BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN
4.1
Analisis Studi Kelayakan Bisnis
4.1.1
Analisis Aspek Manajemen dan Sumber Daya Dalam analisis aspek ini penulis akan menjabarkan hal-hal penting dalam segi
manajemen perusahaan dan sumber daya yang dibutuhkan perusahaan dalam pembukaan lahan pertambangan Mangaan seluass 1.304 Ha ini. Antara lain:
4.1.1.1 Bagan Organisasi Dalam kegiatan penambangan mineral mangaan di Desa Benus ini, PT.Tiara Utfar Mandiri telah menyusun struktur organisasi pelaksanaan kegiatan penambangan akan dirancang secara sederhana, namun setiap pihak memiliki wewenang untuk menjamin kelancaran kegiatan penambangan, bagan organisasi nya sebagai berikut : Gambar 4.1 Bagan Organisasi Pertambangan Direktur Utama
Manajer Keuangan
Bagian Keuangan Operasional
Bagian Dokumen dan SKAB
Manajer Pengembangan, SDM dan Produksi
Bagian Pemberi Royalti
Bagian Keuangan Produksi
Pengangkutan Kapal
Kep.Divisi (lokasi 500 H)
Pengumpul Produksi (Kepala Dusun)
Kep.Divisi (lokasi 500 H)
Kep.Divisi (lokasi 300 H)
Truck Loading (Kepala Pemuda)
Sumber : Data dari perusahaan Pengumpul Batu
66
Kepala Stock Pile dan
Loading
67 Bagan organisasi diatas diambil penulis berdasarkan sumber langsung yaitu PT.Tiara Utfar Mandiri. Bagan organisasi diatas adalah pihak-pihak yang mengurus lahan pertambangan seluas 1304 Ha ini. Setiap pihak atau jabatan diatas memiliki tanggung jawab dan tugas yang berbeda-beda berdasarkan tugas yang diemban jabatannya. Bagan organisasi diatas dibuat dari posisi top manager yang dalam perusahaan ini merupakan
owner 80% saham dari perusahaan ini sampai ke middle manager yang dalam perusahaan ini manajer pengembangan, SDM, dan produksi mempunyai hak kepemilikan saham 20% dari perusahaan dan manajer keuangan merupakan middle manager terakhir dalam perusahaan ini sampai ke low manager yaitu para kepala divisi dan kaki-kaki nya yang tidak termasuk dalam manager. Perusahaan ini dimiliki oleh Nyonya Sonya S Kembuan yang dimana dalam perusahaan ini memiliki kuasa kepemilikan saham sebanyak 80%. Nyonya Sonya S Kembuan menjabat sebagai direktur utama perusahaan Tiara Uftar Mandiri. Sebelumnya PT.Tiara Utfar Mandiri didirikan oleh Bpk.Syamsul Bachtiar yang dimana telah diakusisi total oleh Ny.Sonya S Kembuan dan Bpk.Bimo Koeshartanto. Direktur utama dalam perusahaan ini menjabat sebagai komando atau pimpinan tertinggi dalam perusahaan. Tugas dari direktur utama dalam perusahaan ini adalah merevisi dan mengontrol produksi perusahaan, investasi , serta penjualan dan profit perusahaan. Direktur utama lebih bersifat mengontrol dan mengawasi kondisi perusahaan saja serta negoisasi antara pembeli dan penjual tetapi jarang terjun langsung dalam melakukan proses produksi di lapangan. Masuk ke posisi middle manajer dimana dalam perusahaan ini dijabat oleh 2 posisi yaitu manajer keuangan dan Manajer pengembangan, produksi, dan sumber daya manusia yang di jabat oleh 1 orang yaitu Bpk.Bimo Koeshartanto. Mulai dari produksi batu Mangaan meliputi crushing batu, pengepakan batu mangaan, pengiriman FOB port, FOB vessel, hingga pengurusan tenaga kerja mulai dari kepala suku di Kupang sampai pengembangan kualitas Mn dan penjualan hampir seluruhnya di control oleh satu orang. Sehingga kekurangan dari
68 perusahaan ini adalah tingkat ketergantungan terhadap nya cukup tinggi. Pada posisi ini Bpk.Bimo Koeshartanto memegang kuasa saham perusahaan sebesar 20%. Dibawah kepemimpinannya terdapat posisi-posisi inti dalam memproduksi Mineral Mangaan. Tetapi tidak hanya bagian produksi dan pengembangan saja yang terdapat dibawah kepemimpinan Bpk.Bimo Koeshartanto, terdapat posisi pemberi royalti yang akan diberikan sejumlah uang ketika perusahaan telah dapat menjual hasil produksinya atau dimaksud dengan fee untuk diberikan dan dibagikan kepada kepala suku masyarakat dan kepada masyarakat langsung yang dimana namanya telah tercantum dalam perjanjian wilayah
yang akan ditambang
perusahaan pada tahap rencana usaha penambangan. Pemberi royalti bertugas mengatur jatah royalti setiap pihak sehingga terhindar dari adanya perselisihan dan pertengkaran dalam penerimaan royalti. Masuk kedalam posisi atau jabatan yang berhubungan dengan proses produksi dibawah kepemimpinan Bpk.Bimo Koeshartanto terdapat 3 supervisor atau kepala divisi yang setiap divisi nya memimpin setiap wilayah yang diberikan perusahan. Dalam lahan pertambangan seluas 1304 Ha ini ada 2 kepala divisi yang memimpin 2 wilayah penambangan/produksi seluas 500 Ha dan 1 kepala divisi memimpin lahan seluas 300 Ha sehingga terdapat 1300 Ha. Yang dikontrol oleh 3 orang kepala divisi. Lahan pertambangan ini terdaftar di Tanda Daftar Perusahaan seluas 1900 Ha. Terdapat 1300 Ha untuk lokasi penambangan yang terdapat cadangan mineral Mangaan, 4 hektar untuk lokasi stock pile dan sisanya terdapat ±596 Ha untuk lokasi hutan lindung yang tidak dapat di tambang. Sehingga terdapat ±1300 Ha lahan yang berpotensi terdapat cadangan Mineral Mangaan. Setiap kepala divisi bertugas mengawasi hasil produksi setiap lahannya. Dibawah kepala divisi terdapat posisi pengumpul produksi, truck loading, pengumpul batu dan kepala stock pile dan loading. Untuk keempat posisi diatas tenaga kerja didapat langsung dari daerah Nusa Tenggara Timur atau lokasi dekat penambangan. Untuk pengumpul produksi dijabat oleh kepala dusun dimana kepala dusun merupakan pemimpin
69 dari
desa
yang
ditambang
oleh
perusahaan.
Tugas
pengumpul
produksi
adalah
mengumpulkan setiap ton Mangaan yang dihasilkan oleh perusahaan dalam proses produksi yang siap untuk dikirim ke lokasi stock pile. Selain itu pengumpul produksi juga menentukan Mangaan yang baik untuk dijual dan Mangaan yang reject atau tidak sesuai dengan standart perusahaan untuk dijual terpisah. Untuk posisi truck loading dikomandoi oleh kepala pemuda yaitu merupakan pemimpin para pemuda-pemuda yang bekerja dalam lahan tambang PT. Tiara Uftar Mandiri. Tugas dari pemimpin truck loading
adalah memastikan pengangkutan mineral Mangaan
kedalam truck untuk dikirim ke lokasi penimbunan atau stock pile. Para pemuda yang dikomandoi oleh kepala pemuda akan bertugas sebagai tenaga kerja yang mengangkut batuan Mangaan kedalam truck. Posisi selanjutnya dibawah kepemimpinan kepala divisi bekerja di lokasi penimbunan Mangaan perusahaan yaitu daerah stock pile dan sekitarnya yaitu adalah lokasi pengepakan atau packaging Mangaan. Posisi pertama terdapat para pengumpul batu yang bertugas mengumpulkan dan melakukan packaging mineral Mangaan ke dalam karung yang dapat menampung seberat 51kg. Alasan menggunakan karung bermuatan 51kg, dikarenakan kompensasi perusahaan apabila dalam 50kg yang terdapat karung tersebut didapati Mangaan yang berkualitas rendah atau tidak sesuai dengan klausul kontrak penjualan Mangaan, masih terdapat sisa 1kg untuk cadangan kepada pihak pembeli. Didapati atau tidak didapati Mangaan dengan kualitas rendah dalam karung tersebut perusahaan harus tetap mengisi karung tersebut dengan berat 51kg dikarenakan sudah termasuk perjanjian antara pembeli dan penjual. Posisi terakhir yang bertugas dilokasi stock
pile adalah kepala stock pile dan loading. Bertugas sebagai pengawas sewaktu mineral Mangaan hasil produksi perusahaan masuk ke lokasi penimbunan dan keluar lokasi penimbunan untuk di loading dan siap dijual. Untuk posisi middle manager kedua dijabat oleh Bpk.Ebi Lepian yang menjabat sebagai manajer keuangan yang bertugas mengatur dan mencatat pengeluaran dan
70 pemasukan perusahaan. Dibawah kepemimpinan Bpk.Ebi Lepian terdapat 2 bagian keuangan yang mengatur dan mencatat proses keuangan perusahaan. Yang pertama adalah bagian keuangan operasional bertugas sebagai pencatat operasionalisasi perusahaan meliputi transportasi, sewa dan beli alat berat, sewa stock pile, jumlah gaji karyawan dan biaya operasional pejabat perusahaan. Yang kedua adalah bagian keuangan produksi yang mempunyai tanggung jawab serupa seperti bagian keuangan operasional perusahaan meliputi biaya produksi mineral Mangaan dan penambangan antara lain pembelian diesel, bahan bakar alat berat dan alat transportasi, biaya crushing batuan Mangaan, pengeboran lahan, pembuatan titik test pit, biaya-biaya lainnya yag menyangkut proses produksi dan penambangan Mangaan. Dibawah posisi tersebut terdapat 2 posisi berbeda. Yang pertama adalah bagian dokumen dan SKAB yang bertugas melakukan dan mengurus perijinan dan dokumendokumen serta izin penambangan mineral Mangaan. Yang terakhir adalah posisi yang bertugas sebagai pencatat pengeluaran perusahaan sewaktu melakukan pengangkutan mineral Mangaan kedalam kapal untuk dijual. Posisi-posisi tersebut adalah jabatan yang telah dibuat oleh PT. Tiara Uftar Mandiri dalam rencana kegiatan penambangan mineral Mangaan Desa Benus, Kecamatan Naibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu Sainup, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timur Tengah Utara. 4.1.1.2
Kriteria Tenaga Kerja Dalam
pelaksanaan
penambangan
mineral
mangaan
di
daerah
ini
akan
membutuhkan tenaga kerja dari berbagai keterampilan. Tenaga kerja yang berkeahlian rendah banyak didapatkan dari masyarakat setempat (lokal), sedangkan tenaga kerja yang berkeahlian menengah dan tinggi didatangkan dari luar daerah.
71 Penentuan jumlah tenaga kerja untuk masing-masing pola kerja didasarkan pada pertimbangan : a) Alokasi personil manajemen dan supervisor untuk menangani jadwal kerja di tiap bidang tugas. b) Operator yang diperlukan untuk mengoperasikan tiap bagian dari peralatan sesuai dengan jadwal. c) Personil
pemeliharaan
atau
perawatan
untuk
merawat
peralatan
tambang.
Memperbaiki peralatan sesuai dengan perkiraan perawatan tahunan, d) Personil layanan antara lain sebagai pengelolaan gudang, petugas kebersihan dan buruh yang dialokasikan sesuai dengan pekerjaan.
4.1.1.3
Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga
kerja
yang
diperlukan
adalah
sebagian
tenaga
kerja
skill untuk
pengoperasian alat berat dan elektrikal. Sebagian lainnya adalah tenaga kerja non-skill untuk penggalian, pengecilan batuan Mangaan dengan crusher, pemisahan batuan Mangaan, dan pengepakan Mangaan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk tahap kontruksi ini direkrut oleh kontraktor pekerjaan. Struktur tenaga kerja yang dibutuhkan dalam, ditunjukan pada tabel dibawah ini:
72 Tabel 4.1 Rencana Penerimaan Tenaga Kerja dan Besar Gaji per Bulan Jumlah
Gaji/Bulan
Spesifikasi
Personil
per orang
Kumulatif gaji/Bulan
tenaga ahli
1
7,500,000.00
7,500,000.00
tenaga administrasi kantor
3
2,000,000.00
6,000,000.00
pengawas lapangan
3
1,500,000.00
7,500,000.00
tenaga kerja
50
1,000,000.00
50,000,000.00
office boy
1
750,000.00
750,000.00
chip security
1
1,500,000.00
1,500,000.00
security
3
1,250,000.00
3,750,000.00
driver
1
750,000.00
750,000.00
driver dump truck
4
1,500,000.00
6,750,000.00
operator alat berat
2
3,000,000.00
6,750,000.00
tukang masak
3
750,000.00
2,250,000.00
total
72
Total Gaji 1 Bulan= Total Gaji 1 Tahun=
89,000,000.00 1,068,000,000.00
Sumber : Laporan Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomis (2009), PT. Tiara Uftar Mandiri Total jumlah tenaga kerja diatas mencapai 72 orang, jumlah itu merupakan jumlah awal tenaga kerja yang harus di pekerjakan dalam tahun awal penambangan. Dikarenakan total produksi yang ditargetkan oleh perusahaan minimum sewaktu awal penambangan sebesar 18.000 ton/tahun. Tenaga kerja yang akan direkrut atau diperkerjakan perusahaan meliputi tenaga kerja non-skil dan skill, dimana tenaga kerja non-skill merupakan tenaga kerja kasar yang langsung berhubungan dengan proses penambangan di lapangan atau tenaga kerja dengan prestasi akademis yang tidak terlalu tinggi (SMP dan SMA).
73 Tenaga kerja skill antara lain adalah tenaga ahli yang bertugas sebagai penanggung jawab produksi setiap titik wilayah yang ditambang. Dimana tenaga ahli tersebut yang menentukan berapa besar jumlah ton yang diproduksi yang mampu di kerjakan perusahaan dalam sekali penambangan, menentukan batu Mangaan yang seperti apa yang sudah layak dijual atau yang masih harus diproses dan dikecilkan serta yang menentukan cara penambangan dan alat-alat penambangan yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam penambangan batuan Mineral Mangaan. Tenaga ahli yang dimaksud dibutuhkan sebanya 1 pekerja dengan gaji per bulan Rp 7,5 juta. Tenaga kerja skill yang berikutnya adalah tenaga administrasi kantor yang dimana dalam lahan penambangan seluas 1304 Ha ini jumlah tenaga kerja administrasi kantor sebanyak 3 orang. Tenaga kerja administrasi kantor tidak bertugas langsung di lapangan atau di areal pertambangan melainkan bertugas di kantor PT.Tiara Utfar Mandiri yang terletak di jalan Sonbay (depan SMU Negeri 1), kelurahan Kefamenanu Selatan Kabupaten Timur Tengah Utara-Nusa Tenggara Timur, yang bertugas sebagai pengurus berkas-berkas perusahaan yang meliputi data perizinan mulai pengajuan IUP (izin usaha penambangan), pemberian IUP Eksplorasi sampai Eksploitasi, iuaran per tahun ke pemerintah Kabupaten Kolaka hingga pengurusan f (Analisis Dampak Lingkungan), sampai pengurusan berkasberkas penambangan seperti data-data kredit peralatan berat perusahaan, reklamasi lahan setelah penambangan, pembebasan serta pembagian lahan penambangan kepada rakyat sebelum dan sesudah penambangan hingga data-data penjualan Mangaan perusahaan. Tenaga administarasi kantor dibutuhkan 3 orang pekerja dengan kumulatif gaji Rp 6 juta. Pengawas lapangan merupakan tenaga kerja skill yang bertugas sebagai supervisor tenaga kerja di lahan penambangan. Tugas utama supervisor adalah menentukan tenaga kerja yang layak atau tidak layak untuk bekerja serta sebagai pengawas lapangan sehingga tenaga kerja yang menambang langsung Mangaan di lahan penambangan dapat bekerja sesuai kemauan dan standar perusahaan sehingga jumlah produksi mangaan setiap 2
74 bulannya dapat memenuhi target produksi perusahaan. Dalam lahan 1304 Ha ini jumlah pengawas lapangan yang dibutuhkan ada 3 orang dikarenakan titik penambangan dalam lahan Mangaan PT.Tiara Utfar Mandiri terdapat 3 titik penambangan. Tenaga kerja skill yang terakhir merupakan operator alat berat yang bertugas sebagai pengawas dan instruktur alatalat berat yang digunakan perusahaan meliputi Crusher yaitu alat berat yang digunakan perusahaan untuk pengecilan batuan Mangaan sehingga dapat dengan mudah di packaging dengan menggunakan karungdan layak untuk dijual, Excavator sebagai alat berat yang bertujuan untuk mengeruk atau menggali lahan yang digunakan untuk menambang batuan Mangaan, Dump Truck yang digunakan oleh perusahaan untuk mengangkut Mangaan yang telah ditambang untuk dibawa ke lokasi penimbunan Mangaan atau Stock Pile, sampai dengan alat produksi perusahaan seperti Air Washing Unit yang digunakan untuk membersihkan Mangaan dari kerikil dan unsur-unsur yang tidak termasuk dalam batuan Mangaan itu sendiri dan Belt Conveyor sebagai alat berat yang berfungsi sebagai pengantar Mangaan yang sudah di kecilkan oleh crusher. Dalam lahan pertambangan ini jumlah operator alat berat yang akan dipekerjakan berjumlah 2 orang dengan gaji tiap pekerja Rp 2 juta. Selanjutnya tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja non-skill meliputi tenaga kerja langsung yang bertugas sebagai tenaga kasar dalam menambang batuan Mangaan baik menggunakan mesin maupun linggis, pengumpul batuan mangaan yang sudah ditambang dan digali oleh excavator, pengangkutan batuan Mangaan kedalam truck untuk di
loading/dibawa ke stock pile. Dalam lahan penambangan Mangaan seluas 1304 Ha jumlah tenaga kerja kasar yang dibutuhkan sejumlah 50 orang tenaga kerja dengan jumlah gaji setiap orangnya sebesar Rp.1.000.000. Tenaga kerja kasar juga akan di support oleh driver dump truck yang bertugas sebagai supir dump truck yang akan membawa Mangaan yang telah ditambang dan telah di kecilkan dengan crusher ke lokasi penimbunan atau penyimpanan Mangaan yang kita kenal
75 sebagai stock pile dan ke pelabuhan. Driver dumb truck yang dibutuhkan dalam lahan penambangan PT.Tiara Utfar Mandiri sebanyak 4 orang dengan upah kerja setiap bulannya sebesar Rp.1,5 juta. Selain itu ada tenaga kerja non-skill lainnya yang dibutuhkan untuk mengendarai alat transportasi yaitu driver perusahaan yang bertugas untuk mengantar dan menjemput pimpinan-pimpinan dan buyer Pt.Tiara Utfar Mandiri ke lokasi tambang maupun ke lokasi yang diluar tambang sekalipun selama masih di Nusa Tenggara Timur, jumlah tenaga kerja supir yang dibutuhkan hanya sejumlah 1 orang tenaga kerja saja dengan jumlah gaji setiap bulannya sebesar Rp.750 ribu. Tenaga kerja dilapangan akan didukung oleh tukang masak yang berjumlah 3 orang tenaga kerja yang bertugas untuk membuat dan menyiapkan konsumsi yang dibutuhkan oleh para tenaga kerja di lahan pertambangan dengan upah kerja setiap bulannya sebesar Rp.750 ribu setiap personel nya. Untuk kebersihan di kantor hanya akan ditangani oleh 1 orang
office boy yang digaji sebesar Rp.750 ribu setiap bulannya sebagai penjaga kebersihan kantor demi menunjang kenyamanan tenaga administrasi yang bekerja di kantor sehingga tidak menghambat pekerjaan. Untuk keamanan di di lahan pertambangan akan dijaga oleh 3 orang security yang mendapat gaji Rp 1.250.000 per bulannya dan akan dikomandoi atau dikepalai oleh 1 orang chip security dengan upah sebesar Rp 1.500.000 perbulannya sehingga keamanan dalam kantor maupun dilahan pertambangan terjaga dan tidak menggangu pekerjaan dan produkssi perusahaan. Jadi prakiraan total penerimaan tenaga kerja baik tenaga kerja skill maupun non-skill yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam rencana usaha penambangan Mineral Mangaan di Desa Benus, Kecamatan Naibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu Sainiup, Kecamatan Insana Utara berjumlah 72 orang tenaga kerja dengan total gaji setiap bulannya sebesar Rp.89.000.000 sehingga membuat PT.Tiara Utfar Mandiri berkewajiban membayar upah setiap tahun nya untuk semua tenaga kerja yang dibutuhkan sebesar Rp 1.068.000.000. Selanjutnya Data diatas akan diperhitungkan dalam
76 pembuatan arus kas dalam rencana atau kegiatan usaha penambangan Mangaan perusahaan.
4.1.1.4
Hubungan Tenaga Kerja Untuk mengatur hubungan antar perusahaan dengan karyawan dibuat Kesepakatan
Kerja Bersama (KKB) atau Serikat pekerja Indonesia (SPI) yang disetujui oleh kedua belah pihak dan disahkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kesempatan Kerja Bersama atau Serikat Pekerja ini mengatur mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak. Hal-hal yang diatur dalam kesempatan kerja bersama tersebut meliputi : a) Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan. b) Pembayaran gaji atau upah dan pajak. c) Penginapan dan makan. d) Jam kerja dana lembur. e) f)
Honor dan tunjangan. Ketentuan perawatan kesehatan.
g) Asuransi. h) Kompensasi kecelakaan dan kematian. i)
Ketentuan cuti dan hari libur umum.
j)
Perintah kerja dan prosedur kedisiplinan.
k) Keselamatan dan kesehatann kerja. l)
Dana pensiun.
m) Pemecahan masalah karyawan.
