BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pengujian Pendahuluan Peneletian beton ringan dengan tambahan EPS dimulai dengan pengujian pendahuluan terhadap agregat halus dan kasar yang akan digunakan dalam campuran beton. Pengujian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar air, penyerapan, berat jenis, serta gradasi agregat. Berdasarkan pengujian di laboratorium didapatkan hasil untuk agregat halus sebagai berikut : 1.
Berat isi agregat halus Diameter mold (d)
= 15 cm
Tingggi mold (t)
= 30 cm
Berat mold (W1)
= 10,688 kg
Berat mold dan pasir (W2)
= 18,775
Perhitungan Volume mold (V)
= 5,301 dm3
Berat benda uji agregat halus (W3) = W2 – W1 = 8,087 kg Berat isi agregat halus
= W3/V = 1,526 kg/dm3 =1526 kg/m3
52
2.
Perhitungan kadar air agregat halus. Berat agregat halus(W1)
=
1000 gr
Berat agregat halus keringoven (W2)
=
913
Kadar air agregat halus =
gr
W1 − W2 × 100 % W1
1000 − 913 × 100 % 1000 = 8,7 % =
Nilai kadar air akan digunakan dalam mengoreksi banyaknya agregat halus yang akan digunakan setelah didapatkan jumlah agregat halus yang dibutuhkan dalam campuran beton dengan kondisi normal.
3.
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus. Berat piknometer, air,dan benda uji (B1)
=
813
gr
Berat sampel kondisi kering (B2)
=
237
gr
Berat piknometer dan air (B3)
=
664
gr
Berat jenis kering agregat halus =
B2 B3 + 250 − B1
237 813 + 250 − 237 = 2,347 =
Berat jenis jenuh kering permukaan agregat halus (SSD) =
250 B3 + 250 − B1
250 664 + 250 − 813 = 2,475 =
53
Penyerapan agregat halus =
250 − B 2 × 100 % B2
250 − 237 × 100 % 237 = 5,485 % =
4.
Gradasi agregat halus. Tabel 4.1 Gradasi Agregat Halus Kumulatif Persentase Tertahan (%)
Persentase Lolos (%)
0
100
3,1
96,9
20,9
79,1
43,8
56,2
717
71,7
28,3
233
950
95
5
985
98,5 100
1,5
Pan
35 15
Total
1000
Nomor Saringan
Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gr)
No. 4
4,8
0
Berat Tertahan (gr) 0
No. 8
2,4
31
31
No. 16
1,2
180
209
No. 30
0,6
229
438
No. 50
0,3
279
No. 100
0,15
No. 200
0,075
1000
0
Gradasi Agregat Halus Daerah II 100
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
90 79.1
96.9
100 90
100
75
59 56.2
Batas Bawah
55
Batas Atas 30 28.3
35
Gradasi
10 5 0 0.1
8 1
10
Gambar 4.1 Grafik Gradasi Agregat Halus Daerah II
54
Berdasarkan hasil percobaan gradasi agregat halus dapat dilihat bahawa agregat halus yang digunakan termasuk ke dalam daerah 2 yang merupakan agregat halus yang memiliki gradasi cukup baik. Selain itu juga dilakukan pengujian terhadap agregat kasar dengan hasil yang didapat sebagai berikut :
1. Berat isi agregat kasar Diameter mold (d)
= 15 cm
Tingggi mold (t)
= 30 cm
Berat mold (W1)
= 10,688 kg
Berat mold dan agregat kasar (W2)
= 17,360
Perhitungan Volume mold (V)
= 5,301 dm3
Berat benda uji agregat kasar (W3)
= W2 – W1
= 6,672 kg Berat isi agregat kasar
= W3/V
= 1,259 kg/dm3 =1259 kg/m3
2.
Perhitungan kadar air agregat kasar. Berat agregat kasar (W1)
=
3000 gr
Berat agregat kasar keringoven (W2)
=
2940 gr
55
Kadar air agregat kasar =
W1 − W2 ×100 % W1
3000 − 2940 × 100 % 3000 =2% =
3.
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar. Berat agregat kasar kondisi kering (Bk)
=
500
gr
Berat agregat kasar kondisi jenuh kering permukaan (Bj) =
527
gr
Berat bejana, air,dan agregat kasar (W1)
=
1437 gr
Berat bejana dan air (W2)
=
1049 gr
Berat jenis kering agregat kasar =
Bk B j − (W1 − W2 )
527 527 − (1437 − 1049) = 2,432 =
Berat jenis jenuh kering permukaan agregat kasar =
Bj B j − (W1 − W2 )
527 527 − (1359 − 1049) = 2,429 =
Penyerapan agregat kasar =
B j − Bk Bj
× 100 %
527 − 500 × 100 % 527 = 5,4 %
=
Selain agregat halus dan kasar, pengujian juga harus dilakukan terhadap EPS untuk mengetahui berat jenisnya. Dari penimbangan didapatkan data :
56
Berat wadah (W2)
= 79,4 gram
Berat wadah dengan EPS (W1) = 148,6 gram Volume wadah (V)
= 3388 cm3
W2 − W1 V 148,6 − 79,4 = 22 × 22 × 7 69,2 = 3388 = 0,020425 gram cm3
BJ EPS =
= 20,5 kg m3
Tabel 4.2 Data Agregat
Berat Isi (kg/m3)
Agregat Halus 1526
Agregat Kasar 1259
20,5
Kadar Air (%)
8,7
2
-
Berat Jenis Kering
2,347
2,432
-
Berat Jenis SSD
2,475
2,429
-
Penyerapan (%)
5,485
5,4
-
Jenis Data
EPS
Setelah didapatkan semua data-data di atas, maka dapat dilakukan perhitungan untuk campuran beton normal dengan acuan SNI. 03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal).
LANGKAH 1: PENETAPAN KUAT TEKAN BETON
Kuat tekan yang direncanakan (f’c) adalah sebesar 25 MPa.
57
LANGKAH 2: PENETAPAN NILAI DEVIASI STANDAR (s)
Karena tidak ada penelitian serupa sebelumnya, maka tidak ada nilai deviasi standar dan nilai tambah.
