BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 4.1.1
PROFIL PERUSAHAAN TRANSJAKARTA BUSWAY BLUD
Transjakarta
Busway semula merupakan lemabaga non struktural
Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yaitu Badan Pengelola Transjakarta Busway yang dibentuk berdasarkan SK Gubernur No 110 Tahun 2003. Oleh karena adanya perubahan mekanisme keuangan, maka diubah menjadi lembaga structural dan menjadi unit pelaksana teknis Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta yang akan menerapkan PPK BLUD sesuai dengan SK Gubernur NO. 48/2006. Transjakarta
memulai
operasinya
pada
15
Januari
2004
dengan
tujuan
memberikan jasa angkutan yang lebih cepat, nyaman, namun terjangkau bagi warga Jakarta. Untuk mencapai hal tersebut, bus Transjakarta diberikan lajur khusus di jalanjalan yang menjadi bagian dari rutenya dan lajur tersebut tidak boleh dilewati kendaraan lainnya (termasuk bus umum selain TransJakarta). Agar terjangkau oleh masyarakat, maka harga tiket disubsidi oleh pemerintah daerah. Pada saat awal beroperasi, TransJakarta mengalami banyak masalah, salah satunya adalah ketika atap salah satu busnya menghantam terowongan rel kereta api. Selain itu, banyak dari bus-bus tersebut yang mengalami kerusakan, baik pintu, tombol pemberitahuan lokasi halte, hingga lampu yang lepas. Selama dua minggu pertama, dari 15 Januari 2004 hingga 30 Januari 2004, bus Transjakarta memberikan pelayanan secara gratis. Kesempatan itu digunakan untuk
46
47
sosialisasi, di mana warga Jakarta untuk pertama kalinya mengenal sistem transportasi yang baru. Lalu, mulai 1 Februari 2005, bus Transjakarta mulai beroperasi secara komersil. Sejak Hari Kartini (21 April) 2005, TransJakarta memiliki pramudi perempuan sebagai wujud emansipasi wanita. Pengelola menargetkan bahwa nanti jumlah pramudi wanita mencapai 30% dari keseluruhan jumlah pramudi. Sampai dengan bulan Mei 2006, sudah ada lebih dari 50 orang pramudi wanita. 4.1.2 4.1.2.1
SISTEM TRANSJAKARTA BUSWAY LATAR BELAKANG DIDIRIKANNYA TRANSJAKARTA BUSWAY: •
Jumlah kendaraan di DKI Jakarta 6.3 juta (rata-rata meningkat 11% per tahun)
•
Penambahan kendaraan sebanyak 296 unit kendaraan roda empat per hari
•
Setiap hari 600.000 kendaraan dari Botabek (Bogor, Tangerang, Bekasi) masuk ke Jakarta (mengangkut 1.2 juta orang)
•
Rasio kendaraan pribadi dibandingkan dengan kendaraan umum 92:8
•
Dari 17 juta perjalanan per hari, 47% ditempuh dengan kendaraan pribadi, sedangkan 53% dengan kendaraan umum.
•
Kondisi angkutan umum sangat memprihatinkan dan setiap tahun jumlahnya berkurang
4.1.2.2
TUJUAN PEMBANGUNAN SISTEM BUSWAY •
Meningkatkan jumlah perjalanan penumpang dengan menggunakan suatu sistem transportasi yang aman, nyaman dan handal
•
Menciptakan system transportasi dengan jalur yang terpisah dari lalu lintas umum untuk kemudahan aksesibilitas
48
•
Menciptakan sistem transportasi dengan pelayanan yang terjadwal dengan baik
•
Meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keselamatan penumpang bus umum
•
Meningkatkan pelayanan angkutan umum yang terintegrasi
•
Menciptakan sistem transportasi yang dapat meningkatkan efisiensi operator bus
• 4.1.2.3
Menerapkan system pengumpulan pendapatan tiket yang efektif
STANDAR PELAYANAN PUBLIK YANG DIHARAPKAN DARI SISTEM
BUSWAY
4.1.3
•
Aksesibilitas
•
Keamanan dan keselamatan
•
Ruang tunggu yang nyaman
•
Waktu tunggu yang minimum
•
Kualitas pelayanan yang tinggi
•
Tersedianya informasi yang dapat diandalkan
JAJARAN PELAKSANA TRANSJAKARTA BUSWAY •
Kepala (Head of Agency)
•
Kasubbag Tata Usaha dan Keuangan (Head of Administration and Finance
Department) •
Manajer Sarana dan Prasarana (Manager of Infrastructure Department)
•
Manajer Operasional (Manager of Operational Department)
•
Manajer Pengendalian (Manager of Operatioanal Control Department)
49
4.1.4 4.1.4.1
VISI DAN MISI TRANSJAKARTA BUSWAY VISI TRANSJAKARTA BUSWAY Busway sebagai angkutan umum yang mampu memberikan pelayanan publik
yang cepat, aman, nyaman, manusiawi, efisien, berbudaya, dan bertaraf internasional. 4.1.4.2
MISI TRANSJAKARTA BUSWAY •
Melaksanakan reformasi sitem angkutan umum- busway dan budaya penggunaan angkutan umum.
•
Menyediakan pelayanan lebih dapat diandalkan, berkualitas tinggi, berkeadilan, dan berkesinambungan di DKI Jakarta.
•
Memberikan solusi jangka menengah dan jangka panjang terhadap permasalahan di sektor angkutan umum.
•
Menerapkan mekanisme pendekatan dan sosialisasi terhadap stakeholder dan system transportasi terintegrasi.
•
Mempercepat implementasi system jaringan busway di Jakarta sesuai aspek kepraktisan, kemampuan masyarakat untuk menerima system tersebut, dan kemudahan pelaksanaan.
•
Mengembangkan struktur institusi yang berkesinambungan.
•
Mengembangkan lembaga pelayanan masyarakat dengan pengelolaan keuangan yang berlandaskan good corporate governance, akuntabilitas, dan transparansi.
50
4.1.5
DESAIN BUS TRANSJAKARTA Bus-bus Transjakarta dibangun dengan menggunakan bahan-bahan pilihan.