77 Perusahaan telah menunjuk PT. Jamsostek (persero) untuk mengalihkan tanggung jawab perusahaan atas kewajiban memberi perlindungan bagi tenaga kerja baik dalam masalah jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua serta jaminan pemeliharaan kesehatan. Program Jamsostek diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang No.3 Tahun 2003 yang pelaksanaannya diatur oleh PP No. 14 Tahun 1993, Kepres No.22 Tahun 1993 dan Peraturan Menteri 05/MEN/1993. 4.1.2
Analisis Aspek Operasional Analisis aspek operasional dalam penelitian ini penulis akan meneliti operasionalisasi
yang harus diperhatikan perusahaan dalam menjalankan proses produksi Mangaan nya serta lokasi pertambangan dengan tempat-tempat yang berhubungan seperti pelabuhan dan stock
pile. hal-hal tersebut antara lain: 4.1.2.1
Lokasi dan Luas Wilayah Lokasi rencana usaha, secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Benus,
Kecamatan Naibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu Sainup, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timur Tengah Utara. Secara geografi/astronomi, lokasi rencana usaha dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4.2 Koordinat Batas Wilayah Luas Perizinan (IUP) Eksplorasi Pertambangan
Titik
Bujur
Lintang
Timur
Selatan
Patok º
‘
“
º
‘
“
1
124
30
12,00
9
18
30,00
2
124
32
12,00
9
18
30,00
3
124
32
12,00
9
18
30,00
4
124
31
59,17
9
18
30,00
78 5
124
31
59,17
9
18
30,00
6
124
30
30,00
9
18
30,00
7
124
30
30,00
9
18
30,00
8
124
30
12,00
9
18
30,00
Sumber: Laporan Eksplorasi (2009). PT.Tiara Utfar Mandiri Pelaksanaan rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan mangan di Desa Benus, Kecamatan Naibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu Sainup, kecamatan Insana utara, Kabupaten Timor Tengah Utara akan dilaksanakan di atas lahan seluas ±1.304ha yang sebagian lahannya ditutupi dengan pepohonan hau timo (Timonius timon), ajaob ( Casuarina
junghuhniana), usapi (Schleicera oleosa), kom/bidara (Zyziphus mauritiana), kiu/asam (Tamarindus indica), lamtoro (Leucaena glauca), gamal (Grylicidia sepium), hue/kayu putih (Eucalyptus alba), oel/bambu duri (Bambusa spinosa), laru (Pithocelobium junghuniana) dan semak belukar seperti suf muti (Chromolaena odorata), lantana (Lantana camara), dan dammar merah/pakue (Jatropah gossipifolia). Sebagian lahan lainnya ditutupi dengan berbagai jenis tetanaman perladangan seperti jati (Tectona grandis), kelapa (Cocos
nucifera), pisang (Musa paradisiacal) dan mangga (Mangifera indica). Area pertambangan Mangan PT Tiara Uftar Mandiri ini berada di luar kawasan lindung. Hal ini berarti bahwa lokasi pertambangan adalah sesuai dengan tata ruang menurut Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 2 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang dan Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 5 Tahun 1994 tentang kawasan lindung. Jadi, areal pertambangan Mangan di Desa Benus, Kecamatan Naibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu Sainup, kecamatan Insana utara, Kabupaten Timor Tengah Utara adalah sesuai dengan peruntukannya sebagai areal penggalian bahan tambang Mangan. Lebih dari itu, bahwa kesesuaian lokasi rencana usaha ini adalah didasari pada Keputusan Bupati No. 650 Tahun 2010 tentang persetujuan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Mineral Logam Mangaan kepada PT.Tiara Utfar Mandiri di Desa Benus, Kecamatan
79 Naibenu, Desa Fatumtasa dan Desa Humusu Sainup, Kecamatan Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara. Jadi, sejauh ini diketahui bahwa lokasi rencana usaha adalah sesuai dengan peruntukan sebagai areal pertambangan Mangan dan berada di luar kawasan lindung. Namun demikian, apabila diketahui bahwa lokasi rencana usaha adalah tidak sesuai dengan peruntukan sebagai areal pertambangan Mangaan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten TTU, ini menjadi bagian dari kebijakan pemerintah Kabupaten TTU terhadap PT.Tiara Utfar Mandiri untuk tetap menanamkan modal di Kabupaten TTU. Atau apabila diketahui bahwa lokasi rencana usaha adalah berada di dalam kawasan hutan lindung, yang kewenangan perizinan lokasi dipegang oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutan, maka pemerintah Kabupaten TTU selayaknya merekomendasikan kepada PT.Tiara Utfar Mandiri untuk memperoleh Izin Operasi Produksi Pertambangan ke Departemen Kehutanan Republik Indonesia 4.1.2.2
Lokasi dan Kesampaian Daerah Daerah penelitian terletak di desa Banuan, Kecamatan Insana Fafinisu dan Humusu
Sainup Kecamatan Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dapat dicapai melalui perjalanan darat menggunakan roda empat atau roda dua dari Kota Kefamenanu, Ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara yang berjarak kurang lebih 40 km dan dapat ditempuh dalam waktu satu jam dengan jalan berupa aspal dan bebatuan. 4.1.2.3
Kegiatan Kontruksi Sipil Pembangunan rumah kerja (base camp) untuk menampung pekerja tetap dengan
ukuran ±100 m² dan terbuat dari bahan bangunan yang tersedia secara lokal. Pembangunan gudang penimbunan (stock yard) untuk menampung ±5000 ton Mangaan dan juga dibuat dari bahan bangunan yang tersedia secara lokal.
80 4.1.2.4
Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material Bangunan Peralatan yang dimobilisasi meliputi peralatan kontruksi, mekanikal, dan elektrikal.
Semua peralatan tersebut akan diangkut melalui jalan darat ke lokasi proyek yaitu melalui rute pelabuhan Wini-Insana Utara dengan menggunakan dump truck dan trontoon. Material kontruksi antara lain pasir, semen, batu belah, beton, tanah galian, dan lain-lain. Peralatan angkut material yang digunakan adalah dump truck. 4.1.2.5
Pelaksanaan Kegiatan Eksplorasi
Sebelum melakukan penambangan perusahaan perlu mengetahui seberapa besar cadangan Mangaan yang terkandung dalam lahan tersebut. Perusahaan yang mempunyai izin eksplorasi dapat melakukan penelitian di lahan yang telah disetujui oleh Dinas Pertambangan dan diperbolehkan melakukan penambangan dengan produksi maksimum 10.000 ton, apabila perusahaan sudah mampu memproduksi maka perusahaan diwajibkan menaikan
tingkat
IUP
Eksplorasi
nya
ke
tahap
IUP
Operasi
Produksi/Eksploitasi. IUP eksplorasi memiliki jangka waktu maksimum 8 tahun dengan kontrak setiap tahun nya. Apabila perusahaan sudah mampu memproduksi di tahun pertama maka perusahaan wajib melanjutkan ke tahap IUP Eksploitasi apabila tidak Dinas Pertambangan berhak mencabut Kuasa Pertambangan perusahaan tersebut. PT.Tiara Utfar Mandiri pada tahap eksploitasi tahun 2009 mampu memproduksi 10.000 ton. Eksplorasi biasanya dilakukan dalam waktu 1 tahun dimana 6 bulan digunakan untuk penelitian dan 6 bulan sisanya untuk percobaan produksi.
81 1) Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini metodologi yang dilakukan adalah melakukan lintasan pengamatan pada lokasi pengamatan dan dilakukan di titik-titik test pit yang didasarkan pada estimasi penyebaran yang dilihat atau diintrepretasikan dari batuan asalnya. Selain menggunakan lubang-lubang tambang lokal masyarakat sebagai titik-titik test pit, perusahaan membuat titik-titik test pit sepanjang lintasan pengamatan yang didasarkan pada estimasi penyebaran endapan mangaan di daerah lokasi pengamatan. PT.Tiara Utfar Mandiri telah mendapatkan Surat Keputusan Bupati Timor Tengah Utara Nomor 2027 Tahun 2008 tanggal 4 November 2008 tentang izin kuasa Pertambangan Eksplorasi Mangaan dengan luas 1900 hektar yang terletak di desa Banuan, Kecamatan Insana Fafinisu dan Humusu Sainup Kecamatan Insana Utara Kabupaten Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara Timur. Metode eksplorasi yang digunakan adalah: •
Metode Penyelidikan geologi permukaan dengan menggunakan GPS
dan
kompas geologi. •
Pembuatan test pit.
•
Pembuatan parit uji dan.
•
Pemboran eksplorasi.
2) Pembuatan Trenching
Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi singkapan atau dalam pencarian sumber batu/endapan. Pada pengamatan (observasi) singkapan, parit uji dilakukan dengan cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik pelapisan
82 serta dapat sebagai lokasi sampling. Pembuatan trenching ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai berikut : •
Terbatas pada overburden yang tipis.
•
Kedalaman penggalian pada umumnya 4-6 meter, dapat dengan tenaga manusia atau dengan menggunakan excavator.
•
Pada kondisi lereng dapat dibuat mulai dari bagian rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).
3) Biaya Eksplorasi Biaya untuk rencana eksplorasi Mineral Mangaan sebesar Rp. 919.000.000,-/tahun. Tabel dibawah ini nantinya akan digunakan untuk penghitungan arus kas terhadap rencana atau kegiatan penambangan ini. Rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Anggaran Biaya Eksplorasi (Sub Total dihitung dalam Jutaan/Rp) Sub Kategori
Bulan 1
Bulan 2
Bulan3
Bulan4
Bulan 5
Bulan 6
Total
Administrasi Kantor
9,000
9,000
9,000
9,000
9,000
9,000
54,000
Akuntan
7,500
7,500
7,500
7,500
7,500
7,500
45,000
Manager Proyek
10,750
10,750
10,750
10,750
10,750
10,750
64,500
Senior Geologi
8,600
8,600
8,600
8,600
8,600
8,600
51,600
Yunior Geologi
6,000
6,000
6,000
6,000
6,000
6,000
36,000
12,000
24,000
Gaji/Honor Pegawai
Konsultan
12,000
Pegawai Logistik
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
5,000
30,000
Juru Gambar
3,500
3,500
3,500
3,500
3,500
3,500
21,000
Asisten Lapangan
1,050
1,050
1,050
1,050
1,050
1,050
6,300
Total
83 Supir
4,500
4,500
4,500
4,500
4,500
4,500
27,000
Buruh Lokal
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
9,000
Perjalanan
7,500
7,500
7,500
7,500
7,500
7,500
45,000
Asuransi
1,800
1,800
1,800
1,800
1,800
1,800
10,800
Perizinan
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
6,000
Kesehatan
6,000
6,000
6,000
6,000
6,000
6,000
36,000
Lain-Lain
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
6,000
Makanan
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
4,000
24,000
Pasokan Lapangan
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
9,000
Biaya Kantor
2,500
2,500
2,500
2,500
2,500
2,500
15,000
368,400
Belanja Pegawai
103,800
Pendukung Lapangan Akomodasi
dan
48,000
Pemetaan Interpretasi Citra Satelit
50,000
Pemetaan Lapangan
50,000 45,000
45,000
Pembuatan Peta Dasar
20,000
20,000
115,000
Survey Geofisika Ground Magnetik danSR
80,000
80,000
Biaya Pindah Tempat
10,000
10,000
90,000
Pengujian Laboratorium Analisa Kimia Minerallogi
20,000
10,000
30,000
Analisa XRD
20,000
10,000
30,000
60,000
Komputasi/Reporting Pemrosesan Data
15,000
15,000
15,000
15,000
60,000
Percetakan
2,500
2,500
2,500
2,500
10,000
70,000
750
750
750
750
4,500
4,500
Keperluan Kantor Telpon. Listrik, Air
750
750
Biaya Laporan Pembuatan laporan
50,000
84 Pembuatan Peta Dasar
10,000
60,000
919,700
919,700
Jumlah Pengeluaran (Ribu RP)
83,450
83,450
162,950
275,950
100,950
152,950
Tabel 4.3 diatas adalah tabel yang menjelaskan biaya yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan eksplorasi lahan pertambangannya. eksplorasi merupakan tahap awal penam,banganm sebelum perusahaaan menambang atau mengeksploitasi tambang yang telah dieksplorasi. Eksplorasi dilakukan perusahaan dalam kurun waktu 1 tahun, dalam 1 tahun tahap eksplorasi tersebut proyek eksplorasi dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan. Sisa 6 bulan nya akan dipakai perusahaan dalam pengurusan izin-izin yang bersangkutan dalam tahap eksplorasi tersebut seperti pengajuan sampling, pengajuan izin penjualan sementara, sampai ke tahap pengajuan peningkatan IUP menjadi operasi dan produksi. Tidak hanya dalam pengajuanm kepada pemerintah, perusahaan juga memakai sisa waktu 6 bulan itu untuk instalasi alat, penambangan uji coba yang dimana sebelumnya perusahaan di lahan sebelumnya dapat memproduksi lebih dari 6000 ton, maka dari itu dalam tahap eksplorasi ini penulis akan menggunakan asumsi bahwa perusahaan hanya mampu memproduksi 6000 ton dalam setahun di tahap perhitungan arus kas penjualan perusahaan. Tenaga kerja yang dipakai tidak termasuk tenaga kerja tetap perusahaan. Tenaga kerja tersebut hanya disewa atau dipekerjakan selama masa eksplorasi 1 tahun yang dimana dalam 1 tahun tersebut eksplorasi dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan. Tenaga kerja dalam tahap ini lebih beragam daripada teenaga kerja yang akan dipakai perusahaan sewaktu penerimaan tenaga kerja pada tahap penambangan. Dalam tahap eksplorasi ini tenaga kerja yang dipakai lebih mengutamakan tenaga kerja skill. Dikarenakan pada tahap eksplorasi merupakan tahap yang terpenting dalam penambangan.
85 Pada tahap eksplorasi ini merupakan tahap kritis pada seluruh penambangan dikarenakan dalam tahap ini perusahaan harus mampu mengetahui secara pasti deposit mineral Mangaan yang terkandung dalam lahan yang akan ditambang, selain itu pada tahap eksplorasi ini perusahaan juga harus mampu menganalisis kadar mangaan yang terkandung dalam lahan pertambangan tersebut, karena apabila perusahaan tidak mengetahui secara pasti kadar Mangaan yang terkandung dan jumlah deposit dalam lahan tersebut maka pada tahap operasi dan produksi Mangaan yang akan ditambang tidak akan sesuai dengan standard yang ditetapkan oleh perusahaan dan pasar. Selain itu pada tahap ini perusahaan akan merencanakan besar dana yang akan dibutuhkan pada tahap produksi. Karena alasan tersebut perusahaan diwajibkan untuk mempekerjakan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pada tahap eksplorasi ini (jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tidak diketahui dikarenakan keterbatasan data). Tenaga kerja yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut:
•
Pegawai dan jumlah gaji o
Administrasi kantor, bertugas sebagai pengurus bagian administrasi di kantor yang mengerjakan kebutuhan perusahaan dalam hal berkas pertambangan. Administrasi kantor akan dipekerjakan selama 6 bulan penuh dengan akumulasi gaji perbulan sebesar Rp 9 juta dan total gaji selama 6 bulan sebesar Rp 64 juta.
o
Akuntan, bertugas sebagai pengurus pembukuan perusahaan dan melakukan perhitungan biaya yang dibutuhkan pada tahap produksi. Dengan total gaji setiap bulannya sebesar Rp 7.5 juta dan total gaji selama 6bulan bekerja sebesar Rp 45 juta.
o
Manajer proyek, bertugas sebagai supervisor
di lapangan pertambangan
dengan tanggung jawab mengontrol proses eksplorasi di lapangan mulai dari
86 pemetaan,
survei geofisika, pengujian lab, sampai pengeboran. Manajer
proyek akan digaji setiap bulan sebesar Rp 10.750 juta dengan total gaji selama 6 bulan sebesar Rp 64 juta. o
Senior geologi, mempunyai tugas yang sangat penting pada tahap eksplorasi ini dikarenakan geologist bertugas sebagai tenaga kerja yang mempredisikan jumlah deposit Mangaan, titik pengeboran yang mempunyai kandungan Mangaan dan kadar Mangaan yang terkandung pada lahan tersebut. Senior geologi akan digaji sebesar Rp 8.6 juta dengan kummulatif gaji Rp 51.6 juta selama 6 bulan.
o
Yunior geologi, mempunyai tugas yang penting dan serupa seperti seniior geologi hanya saja yunior geologi mempunyai jam terbang yang lebih sedikit dari senior geologi dan bertugas sebagai asisten senior geologi. Yuunir geologi akan digaji Rp 6 juta perbulan dengan total gaji selama 6 bulan sebesar Rp 36 juta.
o
Konsultan, perusahaan membutuhkan jasa konsultan selama 2 bulan dari 6 bulan umur proyek sebagai penasihat proyek perusahaan, mulai dari keuangan, investasi, dan langkah-lanngkah perusahaan dalam menjalani proyek ini. Jasa konsultan akan dipakai pada bulan 3 dan 6. Dengan tarif Rp 12 juta perbulan dan total Rp 24 juta dalam 2 bulan.
o
Pegawai logistik, menurut survei penulis pegawai logistik dibutuhkan sebanyak 5 orang dengan total gaji Rp 5juta perbulan dan akumulasi gaji Rp 30 juta selama 6 bulan.
o
Juru gambar, mempunyai tugas untuk melakukan penggambaran pada lahan yang akan dieksplorasi serta titik-titik yang akan dilakukan pengeboran. Jumlah gaji perbulan sebesar Rp 3.5 juta dengan total gaji selama 6 bulan sebesar Rp 21 juta.
87 o
Asisten lapangan, bertugas sebagai tenaga kerja yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan manajer proyek dan biologis pemilik yang bekerja di lapangan dengan gaji Rp 1.050 jt perbulan dan total gaji sebesar Rp 6.3 juta selama 6 bulan.
o
Supir, bertugas sebagai pengantar tenaga kerja dari tempat peristirahatan ke lokasi penambangan. Dengan gaji perbulan sebesar Rp 4.5 juta dan total gaji selama 6 bulan sebesar Rp 27 juta.
o
Buruh lokal, merupakan tenaga kerja terakhir yang akan disewa oleh perusahaan. Dengan total gaji Rp 1.5 juta perbulan dan total gaji sebesar Rp 9 juta selama 6 bulan
Tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja sementara yang akan disewa perusahaan selama tahap eksplorasi dengan total gaji/honor pegawai sebesar Rp 368.400 juta selama 6 bulan umur proyek.
•
Belanja Pegawai o
Perjalan, dalam proyek ini perusahaan juga akan membiayai perjalanan atau ongkos transportasi pegawai-pegawainya. Perusahaan telah menetapkan bahwa tiap 1 bulan perusahaan akan menyediakan sebesar Rp 7,5 juta untuk transportasi dan perjalanan tenaga kerja dengan total selama 6 bulan sebesar 45 juta.
o
Asuransi, akan dipakai perusahaan untukl pengalihan resiko dengan pembayaran premi Rp 1,8 juta perbulan sehingga menjadikan total asuransi selama 6 bulan sebesar 10,8 juta.
o
Perizinanan, perizinan dalam maksud ini bukanlah perizinan pertambangan seperti yang akan dijelaskan di aspek hukum nanti, melainkan biaya iuran
88 yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Rp 1 juta yang harus dibayarkan tiap bulannya dengan total sebesar Rp 6 juta selama 6 bulan. o
Kesehatan, merupakan biaya yang disiapkan perusahaan apabila ada tenaga kerja yang mengalami sakit atau kecelakaan kerja dengan biaya yang disiapkan sebesar Rp 6 juta setiap bulan sehingga total selama 6 bulan umur proyek sebesar Rp 36 juta.
o
Lain-lain, merupakan biaya yang disediakan perusahaan apabila ada pengeluaran yang tidak terduga sebesar 1 juta setiap bulan dan total selama 6 bulan sebesar Rp 6 juta
Biaya diatas merupakan biaya yang disiapkan perusahaan untuk kebutuhan pegawai dengan total selam proyek eksplorasi sebesar Rp 103.800.000.
•
Pendukung Lapangan o
Akomodasi dan makanan, merupakan biaya yang di keluarkan untuk pendukung kerja tenaga kerja di lapangan dengan kebutuhan sebesar Rp 4 juta per bulan dan total selama umur proyek sebesar Rp 24 juta.
o
Pasokan lapangan, dibutuhkan sebesar Rp 1,5 juta setiap bulan menjadikan total pasokan sebesar Rp 9 juta selama 6 bulan.
o
Biaya Kantor, adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menyediakan kebutuhan kantor seperti alat tulis, komputer, printer dan kebutuhan lainya denga total sebesar Rp 15 juta dan Rp 2,5 juta per bulannya.
Total biaya pendukung lapangan yang harus dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 48 juta dalam 6 bulan tahap proyek eksplorasi.
89 •
Pemetaan o
Intrepretasi Citra satelit, Rp 50 juta dilakukan sewaktu bulan ke 3 proyek eksplorasi untuk melihat apakah di lahan tersebut mempunyai npotensi yang bagus untuk ditambang. Dilakukan setelah tahap dasar eksplorasi selesai dilakukan.
o
Pemetaan lapangan, merupakan tahap yang akan di lakukan setelah hasil dari
intrepretasi
satelit
keluar
hasilnya,
untuk
menetapkan
dan
merencanakan titik-titik pengeboran. Dilakukan di bulan ke 4 dengan biaya Rp 45 juta o
Pembuatan peta dasar, merupakan tahap akhir yang akan dilakukan perusahaan pada tahap eksplorasi sebelum masuk ke proses produksi. Bertujuan untuk merencanakan secara keseluruhan lahan yang akan ditambung dalam tahap IUP operasi produksi. Dilakukan di bulan ke 6 atau bulan terakhir tahap eksplorasi dengan biaya Rp 20 juta
Pemetaan adalah penentuan titik-titik drilling serta untuk mengetahui deposit yang
terkandung dalam lahan tersebut. Dibutuhkan dana sebesar Rp 115 juta pada pemetaan lahan.