LANGKAH 3: MENETAPKAN
KUAT
TEKAN
RATA-RATA
YANG
DIRENCANAKAN
Karena dianggap belum pernah dilakukan percobaan yang serupa sebelumnya sehingga nilai deviasi standar yang ditambahkan adalah sebesar 12 MPa sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f cr = f ' c + 12 MPa = 25 + 12 = 37 MPa
LANGKAH 4: PENETAPAN JENIS SEMEN PORTLAND
Semen Portand yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I atau semen biasa.
LANGKAH 5: PENETAPAN JENIS AGREGAT
Agregat halus yang digunakan berjenis alami, sedangkan agregat kasar yang digunakan berjenis batu pecah.
LANGKAH 6: PENETAPAN FAKTOR AIR SEMEN
Berdasarkan tabel 2.6, jika menggunakan semen Portland tipe I dengan benda uji silender dan jenis agregat kasar adalah batu pecah maka nilai kuat tekan umur 28 hari dengan FAS sebesar 0,5 adalah sebesar 37 MPa.
58
mbar 4.2 Graffik Hubungaan Antara Kuuat Tekan Beeton dan FA AS Beton (Beenda Gam Uji Beerbentuk Siliinder Diameeter 150 mm,, Tinggi 3000 mm)
Bedassarkan grafikk pada gamb mbar 4.2 dapat dilihat deengan kuat tekan t rencanna 37 MPa maka m FAS yang y digunakkan adalah seebesar 0,5.
59
LANGKAH 7: PENETAPAN FAKTOR AIR SEMEN MAKSIMUM
Ditetapkan bahwa beton yang dirancang akan digunakan di dalam ruang bangunan dengan keadaan keliling yang non korosif. Berdasarkan data tersebut, maka dari Tabel 2.7diketahui bahwa FAS maksimum adalah sebesar 0,60. Dari langkah 6 diperoleh FAS sebesar 0,5. Sedangkan FAS maksimum yang diperoleh adalah 0,6. Karena FAS yang diperoleh dari langkah 6 belum melampaui nilai FAS maksimum, maka di dalam perancangan digunakan FAS sebesar 0,5.
LANGKAH 8: PENETAPAN NILAI SLUMP
Ditetapkan bahwa beton yang dirancang akan digunakan di dalam pengecoran pelat, balok, kolom, dan dinding. Sehingga dari tabel 2.8diketahui bahwa nilai slump adalah 12 ± 2 cm.
LANGKAH 9: PENETAPAN BESAR BUTIR AGREGAT MAKSIMUM
Ditetapkan ukuran maksimum agregat kasar adalah sebesar 20 mm
LANGKAH 10: PENETAPAN JUMLAH AIR YANG DIPERLUKAN PER METER KUBIK BETON
Dari langkah 5, 8, dan 9 diketahui bahwa: •
Jenis agregat kasar yang digunakan adalah agregat batu pecah.
•
Jenis agregat halus yang digunakan adalah agregat alami.
60
•
Nilai slump adalah 10 – 14 cm
•
Besar butir agregat maksimum adalah 20 mm.
Berdasarkan Tabel 2.9, diperoleh:Untuk jenis batuan alami diperkirakan jumlah air yang dibutuhkan sebesar 195 kg/m3.Untuk jenis batuan pecah diperkirakan jumlah air yang dibutuhkan adalah sebesar 225 kg/m3. Karena agregat kasar dan agregat halus yang digunakan berasal dari jenis yang berbeda, maka perkiraan jumlah air yang dibutuhkan adalah: A = 2/3 . Ah + 1/3 . Ak = 2/3 . 195 + 1/3 . 225 = 205 kg/m3 Jadi, perkiraan jumlah air semen yang dibutuhkan adalah sebesar 205 kg/m3.
LANGKAH 11: BERAT SEMEN YANG DIPERLUKAN DIHITUNG
Dari langkah 7 dan 10 diketahui: •
FAS yang digunakan adalah sebesar sebesar 0,5
•
Perkiraan jumlah air yang dibutuhkan adalah sebesar 205 kg/m3 Sehingga: FAS
=
Jumlah air Jumlah semen
0,5
=
205 kg/m 3 Jumlah semen
Jumlah semen = 410 kg/m3 Sehingga perkiraan jumlah semen yang dibutuhkan adalah sebesar 410 kg/m3
61
LANGKAH 12: KEBUTUHAN SEMEN MINIMUM
Sesuai dengan yang telah ditetapkan pada langkah 7 di mana beton yang dirancang akan digunakan di dalam ruang bangunan dengan keadaan keliling yang non korosif, maka dari tabel 2.10 diperoleh kebutuhan semen minimum adalah sebesar 275 kg/m3.
LANGKAH 13:PENYESUAIAN KEBUTUHAN SEMEN
Dari langkah 11 diperoleh kebutuhan jumlah semen adalah sebesar 410 kg/m3. Sedangkan kebutuhan semen minimum yang diperoleh dari langkah 12 adalah sebesar 275 kg/m3. Karena kebutuhan semen yang diperoleh dari langkah 11 tidak kurang dari kebutuhan semen minimum yang diperoleh dari langkah 12, maka jumlah semen yang digunakan di dalam perancangan adalah sebesar 410 kg/m3.
LANGKAH 14: PENYESUAIAN JUMLAH AIR ATAU FAKTOR AIR SEMEN
Karena tidak terjadi perubahan pada jumlah semen yang digunakan, maka jumlah air yang dibutuhkan di dalam perancangan adalah sebesar 205 kg/m3 dengan FAS 0,5.
LANGKAH 15: PENENTUAN GRADASI AGREGAT HALUS
Berdasarkan gambar 4.1, agregat halus yang digunakan merupakan agregat halus yang memiliki gradasi pada daerah II.
62
LANGKAH 16:PERBANDINGAN AGREGAT HALUS DAN AGREGAT KASAR
Dari langkah 8, 9, 14 dan 15 diketahui bahwa: •
Nilai slump adalah 12 ± 2 cm.
•
Ukuran maksimum agregat kasar adalah sebesar 20 mm.
•
FAS yang digunakan di dalam perancangan ini adalah 0,5.