Untuk interior langit-langit bus, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Untuk kerangkanya, menggunakan Galvanil, suatu jenis logam campuran seng dan besi yang kokoh dan tahan karat. Bus Transjakarta memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus lain sehingga hanya dapat dinaiki dari halte khusus busway (juga dikenal dengan sebutan
shelter). Pintu tersebut terletak di bagian tengah kanan dan kiri. Pintu bus menggunakan sistem lipat otomatis yang dapat dikendalikan dari konsol yang ada di panel pengemudi. Untuk bus koridor II dan III dan seterusnya, mekanisme pembukaan pintu telah diubah menjadi sistem geser untuk lebih mengakomodasi padatnya penumpang pada jam-jam tertentu, di dekat kursi-kursi penumpang yang bagian belakangnya merupakan jalur pergeseran pintu, dipasang pengaman yang terbuat dari gelas akrilik untuk menghindari terbenturnya bagian tubuh penumpang oleh pintu yang bergeser. Setiap bus dilengkapi dengan papan pengumuman elektronik dan pengeras suara yang memberitahukan halte yang akan segera dilalui kepada para penumpang dalam 2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Setiap bus juga dilengkapi dengan sarana komunikasi radio panggil yang memungkinkan pengemudi untuk memberikan dan mendapatkan informasi terkini mengenai kemacetan, kecelakaan, barang penumpang yang tertinggal, dan lain-lain. Untuk keselamatan penumpang disediakan 10 buah palu pemecah kaca yang terpasang di beberapa bingkai jendela dan 2 buah pintu darurat yang bisa dibuka secara manual untuk keperluan evakuasi cepat dalam keadaan darurat, serta dua tabung pemadam api di depan dan di belakang. Untuk menjaga agar udara tetap segar, terutama pada jam-jam sibuk, mulai bulan Januari 2005 secara bertahap di setiap bus telah di
51
pasang alat pengharum ruangan otomatis, yang secara berkala akan melakukan penyemportan parfum. 4.1.6
HALTE/ SHELTER TRANSJAKARTA Halte-halte Transjakarta berbeda dari halte-halte bus biasa. Selain letaknya
yang berada di tengah jalan, bahkan di halte di depan gedung pertokoan Sarinah dan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa, diberi fasilitas lift. Kontruksi halte didominasi oleh bahan alumunium, baja, dan kaca. Ventilasi udara diberikan dengan menyediakan kisi-kisi alumunium pada sisi halte. Lantai halte dibuat dari pelat baja. Pintu halte menggunakan sistem geser otomatis yang akan lansung terbuka pada saat bus telah merapat di halte. Jembatan penyebrangan yang menjadi penghubung halte dibuat landai (dengan perkecualian beberapa halte, seperti halte Bunderan HI) agar lebih ramah terhadap orang cacat. Lantai jembatan menggunakan bahan yang sama dengan lantai halte (dengan pengecualian pada beberapa jembatan penyeberangan seperti halte Jelambar dan Bendungan Hilir yang masih menggunakan konstruksi beton) Waktu beroperasi halte-halte ini adalah 05:00 – 22:00. Apabila setelah pukul 22:00 masih ada penumpang di dalam halte yang belum terangkut karena kendala teknis operasional, maka jadwal operasi akan diperpanjang secukupnya untuk mengakomodasi kepentingan para penumpang yang sudah terlanjur membeli tiket tersebut. 4.2
HASIL PENGUMPULAN DATA Data yang diperlukan pada penelitian ini ialah data primer dan juga data sekunder.
Data primer diperoleh dari pemantauan langsung terhadap objek penelitian sehubungan dengan
kegiatan-kegiatan
perusahaan
dan
wawancara
dengan
pihak-pihak
yang
52
berkepentingan. Sedangkan untuk data sekunder, didapat dari studi kepustakaan dan informasi-informasi yang terkait. a. Data Primer Data-data mengenai gambaran umum perusahaan, seperti profile perusahaan, struktur organisasi, serta jumlah penumpang. b. Data Sekunder Data-data yang didapat dari studi kepustakaan, yaitu khususnya mengenai manajemen operasional yang didapat dari litaratur buku, jurnal, dokumentasi perusahaan, dan internet. 4.3
APLIKASI KINERJA OPERASIONAL BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Untuk menjalankan kinerja operasional perusahaan, BLU Transjakarta Busway
menetapkan standar pelayanan publik untuk memberikan kepuasan pada para pengguna bus Transjakarta. Oleh karena itu BLU Transjakarta Busway menetapkan Aksesibilitas, Keamanan dan keselamatan, Ruang tunggu yang nyaman, Waktu tunggu yang minimum, Kualitas pelayanan yang tinggi, dan Tersedianya informasi yang dapat diandalkan. Dari keenam kinerja operasional tersebut, akan dicari tahu mana yang merupakan masalah paling kompleks yang dihadapi oleh BLU Transjakarta Busway. 4.4
DETERMINASI KINERJA OPERASIONAL BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Untuk menentukan kinerja operasional yang paling menjadi kendala utama yang
dihadapi oleh BLU Transjakarta Busway, penelitian ini menggunakan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP). Berikut ini akan dibagikan kuesioner yang berisi perbandingan 6 (enam) kinerja operasional terhadap Manajer Operasional BLU Transjakarta Busway. Enam kinerja operasional ditetapkan berdasarkan standar pelayanan publik yang diharapkan dari sistem busway. Kuesioner tersebut dapat dilihat pada bagian lampiran.
