BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Profil Responden 4.1.1
Profil Perusahaan PT. Indomarco Prismatama adalah perusahaan swasta nasional pengelola
jaringan minimarket Indomaret dengan akta notaries No. 207 dan SIUP No. 789/0902/PB/XII/88. Indomaret merupakan salah satu jaringan minimarket di Indonesia yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 M2. Awal terbentuknya perusahaan ini dimulai dari sebuah toko Indomaret yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan seharihari yang pertama kali dibuka pada tahun 1987 di Pontianak, Kalimantan Barat. Usaha ini mulai berkembang ketika PT. Indomarco Prismatama pertama kali membuka gerai Indomaret di Jakarta yang berlokasi di Ancol, Jakarta Utara pada November 1988 yang kemudian disusul dengan pembukaan gerai-gerai Indomaret di tempat-tempat lainnya. Pada tahun 1997, setelah 230 gerai Indomaret terbukti menguntungkan, kemitraan
PT.
kepemilikan
Indomarco dan
Prismatama
pengelolaan
gerai
mulai
memperkenalkan
dengan
cara
sistem
waralaba
dan
mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia. Pada Mei 2003, sistem waralaba
Indomaret
telah
terbukti
keberhasilannya
dengan
diperolehnya
penghargaan dari Presiden Republik Indonesia saat itu yaitu Presiden Megawati Soekarno Putri sebagai Perusahaan Waralaba Nasional 2003. Hingga September 2010, Indomaret telah memiliki 4626 gerai. Dari total itu, 2757 gerai adalah milik sendiri dan sisanya 1869 gerai waralaba milik masyarakat yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah,
63
64
Jogjakarta, Bali dan Lampung. Dan di DKI Jakarta terdapat sekitar 488 gerai. Indomaret yang siap memenuhi hampir semua kebutuhan sehari-hari konsumen dengan menawarkan lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan non-makanan dengan harga bersaing. Segmen pasar yang menjadi sasaran Indomaret adalah konsumen dari semua kalangan masyarakat sehingga penempatan lokasi gerai-gerai Indomaret dapat dengan mudah ditemukan di mana saja seperti daerah perumahan, gedung perkantoran, dan fasilitas umum. Penempatan lokasi gerai yang strategis, yang sesuai dengan motto Indomaret yaitu “Mudah dan Hemat”, ditujukan untuk memudahkan Indomaret melayani sasaran demografisnya yakni keluarga. Hubungan kerja sama yang dijalin dengan lebih dari 500 pemasok membuat Indomaret memiliki posisi yang baik dalam menentukan produk-produk yang akan dijualnya. Selain itu, sistem distribusi yang didukung oleh jaringan pemasok yang handal dalam menyediakan produk terkenal dan berkualitas serta sumber daya manusia
yang
kompeten
menjadikan
Indomaret
sangat
efisien
dalam
mendistribusikan produknya sehingga Indomaret mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada para konsumennya. Strategi pemasaran Indomaret juga diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan promosi yang dilaksanakan sehingga Indomaret dapat secara berkala menjalankan berbagai program promosi seperti memberikan penawaran harga khusus, undian berhadiah maupun hadiah langsung. Laju pertumbuhan gerai Indomaret yang pesat dengan jumlah transaksi 14,99 juta transaksi per bulan juga didukung oleh sistem teknologi yang handal. Sistem teknologi informasi Indomaret pada setiap point of
sales di setiap gerai mencakup sistem penjualan, persediaan dan penerimaan barang. Sistem ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan saat ini dengan
65
memperhatikan perkembangan jumlah gerai dan jumlah transaksi di masa mendatang. Didukung oleh 13 (Jakarta, Cimanggis, Depok, Tangerang, Bekasi, Parung, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Jember, Surabaya, Lampung dan Medan) pusat distribusi yang menggunakan teknologi mutakhir, Indomaret merupakan salah satu aset bisnis yang sangat menjanjikan. Keberadaan Indomaret ini juga diperkuat oleh beberapa anak perusahaan di bawah bendera grup INTRACO seperti Indogrosir, BSD Plaza dan Charmant. Keunggulan-keunggulan yang telah dimiliki oleh Indomaret tersebut tidak menyurutkan semangat PT. Indomarco Prismatama untuk terus berusaha mengembangkan Indomaret sebagai jaringan minimarket terbaik di Indonesia. Adapun visi, motto, dan budaya organisasi PT. Indomarco Prismatama berkaitan dengan Indomaret yakni sebagai berikut: •
Visi Indomaret: Menjadi aset nasional dalam bentuk jaringan ritel waralaba yang unggul dalam persaingan global
•
Motto Indomaret: Mudah & Hemat
•
Motto Private Label Indomaret: Hemat Berkualitas
•
Budaya organisasi (nilai-nilai) yang dijunjung tinggi oleh Indomaret: 1. Kejujuran, Kebenaran, dan Keadilan 2. Kerja sama tim 3. Kemajuan melalui inovasi yang ekonomis 4. Kepuasan pelanggan
66
Untuk menggambarkan kondisi bisnis PT. Indomarco Prismatama, dapat dijelaskan melalui analisis Porter pada gambar 4.1. Potensi pengembangan produk pengganti PT. Matahari Putra Prima Tbk. PT. Hero Supermarket Tbk. PT. Carrefour Indonesia Toko-toko tradisional
Daya tawar pemasok
Persaingan antarperusahaan saingan PT. Sumber Alfaria Trijaya
Daya tawar konsumen
Potensi masuknya pesaing baru Starmart Minimarket 7-Eleven Indonesia Circle K Minimarket
Gambar 4.1 Analisis Porter PT. Indomarco Prismatama Sumber: Data dari Perusahaan (2010)
1. Persaingan antarperusahaan saingan PT. Sumber Alfaria Trijaya merupakan pesaing utama bagi PT. Indomarco Prismatama karena PT. Sumber Alfaria Trijaya juga bergerak di industri jaringan
minimarket dan memiliki segmen pasar yang sama dengan PT. Indomarco Prismatama. AC Nielsen (2008) menyebutkan bahwa PT. Indomarco Prismatama dan PT. Sumber Alfaria Trijaya berada pada posisi pertama dan kedua untuk jaringan minimarket di Indonesia. PT. Indomarco Prismatama pun mengatakan bahwa PT. Sumber Alfaria Trijaya merupakan kompetitor yang paling ulet. 2. Potensi masuknya pesaing baru Starmart Minimarket (Minimarket – HERO Group), 7-Eleven Indonesia, dan Circle K Minimarket merupakan ancaman pendatang baru yang potensial bagi PT.
67
Indomarco Prismatama karena ketiga minimarket tersebut mampu menawarkan beberapa fasilitas yang belum dimiliki oleh keseluruhan minimarket Indomaret. 3. Potensi pengembangan produk pengganti Di banyak industri, perusahaan berkompetisi ketat dengan produsen produkproduk pengganti di industri lain. Begitu juga dengan PT. Indomarco Prismatama yang harus berkompetisi ketat dengan berbagai supermarket, hypermarket, bahkan ritel tradisional di Indonesia. Hadirnya PT. Matahari Putra Prima Tbk., PT. Hero Supermarket Tbk., PT. Carrefour Indonesia, maupun toko-toko tradisional sebagai produk pengganti dari “minimarket”, menyebabkan PT. Indomarco Prismatama harus terus-menerus menyesuaikan tingkat harga yang dipatoknya agar konsumen tidak beralih ke produk pengganti. 4. Daya tawar pemasok Hubungan kerja sama yang dijalin oleh PT. Indomarco Prismatama dengan lebih dari 500 pemasok membuat PT. Indomarco Prismatama memiliki posisi yang kuat untuk menentukan produk-produk yang akan dijualnya. 5. Daya tawar konsumen Bagi perusahaan, konsumen memiliki daya tawar menawar yang cukup besar dalam industri ini karena konsumen dapat dengan mudah beralih ke pesaing atau pengganti pesaing. Konsumen peka terhadap harga.
68
4.1.2
Struktur Organisasi PT. Indomarco Prismatama
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Indomarco Prismatama Sumber: Data dari Perusahaan (2010)
69
Setiap posisi dan bagian dalam perusahaan memiliki wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam melaksanakan kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Daftar wewenang dan tanggung jawab masing-masing posisi dan bagian di PT. Indomarco Prismatama adalah sebagai berikut: 1. Presiden Director Tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki adalah sebagai berikut: a. Mengkoordinasi semua tanggung jawab direktur di bawahnya. b. Mengarahkan dan mengawasi perkembangan perusahaan. c.
Menetapkan dan mengarahkan strategi bisnis perusahaan.
d. Mengendalikan dan mengawasi jalannya seluruh kegiatan operasional perusahaan. 2. Internal Audit Director Tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki adalah sebagai berikut: a. Memastikan terlaksananya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan di semua divisi. b. Mengaudit dan memastikan apa yang seharusnya dijalankan sesuai dengan sistem dan prosedur yang dilaksanakan. c.
Menganalisa dan memberikan saran terhadap semua hal yang terjadi di lapangan termasuk perkembangan bisnis yang ada.
3. Operation Director Bertanggung jawab terhadap manajemen operasional dan pengembangan bisnis perusahaan secara simultan serta bertanggung jawab membawahi Region I,
Region II, dan Marketing. Wewenang dan tanggung jawab bagian-bagian yang disebutkan adalah sebagai berikut:
70
a. Region I Bertanggung jawab atas kegiatan para kepala cabang yang berada di Jakarta I (Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan sebagian Jakarta Timur), Jakarta II (Bogor, Depok, sebagian Jakarta Selatan), dan Bekasi (Cikarang, Cikampek). b. Region II Bertanggung jawab atas kegiatan kepala cabang yang berada di Semarang, Tangerang, Surabaya, Bandung. c.
Marketing Terdiri dari dua bagian yaitu sebagai berikut: i.
Bagian yang berhubungan dengan supplier untuk penyediaan barang dagangan yang ada di toko.
ii.
Bagian yang berhubungan dengan waralaba toko yaitu melakukan penjualan toko secara waralaba kepada investor.
4. Human Resources & Services Director Tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki adalah sebagai berikut: a. Mengatur dan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. b. Pengembangan SDM. c.
Karir dan perekrutan karyawan.
d. Pengadaan barang di luar barang dagangan (contoh: aktiva tetap) e. Membawahi bagian-bagian berikut: i.
Human Resources 1. Melaksanakan penerimaan dan pengangkatan karyawan. 2. Melaksanakan evaluasi kerja karyawan.
ii.
Personal and General Affair 1. Bertanggung jawab untuk mengelola SDM yang telah tersedia secara administrasi.