•
Daerah gradasi agregat halus di dalam perancangan ini berada pada daerah II.
Berdasarkan data tersebut di atas, maka dalam menentukan perbandingan gradasi agregat halus dan kasar digunakan Gambar 4.3.
41,5
0,5
Gambar 4.3 Persentase Agregat Halus Terhadap Agregat dengan Ukuran Butir Maksimum 20 mm Dari Gambar 4.3 diperoleh persentase agregat halus terhadap agregat gabungan di dalam perancangan ini adalah sebesar 41,5 %. Dengan demikian, maka persentase 63
agregat kasar terhadap agregat gabungan di dalam perancangan ini adalah sebesar 68,5 %.
LANGKAH 17: BERAT JENIS AGREGAT CAMPURAN
Dari langkah 16 diketahui bahwa: •
Persentase agregat halus terhadap agregat gabungan (P) adalah 41,5%.
•
Persentase agregat kasar terhadap agregat gabungan (K) adalah 68,5%.
Sedangkan dari hasil pemeriksaan berat jenis agregat halus dan agregat kasar diketahui bahwa:
•
Berat jenis kering permukaan agregat halus (BJah) adalah 2,475.
•
Berat jenis kering permukaan agregat kasar (BJak) adalah 2,429.
Berdasarkan data tersebut maka: BJcamp = P . BJah + K . BJak = 0,415 . 2,475 + 0,685 . 2,429 = 2,45
LANGKAH 18: PENENTUAN BERAT JENIS BETON
Dari langkah 14 dan 17 diketahui bahwa: •
Kadar air bebas adalah 205 kg/m3.
•
Berat jenis agregat campuran adalah 2,45.
•
Berdasarkan gambar 4.4 diperoleh berat isi beton sebesar 2250 kg/m3.
64
2250
205
Gambar 4.4 Penentuan Berat Isi Beton yang Dimampatkan Secara Penuh LANGKAH19: KEBUTUHAN AGREGAT CAMPURAN
Dari langkah 13, 14, dan 18 diketahui: • Jumlah semen yang digunakan di dalam perencanaan adalah 410 kg/m3. • Jumlah air yang digunakan di dalam perencanaan adalah 205kg/m3. • Berat jenis beton sebesar 2250 kg/m3.
Berdasarkan data tersebut, maka: Kebutuhan agregat campuran = BJ beton – Jumlah semen – Jumlah air = 2250kg/m3 – 410kg/m3 – 205kg/m3 = 1635 kg/m3
65
LANGKAH
20:BERAT
AGREGAT
HALUS
YANG
DIPERLUKAN
DIHITUNG BERDASARKAN HASIL DARI LANGKAH 16 DAN 19
Dari langkah 16 dan 19 diketahui: • Persentase berat agregat halus terhadap agregat campuran adalah 41,5 %. • Kebutuhan agregat campuran adalah 1635 kg/m3
Dari data tersebut diperoleh: Kebutuhan ag. Halus = % Ag. Halus terhadap campuran x Kebutuhan ag. Campuran = 0,415 x 1635kg/m3 = 678,5 kg/m3
LANGKAH
21:BERAT
AGREGAT
KASAR
YANG
DIPERLUKAN
DIHITUNG BERDASARKAN HASIL DARI LANGKAH 19 DAN 20
Dari langkah 19 dan 20 diketahui: • Kebutuhan agregat campuran adalah 1635 kg/m3. • Kebutuhan agregat halus adalah 678,5 kg/m3.
Dari data tersebut diperoleh: Kebutuhan agregat kasar = Kebutuhan agregat campuran – Kebutuhan agregat halus = 1635 kg/m3 – 678,5kg/m3 = 956,5 kg/m3 Dari hasil pemeriksaan kadar air dan penyerapan agregat halus dan agregat kasar diketahui bahwa: •
Kadar air agregat halus (Ah) adalah 8,7 %
•
Penyerapan agregat halus (A1) adalah 5,485 % 66
•
Kadar air agregat kasar (Ak) adalah 2 %
•
Penyerapan agregat kasar (A2) adalah 5,4 %
Berdasarkan data tersebut, maka jumlah bahan campuran beton dikoreksi adalah: Air
⎛ A − A1 ⎞ ⎛ A − A2 ⎞ = A −⎜ h ⎟⋅B−⎜ k ⎟⋅C ⎝ 100 ⎠ ⎝ 100 ⎠ ⎛ 2% − 5,4% ⎞ ⎛ 8,7% − 5,485% ⎞ 3 3 = 205kg/m 3 − ⎜ ⎟ ⋅ 956,5kg/m ⎟.678,5 kg/m − ⎜ 100% ⎠ ⎝ 100% ⎠ ⎝
= 205kg/m3 − 21,815kg/m3 − 32,52kg/m3 = 215,705kg/m3
Agregat halus
⎛ A − A1 ⎞ = B+⎜ h ⎟⋅B ⎝ 100 ⎠ ⎛ 8,7% − 5,485% ⎞ 3 = 678,525kg/m 3 + ⎜ ⎟ ⋅ 678,5kg/m 100% ⎠ ⎝
= 700,34 kg/m3 Agregat kasar
⎛ A − A2 ⎞ = C+⎜ k ⎟⋅C ⎝ 100 ⎠
⎛ 2% − 5,4% ⎞ 3 = 956,475kg/m 3 + ⎜ ⎟ ⋅ 956,475kg/m ⎝ 100% ⎠
= 929,955 kg/m3
67
Berdasarkan perhitungan maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Perancangan Beton Normal dengan Benda Uji Silinder No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Uraian Kuat tekan yang disyaratkan (pada umur 28 hari) Deviasi standar (s) Nilai tambah (m) Kuat tekan rata-rata yang direncanakan (f 'cr) Jenis semen (biasa/cepat keras) Jenis agregat halus (alami/batu pecah) Jenis agregat kasar (alami/batu pecah) Faktor air semen Faktor air semen maksimum Faktor air semen yang digunakan (terendah) Nilai slump Ukuran maksimum agregat kasar Kebutuhan air Kebutuhan semen Kebutuhan semen minimum Jumlah semen yang digunakan dalam perancangan Jumlah air yang digunakan dalam peracancangan FAS yang digunakan dalam perancangan Daerah gradasi agregat halus % berat agregat halus terhadap campuran Berat jenis agregat campuran Berat isi beton Kebutuhan agregat Kebutuhan agregat halus Kebutuhan agregat kasar Air Semen Koreksi Agregat Halus Agregat Kasar
