. Untuk saat ini, SIM mendominasi pasar R2, sedang KYB menguasai pasar R4. Adanya AFTA, perdagangan global mengakibatkan masuknya importir produk sejenis perlu dikhawatirkan. Data pangsa pasar tahun 2003 menyatakan bahwa pihak importir mampu merebut lebih dari 72% untuk jenis passenger car. Jika hal ini terus terjadi, maka lama kelamaan posisi SIM akan terancam. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengoptimalkan peranan marketing dalam persaingan lokal. Strategi yang jitu perlu diterapkan untuk memperoleh customer yang loyal. Kunci keberhasilannya adalah dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
195
Berkembangnya dunia internet mengakibatkan tidak adanya batas-batas negara yang jelas terutama dalam hal komunikasi yang difungsikan untuk menjalankan fungsi marketing. Untuk itu SIM juga perlu mengatasi hal ini dengan memanfaatkan pula cyberspace terutama untuk merebut pasar Internasional yang potensial. Dari sisi EHS, kekuatan kompetitor utama juga sudah menerapkan konsep Astra Green Company karena PT. Kayaba sendiri juga merupakan anak perusahaan Astra Group. PT. Kayaba juga telah memiliki sertifikasi ISO 9000, ISO 14000 dan OHSAS 18001. Untuk integrasi sistem manajemen belum dapat diketahui penerapannya di PT. Kayaba. Jika dibandingkan dengan PT. SIM, sampai saat ini SIM masih lebih unggul dalam penerapan AGC. Hal ini dibuktikan dari hasil assesment AGC tahun 2003 yang lalu dimana SIM keluar sebagai juara umum. Untruk tahun ini, proses assesment masih terus berlangsung hingga diumumkannya pada sekitar bulan Februari 2005 mendatang. SIM dikabarkan tetap masuk dalam nominasi juara umum kembali. Jika dibandingkan antara OHSAS 18001 yang diraih KYB dengan SMK3 yang diraih SIM, OHSAS sesungguhnya merupakan standar K3 yang telah diakui di negara eropa dan pertama kali diciptakan oleh Inggris yang kemudian banyak ditiru oleh negara lainnya. Sedangkan SMK3 merupakan standar K3 negara Indonesia yang cakupan pengakuannya hanya skala nasional. Kesimpulannya SMK3 maupun OHSAS 18001 merupakan suatu
196
pengakuan yang dapat dikatakan relatif seimbang. Keunggulan tetap lebih dimiliki oleh SIM terutama berdasarkan penilaian standar Astra yang merupakan adopsi berbagai sistem manajemen.
4.2.2.5 New Entrants Adanya kebijakan pemerintah untuk menstimulasi iklim investasi di Indonesia sangat besar peluang untuk munculnya pemain baru dalam produk sejenis. Regulasi AFTA dan perdagangan global yang semakin berkembang juga memperkuat timbulnya peuang ini. Menciptakan network yang erat dengan customer penting dilakukan untuk mengantisipasi hal ini sehingga diperoleh fixed/permanent customer yang dapat menciptakan perusahaan yang sustainable.
197
4.3 Strategi Manajemen 4.3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal Dari berbagai uraian kondisi internal, maka dapat disimpulkan hal-hal yang menjadi kekuatan dan kelemahan PT. SIM. Tabel 4.20 berikut ini adalah Matriks Evaluasi Faktor Internal PT. SIM. Tabel 4.20 Matriks Evaluasi Faktor Internal Strength Bobot Nilai Bobot x Nilai 1 QLK3 built in process 0.05 4 0.2 2 Cost Reduction Program yang berjalan baik 0.05 4 0.2 3 Pemimpin dalam pangsa pasar R2 0.05 4 0.2 4 Kesadaran & Kompetensi karyawan tentang aspek QLK3 0.1 3 0.3 5 Komitmen manajemen yang tinggi tentang aspek QLK3 0.15 3 0.45 6 Integrasi Sistem Manajemen 0.05 3 0.15 7 Support dari Holding Company 0.05 3 0.15 8 Volume Sales yang terus berkembang 0.05 3 0.15 9 Audit Rutin yang dilakukan 0.05 3 0.15 10 Delivery rate 100% 0.05 3 0.15 11 Penambahan Kapasitas produksi 0.05 3 0.15 Weakness 1 Promosi yang belum optimal 2 Pangsa pasar REM & R4 yang rendah 3 Jumlah kecelakaan yang terjadi 4 Distribution Channel 5 Up-date informasi pada cyberspace Jumlah
0.05 0.05 0.05 0.1 0.05 1
2 1 2 2 1
0.1 0.05 0.1 0.2 0.05 2.75