71
2. Memberikan informasi kepada Education and Training untuk peningkatan kinerja Sumber Daya Manusia. 3. Mendata dan memelihara harta perusahaan. 4. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan untuk seluruh karyawan. 5. Menyelenggarakan pelatihan. 6. Mengevaluasi efektifitas pelatihan. 7. Menciptakan hubungan kerja yang baik antara karyawan dengan perusahaan. iii. Education and Training Bertanggung
jawab
untuk
pengembangan
SDM
sesuai
dengan
kebutuhan perusahaan baik secara internal maupun eksternal (misalnya, memanggil trainer dari luar perusahaan). iv. General Purchasing 1. Bertanggung jawab melakukan pembelian barang-barang kebutuhan operasional (aktiva tetap dan barang-barang inventaris) perusahaan di luar barang dagangan. 2. Melakukan perbandingan harga dari minimal 2 supplier untuk mendapatkan barang-barang operasional yang lebih murah dan berkualitas. 3. Melaksanakan pembelian di luar barang dagangan sesuai dengan permintaan dari seluruh bagian. 4. Menerima dan mengevaluasi semua kontrak pembelian di luar barang dagangan.
72
v. Project Development 1. Bertanggung jawab untuk melakukan renovasi toko yang akan disewa atau dibeli oleh perusahaan atau terwaralaba agar sesuai dengan standar Indomaret. 2. Membangun toko baru dan memperbaiki toko-toko yang rusak. 5. Business Development Director Tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki adalah sebagai berikut: a. Mencari lokasi dalam upaya pengembangan perusahaan/group. b. Merenovasi toko. Pengembangan franchise.
c.
d. Membawahi bagian-bagian berikut: i.
Location Development Bertanggung jawab untuk mencari lokasi yang sesuai dengan standar Indomaret.
ii.
Franchise Development Bertanggung jawab untuk mencari investor untuk menjadi terwaralaba.
iii.
Project & Renovation Bertanggung jawab untuk membangun dan merenovasi toko yang sesuai dengan standar Indomaret.
6. Finance Director Bertanggung jawab terhadap administrasi keuangan dan pajak serta membawahi bagian-bagian berikut: i.
Finance & Administration Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan administrasi perusahaan.
ii.
Treasury 1. Membayar gaji karyawan yang berada di level manager ke atas.
73
2. Melakukan hubungan dengan pihak perbankan. iii. Taxation 1. Melaksanakan perpajakan perusahaan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Berhubungan langsung dengan kantor pajak. iv. Controlling 1. Melakukan pemastian agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dari budget yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila telah terjadi maka Controlling akan mencari penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. 2. Mengontrol suatu proses kerja di cabang agar dapat lebih efisien. v. Policies System Membuat suatu kerangka kerja dari sebuah divisi secara sistematis sehingga dapat terkontrol dan sasaran perusahaan dapat tercapai. 7. Merchandising Director Tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki adalah sebagai berikut: a. Menangani ketersediaan barang-barang dagangan. b. Membina hubungan yang baik dengan pemasok. c.
Melakukan market survey secara berkala dan terinci terutama dalam bidang
retail. d. Mengevaluasi calon pemasok. e. Evaluasi berkala terhadap pemasok. f.
Pengajuan keluhan atau pengembalian barang dagangan yang tidak sesuai kepada pemasok.
g. Untuk pelaksanaan tanggung jawab di atas lebih lanjutnya ditangani oleh masing-masing bagian di bawah ini:
74
i.
Food Merchandising
ii.
Non Food Merchandising
iii. Perishable Merchandising iv. General Merchandising I v. General Merchandising II vi. Regional Merchandising vii. Merchandising Support and Development 8. Information and Development Director Bertanggung jawab
dalam
pengadaan
program
komputer untuk
setiap
departemen sehingga proses kerja menjadi lebih efisien (tidak padat karya). Selain itu, Information and Development Director juga membawahi bagian
Software Development I, II, dan III yang bertanggung jawab dalam pembuatan program atau aplikasi yang berbeda-beda. Contoh pekerjaan dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut: i.
Software Development I Contoh: Pembuatan program untuk divisi Finance and Administration.
ii.
Software Development II Contoh: Pembuatan program untuk divisi Operation.
iii. Software Development III Contoh: Pembuatan program untuk divisi Merchandising. iv. Bagian-bagian lain yang di bawahinya adalah sebagai berikut: 1. Data Processing Bertanggung jawab atas pemrosesan data-data yang ada. 2. Technology Development Bertanggung jawab untuk pengembangan program-program dengan teknologi atau hal-hal baru.
75
3. Technical Support Bertanggung jawab terhadap hardware, jaringan, dan lain-lain yang terkait dengan komputer.
4.1.3
Profil Konsumen Private Label Indomaret Berdasarkan jawaban dari 100 orang responden atas kuesioner yang telah
disebarkan, maka karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dirangkum dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar seperti di bawah ini: Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Gambar 4.3 Diagram Jenis Kelamin Reponden Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden konsumen private label Indomaret yang berjenis kelamin laki-laki
76
adalah sebesar 50% dan responden yang berjenis kelamin perempuan adalah sebesar 50%. Responden penelitian ini adalah konsumen yang pernah membeli dan mengkonsumsi private label Indomaret berjumlah 100 orang. Dalam penelitian ini, jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama. Tabel 4.2 Pekerjaan Responden
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Gambar 4.4 Diagram Pekerjaan Responden Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
77
Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang bekerja sebagai freelance adalah sebesar 3%, responden yang bekerja sebagai guru adalah sebesar 2%, responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga adalah sebesar 2%, responden yang bekerja sebagai karyawan adalah sebesar 19%, responden yang bekerja sebagai konsultan ERP adalah sebesar 1%, responden yang bekerja sebagai mahasiswa adalah sebesar 67%, responden yang bekerja sebagai pelajar adalah sebesar 4%, responden yang bekerja sebagai pialang adalah sebesar 1%, dan responden yang bekerja sebagai wiraswasta adalah sebesar 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden di dalam penelitian ini bekerja sebagai mahasiswa dan karyawan. Tabel 4.3 Usia Responden
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
78
Gambar 4.5 Diagram Usia Responden Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.5 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berusia 15 tahun adalah sebesar 3%, responden yang berusia 17 tahun adalah sebesar 1%, responden yang berusia 18 tahun adalah sebesar 4%, responden yang berusia 19 tahun adalah sebesar 4%, responden yang berusia 20 tahun adalah sebesar 14%, responden yang berusia 21 tahun adalah sebesar 35%, responden yang berusia 22 tahun adalah sebesar 21%, responden yang berusia 23 tahun adalah sebesar 7%, responden yang berusia 24 tahun adalah sebesar 2%, responden yang berusia 25 tahun adalah sebesar 2%, responden yang berusia 26 tahun adalah sebesar 2%, responden yang berusia 27 tahun adalah sebesar 2%, responden yang berusia 28 tahun adalah sebesar 1%, responden yang berusia 29 tahun adalah sebesar 1%, dan responden yang berusia 33 tahun adalah sebesar 1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden di dalam penelitian ini berusia 21 tahun, 22 tahun, dan 20 tahun.
79
Tabel 4.4 Jenis Produk Private Label Indomaret yang Pernah Dibeli dan Dikonsumsi Responden
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Gambar 4.6 Diagram Jenis Produk Private Label Indomaret yang Pernah Dibeli dan Dikonsumsi Responden Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Gambar 4.6 di atas dapat diketahui bahwa jumlah produk private label Indomaret yang pernah dibeli dan dikonsumsi oleh responden untuk kategori food adalah sebesar 56,5%, produk private label Indomaret yang pernah dibeli dan dikonsumsi oleh responden untuk kategori general
merchandising adalah sebesar 13,8%, produk private label Indomaret yang pernah dibeli dan dikonsumsi oleh responden untuk kategori non-food adalah sebesar
80
26,1%, dan produk private label Indomaret yang pernah dibeli dan dikonsumsi oleh responden untuk kategori perishable adalah sebesar 3,6%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produk private label yang paling sering dibeli dan dikonsumsi oleh responden dalam penelitian ini yaitu produk dengan kategori food yang terdiri dari: breakfast food, beverages, basic food, spices & seasoning, instant food, snack & biscuit, dan tobacco dan produk dengan kategori non-food yang terdiri dari:
medicine & food supplement, cosmetic, paper product, detergent & cleaner, desinfectant & freshener.
4.2
Uji Validitas dan Reliabilitas Data akan menjadi informasi yang mempunyai arti bila dapat menyajikan kepada
manajer (pengambil keputusan) sejumlah deskripsi, hubungan, dan atau perbedaan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, pertanyaan-pertanyaan pada alat-alat yang digunakan dalam penelitian harus diuji terlebih dahulu melalui uji kuesioner dengan tingkat kepercayaan 95%, tingkat signifikan sebesar 5%, dan dilakukan untuk 30 responden sehingga df (degree of freedom) sebesar 28 yang dapat dilihat pada Lampiran 9. Kemudian, agar data-data yang diperoleh nantinya dapat memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan. Maka kembali dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner konsumen private label Indomaret menggunakan program SPSS v16.00. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%, tingkat signifikan sebesar 5%, dan dilakukan untuk 100 responden sehingga df (degree of freedom) sebesar 98, dan diperoleh Rtabel sebesar 0,165. Kuesioner konsumen private label Indomaret terdiri atas 7 dimensi/bagian, yaitu dimensi merchandise, quality product, price, location, customer service & selling, store layout & design, dan advertising & promotion. Dimensi merchandise terdiri dari tiga faktor/atribut.
81
Dimensi quality product terdiri dari tujuh atribut. Dimensi price terdiri dari dua atribut. Dimensi location terdiri dari enam atribut. Dimensi customer service & selling terdiri dari tujuh atribut. Dimensi store layout & design terdiri dari lima atribut. Dimensi advertising &
promotion terdiri dari lima atribut. 1. Uji validitas Nilai akan dinyatakan valid bila Rhitung > Rtabel. Hipotesis: H0: Data kuesioner konsumen private label Indomaret valid H1: Data kuesioner konsumen private label Indomaret tidak valid Dasar pengambilan keputusan: Rhitung > Rtabel Æ terima H0 Rhitung < Rtabel Æ tolak H0 Perhitungan: Variabel v1 v2 v3 v4 v5 v6 v7 v8 v9 v10 v11 v12 v13 v14 v15 v16 v17 v18 v19 v20
Rhitung 0,387 0,493 0,400 0,676 0,664 0,578 0,639 0,667 0,627 0,580 0,366 0,439 0,315 0,421 0,286 0,441 0,502 0,558 0,957 0,546
tanda > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >
Rtabel 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165
Variabel v21 v22 v23 v24 v25 v26 v27 v28 v29 v30 v31 v32 v33 v34 v35
Rhitung 0,590 0,572 0,713 0,417 0,456 0,445 0,397 0,538 0,562 0,419 0,549 0,578 0,457 0,513 0,491
tanda > > > > > > > > > > > > > > >
Rtabel 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165 0,165
82
Kesimpulan: Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data kuesioner konsumen private label Indomaret valid sehingga data dapat memberikan informasi yang tepat atau akurat dalam penelitian ini. 2. Uji reliabilitas Nilai akan dinyatakan reliabel jika R cronbach alpha > Rtabel. Hipotesis: H0: Data kuesioner konsumen private label Indomaret reliabel H1: Data kuesioner konsumen private label Indomaret tidak reliabel Dasar pengambilan keputusan: R cronbach alpha > Rtabel Æ terima H0 R cronbach alpha < Rtabel Æ tolak H0 Perhitungan: R cronbach alpha = 0,931 0,931 > 0,165 Æ terima H0 Kesimpulan: Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data kuesioner konsumen private label Indomaret reliabel sehingga data dapat memberikan informasi yang stabil atau konsisten dalam penelitian ini.