Hasil 25 MPa 12 MPa 37 MPa Biasa Alami Pecah 0,5 0,6 0,5 12 ± 2 cm 20 mm 205 kg/m3 410 kg/m3 275 kg/m3 410 kg/m3 205 kg/m3 0,5 Zona 2 41,5% 2,45 2250kg/m3 1635 kg/m3 678,5 kg/m3 956,5 kg/m3 215,705 liter 410 kg 700,34 kg 929,955 kg
68
Tabel 4.4 Kebutuhan Campuran untuk 9 Sampel Silinder Proporsi Campuran Volume
Air
1 m3 1 kali adukan
Semen
Agregat Halus
Agregat Kasar
215,705lt
410kg
700,34kg
929,955kg
10,29lt
19,56kg
33,41kg
44,36kg
(9 benda uji silinder)
Setelah mendapatkan besarnya campuran beton untuk kondisi normal, maka dapat dihitung kebutuhan EPS untuk masing-masing persentase campuran. Dengan membandingkan antara volume dan berat maka didapatkan hasil sebagai berikut: WEPS =
Wpasir BJ beton
× Volume Beton 9 sampel silinder × BJ EPS
700,34 × 0,0477 × 20,5 2250 = 0,0148 × 0,0477 × 20,5 =
= 0,30437 kg = 304,37 gr 304,37 gram menunjukkan banyaknya EPS yang dibutuhkan jika mensubtitusi 100% pasir dengan EPS. Maka untuk mengetahui kebutuhan EPS tiap persentase, kalikan dengan persen campuran. Sedangkan untuk kebutuhan pasir, kalikan dengan sisa persentase yang tidak disubtitusi dengan EPS. Contoh untuk campuran EPS 5%:
EPS = 304,37 × 0,05 = 15,23 gr Pasir = 33,41× 0,95 = 31,74 kg Maka dengan mengikuti cara perhitungan seperti di atas didapatkan komposisi campuran EPS seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.5.
69
Tabel 4.5 Komposisi Campuran Beton Komposisi EPS (%) 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Air (lt)
10,29
Semen (kg)
19,56
Ag. Kasar (kg)
Ag. Halus (kg)
EPS (gr)
44,36
33,41 31,74 30,07 28,40 26,73 25,06 23,39 21,72 20,05
0 15,22 30,44 45,66 60,87 76,09 91,31 106,53 121,75
70
4.2 Pengujian Beton 4.2.1
Pengujian umur 7 hari
Tabel 4.6Data Uji Umur 7 Hari KOMPOSISI
VOLUME
EPS
BETON
(%)
(cm3)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
5298,75
BERAT (gr)
BERAT
BERAT JENIS
BEBAN
KUAT TEKAN
KUAT TEKAN
KUAT TEKAN
JENIS
RATA-RATA
MAX
UJI
28 HARI
RATA-RATA
(kg/m3)
(kg/m3)
(kN)
(MPa)
(MPa)
(MPa)
350
19,82
30,49
340
19,25
29,62
12.113
2286,01
12.055
2275,06
12.095
2282,61
350
19,82
30,49
11.775
2222,22
280
15,85
24,39
11.600
2189,20
330
18,68
28,74
11.684
2205,05
350
19,82
30,49
11.350
2142,01
310
17,55
27,00
11.485
2167,49
305
17,27
26,57
11,721
2212,03
320
18,12
27,87
11. 524
2174,85
285
16,14
24,82
11.406
2152,58
280
15,85
24,39
11.270
2126,92
280
15,85
24,39
11.228
2118,99
315
17,83
27,44
11.226
2118,61
270
15,29
23,52
11.378
2147,30
285
16,14
24,82
11.378
2147,30
265
15,00
23,08
11.130
2100,50
305
17,27
26,57
11.100
2094,83
280
15,85
24,39
11.180
2109,93
265
15,00
23,08
11.000
2075,96
250
14,15
21,78
10.950
2066,53
230
13,02
20,03
11.128
2100,12
225
12,74
19,60
11.198
2113,33
245
13,87
21,34
11.136
2101,63
210
11,89
18,29
10.912
2059,35
260
14,72
22,65
10.897
2056,52
200
11,32
17,42
11.032
2082,00
230
13,02
20,03
2281,23
2205,49
2173,85
2151,45
2128,30
2114,21
2084,14
2105,02
2065,96
30,20
27,87
27,15
24,53
25,26
24,68
21,63
19,74
20,03
71
Keterangan : Jenis benda uji : Silinder Luas permukaan benda uji : 0,25 × 3,14 ×152 = 176,625 cm 2 Volume benda uji : 176,625× 30 = 5298,75 cm3
Keterangan dan contoh perhitungan pada Tabel 4.6 : 1. Berat jenis beton merupakan hasil perbandingan antara berat benda uji silinder dengan volume beton. Contoh untuk perhitungan berat jenis sampel 1 adalah :
Berat Jenis =
12.113 gr = 2286,01kg m3 3 5298,75 cm
2. Berat jenis rata-rata merupakan rata-rata dari 3 berat jenis benda uji yang memiliki persentase campuran yang sama. Contoh untuk perhitungan berat jenis rata-rata untuk campuran beton normal adalah :
Berat Jenis Rata - rata =
2286,01 + 2275,06 + 2282,61 = 2281,23 kg m3 3
72
3. Beban maksimum merupakan besarnya beban yang dapat ditanggung oleh beton yang didapat dari bacaan alat uji kuat tekan.