•
Survey Geofisika o
Ground Magnetik dan SR, bertujuan untuk mengetahui panas dan unsur magnetik
dalam
lahan
serta
batas
penambangan
lahan.
Sehingga
perusahaan dapat mengetahui daya tahan lahan yang akan ditambang dan kapan harus berhenti meproduksi di titik tersebut sehingga tidak terjadi kerusakan lahan atau longsor yang membahayakan tenaga kerja. Di lakukan
90 di bulan ke 4 seblelum penambangan untuk penjualanj sampling. Dana yang dibutuhkan sebesar Rp 80 juta. o
Biaya pindah tempat, merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pemindahan tempat pengeboran. Dana yang dibutuhkan sebesar Rp 10 juta dan dilakukan pada bulan ke 4
Survey geofisika dilakukan perusahaan untuk mengetahui keadaaan geografis lahan yang akan ditambang. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 90 juta
•
Pengujian Lab o
Analisa Kimia dan Minerallogi, dilakukan untuk mengukur Mangaan yang akan diproduksi untuk mengetahu kadar yang terkandung dalam Mangaan tersebut apakah sesuai dengan kebutuhanm perusahaan. Analisa tersebut dilakukan di titik-titik berbeda dilakukian pada bulan ke 4 dengan biaya Rp 20 juat dan bulan ke 6 dengan biaya Rp 10 juta. Total Bbiaya
tersebut
sebesar Rp 30 juta. o
Analisa XRD, dilakukan di bulan ke 4 dengan biaya 20 juta dan bulan ke 6 Rp 10 juta dengan total Rp 30 jut. Xrd = x Ray Diffraction adalah salah satu teknik analisa yang akan dilakukan perusahaan untuk struktur suatu mineral, garam, logam untuk mengetahui mineral apa saja yang terkandung dalam suatu bahan tambang dan asosiasinya. Analisa ini dilakukan karena cukup tepat memberikan informasi mengenai bentuk molekul dan berapa sudut kristalnya.
Total biaya pengujian lab yang dikeluarkan sebesar Rp 60 juta.
•
Komputasi atau Reporting
91 o
Pemrosesan data, dilakukan apabila data yang sudah terkumpul pada pertengahan dan akhir proyek untuk mengetahui kelanjutan proyek dan hasil yang diproses. Dilakukan di bulan ke 3 dan 6 dengan total biaya Rp 60 juta
o
Percetakan, akan dilakukan pada bulan ke 3 dan 6 apabila hasil pemrosesan data telah selesai dengan total biaya sebesar Rp 10 juta
Biaya untuk komputansi dan reporting akan membutuhkan biaya sebesar Rp 70 juta
•
Keperluan Kantor o
Biaya Telpon, Listrik, dan air sebesar Rp 750 ribu per bulan dengan total selaqma 6 bualn sebesar Rp 4,5 juta
•
Biaya Laporan o
Pembuatan laporan, akan dibuat dan akan diserahkan kepada pimpinan perusahaan dalam pertimbangan untuk melanjutkan proyek atau tidak. Dilakukan pada bulan terakhir proyek dan membutuhkan sebesar Rp 50 juta.
o
Pembuatan peta dasar, merupakan pembuatan terakhir untuk diserakan kepada
pimpinan
perusahaan
sebagai
pegangan
dan
untuk
mempresentasikannya kepada pihak yang akan di presentasikan. Dilakukan juga pada bulan terakhir proyek dengan biaya sebesar Rp 10 juta. Biaya laporan akan meembutuhkan dana sebesar Rp 60 Juta Biaya diatas akan dikeluarkan perusahaan pada tahap eksplorasi selam 6 bulan. jumlah biaya p[rbulan adalah sebagai berikut: 1. Bulan 1 =
Rp 83.450.000
2. Bulan 2 =
Rp 83.450.000
3. Bulan 3 =
Rp 162.950.000
4. Bulan 4 =
Rp 275.950.000
92 5. Bulan 5 =
Rp 100.950.000
6. Bulan 6=
Rp 152.950.000
Total
4.1.2.6
=
Rp 919.700.000
Kegiatan Pertambangan Dalam penentuan sistem dan tata cara penambangan serta penentuan jenis
peralatan yang akan dipakai, dipertimbangkan beberapa faktor penentu, antara lain: •
Sasaran produksi pertambangan bahan galian mangaan sebesar 60.000 ton/tahun dengan ukuran 10-70 mm.
•
Jumlah deposit.
•
Bentuk, jenis, kedudukan, dan penyebaran deposit
•
Kondisi topografi Faktor lain seperti modal, kelestarian lingkungan dan penyerapan tenaga kerja lokal. Dengan mempertimbangkan hal tersebut di atas, maka sistem penambangan
Mangaan yang digunakan adalah pertambangan terbuka dengan metode pertambangan terpilih. Pada prinsipnya metode pertambangan ini adalah tata cara melepaskan atau membuang Mangaan dari batuan induknya dan memilih Mangaan dengan kandungan yang sesuai kebutuhan. Selanjutnya untuk menghasilkan ukuran Mangaan yang sesuai, dilakukan pengecilan ukuran (crushing) dan pemisahan ukuran (screening). Kegiatan pertambangan Mangaan akan dilakukan dalam tiga tahapan yakni persiapan pertambangan, pertambangan dan pengangkutan batuan mangaan ke gudang penimbunan (stock yard) atau tempat pengolahan
93 1) Persiapan Pertambangan Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan semua hal yang akan menunjang kelancaran kegiatan pertambangan dan pengolahan, yakni:
A. Pembelian Peralatan Penambangan Pada tahap awal penambangan, perusahaan akan melakukan sejumlah investasi peralatan pertambangan yang akan digunakan. Perusahaan akan membeli sejumlah alat operasional secara tunai dan ada juga yang secara kredit. Peralatan yang dibeli secara kredit nantinya akan dihitung dengan penambahan biaya operasional per ton Mangaan. Tabel dibawah ini merupakan peralatan yang akan dibeli secara tunai oleh perusahaan yang pada akhirnya akan digunakan dalam perhitungan arus kas perusahaan: Tabel 4.4 Investasi Peralatan Perusahaan Alat
harga
unit
jumlah
colt diesel dump truck
285.000.000
6
1.710.000.000
alat berat CAT.200
1.850.000.000
2
3.700.000.000
toyota avanza
135.000.000
2
270.000.000
truk langsir
85.000.000
2
170.000.000
motor honda
17.000.000
3
51.000.000
total
5.901.000.000
Sumber : Perusahaan
94 Tabel diatas menunjukan ada 14 unit alat operasional pertambangan yang akan dibeli perusahaan pada tahap awal investasi. Antara lain terdapat 6 unit dump truck dengan harga 1 unit nya sebesar Rp 285.000.000. Dump truck akan digunakan perusahaan untuk pengangkutan batuan Mangaan ke lokasi penimbunan yang kemudian akan di loading. Untuk alat berat excavator
perusahaan akan membutuhkan 2 unit, pada tahap investasi ini
perusahaan akan membeli langsung 2 unit yang sisanya. Excavator yang akan dibeli adalah 2 unit CAT 200 dengan harga per unitnya sebesar Rp 1.850.000.000, CAT 200 digunakan untuk melakukan penggalian atau pengerukan di sejumlah titik yang di tentukan oleh perusahaan. Untuk kendaraan dinas perusahaan akan membeli 2 unit Toyota Avanza dengan harga per unitnya Rp 135.000.000 dan truk langsir sejumlah 2 unit untuk pengangkutan pasir dan tanah bekas penambangan seharga Rp 85.000.000 per unitnya. Untuk kendaraan operasional staff lapangan perusahaan akan membeli 3 motor Honda dengan harga per unitnya Rp 17.000.000. Menjadikan total investasi peralatan untuk tahap awal penambangan sebesar Rp 4.051.000.000. B. Pembuatan Jalan Tambang Jalan tambang dibuat untuk melayani lalulintas angkutan hasil galian tambang ke gudang penimbunan. Jalan dibuat dengan cara mengupas lapisan tanah penutup dan meratakan lapisan keras di bawahnya dengan menggunakan gravel yang banyak didapati di areal sekitar tambang. Jalan tambang dibangun ± 30 cm, panjang 240 m, lebar 7 m dan pada ketinggian maksimum 15%. C. Pembuatan Penirisan Tambang Penirisan tambang pada kiri kanan badan jalan dibuat untuk mencegah areal kerja dari banjir akibat limpahan air hujan. D. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
95 Pembersihan lahan dilakukan dengan cara menebang tumbuhan (belukar) yang ada pada areal yang akan ditambang secara manual dengan menggunakan peralatan sederhana seperti parang, cangkul,
ganco, atau lainnya. Alat berat (excavator atau bulldozer)
digunakan jika ada pepohonan besar. Untuk tahap awal, luas areal yang dibersihkan adalah ± 10 ha, dan pembersihan selanjutnya akan mengikuti blok atau area yang akan ditambang.
E. Pengupasan Tanah Penutup Kegiatan ini dilakukan pada areal yang di atas batuan mangaan terdapat tanah penutup (overburden). Pengupasan tanah penutup menggunakan alat berat excavator dan memindahkan
tanah
kupasan
tersebut
ke
suatu
lokasi
yang
ditentukan
dengan
menggunakan. Tanah yang terkumpul tersebut akan digunakan kembali ketika kegiatan reklamasi lahan tambang. 2) Penambangan Mangaan Kegiatan ini bertujuan untuk mengambil atau memisahkan bahan galian mangaan dari batuan induknya untuk memperoleh ukuran sesuai kebutuhan. A. Untuk Mangaan Primer dan Deluvial ditetapkan setengah dari total produksi tambang. Yang dihasilkan dari endapan jenis ini adalah 33.350 ton/tahun atau 14 ton/jam mangaan. Kegiatan ini mencakup: •
Pembuangan tanah penutup dengan menggunakan alat berat. Mekanisme peembuangan tanah penutup dilakukan dengan cara membuat jenjang setinggi ± 6 meter dan pengerjaannya dilakukan dengan menggunakan o
3 unit excavator PC 300 atau setara,
o
13 unit dump truck, kapasitas 20 ton,
96 o
2 unit bulldozer D 65 atau setara.
Ditentukan nisbah pengupasan (stripping ratio) untuk jenis endapan ini adalah 1:25, ultimate pit slope 45º. •
Penggalian mangaan dengan menggunakan o
2 unit alat berat (excavator) PC 200 atau setara dengan yang telah dilengkapi dengan breaker untuk menghasilkan bijih mangaan berdiameter ≤ 30 cm.
o
1 unit dump truck kapasitas 20 ton untuk mengangkut mangan ke
Mine Stock Pile untuk dilakukan ke tahap selanjutnya. Pelaksanaan kegiatan ini direncanakan untuk diserahkan kepada pihak ketiga (kontraktor) dengan biaya Rp 100.000/ton •
Pemecahan atau pengecilan ukuran mangaan tahap pertama dilakukan di area tambang pada bijih mangaan berukuran besar (boulder) menjadi berdiameter ≤ 20 cm dengan menggunakan jack hammer yang dibantu dengan compressor.
•
Pemilihan (hand picking) dilakukan secara manual oleh 9 orang yang cekatan dan berpengalaman dalam menentukan bahan galian Mangaan yang kandungannya sesuai dengan yang dibutuhkan.
•
Pengangkutan ke gudang penimbunan dengan menggunakan dump truck direncanakan menggunakan pihak ketiga (kontraktor).
B. Untuk Mangaan Meta-Sendimen, ditetapkan setengah produksi tambang. Yang dihasilkan dari endapan jenis ini adalah 33.350ton/tahun atau 14 ton/jam. Kegiatan ini mencakup:
97 •
Pembuangan tanah penutup dengan alat berat. Mekanisme pembuangan dilakukan dengan membuat jenjang setinggi ± 6 m. nisbah pengupasan untuk blok penambangan
dintentukan 1:15, ultimate pit slope 45º dan
peralatan berat yang digunakan adalah o
2 unit excavator PC 300 atau setara,
o
8 dump truck , kapasitas 20 ton,
o
1 bulldozer D 65 atau setara. Direncanakan kegiatan ini dilakukan oleh pihak ketiga (kontraktor) dengan biaya Rp.20.000/BCM.
•
Penggalian mangaan dengan menggunakan tenaga manusia atau peralatan manual (ganco, linggis dan lain-lain) sebanyak 13 grup tenaga kerja dan membawanya ke areal hand sorting untuk dilakukan tahap selanjutnya.
•
Pemisahan dan pemilihan (hand sorting) dari tanah penutup yang ikut tertambang pada proses penggalian.
•
Pengangkutan mangaan ke gudang penimbunan.
3) Kegiatan Pengolahan Dalam penentuan sistem dan tata cara pengolahan serta penentuan jenis peralatan yang dipakai, dipertimbangkan beberapa faktor penentu, antara lain: •
Sasaran produksi maksimum Mangaan adalah 60.000 ton/tahun dengan ukuran 1070 mm.
•
Infrastruktur yang tersedia, seperti listrik dan air.
•
Bentuk dan jenis bahan galian Mangaan.
•
Faktor lain seperti modal, kelestarian lingkungan, dan penyerapan tenaga kerja lokal.
98 Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, maka system pengolahan yang digunakan adalah pengolahan kering (dry processing plant). Pada prinsipnya, metode pengolahan ini adalah tata cara membersihkan atau menaikan kadar Mangaan dari hasil tambang dan memilih Mangaan dengan kadar dan ukuran yang sesuai kebutuhan, dilakukan pengecilan ukuran (crushing) dan pemisahan ukuran (screening). Tahap-tahap pengolahan Mangaan adalah sebagai berikut: A. Pengecilan Ukuran Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan ukuran Mangaan yang berukuran ≤ 70 mm dengan menggunakan 1 unit Jaw Crusher. Dipilihnya Jaw Crusher karena hasil dari alat ini relatif homogen (seragam). Sebelum masuk ke alat pengecilan ukuran, mangaan hasil tambang di tampung di dalam hopper yang selanjutnya masuk ke vibrating grissly feeder sebagai pemisah awal dengan ukuran 70 mm akan turun ke air washing unit dan yang berukuran > 70 mm akan masuk sebagai umpan dari alat pengecilan ukuran. Selanjutnya, Mangaan yang berukuran > 70mm akan mengalami proses pengecilan ukuran dan hasilnya akan turun pada alat pemisah ukuran 1 (vibrating screen 1). Kemampuan produksi alat ini adalah 17-25 ton/jam dan tergantung pada beberapa faktor, yaitu ukuran maksimum umpan dan Jaw Setting (ukuran maksimum produk). Ukuran mulut
Jaw Crusher 10 x 16 in dengan discharge setting 2½ in dengan kebutuhan horse power sebesar 10-15 HP dan 350 rpm.
B. Air Washing Unit Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan Mangaan bersih berukuran ≤ 70 mm dengan menggunakan 1 unit modifikasi double roll crusher dan compressor untuk menghasilkan udara bertekanan yang mampu meniup kotoran keluar dari alat. Diameter roll
99 adalah 18 in, lebar 30 in dengan 60 rpm, dan dibutuhkan 50-70 HP. Kemampuan produksi alat ±30 ton/jam dengan discharge setting ½ in.
C. Belt Conveyor Alat ini bertujuan untuk menyalurkan dan memindahkan Mangaan dari satu alat ke alat yang lain dalam sistem pengolahan. Dalam sistem pengolahan diperlukan 5 belt
conveyor, yaitu:
•
Belt Conveyor 1 Memindahkan Mangaan ukuran ≥70 mm dari vibrating screen 1 kebelt conveyor 2.
Kondisi belt conveyor 1 adalah
•
o
Lebar
: 16in.
o
Panjang
:8m
o
Kecepatan
: 100 fpm
o
Jumlah idler
: 15 dengan diameter 4 in
o
Tinggi
:2m
o
HP
: 5 HP
Belt Conveyor 2 Memindahkan Mangan yang berukuran ≥ 70 mm dari belt conveyor 1 ke jaw
crusher. Kondisi belt conveyor 2 adalah: o
Lebar
: 16in.
o
Panjang
:8m
o
Kecepatan
: 100 fpm
o
Jumlah idler
: 15 dengan diameter 4 in
100
•
o
Tinggi
:2m
o
HP
: 5 HP
Belt Conveyor 3 Memindahkan Mangan yang berukuran ≤ 70 mm dari air washing unit ke vibrating
screen 2. Kondisi belt conveyor 3 adalah:
•
o
Lebar
: 16in.
o
Panjang
: 10 m
o
Kecepatan
: 100 fpm
o
Jumlah idler
: 30 dengan diameter 4 in
o
Tinggi
:2m
o
HP
: 7HP
Belt Conveyor 4 Memindahkan Mangan yang berukuran 10-70 mm (NMD lumpy) dari vibrating screen
2 ke stock pile. Kondisi belt conveyor 4 adalah:
•
o
Lebar
: 16in.
o
Panjang
: 15 m
o
Kecepatan
: 100 fpm
o
Jumlah idler
: 15 dengan diameter 4 in
o
Tinggi
:2m
o
HP
: 8 HP
Belt Conveyor 5 Memindahkan Mangaan yang berukuran ≤ 10mm (NMD fines) dari vibrating screen 2
ke stock pile. Kondisi belt conveyor 5 adalah: o
Lebar
: 16in.
101 o
Panjang
:8m
o
Kecepatan
: 100 fpm
o
Jumlah idler
: 15 dengan diameter 4 in
o
Tinggi
:2m
o
HP
: 5 HP
4.1.2.7 Pemisahan (Hand Sorting) Tujuannya adalah memilih Mangaan yang berkadar sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia cekatan dan berpengalaman pada
belt conveyor 5 dan 6. Diharapkan Mangaan yang diperoleh merupakan Mangaan bersih dan terpilih sebelum ditempatkan pada areal stock pile. Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan Mangaan hasil pengecilan ukuran yang berukuran 10-70 mm dan untuk menghasilkannya terdiri dari dua tahap, yaitu: •
Pemisahan ukuran pertama (single deck vibrating screen I) Alat ini terdiri dari 1 (satu) deck dengan dimensi 4 x 8 ft serta ukuran lubang deck 70
mm. kebutuhan listrik alat ini adalah 15 HP pada 1200 rpm. Umpan dari alat ini adalah hasil dari jaw crusher dengan mekanisme pemisahan, sebagai berikut: o
Tidak lolos deck 1 (ukuran > 70 mm) dikembalikan ke pengecilan ukuran dengan menggunakan belt conveyor 1 dan 2
o
Lolos deck 1 (ukuran ≥ 70 mm) masuk sebagai umpan alat pembersih (air
washing unit).
•
Pemisahan ukuran kedua (single deck vibrating screen II)
102 Alat ini terdiri dari 1 (satu) deck dengan dimensi 4 x 8 ft serta ukuran lubang deck 10 mm. kebutuhan listrik alat ini adalah 15 HP pada 1200 rpm. Umpan dari alat ini adalah Manggan bersih hasil air washing unit dengan mekanisme pemisahan, sebagai berikut: Tidak lolos deck 1 dengan ukuran 10-70 mm ditempatkan pada areal stock
o
pile NMD lumpy (natural Mangaan dioxide) sebagai produk akhir pengolahan dengan menggunakan belt conveyor 6. Lolos deck 1 dengan ukuran ≤10 mm ditempatkan pada areal stock pile NMD
o
fines (natural Mangaan dioxide) sebagai produk samping penggolahan.
4.1.2.8 Stock Pile (Lokasi Penimbunan) Direncanakan area stock pile ini dapat menampung produk akhir sebanyak 5000 ton. Area yang dibutuhkan dihitung dengan cara: =
+
=
…………................ (1)
…………………………….. (2) – Volume kerucut
=
…………………….…... (3) – Volume prisma terpancung
β
= angle of response Mangaan; 30º-40º, diambil 30º
h
= diperhitungkan 3 meter
R
=
SG
= 4,5
º
=
,
= 6m
Keterangan: R=radius, D=diameter, H=tinggi, P=panjang. Maka:
103 =
=
,
,
= 1.111,1 m³ dibulatkan 1.111 m³
²
= 113,04 m³ dibulatkan 113 m³
= 1.111-113 = 998 m³ 998
=
P
=
= 55,4 m Dengan demikian areal yang diperlukan untuk menampung 5.600 ton adalah 12 (55,4 + 12) = 808,8 m² atau dibulatkan 800 m²
4.1.2.9 Kegiatan Reklamasi atau Rehabilitasi Lahan Kegiatan pertambangan Mangaan di Desa Benus, Kecamatan Naibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu Sainup, Kecamatan Insana Utara diperkirakan akan menimbulkan dampak negatif antara lain: •
Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan.
•
Peningkatan potensi erosi dan sendimentasi.
•
Kehilangannya lapisan tanah atas.
•
Perubahan stabilitas dan kesuburan tanah.
•
Kehilangan flora dan fauna.
•
Gangguan terhadap penduduk berupa polusi udara, kebisingan, transportasi, kesehatan pernapasan (ISPA), kualitas air, dan lain-lain.
104 Upaya untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan pertambangan dan pengolahan Mangaan dilakukan dengan cara: •
Menginventarisasi jenis tumbuhan atau tanaman yang bermanfaat ganda dan dapat tumbuh cepat di areal bekas pertambangan dan pengolahan.
•
Menimbun kemabali tanah atas pada areal bekas tambang.
•
Menanam anakan pohon dengan jarak 3 x 3 m pada areal bekas tambang dan areal batas cadangan untuk mengurangi polusi udara.