53
Sebagai panduan dalam pengisian kuesioner, berikut merupakan tabel yang berisi pengelompokan jenis kinerja operasional beserta contoh tindakan-tindakan yang mengarah pada kinerja operasional BLU Transjakarta Busway. Tabel 4.1 Pengelompokkan Kinerja Operasional
No 1
Jenis Kinerja Operasional Aksesbilitas (AK)
Contoh Tindakan-tindakan Yang Mengarah Pada Kinerja Operasional Jarak menuju halte Transjakarta dapat dijangkau Alat transportasi umum mampu menjangkau halte Transjakarta
2
Keamanan dan Keselamatan (KK)
Perusahaan menyediakan jasa keamanan (security) di setiap halte Perusahaan menjamin keselamatan para penumpang dengan asuransi keselamatan
3
Ruang Tunggu yang Nyaman (RT)
Perusahaan menyediakan tempat duduk yang cukup memadai di setiap halte Perusahaan menggunakan jasa cleaning service untuk menjaga kebersihan di setiap halte Perusahaan menyediakan cukup tempat sampah di setiap halte
4
Waktu Tunggu yang Minimum (WT)
Pelayanan antrian loket Transjakarta yang cepat Perusahaan menjalankan sistem kedatangan bus Transjakarta maksimal 3 menit
Lanjutan Tabel Pengelompokkan Kinerja Operasional
54
Kualitas Pelayanan yang Tinggi (KP)
5
Perusahaan telah memberikan pelatihan khusus bagi calon supir bus Transjakarta Perusahaan memberikan pelatihan dasar bagi calon karyawan (penjual tiket, penjaga pintu bus, penjaga tiket masuk)
Tersedianya informasi yang dapat diandalkan (IF)
6
Karyawan sudah memiliki pengetahuan umum untuk dapat memberikan informasi kepada para penumpang bus Transjakarta Tersedianya jasa informasi yang yang jelas pada situs internet Informasi mengenai arah pemberhentian bus Transjakarta sudah tersebar dengan baik
Sumber: Data diolah
4.5
HASIL KUESIONER JENIS-JENIS KINERJA OPERASIONAL PADA BLU TRANSJAKARTA BUSWAY Berdasarkan
kuesioner
perbandingan
berpasangan
kinerja
operasional
yang
diberikan , maka berikut adalah hasil dari pengisian kuesioner tersebut : Tabel 4.2 Hasil Kuesioner
Prioritas
Skala Kepentingan
AK Aksesbilitas KK Keamanan dan keselamatan
KK
2
AK RT AK WT
RT
2
WT
4
AK Aksesbilitas KP Kualitas Pelayanan yang Tinggi
KP
5
AK Aksesbilitas IF Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan
AK
2
Kode
Keterangan
Aksesbilitas Ruang Tunggu yang Nyaman Aksesbilitas Waktu Tunggu yang Minimun
55
Lanjutan Tabel Hasil Kuesioner
KK Keamanan dan Keselamatan RT Ruang Tunggu yang Nyaman
KK
3
KK Keamanan dan Keselamatan WT Waktu Tunggu yang Minimun
WT
3
KK Keamanan dan Keselamatan KP Kualitas Pelayanan yang Tinggi
KP
3
KK Keamanan dan Keselamatan IF Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan
KK
2
RT Ruang Tunggu yang Nyaman WT Waktu Tunggu yang Minimum
WT
5
RT Ruang Tunggu yang Nyaman KP Kualitas Pelayanan yang Tinggi
KP
3
RT Ruang Tunggu yang Nyaman IF Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan
IF
2
WT Waktu Tunggu yang Minimun KP Kualitas Pelayanan yang Tinggi
WT
3
WT IF KP IF
WT
3
KP
3
Waktu Tunggu yang Minimum Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan Kualitas Pelayanan yang Tinggi Tersedianya Informasi yang Dapat Diandalkan
Sumber: Hasil Kuesioner
56
4.6
PENGOLAHAN JAWABAN KUESIONER Kemudian Jawaban kuesioner tersebut diolah menggunakan bantuan software Expert
Choice 2000. Berikut adalah hasil pengolahannya :
Gambar 4.1 Pengolahan Jawaban Kuesioner Sumber : Expert Choice 2000
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa jenis kinerja operasional yang menurut manajer operasional dapat menjadi permasalahan utama bagi perusahaan Transjakarta Busway adalah waktu tunggu yang minimum dengan presentase sebesar 0,379 atau sebesar 37,9%. Untuk mendukung hasil perhitungan dari software
Expert Choice 2000 di atas,
berikut adalah hitungan manual untuk mendapatkan nilai presentase prioritas kinerja operasional perusahaan Transjakarta Busway.
57
Hitungan Manual Pairwise Correlation Tabel 4.3 Perbandingan Berpasangan
AK
AK 1
KK 0.5
RT 0.5
WT 0.25
KP 0.2
IF 2
KK
2
1
3
0.3333
0.3333
2
RT
2
0.3333
1
0.2
0.3333
0.5
WT
4
3
5
1
3
3
KP
5
3
3
0.3333
1
3
TOTAL
IF
0.5
0.5
2
0.3333
0.3333
1
TOTAL
14.50
8.33
14.50
2.45
5.20
11.50
4.45 8.6666 4.3666 19 15.3333 4.6666 56.4831
Sumber : Hitungan Pribadi
Tabel 4.4 Normalisasi Bobot AK
KK
RT
WT
KP
IF
TOTAL
AK
0.0690
0.0600
0.0345
0.1020
0.0385
0.1739
KK
0.1379
0.1200
0.2069
0.1360
0.0641
0.1739
0.4779 0.8389 0.4361 2.2267 1.5010 0.5195 6
RT
0.1379
0.0400
0.0690
0.0816
0.0641
0.0435
WT
0.2759
0.3600
0.3448
0.4082
0.5769
0.2609
KP
0.3448
0.3600
0.2069
0.1360
0.1923
0.2609
IF
0.0345
0.0600
0.1379
0.1360
0.0641
0.0870
TOTAL
1
1
1
1
1
1
Sumber : Hitungan Pribadi
Tabel 4.5 Perolehan Bobot Kinerja Operasional Total
Pembagi
Bobot
Pembulatan
0.079645
0.08
0.139814
0.14
₌ AK
0.4779
:
6 ₌
KK
0.8389
:
6
58
₌ RT
0.4361
:
6
0.072684
0.07
0.371112
0.37
0.250159
0.25
0.086586
0.09
1
1
₌ WT
2.2267
:
6 ₌
KP
1.501
:
6 ₌
IF
0.5195
:
6 ₌
TOTAL
6
:
6
Sumber: Hitungan Pribadi
Tabel 4.6 Penghitungan Consistency Index AK
KK
RT
WT
KP
IF
TOTAL
TO/BO
AK
0.0800
0.0700
0.0350
0.0925
0.0500
0.1800
KK
0.1600
0.1400
0.2100
0.1233
0.0833
0.1800
RT
0.1600
0.0467