Gambar 4.5Proses Pengujian Beton 4. Kuat tekan uji adalah hasil pembagian antara hasil bacaan beban maksimum dengan luas permukaan benda uji. Contoh untuk benda uji pertama adalah :
Kuat Tekan Uji =
350 ×10 = 19,82 MPa 176,625
Keterangan : 1 kN cm 2 = 10 MPa 5. Kuat tekan 28 hari merupakan hasil konversi besar kuat tekan uji dengan membaginya dengan koefisien. Untuk 7 hari dibagi dengan koefisien 0,65. Contoh untuk benda uji pertama adalah :
Kuat Tekan 28 Hari =
19,82 = 30,49 MPa 0,65
73
6. Kuat tekan rata-rata merupakan rata-rata dari kuat tekan beton yang memiliki komposisi campuran yang sama dan telah dikonversi ke 28 hari. Contoh untuk kuat tekan rata-rata beton komposisi normal adalah :
Kuat Tekan Rata - rata =
30,49 + 29,62 + 30,49 = 30,20 MPa 3
Bedasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dengan semakin bertambahnya komposisi EPS di dalam maka berat jenis beton juga cenderung semakin rendah, namun hal ini juga mengurangi kekuatan beton. Perbandingan antara persentase EPS dalam beton dengan berat jenis dan kuat tekan dapat dilihat pada kurva di
2300
35
2250
30
2200
25
2150
20
2100
15
2050
10
2000
5
1950
0
Kuat Tekan (MPa)
Berat Jenis (kg/m3)
bawah ini :
Berat Jenis Rata‐rata Kuat Tekan Rata‐rata
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% Persentase Campuran EPS
Gambar 4.6 Kurva Perbandingan Antara Komposisi EPS dengan Berat Jenis dan Kuat Tekan Umur 7 Hari
74
4.2.2
Pengujian Umur 14 Hari
Tabel 4.7 Data Uji Umur 14 Hari KOMPOSISI
VOLUME
EPS
BETON
(%)
(cm3)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
5298,75
BERAT (gr)
BERAT
BERAT ISI
BEBAN
KUAT TEKAN
KUAT TEKAN
KUAT TEKAN
ISI
RATA-RATA
MAX
UJI
28 HARI
RATA-RATA
(kg/m3)
(kg/m3)
(kN)
(MPa)
(MPa)
(MPa)
380
21,51
24,45
460
26,04
29,60
12.111
2285,63
12.063
2276,57
12.184
2299,41
465
26,33
29,92
11.640
2196,74
360
20,38
23,16
11.648
2198,25
340
19,25
21,87
11.545
2178,82
390
22,08
25,09
11.657
2199,95
280
15,85
18,01
11.631
2195,05
285
16,14
18,34
11.588
2186,93
315
17,83
20,27
11.547
2179,19
320
18,12
20,59
11.429
2156,92
340
19,25
21,87
11.466
2163,91
320
18,12
20,59
11.202
2114,08
360
20,38
23,16
11.225
2118,42
240
13,59
15,44
11.331
2138,43
320
18,12
20,59
11.287
2130,13
260
14,72
16,73
11.319
2136,16
250
14,15
16,08
11.195
2112,76
290
16,42
18,66
11.180
2109,93
280
15,85
18,01
11.090
2092,95
300
16,99
19,30
11.024
2080,49
250
14,15
16,08
11.102
2095,21
320
18,12
20,59
11.120
2098,61
280
15,85
18,01
11.364
2144,66
350
19,82
22,52
10.806
2039,35
280
15,85
18,01
11.087
2092,38
260
14,72
16,73
11.044
2084,27
270
15,29
17,37
2287,21
2191,27
2193,98
2166,67
2123,65
2126,35
2094,46
2112,83
2072,00
27,99
23,38
18,87
21,02
19,73
17,16
17,80
20,37
17,37
75
Keterangan : Jenis benda uji : Silinder Luas permukaan benda uji : 0,25 × 3,14 ×152 = 176,625 cm 2 Volume benda uji : 176,625× 30 = 5298,75 cm3
Keterangan dan contoh perhitungan pada Tabel 4.7 : 1. Berat jenis beton merupakan hasil perbandingan antara berat benda uji silinder dengan volume beton. Contoh untuk perhitungan berat jenis sampel 1 adalah :
Berat Jenis =
12.111 gr = 2285,63 kg m3 3 5298,75 cm
2. Berat jenis rata-rata merupakan rata-rata dari 3 berat jenis benda uji yang memiliki persentase campuran yang sama. Contoh untuk perhitungan berat jenis rata-rata untuk campuran beton normal adalah :
Berat Jenis Rata - rata =
2285,63 + 2276,57 + 2299,41 = 2287,21kg m3 3
3. Beban maksimum merupakan besarnya beban yang dapat ditanggung oleh beton yang didapat dari bacaan alat uji kuat tekan. 4. Kuat tekan uji adalah hasil pembagian antara hasil bacaan beban maksimum dengan luas permukaan benda uji. Contoh untuk benda uji pertama adalah :
Kuat Tekan Uji =
380 ×10 = 21,51 MPa 176,625
Keterangan : 1 kN cm 2 = 10 MPa
76
5. Kuat tekan 28 hari merupakan hasil konversi besar kuat tekan uji dengan membaginya dengan koefisien. Untuk 14 hari dibagi dengan koefisien 0,78. Contoh untuk benda uji pertama adalah :
Kuat Tekan 28 Hari =
21,51 = 24,45 MPa 0,88
6. Kuat tekan rata-rata merupakan rata-rata dari kuat tekan beton yang memiliki komposisi campuran yang sama dan telah dikonversi ke 28 hari. Contoh untuk kuat tekan rata-rata beton komposisi normal adalah :
Kuat Tekan Rata - rata =
24,45 + 29,60 + 29,92 = 27,99 MPa 3
Berdasarkan tabel 4.7, maka didapatkan kurva perbandingan antara komposisi EPS dengan berat jenis serta kuat tekan seperti berikut : 2350
30 25
2250 20
2200 2150
15
2100
10
2050
Kuat Tekan (MPa)
Berat Jenis (kg/m3)
2300
Berat Jenis Rata‐rata Kuat Tekan Rata‐rata
5
2000 1950
0 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% Persentase Campuran EPS
Gambar 4.7 Kurva Perbandingan Antara Komposisi EPS dengan Berat Jenis dan Kuat Tekan Umur 14 Hari
77