4.1.2.10 Analisis Kandungan Mangaan Berikut ini adalah kandungan Mangaan dari sampel kerikil mangaan, mangaan lempengan, mangaan coarse dan mangaan bongkahan yang diberikan oleh perusahaan di lahan seluas 1304 Ha. Penelitian tidak dapat menguraikan secara rinci asal sampel karena keterbatasan data (rahasia perusahaan).
Tabel 4.5 Analisis Kandungan Mangaan No.Sampel
Mn (%)
No.Sampel
Mn (%)
1
56.66
13
59.92
2
48.72
14
56.08
3
54.20
15
46.18
4
47.60
16
55.85
5
62.28
17
52.52
6
64.46
18
57.15
7
57.68
19
48.21
8
58.89
20
57.18
105 9
56.69
21
63.77
10
47.37
22
59.42
11
56.55
23
62.34
12
55.21
24
61.63
Minimum
46.18
Maksimum
64.46
rata-rata
56.11
deviasi standar
5.23
Sumber : Hasil olahan data (2011)
Tabel di atas terdiri dari 24 sampel yang disurvei oleh perusahaan di beberapa titik survei dalam area yang akan dieksploitasi, dengan hasil kandungan berkisar 46,18% sampai 64,46%, rata-rata kandungan Mangaan 56,11 data sampel kandungan mangaan berfluktuasi sebesar 5,23%. Data-data ini akan dihubungkan dengan apakah kandungan minimum Mangaan dapat memenuhi permintaan pembeli. Berdasarkan data dari perusahaan permintaan rata-rata Mangan adalah 2000 ton untuk kadar 50% up dan 1000 ton untuk 45% up. Tetapi dalam kenyataannya semakin tinggi mineral Mn yang terkandung dalam Mangaan semakin bagus untuk perusahaan, dikarenakan permintaan Mangaan yang sangat tinggi terutama untuk Mangaan berkualitas tinggi dikarenakan semakin tinggi kadar Mangaan yang terkandung semakin tinggi pula harganya dalam ton. Tetapi tidak semua ton yang diproduksi mempunyai kadar Mangaan yang sama melainkan berbeda-beda. Menurut perusahaan dalam 2 bulan perusahaan mampu memproduksi minimum 3000 ton dengan kadar Mangaan untuk 2000 ton nya dapat mencapai 55% up. Jadi berdasarkan data yang telah diolah di atas, kadar Mangaan dalam lahan penambangan yang sedang diteliti dapat memenuhi permintaan pembeli berdasarkan
106 surat kontrak pembelian terakhir adalah 45.00% up. Proyek penambangan lahan baru akan dijalankan bila hasil survey lahan baru juga dapat memenuhi seperti permintaan lahan yang terakhir tersebut (sebagai pedoman sementara). Data-data survey akan dianalisis dengan metode Statistic Control, dengan tingkat keyakinan 95%, sebagai berikut :
Tabel 4.6 Upper Bound dan Lower Bound Mangaan Probabilitas =
95%
Zprob =
1.64
lower bound =
47.51%
upper bound =
64.71%
Kesimpulan dari metode diatas adalah rata-rata kandungan Mn Minimum untuk pembelian Mangaan adalah 45% sedangkan tabel diatas menunjukan bahwa lower bound lebih besar dari kandungan Mn minimum dari pemesanan Mangaan. Dimana hasil terendah (lower bound) dalam lahan ini sebesar 47,51% dan terbesar (upper bound) adalah 64,71% maka hasil survey diatas menyatakan untuk kandungan Mn dalam Mangaan untuk proyek ini memenuhi syarat permintaan dan dinyatakan lolos survey.
107 4.1.3
Aspek Hukum Dalam melakukan suatu usaha dan membnagun suatu perusahaan pastinya
dibutuhkan berbagai macam izin-izin usaha yang harus diajukan ke pemerintah yang bersangkutan. Dalam aspek ini penulis akan menjelaskan dan menguraikan langkah-langkah yang harus ditempuh perusahaan dalam pengajuan izin usaha di bidang hukum.
4.1.3.1 Tanda Daftar Perusahaan Setiap perusahaan yang akan beroperasi di Indonesia, haruslah membuat Surat Tanda
Daftar Perusahaan (TDP)
sesuai
dengan bidang
usahanya
masing-masing.
Departemen teknis yang mengeluarkan surat tanda daftar perusahaan adalah Pemerintah Kabupaten Kolaka. Tanda Daftar Perusahaan adalah surat tanda pengesahan yang diberikan oleh Kantor Pendaftaran Perusahaan kepada perusahaan yang telah melakukan pendaftaran perusahaan. TANDA DAFTAR PERUSAHAAN PERSEROAN TERBATAS, BERDASARKAN UNDANGUNDANG NO.3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DAN PERATURAN DAERAH NO.14 TAHUN 2001 Tabel 4.5 Tanda Daftar Perusahaan PT.Tiara Utfar Mandiri Nama Pendaftaran
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Nomor TDP
210.314.500.034
Berlaku Sampai
12/1/2014
Nomor
18
Tanggal
12/5/2009
Status
Kantor Tunggal
Alamat
Jl. Pendidikan NO.119. Kec.Kolaka Kab.Kolaka
108 Kegiatan Usaha Pokok
Perindustrian dan Perdagangan
Pengesahan Menteri Kehakiman
AHU.56353.01.01 Tahun 2008,Tanggal 29 Agustus
PT.Tiara Utfar Mandiri terdaftar dalam Tanda Daftar Perusahaan dengan nomor TDP yaitu 210.314.500.034 dengan pendaftaran nomor 18 tanggal 12 bulan Mei tahun 2009. Berkedudukan di Jl. Pendidikan NO.119. Kec.Kolaka Kab.Kolaka (kantor utama) dan pada saat pendaftaran hanya memiliki 1 kantor atau kantor tunggal dengan kegiatan usaha pokok perindustrian dan perdaganan yang telah disahkan oleh menteri kehakiman dengan tanda daftar AHU.56353.01.01 Tahun 2008,Tanggal 29 Agustus yang berlaku sampai tanggal 12 bulan Mei tahun 2009.
4.1.3.2 Kewajiban Hukum PT.Tiara Utfar Mandiri telah menyelesaikan tanggung jawabnya di dalam hukum terhadap pemerintah dalam melakukan kegiatan usahanya, antara lain: •
Surat Keterangan Domisili Perusahaan Disahkan oleh Lurah Baladente, Pemerintah Kabupaten Kolaka dengan Nomor: 500/55/20010
•
Nomor Pokok Wajib Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia, memberikan NPWP 02.866.512.3815.000 disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 8 Agustus 2008
•
RUPS Perubahan Nama Perseroan Terbatas,Nomor 36, 10 Maret 2010 Menyatakan bahwa PT.Tiara Putfar Mandiri merubah nama menjadi PT.Tiara Utfar Mandiri berdasarkan S.K Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
109 No. C-105. HT.03.01-Th.2005 Tanggal 14 Juli 2005 dan S.K Kepala Badann Pertahanan Nasional Republik Indonesia No.609-XVII-2006 Tanggal 18 Desember 2006, disahkan oleh Notaris Zainuddin Tahir, SH.,M.Kn •
Rups Mengenai Perubahan Susunan Direksi dan Persetujuan Jual Beli Saham, Nomor 57, 22 Februari 2010 Menyatakan bahwa perusahaan mengganti seluruh susunan direksi serta persetujuan jual beli saham dan unit kerja menjadi pertambangan mineral berdasarkan S.K Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. C-105. HT.03.01Th.2005 Tanggal 14 Juli 2005 dan S.K Kepala Badann Pertahanan Nasional Republik Indonesia No.609-XVII-2006 Tanggal 18 Desember 2006, disahkan oleh Notaris Zainuddin Tahir, SH.,M.Kn
4.1.3.3 Izin Usaha Pertambangan •
IUP Eksplorasi PT.Tiara Utfar Mandiri No.2027 Tahun 2008 tanggal 4 November 20008 untuk bahan galian Mangaan ddengan Luas 1900 Ha berlaku sampai dengan tanggal 4 November 2009 disahkan oleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Direktorat Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara. Nomor: 1019/30/DBM/2008
•
IUP Operasi Produksi/Eksploitasi telah didapat oleh PT.Tiara Utfar Mandiri di lahan seluas 1304 Ha dan karena keterbatasan data nomor surat dan pengesahan nya tidak dapat penulis tampilkan dalam penelitian di aspek hukum ini.
110 4.1.3.4 Biaya Perizinan Pertambangan Sejak beridirinya perusahaan sampai pengajuan permohonan Kuasa Pertambangan (KP) Eksplorasi atau yang sekarang dinamakan IUP Eksplorasi sampai ke tingkat IUP Operasi Produksi/Eksploitasi terdapat beberapa langkah. Dibawah ini adalah langkah pengajuan permohonan tersebut beserta biayanya, antara lain: Tabel 4.7 Permohonan Izin Tambang Beserta Biaya Keterangan
Biaya (Rp)
Surat pengajuan permohonan ijin tambang
25,000,000
pembebasan lahan atas persetujuan rakyat**
30,000,000
IUP Penyesuaian/eksplorasi**
500,000,000
UPL dan UKL
25,000,000
Amdal
600,000,000
IUP Produksi/eksploitasi*
800,000,000
biaya tak terduga
500,000,000
total
2,480,000,000
Sumber: Perusahaan
*Masa berlaku 3 tahun, **Masa berlaku 8 tahun
Angka tersebut menunjukan bahwa perizinan yang dilakukan oleh PT.Tiara Utfar Mandiri sebesar hampir 2,5 miliar atau tepatnya sebesar 2,48 miliar. Angka tersebut akan diperhitungkan dalam perhitungan arus kas kelayakan bisnis. Tabel diatas menjelaskan langkah-langkah dalam pelengkapan izin pertambangan yang telah dilakukan perusahaan dari tahap awal pengajuan izin pertambangan sampai ke tahap akhir yaitu IUP Produksi atau Eksploitasi. Sehingga membuat PT.Tiara Utfar Mandiri telah melakukan semua kewajibannya di bidang hukum dalam sektor perdagangan dan perindustrian. Dalam pengesahannya ada beberapa departemen yang mengizinkan terbitnya surat-surat kuasa diatas antara lain Dinas Pertambangan yang dalam kasus ini telah
111 memberikan kuasa IUP Eksplorasi dan IUP Eksploitasi kepada PT.Tiara Utfar Mandiri. Sebelum mengajukan permohonan izin pertambangan perusahaan harus mengajukan permohonan ke Dinas Perdagangan Kecamatan Kolaka Kabupaten Kolaka terhadap lahan yang akan dieksplorasi. Pada PT.Tiara Utfar Mandiri semua perizinan yang diperlukan dari tahap awal sampai ke tahap akhir IUP Operasi dan Produksi telah lengkap dilakukan oleh perusahaan. Jumlah investasi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan dalam perizinan mencapai Rp.2.480.000.000. Dalam pertambangan memang memakan biaya dan waktu dalam perizinan nya dikarenakan supaya hanya perusahaan yang qualified saja yang dapat masuk ke bidang ini. Ini membuktikan bahwa perusahaan ini sudah layak secara hukum untuk melakukan kegiatan usaha di bidang pertambangan. Jenis-jenis perizinan dilakukan dalam beberapa tahap. Pada tahap pertama perusahaan diwajibkan melakukan permohonan izin tambang ke Dinas Pertambangan sehingga apabila telah mendapatkan izin tersebut perusahaan diperbolehkan melakukan kegiatan uisaha di bidang pertambangan. Biaya yang dibutuhkan untuk proses tersebut sebesar Rp.25.000.000. Selanjutnya ketika perusahaan telah mendapatkan izin tersebut perusahaan harus melakukan pembebasan lahan rakyat dengan biaya Rp.30,000.000 untuk lahan seluas 1900 Ha yang dimana harga lahan nya akan dibayarkan dengan royalti atau fee per ton Mangaan yang dijual. Untuk harga per ton Mangaan untuk royalti rakyat penulis tidak dapat menyebutkan karena keterbatasan data atau rahasia perusahaan. Apabila perusahaan telah menyelesaikan
tahap
pembebasan
lahan,
maka
perusahaan
melanjutkan
dengan
mengajukan izin IUP (Izin Usaha Pertambangan) Eksplorasi kepada Dinas Pertambangan atas lahan yang akan dilakukan eksplorasi. Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dalam tahap ini sebesar Rp.500.000.000. IUP Eksplorasi mempunyai batas kontrak izin selama 8 tahun. Dalam IUP Eksplorasi perusahaan dibatasi produksinya, perusahaan hanya diperbolehkan memproduksi maksimum 10.000 ton selama 8 tahun tersebut. Apabila perusahaan sudah
112 dapat memproduksi minimum 1000 dalam 1 tahun, perusahaan diwajibkan meningkatkan izinnya ke tahap IUP Operasi/ Produksi atau IUP Eksploitasi. Jadi 10.000 ton berlaku untuk eksplorasi selama 1 tahun tapi apabila dalam 1 tahun sudah dapat memproduksi minimum 1000 ton perusahaan harus meningkatkan izin usaha pertambangannya. Sebelum pembukaan lahan penambangan Mangaan ini,
perusahaan dilahan
sebelumnya mampu memproduksi 3000 ton dalam 1 tahun pada tahap eksplorasi sehingga perusahaan menaikan izin usaha pertambangannya menjadi IUP Eksploitasi. Banyak perusahaan yang tidak menuruti peraturan hukum pertambangan Mangaan. Yaitu dengan memproduksi
lebih
dari
1000
ton
per-tahunnya,
tetapi
tidak
meningkatkan
izin
pertambangannya ke IUP Eksploitasi dikarenakan perusahaan tersebut tidak memiliki cukup dana untuk berinvestasi, tidak mampu meningkatkan produksi, dan tidak mampu membayar biaya dalam meningkatkan izin usaha pertambangannya. PT. Tiara Uftar Mandiri membuktikan bahwa perusahaan ini mampu meningkatkan izin usaha pertambangannya ke IUP Eksploitasi yang memakan biaya sebesar Rp 800.000.000. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan ini mampu berkompetisi di industri mineral Mangaan dikarenakan hanya 3 perusahaan saja yang mempunyai IUP Eksploitasi mineral Mangaan di Nusa Tenggara Timur. IUP Eksploitasi memberikan kuasa penuh perusahaan untuk menambang lahan yang telah dieksplorasi sesuai dengan target produksi perusahaan. Izin ini mempunyai masa berlaku lebih sedikit dari IUP Eksplorasi, IUP Eksploitasi habis dalam jangka waktu 3 tahun dan harus membayarkan Rp 800.000.000 kembali apabila ingin memperpanjang IUP Eksploitasi ini. Sebelum pengajuan IUP Eksploitasi ini perusahaan wajib melakukan studi analisis AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) yang memakan biaya Rp 600.000.000. AMDAL merupakan dokumen penting mengenai dampak yang ditimbulkan ketika kegiatan pertambangan ini dilakukan. Di dalam AMDAL akan dijelaskan dampak-dampak negatif dan positif yang terjadi sebelum dan sesudah kegiatan rencana ini dilakukan.
113 Penjelasan AMDAL akan dijelaskan lebih lanjut di aspek AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan). Ketika AMDAL disetujui maka perusahaan dapat meningkatkan izin usaha pertambangannya ke tahap terakhir yaitu IUP Operasi Produksi/ Eksploitasi. Menurut perusahaan, terdapat biaya tidak terduga dalam pengajuan izin-izin pertambangan tersebut. Jumlah biaya tidak terduga tersebut sebesar Rp 500.000.000. Biaya tidak terduga maksudnya mempercepat
adalah proses
biaya
yang
izin-izin
digunakan
tersebut
perusahaan
sehingga
dalam
perusahaan
memperlancar
lebih
cepat
dan
memulai
produksinya. Total permohonan izin tambang dari tahap awal sampai dengan akhir memakan biaya sebesar Rp 2.480.000.000.
114 4.1.4
Aspek Ekonomi dan Sosial Pada tahap ini npenulis akan menjabarkan aspek-aspek yang terkandung dalam
aspek ekonomi dan sosial seperti budaya, kependudukan dll. Jadi dalam aspek ekonomi dan sosial yang perlu ditelaah apakah jika usaha atau proyek dijalankan akan memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak atau sebaliknya. Oleh karena itu, aspek ekonomi dan sosial ini perlu dipertimbangkan, karena dampak yang akan ditimbulkan nantinya sangat luas apabila salah dalam melakukan penilaian (Kasmir dan Jakfar, 2010, P193-194). 4.1.4.1 Kependudukan 1) Kepadatan Penduduk Penelitian perusahaan menunjukan bahwa jumlah penduduk di Benus 1.003 jiwa, di Desa Fatumtasa 990 jiwa, di Desa Humusu Sainup 1.094 jiwa. Kepadatan penduduk di masing-masing desa adalah sebagai berikut di Desa Benus 40 jiwa/km², di Desa Fatumtasa 141 jiwa/km², di Desa Humusu Sainup 122 jiwa/km². 2) Pertumbuhan Penduduk Sedangkan untuk pertumbuhan penduduk menunjukan bahwa pertumbuhan penduduk Kecamatan Insana Utara sebagai kecamatan induk adalah : tahun 1980 sebesar 2,46% dan tahun `1990 adalah sebesar 1,61% serta tahun 2000 adalah sebesar 1,54%. Dengan demikian, maka rata-rata pertumbuhan penduduk Kecamatan Insana Utara tahun 1980-2000 sebesar 1,87%
115 3) Kesempatan Kerja Kesempatan kerja di Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2010, dapat digambarkan berikut ini: Tabel 4.8 Kesempatan Kerja Di Kabupaten Timor Tengah Utara No
Kesempatan Kerja
Jumlah
%
1
Bekerja
102.146
64,43
2
Mencari pekerjaan/pengangguran
5.966
3,82
3
Bukan angkatan kerja
48.010
30,75
total
156.118
100
Sumber : Perusahaan Berdasarkan pada tabel 4.7 diatas perusahaan telah melakukan survey terhadap penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara. Survei dilakukan pada tahun 2010 dimana survei tersebut masih merupakan survei terbaru yang terakhir dilakukan sehingga data yang dihasilkan akurat dan belum ada perubahan yang signifikan. Berdasarkan data yang didapat perusahaan telah dilakukan survei dengan jumlah responden 156.118 penduduk dimana didapati 102.146 atau
64,43% penduduk di Kabupaten Timur Tengah Utara yang
mempunyai pekerjaan dan terhitung produktif. Sedangkan didapati 48.010 atau 30,75% yang bukan angkatan tenaga kerja. Warga yang tidak termasuk angkatan kerja mempunyai umur yang sudah tidak produktif dimana beberapa dari mereka merupakan pensiunan, bekerja sendiri, dan beberapa dari mereka merupakan tenaga kerja serabutan. Sisanya didapati sebanyak 5.966 penduduk atau sejumlah 3,82% yang merupakan pengangguran, beberapa dari mereka menjadi tenaga kerja serabutan atau berburu untuk bertahan hidup. Total penduduk yang dilakukan survei sejumlah 156.118 penduduk, data ini didapati dari perusahaan dimana perusahaan bekerja
116 sama dengan pemerintah yang bersangkutan. Dan didapati bahwa di Kabupaten Timur Tengah Utara terdapat kurang dari 10%.
4) Jumlah Anggota Keluarga Jumlah penduduk di Kecamatan Lasiolat adalah 6.803 jiwa (laki-laki 3.347 jiwa dan perempuan 3.456 jiwa) dan jumlah rumah tangga adalah 1.498. Dengan demikian, kepadatan rumah tangga adalah 5 orang per rumah tangga.
4.1.4.2 Sosial Ekonomi 1) Sumber Matapencaharian Data tentang sumber matapencaharian untuk Kecamatan Lasiolat tidak tersaji dalam Kabupaten Belu dan yang ada hanya untuk seluruh Kabupaten Belu, sebagaimana disajikan berikut: Tabel 4.9 Matapencaharian Penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara
Sumber : Perusahaan
No
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
1
Pertanian
76.283
74,68
2
Industri
8.075
7,91
3
Perdagangan
2.568
2,51
4
Jasa
8.121
7,95
5
Transportasi
3.428
3,36
6
lainnya
3.667
3,59
Total
102.142
100.00
117 Data
pada
tabel
diatas
merupakan
hasil
survei
perusahaan
terhadap
matapencaharian penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara yang diambil dari 102.142 penduduk. Hasil survey menggambarkan bahwa sebagian besar penduduk sebanyak 76.283 (74,68%) di Kabupaten Timor Tengah Utara, bekerja di sektor pertanian. Gambaran tersebut diyakini tidak terlalu berbeda dengan kondisi Kecamatan Naibenu dan Insana Utara. Bahkan diyakini bahwa yang bekerja di sektor pertanian lebih tinggi presentasenya daripada dengan kondisi Kabupaten Timor Tengah Utara secara keseluruhan. Dikarenakan terdapat banyak lahan pertanian yang siap ditanam oleh penduduk, terutama di Kecamatan Naibenu dan Insana Utara. Para penduduk sudah lama bertahan hidup di sektor pertanian, tanah di Timor Tengah Utara telah terbukti tidak hanya kaya akan mineral melainkan kaya akan hasil pertaniannya, didapati berbagai macam bibit yang ditanam seperti padi, coklat dan tanaman lainnya. Untuk sektor industri sendiri telah didapati sebanyak 8.075 penduduk atau sebanyak (7,91%) yang mempunyai matapencaharian tersebut, kebanyakan dari mereka bekerja di sektor perdagangan seperti Mangaan, Timah, Galena, Tembaga. Tenaga kerja di sektor industri meningkat beberapa tahun terakhir dikarenakan peraturan pemerintah yang harus mengikut sertakan penduduk lokal sebagai tenaga kerja demi mengurangi tingkat pengangguran. Banyak dari mereka bekerja di perusahaan yang bergerak di pertambangan mineral Mangaan, sehingga pertambangan Mangaan 3 sampai 4 tahun belakangan ini terbukti dapat mengurangi sedikit tingkat pengangguran di Kabupaten Timor Tengah Utara. Kebanyakan dari tenaga kerja merupakan tenaga kerja non-skill atau tenaga kerja kasar yang langsung bekerja di lapangan pertambangan itu sendiri. Untuk sektor perdagangan sendiri para penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara kurang berkembang, kebanyakan dari mereka menjual hasil pertanian dari lahan pertanian yang diolah. Telah didapati sebanyak 2.568 (2,51%) penduduk yang bekerja di sektor tersebut. Sedangkan untuk sektor jasa terdapat 7,95% atau 8.121 penduduk yang bekerja di sektor tersebut.