4.3
Analisis Keberlanjutan Pengelolaan Private Label Indomaret Penilaian terhadap status keberlanjutan pengelolaan private label PT. Indomarco
Prismatama dilakukan dengan menggunakan analisis RAP-FOVABEL (Rapid Apraissal For
Private Label). Analisis RAP-FOVABEL akan menghasilkan nilai indeks keberlanjutan untuk private label. Nilai indeks keberlanjutan diperoleh berdasarkan penilaian terhadap semua atribut yang tercakup dalam tujuh dimensi (merchandise, quality product, price, location,
83
customer service & selling, store layout & design, dan advertising & promotion). Berdasarkan hasil studi pustaka dan studi lapangan didapat 35 atribut yang tersebar dalam tujuh dimensi pengelolaan private label di PT. Indomarco Prismatama seperti tertera pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Dimensi Pengelolaan Private Label Indomaret Dimensi Merchandise
No 1 2 3 No
Banyak variasi barang Kuantitas atau isi produk Ketersediaan produk
1 2 3 4 5 6 7 No
Kinerja produk Fitur produk Keandalan produk Kesesuaian produk Daya tahan produk Estetika produk Kualitas yang dirasakan
1 2 No
Kestabilan harga Tingkat harga
1 2 3 4 5 6 No
Lokasi yang mudah dijangkau Fasilitas parkir yang luas Waktu tempuh perjalanan menuju tempat berbelanja Kelancaran arus lalu lintas Banyaknya sarana transportasi yang menunjang Lingkungan sekitar yang aman Dimensi Customer Service & Selling
1 2 3 4
Dimensi Quality Product
Dimensi Price
Dimensi Location
5 6 7 No
Pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan Pramuniaga yang ramah dan sopan Proses transaksi pembayaran cepat Kasir memberikan penjelasan yang cukup jelas mengenai cara pembayaran (tunai, debet, kredit) Layanan yang ramah dan membantu Jam buka yang sesuai Mudah menukarkan barang dan mendapatkan pengembalian uang Dimensi Store Layout & Design
1 2 3 4 5 No
Kebersihan toko dan area perbelanjaan Mudah menjangkau seluruh area toko dan perbelanjaan Mudah menjangkau dan memilih barang dagangan Penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang Pencahayaan yang baik Dimensi Customer Service & Selling
1 2 3 4 5
Iklan yang menarik Informasi brosur yang dapat dipercaya Potongan harga Hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu Diskon khusus pada event tertentu
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
84
4.3.1
Hasil Penilaian/Skor Masing-masing Atribut untuk Setiap Dimensi Pengelolaan Private Label Indomaret Nilai indeks status keberlanjutan pengelolaan private label PT. Indomarco
Prismatama ditentukan berdasarkan skor/penilaian untuk masing-masing atribut pada setiap dimensi sesuai dengan kondisi pengelolaan yang dilakukan pada saat ini. Nilai masing-masing atribut pada setiap dimensi pengelolaan private label dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Penilaian/Skor Keberlanjutan Pengelolaan Private Label Dimensi
Merchandise
Atribut Banyak variasi barang
2
Kuantitas atau isi produk
3
Ketersediaan produk
3
Kinerja produk
3
Fitur produk
Quality Product
Price
Location
Customer Service &
Selling
Skor Saat Ini
2,5
Keandalan produk
3
Kesesuaian produk
3
Daya tahan produk
2,5
Estetika produk
2
Kualitas yang dirasakan
2
Kestabilan harga
3
Tingkat harga
3
Lokasi yang mudah dijangkau
3
Fasilitas parkir yang luas
3
Waktu tempuh perjalanan menuju tempat berbelanja
3
Kelancaran arus lalu lintas
3
Banyaknya sarana transportasi yang menunjang
3
Lingkungan sekitar yang aman
3
Pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan
3
Pramuniaga yang ramah dan sopan
3
Proses transaksi pembayaran cepat
3
Kasir memberikan penjelasan yang cukup jelas mengenai cara pembayaran (tunai, debet, kredit)
3
Layanan yang ramah dan membantu
3
Jam buka yang sesuai
3
Mudah menukarkan barang dan mendapatkan pengembalian uang
2
85
Kebersihan toko dan area perbelanjaan
3
Mudah menjangkau seluruh area toko dan perbelanjaan
3
Mudah menjangkau dan memilih barang dagangan
3
Penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang
3
Pencahayaan yang baik
3
Iklan yang menarik
2
Advertising
Informasi brosur yang dapat dipercaya
3
Potongan harga
3
Promotion
Hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu
3
Diskon khusus pada event tertentu
3
Store Layout &
Design
&
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
4.3.2
Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan Private Label Dimensi Merchandise Analisis RAP-FOVABEL berdasarkan metode multidimensional scaling (MDS)
terkait dengan status keberlanjutan pengelolaan private label untuk dimensi
merchandise dilakukan dengan mempertimbangkan tiga atribut yang relevan. Adapun ketiga atribut tersebut adalah: (1) banyak variasi barang, (2) kuantitas atau isi produk, dan (3) ketersediaan produk.
86
RAP-FOVABEL Ordination 60
Up
40
20 Good
Bad 0 0
20
40
60 53.08204651
80
100
120
-20
-40
Down
-60
Status Keberlanjutan Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
Gambar 4.7 Analisis RAP-FOVABEL yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Dimensi Merchandise Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan
gambar
4.7,
nilai
indeks
keberlanjutan
untuk
dimensi
merchandise adalah sebesar 53,082 pada skala sustainabilitas 0 – 100. Nilai ini menunjukkan bahwa kondisi atau status keberlanjutan pada dimensi merchandise untuk saat ini termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (Cukup: 50,01 < nilai indeks < 75,00). Untuk mengetahui faktor pengungkit atau atribut sensitif yang memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan pengelolaan private label dari dimensi
merchandise, maka dilakukan analisis leverage. Dari ketiga atribut pada dimensi ini, atribut banyak variasi barang (4,177) merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai indeks keberlanjutan yang dihasilkan. Secara detail kontribusi setiap atribut terkait dimensi merchandise disajikan pada Gambar 4.8.
Attribute
87
Ketersediaan produk
3.508331328
Kuantitas atau isi produk
3.507518731
4.177074378
Banyak variasi barang
3
3.2
3.4
3.6
3.8
4
4.2
4.4
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 4.8 Peran Masing-masing Atribut dari Dimensi Merchandise yang Dinyatakan Dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Pengelolaan private label yang berkelanjutan adalah jika setiap dimensi pengelolaan bersifat berkelanjutan, sehingga dimensi merchandise perlu mendapat perhatian dari perusahaan serta kinerja dari faktor pengungkit pada dimensi ini perlu ditingkatkan agar mencapai kondisi atau status baik (berkelanjutan) di masa mendatang. Banyak variasi barang merupakan atribut yang paling sensitif pada dimensi ini. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa banyaknya variasi produk
private label di setiap gerai Indomaret mempunyai jumlah yang berbeda-beda. Perbedaan variasi produk private label yang terjadi pada setiap gerai Indomaret tersebut disebabkan karena perusahaan mengalokasikan produk private label berdasarkan tingkat penjualan produk NB sejenis dan juga disesuaikan dengan lokasi
supplier. Secara umum, ritel harus dapat menawarkan keberagaman atau variasi yang cukup untuk memuaskan kebutuhan dan harapan pelanggan, tetapi tidak perlu terlalu banyak agar tidak membingungkan dan akhirnya menurunkan niat mereka. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi
88
merchandise pada masa mendatang, perlu dilakukan perencanaan keberagaman variasi barang dan persediaan barang dagangan. Menurut Utami (2006), rencana keberagaman yang bagus membutuhkan prediksi penjualan barang, GMROI, dan perputaran modal bersama dengan pengambilan keputusan yang subjektif dan berpengalaman. 4.3.3
Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan Private Label Dimensi Quality Product Analisis RAP-FOVABEL berdasarkan metode multidimensional scaling (MDS)
terkait dengan status keberlanjutan pengelolaan private label untuk dimensi quality
product dilakukan dengan mempertimbangkan tujuh atribut yang relevan. Adapun ketujuh atribut tersebut adalah: (1) kinerja produk, (2) fitur produk, (3) keandalan produk, (4) kesesuaian produk, (5) daya tahan produk, (6) estestika produk, dan (7) kualitas yang dirasakan. RAP-FOVABEL Ordination 60
Up
40
20 Bad
Good
51.70199585
0 0
20
40
60
80
100
120
-20
-40
-60
Down Status Keberlanjutan Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
Gambar 4.9 Analisis RAP-FOVABEL yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Dimensi Quality Product
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
89
Berdasarkan gambar 4.9, nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi quality
product adalah sebesar 51,702 pada skala sustainabilitas 0 – 100. Nilai ini menunjukkan bahwa kondisi atau status keberlanjutan pada dimensi quality product termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (Cukup: 50,01 < nilai indeks < 75,00). Untuk mengetahui faktor pengungkit atau atribut sensitif yang memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan pengelolaan private label dari dimensi
quality product, maka dilakukan analisis leverage. Dari ketujuh atribut pada dimensi ini, atribut estestika produk (1,810) merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai indeks keberlanjutan yang dihasilkan. Sedangkan atribut lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap nilai indeks keberlanjutan adalah atribut keandalan produk (1,435) dan atribut kesesuaian produk (1,366). Secara detail kontribusi setiap atribut terkait dimensi quality product disajikan pada Gambar 4.10.
Kualitas yang dirasakan
1.144588482
Estetika produk
1.809806796
Attribute
Daya tahan produk
0.712745673
Kesesuaian produk
1.36646269
Keandalan produk
1.434631388
Fitur produk
0.419826514
Kinerja produk
1.122035996 0
0.5
1
1.5
2
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 4.10 Peran Masing-masing Atribut dari Dimensi Quality Product yang Dinyatakan Dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
90
Pengelolaan private label yang berkelanjutan adalah jika setiap dimensi pengelolaan bersifat berkelanjutan, sehingga dimensi quality product perlu mendapat perhatian dari perusahaan serta kinerja dari faktor pengungkit pada dimensi ini perlu ditingkatkan agar mencapai kondisi atau status baik (berkelanjutan) di masa mendatang. Estestika produk, keandalan produk, dan kesesuaian produk merupakan atribut yang sensitif pada dimensi ini. Estestika produk merupakan atribut yang paling sensitif pada dimensi quality
product. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa kemasan produk private label Indomaret masih telalu polos dan tidak ada unsur estestika yang menarik sehingga kurang dapat menarik perhatian konsumen. Inilah hal utama yang menjadikan image produk private label murahan dan membuat banyak masyarakat meragukannya secara kualitas, termasuk label halal dan legalitas dari Pemerintah Indonesia. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa keandalan dan kesesuaian produk private label Indomaret masih kurang memuaskan. Hal ini tercermin dari munculnya berbagai keluhan konsumen dalam suara pembaca yang menyatakan kekecewaannya atas kualitas produk private label (air mineral) yang ditawarkan. Hal ini dapat berdampak buruk pada perkembangan bisnis dan image private label Indomaret secara keseluruhan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi quality product pada masa mendatang, maka perlu dilakukan pendesainan ulang kemasan produk private label yang lebih eye-catching dan dapat memberikan kemudahan bagi konsumen serta perlu meningkatkan dan mengevaluasi kualitas produk private label Indomaret secara berkala.