Seperti yang sudah tergambarkan pada sub bab 4.1, aspek QLK3 dalam setiap aktifitas sudah sangat diperhatikan, bahkan telah ditunjuk seorang Executive in Charge yang khusus menangani masalah lingkungan yang berarti keseriusan SIM dalam hal ini, Kemudian tentang CRP yang juga luar biasa hasilnya dengan pencapaian efisiensi cost mencapai Rp. 12 milyar, kemudian
198
persentasi SIM yang berhasil menguasai pangsa pasar R2 juga sudah bertahan selama 3 tahun terakhir dan mengalami peningkatan, oleh karena itu 3 hal tersebut diberi penilaian 4 (superior). Kelemahan utama SIM dari penelitian yang dilakukan terdapat pada pangasa pasar REM dan R4 yang relatif selalu rendah selama 3 tahun terakhir walaupun terus mengalami peningkatan. Selain itu, dari penelusuran pada situs SIM, diperoleh bahwa update terakhir yang dilakukan yaitu tahun 2002, padahal peluang untuk melakukan promosi dapat memanfaatkan cyberspace ini khususnya untuk pasar internasional, sehingga untuk 2 hal tesebut mendapatkan angka 1 (jelek). Angka 2 menunjukkan bahwa hal tersebut di atas dilaksanakan secara rata-rata sama dengan perusahaan pada umumnya, sedangkan angka 3 menunjukkan pelaksanaannya diatas rata-rata perusahaan pada umumnya.
199
4.3.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Sedangkan dari uraian kondisi eksternal yang meliputi analisis lingkungan, analisis persaingan industri diperoleh beberapa peluang dan ancaman bagi SIM yang terdapat pada Tabel 4.21 berikut ini.
Tabel 4.21 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Opportunities 1 Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 +5% 2 Demand kendaraan yang terus meningkat 3 Budaya konsumtif masyarakat 4 Produk customer tetap yang mendominasi pangsa pasar 5 Pasar Internasional yang potensial (AFTA) 6 Perkembangan Global e-commerce 7 REM yang potensial Threats 1 Revisi order yang sering terjadi 2 Vendor delivery rate 96% 3 Masuknya importir akibat regulasi AFTA 4 Harga minyak mentah dunia yang tinggi 5 Kayaba sebagai pemimpin pangsa pasar REM & R4 Jumlah
Dari
berbagai
sumber
media
seperti
Bobot Nilai Bobot x Nilai 0.1 2 0.2 0.15 4 0.6 0.05 3 0.15 0.1 3 0.3 0.05 2 0.1 0.1 2 0.2 0.05 3 0.15
0.05 0.1 0.05 0.1 0.1 1
media
2 2 2 1 1
cetak,
0.1 0.2 0.1 0.1 0.1 2.3
radio,
dan
memperhatikan trend pasar otomotif nasional, demand akan kendaraan terus mengalami peningkatan. Peningkatan demand tidak hanya terjadi pada kendaraan beroda 2 yang sangat tinggi, bahkan juga dialami oleh kendaraan beroda 4. Ini ditandai dengan adanya indent selama hampir satu (1) tahun untuk pembelian mobil. Artinya, perusahaan tidak mampu memenuhi tingginya permintaan mobil sehingga diperlukan semacam lead time untuk itu.
200
Dari sisi
ancaman, tingginya harga minyak mentah dunia terus
mengkhawatirkan. Seperti uraian pada sub bab 4.2.1.2 jika harga bahan bakar tinggi dikhawatirkan akan menurunkan demand terhadap kendaraan karena meningkatnya semua harga-harga di pasaran sehingga konsumen akan menunda pembelian kendaraan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer. Untuk 2 hal ini diberi angka 1 (jelek) karena cukup mengancam perkembangan SIM.
201
4.3.3 Matriks Internal-Eksternal Dari Matriks EFI diperoleh koordinat 2,75. Sedangkan dari Matriks EFE diperoleh koordinat 2,3. Dari kedua koordinat tersebut dimasukkan ke dalam Matriks IE seperti di bawah ini: TOTAL NILAI EFI Sedang 2,0 - 2,99
Kuat 3,0 - 4,0 4,0
TOTAL NILAI EFE
Tinggi 3,0 - 4,0
3,0
Lemah 1,0 - 1,99 2,0
1,0
Sel 1
Sel 2
Sel 3
Sel 4
Sel 5
Sel 6
3,0 Sedang 2,0 - 2,99
(2,75;2,3)
2,0 Rendah 1,0 - 1,99
Sel 7
Sel 8
Sel 9
1,0
Diagram 4.2 Matriks Internal Eksternal (IE)
Posisi PT. SIM berdasarkan hasil Matriks IE, berada dalam sel 5. Secara teoritis, strategi perusahaan yang berada dalam sel 5 adalah mempertahankan dan memelihara; penetrasi pasar adalah hal yang tepat bagi SIM dalam kondisi sekarang ini. Pasar yang dimaksud adalah mempertahankan pangsa pasar R2 yang telah dikuasai, dan melakukan penetrasi terhadap pasar R4 dan pasar Internasional
202
yang potensial. Untuk memasuki pasar Internasional, pemanfaatan cyberspace adalah hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan.