0.0700
0.0740
0.0833
0.0450
WT
0.3200
0.4200
0.3500
0.3700
0.7500
0.2700
KP
0.4000
0.4200
0.2100
0.1233
0.2500
0.2700
IF
0.0400
0.0700
0.1400
0.1233
0.0833
0.0900
TOTAL
1
1
1
1
1
1
0.51 0.90 0.48 2.48 1.67 0.55 6
6.34375 6.404614 6.842671 6.702703 6.693284 6.073844 39.06087
Sumber: Hitungan Pribadi
(TO/BO) : 6
= 39.06087 : 6 = 6.510145
CI (Consistency Index) = (6.510145 – N) : (N - 1)
59
= (6.510145 – 6) : 5 = 0.510145 : 5 = 0.102029 CI/RI
= 0.102029 : 1.32
= 0.077294696 Setelah mengetahui kendala operasional yang dihadapi BLU Transjakarta Busway selanjutnya ialah mencari letak penyebab dari kendala operasional tersebut. Untuk mendapatkan informasi mengenai penyebab kendala operasional ’Waktu Tunggu yang Minimum’ maka dilakukan wawancara terhadap Manajer Operasional. Menurut
hasil
wawancara
kepada
pihak
terkait
manajer
operasional
Bus
Transjakarta, yang menjadi permasalahan paling kompleks dalam kinerja operasional BLU Transjakarta Busway berkaitan dengan standar pelayanan publik yang telah ditetapkan adalah waktu tunggu yang minimum. Hal ini dikarenakan Bus Transjakarta yang tersedia terbatas namun penumpang yang sangat banyak, dalam arti jumlah armada bus kurang sebanding dengan jumlah penumpang pengguna Bus Transjakarta, padahal jumlah armada bus sudah ditambah seiring berjalannya waktu dibandingkan pada saat pertama kali beroperasi yaitu sekitar 65 bus menjadi 82 bus sekarang ini. Pada hari kerja, jumlah armada bus yang beroperasi ada 82 buah, namun di hari Sabtu dan Minggu beroperasi 58 buah. Dikarenakan hari sabtu dan minggu sebagian besar masyarakat tidak bekerja maupun bersekolah sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penumpang lebih sedikit daripada hari kerja. Selain itu, kondisi lalu lintas jakarta sangat mempengaruhi waku tunggu para penumpang dimana dapat dilihat dari jalur umum yang harus memotong jalur busway untuk
60
ke jalur lain atau memutar kendaraannya, lalu adanya kemacetan pada jalur lain tersebut, sehingga mambuat Bus Transjakarta harus menunggu yang disebabkan oleh kendaraan lain. Oleh karena itu peneliti melakukan anlisis mengenai waktu tunggu yang minimum dikarenakan hal tersebut menjadi permasalahan pada Bus Transjakarta. Sehingga para penumpang tidak perlu khawatir atau harus menunggu Bus Transjakarta lebih lama dari waktu yang seharusnya sudah ditetapkan. 4.7
ANALISA DAN DETERMINASI DAMPAK KENDALA OPERASIONAL Dalam tahap ini, akan menganalisa lebih jauh mengenai dampak apakah yang dapat
ditimbulkan dari kendala operasional dalam sistem busway ini. Pada awal misinya, pihak BLU Transjakarta Busway mengatakan bahwa Bus Transjakarta akan datang dalam waktu 3 menit sekali. Tetapi kenyataannya dalam prakteknya Bus Transjakarta tidak datang dalam waktu 3 menit sekali, Bus Transjakarta datang lebih dari 3 menit. Hal ini sangat merugikan bagi para penumpang juga sangat membuang waktu. Tentu saja para penumpang merasa dirugikan oleh waktu, terkadang para penumpang terlambat sampai ke tujuan di karenakan Bus Transjakarta yang kedatangannya cukup memakan waktu, walaupun dengan menggunakan Bus Transjakarta lebih cepat karena mempunyai jalur khusus. Hal ini lah yang menjadi dampak yang sangat menonjol dari kendala operasional pada Bus Transjakarta. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus, dikhawatirkan akan mengurangi jumlah konsumen pengguna jasa layanan Transjakarta Busway. Dengan berkurangnya jumlah konsumen, maka pendapatan akan berkurang, meskipun BLU Transjakarta Busway merupakan milik pemerintah. Dan juga konsumen akan beralih menggunakan alternatif lain dibanding Bus Transjakarta. 4.8
PENGUMPULAN DATA Berdasarkan hasil dari hitungan AHP diatas, ditemukan bahwa yang menjadi masalah
yang paling kompleks dalam sistem operasional busway ialah waktu tunggu yang minimum.
61
Dalam hal ini yang dimaksud ialah waktu tunggu kedatangan Bus Transjakarta. Untuk itu dibawah ini akan dibahas dengan menggunakan metode Waiting Line. Data berikut diambil berdasarkan jumlah penumpang yang menggunakan layanan Bus Transjakarta pada hari Senin, 18 Mei 2009. Data diambil pada hari senin karena pada umumnya masyarakat berasumsi bahwa hari senin merupakan hari pertama dalam satu minggu untuk beraktifitas kerja setelah melewati waktu libur.
Tabel 4.7 Jumlah Data Penumpang Hari Senin, Tanggal 18 Mei 2009
NAMA HALTE Terminal Blok M
JAM OPERASIONAL 07.00 10.00 05.00 - 07.00 10.00 16.00 1121 5275 9823
16.00 22.00 12829
Halte Al Azhar
58
112
241
432
Halte Bundaran Senayan
75
225
456
256
Halte Gelora Bung Karno
73
175
253
482
Halte Polda Metro Jaya
69
95
352
293
Halte Bendungan Hilir
22
177
438
667
Halte Karet
57
185
321
565
Halte Setiabudi
73
147
282
939
Halte Dukuh Atas
54
198
352
215
62
Halte Tosari
88
321
279
512
Halte Bundaran HI
35
376
523
567
Halte Sarinah
99
214
605
945
Halte Bank Indonesia
89
425
542
635
Halte Monas
110
110
215
255
Halte Harmoni Central Busway (HCB) Halte Sawah Besar
109 125
620 175
1112 391
298 532
Halte Mangga Besar
47
166
368
896
Halte Olimo
31
248
431
612