118 Jumlah ini sedikit melebihi jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektoer industri, kebanyakan dari mereka merupakan tenaga kerja yang bekerja di pelabuhan Wini. Secara tidak langsung tenaga kerja di sektor industri dan jasa terdapat hubungan kerja, dikarenakan banyak dari hasil pertambangan yang dikirim keluar melalui pelabuhan, secara tidak langsung para pekerja yang bekerja di sektor jasa terutama di pelabuhan lah yang melakukan loading kedalam kapal untuk kemudian hasil pertambangan tersebut dikirim untuk di ekspor maupun untuk di jual di Indonesia sendiri. Seperti halnya perdagangan sektor transportasi dan sektor lainnya mempunya sedikit tenaga kerja. Untuk sektor transportasi hanya didapati sebanyak 3.428 (3,36%) penduduk yang mempunyai matapencaharian tersebut sedangkan di sektor lainnya yang tidak termasuk dalam matapencaharian diatas didapati sebanyak 3.667 (3,59%) penduduk yang tersebar dari berbagai macam jenis pekerjaan.
2) Tingkat Pendapatan (penghasilan) Angka pendapatan perkapita merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk menaikan tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu wilayah. Apalagi peningkatan produksi fisik barang dan jasa. Sekaligus diikuti dengan penigkatan indikator harga, maka secara nominal angka pendapatan perkapita akan bertambah dengan pesatnya. Pada tahun 2002, berdasarkan harga berlaku, maka pendapatan perkapita Kabupaten Timor Tengah Utara sebesar Rp 1.710.593 dan menigkat menjadi Rp 2.490.237. Pada tahun 2008 akan mengalami perubahan sebesar 45,6%. Lonjakan angka pendapatan perkapita yang cukup tinggi selama 6 (enam) tahun terakhir memperlihatkan bahwa secara umum telah terjadi peningkatan kesejahteraan bagi penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara. Namun jika dihitung per bulan, khususnya untuk tahun 2008, maka diperoleh angka Rp 207.520/bulan. Maka dengan angka demikian dan sesuai dengan pendapatan yang
119 didapat bahwa penduduk mempunyai jumlah pendapatan yang sangat rendah setiap bulannya. 3) Kesempatan Kerja Lokal Guna mengetahui gambaran tentang kesempatan kerja lokal, khususnya di Desa Benus Kecamatan Naibenu dan Desa Fatumtasa, Kecamata Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, penulis telah mendapatkan data wawancara 100 orang yang dilakukan perusahaan, hasil wawancara ditunjukan pada tabel dibawah ini: Tabel 4.10 Kesempatan Kerja di Desa Benus, Fatumtasa dan Humusu no
Jawaban Responden
Frekuensi
%
1
Tenaga kerja lokal yang terserap kurang dari 5%
2
2
2
Tenaga kerja lokal yang terserap antara 5%-10%
9
9
3
Tenaga kerja lokal yang terserap antara 11%-20%
73
73
4
Tenaga kerja lokal yang terserap antara 21%-30%
11
11
5
Tenaga kerja lokal yang terserap lebih dari 30%
5
5
total
100
100
Sumber: Hasil pengolahan tim studi perusahaan (2010) Dari data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (73%) memberikan keterangan bahwa tenaga kerja lokal di Desa Benus dan Desa Fatumtasa yang akan terserap dalam rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan Mangaan adalah antara 11-20%. Hal tersebut didapati cukup bagus dikarenakan 20% penduduk akan terserap dalam kegiatan penambangan, hal itu dapat memenuhi harapan masyarakat untuk mengikutsertakan penduduk atau tenaga kerja lokal dalam rencana usaha/kegiatan pertambangan ini.
120 4) Pertumbuhan Ekonomi Data dari perusahaan menunjukan bahwa pada tahun 2007, secara agregat perekonomian kabupaten Timor Tengah Utara bertumbuh sebesar 4,8% dan kemudian turun menjadi 4,15% pada tahun 2008. Kontribusi ini tidak terlepas dari kontribusi nilai tambah sektor-sektor vital. Seektor pertanian mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,57% pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 mencapai pertumbuhan positif sebesar 1,07%. Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 tercapai oleh sektor jasa yaitu sebesar 10,81%. Namun demikian, seluruh sektor PDRB menunjukan laju pertumbuhan yang meningkat, kecuali sektor pertanian, sektor keuangan, sektor persewaan, dan sektor perusahaan.
Tabel 4.11 Nilai Asset Keluarga Di Desa Benus dan Desa Fatumtasa No
Nilai Asset
Frekuensi
%
1
< 5 juta
3
3
2
5,1 juta sampai dengan 15 juta
66
66
3
15,1 juta sampai dengan 25 juta
21
21
4
25,1 juta sampai dengan 50 juta
10
10
5
> 50 juta
-
-
Total
100
100
Sumber : Hasil pengolahan tim studi perusahaan 2010 Apabila nilai pertumbuhan ekonomi ini dijabarkan ke jumlah asset yang dimiliki oleh warga didapat menurut survey yang dilakukan perusahaan dari 100 orang, terdapat 3 responden yang memiliki kekayaan atau jumlah asset yang di bawah 3 juta. Kebanyakan dari mereka mempunyai jumlah asset antara 5.100.000 sampai dengan 15.000.000. hal ini diyakini tidak berbesda dengan jumlah asset seluruh penduduk di Desa Benus dan Desa
121 Fatumtasa tempat lahan pertambangan perusahaan yang akan dieksplorasi dan dieksploitasi. Jumlah asset ini sangatlah kecil untuk sebuagh keluarga yang rata-rata terdapat 5 orang dalam satu kepala keluarga. Karena itu perusahaan berharap tenaga kerja yang akan terserap dalam rencana/kegiatan usaha pertambangan ini dapt meningkatkan kesejahteraan nya. Terdapat 21 responden yang mengaku bahwa nilai asset nya antara 25.000.000 sampai dengan 50.000.000 kebanyakan dari mereka adalah para pedagang atau penduduk yang mempunyai usaha sendiri. Nilai ini didapati di Desa Benus dan Desa Fatumtasa sudah merupakan nilai asset yang dianggap sejahtera hidupnya, sedangkan hanya 10 responden yang didapati mempunyai jumlah asset antara 25.100.000 sampai dengan 50.000.000. Penduduk yang mempunyaio asset sebanyak itu merupakan penduduk yang biasanya merupakan juragan tanah di desa tersebut. Kebanyakan dari mereka menyewakan lahan pertaniannya dan lahan kosongnya yang didapati terdapat sumber daya alam yang dapat digali. Data diatas diyakini akurat sehingga terbukti bahwa kesejahteraan hidup di desa tersebut sangatlah rendah.
4.1.4.3 Sosial Budaya 1) Kebudayaan Masyarakat Secara sosial budaya, warga masyarakat sekitar lokasi rencana usaha didominasi oleh etnik Timor (Atoni Meto) dengan corak budaya dan adat istiadat yang relatif homogen. Berkaitan dengan kebudayaan yang dianut oleh masyarakat setempat, dapat digolongkan ke dalam dua bagian berdasarkan wujudnya, yaitu kebudayaan nonfisik dan kebudayaan fisik. Kebudayaan nonfisik mencakup nilai-nilai dan norma-norma sosial, konsepsi-konsepsi abstrak di dalam pikiran manusia, mengenai apa yang diyakini baik sehingga diupayakan untuk diperoleh dan diwariskan secara lisan untuk dipelihara serta dimanfaatkan secara turun
122 temurun. Dalam praktek kebudayaan nonfisik ddijadikan sebagai pedoman yang berfungsi untuk menata hubungan antar sesame manusia dan dengan lingkungan alam. Dalam hubungan sesama manusia, kebudayaan nonfisik bukan saja menata hubungan antara sesama manusia yang hidup, tetapi juga dengan yang sudah meninggal. Hubungan sesama yang masih hidup berdimensi vertikal yang paternalistis dan horizontal solidaristis. Demi mewujudkan dimensi hubungan vertikal yang paternalistis tersebut tersebut, setiap warga dituntut untuk membangun sikap loyalitas terhadap orang yang dianggap berkedudukan sosial tinggi, baik adat istiadat maupun yang kepemilikan sumberdaya alam dan lingkungan. Demi mewujudkan dimensi hubungan yang horizontal, setiap masyarakat dituntut untuk menjaga solidaritas dan kohesi sosial. Apabila terjadi konflik atau pertentangan akan selalu dianggap sebagai ancaman terhadap solidaritas dan kohesi sosial. Oleh karena itu, diusahakan untuk sesegara mungkin diselesaikan agar solidaritas dan kohesi sosial tetap terpelihara dengan baik. Hubungan antara manusia yang masih hidup deengan roh yang sudah meninggal dipelihara dengan sangat baik. Karena manusia yang hidup dan yang sudah meninggal tidak mungkin lagi dapat berhubungan secara langsung, maka biasanya kuburan dan tempat pemujaan dijadikan sebagai media untuk menjalin hubungan tersebut. Oleh karena itu, keberadaan kuburan dan tempat upacara tidak dilihat secara fisik saja namun memiliki makna budaya dan kepercayaan tertentu. Dilatarbelakangi oleh berbagai kebudayaan nonfisik tersebut di atas, maka kebudayaan fisik akan selalu dibuat atau dibangun sesuai dengan citranya dalam kebudayaan nonfisik, seperti bentuk rumah, kuburan dan temmpat lain yang diperlukan ooleh manusia untuk kelangsungan hidup. Mengenai hubungan antara manusia dengan lingkungan alam, masyarakat di lokasi studi merasa bahwa manusia merupakan bagian dari alam. Oleh karena itu, manusia harus tunduk pada alam. Secara cultural, alam dengan segenap isinya diterima sebagaimana
123 adanya dan manusia menyesuaikan pola hidupnya dengan irama yang ditentukan oleh lingkungan alam. Kemauan memelihara hubungan yang serasi dengan alam telah melahirkan kearifan lokal yang sangat bermanfaat untuk pelestarian daya dukung lingkungan. Nilai-nilai tradisional yang dipraktekan dalam pola hubungan yang bersumber dari kepercayaan asli yang disebut bercorak animistic, yang juga percaya bahwa segala sesuatuu dalam alam mempunyai kekuatan. Kebudayaan dalam prakteknya, masyarakat seluruhnya mendukung adat istiadat setempat, dalam pelaksanaannya dilakukan secara utuh dan murni serta dilakukan secara terkoordinasi oleh tokoh-tokoh adat. 2) Sikap dan Persepsi Masyarakat Hasil studi penulis ke perusahaan menunjukan bahwa sikap dan persepsi masyarakat setempat pada prinsipnya setuju terhadap rencana usaha pertambangan Mangaan. Namun masih ada sebagian kecil warga masyarakat yang khawatir terhadap kehadiran rencana kegiatan ini, terutama yang berkaitan dengan dampak negative berupa kemungkinan pengambilalihan lahan pertanian dan pengembalaan merek oleh pihak-pihak yang akan membangun
(investor).
Kekhawatiran
ini
adalah
kemungkinan
terjadinya
konversi
pemanfaata lahan dari areal pertanian menjadi nonpertanian serta konflik antara warga pendatang dengan warga seetempat dalam merebut kesempatan kerja. Untuk mengetahui sikap dan persepsii masyarakat terhadap rencana usaha pertambangan Mangaan di Desa Benus Kecamatan Nibenu, Desa Fatumtasa dan Humusu Sainup Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, telah dilakukan wawancara kepada 100 orang (responden). Hasil wawwancara tersebut dapat ditunjukan pada tabel dibawah ini:
124 Tabel 4.12 Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Usaha Pertambangan Mangaan No
Sikap dan Persepsi Masyarakat
Frekuensi
%
1
Setuju
85
85
2
Tidak Setuju
3
3
3
Mengikuti Sikap Pemerintah
12
12
Total
100
100
Sumber : Hasil Pengolahan tim studi perusahaan 2010 Berdasarkan tabel diatas, dapat ditunjukan bahwa sebagian besar responden (85%) menyatakan setuju dan menerima kehadiran Renca Usaha Pertambangan Mangaan. Hanya didapati 3 responden yang tidak setuju atau merasa terancam oleh rencana/kegiatan pertambangan ini. Sedangkan 12 responden mengikuti kebijakan dan sikap pemerintah apakah pemerintah mengijinkan atau tidak dibukanya kegiatan penambangan Mangaan di lokasi tersebut. Hali ini merupakan indikasi positif bahwa sebagian besar menerima dan menyetujui kegiatan penambangan ini. Sehingga akan meminimalkan adanya konflik atas kegiatan usaha ini dikarenakan persepsi masyarakat yang sudah menyetujui dan berharap diri mereka terlibat dalam kegiatan pertambangan ini.
125 4.1.5
Aspek Dampak Lingkungan (AMDAL) AMDAL merupakan syarat sebelum perusahaan meningkatkan IUP Eksplorasi nya
menjadi IUP Operasi Produksi. Dalam Amdal perusahaan meneliti dampak-dampak potensial apa saja yang dapat ditimbulkan apabila rencana atau kegiatan usaha ini dijalankan yang kemudian hasil AMDAL ini akan diserahkan ke pihak Kabupaten TTU untuk selanjutnya diproses dalam peningkatan status KP (Kuasa Pertambangan) nya. Rencana usaha pertambangan Mangaan di Desa Benus, Fatumtasa dan Humusu Sainup yang diperkirakan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, dapat diidentifikasi pada tiap tahap kegiatan berikut ini: 4.1.5.1
Identifikasi Dampak Potensial
1) Tahap Pra-Konstruksi a) Survei dan Pengukuran. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak dari kegiatan survey dan pengukuran adalah sikap dan persepsi masyarakat, proses sosial asosiatif dalam bentuk kerja sama, proses sosial disosiatif berupa konflik
sosial,
gangguan
kamtibmas
(menghambat
atau
bahkan
mungkin
menggalkan kegiatan survey dan pengukuran), timbul spekulan tanah, dan gangguan terhadap warisan budaya di dalam lokasi rencana usaha seperti hutan atau batu keramat, kuburan tua, dan lain-lain. b) Sosialisasi dan Konsultasi Publik.
Komponen lingkungan hidup yang
diperkirakan terkena dampak dari kegiatan survey dan pengukuran adalah sikap dan persepsi masyarakat, proses sosial asosiatif dalam bentuk kerja sama, proses sosial disosiatif berupa konflik sosial, gangguan kamtibmas (menghambat atau bahkan mungkin menggalkan kegiatan sosialisasi dan konsultasi publik), timbul spekulan tanah, dan gangguan terhadap warisan budaya di dalam lokasi rencana usaha seperti hutan atau batu keramat, kuburan tua, dan lain-lain.
126 c) Kompensasi Lahan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak dari kegiatan ini adalah tata guna lahan, kepemilikan lahan yang mengakibatkan pula pada terganggunya fungsi dari fasilitas atau sarana sosial yang ada. Dampak turunan yang diperkirakan timbul adalah perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan, proses sosial disosiatif dan asosiatif, dan gangguan terhadap warisan budaya. Konflik sosial dapat terjadi apabila dalam kegiatan kompensasi lahan tidak dimusyawarahkan secara baik dan matang dengan masyarakat dan para pihak yang terkait.
2) Tahap Konstruksi a) Penerimaan Tenaga Kerja. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak dari kegiatan ini adalah kepadatan penduduk, kesempatan kerja, peluang usaha, pendapatan masyarakat, dan perekonomian lokal. Dampak lain adalah sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha. Sikap dan persepsi juga dapat terjadi , apabila dalam proses perekrutan tenaga kerja terbuka kesempatan kerja bagi tenaga kerja luar dan tidak terciptanya interaksi yang harmonis antara masyarakat lokal dengan pendatang. Dalam rencana usaha ini, tenaga kerja diprioritaskan kepada masyarakat di sekitar lokasi rencana usaha untuk bekerja, tetapi disesuaikan dengan spesifikasi, klasifikasi dan persyaratan tertentu yang ditentukan. b) Mobilisasi Peralatan dan Material Bangunan. Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah kebisingan, kualitas udara oleh emisi gas dan debu, kepadatan lalulintas dan daya dukung jalan raya berupa kerusakan jalan. Penurunan kualitas udara dapat berdampak lanjut pada kesehatan masyarakat berupa peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
127 c) Konstruksi Sipil (Pembangunan Rumah nKerja, Gedung Penimbunan Sementara dan Instalasi Diesel). Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak oleh kegiatan ini adalah kualitas udara, kebisingan, kualitas air, flora dan fauna, dan sikap masyarakat. Penurunan kualitas udara dapat berlanjut pada gangguan kesehatan masyarakat berupa peningkatan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Peningkatan kebisingan berdampak lanjut pada gangguan pendengaran dan ketidaknyamanan masyarakatt. Perubahan flora berdampak pada lanjut pada penurunan kekayaan jenis dan gangguan habitat satwa liar. d) Pembuatan Jalan Tambang.
Komponenn lingkungan hidup yang akan
terkena dampak diperkirakan adalah kualitas udara, kebisingan, kualitas air, dan proses sosial asosiatif dan disosiatif dengan lahan dan tanaman yang terkena jalan. e) Pembuatan Penirisan Tambang.
Komponeen lingkungan hidup yang
diperkirakan terkena dampak adalah kualitas udara, kebisingan, kualitas air (terutama sungai) dan proses sosial asosiatif dan disosiatif dengan lahan dan tanaman yang terkena penirisan jalan tambang, serta peningkatan ISPA f) Pembersihan
Lahan. Kegiatan
ini
dapat
menimbulkan
dampak
pada
peningkatan potensi erosi melalui peningkatan run off (aliran permukaan), penurunan debit air tanah, dan penurunan kualitas air. Penurunan kualitas tanah oleh pemadatan tanah karena pengoperasian alatb berat dan kehilangan lapisan tipis top soil. Lahan menjadi terbuka sehingga memberikan kesempatan besar terhadap tetesan hujan untuk memancing erosi. Pembersihan lahan juga diperkirakan akan berdampak pada komponen biologi, tumbuhan yang ada dalam tapak projek akan habis dibersihkan sehingga menyebabkan kehilangan flora dan fauna serta berdampak lanjut pada penurunan kelimpahan dan keanekaragaman flora dan fauna.
128 g) Pengupasan Tanah Penutup. Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah kadar debu, kebisingan, debit air tanah dan air permukaan, erosi dan sendimentasi, serta meeningkatnya ISPA. h) Penggalian Batu Mangaan.
Komponen lingkungan hidup yang terkena
dampak adalah kadar debu, kebisingan, debit air tanah dan air permukaan, erosi dan sendimentasi, serta meeningkatnya ISPA. i)
Pengangkutan Batuan Mangaan ke Gudang Penimbunan Sementara. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak adalah kepadata dan kecelakaan lalulintas, daya dukung jalan berupa kerusakan jalan raya, kebisingan, dan kualitas udara oleh emisi gas dan debu
j) Pengecilan Ukuran Batuan Mangaan. Komponen lingkungan hidup yang diperkiran terkena dampak adalah kebisingan, kualitas udara oleh debu Mangaan. Perubahan kualitas udara dapat berdampak
lanjut pada kesehata
masyarakat berupa peningkatan ISPA. k) Penyortiran Ukuran Batuan Mangaan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak adalah kualitas oleh debu Mangaan dan meningkatnya ISPA. l)
Pencucian Mangaan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak adalah kualitas udara oleh debu Managaan dan meningkatnya ISPA.
m) Pengepakan Mangaan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak adalah kualitas oleh debu Mangaan dan meningkatnya ISPA. n) Pengangkutan Mangaan ke Pelabuhan Laut. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak adalah kualitas oleh debu Mangaan, kepadatan dan kecelakaan lalulintas, daya dukung jalan berupa kerusakan jalan raya, kebisingan serta perubahan kualitas udara yang berdampak lanjut dengan meningkatnya ISPA.
129 o) Reklamasi Lahan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak adalah stabilitas dan kesuburan tanah, vegetasi dan habiat satwa, erosi, dan sendimentasi, potensi air tanah, peluang usaha, pendapatan, dan gizi masyarakat. 3) Tahap Pasca-Konstruksi a) Reklamasi Lahan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak adalah stabilitas dan kesuburan tanah, vegetasi dan habiat satwa, erosi, dan sendimentasi, potensi air tanah, peluang usaha, pendapatan, dan gizi masyarakat. b) Demobilisasi Peralatan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak adalah kualitas oleh debu Mangaan, kepadatan dan kecelakaan lalulintas, daya dukung jalan berupa kerusakan jalan raya, kebisingan serta perubahan kualitas udara yang berdampak lanjut dengan meningkatnya ISPA. c) Pelepasan Tenaga Kerja. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak addalah kepadatan penduduk, kesempatan kerja, peluang berusaha, pendapatan masyaraka., dan perekonomian lokal. Dampak lainnya adalah sikap dan peersepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan. Sikap dan persepsi juga dapat terjadi, apabila ada pilih kasih dalam pelepasan tenaga kerja. d) Pengaturan Kembali Kepemilikan Lahan di Area Perbukitan. Komponen lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak adalah
proses sosial
disosiatif berupa kecemburuan sosial, sikap dan persepsi masyarakat, dan konflik sosial apabila ada pilih kasih dalam pengaturan kembali status kepemilikan lahan.