91
4.3.4
Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan Private Label Dimensi Price Analisis RAP-FOVABEL berdasarkan metode multidimensional scaling (MDS)
terkait dengan status keberlanjutan pengelolaan private label untuk dimensi price dilakukan dengan mempertimbangkan dua atribut yang relevan. Adapun kedua atribut tersebut adalah: (1) kestabilan harga, dan (2) tingkat harga. RAP-FOVABEL Ordination 60
Up
40
20 Good
Bad 57.25912094 60
0 0
20
40
80
100
120
-20
-40
Down -60 Status Keberlanjutan Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
Gambar 4.11 Analisis RAP-FOVABEL yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Dimensi Price Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan gambar 4.11, nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi price adalah sebesar 57,259 pada skala sustainabilitas 0 – 100. Nilai ini menunjukkan bahwa status keberlanjutan pada dimensi price termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (Cukup: 50,01 < nilai indeks < 75,00).
92
Untuk mengetahui faktor pengungkit atau atribut sensitif yang memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan pengelolaan private label dari dimensi
price, maka dilakukan analisis leverage. Dari kedua atribut pada dimensi ini, atribut kestabilan harga (0,029) merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai indeks keberlanjutan yang dihasilkan. Secara detail kontribusi setiap atribut terkait dimensi price disajikan pada Gambar 4.12.
0.004238129
Attribute
Tingkat harga
Kestabilan harga
0.029037476
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.035
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 4.12 Peran Masing-masing Atribut dari Dimensi Price yang Dinyatakan Dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Pengelolaan private label yang berkelanjutan adalah jika setiap dimensi pengelolaan bersifat berkelanjutan, sehingga dimensi price perlu mendapat perhatian dari perusahaan serta kinerja dari faktor pengungkit pada dimensi ini perlu ditingkatkan agar mencapai kondisi atau status baik (berkelanjutan) di masa mendatang. Kestabilan harga merupakan atribut yang paling sensitif pada dimensi ini. Kebijakan harga yang berubah-ubah dapat mempengaruhi kestabilan harga jual produk private label sehingga dapat menyulitkan konsumen menentukan keputusan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi
93
price pada masa mendatang, perusahaan harus dapat menjaga kestabilan harga produk private label Indomaret yang ditawarkan. 4.3.5
Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan Private Label Dimensi Location Analisis RAP-FOVABEL berdasarkan metode multidimensional scaling (MDS)
terkait dengan status keberlanjutan pengelolaan private label untuk dimensi location dilakukan dengan mempertimbangkan enam atribut yang relevan. Adapun keenam atribut tersebut adalah: (1) lokasi yang mudah dijangkau, (2) fasilitas parkir yang luas, (3) waktu tempuh perjalanan menuju tempat berbelanja, (4) kelancaran arus lalu lintas, (5) banyaknya sarana transportasi yang menunjang, dan (6) lingkungan sekitar yang aman. RAP-FOVABEL Ordination 60
Up
40
20 Good
Bad 0 0
20
57.11338425 60
40
80
100
120
-20
-40
Down -60 Status Keberlanjutan Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
Gambar 4.13 Analisis RAP-FOVABEL yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Dimensi Location Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
94
Berdasarkan gambar 4.13, nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi location adalah sebesar 57,113 pada skala sustainabilitas 0 – 100. Nilai ini menunjukkan bahwa status keberlanjutan pada dimensi location termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (Cukup: 50,01 < nilai indeks < 75,00). Untuk mengetahui faktor pengungkit atau atribut sensitif yang memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan pengelolaan private label dari dimensi
location, maka dilakukan analisis leverage. Dari keenam atribut pada dimensi ini, atribut lokasi yang mudah dijangkau (0,242) merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai indeks keberlanjutan yang dihasilkan. Sedangkan atribut lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap nilai indeks keberlanjutan adalah atribut kelancaran arus lalu lintas (0,238) dan atribut lingkungan sekitar yang aman (0,224). Secara detail kontribusi setiap atribut terkait dimensi location disajikan pada Gambar 4.14.
Lingkungan sekitar yang aman
0.22367477
Attribute
Banyaknya sarana transportasi yang menunjang
0.064037322
Kelancaran arus lalu lintas
0.237609863
Waktu tempuh perjalanan menuju tempat berbelanja
0.165275574
Fasilitas parkir yang luas
0.008480072
Lokasi yang mudah dijangkau
0.241638184
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 4.14 Peran Masing-masing Atribut dari Dimensi Location yang Dinyatakan Dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
95
Pengelolaan private label yang berkelanjutan adalah jika setiap dimensi pengelolaan bersifat berkelanjutan, sehingga dimensi location perlu mendapat perhatian dari perusahaan serta kinerja dari faktor pengungkit pada dimensi ini perlu ditingkatkan agar mencapai kondisi atau status baik (berkelanjutan) di masa mendatang. Lokasi yang mudah dijangkau, kelancaran arus lalu lintas, dan lingkungan sekitar yang aman merupakan atribut yang sensitif pada dimensi ini. Lokasi yang mudah dijangkau merupakan atribut yang paling sensitif pada dimensi location. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa gerai Indomaret mudah ditemukan dan dijangkau oleh konsumen. Penempatan gerai Indomaret yang strategis, didasarkan pada motto “mudah dan hemat” sehingga gerai Indomaret mudah dijumpai di daerah perumahan, gedung perkantoran, dan fasilitas umum. Lokasi adalah faktor utama dalam pemilihan toko konsumen. Ini juga keunggulan bersaing yang tidak dengan mudah ditiru oleh pesaing. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi location pada masa mendatang, maka perlu menentukan lokasi berdasarkan perencanaan yang matang. Menurut Utami (2006), penentuan lokasi dimulai dengan memilih komunitas. Keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomis dan stabilitas maupun persaingan serta iklim politik. Kadang bukan hanya profil ekonomi atau iklim politik yang membuat sebuah komunitas tempat yang baik namun justru lokasi geografisnya. Peritel juga harus menentukan lokasi berdasarkan karakteristik spesifik seperti: arus lalu lintas, biaya tanah, peraturan kawasan, keamanan lingkungan, maupun transportasi publik. 4.3.6
Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan Private Label Dimensi Customer Service & Selling Analisis RAP-FOVABEL berdasarkan metode multidimensional scaling (MDS)
terkait dengan status keberlanjutan pengelolaan private label untuk dimensi
96
customer service & selling dilakukan dengan mempertimbangkan tujuh atribut yang relevan. Adapun ketujuh atribut tersebut adalah: (1) pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan, (2) pramuniaga yang ramah dan sopan, (3) proses transaksi pembayaran yang cepat, (4) kasir memberikan penjelasan yang cukup jelas mengenai cara pembayaran (tunai, debet, kredit), (5) layanan yang ramah dan membantu, (6) jam buka yang sesuai, dan (7) mudah menukarkan barang dan mendapatkan pengembalian uang. RAP-FOVABEL Ordination 60
Up
40
20 Bad 0
Good
56.24567413
0 20
40
60
80
100
120
-20
-40
-60
Down Status Keberlanjutan Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
Gambar 4.15 Analisis RAP-FOVABEL yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Dimensi Customer Service & Selling Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan gambar 4.15, nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi customer
service & selling adalah sebesar 56,246 pada skala sustainabilitas 0 – 100. Nilai ini menunjukkan bahwa status keberlanjutan pada dimensi customer service & selling termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (Cukup: 50,01 < nilai indeks < 75,00).
97
Untuk mengetahui faktor pengungkit atau atribut sensitif yang memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan pengelolaan private label dari dimensi
customer service & selling, maka dilakukan analisis leverage. Dari ketujuh atribut pada dimensi ini, atribut mudah untuk menukarkan barang dan mendapatkan pengembalian uang (1,072) merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai indeks keberlanjutan yang dihasilkan. Sedangkan atribut lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap nilai indeks keberlanjutan adalah atribut pramuniaga yang ramah dan sopan (0,553) dan atribut pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan (0,538). Secara detail kontribusi setiap atribut terkait dimensi customer service & selling disajikan pada Gambar 4.16.
Gambar 4.16 Peran Masing-masing Atribut dari Dimensi Customer Service & Selling yang Dinyatakan Dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Pengelolaan private label yang berkelanjutan adalah jika setiap dimensi pengelolaan bersifat berkelanjutan, sehingga dimensi customer service & selling
98
perlu mendapat perhatian dari perusahaan serta kinerja dari faktor pengungkit pada dimensi ini perlu ditingkatkan agar mencapai kondisi atau status baik (berkelanjutan) di masa mendatang. Mudah untuk menukarkan barang dan mendapatkan pengembalian uang, pramuniaga yang ramah dan sopan, serta pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan merupakan atribut yang sensitif pada dimensi ini. Mudah untuk menukarkan barang dan mendapatkan pengembalian uang merupakan atribut yang paling sensitif pada dimensi customer service & selling. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa tidak semua produk dapat ditukar maupun mendapatkan pengembalian uang bila ada kerusakan barang atau barang tidak sesuai. Menurut Utami (2006), ritel adalah bisnis tenaga kerja intensif. Para pegawai memiliki peranan penting dalam memberikan layanan pada konsumen dan membangun loyalitas konsumen. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa tidak semua pramuniaga Indomaret memberikan pelayanan yang ramah dan sopan seperti memberi senyum, salam, sapa serta mengucapkan terima kasih; dan tidak semua pramuniaga mengetahui atau mempunyai pengetahuan atas produk private label yang ditawarkan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi customer service & selling pada masa mendatang, maka perlu merubah atau menambahkan beberapa poin tentang pengembalian barang dalam kebijakannya dan meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan karyawan terutama pramuniaga toko. 4.3.7
Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan Private Label Dimensi Store Layout & Design Analisis RAP-FOVABEL berdasarkan metode multidimensional scaling (MDS)
terkait dengan status keberlanjutan pengelolaan private label untuk dimensi store
layout & design dilakukan dengan mempertimbangkan lima atribut yang relevan.