Halte Glodok
59
340
497
695
Stasiun Kota
1163
4150
9728
12491
3557 79616 orang/hari
13734
27209
35116
TOTAL Total Keseluruhan Sumber: Observasi Peneliti
Tabel 4.8 Rata-rata sisa kursi
NAMA HALTE Terminal Blok M Halte Al Azhar Halte Bundaran Senayan Halte Gelora Bung Karno Halte Polda Metro Jaya Halte Bendungan Hilir Halte Karet Halte Setiabudi Halte Dukuh Atas Halte Tosari
RATA‐RATA SISA KURSI 85 8 15 7 6 9 8 3 6 17
PINTU 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
63
Halte Bundaran HI
18 20 16 8 70 9 7 8 15 85
Halte Sarinah Halte Bank Indonesia Halte Monas Halte Harmoni Central Busway (HCB) Halte Sawah Besar Halte Mangga Besar Halte Olimo Halte Glodok Stasiun Kota
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Sumber: Observasi Peneliti
Tabel 4.9 Data Tingkat Kedatangan Bus Pada 3 Halte Rata-rata Tingkat Kedatangan Bus
Nama Halte Halte Blok M Halte Harmoni Central Busway (HCB) Halte Stasiun Kota
12 bus / jam 8 bus / jam 10 bus / jam
Sumber: Observasi Peneliti
4.9
PENGOLAHAN DATA
λ=
jumlah penumpang (05.00 - 22.00) 17 jam
μ1 = rata-rata sisa kursi x 6, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = rata-rata sisa kursi x 12, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = rata-rata sisa kursi x 20, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
Po =
λ , dimana k = jumlah saluran k .μ
64
k
1 ⎛ λ ⎞ kμ Pw = ⎜⎜ ⎟⎟ Po k! ⎝ μ ⎠ kμ − λ
Ls =
λμ ⎛⎜ λ μ ⎞⎟
k
λ ⎝ ⎠ Po + 2 (k − 1)!(kμ − λ ) μ
Lq = Ls −
λ μ
Ws =
Ls
λ
Wq =
Lq
λ
Dari data‐data diatas, maka apabila dimasukkan ke dalam rumus‐rumus antrian maka: •
Terminal Blok M
λ = 1121 + 5275 + 9823 + 12829 = 29048 : 17 = 1708.70 μ1 = 85 x 6 = 510, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 85 x 12 = 1020, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 85 x 20 =1700, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
Po =
λ , dimana k = jumlah saluran k .μ
65
Po1 = Po2 = Po3 =
1708,70 1.510 1708,70 1.1020
1708,70 1.1700
= 3.35
= 1.67
= 1.005
Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa ketiga nilai Po > 1, berarti terjadi bulking maka penghitungan selanjutnya tidak dapat dilanjutkan. Bulking terjadi karena di halte hanya memiliki satu saluran mengantri masuk dalam Bus Transjakarta •
Halte Al Azhar
λ = 58 + 112 + 241 + 432 = 843 : 17 = 49.58 μ1 = 8 x 6 = 48, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 8 x 12 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 8 x 20 = 160, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
Po1 =
Po2 = Po3 =
49.58 1.48
49.58 1.96 49.58 1.160
= 1.032 (bulking)
= 0.516 = 0.52
= 0.30
Pada lampiran terlihat bahwa nilai Po2 = 0.52 terdapat pada angka 0.48000 sedangkan nilai Po3 = 0.30 terdapat pada angka 0.70000 k
1 ⎛ λ ⎞ kμ Pw = ⎜⎜ ⎟⎟ Po k! ⎝ μ ⎠ kμ − λ
66
1
1.96 ⎛ 49.58 ⎞ Pw2 = ⎜ 0.52 = 0.512 ⎟ 1! ⎝ 96 ⎠ 1.96 − 49.58 1
1
1.160 ⎛ 49.58 ⎞ Pw3 = ⎜ 0.70000 = 0.314 ⎟ 1! ⎝ 160 ⎠ 1.160 − 49.58 1
Ls =
λμ ⎛⎜ λ μ ⎞⎟
λ ⎝ ⎠ Po + 2 (k − 1)!(kμ − λ ) μ
(
49.58.96 49.58
Ls2 =
(
49.58.160 49.58
2
1 ) 160
(1 − 1)! (1.160 − 49.58)
Lq = Ls −
Lq3 = 0.451 − Ls
λ
Ws2 =
Ws3 =
49.58 0.451 49.58
λ
96 49.58 160
= 0.547
=0.141
1.064
Lq
49.58
= 0.0214
= 0.0028
0.52 +
2
λ μ
Lq2 = 1.064 −
Wq =
1 ) 96
(1 − 1)! (1.96 − 49.58)
Ls3 =
Ws =
k
49.58 96
0.70000 +
= 1.064
49.58 160
=0.451
67
Wq2 = Wq3 =
0.547 49.58 0.141 49.58
= 0.011
=0.0090
Hasil penghitungan waiting line menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada halaman lampiran Tabel 4.10 Waiting Line Halte Al Azhar
μ1
μ2
μ3
Po
1.032
0.516
0.30
Pw
Bulking
0.512
0.314
Ls
Bulking
1.064
0.451
Lq
Bulking
0.547
0.141
Ws
Bulking
0.0214
0.0028
Wq
Bulking
0.011
0.0090
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Bundaran Senayan
λ = 75 + 225 + 456 + 256 = 1012 : 17 = 59.52 μ1 = 15 x 6 = 90, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 15 x 12 = 180, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 15 x 20 = 300, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.11 Waiting Line Halte Bundaran Senayan
Po
μ1
μ2
μ3
0.661
0.330
0.198
68
Pw
0.66
0.326
0.198
Ls
1.95
0.491
0.247
Lq
1.28
0.160
0.048
Ws
0.0327
0.0026
0.0041
Wq
0.021
0.0082
0.00080
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Gelora Bung Karno
λ = 73 + 175 + 253 + 482 = 983 : 17 = 57.82 μ1 = 7 x 6 = 42, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 7 x 12 = 84, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 7 x 20 = 140, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.12 Waiting Line Halte Gelora Bung Karno
μ1
μ2
μ3
Po
1.36
0.688
0.413
Pw
Bulking
0.706
0.422
Ls
Bulking
2.24
0.71
Lq
Bulking
1.55
0.279
Ws
Bulking
0.038
0.0122
Wq
Bulking
0.026
0.0048
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Polda Metro Jaya
λ = 69 + 95 + 352 + 293
69
= 809 : 17 = 47.58 μ1 = 6 x 6 = 36, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 6 x 12 = 72, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 6 x 20 = 120, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.13 Waiting Line Halte Polda Metro Jaya
μ1
μ2
μ3
Po
1.32
0.66
0.39
Pw
Bulking
0.662