130 4.1.5.2 Hasil Identifikasi Dampak Potensial Hasil identifikasi kegiatan yang potensial menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup, dapat ditunjukan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.13 Kegiatan yang Potensial Menimbulkan Dampak No
Tahapan dan Kegiatan Proyek
1
Tahap Pra-Konstruksi A. Survei dan Pengukuran
Dampak yang Diperkirakan Timbul
a. Sikap dan persepsi masyarakat b. Proses sosial disosiatif c. Spekulan tanah d. Gangguan warisan budaya
B. Sosialisasi dan konsultasi publik
a. Sikap dan persepsi masyarakat b. Proses sosial disosiatif c. Spekulan tanah d. Gangguan warisan budaya
C. Kompensasi Lahan
a. Sikap dan persepsi masyarakat b. Proses sosial disosiatif c. Spekulan tanah d. Gangguan warisan budaya
2
Tahap Konstruksi A. Penerimaan tenaga kerja
a. Kepadatan Penduduk b. Kesempatan kerja dan peluang berusaha c. Pendapatan dan perekonomian lokal d. Proses sosial disosiatif (keecemburuan sosial) e.Sikap dan persepsi masyarakat
131 f. Status gizi masyarakat B. Mobilitas peralatan dan material bangunan
a. Kadar debu dan kualitas udara b . Kebisingan c. Kepadatan dan kecelakaan lalulintas d. Daya dukung jala raya e. Kesehatan masyarakat (ISPA)
C. Konstruksi sipil
a. Kadar debu b. Kebisingan c. Kualitas air d. kesehatan masyarakat (ISPA)
D. Pembuatan jalan tambang
a. Kadar debu b. Kebisingan c. Kualitas air d. Tumbuhan dan satwa e. Sikap dan persepsi masyarakat f. Kesehatan masyarakat (ISPA)
E. Pembuatan penirisan tambang
a. Kadar debu b. Kebisingan c. Kualitas air d. Tumbuhan dan satwa e. Sikap dan persepsi masyarakat f. Kesehatan masyarakat (ISPA)
F. Pembersihan lahan
a. Suhu b. Kadar debu dan kebisingan c. Erosi dan sendimentasi d. Debit air e. Kualitas air f. Tumbuhan dan satwa
132 g. Kesehatan Masyarakat (ISPA) G. Pengupasan tanah penutup
a. Kebisingan dan kualitas udara b. Stabilitas da kesuburan tanah c. Erosi dan sendimentasi d. Kesehatan masyarakat (ISPA)
H. Penggalian Mangaan
a. Kadar debu dan kualitas udara b. Kebisingan c. Erosi dan sendimentasi d. kesehatan masyarakat (ISPA)
I.
Pengangkutan
Mangaan
sementara
ke
gudang
penimbunan a. Kadar debu dan kualitas udara b. Kebisingan c. Kualitas air d. Kepadatan dan kecelakaan lalulintas e. Daya dukung jalan f. Kesehatan masyarakat (ISPA)
J. Pengecilan batuan Mangaan
a. kadar debu dan kualitas udara b. Kebisingan c. Kualitas air d. kesehatan masyarakat (ISPA)
K. Penyortiran batuan Mangaan
a. kadar debu dan kualitas udara b. Kualitas air c. Kesehatan Masyarakat (ISPA)
L. Pencucian Mangaan
a. Kadar debu dan kualitas udara b. Kualitas air c. Kesehatan Masyarakat (ISPA)
M. Pengepakan Mangaan
a. kadar debu dan kualitas udara b. Kualitas air
133 c. Kesehatan Masyarakat (ISPA) N. Pengangkutan ke pelabuhan
a. Kepadatan dan keccelakaan lalulintas b.Daya dukung jalan raya c. Kebisingan d. Kualitas udara dan debu e. Kualitas air f. Kesehatan masyarakat (ISPA)
O. Reklamasi Lahan
a. Stabilitas dan kesuburan Tanah b. Vegetasi penutup dan habitat satwa c. Erosi dan sendimentasi d. Debit air e. Kesempatan Kerja f. Peluang Berusaha g. Pendapatan Masyarakat h. Status Gisi Masyarakat
3
Tahap Pasca-Kontruksi A. Reklamasi lahan
a. Stabilitas dan kesuburan Tanah b. Vegetasi penutup dan habitat satwa c. Erosi dan sendimentasi d. Debit air e. Kesempatan Kerja f. Peluang Berusaha g. Pendapatan Masyarakat h. Status Gisi Masyarakat
B. Demobilisasi Peralatan
a. kadar debu dan kualitas udara b. Kebisingan c. kepadatan dan kecelakaan lalulintas d. Daya dukung jala raya
134 e. Kesehatan masyarakat (ISPA) C. Pelepasan tenaga kerja
a. Kepadatan Penduduk b. kesempatan kerja dan peluang berusaha c. Pendapatan masyarakat
D. Pengaturan kepemilikan lahan di area perbukitan
a. Proses sosial (disosiatif) b. Sikap dan persepsi c.. Konflik dan kepemilikan lahan
Lahan yang telah digali akan ditimbun kembali oleh tanah bekas penggalian lalu akan ditanami oleh tumbuhan-tumbuhan dalam hutan lindung di Kabupaten TTU antara lain pepohonan hau timo (Timonius timon), ajaob ( Casuarina junghuhniana), usapi (Schleicera
oleosa), kom/bidara (Zyziphus mauritiana), kiu/asam (Tamarindus indica), lamtoro (Leucaena glauca), gamal (Grylicidia sepium), hue/kayu putih (Eucalyptus alba), oel/bambu duri (Bambusa spinosa), laru (Pithocelobium junghuniana) dan semak belukar seperti suf muti (Chromolaena odorata), lantana (Lantana camara), dan dammar merah/pakue (Jatropah
gossipifolia). Sebagian lahan lainnya ditutupi dengan berbagai jenis tetanaman perladangan seperti jati (Tectona grandis), kelapa (Cocos nucifera), pisang (Musa paradisiacal) dan mangga (Mangifera indica).
135
4.1.5
Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam aspek pemasaran penulis akan mencoba untuk meneliti pasar Mangaan itu sendiri mulai dari permintaan, harga pasar, sampai analisis pesaing. Begitu pentingnya peranan pemasaran dalam menentukan kelanjutan usaha suatu perusahaan, sehingga banyak di antara perusahaan dalam manajemennya menempatkan pemasaran paling depan. Dalam perhitungan nantinya penulis akan menggunakan Microsoft Excel sebagai alat perhitungan. Di bawah ini penulis akan mencoba menguraikan hal-hal inti dari pasar itu sendiri.
4.1.6.1 Proyeksi Penjualan Rencana penjualan Mangaan minimum adalah sebesar 18.000 ton pertahun atau sebesar 3000 ton setiap satu setengah bulan (1,5 bulan) dikarenakan sisa setengah bulan di bulan ke 2 (dua) akan dipakai untuk packaging. Kegiatan penambangan sebelumnya akan dimulai dari urutan eksplorasi lahan pertambangan. Dalam penelitian ini metodologi yang dilakukan adalah melakukan lintasan pengamatan pada lokasi pengamatan dan dilakukan di titik-titik
test pit yang didasarkan pada estimasi penyebaran yang dilihat atau
diintrepretasikan dari batuan asalnya. Selain menggunakan lubang-lubang tambang lokal masyarakat sebagai titik test pit, peneliti membuat titik-titik test pit sepanjang lintasan pengamatan yang didasarkan pada estimasi penyebaran endapan mangaan di daerah lokasi pengamatan. Untuk memenuhi target produksi pemasaran (dalam setahun) tersebut dan melihat cadangan Mangaan yang ada, maka rencana produksi dan penjualan dapat dilihat pada tabel berikut berdasarkan surat kontrak pembelian terakhir oleh Jada Tech., CO. LTD di lahan
136 PT.Tiara Utfar Mandiri yang sebelumnya sudah dieksploitasi. (Contract No:1/ Indonesia Manganese Ore/ JADA/XII/2010/ Date: 20 December 2010) :
Tabel 4.14 Rencana Produksi Minimum dan Penjualan Mangaan Bulan
Jumlah Hari
Produksi/Ton
Packaging/Ton
1
30
2000
-
2
15
1000
-
15
-
3000
3
30
2000
-
4
15
1000
-
15
-
3000
5
30
2000
-
6
15
1000
-
15
-
3000
7
30
2000
-
8
15
1000
-
15
-
3000
9
30
2000
-
10
15
1000
-
15
-
3000
11
30
2000
-
12
15
1000
-
15
-
3000
Total
18000
18000
Sumber : Olahan data (2011)
137 Rencana produksi diatas menggunakan harapan pesimis, dimana minimum dari produksi perusahaan dalam 1 tahun adalah 18.000 ton. Produksi diatas dilakukan setelah memasuki tahun kedua dan seterusnya, dikarenakan tahun pertama akan dipakai 6 (enam) bulan untuk eksplorasi batuan Mangaan dan 2 (dua) bulan akan dipakai untuk instalasi alat sehingga tersisa 4 (empat) bulan yang dimana hanya memproduksi 6000 ton untuk tahun pertama penambangan. Dimana 45 hari untuk produksi 3000 ton dan 15 hari untuk
packaging menjadikan total 4 (empat) bulan dapat memproduksi 6000 ton. Data tersebut akan dikalikan oleh harga Mangaan yang akan dijual yaitu Mangaan dengan kadar 50% up seharga Rp 2,2 juta. Tabel proyeksi diatas nantinya akan menjadi acuan penulis dalam menghitung arus kas penjualan perusahaan dalam perhitungan arus kas di aspek keuangan.
4.1.6.2
Analisis Pesaing Pesaing utama perusahaan adalah PT.SOE MAKMUR RESOURCES UTAMA, SMRU
didirikan pada tanggal 22 Juli, dan telah mendapatkan
“Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Eksplorasi” oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur pada tanggal 28 Januari 2010 dari 11 perusahaan yang mendapatkan ijin tersebut. IUP menyatakan lahan seluas 4.550 di Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. SMRU pada pertengahan tahun 2011 ini sedang menyusun AMDAL untuk peningkatan KP (kuasa pertambangan) nya menjadi IUP Operasi Produksi/Eksploitasi. SMRU berlokasi di Kuatnana dan Amanuban dengan jarak kurang lebih 150 km dari Kupang dan pelabuhan terdekat yaitu pelabuhan Tenau-Kupang serta Airport terdekat yaitu di El Tari-Kupang. Berikut adalah spesifikasi Mangaan di tambang SMRU:
138
Gambar 4.2 Spesifikasi Mangaan PT.Soe Makmur Resources Utama
Sumber : http://www.smrutama.com/quality.html
4.1.6.3 Penawaran dan Permintaan Mangaan Dunia dan Regional Menurut
http://ore.metalfirst.com/subsites/news_detail.php?id=5979,
Kode:
MFN005979, Tanggal: 2011-05-31. Data yang menyediakan oleh ketujuh produsen bijih Mangaan dunia besar menunjukkan bahwa pada tahun 2010 mulai naik lagi, ini telah tercermin seiring dengan ekspansi output dunia rawsteel pada waktu itu, pada tahun 2010 produksi bijih Mangaan membandingkan dari produksi tahun 2009 telah bertumbuh sebesar 53%. Dan menurut http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/62395 kedaulatan ekonomi Nusa Tengara Timur (NTT) telah direnggut pemodal asing.
139 Mereka datang untuk ekspansi bisnis pertambangan. Informasi seputar kedatangan modal asing itu pun jauh dari pantauan publik. Hanya segelintir pihak yang bisa mengakses informasi seputar itu. Kesulitan mengakses informasi ini disebabkan modal asing hanya memberikan informasi ke otoritas bursa di negara asalnya. 3D Resources Limited Pte mengumumkan ekspansi bisnis ke otoritas bursa Australia. (ASX.AU, 20/3). 3D telah melakukan MoU mengakusisi tambang Mangaan di Timor Barat dan memproduksi Mangaan pada 2011. Killara Resources PTY Ltd mengumumkan kepada otoritas bursa Australia, anak usaha perseroan, Winchester Resoruces Limited telah mengakuisisi 80 persen konsesi tambang mangan di Blok A CSA, Kabupaten Belu-NTT. Winchester telah mendapat tambahan lahan proyek mangan seluas 5.934 hektar dan mulai mengeksplorasi mangan di daerah itu mulai tahun 2011 ini. (ASX.Com.Au, 24/3). Seminggu berselang, raksasa tambang asal China, Interchina Holdings Company Limited, melaporkan ekspansi bisnisnya kepada otoritas bursa Hong Kong (HKEXNEWS.Com). Intrachina melalui anak usahanya, PT Satwa Lestari Permai, telah mendapat izin konsesi pertambangan, berupa IUP seluas 2.000 hektar di Subdistrik Amfong Selatan, Subdistrik Takari dan Subdistrik Fatuleu. Perusahaan asal China ini telah mendapat dana pinjaman dari vendor sebesar 800 juta dollar untuk investasi mangan di Kupang-NTT. Sebetulnya, masih banyak lagi raksasa tambang asal China berekspansi ke NTT. Hal itu dikarenakan kualitas Mangaan di NTT merupakan terbaik di dunia, selain itu pembangunan infrastruktur dunia yang dilakukan banyak Negara serta pertumbuhan permintaan dan penjualan Baja dunia ikut menarik Mangaan yang merupakan campuran utama Baja berkualitas semakin tinggi permintaan nya per tahun. Tabel dibawah ini merupakan statistik harga Baja dari bulan Oktober tahun 2009.
140 Tabel 4.15 Statistik Harga Baja Dunia Hot Rolled Steel
Hot Rolled Steel
Cold Rolled Steel
Steel
Wire
Medium
Bulan
Coil
Plate
Coil
Rod
Sections
Oct-09
592
655
692
551
699
Nov-09
575
643
674
538
677
Dec-09
579
639
681
555
691
Jan-10
607
642
700
569
700
Feb-10
631
676
724
583
694
Mar-10
657
706
746
590
719
Apr-10
736
788
820
690
792
May-10
754
828
861
722
823
Jun-10
713
817
815
676
787
Jul-10
691
794
789
636
772
Aug-10
700
806
806
652
794
Sep-10
694
808
789
683
795
Oct-10
688
816
793
683
809
Nov-10
677
802
781
688
808
Dec-10
663
782
772
688
794
Jan-11
742
841
853
770
855
Feb-11
850
938
953
833
928
Sumber : http://www.steelonthenet.com/price_info.html Tabel diatas merupakan alasan utama kenapa harga Mangaan terus melonjak dikarenakan harga Mangaan sangat tergantun dengan harga baja dunia. Dapat dilihat pada t5abel diatas bahwa harga baja dunia juga cenderung menaik. Alasan tersebut juga ikut menyeret harga Mangaan yang dimana Mangaan sebagai sumber campuran utama untuk pembuatan baja.
Steel
141 Menurut perusahaan (PT.Tiara Utfar Mandiri) permintaan Mangaan dunia sampai sekarang di NTT masih No.1 kualitas dunia Brasil dan Australia adalah No.2 dan 3. Mangaan NTT merupakan mangaan untuk pembuatan baja dengan kualitas yang sangat tinggi, serta mengandung uranium sebesar 2% dan FE (besinya sebesar 0,8-1%). Untuk 10 tahun ke depan Mangaanese di NTT masih di butuhkan, karena pada tahun 2013 indonesia tidak lagi mengirim Raw Material (bahan mentah) karena peraturan pemerintah pada tahun 2013 merencanakan bahwa daerah penghasil Mangaan sudah harus mengirim barang setengah jadi (Perusahaan,2011)
4.1.6.4
•
Perkembangan Harga Mangaan dunia dan Regional
Harga Mangaan dunia 2 tahun terakhir (x100 USD/kg)
Gambar 4.3 Harga Mangaan Dunia
Sumber:http://www.infomine.com/chartsanddata/chartbuilder.aspx?z=f&g=127 644&dr
142 Harga Mangaan dunia sejak 1 Januari 2010 – 26 April 2011 cenderung mengalami kenaikan. Data diatas merupakan data harga Mangaan di dunia dengan menggunakan satuan Dollar. Dapat dilihat bahwa pada tanggal 1 Januari 2010 harga Mangaan seharga $ 275. Apabila harga tersebut dirupiahkan dengan harga Dollar sekarang yaitu Rp 8.600 (http://www.ortax.org/ortax/?mod=kursbi) menjadi seharga Rp 2.365.000. Harga Mangaan mengalami fluktuasi tetapi cenderung menaik, sehingga pada kurun waktu 14 bulan tepatnya pada 26 April 2011 (data terakhir yang didapat) harga Mangaan sudah sebesar $ 350 atau apabila dirupiahkan menjadi seharga Rp 3.010.000. Dapat dilihat harga Mangaan sejak 1 Januari 2010 – 30 Mei 2011 mengalami kenaikan sebesar $ 75 atau sebesar Rp 645.000 per ton nya. Data ini nantinya akan dibandingkan dengan harga Mangaan terbaik perusahaan. •
Harga Mangaan di Indonesia 3 bulan terakhir
Gambar 4.4 Harga Mangaan di Indonesia
Sumber: http://www.infomine.com/ChartsAndData/ChartBuilder.aspx Sedangkan untuk harga lokal sendiri Mangaan sulit dibaca karena berfluktuasi dengan drastis tetapi juga cenderung menaik sehingga membuat kegiatan penambangan ini mulai di lakukan sejak 3 tahun terkhir. Pada 1 Januari 2011 harga Mangaan sebesar Rp 2.825.000 dan mengalami kenaikan yang sangat drastis pada 2 Maret 2011 seharga Rp
143 3.500.000 sejak itu sampai 30 Mei 2011 harga Mangaan sudah cenderung menurun hampir balik ke harga semula, Harga Mangaan pada saat itu seharga Rp 2.900.000. Harga tersebut lebih murah Rp 110.000 dari harga dunia, dikarenakan harga tersebut merupakan harga jual lokal. Data harga diatas nantinya akan dibandingkan dengan harga Mangaan yang ditawarkan oleh perusahaan. •
Harga yang ditawarkan oleh perusahaan (PT. Tiara Uftar Mandiri) 1. Harga Batu Mangaan di Kupang, Nusa Tenggara Timur/ Ton
Tabel 4.16 Harga Mangaan Perusahaan Lokal dan di Pelabuhan Wini Manganese Ore (%)
Harga Lokal (Ton)
FOB + Doc (Ton)
Mn 40-44
Rp. 1.300.000
Rp. 1.600.000
Mn 45-49
Rp. 1.600.000
Rp. 1.900.000
Mn 50 up
Rp. 1.900.000
Rp. 2.200.000
Sumber: Perusahaan Harga diatas adalah harga jual batuan Mangaan perusahaan apabila dijual di Nusa Tenggara Timur. Harga dibagi menjadi 2 bagian yaitu harga lokal dan harga FOB (Freight on
Board atau Free on Board) yaitu harga yang sudah termasuk shipping dan loading cost sampai ke pelabuhan Wini ditambah dokumen perijinan yang harus dipenuhi. Dalam kasus ini penjual/perusahaan akan menyelesaikan proses FOB beserta dokumen penjualan apabila pembeli ingin kontrak pembelian Mangaan yang sudah beserta FOB dan dokumen. Harga Mangaan FOB dan dokumen lebih mahal Rp 300.000 per ton dari harga Mangaan kosong (tidak beserta izin dan pengiriman). Tetapi perusahaan juga menyediakan harga Mangaan kosong apabila pihak pembeli ingin menyelesaikan proses pengiriman dan perizinan nya
144 sendiri. Mangaan sendiri dibagi ke beberapa bagian menurut kadar nya. Rincian harga beserta kadar dapat dilihat pada tabel di atas. 2. Harga Mangaan di Jakarta dan Surabaya Sewaktu di pelabuhan/Ton
Tabel 4.17 Harga Mangaan Perusahaan Untuk Pengiriman Jakarta dan Surabaya Manganese Ore (%)
Harga (Ton)
Mn 40-44
Rp. 2.200.000
Mn 45-49
Rp. 2.500.000
Mn 50 up
Rp. 2.900.000
Sumber: Perusahaan Harga pada tabel 4.16 diatas merupakan harga Mangaan yang dijual perusahaan FOB Jakarta-Surabaya dikarenakan pabrik besi dan baja lokal terdapat di Jakarta dan Surabaya. Harga Mangaan juga dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan kadarnya. 3. Harga FOB Cina dan pembayaran LC (30 hari)/Ton
Tabel 4.18 Harga Mangaan Perusahaan Untuk FOB Cina
Sumber: Perusahaan
Manganese Ore (%)
Harga (Ton)
40-44
Rp. 3.200.000
45-49
Rp. 3.800.000
50 up
Rp. 4.500.000
145 Harga pada tabel 4.17 merupakan harga yang ditetapkan perusahaan atas penjualan ekspor nya ke Cina. Harga tersebut merupakan harga yang sudah termasuk FOB port dan dokumen nya dengan batas pembayaran LC 30 hari. Data Diatas didapat langsung dari perusahaan. Harga-harga diatas merupakan harga yang ditawarkan oleh perusahaan untuk per ton Mangaan nya. Harga yang akan dipakai untuk perhitungan arus kas adalah harga Mangaan lokal di Pelabuhan Wini dengan kadar 50-55% up yang sudah termasuk dengan dokumen penjualan seharga Rp 2,2 juta.