4.2.3 Pengujian Umur 28 Hari
Tabel 4.8 Data Uji Umur 28 Hari KOMPOSISI
VOLUME
EPS
BETON
(%)
(cm3)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
5298,75
BERAT (gr)
BERAT
BERAT ISI
BEBAN
KUAT TEKAN
KUAT TEKAN
ISI
RATA-RATA
MAX
UJI
RATA-RATA
(kg/m3)
(kg/m3)
(kN)
(MPa)
(MPa)
450
25,48
440
24,91
12.290
2319,41
12.011
2266,76
12.251
2312,05
460
26,04
11.647
2198,07
380
21,51
11.769
2221,09
400
22,65
11.846
2235,62
360
20,38
11.586
2186,55
390
22,08
11.691
2206,37
350
19,82
11.778
2222,79
390
22,08
11.477
2165,98
340
19,25
11.551
2179,95
350
19,82
11.523
2174,66
360
20,38
11.480
2166,55
360
20,38
11.316
2135,60
350
19,82
11.396
2150,70
340
19,25
11.360
2143,90
320
18,12
11.235
2120,31
360
20,38
11.305
2133,52
350
19,82
11.125
2099,55
310
17,55
11.306
2133,71
350
19,82
11.185
2110,88
350
19,82
11.142
2102,76
340
19,25
11.010
2077,85
300
16,99
11.213
2116,16
350
19,82
10.998
2075,58
300
16,99
11.066
2088,42
350
19,82
11.085
2092,00
350
19,82
2299,41
2218,26
2205,24
2173,53
2150,95
2132,58
2114,71
2098,92
2085,33
25,48
21,51
21,33
19,82
19,82
19,44
19,06
18,68
18,87
78
Keterangan : Jenis benda uji : Silinder Luas permukaan benda uji : 0,25 × 3,14 ×152 = 176,625 cm 2 Volume benda uji : 176,625× 30 = 5298,75 cm3
Keterangan dan contoh perhitungan pada Tabel 4.8 : 1. Berat jenis beton merupakan hasil perbandingan antara berat benda uji silinder dengan volume beton. Contoh untuk perhitungan berat jenis sampel 1 adalah :
Berat Jenis =
12.290 gr = 2319,41kg m3 3 5298,75 cm
2. Berat jenis rata-rata merupakan rata-rata dari 3 berat jenis benda uji yang memiliki persentase campuran yang sama. Contoh untuk perhitungan berat jenis rata-rata untuk campuran beton normal adalah :
Berat Jenis Rata - rata =
2319,41 + 2266,76 + 2312,05 = 2299,41kg m3 3
3. Beban maksimum merupakan besarnya beban yang dapat ditanggung oleh beton yang didapat dari bacaan alat uji kuat tekan. 4. Kuat tekan uji adalah hasil pembagian antara hasil bacaan beban maksimum dengan luas permukaan benda uji. Contoh untuk benda uji pertama adalah :
Kuat Tekan Uji =
450 ×10 = 25,48 MPa 176,625
Keterangan : 1 kN cm 2 = 10 MPa
79
5. Kuat tekan rata-rata merupakan rata-rata dari kuat tekan beton yang memiliki komposisi campuran yang sama. Contoh untuk kuat tekan rata-rata beton komposisi normal adalah :
Kuat Tekan Rata - rata =
25,48 + 24,91 + 26,04 = 25,48 MPa 3
Berdasarkan tabel 4.8, maka didapatkan kurva perbandingan antara
30
2350 2300 2250 2200 2150 2100 2050 2000 1950
25 20 15 10 5
Kuat Tekan (MPa)
Berat Jenis (kg/m3)
komposisi EPS dengan berat jenis serta kuat tekan seperti berikut :
Berat Jenis Rata‐rata Kuat Tekan Rata‐rata
0 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% Persentase Campuran EPS
Gambar 4.8 Kurva Perbandingan Antara Komposisi EPS dengan Berat Jenis dan Kuat Tekan Umur 28 Hari
4.3
Analisa Data Pengujian 4.3.1 Analisa Pertumbuhan Kuat Tekan Terhadap Umur Beton
Seiring dengan bertambahnya umur beton maka kuat tekan beton pun akan semakin meningkat. Berdasarkan data pada tabel 4.9 dan gambar 4.9 dapat dilihat pertumbuhan kuat tekan beton seiring bertambahnya umur beton sesuai dengan komposisi masing-masing campuran.
80
Tabel 4.9 Kuat Tekan Uji Rata-rata Beton Berdasarkan Umur
KOMPOSISI
KUAT TEKAN
EPS
UJI 7 HARI
(%)
(MPa)
KUAT TEKAN RATA-RATA 7 HARI (MPa)
19,82 0
5
10
15
20
25
30
35
40
19,25
KUAT TEKAN UJI 14 HARI (MPa)
KUAT TEKAN RATA-RATA 14 HARI (MPa)
21,51 19,63
26,01
KUAT TEKAN UJI 28 HARI (MPa)
24,62
24,91
26,33
26,04
15,85
20,38
21,51
18,12
19,25
20,57
22,65
19,82
22,08
20,38
17,55
15,85
22,08
17,27
17,65
16,14
16,61
19,82
18,12
17,83
22,08
16,14
18,12
19,25
15,85
15,95
19,25
18,50
19,82
15,85
18,12
20,38
17,83
20,38
20,38
15,29
16,42
13,59
17,36
19,82
16,14
18,12
19,25
15,00
14,72
18,12
17,27
16,04
14,15
15,10
20,38
15,85
16,42
19,82
15,00
15,85
17,55
14,15
14,06
16,99
15,66
19,82
13,02
14,15
19,82
12,74
18,12
19,25
13,87
12,83
15,85
17,93
16,99
11,89
19,82
19,82
14,72
15,85
16,99
11,32 13,02
13,02
14,72 15,29
RATA-RATA 28 HARI (MPa)
25,48
19,82
18,68
KUAT TEKAN
15,29
19,82
25,48
21,51
21,33
19,82
19,82
19,44
19,06
18,69
18,88
19,82
81
30
Kuat Tekan (MPa)
25
0% 5%
20
10% 15
15% 20%
10
25% 30%
5
35% 0
40% 0
7
14
21
28
Umur Beton (Hari)
Gambar 4.9 Kurva Pertumbuhan Kuat Tekan Berdasarkan Umur Beton Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.9 di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur. Namun pada beton berkomposisi EPS 10% dan 25%, kuat tekan pada umur 14 hari lebih rendah jika dibanding ketika beton berumur 7 hari, tetapi kuat tekan kembali meningkat pada umur 28 hari. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi baeton pada umur 14 hari yang belum kering sempurna pada saat dilakukan pengujian.