4.3.4 Matriks Boston Consulting Group (BCG) Produk PT. SIM terbagi atas 2 kategori, Automobiles dan Motorcycles. Dalam setiap kendaraan baik itu mobil maupun motor pasti memiliki peredam kejut atau yang dikenal dengan shock absorber, oleh karena itu untuk data pertumbuhan penjualan komponen shock absorber akan diasumsikan sama dengan pertumbuhan penjuaan mobil dan motor.
Pertumbuhan Penjualan tahun 2003: ¾ Komponen R2 =
(2.823.702 − 2.317.991) × 100% = 21,82%
¾ Komponen R4 =
(354.000 − 318.000) × 100% = 11,32%
2.317.991
318.000
203
Pangsa Pasar Relatif: Tabel 4.22 Pangsa Pasar Relatif R2 Tahun 2003 2004
SIM terhadap KYB 2.20 2.07
Tabel 4.23 Pangsa Pasar Relatif 4W-Commercial Car Tahun 2003 2004
SIM terhadap KYB 0.54 0.84
Tabel 4.24 Pangsa Pasar Relatif 4W-Passenger Car Tahun 2003 2004
Tinggi +20
SIM terhadap KYB 0.14 0.97
POSISI PANGSA PASAR RELATIF Tinggi Sedang Rendah 1,0 0,5 0,0 Stars
Kecepatan Pertumbuhan Sedang 0 Penjualan (Persentase)
Question Marks
Cash Cows
Dogs
Rendah -20
Diagram 4.3 Matrix Boston Consulting Group (BCG)
204
Secara keseluruhan untuk tahun 2004 (data pangsa pasar s/d bulan Juni) produk PT. SIM berada dalam posisi bintang (Stars). Perolehan pangsa pasar R2 tetap dipertahankan dengan baik oleh SIM selama 2 periode ini. Secara teoritis, produk yang berada dalam posisi bintang dapat menikmati keuntungan besar karena mempunyai pangsa pasar relatif besar di satu sisi, didukung oleh potensi pertumbuhan penjualan yang cukup tinggi di sisi lain. Dengan perencanaan pemasaran yang tepat, keuntungan dapat terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penjualan produk tersebut. Disamping peningkatan keuntungan yang mungkin diperoleh, posisi ini juga mempunyai konsekuensi penggarapan pasar secara lebih serius, mengingat kemungkinan banyaknya kompetitor baru akan memasuki pasar produk shock absorber untuk R2. Hal ini terjadi karena dirangsang oleh pertumbuhan pasar untuk kendaraan beroda 2 yang masih menjanjikan dan tentunya menjanjikan keuntungan yang tinggi pula. Sedangkan posisi untuk produk komponen R4 tahun 2004 yang juga berada berada pada kisaran posisi Stars walaupun sempat mengkhawatirkan saat periode 2003 khususnya untuk 4W-Passenger Car. Posisi ini mempunyai pangsa pasar relatif tinggi dan dengan pertumbuhan penjualan yang tinggi pula setelah kembali pulih saat dilanda krisis ekonomi yang lalu. Peningkatan MS yang relatif dapat dikatakan tinggi dibanding tahun 2003 merupakan signal positif bagi SIM bahwa peluang untuk dapat terus melakukan pengembangan pasar untuk produk komponen otomotif R4 masih sangat terbuka. Tentunya hal ini juga didukung oleh sejumlah program efisiensi yang terus dikembangkan pihak SIM.