4.1.6.5 Peramalan Produksi Mangaan Berdasarkan data historis yang didapat dari perusahaan bahwa jumlah produksi selama tahun 2009 - 2010 minimum sebesar 10.000 – 24.000 ton per tahun,
dengan
perincian sebagai berikut:
Tabel 4.19 Data Historis Produksi Mangaan (ton)
Tahun Qty Mangaan 2009
10.000,00
2010
20.000,00
2011
24.000,00
Sumber: Perusahaan
Peramalan produksi Mangaan akan menggunakan metode rata-rata yang berdampak pada perhitungan arus kas penjualan selama 8 tahun umur proyek yaitu dari tahun 2012 – 2019 dengan perhitungan sebagai berikut:
146 Proyeksi (rata-rata) produksi Mangaan = ( 10.000 + 20.000 + 24.000 ) ton / 3 = 18.000 ton/tahun Tahun 2012 adalah tahun awal proyek karena itu pada tahun tersebut akan dilakukan proyeksi kandungaan Mangaan di lahan proyek dengan atau eksplorasi lahan selama 6 bulan dan 2 bulan akan dipakai untuk instalasi mesin, sehingga proyek baru dapat dijalankan pada 4 bulan terakhir di tahun 2012. Oleh karena itu khusus untuk tahuin 2012 disesuaikan menjadi: Proyeksi Mangaan 2012 = 18.000 ton/tahun x (4 bulan / 12 bulan) = 6.000 ton Untuk tahun 2013 – 2019 tetap menggunakan asumsi produksi 18.000 ton/tahun (Pesimis), karena mesin dan peralatan sudah beroperasi selama 12 bulan penuh, secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.20 Data Peramalan Produksi Mangaan (ton)
Tahun Peramalan Mangaan
Sumber: Hasil olahan data (2011)
2012
6.000,00
2013
18.000,00
2014
18.000,00
2015
18.000,00
2016
18.000,00
2017
18.000,00
2018
18.000,00
2019
18.000,00
147 4.1.7
Analisis Aspek Keuangan Pada tahap ini penulis akan membuat proyeksi keuangan perusahaan selama 8
Tahun umur proyek terhitung pada tahap eksplorasi sampai produksi. Lalu penulis akan mengembangkan prhitungan arus kas tersebut dengan beberapa metode capital budgeting. Berikut uraian dalam proyeksi keuangan perusahaan. Penulis menggunakan Microsoft Excel sebagai alat perhitungan keuangan dibawah ini 4.1.7.1 Arus Kas dari Proyeksi Penjualan Proyeksi pendapatan di tentukan dari proyeksi kapasitas penambangan Mangaan perusahaan yang telah dibahas dan berdasarkan pada data historis perusahaan dibawah ini:
Tabel 4.21 Data Historis Penjualan Mangaan Perusahaan Qty
Harga
Pendapatan
Mangaan
Mangaan/ton
Mangaan
Tahun
(ton)
(Rp)
FOB+DOC
2009
10.000
2.000.000,00
20.000.000.000,00
2010
20.000
2.100.000,00
42.000.000.000,00
2011
24.000
2.200.000,00
52.800.000.000,00
Sumber Perusahaan Tabel 4.20 diatas merupakan data historis produksi Mangaan per tonnya dengan harga sejak tahun 2009-2011 sebesar 2,2 juta. Jumlah kuantitas Mangaan terus bertumbuh sejak tahap eksplorasi pada tahun 2009. Alasan dalam penggunaan jumlah produksi dan harga Mangaan per tonnya untuk perhitungan proyeksi produksi mengacu pada rata-rata yang dihasilkan oleh tabel 4.20 diatas.
148 Rata-rata produksi untuk tahun 2009-2011 sebesar 18.000 data ini merupakan fakta produksi perusahaan dan data tersebut sesuai dengan minimum produksi per tahun yang penulis gunakan dalam perhitungan arus kas yaitu sebesar 18.000 ton atau sebesar 3.000 ton setiap 2 bulannya. Rumus yang penulis gunakan untuk perhitungan metode average produksi adalah sebagai berikut = Jumlah Produksi : Jumlah Tahun = 10.000 + 20.000 +24.000 : 3 = 18.000 Ton Sedangkan untuk harga Mangaan per ton nya penulis menggunakan metode
forecasting pada tahun 2009-2011. Sehingga perhitungan tersebut memprediksikan bahwa pada tahun 2012 harga Mangaan akan mengalami kenaikan sebesar Rp 100.000 menjadi seharga Rp 2.300.000. tetapi perhitungan tersebut hanya untuk memprediksikan besar kenaikan atau penurunan harga pada tahun berikutnya. Pada tahap perhitungan nantinya penulis akan tetap menggunakan asumsi pesimis dengan harga Mangaan tetap Rp 2.200.000 untuk tahun berikutnya.
149
Tabel 4.22 Proyeksi Penjualan Mangaan (FOB dan DOC) Ditambah Penjualan Mesin dan Peralatan Bekas Harga Tahun
Proyeksi
mangaan/ton
Penambangan
+ FOB + DOC
(ton)
(Rp)
Penjualan Penjualan
Mesin dan Peralatan
FOB (Rp)
Bekas (Rp)
2012
6.000
2.200.000
13.200.000.000
2013
18.000
2.200.000
39.600.000.000
2014
18.000
2.200.000
39.600.000.000
1.475.250.000
2015
18.000
2.200.000
39.600.000.000
491.500.000
2016
18.000
2.200.000
39.600.000.000
2017
18.000
2.200.000
39.600.000.000
2018
18.000
2.200.000
39.600.000.000
585.384.364
2019
18.000
2.200.000
39.600.000.000
702.818.542
Sumber: Hasil olahan data (2011) Tabel 4.22 diatas menunjukan proyeksi penjualan Mangaan perusahaan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2019 umur produktif proyek yang diperkirakan selama 8 tahun penambangan. Jumlah ton yang didapat pada tahun 2012 sewaktu tahap eksplorasi sebanyak 6.000 ton sedangkan pada tahun 2013-2019 tetap menggunakan asumsi pesimis rata-rata produksi historis perusahaan sebanyak 18.000 ton seperti yang dijelaskan pada data peramalan produksi sebelumnya. Untuk harga Mangaan penulis menetapkan untuk menggunakan harga Mangaan lokal FOB Port (Pelabuhan Wini) dengan dokumen penjualan yang sudah dilengkapi dengan kadar 50% up seharga 2,2 juta. Alasan penulis menggunakan data tersebut dalam perhitungan proyeksi penjualan perusahaan dikarenakan harga Mangaan FOB + Dokumen di
150 Nusa Tenggara Timur merupakan kadar Mangaan dengan transaksi yang paling sering dilakukan perusahaan selama 1 tahun belakang ini, pemilihan kadar 50% dikarenakan kadar rata-rata produksi Mangaan yang telah diuji pada aspek operasi pada tahap analisis kandungan Mangaan sebelumnya telah ditetapkan bahwa rata-rata kadar Mangaan dalam lahan penambangan seluas 1.304 Ha sebesar 56,11% dengan jumlah kandungan minimum atau lower bound sebesar 47,51% dan kandungan maksimum atau upper bound sebesar 64,71%. Masuk ke tahap proyeksi penjualan pada tahap awal eksplorasi lahan pada tahun 2012 perusahaan diproyeksikan akan dapat menambang sebanyak 6.000 ton seperti yang telah dihitung pada peramalan produksi Maangan sebelumnya. Jumlah produksi akan dikalikan dengan harga Mangaan yang tertulis didalam kontrak penjualan yaitu 2,2 juta. Data perhitungan pada tahap eksplorasi tersebut menunjukan pada tahun 2012 pendapatan dari penjualan perusahaan sebesar Rp 13.200.000.000. untuk tahun 2013-2019 dengan tetap menggunakan asumsi pesimis produksi sebesar 18.000 ton per tahun dan harga Mangaan untuk kadar 50% up sebesar Rp 2.200.000/ton sehingga jumlah produksi akan dikalikan dengan harga Mangaan menjadikan proyeksi penjualan perusahaan untuk tahun 2013-2019 sebesar Rp 39.600.000.000. Tetapi pada tahun 2014, 2015, 2018 dan 2019 perusahaan akan mendapatkan sejumlah pemasukan dari penjualan peralatan pertambangan yang dibeli pada tahun 2012, 2013, 2015 dan 2016. Khusus untuk pembelian tahun 2015 akan dipakai dan dijual sampai akhir proyek penambangan karena penulis berasumsi bahwa peralatan tersebut akan dipakai sampai tahap terakhir pertambangan karena itu asumsi berikutnya bahwa penjualan alat berat dari tahun 2015 tidak akan 25% melainkan 10% dari harga awal dikarenakan waktu produksi yang lebih lama. Pemasukan dari penjualan peralatan bekas dikarenakan menurut perusahaan bahwa peralatan akan menyusut drastis selama 2 tahun pertambangan. Alasan perusahaan tidak
151 memperbaiki kerusakan dari penyusutan peralatan yang dipakai untuk penambangan tersebut dikarenakan waktu yang dipakai dalam memperbaiki peralatan akan memakan waktu yang cukup lama, oleh karena itu perusahaan akan melakukan pembelian ulang peralatan pertambangan agar tidak mengorbankan jumlah produksi yang akan di proses. Karena apabila perusahaan tetap mempertahankan peralatan tersebut selain akan memakan waktu dan menyebabkan berkurangnya produksi, peralatan yang telah di repair juga tidak akan semaksimal daya guna peralatan baru, selain itu pembelian peralatan baru akan memberikan kepercayaan kepada buyer bahwa perusahaan mempunyai kekuatan finansial dalam menambang Mangaan. Penulis telah melakukan wawancara bahwa perusahaan tidak mengetahui persis harga jual peralatan bekas dikarenakan perusahaan akan menyerahkan nya kepada pihak makelar, tetapi perusahaan menetapkan bahwa harga jual peralatan bekas tersebut harus seharga 25% dari harga awal. Karena alasan tersebut penulis akan menggunakan asumsi penjualan peralatan bekas seharga 25% dari harga awal untuk perhitungan arus kas perusahaan. Pada awal investasi perusahaan akan melakukan investasi peralatan sejumlah Rp 5.901.000 dimana penulis berasumsi seluruh peralatan dibeli pada awal tahun dan digunakan sejak awal pembelian karena itu setelah 2 tahun tepatnya pada tahun 2014 peralatan tersebut akan dijual seharga Rp 1.425.250.000 dimana harga tersebut merupakan 25% dari harga awal pembelian. Masuk pada tahun 2015 perusahaan akan mendapatkan pemasukan penjualan peralatan bekas sebesar Rp 491.500.000 dari investasi pada tahun 2013 sebesar Rp 1.966.000 dimana pada tahun 2013 merupakan peralatan tambahan yang dibeli secara kredit. Selanjutnya pemasukan akan didapati kembali dari investasi tahun 2016 sebesar Rp 2.341.537.456 dengan penjualan pada tahun 2018 sebesar Rp 585.384.364. Dan pemasukan terakhir pada tahun 2015 sebesar Rp 7.028.185.416 dimana khusus untuk investasi ini
152 penulis berasumsi bahwa peralatan yang akan dipakai akan dioperasikan sampai tahap akhir proyek, maka dari itu penjualan akan dilakukan pada tahun 2019 akhir proyek dan selesai produksi sebesar Rp 702.818.542 yang merupakan 10% dari harga awal. Pembelian mesin menggunakan asumsi inflasi 6% setiap tahun mengacu pada inflasi Bank Indonesia tahun 2011.
4.1.7.2
Arus Kas dari Proyeksi Investasi
Pada Tahap awal penambangan perusahaan akan melakukan sejumlah investasi di beberapa sektor yang dimana investasi tersebut terdiri dari investasi jangka panjang dan investasi jangka pendek. Investasi tersebut dilakukan untuk tahap awal penambangan sampai tahap penambangan dilakukan. Untuk ukuran perusahaan tambang Mangaan investasi yang dilakukan perusahaan Tiara Uftar Mandiri terhitung cukup besar. Investasi yang dilakukan tidak hanya berupa peralatan tambang dan tanah saja melainkan seluruh perijinan pertambangan dari tahap awal sampai akhir. Investasi tersebut menjadikan modal kerja perusahaan menjadi kecil, alasan melakukan investasi yang terhitung cukup besar merupakan strategi perusahaan dalam memenangkan hati buyer/pembeli agar tertarik dan percaya untuk melakukan kontrak pembelian Mangaan di perusahaan ini. Dikarenakan terdapat kurang lebih 32 perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan pertambangan Mangaan yang beroperasi di Nusa Tenggara Timur dan dari 32 perusahaan hanya terdaftar 4 perusahaan saja yang memiliki izin penambangan dan penjualan Mangaan atau lebih dikenal dengan IUP Operasi Produksi. 28 perusahaan sisanya masih terdaftar sebagai perusahaan dalam status IUP eksplorasi yang dimana penjualan Mangaan nya dibatasi hanya 10.000 ton.
153
Tabel 4.23 Proyeksi Biaya Perizinan, Eksplorasi, Peralatan, Stockpile
Tahun
2012
Biaya Perizinan
Biaya
Biaya Pembelian
Biaya Stockpile
(Kuasa Penambangan)
Eksplorasi
Mesin dan Peralatan
selama 5 Tahun
(2.480.000.000)
(919.700.000)
(5.901.000.000)
2013
(400.000.000)
(1.966.000.000)
2014 2015
(952.812.800)
2016
(2.341.537.456)
2017 2018
(7.028.185.416)
(535.290.231) (1.134.815.290)
2019
Sumber: Hasil olahan data (2011) Ada beberapa alasan mengapa banyak perusahaan yang tidak menaikan status izin nya menjadi IUP Operasi Produksi dikarenakan proses penaikan izin yang rumit dimana dibutuhkan AMDAL (analisis dampak lingkungan) yang memakan biaya besar, kapasitas perusahaan yang pemerintah nilai belum memadai, jalur perizinan yang terbatas sampai biaya dan investasi yang kurang apabila proses izin sudah dinaikan sekalipun. Tidak hanya berlandaskan kepada faktor biaya, masyarakat juga mempunyai andil besar dalam pemberian izin tersebut. Mulai dari kepala suku sampai Kabupaten mempunyai hak untuk memberikan suaranya kepada badan yang bersangkutan apakah mereka setuju atau tidak diadakan eksploitasi lanjutan dikarenakan lahan yang akan ditambang merupakan lahan masyarakat
154 yang tidak dapat dibeli hal tersebut merupakan kebijakan pemerintah Nusa Tenggara Timur agar masyarakt dapat meningkat kesejahtteraan nya dan tidak terkesan ditinggalkan. Karena itu kedekatan dan hubungan antar masyarakat dan suku mempunyai andil yang cukup besar dalam proyek ini. Seperti yang telah dijelaskan pada tahap aspek hukum total biaya yang dibutuhkan sampai ke tahap IUP Operasi Produksi sebesar Rp 2.480.000.000. biaya tersebut penulis asumsikan bahwa seluruh proses hukum akan diselesaikan dan dibayarkan pada tahun 2012 Untuk Biaya IUP Operasi Produksi sebesar 800 juta akan habis masanya setiap 3 tahun. Perusahaan diwajibkan membayar sejumlah 800 juta kembali pada 3 tahun berikutnya apabila izin tersebut ingin diperpanjang sehingga perusahaan masih dapat melanjutkan proyek penambangannya. Dalam kasus ini penulis menggunakan asumsi inflasi 6% pada setiap biaya yang harus dikeluarkan. Sehingga pada tahun 2015 perusahaan diwajibkan membayar perpanjangan izin operasi nya sebesar Rp 952.812.800. dan pada 3 tahun berikutnya yaitu pada tahun 2018 perusahaan akan membayarkan biaya perpanjangan IUP operasi sebesar Rp 1.134.815.290. Penulis memproyeksikan tidak akan ada perpanjangan izin lagi dikarenakan umur proyek yang sudah memasuki tahap akhir produksi pada tahun 2019. Sedangkan sebelum proyek pertambangan Maangan dimulai perlu diadakan nya proyek eksplorasi yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kadar Mangaan yang terkandung dalam lahan yang akan ditambang serta untuk mengetahui berapa ton yang tersedia dan siap di tambang pada lahan pertambangan tersebut yang dalam kasus ini seluas 1304 Ha. Biaya eksplorasi akan dikeluarkan pada tahap awal penambangan yang dimana hasil eksplorasi tersebut akan berguna selam 8 tahun pertambangan, dikarenakan hasil tersebut akan menjadi acuan perusahaan dalam penambangan yang akan dilakukan. Selain itu tidak hanya untuk faktor eksplor saja karena pada tahap izin IUP Eksplorasi perusahaan
155 diperbolehkan melakukan bulk sampling sebanyak 10.000 ton sebelum menaikan izin KP nya. Biaya eksplorasi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan pada tahap awal penambangan tahun 2012 sebesar Rp 919.700.000. Peralatan juga merupakan investasi yang dilakukan perusahaan. Jumlah investasi perusahaan dalam sektor peralatan tambang juga dapat dibilang cukup besar. Kembali lagi, alasan tersebut merupakan strategi perusahaan untuk memenuhi hati buyer. First impression merupakan alasan utama perusahaan sehingga pada tahap negoisasi pihak pembeli dari lokal maupun internasional mau melakukan surat kontrak kerja penambangan Mangaan dikarenakan proses izin yang sudah komplit serta keberanian perusahaan untuk melakukan investasi alat yang cukup besar akan memperlihatkan keseriusan perusahaan di bidang ini. Tanpa sepengetahuan pihak pembeli bahwa biaya operasional akan tertolong ketika pembeli sudah mulai melakukan pembayaran Mangaan per bulannya. Peralatan kerja dibagi menjadi transportasi dan alat berat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Total investasi peralatan penambangan perusahaan sebesar Rp 5.901.000.000 pada tahun 2012, kriteria dan jenis peralatan sesuai dengan tabel 4.4 investasi peralatan perusahaan. Sedangkan perusahaan juga akan membeli sisa peralatan dengan menggunakan sistem kredit. Peralatan yang akan dibeli secara kredit adalah 1 unit excavator cat 200, cara meramalkan harga peralatan tersebut di masa mendatang dengan cara =
-200000 x (1+6%) x 18000 + 1.850.000.000
=
-1.966.000.000
Menurut perusahaan biaya produksi Mangaan per ton nya sebjumlah 500.000 tetapi apabila tahun tersebut perusahaan mengkredit alat maka biaya per ton bertambah 200 ribu. Angka 200 ribu diatas adalah data dari perusahaan lalu dikalikan dengan jumlah inflasi sebesar 6% dan dikalikan dengan jumlah produksi pada tahun tersebut (2013) yaitu 18 ribu lalu
156 ditambah harga excavator menjadikan harga alat berat tersebut 1 tahun kemudian seharga Rp 1.966.000.000. Lalu pada tahun 2015 perusahaan akan membeli secara kontan peralatan baru yang dibutuhkan dikarenakan investasi peralatan awal padda tahun 2012 telah dijual di akhir tahun 2014 mengakibatkan perusahaan akan membeli sejumlah alat penambangan pada tahun 2015 seharga Rp 7.028.185.416. dan pada tahun 2016 perusahaan akan membeli lagi 1 unit excavator
dengan proyeksi harga sebesar Rp 2.341.537.456 dikarenakan harga
tersebut telah diakumulasikan inflasi 6% sejak tahun 2012. Untuk lokasi stock pile atau lokasi penimbunan tidak menggunakan sistem royalti melainkan melakukan sistem sewa dengan harga 400 juta selama 5 tahun. Luas area stock
pile ±800 m² untuk penampungan Mangaan sebanyak 5000 ton. Kontrak stock pile akan habis setelah 5 tahun dan akan diperpanjang kembali. Pada tahap ini penulis juga menggunakan asumsi inflasi dari tahun pertama pembayaran sebesar 6% sehingga pada 5 tahun berikutnya perpanjangan sewa stockpile menjadi Rp 535.290.231. Total investasi tahun 2012
=
9.700.700.000
Total investasi tahun 2013
=
1.966.000.000
Total investasi tahun 2014
=
0
Total investasi tahun 2015
=
7.980.998.000
Total investasi tahun 2016
=
2.341.537.456
Total investasi tahun 2017
=
535.290.231
Total investasi tahun 2018
=
1.134.815.290
Total investasi tahun 2019
=
0
Total investasi proyek
=
23.659.340.977
157 4.1.7.3 Arus Kas dari Biaya Operasional Tabel dibawah ini akan menjelaskan proyeksi arus kas operasional perusahaan yang penulis telah hitun dengan menggunakan asumsi inflasi sebesar 6% tiap tahunnya, biaya depresiasi alat sebesar 25% per tahunnya dan biaya amortisasi hanya digunakan untuk IUP Operasi Produksi saja yang sebesar 900 juta. Berikut proyeksinya.