99
Adapun kelima atribut tersebut adalah: (1) kebersihan toko dan area perbelanjaan, (2) mudah menjangkau seluruh area toko dan perbelanjaan, (3) mudah menjangkau dan memilih barang dagangan, (4) penempatan rak yang disusun dengan rapi sesui dengan jenis barang, dan (5) pencahayaan yang baik. RAP-FOVABEL Ordination 60
Up
40
20 Bad
Good
0 0
20
57.1294136 60
40
80
100
120
-20
-40
-60
Down Status Keberlanjutan Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
Gambar 4.17 Analisis RAP-FOVABEL yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Dimensi Store Layout & Design Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan gambar 4.17, nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi store
layout & design adalah sebesar 57,129 pada skala sustainabilitas 0 – 100. Nilai ini menunjukkan bahwa status keberlanjutan pada dimensi store layout & design termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (Cukup: 50,01 < nilai indeks < 75,00). Untuk mengetahui faktor pengungkit atau atribut sensitif yang memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan pengelolaan private label dari dimensi
store layout & design, maka dilakukan analisis leverage. Dari kelima atribut pada
100
dimensi ini, atribut mudah menjangkau dan memilih barang dagangan (0,269) merupakan atribut yang sangat berpengaruh terhadap perubahan nilai indeks keberlanjutan yang dihasilkan. Sedangkan atribut lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap nilai indeks keberlanjutan adalah atribut kebersihan toko dan area perbelanjaan (0,252) dan atribut penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang (0,206). Secara detail kontribusi setiap atribut terkait dimensi store layout & design disajikan pada Gambar 4.18.
0.194984437
Pencahayaan yang baik
Attribute
Penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang
0.206050873
Mudah menjangkau dan memilih barang dagangan
0.26910019
Mudah menjangkau seluruh area toko dan perbelanjaan
0.125331878
Kebersihan toko dan area perbelanjaan
0.251552589
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 4.18 Peran Masing-masing Atribut dari Dimensi Store Layout & Design yang Dinyatakan Dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Pengelolaan private label yang berkelanjutan adalah jika setiap dimensi pengelolaan bersifat berkelanjutan, sehingga dimensi store layout & design perlu mendapat perhatian dari perusahaan serta kinerja dari faktor pengungkit pada dimensi ini perlu ditingkatkan agar mencapai kondisi atau status baik (berkelanjutan) di masa mendatang. Mudah menjangkau dan memilih barang dagangan, kebersihan
101
toko dan area perbelanjaan, dan penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang merupakan atribut yang sensitif pada dimensi ini. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa setiap gerai Indomaret memiliki pola penempatan rak yang sudah terstandarisasi atau sama pada setiap toko. Yang membedakan adalah ukuran toko maupun jumlah rak yang terdapat pada toko. Dari segi kebersihan area toko maupun lingkungan sekitar, kebersihan kurang terjaga dengan baik pada beberapa gerai Indomaret. Hal ini disebabkan karena pada proses penurunan barang dari kendaraan hingga ke gudang toko kurang terorganisir dengan baik sehingga pada saat proses pemindahan sering meninggalkan noda-noda pada lantai. Tata ruang toko harus memungkinkan pelanggan untuk memutari toko dan membeli lebih banyak barang daripada yang direncanakan. Menurut Utami (2006), tata ruang yang terlalu rumit bisa menyulitkan pelanggan untuk mendapatkan barang yang mereka cari dan memutuskan untuk tidak berlangganan di toko itu. Kebersihan toko dan area perbelanjaan yang terjaga dengan baik dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi konsumen untuk berbelanja. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi store layout & design pada masa mendatang, maka perlu memperhatikan tata letak produk private label sesuai dengan jenis barangnya serta senantiasa menjaga kebersihan toko dan area perbelanjaan. 4.3.8
Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan Private Label Dimensi Advertising & Promotion Analisis RAP-FOVABEL berdasarkan metode multidimensional scaling (MDS)
terkait dengan status keberlanjutan pengelolaan private label untuk dimensi
advertising & promotion dilakukan dengan mempertimbangkan lima atribut yang relevan. Adapun kelima atribut tersebut adalah: (1) iklan yang menarik, (2) informasi
102
brosur yang dapat dipercaya, (3) potongan harga, (4) hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu, dan (5) diskon khusus pada event tertentu. RAP-FOVABEL Ordination 60
Up
40
20 Good
Bad 0 0
20
55.56197357 60
40
80
100
120
-20
-40
-60
Down Status Keberlanjutan Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
Gambar 4.19 Analisis RAP-FOVABEL yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Dimensi Advertising & Promotion Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan gambar 4.19, nilai indeks keberlanjutan untuk dimensi
advertising & promotion adalah sebesar 55,562 pada skala sustainabilitas 0 – 100. Nilai ini menunjukkan bahwa status keberlanjutan pada dimensi store layout &
design termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (Cukup: 50,01 < nilai indeks < 75,00). Untuk mengetahui faktor pengungkit atau atribut sensitif yang memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keberlanjutan pengelolaan private label dari dimensi
advertising & promotion, maka dilakukan analisis leverage. Dari kelima atribut pada dimensi ini, atribut iklan yang menarik (1,820) merupakan atribut yang sangat
103
berpengaruh terhadap perubahan nilai indeks keberlanjutan yang dihasilkan. Sedangkan atribut lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap nilai indeks keberlanjutan adalah atribut diskon khusus pada event tertentu (1,193), atribut hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu (0,993), dan atribut potongan harga (0,916). Secara detail kontribusi setiap atribut terkait dimensi
advertising & promotion disajikan pada Gambar 4.20.
Diskon khusus pada event tertentu
1.192649818
Attribute
Hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu
0.99266053
Potongan harga
0.91617965
Informasi brosur yang dapat dipercaya
0.125381469
Iklan yang menarik
1.818992627
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
Root Mean Square Change % in Ordination when Selected Attribute Removed (on Status scale 0 to 100)
Gambar 4.20 Peran Masing-masing Atribut dari Dimensi Advertising & Promotion yang Dinyatakan Dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Pengelolaan private label yang berkelanjutan adalah jika setiap dimensi pengelolaan bersifat berkelanjutan, sehingga dimensi advertising & promotion perlu mendapat perhatian dari perusahaan serta kinerja dari faktor pengungkit pada dimensi ini perlu ditingkatkan agar mencapai kondisi atau status baik (berkelanjutan) di masa mendatang. Iklan yang menarik, diskon khusus pada event tertentu, hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu, dan potongan harga merupakan atribut yang sensitif pada dimensi ini.
104
Iklan yang menarik merupakan atribut yang paling sensitif pada dimensi
advertising & promotion. Hasil studi lapangan menunjukkan bahwa hampir tidak ada iklan yang menarik mengenai produk private label. Iklan terhadap produk private
label Indomaret hanya memberikan informasi yang bersifat promosi seperti diskon khusus pada event tertentu, hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu, maupun potongan harga. Hal ini disebabkan karena perusahaan lebih fokus pada kegiatan promosi dibanding iklan. Menurut Utami (2006), Iklan merupakan urutan pertama dan berperan besar di antara semua alat dalam bauran pemasaran (promotion mix), khususnya bagi peritel besar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai indeks dan status keberlanjutan dimensi advertising & promotion pada masa mendatang, perusahaan perlu membuat iklan yang menarik mengenai private label Indomaret serta terusmenerus mengadakan promosi penjualan, seperti: diskon khusus pada event tertentu, hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu, dan potongan harga. 4.3.9
Nilai Indeks dan Status Keberlanjutan Pengelolaan Private Label dengan Keterpaduan Dimensi (Multidimensi) Gambar 4.21 memperlihatkan status keberlanjutan pengelolaan private label
PT. Indomarco Prismatama dari berbagai pertimbangan dimensi pengelolaan, yaitu dimensi merchandise, quality product, price, location, customer service & selling,
store layout & design, dan advertising & promotion.
105
RAP-FOVABEL Ordination 60
Up
40
20 Bad
Good
0 0
20
54.81685638 60
40
80
100
120
-20
-40
-60
Down Status Keberlanjutan Real Fisheries
Reference anchors
Anchors
Gambar 4.21 Analisis RAP-FOVABEL yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Keterpaduan Dimensi (Multidimensi) Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Gambar 4.21, diketahui bahwa nilai indeks keberlanjutan adalah sebesar 54,817 pada skala keberlanjutan 1 – 100. Nilai ini menunjukkan bahwa dimensi pengelolaan private label di PT. Indomarco Prismatama termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan (Cukup: 50,01 < nilai indeks < 75,00). Adapun nilai indeks keberlanjutan dimensi merchandise, quality product, price, location, customer
service & selling, store layout & design, dan advertising & promotion digambarkan dengan diagram layang (kite diagram), seperti Gambar 4.22. Berdasarkan Gambar 4.22, terlihat bahwa dimensi quality product maupun dimensi merchandise merupakan dimensi yang dinilai paling rendah kinerjanya dibanding dimensi lainnya oleh responden. Oleh karena itu, kedua dimensi ini membutuhkan perhatian lebih dari perusahaan agar pengelolaan private label
106
Indomaret dapat berkelanjutan dengan meningkatkan kinerja atau melakukan perbaikan terhadap faktor pengungkit pada masing-masing dimensi tersebut.
Gambar 4.22 Diagram Layang Keberlanjutan Pengelolaan Private Label di PT. Indomarco Prismatama Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Untuk mengetahui apakah hasil analisis RAP-FOVABEL untuk setiap dimensi maupun untuk keterpaduan dimensi (multidimensi) layak dan mampu menyerupai kondisi pengelolaan
private label yang sebenarnya di PT. Indomarco Prismatama, maka perlu dilakukan uji statistik terhadap koefisien determinasi (R2) dan stress. Bila hasil uji statistik tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan, maka perlu dilakukan kroscek/pengecekan ulang dan penambahan atribut baru dalam analisis. Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik terhadap Koefisien Determinasi (R2) dan Stress Hasil Uji pada Dimensi Uji Statistik
Merchandise
Quality Product
Customer Price
Location
Service & Selling
Store Layout &
Design
Advertising &
Promotion
Multidimensi
Stress
0,2158
0,1667
0,2294
0,1715
0,1652
0,1804
0,1800
0,1347
R2
0,9419
0,9395
0,9007
0,9384
0,9402
0,9363
0,9370
0,9546
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Nilai stress merupakan ukuran ketidaksesuaian model. Makin tinggi nilai stress, maka semakin tidak sesuai model yang dihasilkan. Menurut Kavanagh (2001), nilai stress yang diperbolehkan apabila kurang dari 0,25. Berbeda dengan nilai koefisien determinasi (R2),
107
kualitas hasil analisis akan semakin baik jika nilai koefisien determinasi (R2) semakin besar (mendekati 1). Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui bahwa pada dimensi merchandise, nilai
stress = 0,2158 menunjukkan bahwa hasil analisis cukup baik dan nilai R2 = 0,9419 menunjukkan bahwa model saat ini sudah menjelaskan 94,19% dari model yang sudah ada. Pada dimensi quality product, nilai stress = 0,1667 menunjukkan bahwa hasil analisis cukup baik dan nilai R2 = 0,9395 menunjukkan bahwa model saat ini sudah menjelaskan 93,95% dari model yang sudah ada. Pada dimensi price, nilai stress = 0,2294 menunjukkan bahwa hasil analisis cukup baik dan nilai R2 = 0,9007 menunjukkan bahwa model saat ini sudah menjelaskan 90,07% dari model yang sudah ada. Pada dimensi location, nilai stress = 0,1715 menunjukkan bahwa hasil analisis cukup baik dan nilai R2 = 0,9384 menunjukkan bahwa model saat ini sudah menjelaskan 93,84% dari model yang sudah ada. Pada dimensi customer service & selling, nilai stress = 0,1652 menunjukkan bahwa hasil analisis cukup baik dan nilai R2 = 0,9402 menunjukkan bahwa model saat ini sudah menjelaskan 94,02% dari model yang sudah ada. Pada dimensi store layout & design, nilai
stress = 0,1804 menunjukkan bahwa hasil analisis cukup baik dan nilai R2 = 0,9363 menunjukkan bahwa model saat ini sudah menjelaskan 93,63% dari model yang sudah ada. Pada dimensi advertising & promotion, nilai stress = 0,1800 menunjukkan bahwa hasil analisis cukup baik dan nilai R2 = 0,9370 menunjukkan bahwa model saat ini sudah menjelaskan 93,70% dari model yang sudah ada. Pada keterpaduan dimensi (multidimensi), nilai stress = 0,1347 menunjukkan bahwa hasil analisis cukup baik dan nilai R2 = 0,9546 menunjukkan bahwa model saat ini sudah menjelaskan 95,46% dari model yang sudah ada. Dengan demikian, dari kedua hasil uji statistik yaitu nilai stress dan nilai R2 menunjukkan bahwa seluruh atribut yang digunakan pada analisis keberlanjutan pengelolaan private label relatif baik dalam menerangkan dimensi-dimensi yang dianalisis.