82
Tabel 4.10 Pertumbuhan Kuat Tekan Berdasarkan Umur Beton
Komposisi EPS
Kuat Tekan Rata-rata 7 Hari (MPa)
Kuat Tekan Rata-rata 14 Hari (MPa)
Kuat Tekan Rata-rata 28 Hari (MPa)
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%
19,63 18,12 17,65 15,95 16,42 16,04 14,06 12,83 13,02
24,62 20,57 16,61 18,50 17,36 15,10 15,66 17,93 15,29
25,48 21,51 21,33 19,82 19,82 19,44 19,06 18,69 18,88
Pertumbuhan Kuat Tekan (%) Hari 7 77 84 83 80 83 83 74 69 69
Hari 14 97 96 78 93 88 78 82 96 81
Rata-rata beton pada umur 7 hari mencapai target kekuatan yaitu sebesar 65% pada umur 7 hari. Sedangkan pada umur 14 hari ada beberapa komposisi beton yang tidak mencapai persentase pertumbuhan yaitu sebesar 88%.Namun secara keseluruhan dapat dikatakan proses pengerjaan beton cukup baik.
83
Berat Jenis Rata‐Rata 28 Hari (Kg/m3)
Analisa Berat Jenis dan Kuat Tekan Berdasarkan Komposisi EPS 2260 2240 2220 2200 2180 2160 2140 2120
y = ‐67.1ln(x) + 2035. R² = 0.943
2100 2080 2060 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Komposisi EPS
Gambar 4.10 Grafik Berat Jenis Beton Umur 28 Hari 22 Kuat Tekan Umur 28 Hari (MPa)
4.3.2
21.5 21 20.5 20 19.5 y = ‐1.46ln(x) + 17.36 R² = 0.924
19 18.5 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Komposisi EPS (%)
Gambar 4.11 Grafik Kuat Tekan Beton Umur 28 Hari
Berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung pasal 23.2, dinyatakan bahwa kuat
84
tekan beton f’c untuk beton struktur yang merupakan bagian dari sistem pemikul gempa tidak boleh kurang dari 20 MPa.
Kuat Tekan Umur 28 Hari (MPa)
22 21.5 21 20.5 20 19.5 y = ‐1.46ln(x) + 17.36 R² = 0.924
19 18.5 0%
5%
10%
16,6% 15%
20%
25%
30%
35%
40%
Komposisi EPS (%)
Gambar 4.12 Grafik Kadar Optimum Campuran EPS Jika diambil titik 20 MPa sebagai titik optimum campuran beton, persentase EPS yang diperlukan berdasarkan rumus logaritma pada gambar 4.12 adalah sebesar 16,6%. Setelah itu dilakukan perhitungan berat jenis berdasarkan rumus pada Gambar 4.10.
y = −67,14 ln( x) + 2035,3 = −67,14 ln(0,166) + 2035,3 = 2155,87 kg/m 3 Dengan pergantian pasir dengan EPS sebesar 16,6%, maka kuat tekan beton turun menjadi 20 MPa dan berat jenis turun menjadi 2155,87 kg/m3.
4.3.3
Analisa Standar Deviasi (s)
Dari data percobaan kuat tekan beton, maka dapat dihitung nilai standar deviasi untuk setiap data kuat tekan masing-masing komposisi EPS. 85
Tabel 4.11 Kuat Tekan Beton Umur 28 Hari
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Umur Beton (Hari)
Kuat Tekan Beton Berdasarkan Komposisi EPS (MPa)
Koefisien Pembagi
7
0,65
14
0,88
28
1,00
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
30,49 29,62 30,49 24,45 29,60 29,92 25,48 24,91 26,04
24,39 28,74 30,49 23,16 21,87 25,09 21,51 22,65 20,38
27,00 26,57 27,87 18,01 18,34 20,27 22,08 19,82 22,08
24,82 24,39 24,39 20,59 21,87 20,59 19,25 19,82 20,38
27,44 23,52 24,82 23,16 15,44 20,59 20,38 19,82 19,25
23,08 26,57 24,39 16,73 16,08 18,66 18,12 20,38 19,82
23,08 21,78 20,03 18,01 19,30 16,08 17,55 19,82 19,82
19,60 21,34 18,29 20,59 18,01 22,52 19,25 16,99 19,82
22,65 17,42 20,03 18,01 16,73 17,37 16,99 19,82 19,82
Setelah didapatkan data kuat tekan beton masing-masing komposisi, maka dapat dilakakukan perhitungan nilai standar deviasi dengan rumus 2.6. setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan nilai Standar Deviasi serta nilai kuat tekan karakteristik berdasarkan rumus f 'c = f 'cr −1,64s . Tabel 4.12 Data Standar Deviasi
Komposisi EPS (%)
Kuat Tekan Rata-rata (MPa)
Standar Deviasi (MPa)
Kuat Tekan Karakteristik (MPa)
0 5 10 15 20 25 30 35 40
27,89 24,25 22,45 21,79 21,60 20,42 19,50 16,60 18,76
2,58 3,38 3,80 2,18 3,53 3,57 2,13 1,72 1,95
23,66 18,71 16,22 18,21 15,81 14,57 16,01 13,78 15,56
86
35.00 30.00 25.00
24.25
22.45
21.79
20.00
21.60
20.42
19.60 18.76
19.50
15.00 10.00 5.00 0.00 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Komposisi EPS Kuat Tekan Rata‐rata Kuat Tekan Ekuivalen Hari ke‐28 (Dari Hari Ke‐7) Kuat Tekan Ekuivalen Hari ke‐28 (Dari Hari Ke‐14) Kuat Tekan Hari Ke‐28
Gambar 4.13 Grafik Kuat Tekan Rata-rata
25.00 Kuat Tekan Karakteristik (MPa)
Kuat Tekan (MPa)
27.89
23.66 20.00 18.71
15.00
18.21 16.22
15.81
14.57
16.01
15.56 13.78
10.00 y = ‐291.3x3 + 258.9x2 ‐ 77.09x + 22.93 R² = 0.845
5.00 0.00 0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Komposisi EPS
Gambar 4.14 Grafik Kuat Tekan Karakteristik
87
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi beton bervariasi berdasarkan komposisi EPS yang mensubtitusi pasir. Nilai Standar Deviasi terendah dimiliki oleh beton dengan komposisi EPS 35% yaitu sebesar 1,72 MPa, sedangkan nilai Standar Deviasi terbesar dimiliki oleh beton dengan komposisi EPS 10% yaitu sebesar 3,8 MPa.