0.394
Ls
Bulking
1.95
0.65
Lq
Bulking
1.28
0.25
Ws
Bulking
0.040
0.013
Wq
Bulking
0.026
0.0052
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Bendungan Hilir
λ = 22 + 177 + 438 + 667 = 1304 : 17 = 76.70 μ1 = 9 x 6 = 54, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 9 x 12 = 108, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 9 x 20 = 180, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.14 Waiting Line Halte bendungan Hilir
μ1
μ2
μ3
Po
1.42
0.71
0.42
Pw
Bulking
0.73
0.43
Ls
Bulking
2.51
0.74
Lq
Bulking
1.799
0.313
70
Ws
Bulking
0.03
0.0096
Wq
Bulking
0.023
0.004
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Karet
λ = 57 + 185 + 321 + 565 = 1128 : 17 = 66.35 μ1 = 8 x 6 = 48, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 8 x 12 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 8 x 20 = 160, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.15 Waiting Line Halte Karet
μ1
μ2
μ3
Po
1.38
0.69
0.41
Pw
Bulking
0.67
0.42
Ls
Bulking
2.19
0.71
Lq
Bulking
1.498
0.29
Ws
Bulking
0.033
0.10
Wq
Bulking
0.022
0.0043
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Setiabudi
λ = 73 + 147 + 282 + 939 = 1441 : 17 = 84.76 μ1 = 3 x 6 = 18, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali
71
μ2 = 3 x 12 = 36, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 3 x 20 = 60, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.16 Waiting Line Halte Setiabudi
μ1
μ2
μ3
Po
4.70
2.35
1.412
Pw
Bulking
Bulking
Bulking
Ls
Bulking
Bulking
Bulking
Lq
Bulking
Bulking
Bulking
Ws
Bulking
Bulking
Bulking
Wq
Bulking
Bulking
Bulking
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Dukuh Atas
λ = 54 + 198 + 352 + 215 = 819 : 17 = 48.17 μ1 = 6 x 6 = 36, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 6 x 12 = 72, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 6 x 20 = 120, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.17 Waiting Line Halte Dukuh Atas
μ1
μ2
μ3
Po
1.33
0.66
0.40
Pw
Bulking
0.68
0.402
Ls
Bulking
2.05
0.67
Lq
Bulking
1.38
0.26
Ws
Bulking
0.042
0.013
Wq
Bulking
0.028
0.0053
72
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Tosari
λ = 88 + 321 + 279 + 512 = 1200 : 17 = 70.58 μ1 = 17 x 6 = 102, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 17 x 12 = 214, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 17 x 20 = 340, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.18 Waiting Line Halte Tosari
μ1
μ2
μ3
Po
0.68
0.32
0.20
Pw
0.71
0.33
0.20
Ls
2.30
0.49
0.26
Lq
1.608
0.160
0.052
Ws
0.032
0.0069
0.0036
Wq
0.022
0.0022
0.0007
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Bundaran HI
λ = 35 + 376 + 523 + 567 = 1501 : 17 = 88.29 μ1 = 18 x 6 = 108, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 18 x 12 = 216, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 18 x 20 = 360, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
73
Tabel 4.19 Waiting Line Halte Bundaran HI
μ1
μ2
μ3
Po
0.817
0.40
0.24
Pw
0.80
0.414
0.246
Ls
4.429
0.69
0.325
Lq
3.61
0.28
0.0798
Ws
0.050
0.0078
0.0036
Wq
0.040
0.0031
0.0009
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Sarinah
λ = 99 + 214 + 605 + 945 = 1863 : 17 = 109.58 μ1 = 20 x 6 = 120, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 20 x 12 = 240, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 20 x 20 = 400, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
Tabel 4.20 Waiting Line Halte Sarinah
μ1
μ2
μ3
Po
0.913
0.456
0.273
Pw
1.05
0.45
0.27
Ls
11.97
0.83
0.376
Lq
11.05
0.37
0.10
Ws
0.10
0.0075
0.0034
Wq
0.10
0.034
0.0009
74
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Bank Indonesia
λ = 89 + 425 + 542 + 635 = 1691 : 17 = 99.47 μ1 = 16 x 6 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 16 x 12 = 192, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 16 x 20 = 320, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.21 Waiting Line Halte bank Indonesia
μ1
μ2
μ3
Po
1.036
0.518
0.310
Pw
Bulking
0.516
0.306
Ls
Bulking
1.072
0.449
Lq
Bulking
0.55
0.138
Ws
Bulking
0.010
0.004
Wq
Bulking
0.005
0.0013
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Monas
λ = 110 + 110 + 215 + 255 = 690
: 17 = 40.58
μ1 = 8 x 6 = 48, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 8 x 12 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 8 x 20 = 160, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
75
Tabel 4.22 Waiting Line Halte Monas
μ1
μ2
μ3
Po
0.84
0.42
0.25
Pw
0.87
0.42
0.25
Ls
5.63
0.73
0.33
Lq
4.78
0.30
0.076
Ws
0.138
0.017
0.008
Wq
0.11
0.007
0.0018
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Harmoni Central Busway
λ = 109 + 620 + 1112 + 298 = 2139 : 17 = 125.82 μ1 = 70 x 6 = 420, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 70 x 12 = 840, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 70 x 20 = 1400, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
Tabel 4.23 Waiting Line Halte Harmoni Central Busway
μ1
μ2
μ3
Po
0.29
0.14
0.08
Pw
0.29
0.15
0.09
Ls
0.42
0.176
0.098
Lq
0.120
0.026
0.0081
Ws
0.003
0.0013
0.0007
Wq
0.0009
0.0002
0.0001
76