108
Untuk menguji tingkat kepercayaan nilai indeks masing-masing dimensi maupun keterpaduan dimensi (multidimensi), digunakan analisis Monte Carlo. Analisis ini merupakan analisis berbasis komputer yang dikembangkan pada tahun 1994 dengan menggunakan teknik random number berdasarkan teori statistika untuk mendapatkan dugaan peluang suatu solusi persamaan atau model matematis. Mekanisme untuk mendapatkan solusi tersebut mencakup perhitungan yang berulang-ulang. Analisis Monte Carlo dalam analisis RAP-FOVABEL digunakan untuk melihat pengaruh kesalahan pembuatan skor pada setiap atribut pada masing-masing dimensi yang disebabkan oleh kesalahan prosedur atau pemahaman terhadap atribut, variasi pemberian skor karena perbedaan opini atau penilaian yang berbeda, stabilitas proses analisis MDS, kesalahan memasukkan data atau ada data yang hilang, dan nilai stress yang terlalu tinggi. Hasil analisis Monte Carlo yang telah dilakukan dengan beberapa kali pengulangan ternyata mengandung kesalahan yang tidak banyak mengubah nilai indeks total maupun masing-masing dimensi. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai status indeks keberlanjutan pengelolaan private label pada selang kepercayaan 95%, didapatkan hasil yang tidak banyak mengalami perbedaan antara hasil analisis RAP-FOVABEL menggunakan metode MDS dengan analisis Monte Carlo. Perbedaan nilai indeks keberlanjutan antara hasil analisis MDS dengan analisis Monte Carlo mengindikasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil. 2. Variasi pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil. 3. Proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil. 4. Kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
109
Tabel 4.8 Hasil analisis Monte Carlo untuk Nilai Indeks Keberlanjutan untuk Masing-masing Dimensi dan Multidimensi pada Selang Kepercayaan 95% Hasil Monte
Dimensi
Hasil MDS
Merchandise
53,08205
52,21431
0,86774
Quality Product
51,702
50,813
0,889
Price
57,25912
57,50329
0,24417
Location
57,11338
56,81248
0,3009
Customer Service & Selling
56,24567
55,12576
1,1191
Store Layout & Design
57,12941
57,25216
0,12275
Advertising & Promotion
55,56197
55,70422
0,14225
Mutidimensi
54,81686
54,91143
0,09457
Carlo
Perbedaan
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Perbedaan hasil analisis yang relatif kecil sebagaimana disajikan pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa analisis RAP-FOVABEL dengan menggunakan metode MDS untuk menentukan keberlanjutan sistem yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, dan sekaligus dapat disimpulkan bahwa metode analisis RAP-FOVABEL (Rapid Apraissal For
Private Label) yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu alat evaluasi yang cukup baik untuk menilai secara cepat (rapid appraisal) keberlanjutan dari pengelolaan private label. Pada Gambar 4.23, 4.24, 4.25, 4.26, 4.27, 4.28, 4.29, 4.30, dapat dilihat nilai indeks keberlanjutan pengelolaan private label berdasarkan hasil analisis Monte Carlo.
110
RAP-FOVABEL Ordination Monte Carlo (Median with 95% Confidence Interval Error Bars) 60 25.03963089
74.36605835
40
20
0
0 0
20
40
60 52.21430969
80
100 100
120
-20
-40 74.32060242
26.35167885 -60 Status Keberlanjutan
Gambar 4.23 Analisis Monte Carlo yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi
Merchandise Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Gambar 4.23, perbedaan antara hasil analisis MDS dengan hasil analisis Monte Carlo yang relatif kecil yaitu sebesar 0,86774 mengindikasikan bahwa: 1. Kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut pada dimensi merchandise relatif kecil. 2. Variasi pemberian skor akibat perbedaan opini konsumen relatif kecil. 3. Proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil. 4. Kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
111
RAP-FOVABEL Ordination Monte Carlo (Median with 95% Confidence Interval Error Bars) 60 60.78857803
39.17735291 19.64266968
40
80.65529633
5.978604317
20
94.48955536
50.81335068 0
0 0
-20
-40
20
40
60
100 100
80
5.325137138
120
93.74237061
18.72346687
79.99900818 38.9497757
60.44801331
-60 Status Keberlanjutan
Gambar 4.24 Analisis Monte Carlo yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi
Quality Product Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Gambar 4.24, perbedaan antara hasil analisis MDS dengan hasil analisis Monte Carlo yang relatif kecil yaitu sebesar 0,889 mengindikasikan bahwa: 1. Kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut pada dimensi quality product relatif kecil. 2. Variasi pemberian skor akibat perbedaan opini konsumen relatif kecil. 3. Proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil. 4. Kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
112
RAP-FOVABEL Ordination Monte Carlo (Median with 95% Confidence Interval Error Bars) 60 49.80474091 40
20
0 0
00.290579796 20
57.50328827 40
60
80
98.28663635 100 100 120
-20
-40 49.84300613 -60 Status Keberlanjutan
Gambar 4.25 Analisis Monte Carlo yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi
Price Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Gambar 4.25, perbedaan antara hasil analisis MDS dengan hasil analisis Monte Carlo yang relatif kecil yaitu sebesar 0,24417 mengindikasikan bahwa: 1. Kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut pada dimensi price relatif kecil. 2. Variasi pemberian skor akibat perbedaan opini konsumen relatif kecil. 3. Proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil. 4. Kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
113
RAP-FOVABEL Ordination Monte Carlo (Median with 95% Confidence Interval Error Bars) 60 50.26042175 26.19016838
74.81526947
40
8.09752655
92.79981995
20
0
56.81248093
0 0
20
40
60
100 100
80
120
-20 7.537494183
-40
92.02645874
25.48476982
74.19057465 50.23036957
-60 Status Keberlanjutan
Gambar 4.26 Analisis Monte Carlo yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi
Location Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Gambar 4.26, perbedaan antara hasil analisis MDS dengan hasil analisis Monte Carlo yang relatif kecil yaitu sebesar 0,3009 mengindikasikan bahwa: 1. Kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut pada dimensi location relatif kecil. 2. Variasi pemberian skor akibat perbedaan opini konsumen relatif kecil. 3. Proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil. 4. Kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
114
RAP-FOVABEL Ordination Monte Carlo (Median with 95% Confidence Interval Error Bars) 60 61.03996658
39.39775848 19.86227036
40
80.79286957
6.136051178
20
94.50710297
55.12576294 0
0 0
-20
-40
20
40
60
100 100
80
5.263113022
120
93.72174072
19.00161362
80.14117432 39.14780426
60.57035828
-60 Status Keberlanjutan
Gambar 4.27 Analisis Monte Carlo yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi
Customer Service & Selling Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Gambar 4.27, perbedaan antara hasil analisis MDS dengan hasil analisis Monte Carlo yang relatif kecil yaitu sebesar 1,1191 mengindikasikan bahwa: 1. Kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut pada dimensi customer service & selling relatif kecil. 2. Variasi pemberian skor akibat perbedaan opini konsumen relatif kecil. 3. Proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil. 4. Kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
115
RAP-FOVABEL Ordination Monte Carlo (Median with 95% Confidence Interval Error Bars) 60 35.37272644
65.34603882
40 10.83622169
89.77703094
20
0
0 0
20
57.25215912 60 80
40
100 100
120
-20 10.32334137
89.21427917
-40 35.37494659
64.99098969
-60 Status Keberlanjutan
Gambar 4.28 Analisis Monte Carlo yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi
Store Layout & Design Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Gambar 4.28, perbedaan antara hasil analisis MDS dengan hasil analisis Monte Carlo yang relatif kecil yaitu sebesar 0,12275 mengindikasikan bahwa: 1. Kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut pada dimensi store layout & design relatif kecil. 2. Variasi pemberian skor akibat perbedaan opini konsumen relatif kecil. 3. Proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil. 4. Kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
116
RAP-FOVABEL Ordination Monte Carlo (Median with 95% Confidence Interval Error Bars) 60 34.96748352
65.24433899
40 10.18856239
89.8115387
20
0
100 100
0 0
20
55.70422363 60
40
80
120
-20 10.16234875
89.09074402
-40 35.12840271
64.83343506
-60 Status Keberlanjutan
Gambar 4.29 Analisis Monte Carlo yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Dimensi
Advertising & Promotion Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Gambar 4.29, perbedaan antara hasil analisis MDS dengan hasil analisis Monte Carlo yang relatif kecil yaitu sebesar 0,14225 mengindikasikan bahwa: 1. Kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut pada dimensi advertising & promotion relatif kecil. 2. Variasi pemberian skor akibat perbedaan opini konsumen relatif kecil. 3. Proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil. 4. Kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
117
RAP-FOVABEL Ordination Monte Carlo (Median with 95% Confidence Interval Error Bars) 60 48.17391205 52.25350189 43.78852081 56.97558594 39.45903015 61.32356262 35.21549988 65.5868988 31.09603882 69.73786926 27.12870407 73.74078369 23.34618759 77.55843353 40 19.77610779 81.16478729 16.46306229 84.52226257 13.41921997 87.60527039 10.65747261 90.38867188 8.19735527 92.84867859 6.073940754 94.9654541 20 4.305338383 96.72890472 2.890617132 98.11251068 1.850239038 99.10844421 1.19362545 99.70193481 100 0 0 54.91143036 1.087085128 98.72650146 120 0 20 40 60 80 100 1.628223181 98.09822083 2.556036472 97.0839386 3.859496117 95.69108582 5.521943569 -20 93.92286682 7.566440582 91.80890656 9.950752258 89.35728455 12.66118145 86.58206177 15.67457676 83.51672363 18.97031403 80.18110657 22.50313568 -40 76.60618591 26.27389526 72.81578064 30.23467636 68.84081268 34.35231781 64.71144104 38.59802246 60.46111298 42.93480682 56.12336731 51.73293304 47.77994537 -60 Status Keberlanjutan
Gambar 4.30 Analisis Monte Carlo yang Menunjukkan Nilai Indeks Keberlanjutan Multidimensi Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan Gambar 4.30, perbedaan antara hasil analisis MDS dengan hasil analisis Monte Carlo yang relatif kecil yaitu sebesar 0,09457 mengindikasikan bahwa: 1. Kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut pada keterpaduan dimensi (multidimensi) relatif kecil. 2. Variasi pemberian skor akibat perbedaan opini konsumen relatif kecil. 3. Proses analisis yang dilakukan secara berulang-ulang stabil. 4. Kesalahan pemasukan data dan data yang hilang dapat dihindari.