205
4.3.5 Matriks SWOT Tabel 4.25 Matriks SWOT Strength:
Weakness:
1 QLK3 built in process 2 Cost Reduction Program yang berjalan baik
1 Promosi yang belum optimal 2 Pangsa pasar R4 & REM SIM dibawah KYB
3 Pemimpin dalam pangsa pasar R2
3 Kecelakaan yang masih terjadi
4 Kesadaran & Kompetensi karyawan tentang aspek QLK3
4 Distribution Channel yang minim
5 Komitmen manajemen yang tinggi tentang aspek QLK3
5 Up-date informasi pada cyberspace
6 Integrasi Sistem Manajemen 7 Support dari Holding Company 8 Volume Sales yang terus berkembang 9 Audit Rutin yang dilakukan 10 Delivery rate 100% 11 Penambahan Kapasitas produksi
Strategi SO
Opportunities: 1 Pertumbuhan ekonomi tahun 2004 +5% 2 Demand kendaraan yang terus meningkat 3 Budaya konsumtif masyarakat
- Pertahankan Strategi Lingkungan yang diterapkan - Penetrasi pasar International melalui global e-commerce
4 Produk customer tetap yang mendominasi pangsa pasar
Strategi WO - Pencapaian zero accident untuk menghilangkan lost - Membuka Distribution channel yang baru (khusunya R4 & REM)
5 Pasar Internasional yang potensial (AFTA) 6 Perkembangan Global e-commerce 7 Pasar REM yang potensial
Strategi ST
Threats:
Strategi WT
1 Revisi order yang sering terjadi 2 Vendor delivery rate 96% 3 Masuknya importir akibat regulasi AFTA
Penerapan Supply Chain Management (Activities Adjustment)
4 Harga minyak mentah dunia yang tinggi 5 Kayaba sebagai pemimpin pangsa pasar R4
206
Penciptaan Brand Image untuk REM
Untuk strategi SO, strategi lingkungan yang telah diterapkan sangat positif dan merupakan keunggulan utama sehingga perlu terus dikembangkan. Pemanfaatan global e-commerce untuk melakukan penetrasi pasar adalah hal yang tepat mengingat prestasi sales volume yang baik dan harus terus ditingkatkan, delivery rate 100% dan adanya penambahan areal untuk manufacturing yang berarti kapasitas produksi SIM akan bertambah. Strategi ST yang diperlukan adalah dengan melakukan penerapan Supply Chain Management. Supply Chain yang dimaksud disini mencakup arus informasi, arus barang dan tentunya arus keuangan. Ini dipengaruhi oleh prestasi vendor SIM yang delivery rate-nya hanya 96% dan seringnya tejadi revisi order customer yang mengakibatkan SIM harus selalu menyesuaikan kondisi produksi dan jadwal deliverynya. Untuk mempertahankan kepemimpinan pangsa pasar, peningkatan sales volume, peranan arus informasi sangat menentukan. Berdasarkan
pemikiran
tersebutlah
maka
implementasi
supply
chain
management dengan cara penyaluran informasi dan transaksi elektronik melalui sistem komputerisasi perlu diterapkan. Strategi WO adalah peningkatan/pembenahan kelemahan untuk merebut peluang yang ada. Trend kecelakaan yang kembali meningkat harus kembali ditanggulangi hingga kembali kepada prestasi zero accident pada tahun 2002 yang lalu. Promosi yang kurang dan saluran distribusi untuk REM juga belum terlalu merebak di pasaran memang merupakan target psara SIM. Namun peningkatan pangsa pasar R4 dan REM juga tiak boleh diabaikan, maka
207
distribution channel yang baru diperlukan sehingga mampu memasok produk SIM lebih besar lagi. Untuk Strategi WT, strategi penciptaan brand image merupakan hal yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan replacement market yang dikuasai KYB. 4.4 Implementasi Komparasi strategi kiranya merupakan hal yang tepat. Keseluruhan strategi yang dirumuskan merupakan hal yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan membuka distribution channel baru dan promosi-promosi ditujukan untuk merebut pasar REM yang sangat potensial. Setiap tahunnya angka penjualan kendaraan dapat dikatakan relatif tinggi, dan jika dikumulatifkan berarti sama dengan jumlah kendaraan yang ada di jalanan saat ini. Semakin tingginya demand untuk komponen R2 ditandai dengan bertambahnya satu digit untuk nomor polisi bagian belakang. Selain itu, tingginya harga minyak dunia diperkirakan akan berpengaruh pada meningkatnya harga BBM dan berdampak pada konsumen untuk lebih memilih kendaraan R2 dibanding R4. Alasan ini cukup logis mengingat konsumsi BBM oleh kendaraan R4 jauh lebih besar dibanding konsumsi BBM oleh kendaraan R2. Belum lagi meningkatnya beban operasional produksi yang tentunya akan meningkatkan harga kendaraan. Untuk memenuhi perkiraan semakin tingginya demand untuk komponen R2 dan menghadapi persaingan global, penerapan supply chain management dirasakan tepat
208
sebagai adjustment yang diberikan kepada aktifitas rutin mengingat begitu pentingnya informasi yang up-date untuk masa yang akan datang. Pada Lampiran 13 adalah rekomendasi implementasi supply chain management yang diusulkan khususnya pada bagian perencanaan produksi (PPC) berupa alur sistem.
209