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Sawah Besar
λ = 125 + 175 + 391 + 532 = 1223 : 17 = 71.94 μ1 = 9 x 6 = 54, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 9 x 12 = 108, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 9 x 20 = 180, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.24 Waiting Line Halte Sawah Besar
μ1
μ2
μ3
Po
1.33
0.66
0.39
Pw
Bulking
0.67
0.39
Ls
Bulking
2.01
0.66
Lq
Bulking
1.34
0.26
Ws
Bulking
0.027
0.009
Wq
Bulking
0.018
0.0036
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Mangga Besar
λ = 47 + 166 + 368 + 896 = 1477 : 17 = 86.88 μ1 = 7 x 6 = 42, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 7 x 12 = 84, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 7 x 20 = 140, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
77
Tabel 4.25 Waiting Line Halte mangga Besar
μ1
μ2
μ3
Po
2.06
1.03
0.62
Pw
Bulking
Bulking
0.62
Ls
Bulking
Bulking
1.63
Lq
Bulking
Bulking
1.01
Ws
Bulking
Bulking
0.018
Wq
Bulking
Bulking
0.01
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Olimo
λ = 31 + 248 + 431 + 612 = 1322 : 17 = 77.76 μ1 = 8 x 6 = 48, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 8 x 12 = 96, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 8 x 20 = 160, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
Tabel 4.26 Waiting Line Halte Olimo
μ1
μ2
μ3
Po
1.62
0.81
0.48
Pw
Bulking
0.85
0.49
Ls
Bulking
4.44
0.95
Lq
Bulking
3.63
0.464
Ws
Bulking
0.05
0.012
Wq
Bulking
0.046
0.005
78
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Halte Glodok
λ = 59 + 340 + 497 + 695 = 1591 : 17 = 93.58 μ1 = 15 x 6 = 90, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 15 x 12 = 180, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 15 x 20 = 300, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.27 Waiting Line Halte Glodok
μ1
μ2
μ3
Po
1.03
0.519
0.31
Pw
Bulking
0.519
0.308
Ls
Bulking
1.08
0.45
Lq
Bulking
0.56
0.138
Ws
Bulking
0.011
0.004
Wq
Bulking
0.0059
0.0014
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. •
Stasiun Kota
λ = 1163 + 4150 + 9728 + 12491 = 27532 : 17 = 1619.52 μ1 = 85 x 6 = 510, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 85 x 12 = 1020, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali
79
μ3 = 85 x 20 = 1700, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali Tabel 4.28 Waiting Line Shelter Stasiun Kota
μ1
μ2
μ3
Po
3.17
1.58
0.95
Pw
Bulking
Bulking
0.804
Ls
Bulking
Bulking
17.15
Lq
Bulking
Bulking
16.19
Ws
Bulking
Bulking
0.01
Wq
Bulking
Bulking
0.009
Sumber: Data diolah
Hasil penghitungan waiting line dengan menggunakan software QM for Windows dapat dilihat pada lembar lampiran. Berdasarkan penghitungan diatas, masih terdapat banyak halte yang mengalami kejadian bulking, terutama pada asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali. Menurut peneliti, jumlah penumpang yang datang dari waktu ke waktu semakin banyak, sedangkan kedatangan bus dinilai cukup jarang. Apalagi pada halte-halte dimana sebagian besar orang transit dalam arti pertukaran untuk naik bis Transjakarta dengan tujuan berbeda, sehingga terjadi penumpukkan orang di halte. Dari perhitungan dibawah ini, halte-halte yang mengalami bulking ialah Terminal Blok M, Halte Al Azhar, Halte Gelora Bung Karno, Halte Polda Metro Jaya, Halte Bendungan Hilir, Halte Karet, Halte Setia Budi (dimana pada setiap asumsi kedatangan bus mengalami bulking), Halte Dukuh Atas, Halte Bank Indonesia, Halte Sawah Besar, Halte Mangga Besar, Halte Olimo, Halte Glodok, dan Shelter Stasiun Kota. Untuk
meminimalkan
kemungkinan
terjadinya
bulking
dalam
antrian
Bus
Transjakarta Busway, maka peneliti mencoba dengan menambah saluran (k). Yang dimaksud dengan saluran (k) di setiap halte adalah pintu yang terletak pada setiap halte bus Transjakarta dimana setiap penumpang bus Transjakarta melewati pintu tersebut untuk
80
masuk ke dalam bus Transjakarta. Saluran yang tersedia sebelumnya memiliki 1 (satu) saluran. Agar mengurangi terjadinya bulking maka penulis mencoba meminimalkan hal tersebut dengan cara menambah saluran yang awalnya 1 (satu) saluran menjadi 2 (dua) saluran. Halte yang sudah memiliki 2 (dua) saluran sebelumnya tidak di tambahkan lagi menjadi 3 (tiga) saluran karena tidak mengalami bulking. Hal ini dilakukan agar dapat meminimalkan waktu tunggu yang minimum sehingga para penumpang bus Transjakarta tidak perlu berlama – lama mengantri untuk masuk ke dalam bus Transjakarta. •
Terminal Blok M
λ = 1121 + 5275 + 9823 + 12829 = 29048 : 17 = 1708.70 μ1 = 85 x 6 = 510, dengan asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali μ2 = 85 x 12 = 1020, dengan asumsi kedatangan bus setiap 5 menit sekali μ3 = 85 x 20 =1700, dengan asumsi kedatangan bus setiap 3 menit sekali
Po =
λ , dimana k = jumlah saluran =2 k .μ
1708,70 Po1 = = 1.675 2.510
Po
Po
2
3
=
=
1708,70 2.1020 1708,70 2.1700
= 0.837 = 0.84
= 0.50
Pada lampiran, dapat dilihat bahwa nilai Po2 = 0.837 (0.84), terdapat pada angka 0.08960, sedangkan nilai Po3 = 0.50 terdapat pada angka 0.33333.