118
4.4
Penentuan Faktor Kunci Untuk menentuan faktor kunci yang merupakan dasar dalam penyusunan alternatif
kebijakan pengelolaan private label secara berkelanjutan di PT. Indomarco Prismatama, digunakan analisis prospektif struktural. 4.4.1
Analisis Prospektif Struktural Berdasarkan Analisis Kebutuhan Identifikasi stakeholder PT. Indomarco Prismatama ditentukan berdasarkan
peran dan fungsinya terhadap pengelolaan private label Indomaret. Stakeholder pengelolaan private label Indomaret adalah manajer education & training, manajer
location development, dan manajer merchandising support & development (bagian home brand). Pengelolaan private label di masa mendatang perlu memperhatikan faktor yang dianggap penting atau strategis oleh stakeholder karena hal ini berkaitan dengan rencana pengelolaan yang harus dilakukan serta hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pengelolaan tersebut. Hasil analisis kebutuhan
stakeholder disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Faktor Penting/Strategis dalam Pengelolaan Private Label Indomaret Berdasarkan Analisis Kebutuhan
A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N. O.
Faktor Penting/Strategis Ketersediaan produk Kinerja produk Kesesuaian produk Kualitas yang dirasakan Kestabilan harga Potongan harga Lokasi yang mudah dijangkau Fasilitas parkir yang luas Kelancaran arus lalu lintas Banyaknya sarana transportasi yang menunjang Kebersihan toko dan area perbelanjaan Penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan sesuai dengan jenis barang Pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan Proses transaksi pembayaran cepat Layanan yang ramah dan membantu
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
119
Faktor penting/strategis yang menjadi kebutuhan para stakeholder tersebut selanjutnya dianalisis untuk menentukan faktor kunci dalam pengelolaan private
label Indomaret dengan menggunakan analisis prospektif struktural. Berdasarkan hasil analisis prospektif struktural, diperoleh tiga faktor kunci yang memiliki tingkat pengaruh yang tinggi dengan tingkat ketergantungan yang rendah pada kuadran I, yaitu: 1) pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan, 2) penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang, dan 3) kesesuaian produk. Ketiga faktor kunci tersebut merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam pengelolaan private label di masa mendatang. Secara detail hasil analisis prospektif disajikan pada Gambar 4.31.
Gambar 4.31 Hasil Analisis Prospektif Faktor Kunci Pengelolaan Private Label Berdasarkan Analisis Kebutuhan Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan gambar 4.31, dapat dilihat bahwa kuadran II mencakup empat faktor, yaitu: 1) ketersediaan produk, 2) kestabilan harga, 3) lokasi yang mudah dijangkau, dan 4) kualitas yang dirasakan. Keempat faktor tersebut merupakan
120
faktor stakes yang memiliki tingkat pengaruh dan tingkat ketergantungan yang tinggi pada sistem. Faktor-faktor pada kuadran II cenderung tidak stabil dan sulit untuk dikendalikan secara internal oleh perusahan, sehingga faktor-faktor pada kuadran ini tidak termasuk ke dalam faktor kunci dalam merumuskan alternatif kebijakan tapi keberadaannya harus tetap diperhatikan dalam pengelolaan private label secara berkelanjutan di PT. Indomarco Prismatama. Kuadran III mencakup tiga faktor, yaitu: 1) potongan harga, 2) kebersihan toko dan area perbelanjaan, dan 3) fasilitas parkir yang luas. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor output yang memiliki tingkat pengaruh yang rendah dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada sistem. Faktor-faktor pada kuadran III merupakan hasil dari faktor-faktor lainnya yang berada pada kuadran I dan kuadran II. Kuadran IV mencakup lima faktor, yaitu: 1) kinerja produk, 2) banyaknya sarana transportasi yang menunjang, 3) kelancaran arus lalu lintas, 4) layanan yang ramah dan membantu, dan 5) proses transaksi pembayaran cepat. Kelima faktor tersebut merupakan
faktor
unused
yang
memiliki
tingkat
pengaruh
dan
tingkat
ketergantungan yang rendah pada sistem. Faktor-faktor pada kuadran IV dapat dikeluarkan dari sistem karena faktor-faktor tersebut terletak di luar sistem (unused). 4.4.2
Analisis Prospektif Struktural Berdasarkan Analisis RAP-FOVABEL Berdasarkan hasil analisis keberlanjutan, diperoleh 18 faktor pengungkit
dalam pengelolaan private label secara berkelanjutan di PT. Indomarco Prismatama. Kedelapan belas atribut tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.10. Keseluruhan faktor pengungkit tersebut harus diperhatikan dalam pengelolaan private label di masa yang akan datang. Dalam proses implementasinya, hanya faktor-faktor yang memiliki tingkat pengaruh yang tinggi dengan tingkat ketergantungan yang rendah terhadap kinerja sistemlah yang dapat dikategorikan sebagai faktor kunci/penentu dalam
121
merumuskan alternatif kebijakan pengelolaan private label secara berkelanjutan di PT. Indomarco Prismatama. Tabel 4.10 Faktor Pengungkit Pengelolaan Private Label di PT. Indomarco Prismatama Dimensi Pengelolaan
Merchandise
Quality Product Price Location Customer Service & Selling
Store Layout & Design
Advertising & Promotion
A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N. O. P. Q. R.
Faktor Pengungkit Banyak variasi barang Estestika produk Keandalan produk Kesesuaian produk Kestabilan harga Lokasi yang mudah dijangkau Lingkungan sekitar yang aman Kelancaran arus lalu lintas Mudah untuk menukarkan barang dan mendapatkan pengembalian uang Pramuniaga yang ramah dan sopan Pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan Mudah menjangkau dan memilih barang dagangan Kebersihan toko dan area perbelanjaan Penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang Iklan yang menarik Diskon khusus pada event tertentu Hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu Potongan harga
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Penentuan faktor kunci dilakukan dengan melibatkan para stakeholder PT. Indomarco Prismatama yang terkait dalam pengelolaan private label. Berdasarkan hasil analisis prospektif struktural, diperoleh empat faktor kunci yang memiliki tingkat pengaruh yang tinggi dengan tingkat ketergantungan yang rendah pada kuadran I, yaitu: 1) keandalan produk, 2) potongan harga, 3) kesesuaian produk, dan 4) hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu. Keempat faktor kunci tersebut merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam pengelolaan private label di masa mendatang. Secara detail hasil analisis prospektif dapat dilihat pada Gambar 4.32.
122
Gambar 4.32 Hasil Analisis Prospektif Faktor Kunci Pengelolaan Private Label Berdasarkan Analisis RAP-FOVABEL Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Berdasarkan gambar 4.32, dapat dilihat bahwa kuadran II mencakup enam faktor, yaitu: 1) iklan yang menarik, 2) pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan, 3) penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang, 4) banyak variasi barang, 5) kestabilan harga, dan 6) diskon khusus pada event tertentu. Faktor-faktor pada kuadran II cenderung tidak stabil dan sulit untuk dikendalikan secara internal oleh perusahan, sehingga faktor-faktor pada kuadran ini tidak termasuk ke dalam faktor kunci dalam merumuskan alternatif kebijakan tapi keberadaannya harus tetap diperhatikan dalam pengelolaan private label secara berkelanjutan di PT. Indomarco Prismatama. Kuadran III mencakup tiga faktor, yaitu: 1) mudah menjangkau dan memilih barang dagangan, 2) lokasi yang mudah dijangkau, dan 3) lingkungan sekitar yang aman. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor output yang memiliki tingkat pengaruh yang rendah dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada sistem.
123
Faktor-faktor pada kuadran III merupakan hasil dari faktor-faktor lainnya yang berada pada kuadran I dan kuadran II. Kuadran IV mencakup lima faktor, yaitu: 1) pramuniaga yang ramah dan sopan, 2) estestika produk, 3) kebersihan toko dan area perbelanjaan, 4) kelancaran arus lalu lintas, dan 5) mudah untuk menukarkan barang dan mendapatkan pengembalian uang. Kelima faktor tersebut merupakan faktor unused yang memiliki tingkat pengaruh dan tingkat ketergantungan yang rendah pada sistem. Faktor-faktor pada kuadran IV dapat dikeluarkan dari sistem karena faktor-faktor tersebut terletak di luar sistem (unused).
4.5
Analisis Kebijakan Pengelolaan Private Label Indomaret Pengembangan program private label bertujuan untuk memberikan alternatif pilihan
belanja bagi konsumen agar kebutuhan (kepuasan) konsumen terhadap suatu produk dapat selalu terpenuhi melalui kehadiran private label Indomaret. Melalui pengadaan private label, perusahaan ingin memperkuat citra atau brand Indomaret sehingga masyarakat tahu bahwa Indomaret tidak hanya menjual produk-produk national brand tapi juga memiliki dan menjual produk dengan menggunakan namanya sendiri, yaitu Indomaret. Strategi yang diterapkan oleh perusahaan dalam mengelola private label adalah strategi diversifikasi tak terkait. Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, diperoleh berbagai faktor kunci yang harus diperhatikan dalam pengelolaan private label Indomaret dengan mempertimbangkan tujuh dimensi pengelolaan, yaitu dimensi merchandise, quality product, price, location, customer
service & selling, store layout & design, dan advertising & promotion. Alternatif kebijakan pengelolaan private label secara berkelanjutan di PT. Indomarco Prismatama dirumuskan dengan memperhatikan faktor-faktor kunci yang telah dihasilkan dari analisis sebelumnya. Perumusan kebijakan ini dilakukan berdasarkan tujuan dan strategi pengelolaan private label Indomaret saat ini serta melalui hasil studi pustaka.