4.3.4
Perbandingan Kuat Tekan dan Berat Jenis dengan Harga Konstruksi
Dengan
data
yang
telah
didapatkan,
maka
dilakukan
perhitunganharga pembuatan beton dengan campuran EPS. Harga satuan yang digunakan adalah harga pada saat pembelian bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan sampel per m3. Tabel 4.13 Harga Beton Normal per m3
Bahan Semen Ag. Halus Ag. Kasar
Harga Satuan (Rp) 45000
Kebutuhan (kg) 410
Harga Total (Rp) 461250
325000
700,34
149155
250000
929,955
184661
Total
795066
Perhitungan Tabel 4.13 : Semen
=
410 × 45.000 = Rp 461.250,− 40
Ag. Halus =
700,34 × 325.000 = Rp 149,155,− 1526
Ag. Kasar =
929,955 × 325.000 = Rp 184.661,− 1259 88
Berdasarkan perhitungan di atas maka diketahui harga yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3 beton normal dengan kekuatan 25 MPa adalah sebesar sekitar Rp 795.066,-. Sedangkan untuk harga beton yang menggunakan EPS sebagai bahan campuran ditunjukkan pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Harga Beton Per m3Masing-Masing Komposisi Komposisi EPS (%) 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Semen (Rp)
461250
Ag. Kasar (Rp)
184661
Ag. Halus (Rp) 149155 141697 134239 126782 119324 111866 104408 96951 89493
EPS (Rp)
Total (Rp)
0 10526 21053 31579 42105 52632 63158 73684 84211
795066 798135 801203 804272 807340 810409 813478 816546 819615
Contoh perhitungan harga EPS dengan komposisi 5%: EPS
= 33.000 ×
700,34 × 20,5 × 0,05 = Rp 10.526,− 2250
89
Tabel 4.15 Berat Jenis dan Kuat Tekan Rata-rata Komposisi EPS (%)
Berat Jenis Rata-rata Hari Ke7 14 28
Berat Jenis Rata-rata
Kuat Tekan Rata-rata Hari Ke7 14 28
0
2281,23
2287,21
2299,41
2289,28
19,63
24,62
25,48
5
2205,49
2191,27
2218,26
2205,01
18,12
20,57
21,51
10
2173,50
2193,98
2205,24
2190,91
17,65
16,61
21,33
15
2151,45
2166,67
2173,53
2163,88
15,95
18,50
19,82
20
2128,30
2123,65
2150,95
2134,30
16,42
17,36
19,82
25
2114,21
2126,35
2132,58
2124,38
16,04
15,10
19,44
30
2084,14
2094,46
2114,71
2097,77
14,06
15,66
19,06
35
2105,02
2112,83
2098,92
2105,59
12,83
17,93
18,68
40
2065,96
2072,00
2085,33
2074,43
13,02
15,29
18,87
Pada Tabel 4.15dapat dilihat nilai berat jenis rata-rata masing-masing komposisi beton sehingga dapat dilakukan perbandingan antara berat jenis dengan harga dan kuat tekan dengan harga untuk mengetahui komposisi campuran beton ringan dengan bahan EPS yang optimal dalam segi harga, kuat tekan, dan berat jenis, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.15 dan 4.16.
90
825000
30.00
820000 815000 810000
20.00
805000
15.00
800000 795000
10.00
Harga (Rp)
Kuat Tekan (MPa)
25.00
Kuat Tekan Harga
790000
5.00
785000
0.00
780000 0
5
10
15
20
25
30
35
40
Komposisi EPS (%)
2350.00
825000
2300.00
820000
2250.00
815000 810000
2200.00
805000
2150.00
800000
2100.00
795000
2050.00
790000
2000.00
785000
1950.00
780000 0
5
10
15
20
25
30
35
Harga (Rp)
Berat Jenis (kg/m3)
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Kuat Tekan dengan Harga
Berat Jenis Harga
40
Komposisi EPS (%)
Gambar 4.16 Grafik Perbandingan Berat Jenis dengan Harga
Bedasarkan kedua grafik di atas dapat dilihat bahwa harga yang dibutuhkan untuk membuat beton ringan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya komposisi EPS di dalam beton. 91
Dengan menggunakan acuan perhitungan pada poin 4.3.2 yaitu komposisi optimum EPS adalah sebesar 16,6%, maka dibutuhkan biaya konstruksi untuk 1m3 beton segar adalah sebesar : Semen
=
410 × 45.000 = Rp 461.250,− 40
Ag. Kasar =
929,955 × 325.000 = Rp 184.661,− 1259
Ag. Halus =
700,34 × 325.000 × 0,834 = Rp 124.395,− 1526
EPS
= 33.000 ×
700,34 × 20,5 × 0,166 = Rp 34.954,− 2250
Total sebesar Rp 805.260,- atau lebih mahal sekitar Rp15.000,- jika dibandingkan dengan biaya konstruksi beton normal. Meskipun lebih mahal dibadingkan beton normal, namun dengan berat jenis yang lebih ringan dapat mengurangi beban mati konstruksi sehingga dapat memperkecil dimensi struktur lain seperti kolom atau balok.
92