81
1 ⎛ 1708.70 ⎞
2
2.1020 Pw = ⎜ 0.08960 = 0.774 2 2! 1020 ⎟ 2.1020 − 1708.70 ⎝ ⎠
1 ⎛ 1708.70 ⎞
2
2.1700 Pw = ⎜ 0.33333 = 0.338 3 2! 1700 ⎟ 2.1700 − 1708.70 ⎠ ⎝
(
1708.70.1020 1708.70
)2
1020 0.08960 + 1708.70 = 5.66 Ls = 2 2 1020 (2 − 1)! (2.1020 − 1708.70)
Ls = 3
(
1708.70.1700 1708.70
2 ) 1700 0.33333 + 1708.70 = 1.347
(2 − 1)! (2.1700 − 1708.70)
2
1700
1708.70 Lq = 5.66 − = 3.98 2 1020 1708.70 Lq = 1.347 − = 0.341 3 1700 Ws
Ws
2
3
=
=
5.66 1708.70 1.347 1708.70
= 0.0033
= 0.00078
3.98 Wq = = 0.0023 2 1708.70 0.341 Wq = = 0.0001 3 1708.70
Pada perhitungan diatas, walaupun nilai k (saluran) sudah diubah menjadi 2, pada asumsi kedatangan bus setiap 10 menit sekali masih mengalami bulking. Dalam hal ini, saluran tidak bisa diganti menjadi 3. Namun, untuk mengurangi tingkat bulking, perusahaan
82
perlu meningkatkan kedisiplinan kedatangan, dimana paling tidak bus harus ada atau datang pada 5 menit sekali. Karena, pada penghitungan ulang dengan asumsi kedatangan 5 menit dan 3 menit sekali, antrian tidak mengalami bulking. Untuk mencocokkan hasil penghitungan manual dan dengan menggunakan software QM for windows, bisa dilihat pada halaman lampiran. •
Halte Al azhar
Mengikuti seperti hitungan diatas, maka hasil dari hitungan manual waiting line Halte Al Azhar adalah:
Tabel 4.29 Waiting Line Halte Al Azhar dengan nilai k=2
μ1 Po
0.516
Pw
0.348
Ls
1.405
Lq
0.372
Ws
0.028
Wq
0.0075
Sumber: Data diolah
•
Halte Gelora Bung Karno Tabel 4.30 Waiting Line Halte Gelora Bung Karno dengan nilai k=2
μ1
83
Po
0.688
Pw
0.579
Ls
2.655
Lq
1.278
Ws
0.045
Wq
0.022
Sumber: Data diolah
•
Halte Polda Metro Jaya Tabel 4.31 Waiting Line Halte Polda Metro Jaya dengan nilai k=2
μ1 Po
0.660
Pw
0.527
Ls
2.34
Lq
1.018
Ws
0.049
Wq
0.021
Sumber: Data diolah
•
Halte Bendungan Hilir Tabel 4.32 Waiting Line Halte Bendungan Hilir dengan nilai k=2
μ1 Po
0.710
Pw
0.614
Ls
2.925
Lq
1.504
Ws
0.038
Wq
0.0196
Sumber: Data diolah
•
Halte Karet Tabel 4.33 Waiting Line Halte Karet dengan nilai k=2
84
μ1 Po
0.691
Pw
0.545
Ls
2.603
Lq
1.220
Ws
0.0392
Wq
0.018
Sumber: Data diolah
•
Halte Setiabudi Tabel 4.34 Waiting Line Halte Setiabudi dengan nilai k=2
μ1
μ2
μ3
Po
2.35
1.17
0.706
Pw
bulking
Bulking
0.599
Ls
Bulking
bulking
2.854
Lq
Bulking
Bulking
1.441
Ws
Bulking
bulking
0.033
Wq
bulking
bulking
0.017
Sumber: Data diolah
•
Halte Dukuh Atas Tabel 4.35 Waiting Line Halte Dukuh Atas dengan nilai k=2
μ1 Po
0.669
Pw
0.553
Ls
2.457
Lq
1.118
Ws
0.051
Wq
0.023
Sumber: Data diolah
•
Halte Bank Indonesia Tabel 4.36 Waiting Line Halte Bank Indonesia dengan nilai k=2
85
μ1 Po
0.518
Pw
0.351
Ls
1.351
Lq
0.314
Ws
0.013
Wq
0.003
Sumber: Data diolah
•
Halte Sawah Besar Tabel 4.37 Waiting Line Halte Bank Sawah Besar dengan nilai k=2
μ1 Po
0.666
Pw
0.544
Ls
2.418
Lq
1.085
Ws
0.033
Wq
0.015
Sumber: Data diolah
•
Halte Mangga Besar Tabel 4.38 Waiting Line Halte Bank Mangga Besar dengan nilai k=2
μ1
μ2
Po
1.034
0.517
Pw
Bulking
0.349
Ls
Bulking
1.408
Lq
Bulking
0.373
Ws
Bulking
0.016
Wq
Bulking
0.0042
Sumber: Data diolah
•
Halte Olimo Tabel 4.39 Waiting Line Halte Olimo dengan nilai k=2
86
μ1 Po
0.81
Pw
0.683
Ls
4.531
Lq
2.911
Ws
0.058
Wq
0.037
Sumber: Data diolah
•
Halte Glodok Tabel 4.40 Waiting Line Halte Glodok dengan nilai k=2
μ1 Po
0.52
Pw
0.357
Ls
1.428
Lq
0.383
Ws
0.015
Wq
0.004
Sumber: Data diolah
•
Shelter Stasiun Kota Tabel 4.41 Waiting Line Shelter Stasiun Kota dengan nilai k=2
μ1
μ2
Po
1.58
0.793
Pw
Bulking
0.679
Ls
Bulking
4.204
Lq
Bulking
2.616
Ws
Bulking
0.0025
Wq
Bulking
0.0016
Sumber: Data diolah
87
Setelah melakukan penghitungan ulang dengan menambah nilai k-nya, maka ditemukan hasil baru untuk halte yang mengalami bulking dalam penghitungan sebelumnya. Dari hitungan yang sudah dilakukan, ternyata masih ada halte yang mengalami bulking, diantaranya ialah Terminal Blok M, Halte Setiabudi, Mangga Besar, dan Shelter Stasiun Kota. Namun, sebagian besar terdapat pada asumsi waktu kedatangan Bus 10 menit sekali. Di Halte Setiabudi, asumsi pertama dan kedua tetap menghasilkan bulking. Hal tersebut dapat dilihat di bagian sebelumnya bahwa jumlah pendatang memang tidak banyak, namun, sisa tempat untuk penumpang dalam bus juga terbatas, hal ini lah yang menyebabkan terjadinya bulking pada halte setiabudi. Sednagkan pada halte-halte yang lain, kejadian bulking hanya terjadi pada asumsi kedatangan 10 menit sekali. Oleh karena itu, sangat diharapkan ketepatan waktu kedatangan bus agar hal ini dapat dengan cepat diantisipasi sehingga kepentingan para penumpang pun dalam terlaksana dengan baik.
4.10
Pengendalian Kinerja Operasional
Dari permasalahan diatas, maka perlu diadakan pengendalian dalam sistem kinerja operasional. Pengendalian ini perlu dilakukan guna untuk menjaga standar pelayanan publik yang sudah ditetapkan BLU Transjakarta Busway. Namun dalam proses pengendalian ini, seluruh unit harus dikerahkan untuk saling bekerja sama dalam memberikan pelayanan terbaik kepada para penumpang. Langkah-langkah pengendalian kinerja operasional yang dapat dilakukan ialah:
88
o Adanya pemantauan di jalan untuk memonitor keadaan di sekitar jalan, sehingga
jika ada masalah, langsung dapat dipecahkan o Perusahaan harus melakukan pengecekkan secara berkala atas segala perangkat
yang berhubungan dengan operasional bus, dan juga pemantauan terhadap para karyawan, serta segala inventaris yang berhubungan. o Pengaturan distribusi penumpang agar dapat lebih tertib dalam proses antri o Pemberian informasi yang lengkap dan akurat kepada para penumpang untuk
dapat lebih mengerti