Tabel 4.24 Proyeksi Biaya Operasional Perusahaan Sewa Tahun
Biaya FOB +
biaya awal
Gaji Karyawan
Iuran Tetap
Kantor
Biaya Kirim
Biaya
Dokumen
Biaya
Biaya
Depresiasi
Amortisasi
Mesin dan
(IUP operasi
Penjualan
Produksi
/Tahun
/Tahun
/Tahun
dump truck
Penambangan
Peralatan
produksi)
2012
(900.000.000)
(1.216.300.000)
(1.068.000.000)
(19.000.000)
(25.000.000)
(600.000.000)
(3.000.000.000)
(2.212.875.000)
(266.666.667)
2013
(2.700.001.080)
(1.289.278.000)
(1.132.080.000)
(20.140.000)
(26.500.000)
(1.908.000.000)
(9.540.000.000)
(2.212.875.000)
(266.666.667)
2014
(2.862.001.145)
(1.366.634.680)
(1.200.004.800)
(21.348.400)
(28.090.000)
(2.022.480.000)
(10.112.400.000)
(2.345.647.500)
(266.666.667)
2015
(3.033.721.213)
(1.448.632.761)
(1.272.005.088)
(22.629.304)
(29.775.400)
(2.143.828.800)
(10.719.144.000)
(2.345.647.500)
(282.666.667)
2016
(3.215.744.486)
(1.535.550.726)
(1.348.325.393)
(23.987.062)
(31.561.924)
(2.272.458.528)
(11.362.292.640)
(2.486.386.350)
(282.666.667)
2017
(3.408.689.155)
(1.627.683.770)
(1.429.224.917)
(25.426.286)
(33.455.639)
(2.408.806.040)
(12.044.030.198)
(2.486.386.350)
(282.666.667)
2018
(3.613.210.505)
(1.725.344.796)
(1.514.978.412)
(26.951.863)
(35.462.978)
(2.553.334.402)
(12.766.672.010)
(2.635.569.531)
(299.626.667)
2019
(3.830.003.135)
(1.828.865.484)
(1.605.877.117)
(28.568.975)
(37.590.756)
(2.706.534.466)
(13.532.672.331)
(2.635.569.531)
(299.626.667)
Sumber: Hasil olahan data (2011) Penulis mencoba untuk menjelaskan secara singkat asal angka dan perhitungan pada tabel diatas. Pertama-tama biaya FOB (freight on board) dan dokumen penjualan adalah dokumen yang perusahaan akan sediakan sewaktu pembeli membeli Mangaan dengan spesifikasi FOB+Doc. Maksudnya adalah FOB merupakan pembelian Mangaan sampai di tempat
sesuai
pembeli
menginginkan
beserta
dokumen
perizinan
penjualan
dan
pengangkutan yang harus diselesaikan. Menurut perusahaan biaya FOB dan dokumen seharga 150 ribu per ton sehingga harga itu akan dikalikan dengan jumlah produksi
158 perusahaan tiap tahunnya, dimana perusahaan tahun
2012 pada awal produksi hanya
mampu memproduksi 6000 ton menjadikan biaya FOB dan dokumen pada tahun awal sebesar 900 juta. Berikutnya tahun 2013-2019 perusahaan sudah mampu memproduksi sebanyak 18000 ton dan akan dikalikan 150 ribu dengan penambahan inflasi 6% setiap tahunnya. Angka biaya dapat dilihat pada tabel diatas. Untuk biaya awal produksi penulis akan tetap menggunakan biaya produksi perusahaan di lahan sebelumnya yang seluas 596 Ha sebesar Rp 1.216.300.000 dan akan bertambah setiap tahun dengan penjumlahan inflasi sebesar 6% tiap tahunnya seperti pada tabel diatas. Sedangkan gaji karyawan setahun sebesar Rp 1.068.000.000 sesuai dengan rencana penerimaan tenaga kerja pada aspek manajemen dan SDM sebelumnya. Penambahan inflasi 6% akan ditambahkan juga pada perhitungan ini. Untuk pembayaran iuran izin ke pemerintah sesuai yang ditetapkan dinas pertambangan sebesar 19 juta dan akan dikalikan juga dengan inflasi tiap tahunnya. Untuk sewa kantor penulis mendapatkan bahwa perusahaan akan membayar seharga 25 juta setiap tahunnya dan akan bertambah sesuai inflasi 6% tiap tahunnya. Ketika Mangaan telah ditambang perusahaan membutuhkan dump truck untuk mengangkut batuan tersebut ke lokasi penimbunan yang kemudian akan di loading ke Pelabuhan Wini. Menurut data historis perusahaan bahwa onkos pengiriman atau angkut dengan dump truck sebesar 100 ribu per ton, dimana angka tersebut akan dikalikan dengan jumlah produksi per tahunnya. Pada tahun awal perusahaan akan membayar sebesar 600 juta yang kemudian untuk tahun selanjutnya akan dikalikan 18000 dengan penambahan inflasi per tahunnya. Biaya penambangan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk menggali dan menambang batuan Mangaan dari lahan pertambaangan beda dengan biaya produksi. Biaya penambangan sebesar 500 ribu per tonnya. Penulis juga akan menggunakan cara perhitungan yang sama dengan mengkalikan biaya tersebut dengan jumlah produksi
159 perusahaan setiap tahu dan inflasi per thaunnya seperti yang dapat dilihat pada tabel arus kas biaya operasional diatas. Yang terakhir adalah biaya depresiasi mesin sesuai dengan jumlah investasi yang dikeluarkan di awal pembelian dan amortisasi hak penambangan yang dimana dalam kasus ini adalah IUP Operasi dan Produksi yang sebesar 800 juta dan habis setiap 3 tahun perhitungan depresiasi dengan rumus sebagai berikut: =
Biaya investasi peralatan x(1-25%)/2
=
25% adalah penyusutan mesin dan peralatan selama 1 tahun
Sedangkan untuk amortisasi IUP operasi produksi dengan rumus sebagai berikut
inflasi).
=
800.000.000/3
=
266.666.667 (penyusutan per tahun dan setelah tahun ke 3 akan dikalikan
160 4.1.7.4 Arus Kas Dari Profit Perusahaan Pada sub bab arus kas dari prodfit perusahaan, penulis akan melakukan perhitungan laba kotor perusahaan dari jumlah penjualan Mangaan dikurangi oleh biaya investasi dan biaya operasional. Rincian perhitungan nya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.25 Proyeksi Profit Perusahaan
Laba
Royalti Pemerintah
Ditambah depresiasi
Arus kas
pajak dan royalti
Ditambah amortisasi IUP Operasi Produksi
Sebelum Pajak
dan Rakyat
mesin dan peralatan
bersih
2012
(5.808.541.667)
(600.000.000)
-
(6.408.541.667)
266.666.667
2.212.875.000
(3.929.000.000)
2013
18.538.459.253
(1.800.000.000)
(4.634.614.813)
12.103.844.440
266.666.667
2.212.875.000
14.583.386.107
2014
20.849.976.809
(1.800.000.000)
(5.212.494.202)
13.837.482.606
266.666.667
2.345.647.500
16.449.796.773
2015
10.320.951.051
(1.800.000.000)
(2.580.237.763)
5.940.713.288
282.666.667
2.345.647.500
8.569.027.455
2016
15.190.988.767
(1.800.000.000)
(3.797.747.192)
9.593.241.575
282.666.667
2.486.386.350
12.362.294.592
2017
15.318.340.746
(1.800.000.000)
(3.829.585.187)
9.688.755.560
282.666.667
2.486.386.350
12.457.808.576
2018
13.879.417.910
(1.800.000.000)
(3.469.854.478)
8.609.563.433
299.626.667
2.635.569.531
11.544.759.630
2019
13.797.510.080
(1.800.000.000)
(3.449.377.520)
8.548.132.560
299.626.667
2.635.569.531
11.483.328.757
Tahun
Pajak
Laba sesudah
Sumber: Hasil olahan data (2011) Tabel proyeksi profit perusahaan diatas dilakukan selam 8 tahun umur proyek sama halnya dengan proyeksi-proyeksi keuangan pada tabel sebelum dan selanjutnya. Untuk perhitungan laba sebelum pajak penulis menggunakan rumus excel sebagai berikut =
=sum(B5:B20) atau
=
=sum(Penjualan
FOB
dan
alat
berat,
pengeluaran
investasi,
biaya
operasional) Perhitungan tersebut menghasilkan bahwa perusahaan pada tahun awalnya yakni pada tahap
eksplorasi,
perusahaan
tidak
menghasilkan
keuntungan
tetapi
memperkecil
pengeluaran dan investasinya dari penjualan awal 6000 ton menjadi -3.329.000.000. Setelah tahun 2012 penulis menggunakan perhitungan yang sama untuk menghitung laba sebelum pajak. Tetapi pada tahun 2013-2019 penjualan FOB tidak lagi 6000 melainkan sudah sebesar
161 18000 ton per tahun. Sehingga perusahaan sudah dapat menghasilkan keuntungan terhitung sejak tahun 2013. Rincian angkanya dapat dilihat di tabel proyeksi profit perusahaan. Laba tersebut nantinya akan dipotong oleh berbagai kewajiban yang harus di bayarkan perusahaan antara lain adalah Royalti untuk pemerintah dan rakyat. Menurut perusahaan royalti untuk pemerintah dan rakyat sebesar 100 ribu per ton nya. Maka dari itu penulis menggunakan asumsi bahwa royalti kepada masing-masing pihak akan sebesar 50 ribu per tonnya. Dalam hal royalti perusahaan harus tetap membayarkan sejumlah uang kepada pihak terkait tidak peduli perusahaan sedang rugi atau untung. Royalti yang dibayarkan nantinya akan dikalikan dengan jumlah ton yang diproduksi. Tidak seperti pajak yang bersifat dibayarkan ke pemerintah setelah perusahaan mendapat untung. Perhitungan royalti dengan menggunakan rumus sebagai berikut. =
=-B3*100000 atau
=
jumlah ton yang diproduksi x royalti
Asumsi inflasi juga diterapkan pada perhitungan royalti per tahun nya yaitu sebesar 6% setiap tahun. Besar royalti setiap tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.26 Royalti per Tahun Dengan Inflasi Tahun
Royalti
2012
100.000
2013
106.000
2014
112.360
2015
119.102
2016
126.248
2017
133.823
2018
141.852
2019
150.363
Sumber: Hasil olahan data (2011)
162 Royalti diatas merupakan penambahan inflasi 6% dari pembayaran royalti sebesar 100 ribu per ton setiap tahun. Berikutnya laba akan dipotong dengan pajak, menurut www.pajak.go.id tarif pajak pertambangan adalah 20% tetapi pada seluruh perhitungan arus kas penulis menggunakan asumsi pesimis yaitu penambahan biaya yang harus dikeluarkan dikarenakan kita tidak tahu apa yang akan terjadi di mas mendatang. Penulis menggunakan asumsi pajak sebesar 25% tiap tahunnya lebih besar 5% dari tarif asli pajak. Pada sektor pajak tidak seperti royalti yang harus dibayarkan oleh perusahaan setiap tahun tidak peduli perusahaan sedang rugi atau untung. Dalam pajak, perusahaan akan memotong penghasilan nya dengan 25% tari pajak pada tahun 2013-2019 dimana pada tahun tersebut perusahaan sudah memperoleh keuntungan. Perhitungan pajak dengan menggunakan rumus sebagai berikut. =
=IF(C23>0;-C23*$B$34;0) atau
=
=IF(laba sebelum pajak>0;-laba sebelum pajak*25%;0)
Perhitungan tersebut berlaku sejak tahun 2013-201. Besar pajak akan tergantung dengan besar laba sebelum pajak yang dihasilkan perusahaan. Angka pajak dapat dilihat pada tabel 4.25. Ketika laba sebelum pajak telah dipotong dengan biaya royalti kepada pemerintah dan rakyat serta dipotong dengan pajak sebesar 25% maka akan menghasilkan laba sesudah pajak. Rumus perhitungan yang penulis gunakan untuk perhitungan laba sesudah pajak adalah sebagai berikut: =
=SUM(B23:B25) atau
=
=SUM(laba sebelum pajak-baiaya royalti dan pajak)
Dapat dilihat angka yang dihasilkan perusahaan pada tahun 2012 dimana laba sebelum pajak perusahaan masih belum menguntungkan yaitu -3.329.000.000 ditambah dengan biaya royalti sbesar 600juta menjadikan pada 2012 perusahaan menghasilkan laba sebelum pajak -
163 3.929.000.000. tetapi pada tahun 2013-2019 sistem pajak sudah berlaku dikarenakan perusahaan sudah memperoleh keuntungan menjadikan laba seblum pajak akan dikurangi oleh biaya royalti dan pajak. Sebelumnya pada perhitungan proyeksi biaya operasinal perusahaan akan dikurangi oleh biaya depresiasi peraltan dan biaya amortisasi hak izin penambangan dalam kasus ini hanya IUP Operasi Produksi. Pada akhir tahun perhitungan arus kas perusahaan akan mendapati kembali biaya depresiasi dan amortisasi tersebut dikarenakan perusahaan sudah membayarkan seluruh kewajibannya pada awal pembayaran. Biaya amortisasi dan depresiasi dapat dilihat pada tabel 4.25 diatas. Setelah perusahaan menghasilkan laba sesudah pajak, laba tersebut akan ditambahkan oleh hak depresiasi dan amortisasi perusahaan pada akhir perhitungan arus kas. Rumus yang penulis gunakan adalah\ =
=SUM(B26;B28) atau
=
=SUM(laba sebelum pajak + biaya amortisasi dan depresiasi+
=
Arus Kas Bersih Perusahaan
Setelah perhitungan diatas tahap demi tahp di hitung maka pada setiap akhir tahun produksi dapat diketahui perkiraan arus kas bersih perusahaan apabila proyek ini dijalankan.
164 4.1.7.5 Analisis Payback Period Untuk
menilai
jangka
waktu
(tahun)
pengembalian
seluruh
modal
yang
diinvestasikan pada seluruh proyek dengan menggunakan aliran kas sebagi perhitungan. Perhitungan payback period
berdasarkan arus kas bersih perusahaan dan total investasi
serta perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.27 Payback Period
Tahun
Arus Kas Bersih
2012
(3.929.000.000)
2013
14.583.386.107
2014
16.449.796.773
2015
8.569.027.455
2016
12.362.294.592
2017
12.457.808.576
2018
11.544.759.630
2019
11.483.328.757
PP=
3,23
Sumber: Hasil olahan data (2011) Karena di tahun pertama negatif maka perhitungan payback period dihitung mulai tahun 2013.
Hasil perhitungan
diatas
menunjukan bahwa
periode
pengembalian
penambangan ini adalah 3,23 bulan atau 3 bulan 7 hari (0,23 x 30 hari).
proyek
165 4.1.7.6 Analisis Discounted Payback Period Perhitungan discounted payback period pada dasarnya sama denga pengembalian periode, tetapi pada perhitungan ini arus kas bersih akan didiskontokan dengan bunga. Pada tahapan ini penulis menggunakan asumsi tingkat bunga sebesar 13% per tahun. Tabel dan perhitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.28 Discounted Payback Period
Tahun
t
Arus Kas Bersih
Faktor Diskonto
Nilai Sekarang
(CF)
(DF)
(PV=CFxDF)
2012
0
(3.929.000.000)
1,0000
(3.929.000.000)
2013
1
14.583.386.107
0,8850
12.905.651.422
2014
2
16.449.796.773
0,7831
12.882.603.785
2015
3
8.569.027.455
0,6931
5.938.765.868
2016
4
12.362.294.592
0,5428
7.582.026.790
2017
5
12.457.808.576
0,5428
6.761.599.386
2018
6
11.544.759.630
0,4803
5.545.161.945
2019
7
11.483.328.757
0,4251
4.881.111.114
DPP=
3,65
Sumber: Hasil olahan data (2011) Hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa periode pengembalian
yang didiskontokan
proyek penambangan ini adalah 3,65 bulan atau 3 bulan 20 hari (0,65 x 30 hari).
166 4.1.7.7 Analisis Net Present Value (NPV) Metode net present value bertujuan untuk menghitung perbandingan PV kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi yang sebelumnya telah dihitung. Perhitungan dan rincian angka per tahun dapat dilihat pada tabel dibawah:
Tabel 4.28 Net Present Value
Tahun
t
Arus Kas Bersih
Faktor Diskonto
Nilai Sekarang
(CF)
(DF)
(PV=CFxDF)
2012
0
(3.929.000.000)
1,0000
(3.929.000.000)
2013
1
14.583.386.107
0,8850
12.905.651.422
2014
2
16.449.796.773
0,7831
12.882.603.785
2015
3
8.569.027.455
0,6931
5.938.765.868
2016
4
12.362.294.592
0,6133
7.582.026.790
2017
5
12.457.808.576
0,5428
6.761.599.386
2018
6
11.544.759.630
0,4803
5.545.161.945
2019
7
11.483.328.757
0,4251
4.881.111.114
NPV=
52.567.920.310
Sumber: Hasil olahan data (2011) Data diatas sudah dihitung di perhitungan arus kas sebelumnya jadi penulis hanya akan menjelaskan perhitungan net present value yang penulis telah hitung Perhitungannya adalah sebagai berikut: =
NPV = PV1+PV2+PV3+PV4+PV5+PV6+PV7+PV8
=
NPV = 59.632.723.230
Jadi kesimpulannya net present value dari awal proyek sampai akhir proyek penambangan ini dijalankan adalah sebesar Rp 59.632.723.230
167 4.1.7.8 Analisis Internal Rate of Return (IRR). IRR
merupakan
metode
yang
penulis
gunakan
untuk
mengukur
tingkat
pengembalian hasil internal. Metode dan perhitungan juga dilakukan dengam Microsft Excel dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.30 Internal Rate of Return Nilai Sekarang (PV=CFxDF) (3.929.000.000) 12.905.651.422 12.882.603.785 5.938.765.868 7.582.026.790 6.761.599.386 5.545.161.945 4.881.111.114 IRR = 373,2%
Sumber: Hasil olahan data (2011) Tujuan penulis menggunakan IRR adalah untuk mengetahui endurance atau daya tahan perusahaan. Dapat dilihat pada hasil IRR tersebut bahwa daya tahan perusahaan sangatlah tinggi. Dikarenakan hanya dengan kenaikan harga setinggi 373,2% saja yang dapat membuat perusahaan tidak untung atau impas. Dan kenaikan harga harus lebih dari 373,2% untuk membuat perusahaan ini rugi. Jadi rencana usaha ini layak di jalankan dilihat dari daya tahan perusahaan atas melonjaknya harga. Perhitungan dimulai juga pada tahun 2013 dikarenakan tahun 2012 perusahan masih negatif.
168 4.1.7.9 Analisis Profitability Index (PI)
Profitability index atau cost and benefit ratio merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi. Dibawah ini ada tabel yang akan menjelaskan perhitungan serta rincian angka PV setiap tahunnya untuk perhitungan PI.. Tabel 2.30 Profitability Index
Nilai Sekarang (PV=CFxDF) (3.929.000.000) 12.905.651.422 12.882.603.785 5.938.765.868 7.582.026.790 6.761.599.386 5.545.161.945 4.881.111.114 PI = 14,38
Sumber: Hasil olahan data (2011)
Kesimpulan dari metode tersebut adalah apabila perusahaan menjalankan proyek ini dengan jumlah investasi sekian Rupiah maka pada akhir proyek tersebut investasi yang telah ditanam pada awal proyek akan berlipat sebesar 14,38 kali investasi awal.
169 4.2
Ringkasan Analisis Kelayakan Bisnis Dari ketujuh aspek diatas maka rencana bisnis atau kegiatan usaha pembukaan
lahan pertambangan Mangaan di Nusa Tenggara Timur dapat disimpulkan LAYAK alasannya adalah sebagai berikut: •
Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia – Layak Terdapat bagan oganisasi yang jelas pada lahan pertambangan seluas 1304 Ha dengan rencana penerimaan tenaga kerja yang sesuai dengan kriteria kebutuhan dan finansial perusahaan serta sistem hubungan tenaga kerja yang sudah ditetapkan sebelum proyek dijalankan.
•
Aspek Operasional – Layak Lokasi dan luas wilayah serta kesampaian daerah yang telah ditentukan dan dimiliki perusahaan. Pembangunan konstruksi sipil untuk gudang penimbunan dan untuk tempat tinggal pekerja tetap juga jelasnya kegiatan mobilisasi peralatan dan material bangunan. Selain itu adanya pelaksanaan kegiatan eksplorasi yang jelas untuk mengetahui deposit dan kandungaan kadar Mangaan dalam lahan dan kegiatan pertambangan yang telah ditetapkan metodenya. Adanya proses Mangaan yang jelas yaitu hand sorting, crusher, dan air washing unit dan pembangunan stock pile untuk Mangaan dengan total 5000 ribu ton dan kejelasan kadar Mangaan yang telah dilakukan penelitian menggunakan analisis kandungan Mangaan. dan terkhir adanya kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan agar lahan yang telah ditambang bisa pulih kembali.
•
Aspek Hukum – Layak Sistem badan hukum yang jelas dan adanya NPWP serta lengkapnya surat-surat perizinan pertambangan yang yelah dterdaftar mulai dari tahap awal sampai tahap akhir.
170 •
Aspek Ekonomi dan Sosial – Layak Mengetahui kependudukan di lokasi proyek serta telah dilakukannya penelitian mengenai keadaan ekonomi penduduk dan budaya yang dianut di lokasi tempat penambangan akan dijalankan.
•
Aspek Dampak Lingkungan (AMDAL) – Layak Telah dilakukannya studi AMDAL oleh perusahaan di lahan sebelumnya dan telah direncanakan untuk melakukan studi AMDAL untuk lahan kedua seluas 1304 Ha yang akan ditambang perusahaan sehingga perusahaan sudah mengetahui adanya dampak-dampak positif dan negatif yang akan timbul.
•
Aspek Pemasaran – Layak Adanya proyeksi penjualan pertahun nya serta analisis pesaing juga mengetahui penawaran dan permintaan Mangaan dunia dan regional dan perkembangan harganya sehingga perusahaan tahu harus memasang di harga berapa. Selai itu Perusahaan juga mengetahui produksi Mangaan dengan melakukan peramalan dari data-data historis dan dalam kasus ini perusahaan mempunyai kualitas Mangaan terbaik di dunia
karena NTT telah ditetapkan dunia sebagai penghasil Mangaan
terbaik di dunia dan mempunyai harga yang cukup rendah dari para pesaingnya. •
Aspek Keuangan – Layak Perhitungan arus kas yang telah dilakukan menguntungkan perusahaan pada akhir proyek dengan metode penilaian investasi sebagai berikut: a) NPV
=
Rp 52.567.920.310
b) PI
=
14,38 kali
c) IRR
=
373,2%
d) PP
=
3,23
e) DPP
=
3,65