124
Faktor kunci Keandalan produk
Analisis Keberlanjutan
(Existing Condition)
Potongan harga Kesesuaian produk Hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu
Faktor kunci
Analisis Kebutuhan (Need Analysis)
7 Faktor kunci pengelolaan
private label Indomaret
Pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan Penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang
Kesesuaian produk
Gambar 4.33 Faktor Kunci yang Diperoleh dari Berbagai Analisis untuk Rumusan Alternatif Kebijakan Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Dengan memperhatikan tujuan dan strategi pengelolaan private label Indomaret saat ini, maka rumusan alternatif kebijakan pengelolaan private label secara berkelanjutan di PT. Indomarco Prismatama adalah sebagai berikut: 1. Penetapan standar mutu produk dan evaluasi terhadap kinerja supplier. 2. Penetapan margin laba dan penerapan off-invoice allowance melalui proses negosiasi dengan supplier. 3. Pengembangan garansi atas produk yang ditawarkan mengenai kesesuain produk. 4. Penetapan alokasi anggaran promosi berdasarkan analisis marginal. 5. Perencanaan alokasi ruangan rak yang berbeda-beda menggunakan program planogram.
125
6. Peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya pramuniaga melalui pelatihan dan
mentoring. Metode AHP digunakan untuk memilih kebijakan yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dari keenam alternatif kebijakan yang telah dirumuskan. Hirarki AHP disusun dengan empat level yang memperlihatkan tahapan proses penetapan prioritas, yaitu: fokus, dimensi, kriteria, dan alternatif kebijakan. Kriteria yang digunakan untuk pencapaian dimensi merupakan gabungan dari faktor pengungkit analisis dan faktor penting/strategis yang dikelompokkan ke dalam tujuh dimensi sesuai dengan dimensi pengelolaan private label yang telah dianalisis. Penentuan prioritas kebijakan dilakukan dengan melibatkan stakeholder di PT. Indomarco Prismatama, yaitu bpk. Yan Bastian selaku direktur merchandising sehingga kebijakan yang dihasilkan dapat dilaksanakan dan didukung oleh perusahaan.
Level 3 Kriteria
Alternatif Kebijakan Penetapan standar mutu (0,187)
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010) Penetapan margin laba (0,205) Pengembangan garansi produk (0,167) Penetapan alokasi anggaran produk (0,150)
Gambar 4.34 Bobot Faktor-faktor pada Setiap Level Penentuan Kebijakan Perencanaan alokasi ruangan rak (0,131)
Level 4
Peningkatan kualitas SDM (0,161)
Potongan harga (0,021)
(0,028)
Hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu (0,045)
Store Layout & Design
Diskon khusus pada event tertentu (0,013)
Iklan yang menarik (0,007)
Penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang (0,012)
(0,148)
Customer Service & Selling
Kebersihan toko dan area perbelanjaan (0,003)
Mudah menjangkau dan memilih barang dagangan (0,013)
(0,052)
Pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan (0,078)
Location
Pramuniaga yang ramah dan sopan (0,049)
Price
Mudah untuk menukarkan barang dan mendapat pengembalian uang (0,021)
(0,245)
Kelancaran arus lalu lintas (0,016)
(0,280)
Quality Product
Lingkungan sekitar yang aman (0,009)
Level 1
Lokasi yang mudah dijangkau (0,028)
Fokus
Harga murah (0,041)
Kestabilan harga (0,204)
Kesesuaian produk (0,132)
(0,160)
Merchandise
Keandalan produk (0,124)
Estestika (kemasan) produk (0,023)
Ketersediaan produk (0,120)
Level 2 Dimensi
Banyak variasi barang (0,040)
126
Penentuan Kebijakan Pengelolaan Private Label yang Berkelanjutan
Advertising & Promotion (0,087)
127
Pada level dua, dimensi pengelolaan private label yang menjadi prioritas utama adalah dimensi quality product (0,280), price (0,245), merchandise (0,160), customer service & selling (0,148), advertising & promotion (0,087), location (0,052), kemudian store layout &
design (0,028). Hal ini merupakan indikator bahwa perusahaan mementingkan aspek kualitas produk kemudian harga sebagai dimensi penting dalam pengelolaan private label Indomaret. Prioritas ini juga menujukkan bahwa keinginan stakeholder dalam mewujudkan pengelolaan
private label secara berkelanjutan di PT. Indomarco Prismatama sesuai dengan motto private label Indomaret, yaitu “Hemat Berkualitas”. Namun, dalam sistem pengelolaan yang berkelanjutan, setiap dimensi pengelolaan juga perlu mendapat perhatian dari perusahaan. Dimensi merchandise, customer service & selling, advertising & promotion, location, dan
store layout & design merupakan dimensi yang penting dalam mendukung pengelolaan private label yang berkelanjutan agar perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan di bidang ritel. Pada level tiga, kriteria dari setiap dimensi pengelolaan, diperoleh hasil bahwa untuk dimensi merchandise, kriteria yang harus diprioritaskan adalah ketersediaan produk. Pada dimensi quality product, kriteria yang harus diprioritas adalah kesesuaian produk dan keandalan produk. Pada dimensi price, kriteria yang harus diprioritaskan adalah kestabilan harga. Pada dimensi location, kriteria yang harus diprioritaskan adalah lokasi yang mudah dijangkau. Pada dimensi customer service & selling, kriteria yang harus diprioritaskan adalah pengetahuan pramuniaga atas produk yang ditawarkan. Pada dimensi store layout & design, kriteria yang harus diprioritaskan adalah mudah menjangkau dan memilih barang dagangan serta penempatan rak yang disusun dengan rapi sesuai dengan jenis barang. Pada dimensi
advertising & promotion, kriteria yang harus diprioritaskan adalah hadiah langsung atas pembelian sejumlah barang tertentu dan potongan harga. Seluruh kriteria ini merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi implementasi arahan kebijakan terpilih.
128
Berdasarkan judgement dari stakeholder pada setiap level, diperoleh bobot dan prioritas alternatif kebijakan pengelolaan private label Indomaret. Hasil analisis disajikan pada Gambar 4.35.
Gambar 4.35 Bobot Masing-masing Alternatif Kebijakan Pengelolaan Private Label Indomaret Sumber: Hasil Pengolahan Data (2010)
Nilai indeks konsistensi adalah 0,06 (overall inconsistency), yang berarti nilai pembobotan perbandingan berpasangan pada setiap matriks adalah konsisten. Hal ini juga berarti responden telah memberikan jawaban yang konsisten. Hasil AHP tersebut menunjukkan bahwa kebijakan penetapan margin laba dan penerapan off-invoice allowance melalui proses negosiasi dengan supplier merupakan alternatif kebijakan yang memiliki bobot tertinggi (0,205) dan menjadi prioritas utama dalam pengelolaan private label secara berkelanjutan di PT. Indomarco Prismatama. Pertimbangan utama stakeholder memprioritaskan kebijakan ini adalah bahwa kebijakan ini merupakan dasar dalam menentukan keberadaan dan keberlangsungan private label Indomaret. Realisasi dari kebijakan ini adalah untuk menawarkan produk yang “hemat” bagi konsumen. Kebijakan ini juga dapat menjadi faktor pendorong pelaksanaan lima alternatif kebijakan lainnya.
129
Prioritas kebijakan kedua adalah penetapan standar mutu produk dan evaluasi terhadap kinerja supplier (0,187). Kebijakan penetapan standar mutu produk dan evaluasi kinerja supplier ini diharapkan dapat diimplementasikan secara terpadu agar dapat menawarkan produk yang “berkualitas” bagi konsumen. Penetapan standar mutu produk dan evaluasi kinerja supplier dimaksudkan untuk mengontrol agar kualitas produk yang ditawarkan selalu baik serta kinerja supplier yang efektif. Melalui kebijakan ini diharapkan bahwa produk yang ditawarkan selalu dapat memberikan kepuasan bagi konsumen dan semakin memperkuat citra baik dari Indomaret. Prioritas kebijakan ketiga adalah pengembangan garansi atas produk yang ditawarkan mengenai kesesuaian produk (0,167). Realisasi dari kebijakan ini dimaksudkan agar konsumen percaya dan yakin akan kinerja dari private label Indomaret. Prioritas kebijakan keempat adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia khususnya pramuniaga melalui pelatihan dan mentoring (0,161). Peningkatan kualitas SDM dapat dicapai dengan dukungan dari perusahaan melalui program pelatihan dan mentoring yang memadai. Prioritas kebijakan kelima adalah penetapan alokasi anggaran promosi berdasarkan analisis marginal (0,150). Analisis marginal adalah metode yang didasarkan pada prinsip ekonomi bahwa perusahaan harus meningkatkan pengeluaran untuk promosi selama biaya tambahan yang dikeluarkan memberikan manfaat berupa penjualan tambahan yang lebih besar. Dalam realisasi kebijakan ini, perusahaan perlu mengetahui hubungan yang jelas antara biaya promosi dan penjualan. Prioritas kebijakan keenam adalah perencanaan alokasi ruangan rak yang berbeda-beda menggunakan program planogram (0,131). Kebijakan ini diharapkan dapat menemukan kombinasi susunan rak yang memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan serta mendukung pencapaian pengelolaan private label yang berkelanjutan.
7 Faktor kunci pengelolaan
130
private label Indomaret
4.6
Implikasi Hasil Penelitian Setelah dilakukan analisis dengan melalui tiga macam tahap, yaitu analisis RAP-
FOVABEL, analisis prospektif struktural, dan analisis proses hirarki (AHP). Diperoleh prioritas kebijakan pengelolaan private label secara berkelanjutan, yaitu penetapan margin laba dan penerapan off-invoice allowance melalui proses negosiasi dengan supplier. Margin laba adalah presentase tertentu yang ditetapkan perusahaan per tahunnya. Penetapan margin laba merupakan penetapan keuntungan pada presentase tertentu yang ingin dicapai oleh perusahaan per tahunnya; hasilnya berupa harga jual produk. Sedangkan,
off-invoice allowance adalah pengurangan harga pada harga seluruh penjualan, tanpa dibatasi, dan berlaku pada periode tertentu atas persetujuan supplier. Penerapan off-invoice
allowance merupakan salah satu bentuk kesepakatan kerja sama antara perusahaan dengan supplier yang juga dikenal dengan istilah trading term. Hubungan kerja sama yang terjalin diantara perusahaan dengan supplier/produsen private label saat ini merupakan hubungan jual-beli antara perusahaan dengan para supplier. Perusahaan membeli produk tanpa merek dari produsen dengan minimal order tertentu, kemudian perusahaan menetapkan margin laba dari masing-masing produk tersebut. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan menetapkan margin laba yang sangat rendah bahkan terkadang lebih rendah dari COGS (harga beli). Selama ini, kerugian tersebut berusaha ditutupi oleh perusahaan melalui income-income lainnya di luar
gross margin. Melalui penerapan kebijakan penetapan margin laba dan penerapan off-invoice allowance melalui proses negosiasi dengan supplier, diharapkan perusahaan dapat mempertahankan margin labanya sehingga dan dapat menawarkan produk yang murah namun berkualitas bagi konsumen sehingga dapat menaikkan kontribusi penjualan yang diberikan private label terhadap perusahaan. Penerapan off-invoice allowance dapat dilakukan dengan menegosiasikan berbagai keputusan yang menyangkut potongan harga tetap, potongan harga khusus, maupun biaya promosi lainnya dengan tiap-tiap supplier.